• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH LITERATURE REVIEW. UJI LARVASIDA EKSTRAK BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L) PADA LARVA Aedes aegypti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH LITERATURE REVIEW. UJI LARVASIDA EKSTRAK BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L) PADA LARVA Aedes aegypti"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

LITERATURE REVIEW

UJI LARVASIDA EKSTRAK BELIMBING WULUH

(Averrhoa bilimbi L) PADA LARVA Aedes aegypti

Oleh:

Nama: Dyah Hidayatus Sya’bana

NIM: 171310014

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

(2)

i

KARYA TULIS ILMIAH

LITERATURE REVIEW

UJI LARVASIDA EKSTRAK BELIMBING WULUH

(Averrhao Bilimbi L) PADA LARVA Aedes aegypti

Oleh:

Nama: Dyah Hidayatus Sya’bana

NIM: 171310014

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

(3)

ii

UJI LARVASIDA EKSTRAK BELIMBING WULUH

(Averrhoa bilimbi L) PADA LARVA Aedes aegypti

LITERATURE REVIEW

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Psrsyaratan

Menyelesaikan Studi Di Program Studi Diploma III

Analis Kesehatan

DYAH HIDAYATUS SYA’BANA

17.131.0014

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

(4)

iii

Larvacide Test Of Extract Of Wuluh Starfruit

(Averrhoa bilimbi Linn) On Aedes aegypti

Dyah Hidayatus Sya’bana*

, Anthofani Farhan**, Anita Rahmawati***

ABSTRACT

Introduction: The Aedes aegypti mosquito is a vector mosquito that causes Dengau Je,orrhagic Fever (DHF). The Jombang Health Office stated that the cases of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in Jombang Regency in 2019 were still high with the highest number of 36 patients in Perak District. The use of chemical larvacides has a very bad impact on humans and the environment, so another alternative is to use natural larvacides derived from plant, one of whict is wuluh starfruit (Averrhoa bilimbi Linn). Objective: To determine the ability of wuluh starfruit extract (Averrhoa bilimbi Linn) in killing Aedes aegypti larvae. Design: Liteature review. The date or journals used come from the Google scholar, Scinpase, and OAIster database. Methods: The method in searching this literature review is “larvacise” AND “starfruit/Averrhoa bilimbi Linn” AND “Aedes aegypti”. Results: The result obtained were 1001 journals that matches the keywords and then selected as many as 856 journals excluded because they were published before 2010 and used languages other that Indonesian and English, whict then obtained 5 jounals that match the inclusion criteria. Conclusion: Based on the journals review literature, it was found that wuluh starfruit extract (Averrhoa bilimbi Linn) was effective in killing Aedes aegypti mosquito larvae. The suggestion: With these results, it is hoped that the extract of starfruit can be applied as a natural larvacide against Aedes aegypti larvae.

(5)

iv

Uji Larvasida Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)

Pada Larva Aedes aegypti

Dyah Hidayatus Sya’bana*

, Anthofani Farhan**, Anita Rahmawati***

ABSTRAK

Pendahuluan: Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk vektorpenyebab Demam Berdarah Dengue (DBD). Dinkes Jombang menyatakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Jombang pada tahun 2019 masih tinggi dengan angka tertinggi sebanyak 36 penderita terdapat di Kecamatan Perak. Penggunaan larvasida kimia sangat berdampak buruk bagi manusia dan lingkungan, maka dilakukan alternative lain yaitu dengan penggunaan larvasida alami yang berasal dari tumbuhan salh satunya adalah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn). Tujuan: Untuk mengetahui kemampuan ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) dalam membunuh larva Aedes aegypti. Desain: Literature review. Data atau jurnal yang digunakan berasal dari database Google scholar, Scinpase, dan OAIster. Metode: Dalam pencarian literature review ini menggunakan keyword “larvasida” AND “belimbing wuluh/Averrhoa bilimni Linn” AND “Aedes aegypti”. Hasil: Didapatkan hasil 1001 jurnal yang sesuai kata kunci dan diseleksi sebanyak 856 jurnal dieklusi karena terbitan sebelum tahun 2010 dan menggunakan bahasa selain bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yang kemudian didapatkan 5 jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi. Kesimpulan: Berdasarkan literature review jurnal yang didapatkan menyatakan bahwa ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) efektif dalam membunuh larva nyamuk Aedes aegypti. Saran: Adanya hasil ini diharapkan ekstrak belimbing wuluh dapat di aplikasikan sebagai larvasida alami terhadap larva Aedes aegypti.

(6)
(7)
(8)

vii

KampusC : Jl. Kemuning No. 57 CandimulyoJombangTelp. 0321-877819

PERPUSTAKAAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Dyah Hidayatus Sya‟bana

NIM : 171310014

Jenjang : Diploma

Program Studi : Analis Kesehatan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan menyatakan bahwa karya tulis ilmiah saya yang berjudul :

“Uji Larvasida Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L) Pada Larva Aedes Aegypti “ Merupakan karya tulis ilmiah dan artikel yang secara keseluruhan adalah hasil karya penelitian penulis, kecuali teori yang dirujuk dari suber informasi aslinya.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya

Jombang, 13 Agustus 2020 Saya yang menyatakan

Dyah Hidayatus Sya‟bana NIM 171310014

(9)

viii

KampusC : Jl. Kemuning No. 57 CandimulyoJombangTelp. 0321-877819

PERPUSTAKAAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Dyah Hidayatus Sya'bana

NIM : 171310014

Jenjang : Diploma

Program Studi : Analis Kesehatan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan menyatakan bahwa karya tulis ilmiah saya yang berjudul :

“Uji Larvasida Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L) Pada Larva Aedes Aegypti“ Merupakan karya tulis ilmiah dan artikel yang secara keseluruhan benar benar bebas dari plagiasi. Apabila di kemudian hari terbukti melakukan proses plagiasi, maka saya siap di proses sesuai dengan hukum dan undang-undang yang berlaku.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya

Jombang 13 Agustus 2020 Saya yang menyatakan

Dyah Hidayatus Sya‟bana NIM 171310014

(10)

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jombang, 12 Desember 1997 dari pasangan Bapak Sadar dan Ibu Kayanah. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari TK RA Muslimat Sumber Agung. Tahun 2010 penulis lulus SDN Sumber Agung, tahun 2013 penulis lulus SMP Negeri 1 Perak dan tahun 2016 penulis lulus dari SMA Negeri Bandarkedungmulyo. Pada tahun 2017 penulis lulus seleksi masuk STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang.penulis memilih studi DIII Analis Kesehatan dari lima program studi yang ada di STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang.

Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Jombang, 27 Agustus 2020

Dyah Hidayatus Sya’bana NIM 171310014

(11)

x

MOTTO

“Seperti apapun bentuk keberhasilanmu, tidak aka nada

apa-apanya tanpa orang tua”

(12)

xi

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyanyang, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat-Nya, atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul: “Uji Larvasida Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi

L) Pada Larva Aedes aegypti” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ahli Madya Kesehatan STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.

Keberhasilan ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin menghaturkan terimakasih kepada H. Imam Fatoni, S.KM., Sri Sayekti, S. Si., M.Ked., Anthofani Farhan, S.Pd., M.Si., Anita Rahmawati, S.Kep., Ns., M.Kes., bapak dan ibu serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dengan segala keterbatasan yang dimiliki, Karya Tulis Ilmiah yang penulis susun ini masih memerlukan penyempurnaan. Kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan karya ini.

Akhir kata, semoga KaryaTulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jombang, 27 Agustus 2020 Penulis,

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i HALAMAN JUDUL ... ii ABSTRACT ... iii ABSTRAK ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH ... v

PENGESAHAN PENGUJI ... vi

PERYATAAN KEASLIAN ... vii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ... viii

RIWAYAT HIDUP ... ix

MOTTO ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 3

1.4 Manfaat ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L)... 4

2.2 Nyamuk Aedes aegypti ... 8

2.3 Cara Pengambilan Larva Nyamuk Aedes aegypti ... 13

2.4 Ekstraksi ... 13

BAB 3 METODE LITERATURE REVIEW 3.1 Strategi Pencarian Literature ... 15

3.2 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 16

3.3 Seleksi Studi dan Penelitian Kualitas ... 16

BAB 4 HASIL 4.1 Hasil ... 21 BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan ... 24 BAB 6 KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan ... 26

6.2 Conflict of Interest (Konflik kepentingan) ... 26

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

3.1 Kriteria inklusi dan ekslusi……….. 16

3.2 Daftar jurnal hasil pencarian………... 18

4.1 Hasil karakteristik umum dalam penyelesaian studi………. 21

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

2.1 Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L)………. 5

2.2 Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti……….. 9

2.3 Telur Aedes aegypti………... 10

2.4 Larva Aedes aegypti………... 11

2.5 Pupa Aedes aegypti……… 12

2.6 Nyamuk dewasa Aedes aegypti……….. 12

(16)

xv

DAFTAR SINGKATAN

DBD : Demam Berdarah Dengue

Dinkes : Dinas Kesehatan

mm : milimeter

(17)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penanganan vektor menggunakan larvasida ialah salah satu cara dalam memutuskan metamorfosis penyebaran nyamuk. Saat ini banyak masyarakat menggunakan larvasida yang mengandung zat kimia yang berpengaruh kurang baik terhadap manusia serta lingkungan. Karena itu, penggunaan larvasida alami perlu ditingkatkan termasuk larvasida dari tanaman yang lebih selektif aman dan mudah direduksi di alam. Dengan besarnya efek buruk dari pembasmi serangga senyawa kimia, akhirnya pemerintah mengaluarkan

PERMENKES No.374/MENKES/PER/III/2010 mengenai penanganan

serangga penyebab penyakit dengan di dalamnya ada standart serta ketentuan dalam menggunakan pembasmi serangga (Lensoni et al., 2019).

Dinas Kesehatan (Dinkes) Jombang mencatat pada tahun 2019 di Kabupaten Jombang total pasien DBD sebanyak 344 penderita. Pada angka tertinggi di Kecamatan Perak sebanyak 36 penderita. Jumlah ini tercatat lebih banyak dibandingkan tahun 2018 yang hanya 67 penderita (Dinkes Jombang, 2019).

Serangga Aedes aegypti ialah nyamuk faktor problem DBD (Demam Berdarah Dengue) dengan penyebarannya yang luas diseluruh dunia termasuk daerah tropis. Nyamuk Aedes aegypti beserta Aedes albopictus membuat daur penyebaran pada daerah perkotaaan serta perdesaan (Anggraeni, 2011). Penggunaan insektisida atau larvasida alami dapat menggantikan insektisida kimia yang memiliki efek samping berbahaya bagi lingkungan serta manusia.

(18)

2

Larvasida alami adalah cara alternatif membunuh nyamuk dalam tahap larva. Dengan ini, siklus nyamuk terputus pada larva dan tidak berkembang menjadi nyamuk dewasa. Menurut penelitian larvasida alami dari tumbuhan aman untuk lingkungan karena mudah terdegradasi dan bersifat spesifik terhadap target (Kihampa et al.,2009).

Salah satu pilihannya adalah memakai ekstrak dari tumbuhan yang memiliki senyawa aktif utama sebagai larvasida terhadap Aedes aegypti. Walaupun ada beberapa senyawa aktif yang tidak efektif tetapi dapat meningkatkan efektivitas ekstrak secara menyeluruh. Hal ini, mungkin karena serangga terlalu kuat atau resisten (Suharti, 2001). Salah satunya adalah memakai tanaman blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L). Di Indonesia tanaman tersebut mudah didapatkan dan harganya murah serta mempunyai manfaat tinggi sebagai tanaman obat. Selain itu, mempunyai kadar zat kimia, yaitu Alkaloid, Saponin, dan Flavonoid (Hapsuri et al., 2012). Zat Alkaloid berfungsi mereduksi selaput organ, maka organ pada sistem pencernaan rusak. Sedangkan senyawa Saponin bersifat toksik pada perut serangga dan senyawa

Flavonoid bertugas dalam menghambat saluran respirasi serta bersifat racun

(Arivia et al., 2010).

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) mampu membunuh jentik Aedes aegypti?

1.3 Tujuan

Guna melihat kemampuan ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) di ketika membunuh larva Aedes aegypti.

