348
MAKALAH
PARALEL
PARALEL G
ISBN : 978-602-73159-8
PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI DEGUMMING DAN
NETRALISASI TERHADAP RENDEMEN DAN FISIKO-KIMIAWI
MINYAK TEMPE BUSUK
THE EFFECT OF VARIOUS DEGUMMING AND
NEUTRALIZATION CONCENTRATIONS ON THE YIELD AND
PHYSICO-CHEMICAL OF ROTTEN TEMPE OIL
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah: Pertama, memperoleh minyak tempe busuk murni yang optimal ditinjau dari berbagai konsentrasi degumming dan netralisasi serta interaksinya. Kedua, menentukan sifat fisiko-kimiawi minyak tempe busuk hasil pemurnian. Data hasil penelitian dianalisis dengan rancangan perlakuan Faktorial (3x3) dengan rancangan dasar yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan 3 ulangan dan sebagai kelompok adalah waktu analisis. Sebagai faktor pertama adalah degumming yang terdiri dari 3 aras konsentrasi H3PO4 yaitu 0,2%; 0,3%; dan 0,5%, sedangkan sebagai faktor kedua adalah netralisasi yang terdiri dari 3 aras konsentrasi NaOH yaitu 0,1 N; 0,3 N; dan 0,5 N. Pengujian purata antar perlakuan dilakukan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan tingkat kebermaknaan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil minyak tempe murni optimal sebanyak 55,81 ± 0,69 % (b/b) pada interaksi konsentrasi 0,2% H3PO4 dan 0,1 N NaOH. Sifat fisikawi minyak tempe busuk hasil pemurnian adalah: berwarna coklat muda, berbau khas tempe busuk, kadar air 0,72 ± 0,025 % (b/b), massa jenis 0,90 ± 0,0006 g/cm3, dan viskositas 135,74 ± 1,58 cP. Sifat kimiawi minyak tempe busuk hasil pemurnian dibandingkan dengan tanpa pemurnian adalah: bilangan asam menurun (133,58 ± 2,49 mg KOH/g sampel), bilangan penyabunan relatif sama (10,38 ± 0,05 mg KOH/ g sampel), dan bilangan peroksida menurun (3,54 ± 0,25 mgek/kg sampel).
Kata Kunci: Pemurnian Minyak, Minyak Tempe, Tempe Busuk, Degumming, Netralisasi
ABSTRACT
The objectives of the study are: Firstly, to obtain the purified rotten tempe oil optimum as revealed by various concentrations of degumming and neutralization and its interaction. Secondly, to determine the physico-chemical characteristics of purified rotten tempe oil. Data were analyzed using factorial design (3x3) and it was laid out with Randomized Completely Block
Areny Antonia Keraba*, Hartati Soetjipto, A.Ign. Kristijanto
Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro No. 52-60 Salatiga 50711 Jawa Tengah – Indonesia
Chemistry Department, Faculty of Science and Mathematics, Satya Wacana Christian University
Diponegoro 52-60 street, Salatiga 50711 Central Java – Indonesia
*Untuk korespondensi : Tel. 082340106456, 087843517348 , e-mail :
Design (RCBD), 3 replications and as the block is the time analysis. As the first factor is degumming consisted 3 concentrations of H3PO4 which are 0,2%; 0,3%; and 0,5% respectively.
Whereas the second factor is neutralization consisted 3 concentrations of NaOH which are 0,1 N; 0,3 N; and 0,5 N, repectively. Honestly Significance Differences (HSD) with 5% significance level were used to test between the treatment mean. The result of the studies showed that the optimum yield of rotten tempe oil is in the amount of 55,81 ± 0,69 % (w/w) in the interaction concentrations of 0,2% H3PO4 and 0,1 N NaOH. The physical characteristics of purified rotten tempe oil are asa
follows: light brown colored oil with the scent of rotten tempe, moisture 71 ± 0,03%, density 0,90 ± 0,0006 g/cm3, and viscosity 135,74 ± 1,58 ccP. Whereas the chemical characteristics of purified
rotten tempe oil compared to without purification are as follows: decreasing of acid value (133,58 ± 2,49 mg KOH/g sample), relatively same of saponification value (10,38 ± 0,05 mg KOH/ g sample), and decreasing of peroxide value (3,54 ± 0,25 mgek/kg sample).
