• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU PERAWATAN DIRI SAAT MENSTRUASI PADA SISWI DI SALAH SATU SMK, DEPOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERILAKU PERAWATAN DIRI SAAT MENSTRUASI PADA SISWI DI SALAH SATU SMK, DEPOK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SALAH SATU SMK, DEPOK

Dheta Wiranti Sari1.,Fajar Tri Waluyanti, S.Kep., M.Kep2

1. Mahasiswa Program S1 Reguler Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia 2. Dosen Keperawatan Anak, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia

Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Beji, Depok, 16421, Indonesia

E-mail: dheta.wiranti@gmail.com

Abstrak

Perubahan fisik terkait pubertas terutama menstruasi akan menuntut seorang remaja untuk melakukan perawatan diri yang adekuat. Perawatan diri saat menstruasi yang tepat perlu dibiasakan sejak dini, karena perilaku yang tidak tepat dapat meningkatkan risiko terhadap infeksi pada area genital. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku perawatan diri remaja saat menstruasi. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Penelitian ini menggunakan pengambilan sampel dengan teknik consecutive sampling pada 90 orang siswi di salah satu SMK di Depok. Hasilnya, sebagian besar (43,3%) siswi mengalami menstruasi pertama pada usia 13 tahun. Selain itu, sebagian besar (56,7%) siswi sudah memiliki perawatan diri saat menstruasi yang tepat. Disarankan bagi perawat anak dan komunitas agar dapat meningkatkan sosialisasi kepada siswi dan sekolah mengenai pentingnya perawatan diri yang tepat saat menstruasi.

Kata kunci: perilaku, perawatan diri, menstruasi, remaja perempuan

Abstract

Self Care During Menstruation on Schoolgirls. Physical changes related to puberty especially menstruation will demand an adolescent to do an adequate self care. Adequate menstruation self care needs to be socialized since early age, because an inappropriate behavior should increase the risk of infection in genital area. The purpose of this research is describes adolescent self care during menstruation period. Type of this research is quantitatif research with descriptive design. This research use purposive sampling technique to 90 students in on of high school in Depok. The result is most of (43,3%) students attained menarche at 13 years old. Beside, most of (56,7%) students has appropriate menstrual self care. The recommendation for nurses is increasing socialitation for students and school about the importances of appropriate self care during menstruation period.

Keywords:behavior, self care, menstruation, adolescent

Pendahuluan

Remaja merupakan masa dimana seseorang bertransisi dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan yang ditandai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, kognitif, sosial maupun emosi. Sebuah literatur menyebutkan bahwa perubahan tubuh yang menyertai pubertas menyebabkan remaja memiliki kebutuhan khusus terhadap kebersihan (Wong, Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2001). Salah satu hal yang penting diperhatikan secara lebih adalah perawatan diri

terutama pada saat menstruasi. Pada remaja perempuan, pubertas ditandai salah satunya dengan adanya menstruasi pertama atau yang disebut juga dengan menarche.

Menstruasi pertama pada remaja perempuan biasanya terjadi antara umur 10,5 sampai 15 tahun, dengan rata-rata terjadi pada usia 12 tahun (Hockenberry & Wilson, 2009). Pada awal terjadi menstruasi, beberapa remaja menganggap menstruasi sebagai pengalaman yang menakutkan dan menimbulkan distres (Hockenberry & Wilson, 2009). Hal ini dapat

(2)

disebabkan karena kurangnya pemahaman remaja tentang perubahan yang akan terjadi saat pubertas. Beberapa di antaranya juga menganggap menstruasi sebagai hal yang sensitif dan tabu untuk diceritakan sehingga mereka lebih tertutup dan malu untuk bercerita pada orang lain, bahkan orang tua (Dasgupta & Sankar, 2008). Pada akhirnya seorang remaja akan kekurangan informasi karena tidak mendapatkan pengetahuan yang memadai mengenai perawatan diri saat menstruasi terutama dari orang tua. Sebuah penelitian yang dilakukan di India menyebutkan bahwa sekitar 28% dari remaja yang berpartisipasi tidak pernah mendapatkan informasi mengenai menstruasi dari orang tua mereka. Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa dari penelitian sebelumnya hanya sekitar 40% remaja yang mendapat informasi dari orang tua mereka. Selain itu, penelitian tersebut juga menyatakan bahwa sebanyak 58,09% remaja perempuan di daerah perkotaan dan 79,45% remaja di daerah pinggiran membersihkan area ekternal genital kurang dari dua kali sehari (Thakre, Thakre, Reddy, Rathi, Pathak, & Ughade, 2011).