(19)

3

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Membagikan bukti penerapan ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) menjadi larvasida alami larva Aedes aegypti dalam bidang ilmu kesehatan bidang parasitologi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Membagikan petunjuk bagi penduduk tentang penggunaan larvasida aalami dari ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap larva Aedes

(20)

15

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)

2.1.1 Sejarah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)

Di Negara Indonesia, Filipina, Malaysia, Myanmar, dan Sri Lanka tanaman blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) tumbuh tambah subur dalam tempat lembab yang terkena sinar matahari. Setiap tahun dapat berbuah sebanyak 1500 buah. Jumlah buah yang dihasilkan dilihat dari setiap pohonnya (Ranggi et al., 2018).

Asal-usul blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) ialah tumbuhan dari Kepulauan Maluku, dinamakan juga blimbing asam. Pohonnya berukuran tak besar dan cabang tidak sebegitu besar serta memiliki diameter 30 sentimeter. Pertumbuhan dan perkembangbiakannya begitu mudah dengan cara cangkok serta pembenihan. Bila menanamnya dengan pembenihan, maka usia 3-4 tahun akan mulai berbuah. Jumlah buah yang dihasilkan tiap tahunnya dapat mencapai 1500 buah. Belimbing asam (Averrhoa bilimbi L) pertumbuhannya banyak pada halaman rumah serta liar di ladang atau hutan dalam ketinggian 5 hingga 500 meter pada atas permukaan laut (Yuniarti, 2008).

2.1.2 Taksonomi Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Kingdom: Plantae

Devisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

(21)

5

Family : Oxalidaceae

Genus : Averrhoa

Spesies : Averrhoa bilimbi L (Parikesit, 2011).

2.1.3 Karakteristik Blimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn)

Gambar 2.1 Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) (Sumber: Iptek, 2007)

Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) atau belimbing sayur ialah tumbuhan yang hidup pada ketinggian 5 hingga 500 m di atas permukaan laut. Bilimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) mempunyai pohon dengan tinggi 5 hingga 10 meter. Batangnya pendek, bergelombang tidak rata serta cabangnya rendah. Memiliki daun majemuk berukuran 30 hingga 60 cm dengan per daun memiliki 11 hingga 37 anak daun dengan bentuk lonjong, saling silang serta pada pangkal cabang bergerombol (Nugrahawati et

al.,2009).

Blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) mempunyai rasa nan kecut kerap digunakan pada campuran masakan serta kombinasi jamu. Blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) mempunyai bunga dengan melekat pada batang serta tangkai bunganya memiliki rambut. Buahnya berbentuk oval dengan

(22)

6

ukuran 4 hingga 10 cm, ketika masih muda buahnya berwarna hijau dengan kelopak bunga masih melekat pada pamgkal tangkai buahnya. Sebaliknya buah yang telah matang memiliki warna kuning ataupun kuning pucat. Blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) mempunyai daging buah dengan berair serta kulit buahnya tipis dan berkilap. Bijinya memiliki ukuran 6 milimeter, pipih, coklat serta ada lendir yang menyelimuti (Nugrahawati et

al., 2009).

2.1.4 Kandungan serta Kegunaan Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)

Di Indonesia tanaman belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) mudah didapatkan dengan harga murah dan mempunyai khasiat yang tinggi sebagai tumbuhan obat. Blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) mempunyai kadar zat kimia, yaitu Alkaloid, Saponin serta Flavonoid (Hapsuri et al., 2012). 1. Alkaloid

Zat alkaloid berfungsi mereduksi bilik organ, maka organ pada sistem percernaan rusak. Sedangkan senyawa Saponin menjatuhkan kegiatan enzim penyerapan serta absorbs makanan, maka sifatnya toksik pada lambung serangga. Senyawa flavonoid adalah zat pertahanan pada tanaman dan berfungsi menggagalkan sistem respirasi serta sifatnya racun (Arivia et al., 2010).

2. Flavonoid

Senyawa Flavonoid bertugas menjadi toksik inhalasi dengan cara memasuki mulut serangga melewati saluran pencernaan berbentuk spirakel yang ada pada permukaan badan dan setelah itu menyebabkan

(23)

7

saraf mengalami kelayuan serta spirakel hancur. Penyebabnya serangga tidak dapat bernapas serta mati (Sitorus, 2015).

3. Saponin

Senyawa Saponin adalah salah satu kelompok senyawa glikosida yang mempunyai struktur steroid serta triterpenoid. Senyawa Saponin mempunyai rasa getir yang menusuk serta bersifat toksik dan disebut sapotoksin yang menimbulkan larva mati (Cania, 2013). Senyawa Saponin membuat mukosa saluran pencernaan iritasi dan akhirnya menyebabkan nafsu makan larva menjadi menurun serta mengalami kematian. Senyawa Saponin juga menyebabkan lapisan lilin pada tubuh serangga rusak dan akhirnya serangga kekurangan banyak cairan serta mengalami kematian (Minarni, et al., 2013). Banyak maanfaat pada blimbing wuluh mulai dari buahnya, bunganya, serta daunnya dalam pengobatan berbagai penyakit, seperti:

1. Bunganya berfungsi untuk obat batuk bagi anak -anak (Hariana, 2004). 2. Buah blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) berfungsi untuk obat

hipertensi, abses serta pendarahan pada gusi (Santoso, 2005).

3. Buah blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) mempunyai muatan minyak atsiri dan bisa menghambat perkembangan bakteri Candida albicans (Rahayu, 2013).

2.2 Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk adalah hewan atau serangga yang bisa menyebabkan macam-macam penyakit seperti malaria, demam berdarah dengue, filariasis, serta chikungunya (Nindatu, 2011).

(24)

8

Serangga Aedes aegypti ialah nyamuk yang mengakibatkan sakit DBD. dengan penyebaran yang luas di seluruh dunia seperti daerah tropis. Nyamuk

Aedes aegypti dengan nyamuk Aedes albopictus membuat siklus penyebaran

di kota dan desa (Anggraini, 2011).

Serangga Aedes aegypti ialah serangga yang banyak ditemui pada wilayah beriklim panas. Aedes aegypti berarti “tidak menyenangkan” (bahasa Yunani), di karenakan serangga ini adalah penyebab penyakit yang berbahaya seperti Demam Berdarah Dengue (Handayani, 2010).

