• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA TANAM TUMPANGSARI JAGUNG DENGAN LEGUMINOSA SUATU ALTERNATIF DALAM RANGKA MENINGKATKAN KETERSEDIAAN HIJAUAN PAKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLA TANAM TUMPANGSARI JAGUNG DENGAN LEGUMINOSA SUATU ALTERNATIF DALAM RANGKA MENINGKATKAN KETERSEDIAAN HIJAUAN PAKAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Peternakan dan Yeteriner 1998

POLA TANAM TUMPANGSARI JAGUNG DENGAN LEGUMINOSA SUATU ALTERNATIF DALAM RANGKA MENINGKATKAN

KETERSEDIAAN HIJAUAN PAKAN

ANDI ELLA1 , SUDIRMAN YAHYA2,danSOEDARMADI HARJOSOEWIGNJO

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kendari Jl. Chairil Anwar No. 10 Puwatu, Kendari;

2 InstitutPertanian Bogor, Jl. Pajujaran, Bogor; 3 Universitas Janthi ABSTRAK

Suatu penelitian tumpangsari jagtmg dengan tanaman leguminosa pakan dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas hijauan pakan. Dua jenis tanaman leguininosa yaitu Desmodium rensonii clan Flemingia congesta serta kombinasi keduajenis tersebut ditanam dengan jarak tanam antara larikan 120, 180 clan 240 cm. Di antara jarak tanam legiuninosa ditanami jagung dengan masing-masing larikan adalah satu larikan pada jarak tanam 120 cm, dua larikan di antara jarak tanam 180 cm dan tiga larikan antara jarak tanam 240 cin, dengan menggunakan rancangan splil plot. Produksi bahan kering hijauan jagung tertinggi adalah 2,42 ton/lia yang diperoleh dari tanaman jagung ditumpangsarikan dengan leguminosa jenis F. congesta pada jarak tanam 240 cm, sedangkan produksi jagung pipilan tertinggi adalah 4,89 ton/ha diperoleh dari jagung ditumpangsarikan dengan leguminosa jenis D. rensomi pada jarak tanam 240 cm. Kombinasi jagung dengan leguminosa jenis D. rensonii dapat Inemberikan tingkat pendapatan yang lebil tinggi bila dilihat dari produksi hijauan pakan clan jagung pipilan yang dihasilkan.

Kata kunci : Jagung, lepuninosa, tumpangsari

846

PENDAHULUAN

Di Indonesia jagung nierupakan bahan pokok sumber karbohidrat yang kedua setelah beras Di beberapa daerah selain dikonsumsi secara langsung sebagai bahan pangan pokok atau pul sebagai bahan pangan pelengkap oleh penduduk, jagung dipergunakan sebagi campuran pakan ternak ataupun sebagai bahan baku pembuatan minyak goreng. Dengan demikian, pembangunai sub sektor peternakan khususnya ayam petelur lebill memperbesarjumlah kebutuhan jagung.

Kebutuhan jagung secara nasional untuk bahan baku pakan ternak meningkat dengan cepa yaitu pada tahun 1990 sebanyak 1.706 juta ton, kemudian pada tahun 1996 menjadi 3.510 juta ton dan pada tahun 1997 kebutuhan jagung diperkirakan mencapai 3 .813 juta ton (ANONIM, 1996; Kebutuhan jagung tersebut ternyata tidak dapat dipenuhi dengan produksi jagnsng dalam negeri sehingga untuk mengatasi kekurangan tersebut dilakukan impor yang setiap talumnya mengalarr peningkatan yaitu pada tailun 1994 mencapai 1 .118 juta ton dan pada tahun 1995 menjadi 1 .30 juta ton (ANONIM, 1996).

Untuk mengurangi kebutuhan jagung impor maka produksi dalam negeri harus dapi ditingkatkan melalui ekstensifikasi dengan perluasan areal pertanalnan baik pada lahan bukaa baru maupun pada lahan yang sebelumnya digunakan untuk pertanaman koinoditi bukan jagunl Sedangkan peningkatan produksi melalui intensifikasi di antaranya dengan pemakaian variety berdaya hasil tinggi (varietas unggul), sehingga produksi persatuan luas dalam waktu terteni dapat ditingkatkan . Peningkatan produksi per satuan luas juga dapat dilakukan melalui pola tanai

(2)

SeminarNosional Peternakan don Veteriner 1998

tumpang sari jagung dengan tanaman leguminosa pakan dan telah banyak dilakukan oleh petani dalam rangka meningkatkan efisiensi penggunaan lalian. Pola tanam semacam ini disamping diperoleh jagung pipilan juga diperoleh hijauan pakan ternak dari limbali jagung dan tanaman leguminosa, apalagi dewasa ini luas lahan yang produktif semakin berkurang akibat terjadinya pergeseran pola penggunaan lahan.