Key word: Oil Purification, Tempe Oil, Rotten Tempe, Degumming, Neutralization
PENDAHULUAN
Tempe merupakan makanan khas Indonesia hasil fermentasi bergizi tinggi yang biasanya terbuat dari kedelai dan memiliki masa simpan singkat. Tempe dengan masa simpan lebih dari 6 hari dapat dikatakan sebagai tempe busuk dan tidak termanfaatkan. Selama proses fermentasi, lemak pada kedelai akan terdegradasi oleh kapang yang menyebabkan kandungan asam lemak pada tempe akan berubah. Minyak tempe mengandung asam lemak esensial yang sangat dibutuhkan tubuh seperti linolenat dan linoleat [1]
Minyak hasil ekstraksi umumnya mengandung fosfolipid, asam lemak bebas, pigmen dan getah yang berpengaruh terhadap kualitas minyak seperti aroma, masa simpan, maupun kejernihan minyak [2]. Untuk meningkatkan kualitas minyak diperlukan pemurnian minyak. Proses
degumming dan netralisasi merupakan 2
tahap awal pemurnian minyak untuk memisahkan fosfolipid dan asam lemak bebas dalam minyak. Minyak yang mengandung sedikit fosfolipid seperti minyak kedelai, lebih baik menggunakan metode
degumming asam dibandingkan jenis lainnya
[3]. Hal ini disebabkan oleh penggunaan
asam berpengaruh terhadap fosfolipid yang terbuang.
Minyak biji bunga matahari dan kedelai yang diperoleh setelah proses pemurnian memiliki bilangan asam yang lebih rendah dibandingkan minyak kasarnya. Sedangkan bilangan peroksida minyak murni lebih tinggi dibandingkan minyak kasarnya [4]. Pemurnian minyak biji bintaro menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi H3PO4 dan NaOH cenderung menurunkan nilai rendemen, kadar abu, viskositas bilangan asam lemak bebas, bilangan peroksida, dan viskositas [5]. Konsentrasi larutan NaOH mempengaruhi rendemen minyak. Rendemen minyak cenderung menurun seiring dengan tingginya konsentrasi NaOH [6].
Berdasarkan latar belakang maka tujuan dari penelitian ini adalah : Pertama, memperoleh rendemen minyak tempe busuk murni yang optimal ditinjau dari berbagai konsentrasi H3PO4 dan NaOH serta interaksinya. Kedua, menentukan sifat fisiko-kimiawi minyak tempe busuk hasil pemurnian.
METODE PENELITIAN
Bahan dan PirantiPengembangan Material Aplikatif sebagai upaya mendukung Pembelajaran Kimia Abad 21
Tempe yang digunakan berasal dari pabrik tempe kedelai “X” di Bugel, Salatiga, Jawa Tengah. Bahan kimiawi yang digunakan antara lain akuades, heksana (p.a), kloroform, etanol, asam asetat glasial, asam klorida, kalium iodida, natrium tiosulfat, kanji, kalium hidroksida, indikator fenolftalein. Semua reagensia yang digunakan produk Merck, Jerman.
Piranti yang di pakai dalam penelitian adalah grinder, soxhlet, moisture analyzer (OHAUS PA214), rotary evaporator (Buchii R0114, Swiss), swing type centrifuge ( Tomy Seiko C-40N Japan), inkubator, penangas air (Memmert WNB 14, Germany), neraca analitis 0,01 g (OHAUS MB 25), viskometer
Ostwald, drying cabinet serta piranti gelas. Preparasi Sampel
Tempe hasil pemeraman 7 hari dipotong tipis-tipis dan dikeringkan dengan
drying cabinet pada suhu 500C selama 2 hari. Tempe kering kemudian dihaluskan menggunakan grinder, disimpan dalam wadah kering yang diberi silica gel.