2.2.1 Taksonomi Nyamuk Aedes aegypti

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insekta

Ordo : Diptera

Familia : Culicidae

Sub Family : Culcinae

Genus : Aedes

Spesies : Aedes aegypti (Sari, 2017).

2.2.2 Daur Hidup Nyamuk Aedes aegypti

(25)

9

(Sumber: Hoedoyo, 2011)

Siklus hidup merupakan waktu pertumbuhan ataupun perkembangan makhluk hidup dari sebagian sesi ke sesi yang semakin sempurna. Aedes

aegypti mempunyai siklus hidup metamorphosis sempurna, ialah tahap telur,

tahap larva, tahap pupa, serta tahap nyamuk dewasa (Nurdian, 2003).

Pertumbuhan nyamuk Aedes aegypti mulai telur berubah jadi nyamuk sekitar 9 sampai 10 hari. Nyamuk Aedes aegypti yang betina sekali bertelur bisa mencapai 100 telur. Warna telurnya adalah hitam dan berukuran sekitar 0,80 milimiter. Telur di tempat yang kering bisa menetap hingga 6 bulan. Sekitar 2 hari telur yang direndam dalam air berubah jadi jentik. Jentik yang baru menetas berkembang menjadi besar yang berukuran 0,5 sampai 1 cm (Fadila, 2015).

Aedes aegypti mempunyai ciri dalam perkembangan dan pertumbuhannya seperti keadaan lingkungan, kimia serta biologi. Nyamuk ini dapat kuat bertahan hidup meski ada kendala alam dikarenakan sifatnya yang mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Meskipun di tempat yang kering dan terjadi pemberantas sarang nyamuk yang dilakukan oleh manusia telur nyamuk ini bisa bertahan lama hingga berbulan bulan (Anggraini dan Cahyanti).

2.2.3 Morfologi Nyamuk Aedes aegypti 1. Ovum

Ovum nyamuk Aedes aegypti mempunyai warna gelap, berdimensi 0,8 milimeter serta berbentuk lonjong dan muncul di atas permukaan air ataupun melekat pada wadah menampung air. Sekali bertelur Aedes aegypti berjumlah 100 hingga 200 telur. Di tempat yang kering telur Aedes aegypti menetap hingga 6 bulan dan menetas setelah berada di air (Kemenkes, 2016).

(26)

10

Gambar 2.3 Telur Aedes aegypti (Sumber: Setyowati, 2013) 2. Larva

Larva Aedes aegypti memiliki ciri-ciri, yaitu: 1. Segmen terakhir memiliki corong udara.

2. Tidak ditemukan rambut yang seperti kipas di segmen abdomen. 3. Ada pecten di bagian corong.

4. Pada corong udara memiliki rambut sepasang dan jumbai.

5. Terdapat comb scale 8 hingga 20 setiap sisi abdomen segmen (Sari, 2017). Pertumbuhan larva tergantung dari cadangan makanan serta suhu. Larva memiliki proses dalam pertumbuhannya yang dinamakan instar. Pertumbuhan instar 1 sampai 4 terjadi sekitar 6 hari (Liana, 2017).

Ciri – ciri instar menurut Liana (2017), yaitu:

1. Larva instar 1: memiliki ukuran 1 hingga 2 milimeter, dada memiliki spinae (duri) tidak jelas serta corong respirasi yang ada di siphon belum jelas.

2. Larva instar 2: mempunyai ukuran 2,5 hingga 3,5 milimeter, spinae tidak jelas, serta corong pada kepala mulai hitam.

(27)

11

3. Larva instar 3: memiliki ukuran 4 hingga 5 milimeter, duri didada awal tampak dengan jelas serta siphon udara pada respirasi warna hitam kecoklatan.

4. Jentik fase 4: mempunyai ukuran 5 hingga 6 milimeter serta kepala berwarna gelap.

Perkembengan larva Aedes aegypti menjadi pupa memerlukan waktu sekitar 5 hingga 15 hari. Sedangkan pertumbuhan nyamuk Aedes aegypti bermula ovum hingga nyamuk diperlukan rentan sekitar 9 hari (Sucipto, 2011).

Gambar 2.4 Larva (jentik) Aedes aegypti (Sumber: Sivanathan, 2006) 3. Pupa

Pupa Aedes aegypti berbentuk bengkok serta organ perutnya lebih kecil daripada organ kepala dada (cephalothorax), akhirnya terlihat semacam tanda koma. Fase pupa terjadi pada waktu 2-4 hari. Dalam memenuhi pertumbuhannya nyamuk dewasa di dalam cangkang pupa, kemudian pupa muncul pada permukaan air serta terbaring sejajar di permukaan air untuk mempersiapkan datangnya nyamuk dewasa (Achmadi, 2011).

(28)

12

Gambar 2.5 Pupa (Referensi: Rama, 2018) 4. Nyamuk Dewasa

Nyamuk dewasa Aedes aegypti memiliki ukuran lebih kecil daripada jenis nyamuk lainnya. Tubuh dan kakinya berwarna hitam serta ada bintik-bintik putihnya. Nyamuk Aedes aegypti betinalah yang mengakibatkan sakit DBD (Demam Berdarah Dengue). Morfologi nyamuk Aedes aegypti yang jantan dan betina berbeda pada antenanya, yaitu jantan mempunyai antena yang berbulu lebat dibandingkan betina yang sedikit (Suhardiono, 2005).

Gambar 2.6 Nyamuk Aedes aegypti (Sumber: Sari, 2018)

2.3 Cara Pengambilan Larva Nyamuk Aedes aegypti

Larva nyamuk di ambil dari wadah penampungan air dengan gayung yang kemudian diletakkan di botol. Setelah itu sampel dibawah ke laboratorium untuk melakukan identifikasi atau pemeriksaan (Nadifah Fitrih et al., 2016).

(29)

13

Menurut Wahyuni (2009), penggunaan larva instar 3 dan 4 sebagai uji larvasida, dikarenakan instar 3 dan 4 mempunyai ukuran besar serta bagian tubuhnya sudah lengkap. Larva instar 3 dan 4 bisa bertahan dengan faktor mekanis ketika dilakukan pemindahan dari habitat tempat aslinya ke tempat uji atau laboratorium.

