Latar belakang
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat
POLIKULTUR UDANG GALAH
(Macrobrachium rosenbergii)
DAN
GURAMI
(Osphronemus goramy)
SISTEM EKSTENSIF
DASU ROHMANA, CENO HARIMURTI ADI, AHMAD JAUHARI PAMUNGKASdan SusiROSELLIA
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar - Sukabumi Jln . Selabintana No 37 Sukabumi Telp. 0266-225240
ABSTRAK
Tujuan dilakukan polikultur adalah untuk mendapatkan keuntungan Iebih, sekaligus untuk memperbaiki ekologi kolam . Benih udang galah ukuran 5 g/ekor dengan padat tebar 5 ekor/mz dibudidayakan secara polikultur dengan benih gurami berukuran 5,7 g/ekor dengan padat tebar 3 ekor/4 m 2 dalam kolam berukuran 200 m2 selama 4 bulan. Hasil penelitian menunjukkan'bobot udang galah mencapai 33,3 g dengan sintasan 73,3% sedangkan bobot gurami mencapai 134,7 g dengan sintasan 91,3% . Polikultur udang dengan gurami memberikan keuntungan hingga 2 kali lipat dibandingkan budidaya udang galah secara monokultur . Di samping itu, polikultur dapat mencegah terjadinya
hypoxia .
Kata kunci : Polikultur, udang galah, gurami
Udang galah dan gurami merupakan ikan air tawar yang bergengsi (luxury food) sehingga mempunyai harga jual yang kompetitif. Potensi pasarnya masih terbuka dan dapat menembus pasar dunia, akan tetapi pasokan produknya belum dapat memenuhi permintaan konsumen . Sedangkan benih gurame dan udang galah dapat diproduksi secara masal karena teknik pembenihan sudah dapat
dilakukan dengan baik .
Kedua jenis ikan air tawar ini dapat hidup secara bersamaan dalam wadah budidaya karena mempunyai niche dan jenis pakan yang berbeda . Udang galah menempati dasar dan pinggiran kolam, sedangkan gurami berada pada kolom air. Gurami dapat mengkonsumsi pakan pellet tetapi pada ukuran tertentu lebih menyukai daun-daunan
seperti daun sente, daun kacang dan daun pepaya . Kegiatan polikultur ikan tidak terbatas pada komoditi yang memiliki perbedaan jenis pakan dan tempat hidup, tetapi juga terhadap pengaruh akibat
kegiatan budidaya itu sendiri . Aktivitas budidaya ikan biasanya menimbulkan cemaran yang berasal dari pakan yang tidak terkonsumsi dan sisa metabolisme ikan dalam bentuk amoniak . Pada konsentrasi tertentu amoniak akan mengganggu pertumbuhan ikan dan udang bahkan dapat
PENDAHULUAN menyebabkan kematian .
Feses gurami merupakan pupuk organik yang dapat dimanfaatkan untuk tumbuh kembang beberapa jenis fitoplankton . Hasil penguraian ammoniak oleh bakteri akan menjadi senyawa nitrat yang dapat dimanfaatkan oleh fitoplankton . Sementara itu fitoplankton merupakan pakan utama bagi zooplankton, dan zooplankton sangat disukai oleh udang galah dan merupakan pakan hidup bernutrisi tinggi . Gambaran jaringan makanan terlihat secara jelas pada polikultur udang galah-gurami ini .
Pada kegiatan polikultur perlu diperhatikan tingkat kepadatan yang dapat memberikan pertumbuhan dan sintasan yang baik bagi kedua komoditi . Hal ini berkaitan dengan oksigen terlarut yang merupakan faktor pembatas bagi organisme budidaya terutama pada sistem ekstensif yang mendapatkan suplai oksigen secara alami dari difusi udara dan air yang masuk ke kolam.
Pada kegiatan ini dikaji manfaat polikultur secara ekonomis dan ekologis pada tingkat kepadatan dan ukuran gurami yang berbeda dengan kepadatan udang galah rendah (ekstensif) .
Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah untuk melihat dampak kegiatan polikultur udang galah-gurami ditinjau dari aspek ekonomis dan ekologis .
Bahan
Bahan yang digunakan adalah tokolan udang galah ukuran 5 gram, benih gurami ukuran 5,7 gram dan 100 gram, pellet tenggelam untuk udang galah, pellet apung untuk gurami, kapur, pupuk organik, daun sente, daun kacang dan daun pepaya . Alat
Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah kolam pembesaran berukuran 200 m2, cangkul, hapa, seser, ember, timbangan, mistar ukur, dan alat cek kualitas air.
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan' Gizi Masyarakat
METODOLOGI
Tabel 1 . Kebutuhan kapur bakar (CaO) pada berbagai pH dan tekstur tanah
Pipa pemasukan air dilengkapi dengan kain kasa supaya kotoran dan ikan liar dari sungai tidak masuk ke dalam kolam budidaya . Setelah kolam dianggap siap, maka dilakukan pengisian air dan dibiarkan menggenang selama seminggu sampai plankton tumbuh dengan haik yang dicirikan dengan terjadinya perubahan warna air menjadi kehijauan .
Penebaran benih
Penebaran benih dilakukan pagi hari saat suhu masih dingin . Benih diaklimatisasi dahulu terhadap suhu dan parameter kualitas air lainnya, yaitu dengan meletakkan wadah yang berisi benih pada air kolam dan menambah air kolam sedikit demi sedikit .
METODE KERJA Persiapan
Pengeringan dan perbaikan kolam dapat dilakukan secara bersamaan . Pengeringan dasar kolam dimaksudkan untuk menguraikan senyawa sulfida dan senyawa beracun lainnya, terjadinya proses oksidasi dan membunuh benih-benih ikan liar. Perbaikan kolam dilakukan terhadap kolam yang bocor, untuk kolam tanah dapat ditutup dengan menggunakan plastik .
Tanah yang masam (pH kurang dari 6,8) diperlukankapuruntukmenetralkannya . Kebutuhan kapur untuk menetralisir keasaman kolam disajikan pada Tabel 1 . Untuk meningkatkan kesuburan tanah dapat dilakukan pemupukan tanah dasar dengan menggunakan pupuk organik komersial sebanyak
I kg/ha .
Petak A ditebar benih gurame ukuran 5,7 gram sebanyak 3 ekor/2 m 2 dan tokolan udang galah ukuran 5 gram sebanyak 5 ekor/m 2 . Petak B ditebar benih gurame ukuran 5,7 gram sebanyak 3 ekor/4 m 2 dan tokolan udang galah ukuran 5 gram sebanyak 5 ekor/m 2 . Petak C ditebar gurame ukuran 100 gram sebanyak 3 ekor/8 m 2 dan tokolan udang galah ukuran 5 gram sebanyak 5 ekor/m2 .
Pemeliharaan
Pakan buatan untuk tokolan udang galah adalah pellet komersial tenggelam dengan kandungan protein 28% sebanyak 3% dari bobot tubuh . Sedangkan benih gurami diberi pakan pellet komersial terapung dengan kandungan protein 25%
2 2 3 Kebutuhan kapur CaO (ton/ha) kolam air tawar
pH Tekstur tanah
Lempung Hat berat Pasir berlumpur Pasir
2,0-2 .5 7 3,50 2,00 2,6-3,0 6 3,00 1,50 3,1 -3,5 5 2,50 1,50 3,6-4,0 4 2,00 1 .25 4,1-4,5 2 1,25 1,25 4,6-5,0 1,50 1,00 1,00 5,1
-5,5
1 .00 0,50 0,50 5,6-6,0 0,50 0,25 0,25 6,1-6,5 0,50 0,25 0sebanyak 1,5% dari bobot tubuh. Pakan hijauan berupa daun papaya, daun kacang atau daun keladi/ sente diberikan setiap hari sebanyak 10% bobot tubuh, diperuntukkan bagi gurame yang telah berukuran di atas 50 gram .