Pada saat menstruasi, seseorang perlu memperhatikan kebersihan diri lebih dari biasanya karena terjadi beberapa perubahan pada tubuhnya (Hockenberry & Wilson, 2009). Perawatan diri yang baik pada saat menstruasi seperti penggunaan pembalut yang tepat, intensitas penggantian pembalut, penggunaan air bersih, serta cara mem-bersihkan area genital secara adekuat merupakan hal mendasar dan sangat penting untuk diperhatikan (Thakre et al, 2011). Penelitian yang dilakukan di Mesir menunjukkan bahwa masih ada sekitar 36% dari responden yang belum memiliki perilaku perawatan diri yang tepat saat menstruasi (Lassy & Madian, 2013).

Selama menstruasi, produksi keringat akan meningkat karena kerja prostaglandin yang merangsang termostat di hipotalamus untuk meningkatkan suhu (Sherwood, 2010).

Peningkatan keringat ini juga diperparah dengan tingginya aktivitas yang dilakukan oleh seorang remaja sehingga seorang remaja membutuhkan perawatan diri yang lebih dibandingkan pada saat tidak menstruasi. Pada saat menstruasi, daerah perineal akan menjadi lebih lembab sehingga meningkatkan risiko pertumbuhan mikroorganisme. Infeksi candida pada vagina dan bowel merupakan salah satu risiko yang dapat muncul terutama dalam rentang dua minggu atau pada saat menstruasi karena hormon progesteron yang dapat mendorong pertumbuhan candida. (Lumsden & Hickey, 2000).

Dampak lebih lanjut adalah menyebabkan iritasi pada labia mayora, infeksi saluran reproduksi terutama vagina dan serviks bahkan dapat menyebabkan infeksi pada saluran perkemihan (Smeltzer & Bare, 2003). Dampak lainnya terkait penggunaan pembalut yang tidak tepat adalah peningkatan risiko terhadap terjadinya toxic shock syndrom (Lumsden & Hickey, 2000). Pembalut yang dipakai dan tidak diganti dalam waktu lama akan menjadi tempat berkumpulnya bakteri, kemudian akan menghasilkan racun yang dapat masuk kembali ke dalam tubuh melalui vagina. Kondisi perawatan diri yang buruk terutama area genital juga menjadi faktor predisposisi terjadinya kanker serviks (Basu, Singh & Pandey, 2005). Karena itu, pengetahuan dan informasi yang adekuat mengenai perawatan diri saat menstruasi sangat diperlukan oleh remaja agar terhindar dari berbagai penyakit terutama berhubungan dengan menstruasi.

Metode

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif deskriptif, dimana penelitian bertujuan untuk menggambarkan perilaku perawatan diri saat menstruasi pada remaja, dimana populasi dari penelitian ini adalah siswi di salah satu SMK Negeri di Depok. Sampel yang diambil berjumlah 90 orang. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan metode

(3)

consecutive sampling. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah siswi perempuan yang duduk di kelas X dan XI pada SMK Negeri di Depok, Telah mengalami menstruasi pertama dan bersedia menjadi responden dan menandatangani lembar persetujuan.

Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner. Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu bagian pertama data demografi dan fasilitas kebersihan di toilet sekolah serta bagian kedua pertanyaan terkait perilaku perawatan diri saat menstruasi. Bagian kedua terdiri atas 23 pertanyaan yaitu 2 pertanyaan terkait cara membasuh area perineal, 1 pertanyaan terkait penggunaan sabun dan zat antiseptik untuk membersihkan perineal, 1 pertanyaan terkait penggunaan alat penyerap cairan menstruasi/ pembalut, 1 pertanyaan terkait cara membersihkan pembalut kain, 1 pertanyaan terkait pengelolaan sampah bekas pembalut sekali pakai, 1 pertanyaan terkait frekuensi penggantian alat penyerap, 4 pertanyaan terkait waktu penggantian alat penyerap, 4 pertanyaan terkait penggunaan pakaian dalam, 4 pertanyaan terkait pengelolaan celana dalam, 3 pertanyaan terkait kebiasaan cuci tangan dan 1 pertanyaan terkait mandi. Bentuk pertanyaan pada kuesioner tersebut berupa pilihan-pilihan yang dapat diisi oleh responden dengan memberikan tanda

check list atau mencontrengnya.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji dengan face validity kepada 5 orang yang memiliki karakteristik sama atau mirip dengan sampel yaitu berjenis kelamin perempuan, duduk di bangku SMA, dan telah melewati menstruasi pertama. Tujuan dari uji keterbacaan adalah untuk melihat apakah pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner yang digunakan sesuai dengan pemahaman responden.