2.4 Ektraksi

2.4.1 Metode Dingin 1. Macerare

Metode macerare ialah ekstraksi padat memakai pelarut dengan melakukan pengadukan secara konstan dalam temperatur ruang, yang memiliki tujuan menarik zat yang berguna terhadap tahan panas ataupun tidak (Merisia, 2018).

2. Perkolasi

Perkolasi adalah metode yang dilakukan dengan membasahi serbuk sampel dengan pelan-pelan pada perkolator (penampungan/tempat berbentuk silinder yang pada bagian bawahnya terdapat kran). Kemudian menambahkan pelarut dalam komponen pada atas bubuk spesimen serta membiarkan mengalir tetes demi tetes secara pelan hingga bagian paling dasar (Mukhriani, 2014).

2.4.2 Metode Panas 1. Refluks

Refluks ialah metode mengekstraksi yang memakai difusi dengan suhu dititik mendidih sepanjang durasi yang sudah ditetapkan serta besar pelarutnya

(30)

14

minim dan relative konstan dengan terdapatnya pendinginan kembali (Merisia, 2018).

2. Soxhletasi

Soxhletasi merupakan ekstraksi yang dilakukan menggunakan alat khusus dan pelarut baru, maka terbentuk ekstraksi terus-menerus (kontinu) dan dengan besaran pelarut relatif tetap serta terdapat pendinginan kembali (Mukhriani, 2014).

3. Digesti

Digesti merupakan maserasi kinetik (dengan cara mengaduk berulang-ulang) dalam suhu lebih tinggi daripada suhu ruang, yaitu 40 hingga 50 derajat Celsius (Putri, 2014).

(31)

15

BAB 3

METODE

LITERATURE REVIEW

3.1 Strategi Pencarian Literature

3.1.1 Fram work yang digunakan

Penelusuran literature review tersebut memakai strategi PICOS frame

work. PICOS adalah Populasi, Intervemtion, Comparation, Outcome, dan Study design.

1. Populasi dalam literature review ini adalah larva nyamuk Aedes aegypti. 2. Intervention dalam literature review ialah konsentrat blimbing wuluh

(Averrhoa bilimbi Linn).

3. Comparation dalam literature review ini adalah tidak ada pembanding. 4. Outcome dalam literature review ini adalah adanya keefektivan blimbing

wuluh (Averrhoa bilimbi L) pada larva Aedes aegypti. 5. Study design dalam literature review ini adalah eksperimen. 3.1.2 Kata Kunci

Kata kunci atau keyword dan Boolean operator yang digunakan dalam mencari artikel/jurnal adalah (AND, OR NOT or AND NOT). Literature

review ini menggunakan keyword “larvasida” AND “belimbing

wuluh/Averrhoa bilimbi L” AND “Aedes aegypti”.

3.1.3 Database atau Search engine

Literature review ini memakai database dari Google schlolar, Scinpase, dan OAIster.

(32)

16

3.2 Standar Inklusi dan Eksklusi

Standar Inklusi Ekslusi

Population atau

problem

Artikel atau jurnal yang memiliki hubungan dengan larva Aedes aegypti dari

nasional maupun

internasional

Artikel atau jurnal dari nasional dan internasional

yang tidak memiliki

hubungan dengan larva

Aedes aegypti dan semua

dari database terindeks

rendah seperti Google

scholar dan jurnal duplikat.

Intervention Ekstrak belimbing asam

(Averrhoa bilimbi L)

Selain ekstrak belimbing asam (Averrhoa bilimbi L)

Comparation Tidak ada faktor

pembanding

Tidak ada faktor

pembanding

Outcome Adanya efektivitas ekstrak

belimbing asam (Averrhoa

bilimbi L) pada jentik Aedes aegypti

Tidak ada efektivitas

ekstrak belimbing sayur (Averrhoa bilimbi L) pada jentik Aedes aegypti

Study design Eksperimental Selain memakai

eksperimen

Tahun Penerbitan Artikel atau jurnal dalam

terbitan tahun setelah 2010

Artikel atau jurnal dalam

terbitan tahun sebelum

2010

Bahasa yang

digunakan

Menggunakan bahasa

Indonesia serta bahasa

Inggris

Menggunakan selain

bahasa Indonesia serta

bahasa Inggris

3.3 Seleksi Study dan Penelitian Kualitas

3.3.1 Hasil penelusuran serta seleksi study

Menurut hasil penelusuran artikel atau jurnal yang didapatkan dari

database Google scholar, Scinpase, dan OAIster dengan keyword

“larvasida” AND “belimbing wuluh/Averrhoa bilimbi L” AND “Aedes

aegypti”, ditemukan sebanyak 1001 jurnal. Setelah itu dilakukan seleksi

jurnal dan 856 jurnal diekslusi dikarenakan jurnal terbitan sebelum tahun tahun 2010 dan bahasa yang digunakan selain bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Dan didapatkan 5 jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi. Berikut diagram alur pencarian dan seleksi jurnal yang ditampilkan pada gambar 3.1.

(33)

17

3.3.2 Daftar artikel pencarian

gambar 3.1 Diagram alur literature review jurnal Pencarian menggunakan

kata kunci melalui

database Google scholar, Scinpase, dan OAIster

N = 1001

Pemilahan artikel 10 tahun terakhir

N = 856

Pemilahan artikel yang duplikat

N = 345

Identifikasi abstrak N =20

Hasil akhir atikel atau jurnal yang di analisa sesuai rumusan masalah

dan tujuan N = 5

Excluded (n=325)

Population atau problem

- Bukan sama dengan topic

(n=231)

Intervention

- Aspek ekstrak belimbing

wuluh (n=60)

Outcome

- Tidak ada hubungan

dengan larvasida (n=14) Study design - Systematic review (n=3) - Book chapters (n=7) - Conference abstrak (n=10) Excluded (n=15)

- Larvasida selain ekstrak belimbing wuluh (n=6) - Tidak ada hubungan

belimbing wuluh dengan

Aedes aegypti (n=4)

- Penelitian memiliki target yang tidak sesuai (n=5)

(34)

18

3.3.3 Daftar artikel pencarian

Artikel tersebut memakai cara deskriptif, yaitu melalui cara mengumpulkan bukti-bukti yang sesuai diperoleh untuk digunakan dalam menanggapi suatu tujuan. Kemudian jurnal nan cocok dalam standart inklusi dilakukan perangkuman yaitu melingkupi penelaah, masa diterbitkan, tema, metode, prestasi, dan database yang dipakai.