Ekstraksi Serbuk Tempe [7]
Serbuk tempe diekstraksi menggunakan pelarut heksana (1:4, b/v) pada suhu 700C selama 3-7 jam (sampai larutan bening). Ekstrak heksana kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 50-600C sehingga diperoleh minyak tempe pekat. Minyak tempe pekat dipindahkan ke dalam botol sampel, kemudian diuapkan dengan menggunakan
waterbath untuk menghilangkan sisa pelarut
yang masih terperangkap. Selanjutnya minyak tempe yang diperoleh dihitung rendemennya dengan persamaan 1.
% 𝐫𝐞𝐧𝐝𝐞𝐦𝐞𝐧 𝐦𝐢𝐧𝐲𝐚𝐤 = massa minyakmassa sampelx 100% (1)
Pemurnian Minyak [5]
Proses pemurnian minyak diawali dengan proses degumming. Minyak hasil ekstaksi ditimbang 5 gram. Minyak dipanaskan hingga suhu mencapai 70-75ºC dan ditambahkan H3PO4 20% sebanyak 0,2%; 0,3% dan 0,5% (v/b) dari bobot minyak. Dilakukan pengadukan selama 10 menit pada suhu 70-75ºC. Minyak dimasukkan kedalam corong pemisah untuk dicuci dengan aquades suhu 60ºC hingga air buangan memiliki pH netral. Selanjutnya dilakukan sentrifugasi kecepatan 90 rpm selama 15 menit.
Selanjutnya dilakukan proses netralisasi menggunakan NaOH. Minyak hasil sentrifugasi dipanaskan pada suhu 70-75oC dan ditambahkan larutan NaOH konsentrasi 0,1 N; 0,3 N; dan 0,5 N. Minyak diaduk selama 15 menit. Minyak dimasukkan kedalam corong pemisah untuk dicuci dengan aquades suhu 60ºC hingga air buangan memiliki pH netral. Selanjutnya dilakukan sentrifugasi kecepatan 90 rpm selama 15 menit.
Karakterisasi dan Komposisi Fisiko-Kimia Minyak Tempe Busuk
Penentuan aroma dan warna ditentukan dengan pemaparan secara deskriptif, penentuan kadar air menggunakan instrumen moisture analyzer, penentuan densitas, bilangan asam, bilangan peroksida, dan bilangan penyabunan [8].
Analisa Data
Data dianalisis menggunakan rancangan perlakuan Faktorial (3 x 3) dengan rancangan dasar yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan 3 ulangan dan sebagai kelompok adalah waktu analisis.
Faktor pertama adalah konsentrasi H3PO4 terdiri dari tiga aras yaitu 0,2%; 0,3%; dan 0,5% (v/b). Faktor kedua adalah konsentrasi NaOH yang terdiri dari tiga aras yaitu 0,1 N; 0,3 N; dan 0,5 N. Pengujian purata antar perlakuan dilakukan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan tingkat kebermaknaan 5% [8].
PEMBAHASAN
Rendemen Minyak Tempe Busuk Antar Berbagai Konsentrasi Degumming
Rataan rendemen minyak tempe busuk (dalam % ± SE) antar berbagai konsentrasi H3PO4 berkisar antara 26,85 ± 2,86% sampai 51,30 ± 3,05% (Tabel 1). Dari
Tabel 1 terlihat bahwa rendemen minyak
tempe busuk hasil pemurnian menurun sejaln dengan peningkatan konsentrasi H3PO4. Rendemen minyak tempe busuk sebesar 51,30 ± 3,05% diperoleh pada konsentrasi H3PO4 terendah (0,20%).
Tabel 1. Rataan Rendemen (% ± SE) Minyak Tempe Busuk Hasil Pemurnian Antar Berbagai Konsentrasi H3PO4
Konsentrasi H3PO4 20%
0,20% 0,30% 0,50% Rataan ± SE 51,30 ± 3,05 50,64 ± 2,76 26,85 ± 2,86
W= 0,38 (c) (b) (a)
Keterangan : SE = Simpangan Baku Taksiran; W = BNJ 5%.
*Angka-angka yang diiukuti huruf yang tidak sama menunjukkan antar perlakuan berbeda nyata sebaliknya angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata. Keterangan ini berlaku untuk Tabel 2.