MATERI DAN METODE

Penggunaan leguminosa sebagai tumpangsari dengan tanaman pangan telah banyak dilakukan dengan tujuan meningkatkan produktivitas dan efisiensi penggunaan lahan. Dalam penelitian ini digunakan tanaman jagung varietas

Arjuna

dan leguminosa pakan jenis

D. rensonli

dan

F. congesta.

Rancangan yang digunakan adalah

Split Plot

dengan tiga ulangan. Petak utama adalahjenis leguminosa dan kombinasi keduanya, sedangkan yang ditempatkan sebagai anak petak adalah jarak tanam antara leguminosa yaitu 120, 180, dan 240 cm. Jagung ditanam di antara larikan tanaman leguminosa dengan jarak tanam dalam larikan 20 cm, sehingga setiap jarak tanam leguminosa masing-masing terdiri satu baris untuk jarak tanam 120 cm, 2 baris untuk jarak tanam 180 cm dan 3 baris untuk jarak tanam 240 cm. Parameter yang diukur adalah tinggi tanaman produksi, bahan kering hijauan jagung dan produksi jagung pipilan. Pengambilan sampel hijauan dilakukan pada saat biji jagung muda sudah dapat dikonsumsi, sedangkan untuk produksi jagung pipilan sebagian tanaman disisihkan dan dipisalikan pada saat masak biologis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada pola tanam tumpangsari kompetisi penggunaan faktor tumbuh selalu terjadi . Kompetisi dapat terjadi baik antara individu dalam baris juga antara jenis tanaman itu sendiri . Kompetisi tersebut terjadi karena adanya persamaan kebutuhan terhadap faktor-faktor tumbuh (BEETS, 1982). MenurutWONG danWILSON (1980) persaingan terjadi bukan hanya dalam kebutuhan unsur hara clan air akan tetapi juga terhadap perolehan cahaya.

Tinggi tanaman jagung

Tinggi tanaman jagung empat dan tujuh minggu setelah tanam pertumbuhannya sangat berbeda antara yang ditanam dengan leguminosa dan tanpa leguminosa, dimana rata-rata tinggi tanaman jagung tanpa leguminosa lebih tinggi daripada jagung yang ditanam dengan leguminosa (Tabel 1). Jagung yang ditanam dengan leguminosa pada jarak tanam 240 cin tanamannya lebih tinggi daripada yang ditanam antara larikan leguininosa 120 cm, dimana pada umur yang sama pertumbuhan jagung sangat tertekan terutama yang tumbuh pada jarak tanam leguminosa yang rapat. Hal ini terjadi karena adanya naungan dari tanaman leguminosa terhadap tanaman jagung. Sedangkan jagung yang ditanam pada jarak tanam leguminosa 240 cm masili berpeluang besar untuk mendapatkan cahaya matahari lebih banyak.

Produksi bahan kering hijauan jagung

Pada Tabel 2 memperlihatkan adanya penganlh jarak tanam leguminosa terhadap produksi bahan kering hijauan jagung, dimana produksi bahan kering hijauan jagung pada jarak tanam 240 cm sangat nyata lebili tinggi daripada jarak tanam leguminosa 120 cm dan 180 cm, juga jarak tanam 180 cm sangat nyata lebih tinggi dari pada jarak tanam leguminosa 120 cm. Jenis tanaman leguminosa tidak memperlihatkan penganlh nyata, juga tidak terlihat adanya penganlh interaksi dari kedua perlakuan terhadap produksi bahan kering hijauan jagung.

(3)

Seminar Nastonal Peternakan don 6eteriner 1998

848

Keterangan : Hurufyang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata (P<0,05)

Tabel 2.