Peneliti melakukan pengambilan data dengan menyebarkan kuesioner kepada responden dengan cara bekerja sama dengan guru atau wali kelas. Disamping itu, menyertakan

lembar persetujuan bagi setiap reponden yang isinya menjelaskan tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjagaan privasi, serta meminta kerjasama dari responden untuk menjawab pertanyaan dengan lengkap. Peneliti juga memberi waktu yang cukup bagi responden untuk mengisi kuesioner dan terakhir mengumpulkan semua kuesioner yang telah diisi oleh responden dan melakukan pengecekan ulang.

Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data untuk selanjutnya dianalisis. Peneliti melakukan analisis univariat untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteris-tik masing-masing variabel yang diteliti. Dari analisis univariat dapat diketahui distribusi frekuensi responden remaja perempuan berdasarkan usia, usia saat menstruasi pertama, dan perilaku perawatan diri remaja perempuan saat menstruasi

Hasil

Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 1.:

Tabel 1. Karakteristik Responden Data Demografi Mean Min-Maks

Usia 15,91 15-17

Usia saat menstru-asi pertama

12,68 10-15

Data Demografi Frekuensi Persentase (%) Kelas X XI 54 36 60 40 Mandapat informasi mengenai menstruasi Tidak pernah Pernah 1 89 1.1 98,9 Suku Betawi Jawa Sunda Lainnya 49 23 10 8 54,4 25,6 11,1 8,9

Berdasarkan tabel 1. diatas, diketahui bahwa usia responden berada dalam rentang 15

(4)

hingga 17 tahun. Dari analisis data juga diketahui bahwa rata-rata usia responden adalah 15,91 (SD=0,681) tahun. Rentang usia ketika responden pertama kali mengalami menstruasi adalah mulai pada usia 10 dan paling tua dimulai pada usia 15 tahun. Rata-rata usia responden saat menstruasi pertama adalah 12,68 (SD=0,992) tahun.

Berdasarkan tabel 1. diatas, juga diketahui bahwa responden terdiri atas siswi kelas X sebanyak 54 orang dan kelas XI sebanyak 36 orang. Mayoritas responden (98,9%) sudah pernah mendapatkan informasi mengenai menstruasi, hanya 1,1% yang belum pernah mendapat informasi mengenai menstruasi. Berdasarkan tabel juga diketahui bahwa responden terdiri atas berbagai suku di Indonesia. Mayoritas responden berasal dari suku Betawi sebesar 54,4% atau 49 orang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa 92,2% responden menjawab bahwa terdapat air yang lancar di kamar mandi sekolah. Berdasarkan jawaban 86,7% responden diketahui bahwa terdapat bak pada kamar mandi. 93,3 % responden menjawab bahwa terdapat peralatan pengambil air (gayung) di kamar mandi sekolah. Namun, menurut 90% responden tidak terdapat sabun cuci tangan di kamar mandi sekolah. 52,2% responden menjawab bahwa tidak terdapat tempat sampah di kamar mandi sekolah. 56,7% responden menjawab bahwa terdapat tempat cuci tangan atau wastafel, dan 71,1% menjawab bahwa tidak terdapat fasilitas kebersihan kamar mandi di sekolah. Fasilitas kebersihan di sekolah dapat dikatakan memadai jika terdapat minimal 5 fasilitas di kamar mandi sekolah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa menurut 41,1% responden terdapat fasilitas sudah memadai, sedangkan mayoritas (57,9%) responden menyatakan fasilitas kebersihan di toilet sekolah tidak memadai.

Pada penelitian ini, perilaku perawatan diri saat menstruasi pada responden diukur dengan beberapa subvariabel dengan pertanyaan

terkait kebiasaan yang dilakukan responden saat menstruasi. Adapun hasil analisis pada penelitian ini adalah:

Tabel 2. Faktor Perawatan Diri saat Menstruasi

Subvariabel Presentase (%) Cara membasuh area perineal

• Tepat • Tidak tepat

85,6 14,4 Penggunaan sabun dan zat

antiseptik untuk membersihkan perineal

• Tepat • Tidak tepat

25,6 74,4 Pengelolaan sampah bekas

pembalut modern • Tepat • Tidak tepat

94,4 5,6 Frekuensi penggantian alat

penyerap • Tepat • Tidak tepat

62,2 37,8 Waktu penggantian alat penyerap

• Tepat • Tidak tepat

67,8 32,2 Penggunaan pakaian dalam

• Tepat • Tidak tepat

54,4 45,6 Pengelolaan celana dalam setelah

digunakan • Tepat • Tidak tepat

66,7 33,3 Kebiasaan mencuci tangan

• Tepat • Tidak tepat 87,8 12,2 Kebiasaan mandi • Tepat • Tidak tepat 98,9 1,1

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 2. menunjukkan bahwa sebagian besar responden (85,6%) sudah memiliki perilaku yang tepat terkait cara membasuh area perineal. Hasil analisis pada tabel 2. menunjukkan bahwa sebagian besar responden (74,4%) belum memiliki perilaku yang tepat terkait penggunaan sabun dan zat antiseptik untuk membersihkan area genital. Sementara itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa

(5)

hampir seluruh responden (94,4%) telah memiliki perilaku yang tepat terkait pengelolaan sampah bekas pembalut sekali pakai. Hasil analisis pada tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas responden (62,2%) sudah memiliki perilaku yang tepat terkait frekuensi penggantin pembalut.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semua responden menggunakan alat penyerap darah menstruasi berupa pembalut modern sekali pakai, dan ditemukan sebagian kecil dari responden yang masih menggunakan gabungan pembalut modern sekali pakai dengan pembalut kain (6,7%). Hasil analisis data juga menunjukkan bahwa 67,8% responden memiliki perilaku yang tepat terkait waktu penggantian alat penyerap.

Hasil analisis pada tabel 2. menunjukkan 62,2% memiliki perilaku yang tepat terkait penggunaan celana dalam karena setidaknya menjawab 3 pertayaan dengan benar. Sementara itu, hasil analisis pada tabel 2. menunjukkan 66,7% memiliki perilaku yang tepat terkait pengelolaan celana dalam setelah digunakan. Hasil analisis juga menunjukkan 87,8% responden memiliki perilaku yang tepat terkait kebiasaan mencuci tangan. Hampir seluruh responden memiliki perilaku yang baik terkait kebiasaan mandi, dimana 98,9 % responden mandi ≥ 2 kali dalam sehari.

Tabel 3. Perilaku Perawatan Diri Responden saat Menstruasi Perilaku perawatan

diri saat menstruasi

Jumlah Persentase (%) Tepat Tidak tepat 51 39 56,7 43,3

Hasil analisis nilai untuk perilaku perawatan diri saat menstruasi didapatkan dengan menjumlahkan nilai setiap subvariabel, dimana jika subvariabel tepat diberi nilai 1 dan jika tidak tepat diberi nilai 0. Berdasarkan hasil analisis nilai didapatkan bahwa rentang nilai perilaku perawatan diri saat menstruasi adalah

3 sampai 9, dengan mean 6,4 dan median 7. Variabel ini berdistribusi normal, sehingga peneliti melakukan pengkategorian menggunakan cut off point dengan nilai mean. Perawatan diri saat menstruasi dikategorikan menjadi dua yaitu tepat jika nilai ≥ 6,4 dan tidak tepat jika nilai < 6,4. Hasil analisis pada tabel 3. didapatkan bahwa sebagian besar responden (56,7%) sudah memiliki perilaku perawatan diri saat menstruasi yang tepat. Perilaku perawatan diri saat menstruasi berdasarkan beberapa karakteristik responden akan digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 4. Perilaku Perawatan Diri saat Menstruasi Berdasarkan Karakteristik

Tabel 4. menunjukkan bahwa proporsi responden dengan usia menstruasi pertama 10 tahun yang memiliki perilaku perawatan diri saat menstruasi yang tepat sama dengan yang memiliki perilaku tidak tepat (50%). Hal itu juga terjadi pada responden dengan usia menstruasi pertama 11 dan 15 tahun. Proporsi

Variabel

Perilaku Perawatan Diri Tepat Tidak Tepat % % Usia menstruasi pertama 10 tahun 11 tahun 12 tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahun 50,0 50,0 68,0 56,4 42,9 50,0 50,0 50,0 32,0 43,6 57,1 50,0 Keterpaparan informasi Pernah Tidak pernah 56,2 100 43,8 0 Suku Betawi Jawa Sunda Lainnya 57,1 56,5 50,0 62,5 42,9 43,5 50,0 37,5 Fasilitas kebersihan toilet sekolah Memadai Tidak memadai 50,0 61,5 50,0 38,5

(6)

responden dengan usia menstruasi pertama 12 tahun dan memiliki perilaku yang tepat adalah 68,0%. Sementara itu, proporsi responden yang pernah terpapar informasi mengenai menstruasi dan memiliki perilaku perawatan diri saat menstruasi tepat adalah 56,2%. Proporsi responden yang merasa fasilitas kebersihan toilet sekolah tidak memadai namun memiliki perilaku tepat adalah 61,5%.