Pakan diberikan dengan strategi pakan untuk gurami didahulukan, selang 15 menit kemudian pakan untuk udang . Frekuensi pemberian pellet dua kali yaitu pagi dan sore sedangkan daun-daunan diberikan siang hari sebagai pakan penyela .
Air dibiarkan mengalir secara kontinu dengan debit 0,5-0,1 liter per detik . Fungsi air mengalir adalah untuk meningkatkan kelarutan oksigen dalam kolam . Pergantian air dilakukan apabila kecerahan kurang dari 30 cm atau terjadi peningkatan racun metabolit dengan konsentrasi di atas ambang batas .
Perhitungan populasi dan pengukuran bobot tubuh udang-ikan dilakukan setiap satu bulan . Sekaligus untuk menentukan penambahan jumlah ransum .
Monitoring kualitas air dan identifikasi penyakit
Beberapa parameter kualitas air yang diukur adalah temperatur, oksigen terlarut, kecerahan, amoniak (NH), alkalinitas dan pH . Pemeriksaan suhu dan pH air dilakukan setiap pagi dan sore, kecerahan setiap pagi, dan amoniak serta alkalinitas setiap seminggu sekali . Pengamatan oksigen terlarut, suhu dan kecerahan dilakukan secara
Tabel 2. Bobot udang galah-gurami (gram) selama empat bulan pemeliharaan
Tabel 3 . Sintasan (%) udang galah-gurami selama empat bulan pemeliharaan
insitu. Sedangkan pengamatan amoniak, pH dan alkalinitas dilakukan di laboratorium .
Pengamatan kondisi kesehatan dilakukan secara visual dan miskroskopis meliputi pemeriksaan protozoa, bakteri, dan jamur . Pengamatan kesehatan udang-ikan secara visual dilakukan setiap hari dengan melihat gejala klinis . Terutama bagi udang dilihat bagian usus terisi penuh atau tidaknya. Sedangkan pengamatan mikroskopis dilakukan setiap seminggu sekali di laboratorium .
HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot dan sintasan
Dari kegiatan yang telah dilakukan diperoleh data berupa bobot dan sintasan udang galah-gurami pada setiap periode sampling (Tabel 2 dan 3) .
Pada petak A (ukuran benih gurami 5,7 gram dan kepadatan tebar 3 ekor/2 m 2 ) terjadi keterlambatan pertumbuhan dan penurunan sintasan udang galah dan gurami yang sangat mencolok setelah masa pemeliharaanduabulandanmerupakanyangterendah dad semua perlakuan . Pada masa pemeliharaan dua bulan ke bawah tidak memperlihatkan perbedaan yang mencolok dengan kolam lain yang memiliki perbedaan kepadatan . Berarti kepadatan gurami dapat dipertahankan sampai dua bulan, setelah itu harus dilakukan penjarangan . Di sini gurami baru dapat memanfaatkan pakan dedaunan setelah umur pemeliharaan 3 bulan .
Petak Udang galah bulan ke- Gurami bulan
ke-0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
A 100,0 95,0 82,9 56,3 46,6 100,0 93,3 90,0 88,3 87,0
B 100,0 95,0 85,0 78,0 73,3 100,0 96,7 95,3 93,3 91,3
C 100,0 95,8 86,3 85,2 80,0 100,0 100,0 100,0 98,7 97,3
Udang galah bulan ke- Gurami bulan
ke-Petak
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
A 5,5 8,1 13,5 15,6 26,5 5,7 18,4 42,3 53,8 97,8
B 5,5 9,8 16,0 23,6 33,3 5,7 21,1 48,5 79,4 134,7
Pada petak B (ukuran benih gurami 5,7 gram dan kepadatan tebar 3 ekor/4 m 2) pertumbuhan dan sintasan berlangsung secara optimal baik udang galah maupun gurami . Rata-rata pertambahan bobot relatif udang galah per bulan 57,1% dan gurami 133,4% merupakan yang paling tinggi dari semua perlakuan . Pakan dedaunan dapat dimanfaat-kan sejak umur pemeliharaan dua bulan .