Produksi balian kering hijauan jagung yang ditanam dengan legumnosa dan tanpa leguminosa

Tanpa legiuminosa

Keterangan : Hurufyangtidak sama pada Mom yang sama berbeda nyata (P<0,05)

Produksi bahan kering hijauan jagung per hektar yang ditanam dengan leguminosa jenis F.

congesta adalah yang paling tinggi, meskipun tidak berbeda nyata dibanding yang ditanam dengan

leguminosa jenis D. rensonii. Hasil ini seperti yang dilaporkan

CHARIAWA

et al. (1994), bahwa

produksi hijauan kering jagung dapat mencapai 30% lebih tinggi apabila ditanam dengan

leguminosa jenis F. congesta dibandingkan dengan jenis L. leucocephala.

Peningkatan hijauan kering jagung seiring dengan peningkatan jumlah larikan tanaman

jagung yang ditanam di antara leguminosa. Tiga larikan tanaman produksi baltan kering hijauan

jagung lebih tinggi dari lainnya. Bila dibandingkan dengan jagung tanpa leguminosa dengan

jumlah larikan yang sama produksi hijauannya tidak jauh berbeda. Sebaliknya pada tanaman

jagung yang ditanam dengan leguminosa yang terdiri dari satu larikan dan dtta larikan produksi

hijauannya lebih rendah daripada produksi bahan kering hijauan jagung yang ditanam tanpa

leguminosa. Tingginya produksi bahan kering hijuan jagung yang ditanam dengan leguminosa

pada jarak tanam 240 cm (tiga larikan tanaman jagung) dapat dinutngkinkan oleh karena populasi

tanaman jagung lebih tinggi . Sementara itu jarak tanam leguminosa 120 cm dan 180 cm lebih

sempit sehingga terjadi persaingan dalam memperoleh cahaya, mengakibatkan pertumbuhan

batang lebih menuju ke atas

(LUDLOW, 1976).

Dibandingkan dengan jagung yang tumbuh pada

jarak tanam leguminosa 240 cm, peluang untuk memperoleh cahaya matahari lebih banyak

sehingga pertumbuhan batang lebilt pendek dan pertumbuhan ke samping lebih cepat. Total

produksi bahan kering hijauan jagung yang ditumpangsarikan dengan leguminosa pakan pada

jarak tanam 240 cm dengan 3 larikan tanaman jagung mencapai 9,8 ton/ha clan mampu

menampung temak sebanyk 5,62 UT bila dihitung berdasarkan kebutuhan protein

(ELLA

dan

NASRCR.LAH,

1995).

Tabel

1. Tinggi tanaman jagung yang ditanam antara larikan tanaman leguminosa

Jarak tanatn legtuninosa

Umur jagung

Dengan leguminosa

Rataan

Tanpa legwninosa

(Cm)

Fle

Des

FD

120 4

minggu

32,71 24,86 25,20 90,25 7

min.-Pt

88,66 99,73 99,30 171,31

Saw panett

168,02 169,23 165,21 167,49

a

174,00 180 4

minggu

33,90 30,33 28,80 74,58 7 min'-au 107,70 108,33 113,63 160,06

Saat panen

178,46 171,25 172,34 174,01

a

162,50 240 4

mimigu

52,66 ~57,20 53,26 75,22 7

minggu

181,40 181,40 167,76 160,46

Saat panen

185,39 185,39 187,89 184,73b 162,80

Jarak tanain leguminosa (cm)

Den.-an

Fle

Des

leguminosa

FD

Rataan

120 1,30 1,07 1,44 1,27

a

2,47

180 1,87 1,79 1,55 1,74

b

2,69

240 2,42 2,34 2,04 2,26

c

2,28

(4)

Produksi jagung pipilan leering

SennnorNa,ional Peternakan don Drteriner 1998

Produksi jagung pipilan kering pada pola tanam tutnpangsari yang terbaik adalah yang

ditanam di antara larikan jenis leguminosa D. rensonii yaitu 3,17 ton/lia, kemudian apabila

ditanam di antara larikan jenis F. congesta dan terendah adalah pada larikan campuran kedua

jenis leguminosa (Tabel 3). Produlesi jagung pipilan yang ditanam dengan F. congesta masih lebih

tinggi dari yang dilaporkan oleh

SUGANDA

et al. (1991) yaitu 980 kg/ha yang ditanam dengan jenis

leguminosa yang sama, akan tetapi lebili rendah dari yang dilaporkan

TAmPCJBOLON

(1993) yaitu

4,32 ton/ha yang ditanam dengan Centrocema caeroleum. Perbedaan ini besar kemungkinan

disebabkan oleh pengaruh pola tumbuh tanaman C. caeruleum yang menjalar menutupi tanah

sehingga pengaruhnya terhadap kesuburan dan kelentbaban tanah lebili menguntungkan serta

persaingan terhadap perolehan cahaya matahari sangat sedikit dibandingkan dengan pola tumbuh

tanaman F. congesta yang mengarah ke atas sehingga dapat menghalangi tanaman jagung yang

tumbuh bersama untuk memperoleh cahaya.