Pembahasan

Sebagian besar siswi yaitu memiliki perilaku yang tepat terkait cara membasuh area perineal. Perilaku yang tepat ditunjukkan dengan selalu membersihakan area genital setelah mandi, BAK, BAB, ataupun mandi. Selain itu, cara membasuh area genital yang tepat juga ditunjukkan dengan membasuh dari arah depan ke belakang juga dilakukan oleh sebagian besar responden. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmayanti (2010), dimana diketahui bahwa sebagian besar responden membersihkan alat kelamin dari arah depan ke belakang.

Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan yang dapat menimbulkan iritan seperti sabun dan cairan antiseptik ketika membersihkan area genital masih dilakukan oleh sebagian besar siswi. Namun, hanya sebagian kecil dari siswi yang sudah tepat menggunakan air bersih saja ketika membersihkan area genital. Hal ini mirip dengan penelitian yang dilakukan Ariyani (2009), dimana hanya sebagian kecil responden yang membersihkan area perineal menggunakan air bersih saja. Menurut Carlson, Eisenstat dan Ziporyn (2004), penggunaan sabun dan zat antiseptik ketika membersihkan area genital tidak perlu dilakukan karena penggunaan cairan pembersih terutama zat kimia dapat mengganggu keseimbangan pH dan flora normal di vagina

Berdasarkan hasil penelitian semua siswi menggunakan pembalut modern sekali pakai

sebagai alat penyerap menstruasi. Namun, didapatkan sebagian kecil siswi yang menggunakan kombinasi antara pembalut kain dan pembalut modern sekali pakai. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa hampir seluruh siswi memperlakukan pembalut modern bekas pakai dengan mencuci terlebih dahulu, lalu dibungkus dengan kantong dan kemudian dibuang ke tempat sampah. Penelitian ini dapat mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ariyani (2009), dimana sebagian sebesar responden memperlakukan pembalut cara yang sama. Hal tersebut sudah menunjukkan perilaku yang tepat, namun masih ada responden yang membuang sampah pembalut ke dalam kloset. Pada penelitian ini diketahui bahwa lebih dari setengah siswi sudah berperilaku tepat dengan mengganti pembalut ≥ 3 kali sehari. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2011) dimana sebagian besar mahasiswa memiliki perilaku yang tepat dengan mengganti pembalut ≥ 3 kali sehari. Namun, hal ini tidak sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan di Mesir, dimana sebagian besar reponden (56,5%) masih berperilaku tidak tepat dengan mengganti pembalut kurang dari 3 kali sehari (Gilany, Badawi, & El-Fedawy, 2005). Pembalut sebaiknya diganti minimal 3- 4 kali sehari atau jika telah terasa basah (Salhan 2011).

Selain frekuensi penggantian alat penyerap darah menstruasi, hal lain yang penting untuk diketahui dalam perawatan diri saat menstruasi adalah waktu penggantian alat penyerap. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswi sebesar siswi telah menunjukkan perilaku yang tepat terkait waktu penggantian alat penyerap. Namun, pada penelitian ini juga diketahui bahwa masih banyak siswi yang jarang bahkan tidak pernah mengganti pembalut di sekolah dan masih ada siswi yang tidak mengganti pembalut saat malam hari. Hal ini mendukung penelitian lain yang dilakukan oleh Dewi (2011), dimana masih terdapat beberapa mahasiswa yang tidak

(7)

pernah mengganti pembalut di kampus. Kegiatan di sekolah atau kampus biasanya dapat berlangsung lebih dari 6 jam, sehingga penggantian pembalut di sekolah penting dilakukan. Pembalut yang dibiarkan dan tidak diganti dalam waktu akan menjadi tempat perkembangbiakan bakteri (Lumsden & Hickey, 2000).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah siswi sudah memiliki perilaku yang tepat terkait penggunaan pakaian dalam. Hampir seluruh siswi mengganti celana dalam ≥ 2 kali sehari dan sebagian besar siswi juga menggunakan celana dalam dengan bahan yang halus dan menyerap keringat. Namun hanya sebagian kecil siswi yang mengetahui jenis bahan pakaian dalamnya adalah bahan katun. Sebagian besar siswi memilih untuk menggunakan celana dalam yang tidak ketat dan tidak terlalu longgar dibandingkan celana dalam yang ketat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmayanti (2012), dimana sebagian besar responden mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari dan menggunakan celana dalam berbahan menyerap. Celana dalam berbahan katun adalah bahan yang paling baik digunakan karena bahan ini mudah menyerap keringat. Bahan yang tidak menyerap keringat sebaiknya tidak dipilih, karena menyebabkan keringat berlebih dan beresiko meningkatkan pertumbuhan bakteri pada kulit (Smeltzer & Bare, 2003).