(35)

19

No Peneliti Tahun

diterbitkan

Volume dan Nomor

Judul Jurnal Metode

(Desain, Sampel, Variabel, Intrument, dan Analisis)

Prestasi Penelitian Database 1 Aylien Oktavia, Suwondo, Elya Febrita 2012 Volume 9 Nomor 11 (1-6) Efektivitas ektrak belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes

aegypti

D : eksperiment

S : purposive sampling V : ekstrak belimbing wuluh

terhadap mortalitas larva

Aedes aegypti I : mikroskop A : deskriptif Efektif dalam membunuh larva nyamuk Aedes aegypti Google scholar 2 M. Zuldarisman, Hasanuddin Ishak, Anwar 2013 Volume 1 Nomor 2c (103-114) Efektivitas air perasan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap

kematian larva Aedes

aegypti dan

Anopheles subpictus

D : eksperimen

S : purposive sampling V : perasan air belimbing

asam dalam mematikan larva Aedes aegypti serta

Anopheles subpictus I : mikroskop A : deskriptif Efektif dalam membunuh larva Aedes aegypti OAIster 3 Lisa Anita Sari, Widya Hary Cahyati 2015 Volume 14 Nomor 01 Efektivitas ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) dalam bentuk granule terhadap kematian larva nyamuk Aedes

aegypti

D : eksperimen

S : purposive sampling V : buah blimbing wuluh

berbentuk granule pada kematian larva Aedes

aegypti I : mikroskop A : deskriptif Efektif membunuh larva nyamuk Aedes aegypti Google scholar

(36)

20 4 Rani Ariyanti, Elvi Yenie, Shinta Elystia 2017 Volume 4 Nomor 2 Pembuatan pestisida nabati dengan cara ekstraksi daun papaya dan belimbing wuluh

D : eksperimen

S : purposive sampling V : ekstrak belimbing wuluh I : mikroskop A : deskriptif Efektif membunuh larva nyamuk Google scholar 5 Wiwit Aditama, Junaidi, Frans Yosep Sitepu 2019 Volume 6 Nomor 1 (109-113) Optimizing of maseration with ethanol and water solvents against the toxicity of extract of wuluh starfruit (Averrhoa bilimbi L) in controlling larva of Aedes aegypti D : eksperimen S : purposive sampling

V : toksisitas ekstrak belimbing wuluh dalam

mengendalikan larva Aedes

aegypti I : mikroskop A : deskriptif Efektif dalam membunuh larva Aedes aegypti Scinpase

(37)

21

BAB 4

HASIL

Tabel 4.1 Hasil karakteristik umum dalam penyeleksian studi

No Kategori N % A Tahun Publikasi 1 2012 1 20 2 2013 1 20 3 2015 1 20 4 2017 1 20 5 2019 1 20 Total 5 100 B Bahasa 1 Indonesia 4 80 2 Inggris 1 20 Total 5 100 C Database 1 Scinpase 1 20 2 OAIster 1 20 3 Google scholar 3 60 Total 5 100

Sumber: Data jurnal yang di review Tabel 4.2 Identifikasi hasil penelitian

Peneliti Hasil

Aylien Oktavia, Suwondo, dan Elya Febrita (2012)

Dalam waktu 96 jam pada konsentrasi 3% ekstrak belimbing wuluh dapat membunuh larva nyamuk sebanyak 100%.

M. Zuldarisman, Hasanuddin Ishak, dan Anwar (2013)

Dalam waktu 24 jam pada konsentrasi 5% ekstrak belimbing wuluh dapat membunuh larva sebanyak 100%.

Lisa Anita Sari dan Widya Hary Cahyati (2015)

Dalam waktu 24 jam pada konsentrasi 25% ekstrak belimbing wuluh dapat membunuh larva nyamuk sebanyak 100%.

Rani Ariyanti, Elvi Yenie, Shinta Elystia (2017)

Dalam waktu 9 hari pada konsentrasi 3000 ppm (0,3%) ekstrak belimbing wuluh dapat membunuh larva nyamuk sebanyak 100%.

Wiwit Aditama, Junaidi dan Frans Yosep

Pada konsentrasi 50% ekstrak belimbing wuluh dapat membunuh nyamuk sebanyak 87,2%.

(38)

22

Penelitian Oktavia et al., (2012) dengan judul “efektivitas ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti”, hasil penelitiannya membuktikan blimbing sayur (Averrhoa bilimbi L) bisa membuat larva Aedes aegypti mengalam mati sebesar 100% dengan konsentrasi 3% selama 96 jam.

Penelitian Zuldarisman et al., (2013) dengan judul “efektivitas air perasan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap kematian larva Aedes aegypti dan

Anopheles subpictus”, hasil penelitiannya ialah belimbing asam (Averrhoa bilimbi L) dapat membunuh larva Aedes aegypti dan Anopheles subpictus

sebesar 100% dengan konsentrasi 5% selama 24 jam.

Penelitian Sari et al., (2015) dengan judul “efektivitas ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) dalam bentuk granul terhadap kematian larva Aedes

aegypti”, hasil penelitiannya yaitu belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L)

menyebabkan kematian pada larva Aedes aegypti sebesar 100% dengan konsentrasi 25% selama 24 jam.

Penelitian Ariyanti et al., (2017) dengan judul “pembuatan pestisida nabati dengan cara ekstraksi daun papaya dan belimbing wuluh”, hasil penelitiannya ialah ekstrak belimbing asam (Averrhoa bilimbi L) ampuh dalam mematikan larva nyamuk sebesar 100% dengan konsentrasi 3000 ppm (0,3%) selama 9 hari.

Penelitian Aditama et al., (2019) dengan judul “optimizing of maseration with ethanol and water solvents againt the toxicity of extract of wuluh starfruit (Averrhoa bilimbi L) in controlling larva of Aedes aegypti”, hasil penelitiannya

(39)

23

ialah ekstrak blimbing asam (Averrhoa bilimbi L) bisa mengakibatkan mati larva nyamuk Aedes aegypti sebesar 87,2% dengan konsentrasi 50%.