Tabel 3. Produksi jagung pipilan yang ditanam dengan leguminosa dan tanpa leguminosa

Keterangan : Hurufyang berbeda pada kolom dan baris yang sama dalam tiap kelompok pengamatan berbeda nyata (P'0,05)

Jumlah larikan tanaman jagung per hektar berpenganih terhadap produksi jagung pipilan.

Tiga larikan tanaman jagung memberikan produksi jagung pipilan kering tertinggi (Tabel 4.).

Hasil yang serupa juga dilaporkan oleh

EFFENDI

(1992);

RIDwAN

dan

DJAFARUDDIN

(1994) dengan

pengaturan jucnlah biji jagung per lubang, atau populasi tanaman jagung per hektar

(HARDJOSUWIGNJO,

1993), temyata populasi terpadat memberikan produksi jagung pipilan

tertinggi. Pengaruh bobot biji beserta tongkol maupun indeks biji dari populasi tanaman jagung

dengan jarak tanam leguminosa 120 cm memberikan bobot lebih ringan dari populasi tanaman

jagung yang lebih padat (jarak tanam 240 cm). Kondisi ini akibat adanya tekanan pertumbuhan

tanaman jagung oleh tanaman leguminosa tenitama pada populasi tanaman leguminosa yang

tinggi, sehingga mengakibatkan pertumbuhan tanaman jagung menjadi terliambat. Sebaliknya

pada tanaman jagung tanpa leguminosa bobot biji, dan tongkol serta indeks bijinya justru lebih

berat pada populasi tanaman lebih sedikit (satu larikan tanaman jagung). dibandingkan dengan

populasi tanaman jagung yang lebih tinggi (tiga larikan tanaman jagung). Dari pola tanam

tumpang sari jagung dengan leguminosa pakan, hasil hijauannya mampu memberikan pendapatan

sebesar Rp 2.769 .000

(ELLA,

1997).

Jarak tanam leguminosa (cm)

Dengan

Fle

leguminosa

Des

FD

Rataan

Tanpa leguminosa

120

0,89

1,72

0,82

1,14 a

4,08

180

2,96

2,92

2,42

2,76 b

4,34

240

4,57

4,89

4,59

4,68 c

5,42

(5)

850

Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998

KESIMPULAN

1 . Pertumbuhan tanaman jagung di antara tanaman leguminosa pada umur muda sangat tertekat

dibandingkan dengan tanaman jagung tanpa leguminosa (monokultur).

2 . Total produksi bahan kering hijauan jagung yang ditanam antara tanaman leguminosa, F

congesta

pada jarak tanam 240 cm, tertinggi adalah 2,43 ton/ha.

3 . Total jagung pipilan dari jagung yang ditanam di antara leguminosa

D.rensonii

pada jaral

tanam 240 cm tertinggi adalah 4,89 ton/ha.

DAFTAR PUSTAKA

ANONIM. 1996 .

Gerakan Kemitraan Petani Jagung dengan Pengusaha Pakan Ternak.

SP . Bimas Departemet Pertnian, Jakarta.

BEETS, W.S . 1982 .Multiple Cropping and Tropical Farming System.Grower Pub. Co . Ltd. Aldeshat . CHARIAWA, P.W ., P.K .N. NAIR, dan C.S . KAMARA . 1994 . Soil s moisture changes and mays production unde

alley cropping with Leucaena andFlemingia congestahedgrows at Challibana near Lusaha, Zambia

Forage andManagement 64;(2/3) : 231 - 243. EFFENDi, S. 1992 .Bercocok Tanam Jagung.Yayasan. Jakarta.

ELLA, A. dan NASRULLAH. 1995 . Produktivitas hijauan leguminosa pakan pada pola tumpangsari deng,% tanaman pangan . Prosiding Seminar Koinunikasl dan Aplikasi Hasil-Hasil Penelitian Peternakaj Lahan Kering, Kupang . 17 -18 Nopember .