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar siswi sudah memiliki perilaku yang tepat dalam mengelola celana dalam yang telah digunakan. Pada penelitian ini bahwa sebagian besar siswi menjemur pakaian dalam yang sudah digunakan dibawah sinar matahari. Penelitian ini dapat mendukung hasil dari penelitian yang dilakukan di India, dimana 51,32% responden mengeringkan pakaian dalam dibawah matahari (Thakre et al, 2011). Menjemur pakain dalam dibawah matahari membantu membunuh bakteri, sehingga lebih higienis. Setelah celana dalam

yang dicuci menjadi bersih dan kering, lalu celana disimpan di lemari khusus pakaian dalam (Basu, Singh & Pandey, 2005).

Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh siswi (87,8%, n=90) memiliki perilaku yang tepat terkait kebiasaan mencuci tangan saat menstruasi. Perilaku yang tepat ditunjukkan siswi dengan selalu mencuci tangan setelah mengganti pembalut, setelah membuka, atau setelah memasang pembalut. Selain itu, perilaku yang tepat juga ditunjukkan siswi dengan mencuci tangan tidak hanya dengan menggunakan air mengalir, tetapi juga menggunakan sabun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di India dimana hampir seluruh responden sudah mencuci tangan secara teratur dan sebagian besar responden menggunakan air dan sabun ketika mencuci tangan. Namun, pada penelitian tersebut masih terdapat 16,3 responden yang mencuci tangan hanya menggunakan air. Menurut Gharoro (2013) dengan memperhatikan kebersihan tangan, maka dapat mencegah perpindahan bakteri dari tangan ke vagina maupun sebaliknya sehingga dapat menekan risiko terhadap infeksi.

Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh responden (98,9%) mandi ≥ 2 kali sehari. Perilaku ini merupakan perilaku yang tepat dan hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di India, dimana 85,7% reponden mandi secara teratur terkait kebiasaan menjaga kebersihan saat menstruasi (Yasmin, Manna, Malik, Ahmed, & Paria, 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rentang usia responden adalah 15 tahun hingga 17 tahun, dengan mayoritas responden berusia 16 tahun yaitu sebanyak 48 responden atau 53,3%. Menurut Hockenberry dan Wilson (2009) seluruh responden termasuk dalam subfase masa remaja pertengahan, dimana pada usia tersebut biasanya remaja mulai meningkatkan kematangan diri dan kemandiriannya.

(8)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas remaja mengalami menstruasi pada usia 13 tahun. Rentang usia saat menstruasi pertama adalah mulai pada usia 10 hingga 15 tahun. Rata-rata usia menstruasi pertama responden adalah 12,68 tahun. Hal tersebut mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh Gharoro (2013) bahwa rata-rata usia menstruasi pertama responden adalah 12,88 dengan rentang 10 hingga 15 tahun. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ariyani (2009) juga memiliki hasil yang mirip, dimana usia menstruasi pertama rata-rata adalah 12,20 dengan rentang 10-14 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, proporsi responden dengan usia menstruasi pertama 12 tahun dan memiliki perilaku yang tepat adalah 68,0% (n=25), sedangkan proporsi responden dengan usia menstruasi pertama 13 tahun yang memiliki perilaku yang tepat adalah 56,4% (n=39). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku perawatan diri pada setip suku memiliki proporsi yang tidak jauh berbeda. Proporsi siswi yang memiliki perilaku tepat pada setiap suku adalah lebih dari 50%. Hal ini menunjukkan bahwa suku tertentu belum tentu mempengaruhi perilaku remaja. Hal ini kemungkinan disebabkan remaja tinggal di daerah urban, dimana lingkungan tinggal terdiri dari berbagai suku yang memungkinan terjadinya perbauran budaya. Selain itu, perilaku remaja saat ini cenderung lebih dipengaruhi oleh teman atau kelompok dan media yang mudah diakses.

Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah siswi yang merasa fasilitas kebersihan toilet sekolah tidak memadai namun memiliki perilaku tepat adalah 61,5%, sedangkan siswi yang merasa fasilitas kebersihan toilet sekolah memadai dan memiliki perilaku tepat adalah 50 %. Hasil tersebut menunjukkan, meskipun siswi menganggap sarana kebersihan sekolah sudah memadai, tidak menjadi jaminan bagi siswi untuk memiliki perilaku yang tepat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Rahmayanti (2012), dimana hasil penelitiannya menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara kelengkapan sarana kebersihan di toilet sekolah.