Pada petak C (ukuran gurami 100 gram dan kepadatan tebar 3 ekor/8 m 2) terjadi sintasan yang paling tinggi . Gurami yang telah mencapai ukuran 100 gram lebih peka terhadap perubahan lingkungan dibandingkan benih benih yang masih kecil . Di samping itu juga gurami sudah mampu memanfaatkan dedaunan sejak awal pemeliharaan sehingga sifat mengganggu ke hewan lain, dalam hal ini udang galah sudah berkurang .
Pakan dan konversi pakan
Hasil perhitungan konversi pakan udang galah-gurami pada setiap kolam selama empat bulan pemeliharaan disajikan pada Tabel 4 .
Tabel 4 . Konversi pakan udang galah dan gurami
Konversi pakan udang galah tertinggi terjadi di petak A sedangkan yang terendah pada petak C . Konversi pakan berkaitan dengan jumlah dan bobot udang pada saat panen di akhir kegiatan . Udang pada petak A mengalami kematian yang banyak setelah umur pemeliharaan di atas dua bulan . Padahal jumlah populasi di awal pemeliharaan sampai umur dua bulan masih tinggi dan telah
Tabel 5 . Kualitas air media pemeliharaan udang galah-gurami
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat
menghabiskan pakan yang cukup banyak .
Konversi pakan gurami di ketiga kolam menunjukkan nilai yang relatif~ sama . Artinya kepadatan gurami bagi gurami sendiri tidak memberikan pengaruh yang berbeda . Pengaruh yang diperlihatkan dari kepadatan gurami yang berbeda adalah pada sintasan dan pertumbuhan udang galah .
Kualitas air dan kesehatan udang-ikan
Hasil pengukuran kualitas air pada setiap kolam selama empat bulan pemeliharaan disajikan pada Tabel 5 .
Parameter kualitas air yang berbeda antar ketiga kolam adalah kandungan oksigen terlarut . Petak A sering mengalami kondisi hypoxia terutama pada saat debit air yang masuk dari sungai kecil. Parameter kualitas air lainnya relatif sama dan berada pada kisaran optimal bagi kehidupan udang galah-gurame . Dari aspek kesehatan, selama pemeliharaan ditemukan udang dengan gejala otot berwarna keputihan .
Analisis biaya
Hasil perhitungan analisis biaya kegiatan budidaya secara monokultur dan polikultur bersama gurami disajikan pada Tabel 6 .
Luasan minimal yang dipersyaratkan pada kegiatan budidaya udang galah adalah 1 .000 m 2 . Semakin luas areal yang diusahakan maka keuntungan relatif akan semakin besar. Luasan kolam pemeliharaan kurang dari 1 .000 m 2 memberikan keuntungan yang kecil sekali karena biaya yang dibutuhkan untuk upah bulanan sama besar, kecuali jika kegiatan dilakukan sendiri oleh pembudidaya dengan dibantu oleh anggota keluarga . 22 5 Parameter Petak A B C Suhu (°C) 28 - 32 28-32 28-32 pH 7-8 7-8 7-8 DO (mg/L) 1,5-5,0 3-6 3-7 Amoniak (mg/L) 0,05-0,10 0,05-0,10 0,05-0,10 Alkalinitas (mg/L) 25-45 23-45 26-42 Kecerahan (cm) 20-35 20-40 15-40
Petak Udang galah Gurami
A 1 : 1,9 1 :1,4
B 1 :1,2 1 : 1,3
Tabel 6. Analisis usaha budidaya udang galah secara monokultur dan polikultur bersama gurarni untuk petak seluas 1 .000 m 2
Berdasarkan Tabel 6 kegiatan polikultur udang galah-gurami memberikan keuntungan hingga dua kalinya kegiatan monokultur . Kegiatan polikultur dapat mengurangi pengeluaran untuk kapur, pupuk organik, upah reklamasi, upah tenaga kerja dan upah panen . Jika kegiatan dilakukan per komoditi maka pengeluaran biaya per komoditi akan sebesar biaya pada kegiatan polikultur. Keuntungan akan lebih besar jika kegiatan dilakukan sendiri sehingga tidak ada pengeluaran untuk upah pekerja .