ELLA, A. 1977 . Upaya peningkatan nilai ekouoinis pengguanaan lahan pada pola tanarn tumpangsal leguminosa pakan dengan tanaman pangan. Prosiding Seminar Regional Hasil-Hasil Penelitia3 Berbasis Perikanan, Peternakan dan Sistem Usahatani di Kawasan Timur Indonesia, Kupang 28 - 31

Juli .

HARDJOSUWIGNJO, S. 1993 . Studi pola tanam jagung sebagai penglnasil biji dan hijauan makanan ternak. .i

Ilmiah Pertanian Indonesia3 (1) : 25 - 30 .

LUDLOW, M.M . 1976 . Physiology of Growth and Chemical Composition. P. 251 - 273 . In N.H. SHOW ani W.W . BRYAN (Ed) . Tropical Pasture Research . Principle and Methods. Bulletin 51 . Commonwealt] Agriculture Bareau, England.

RIDWAN, M dan H. DJAFARUDDIN. 1994 . Upaya peningkatan nilai kesetaraan lahan dengan mengatur jumlal benih jagung per lubang tanaman dalam pola tumpangsari jagung dengan kedelai. Majalah Ilmiai

Universitas Jambi. No. 42 :36-43 . Tabel 4. Bobot biji dan indeks biji jagung

leguminosa pipilan kering yang ditanam dengan leguminosa dan tanpa

Jarak tanam Kriteria Dengan leguminosa Tanpa

leguminosa (cm) Fle Des FD leguminosa

120 Bobot biji dan tongkol 25,78 57,28 29,35 112,59

Indeks biji 26,00 27,50 29,00 30,22

180 Bobot biji dan tongkol 67,69 66,54 57,18 104,04

Indeks biji 29,33 32,00 29,69 27,99

240 Bobot biji dan tongkol 92,30 98,19 94,78 98,67

(6)

Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998

SUGANDA, H.,T. SUDARTO,danA. ABAS . 1991 . Pengaruh kombinasi pertanaman lorong dan cara pengolahan

tanah terhadap sifat tanah dan hasil tanaman pada tanah kombisol di Desa Karyamukti. Prosiding Penelitian Tanah dan Agroklimat. Pusat Penelitian Tanah.

TAMPUBOLON,B.H. 1993. Pemanfaatan Lahan Becpenutup Tanali Calopogonium caeroleum Hems L. dan Centrocema pubescens untuk Budidaya Tanaman Jagung (Zea Mays L.). Disertasi, Program Pasca Saijana histitut Pertanian Bogor.

WONG,C.C . dan J.R WILSON . 1980 . Effect of shading on the growth and nitrogen content of green panic and Siratro pure and mixd sward defoliated at two frequencies. Aust. J. Agric. 31 . P:269-285.

Gambar

Tabel 2. Produksi balian kering hijauan jagung yang ditanam dengan legumnosa dan tanpa leguminosa Tanpa legiuminosa
Tabel 3. Produksi jagung pipilan yang ditanam dengan leguminosa dan tanpa leguminosa

Referensi

Dokumen terkait

Tekke dan Ghani (2013) menyatakan bahwa kematangan karir merupakan faktor penting yang harus dimiliki setiap individu, terutama pada peserta didik karena

Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah salah satu penyakit demyelinating yang Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah salah satu penyakit demyelinating yang menyerang

1) Menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan sarjana yang profesional dan berkarakter di bidang Teknik Industri. 2) Menghasilkan kegiatan penelitian dalam

Gambar 13 diatas merupakan tampilan data transaksi masuk yang hanya dapat diakses oleh pegawai pencuci, pada halaman ini pegawai pencuci akan melakukan konfirmasi. selesai

Penelitian ini menyimpulkan bahwa : (a) Budaya organisasi pada PDAM Kabupaten Kudus kuat, begitu pula dengan lingkungan kerja fisik pada PDAM Kabupaten Kudus Baik;

Kesesuaian lahan (land suitability) merupakan kecocokan (adaptability) suatu lahanuntuk tujuan penggunaan tertentu, melalui penentuan nilai (kelas) lahan sehingga

Tekolabbua dukungan tokoh masyarakat dalam kategori sedang dengan rataan skor 61,0 sedangkan di Kelurahan Pundata Baji dalam kategori rendah dengan rataan skor 31,8.