Penelitian terkait perawatan diri saat menstruasi ini hanya melibatkan siswi pada satu sekolah saja, sehingga hanya dapat mewakili hasil di sekolah tersebut. Penelitian belum dapat mewakili kebanyakan sekolah setingkat. Disamping itu, Penelitian ini dilakukan dalam satu waktu sehingga menyebabkan adanya kemungkinan responden mencontek atau berdiskusi dalam menjawab pertanyaan.

Kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner yang dikembangkan sendiri oleh peneliti berdasarkan sumber-sumber yang berkaitan dengan perawatan diri saat menstruasi berupa buku, jurnal dan penelitian lain. Pertanyaan yang digunakan pada penelitian berupa pertanyaan dengan pilihan ganda, sehingga memungkinkan menjawaban pertanyaan berdasarkan hasil tebakan. Selain itu terdapat beberapa pertanyaan pada kuesioner yang masih kurang spesifik

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perawat untuk membantu meningkatkan pengetahuan remaja perempuan mengenai menstruasi dan perawatan diri saat menstruasi agar siswi dapat menunjukkan perilaku yang baik dan tepat dalam perawatan diri saat menstruasi. Selain itu, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi institusi pendidikan seperti sekolah mengenai perilaku perawatan diri saat menstruasi pada siswi. Hal ini juga dapat menjadi masukan bagi sekolah untuk bekerja sama dengan pihak terkait dalam membuat program pemberian edukasi mengenai menstruasi dan perawatan diri saat menstruasi. Adapun implikasi penelitian ini bagi siswi adalah meningkatkan kewaspadaan siswi dan pengetahuannya mengenai menstruasi dan perawatan diri saat menstruasi

(9)

agar memiliki perilaku yang tepat dan lebih baik.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, temuan pada penelitian ini memberikan gambaran mengenai perilaku perawatan diri saat menstruasi pada remaja perempuan di salah satu sekolah di kota Depok.

Karakteristik siswi pada penelitian ini rata-rata berusia 15,91 tahun dan rata-rata usia saat menstruasi pertama siswi adalah 12,68 tahun dalam rentang umur 10 hingga 15 tahun. Mayoritas siswi duduk di kelas X SMK dan hampir seluruh siswi pernah terpapar informasi mengenai menstruasi.

Sebagian besar (85,6%) siswi melakukan cara membasuh area perineal dengan tepat. Seluruh siswi menggunakan pembalut modern sekali pakai untuk menyerap cairan menstruasi dan diketahui bahwa sebagian kecil (6,7%) siswi menggunakan kombinasi dengan pembalut kain. Hampir seluruh (94,4%) siswi sudah melakukan pengelolaan sampah bekas pembalut dengan tepat. Namun, sebagian besar (74,4) siswi masih berperilaku yang tidak tepat terkait penggunaan sabun dan zat antiseptik untuk membersihkan perineal.

Sebagian besar (54,4%) siswi telah menggunakan pakaian dalam dengan tepat serta melakukan pengelolaan celana dalam dengan tepat. Sementara itu, hampir seluruh (98,9) siswi memiliki kebiasaan mandi yang tepat dan memiliki perilaku terkait mencuci tangan yang tepat.

Sebagian besar responden (56,7%) sudah memiliki perilaku perawatan diri saat menstruasi yang tepat jika dilihat dari perilaku secara keseluruhan.

Rata-rata usia responden yang memiliki perilaku tepat adalah 15,98 tahun, sedangkan untuk responden yang memiliki perilaku tidak

tepat rata-rata usianya adalah 15,82 tahun. Selain itu, rata-rata usia menstruasi pertama responden yang memiliki perilaku tepat adalah 12,61 tahun, sedangkan rata-rata usia menstruasi pertama responden yang berperilaku tidak tepat adalah 12,77 tahun.

Ucapan Terima Kasih

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW yang telah membawa umatnya kepada zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua unsur pimpinan dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang telah memberikan dukungan sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar.

Referensi

Ariyani, I. (2009). Aspek biospsikososial higiene menstruasi pada remaja di pesantren putri As-Syafi’iyah Bekasi tahun 2009. (Skripsi Sarjana, tidak dipublikasi). Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Basu, P., Singh, A., & Pandey, A. (2005). A practical approach to gynecologic oncology. New Delhi: Jaypee.