(40)

24

BAB 5

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian Oktavia et al., berkonsentrasi 3% ekstrak blimbing asam bisa mematikan larva nyamuk Aedes aegypti sebanyak 100% dengan waktu 96 jam. Pada penelitiaan Zuldarisman et al., berkonsentrasi 5% ekstrak blimbing asam bisa mematikan larva Aedes aegypti sebanyak 100% dengan waktu 24 jam. Penelitian Sari et al., berkonsentrasi 25% ekstrak blimbing asam mampu mematikan larva Aedes aegypti sebanyak 100% dalam waktu 24 jam sedangkan penenlitian Ariyanti et al., ekstrak belimbing asam berkonsentrasi 3000 ppm (0,3%) bisa membasmi larva Aedes aegypti sebesar 100% pada kurun 9 hari. Dan penenlitian Aditama et al., ekstrak belimbing wuluh dalam berkonsentrasi 50% bisa membinasahkan larva Aedes aegypti sebesar 87,2%.

Serangga Aedes aegypti ialah serangga penyebab penyakit DBD (Demam Berdarah Dengu) serta penyebarannya meluas diseluruh dunia termasuk daerah tropis. Nyamuk Aedes aegypti bersama Aedes albopictus membuat siklus penyebaran di kota dan desa (Anggraini, 2011). Salah satu pilihan atau cara untuk larvasida pada Aedes aegypti adalah menggunakan ekstrak tumbuhan. Walaupun ada beberapa senyawa aktif yang tidak efektif tetapi dapat meningkatkan efektivitas ekstrak secara menyeluruh. Hal ini, mungkin karena serangga sangat kuat (Suharti, 2011). Di Indonesia blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) mudah didapatkan dalam harga murah serta mempunyai kegunaan tinggi sebagai tumbuhan obat. Blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) mempunyai kadar zat kimia, yaitu alkaloid, flavonoid, serta saponin (Hapsuri et al., 2012).Senyawa

(41)

25

Alkaloid menyebabkan kerusakan pada dinding sel saluran pencernaan serangga.

Senyawa Saponin mengakibatkan penurunan kerja enzim pada saluran pencernaan serta toksik pada perut serangga. Sedangkan senyawa Flavonoid sebagai penyumbat saluran respirasi serangga (Arivia et al., 2010).

Berdasarkan 5 jurnal yang sudah di review membuktikan bahwa larva Aedes

aegypti bisa dimatikan memakai ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn), walaupun dalam konsentrasi rendah 0,3% dan rata-rata kematian larva

sebanyak 100%. Ini menunjukkan bahwa blimbing asam (Averrhoa bilimbi Linn) pada selama ini hanya dipergunakan dalam bumbu pangan serta zat adiktif juga bisa digunakan sebagai larvasida alami terhadap larva Aedes aegypti. Dengan begitu bisa mengurangi penggunaan insektisida kimia yang berpengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan. Sudah saatnya masyarakat menggunakan larvasida alami dari blimbing asam (Averrhoa bilimbi L) untuk membunuh Aedes

aegypti dalam tahap larva atau jentik, karena mudah didapatkan, harganya sangat

(42)

26

BAB 6

KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan literature review, jentik Aedes aegypti dengan uji larvasida ekstrak blimbing asam (Averrhoa bilimbi Linn) membuktikan konsentrat blimbing asam mampu membunuh larva Aedes aegypti.

6.2 Conflict of interest (Konflik Kepenetingan)

1. Jurnal dipublikasikan tanpa review sesuai aturan yang berlaku.

2. Penulis melakukan publikasi jurnal tanpa melakukan review yang benar sesuai aturan yang berlaku.

(43)

27

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Junaidi, dan Sitepu. 2019. „Optimizing of maserationwith athanol and

water solvents against the toxicity of extract of wuluh starfruit (Averrhoa bilimbi L) in controlling larva of Aedes aegypti’. International Journal Of

Mostiquito Research 2019:6(1):109-113.

Afridayanti. 2019. Efektivitas Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)

Sebagai Larvasida Nyamuk Aedes sp. Skripsi. Politeknik Kesehatan

Kendari. Sulawesi Tenggara.

Anggraini dan Cahyati. 2017. „Perkembangan Aedes aegypti Pada Berbagai PH

Air dan Salinitas Air‟, Jurnal Penelitian, vol. 01, no. 03 (2017).

Ariyanti, Yenie, dan Elystia. 2017. „Pembuatan Pestisida Nabati Dengan Cara

Ekstraksi Daun Pepaya dan Belimbing Wuluh‟, Jurnal Penelitian, vol. 04,

no. 2 (2017).

Aseptianova. 2019. „Pengaruh Ekstrak Daun Kunyit (Curcuma longa linn)

Sebagai Insektisida Elektrik Terhadap Mortalitas Nyamuk Culex sp L‟,

Jurnal Pro-Life, Vol 06, no. 01 (2019).

Atikasari dan Sulistyorini. 2018. „Pengendalian Vektor Nyamuk Aedes aegypti Di

Rumah Sakit Surabaya‟, Jurnal Penelitian, vol. 13, no. 1 (2018).

Dai. 2015. Perbedaan Ikan Hias Cupang (Betta sp) Dan Ikan Hias Koi (Cyprinus

carpio) Dalam Memakan Larva Aedes aegypti. Skripsi. Universitas Negeri

Gorontalo. Sulawesi Utara.

Dinkes Kabupaten Jombang. 2019. Data Kesehatan Tahunan Kabupaten

Jombang 2019.

Febriana. Icha. 2019. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Air Perasan Buah

Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) Terhadap Kematian Larva Aedes aegypti‟. Universitas Siliwangi. Tasikmalaya.

Halid, Yanto. 2015. Proposal Proyek Perkembangan Hewan.

http://www.slideshare.net/yantohalid/yanto-p-baba-1-2-3 (di akses tanggal 12 Februari 2020.

Insan, Faridah, Yulastri, dan Holinesti. 2019. „Pemanfaatan Belimbing Wuluh

(Averrhoabilimbi L) Sebagai Produk Olahan Pangan Fungsional‟, Jurnal

(44)

28

Javara, Vanessa. 2019. Gambaran Pemberian Ekstrak Daun Seledri

(Apiumgraveolens) Pada Kematian Larva Aedes aegypti. Karya Tulis

Ilmiah. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Jawa Timur.