Penurunan rendemen minyak tempe busuk pada konsentrasi 0,50% terkait dengan reaksi antara fosfolipid dan H3PO4 yang merubah senyawa fosfolipid yang bersifat non hydratable menjadi hydratable [4]. Penambahan air mengakibatkan fosfolipid akan kehilangan sifat lipofiliknya
dan berubah menjadi lipofobik sehingga mudah dipisahkan dari minyak. Peningkatan konsentrasi H3PO4 menyebabkan senyawa fosfolipid hydratable yang berikatan dengan air semakin banyak akibatnya hasil rendemen minyak tempe busuk menurun.
Tabel 2. Rataan Rendemen (% ± SE) Minyak Tempe Busuk Hasil Pemurnian Antar Berbagai Konsentrasi NaOH
Konsentrasi NaOH
0,1 N 0,3 N 0,5 N
Rataan ± SE 47,14 ± 9,22 43,14 ± 9,44 38,51 ± 9,17
W= 0,38 (c) (b) (a)
Rendemen Minyak Tempe Busuk Antar Berbagai Konsentrasi NaOH
Rataan rendemen minyak tempe busuk (dalam % ± SE) antar berbagai
konsentrasi NaOH berkisar antara 38,51 ± 9,17% sampai 47,14 ± 9,22% (Tabel 2). Dari
Tabel 2 terlihat bahwa rendemen minyak
Pengembangan Material Aplikatif sebagai upaya mendukung Pembelajaran Kimia Abad 21
seiring peningkatan konsentrasi NaOH dan pada konsentrasi terendah (0,1 N) diperoleh rendemen minyak tempe busuk sebesar 47,14 ± 9,22%.
Hal ini terkait dengan NaOH yang berfungsi mengubah asam lemak bebas menjadi sabun [4]. Pada proses pencucian sabun dan minyak akan membentuk emulsi
sehingga rendemen minyak yang dihasilkan berkurang.
Rendemen Minyak Tempe Busuk Hasil Interaksi Berbagai Konsentrasi H3PO4 dan NaOH
Rendemen minyak tempe busuk hasil interaksi berkisar antara 22,61 ± 0,64% sampai 55,81 ± 0,69% (Tabel 3).
Tabel 3. Rataan Rendemen (% ± SE) Minyak Tempe Busk Hasil Interaksi Konsentrasi NaOH Konsentrasi H3PO4 0,2% 0,3% 0,5% 0.1 N W = 0,65 55,81±0,69 (c) (c) 54,43±0,71 (c) (b) 31,18±0,89 (c) (a) 0.3 N W = 0,65 51,40±1,11 (b) (b) 51,27±0,76 (b) (b) 26,77±1,06 (b) (a) 0.5 N W = 0,65 46,68±0,45 (a) (b) 46,23±0,13 (a) (b) 22,61±0,64 (a) (a) W = 0,65 W = 0,65 W = 0,65
Keterangan:* Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama antar baris atau lajur yang sama menunjukkan antar perlakuan berbeda nyata, sebaliknya angka-angka yang diikuti huruf yang sama antar baris atau lajur yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata
Dari Tabel 3 terlihat bahwa rendemen minyak tempe busuk antar konsentrasi H3PO4 dalam konsentrasi NaOH 0,1 N, mengalami penurunan seiring peningkatan konsentrasi H3PO4. Sebaliknya peningkatan konsentrasi H3PO4 sebesar 0,20% dan 0,30% dalam konsentrasi NaOH 0,3 N dan 0,5 N mengakibatkan rendemen minyak tempe busuk sama. Selanjutnya menurun pada konsentrasi H3PO4 0,50%.
Lebih lanjut, rendemen minyak tempe busuk hasil pemurnian antar konsentrasi NaOH dalam setiap konsentrasi H3PO4 mengalami penurunan yang signifikan seiring dengan peningkatan konsentrasi NaOH. Rendemen minyak tempe busuk optimal sebesar 55,81 ± 0,69%
diperoleh pada konsentrasi H3PO4 0,2% dan konsentrasi NaOH 0,1 N.
Sifat Fisiko-Kimiawi Minyak Tempe Busuk
Sifat-sifat fisikawi (aroma, warna, kadar air, massa jenis dan viskositas) dan kimiawi (bilangan asam, bilangan penyabunan dan bilangan peroksida) minyak tempe busuk disajikan dalam Tabel
4.