Carlson, K.J., Eisenstat, S.A., & Ziporyn, T. (2004). The new Harvard guide to womens health. England: Harvard University Press Dasgupta, A . & Sarkar, M. (2008). Menstrual

hygiene: How hygienic is the adolescent girl.

Indian J of Comm Med. Diakses pada 12 Oktober 2013 :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PM C2784630

Dewi, R. (2011). Determinan status higienitas genitalia mahasiswi di Universitas wilayah Depok. (Tesis Magister, tidak dipublikasi). Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.

(10)

El-Gilany, A., Badawi, K., & El-Fedawy, S. (2005). Menstrual hygiene among adolescent schoolgirls in Mansoura, Egypt. Reproductive Health Matter. Diunduh pada 4 Juni 2014: download.journals.elsevierhealth.com/pdfs/jo urnals/0968-8080/PIIS096

8808005261918.pdf

Gharoro, L. (2013). Menstrual hygiene practices among junior secondary school in Benin City.

Journal of Educational and Social Research. Diunduh pada 27 Desember 2013: http://www.mcser.org/journal/index.php/jesr/a rticle/download/1748/1752

Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2009). Wong’s essentials of pediatric nursing. 8th ed. Canada: Mosby.

Lumsden, M. A., & Hickey, M. (2000). Complete woman health. Britain: Tornsons.

Rahmayanti, N. (2012). Perilaku perawatan kebersihan alat reproduksi dalam pencegahan kanker serviks pada siswi SMAN 9 Kebon Pala Jakarta Timur. (Skripsi Sarjana, tidak dipublikasi). Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Salhan, S. (2011). Textbook of gynecology. 1st edition. India: Jaypee

Sherwood, L. (2010). Human physiology from cell to system. 7th edition. Canada: Cengage. Smeltzer, S & Bare, B.G. (2003). Brunner &

Suddart textbook of medical surgical nursing. 10 ed. Philladelphia: Lippincott.

Thakre, S.B., Thakre, S.S., Reddy, M., Rathi, N., Pathak, K.., & Ughade, S. (2011). Menstrual hygiene: Knowledge an practice among adolescent school girls of Saoner, Nagpur District. Journal of Clinical and Diagnostic Research. Diunduh pada 22 Oktober 2013: www.wsscc.org/sites/default/files/publications

/thakre-etal_mhknowlsgepracticenagpur_india_2011. pdf

Wong, D.L., Eaton, M.H., Wilson, D., Winkelstein M.L. & Schwartz, P. (2001/2009). Wong buku ajar keperawatan pediatrik. (Sutarna, Juniarti, Kuncara, Penerjemah). Jakarta :EGC.

Yasmin, S., Manna, N., Malik, S., Ahmed, A. &, Paria, B. (2013). Menstrual hygiene among adolescent school student: An in-depth cross-sectional study in an urban community of West Bengal, India. Journal of Dental and Medical Science. Diunduh pada 20 November 2013: http://iosjournals.org/iosr-jdms/paper/Vol5-issue6/E0562226.pdf

Gambar

Tabel 2. Faktor Perawatan Diri saat  Menstruasi
Tabel 3. Perilaku Perawatan Diri   Responden saat Menstruasi   Perilaku  perawatan

Referensi

Dokumen terkait

Kepada peserta lelang yang merasa keberatan atas penetapan pemenang pelelangan tersebut di atas diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis

Demikian pula jumlah kumulatif penumpang yang datang melalui penerbangan internasional pada bulan Januari – November 2016 naik 12,47 persen dibandingkan periode yang

Perilaku petugas Damkar pada saat melaksanakan pemadaman ialah harus mempersiapkan fisik dan mental yang prima, tidak diberkenankan dalam keadaan tidak sadar

Dalam penelitian ini hal yang akan dianalisis adalah mengenai makna horangi, fungsi, dan diksi yang terkandung pada sepuluh peribahasa Korea tersebut.. 1.5

This questionnaire intends to investigate the Kebon Dalem Junior High School students’ perception of the causes of their reluctance to actively participate in the speaking

Menurut Kristanto (2008:61), DFD adalah suatu model logika data atau proses yang dibuat untuk menggambarkan darimana asal data dan kemana tujuan data yang keluar dari sistem,

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut : (1) Untuk mengetahui perlindungan hukum yang diberikan penyidik dalam proses penyidikan terhadap

Berdasarkanhasil analisis kebutuhan diperoleh bahwa bahan ajar yang tersedia saat ini atau yang kerap digunakan mahasiswa adalah buku cetak yang beredar di