Keupung, Carlos. 2019. Efektivitas Ekstrak Daun Pandan (Pandanus

amarullifolius) Terhadap Kematian Larva Aedes sp. Skripsi. Politeknik

Kesehatan Kemenkes Kupang. Nusa Tenggara Timur.

Khabibah, Dian. 2019. Uji Ekstrak Daun Salam (Syzyium polyanthum wight)

Dalam Membunuh Larva Nyamuk Aedes aegypti. Karya Tulis Ilmiah.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Jawa Timur.

Kihampa, Joseph, Nkunya, Magesa, Hassanali, Heydenreich, dan Kleinpeter. „Larvacidal and IGR activity of extract of Tanzanian Plants Against

Malaria Vector Mosquitoes‟. Jurnal Vector Borne, dis 46, June (2009).

Lathifah, Qurrotu. 2008. Uji Efektivitas Ekstrak Kasar Senyawa Antibakteri Pada

Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Dengan Variasi Pelarut.

Skripsi. Universitas Islam Negeri Malanag. Jawa Timur.

Lensoni, Surafi, dan Isfanda. 2019. „Efektivitas Ekstrak Bawang Putih (Allium

sativum) Sebagai Biolarvasida Terhadap Larva Aedes aegypti‟, Jurnal

Aceh Medika, vol. 3, no. 2, Oktober 2019:80-89.

Lestari, Siska. 2017. Efektivitas Air Perasan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa

bilimbi L) Sebagai Anti Nyamuk Aedes aegypti. Skripsi. Poloteknik

Kesehatan Kemenkes Surabaya. Jawa Timur.

Liana. 2017. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Jeruk Nipis (Citrus

aurantifolia) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegypti. Skripsi.

Institut Agama Islam Negeri Mataram. Nusa Tenggara Barat.

Merisia. 2018. Uji Ekstrak Batang Sereh (Cymbopogon nardus L Rendle) Dalam

Membunuh Larva Aedes aegypti. Karya Tulis Ilmiah. Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Jawa Timur.

Nadifah, Muhajir, Arisandi, dan Lobo. 2016. „Identifikasi Larva Nyamuk Pada

Tempat Penampungan Air Di Padukuhan Dero Condong Catur Kabupaten Sleman‟, Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, vol. 10, no. 2 (2016).

Oktavia, Suwondo dan Febrita. 2012. „Efektivitas Ekstrak Belimbing Wuluh

(Averrhoa bilimbi L) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegyti‟,

Jurnal Penelitian, vol. 9, no. 1 (2016).

Prakoso, Aulung, dan Citrawati. 2016. „Uji Efektivitas Ekstrak Buah Pare

(Momordica charantia) Pada Mortalitas Larva Aedes aegypti‟. Jurnal

(45)

29

Rahmiati, Asei. 2017. Daya Hambat Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh

(Averrhoa bilimbi L) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphy;ococcus epidermis Secara In Vitro. Undergraduate thesis.

Universitas Muhammadiyah Semarang. Jawa Tengah.

Rohman. 2018. Ekstrak Bunga Kamboja (Plumeria acuminate) Pada Larva

Aedes aegypti. Karya Tulis Ilmiah. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan

Cendekia Medika Jombang. Jawa Timur.

Sari, dan Cahyati. 2015. „Efektivitas Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi

L) Dalam Bentuk Granul Terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes aegypti‟, Jurnal Penelitian, vol. 14, no. 1 (2015).

Sembiring. 2018. Survey Tempat Perkembangbiakan dan Kepadatan Jentik

Nyamuk Aedesa sp di Kelurahan Kampung Dalam Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2018. Karya Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan

Kemenkes Medan. Sumatera Barat.

Wahyuni. 2009. Granulasi Senyawa Toksik Untuk Memberantas Larva Nyamuk

Aedes aegypti. Universitas Jember. Jawa Timur.

Yunus, Afridayanti, dan Petrus. 2018. „Efektivitas Sari Buah Belimbing Wuluh

(Averrhoa bilimbi L) Sebagai Larvasida Alami Terhadap Nyamuk Aedes sp‟, Jurnal Penelitian, vol. 10, no. 2 (2018).

Zuldarisman, Ishak, dan Anwar. 2013. „Efektivitas Air Perasan Buah Belimbing

Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Terhadap Kematian Larva Aedes aegypti dan Larva Anopheles Subpictus‟, Jurnal Penelitian, vol. 1, no. 2c (2013).

(46)

30

(47)
(48)
(49)
(50)
(51)

Gambar

Gambar 2.1 Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)  (Sumber: Iptek, 2007)
Gambar 2.2 Daur Hidup Nyamuk Aedes aegypti
Gambar 2.3 Telur Aedes aegypti  (Sumber: Setyowati, 2013)  2.  Larva
Gambar 2.4 Larva (jentik) Aedes aegypti  (Sumber: Sivanathan, 2006)  3.  Pupa
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi eksekusi ON akan dihasilkan jika blok logik atas atau blok logik bawah dalam kondisi ON. Blok-blok ini kemudian masing-masing dikodekan, mulai

Pada proses seleksi anggota, terdapat beberapa sub proses diantaranya : pencarian data anggota, memasukkan jenis pinjaman dan besar pinjaman, penilai anggota dengan

[r]

Namun, entah atas alasan apa yang masih perlu didalami lebih jauh, dalam rentang waktu yang hampir satu tahun itu kegiatan dimaksud hanya berkutat pada penyusunan anggaran dasar

Pada subjek 2, hasil mean skor skala LOT-R baseline adalah 9.6, skor pada pertemuan intervensi terakhir adalah 25 dan mean skor follow up adalah 25.Penelitian ini juga

Persoalan: Pasal 444 memberikan nomenklatur baru lagi, yakni sengketa proses pemilu. Sengketa ini pada pemilu sebelumnya disebutkan juga dengan berbagai macam

Subjek DK mendapat dukungan dari kedua orangtua sangat terpenuhi yang pertama adalah aspek penghargaan yaitu adanya pujian yang diberikan oleh orang tua DK terhadapnya

promote the technical dimension of learner autonomy, the lecturers are suggested. to give learners a project within a small group or pair which encourages