Warna dan Aroma
Minyak tempe busuk berwarna coklat muda dan beraroma tempe busuk. Jika dibandingkan dengan warna dan aroma minyak tempe kasar maka terdapat perbedaan pada warna minyak. Warna minyak yang lebih jernih menunjukkan bahwa zat-zat pengotor minyak seperti gum,
lendir dan pigmen berkurang selama proses pemurnian minyak [5]. Proses degumming dan netralisasi tidak berpengaruh terhadap aroma minyak tempe.
Kadar Air
Tabel 4 menunjukkan minyak tempe hasil pemurnian memiliki kadar air yang lebih rendah dibanding minyak tempe kasar yaitu sebesar 0,72 ± 0,03%. Kadar air merupakan salah satu parameter uji yang penting terhadap sifat kimia minyak, karena terkait dengan reaksi hidrolisis. Minyak dengan kadar air yang tinggi dapat memperpendek masa simpan minyak dan memicu pertumbuhan mikroba [10].
Massa Jenis
Berdasarkan Tabel 4, massa jenis minyak tempe busuk hasil pemurnian yaitu 0,90 ± 0,0006 g/cm3 . Setiap jenis minyak mempunyai massa jenis yang khas, tergantung pada jenis asam lemak penyusun minyak tersebut [11].
Viskositas
Viskositas merupakan tahanan alir suatu cairan. Tabel 4, menunjukkan nilai kekentalan minyak hasil pemurnian sebesar 135,74 ± 1,58 cP. Minyak tempe hasil pemurnian memiliki nilai viskositas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan viskositas minyak tempe kasar yaitu sebesar 139,75 ± 0,88 cP. Hal ini disebabkan karena zat – zat pengotor dalam minyak yang menyebabkan tingginya viskositas pada minyak telah berkurang [4].
Bilangan Asam
Tabel 4 menunjukkan bilangan
asam minyak tempe busuk hasil pemurnian 133,58 ± 2,49 mg KOH/g. Pada proses netralisasi, asam lemak bebas yang terdapat pada minyak tersabunkan dengan adanya penambahan larutan NaOH sehingga terpisah dari minyak [6]. Kecilnya nilai bilangan asam pada minyak menunjukkan bahwa minyak memilki kandungan asam lemak bebas yang rendah [12].
Bilangan Penyabunan
Berdasarkan Tabel 4, bilangan penyabunan minyak tempe hasil pemurnian sebesar 10,48 mg KOH/g. Bilangan penyabunan yang rendah menunjukkan proporsi triasilgliserol asam lemak berantai panjang lebih banyak daripada triasilgliserol asam lemak berantai pendek [10].
Bilangan Peroksida
Nilai bilangan peroksida minyak tempe hasil pemurnian sebesar 3,54 ± 0,25 mgek/kg, lebih tinggi dibandingkan minyak tempe kasar 6,70 ± 4,07 mgek/kg. Pada proses netralisasi, NaOH bereaksi dengan asam lemak bebas dan senyawa polimer peroksida, sehingga bilangan peroksida menurun [5]. Bilangan peroksida menentukan derajat kerusakan minyak atau lemak. Semakin rendah bilangan peroksida berarti kualitas minyak semakin baik. Kenaikan nilai bilangan peroksida merupakan indikator dan peringatan bahwa minyak tidak lama lagi akan berbau tengik [4].