Kesimpulan
Polikultur udang galah-gurami memberikan dampak yang positif secara ekologis dan ekonomis . Buangan metabolit pada kolam rendah dan keuntungan secara materil meningkat menjadi dua kalinya kegiatan monokultur udang galah . Model yang dapat dipilih untuk kegiatan polikultur udang galah-gurami sistem ekstensif adalah untuk gurami ukuran 5,7 gram dengan kepadatan 3 ekor/4 m 2, dan
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran
untuk gurami ukuran 100 gram dengan kepadatan 3 ekor/8 m2 selama empat bulan pemeliharaan . Sedangkan untuk gurami ukuran 5,7 gram dengan kepadatan 3 ekor/2 m 2 dapat dilakukan hanya dua bulan saja, setelah itu perlu dilakukan penjarangan kepadatan gurami .
Perlu dilakukan kajian polikultur udang galah-gurami pada tingkat kepadatan udang galah yang lebih tinggi dengan penambahan suplai oksigen melalui mesin bloweratau kincir.
DAFTAR PUSTAKA
HEPHER, B . dan Y PRUGININ . 1981 . Commercial fish farming with special reference to fish culture in Israel . A Wiley-Interscience Publication John Wiley & Sons . p . 261 .
NEW, M.B . 2002 . Farming freshwater prawn : A manual for the culture ofthe giant river prawn(Macrobrachium rosenbergii) . FAO,Rome. 212 p .
Uraian Monokultur Polikultur
Gurami 5 gram Gurami 100 gram A . Biaya (Rp) 1 . Benih : Tokolan Gurami : 5 .000 ek @ rp 300 5 g . 750 ek @ rp 500 3 .980 .000 1 .500 .000 1 .500.000 4 .660.000 1 .875 .000 1 .500.000 375 .000 5 .707 .500 2 .437 .500 1 .500 .000 Gurami 100 g : 375 ek @ rp 2 .500 - - 937.500 2 . Pakan : 840 .000 1 .165 .000 1 .640 .000 - Udang 140 kg @ rp 6 .000 840 .000 840 .000 840.000 - Gurami 5 g : 90 kg @ rp 5 .000 325 .000 - Gurami 100 g : 160 kg @ rp 5 .000 - 800 .000 3 . Kapur 100 kg @ rp 500 50 .000 50.000 50 .000 4 . Pupuk organik : 40.000 20.000 20 .000
- pengolahan tanah dasar 100 gram 20 .000 20.000 20 .000
- pemupukan susulan 100 gram 20 .000
5 . Upah reklamasi tanah dasar 250 .000 250.000 250 .000
6. Tenaga kerja (1 orangx4 bln@ rp 300.000 1 .200 .000 1 .200 .000 1 .200.000
7 . Upah panen 100 .000 100 .000 100 .000 B. Pendapatan panen (rp) 5 .000 .000 6.687 .500 7 .700 .000 1 . Udang 125 kg @ rp 40 .000 5 .000 .000 5 .000 .000 5 .000 .000 2 . Gurami 5 g : 675 ek @ rp 2 .500 1 .687 .500 3 . Gurami 100 g : 360 ek @ rp 7 .500 2 .700 .000 C . Keuntungan 1 .020 .000 2 .027 .500 2 .002 .500