Pengembangan Material Aplikatif sebagai upaya mendukung Pembelajaran Kimia Abad 21
Tabel 4. Sifat Fisiko-Kimiawi Minyak Tempe Busuk
Sifat Fisiko Kimiawi Satuan
Minyak Kasar
(Tanpa Pemurnian) Minyak Hasil Pemurnian
Warna - Coklat Coklat Muda Aroma - Tempe Busuk Tempe Busuk Kadar Air % 0,79 ± 0,01 0,72 ± 0,03 Massa Jenis g/cm3 0,90 ± 0,01 0,90 ± 0,0006 Viskositas cP 139,75 ± 0,88 135,74 ± 1,58 Bilangan Asam mg KOH/g 160,69 ± 0,24 133,58 ± 2,49 Bilangan Penyabunan mg KOH/g 11,12 ± 0,85 10,38 ± 0,05 Bilangan Peroksida mgek/kg 6,70 ± 4,07 3,54 ± 0,25
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil minyak tempe busuk optimal sebanyak 55,81 ± 0,69 % (b/b) pada interaksi konsentrasi 0,2% H3PO4 dan 0,1 N NaOH. Sifat fisikawi minyak tempe busuk hasil pemurnian adalah: berwarna coklat muda, berbau khas tempe busuk, kadar air 0,72 ± 0,025 % (b/b), massa jenis 0,8995±0,0006 g/cm3, dan viskositas 135,74±1,58 cP. Sifat kimiawi minyak tempe busuk hasil pemurnian adalah: bilangan asam menurun (133,58 ± 2,49 mg KOH/g sampel), bilangan penyabunan relatif sama (10,38 ± 0,05 mg KOH/ g sampel), dan bilangan peroksida menurun (3,54 ± 0,25 mgek/kg sampel).
Daftar Pustaka
[1] Santoso, S. P. 2005. Teknologi Pengolahan Kedelai. Fakultas Pertanian Universitas Widyagama, Malang.
[2] Verleyen T, Sosinska U, Ioannidou S, Verhe R, Dewettinck K, Huyghebaert A, Greyt W. 2002. Influence of the
vegetable oil refining process on free and esterified sterols. Journal of the
American Oil Chemists’ Society 79: 947-953.
[3] Deffense, E. 2011. Chemical Degumming. AOCS Lipid Library.
[4] Mardani, Sh., M. Ghavami., A. Heidary-Nasab., and M. Gharachorloo. 2015.
The Effect of Degumming and Neutralization on the Quality of Crude Sunflower and Soyabean Oils. Journal
of Food Biosciences and Technology 6(2) : 47-52.
[5] Herwanda, A.E. 2011. Kajian Proses Pemurnian Minyak Biji Bintaro (Cerbera
manghas L.) Sebagai Bahan Bakar
Nabati. Skripsi. Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
[6] Kurniati, Yeni., dan H. Susanto. 2015. Pengaruh Basa NaOH dan Kandungan ALB CPO terhadap Kualitas Minyak Kelapa Sawit Pasca Netralisasi. Jurnal Pangan dan Agroindustri 3(1) : 193-202.
[7] Albertina, Happy., H. Soetjipto., dan S. Andini. 2015. Pengaruh Lama Waktu Ekstraksi Minyak Biji Mangga (
Mangifera indica L. Var Arumanis )
Terhadap Sifat Fisiko Kimianya. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia.
[8] SNI 01-3555-1998. Cara Uji Minyak dan Lemak. Badan Standarisasi Nasional (BSN). Jakarta.
[9] Steel, R. G. D. dan Torie, J. H. 1980. Prinsip Dan Prosedur Statistika Suatu Pendeketan Biometrik. Jakarta : Gramedia.
[10] Zahir, Erum., R. Saeed., M. A. Hameed., and A. Yousuf. 2014. Study
of Physico-chemical Properties of Edible Oil and Evaluation of Frying Oil Quality By Fourier Transform-Infrared (FTIR) Spectroscopy. Arabian Journal
Of Chemistry.
[11] Nichols, D.S. dan K. Sanderson, 2003.
The Nomenclature, Structure, and Properties of Food Lipids. In: Sikorski,
Z.E and A. Kolakowska, Ed. Chemical and Functional Properties of Food Lipids. CRC Press Washington. Pp. 29-59.
[12] Kurnia,M.D., H. Soejipto dan A.I. Kristijanto. 2014. Karakterisasi dan Komposisi Kimia Minyak Biji Tumbuhan kupu-kupu (Bauhinia purpurea L.) Bunga Merah Muda. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains IX, hal 11-17, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
TANYA JAWAB
Pemakalah : Areny Antonia Keraba Penanya : Edy Supriyo
Pertanyaan : Penambahan H3PO4 apa tidak mengganggu proses degumming karena H3PO4 adalah amfoter?
Jawaban : Tidak mengganggu pemurnian yang ditandai dengan pH dari hasil pencucian pertama masih bersifat asam