1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagian besar petani mengoptimalkan pertumbuhan dan hasil tanaman dengan pupuk anorganik secara berlebihan dan terus menerus, sehingga dapat menyebabkan rendahnya bahan organik tanah. Disamping itu adanya pengolahan tanah intensif menyebabkan terjadinya oksidasi tanah dan perombakan yang cepat terhadap bahan organik tanah. Rendahnya kandungan bahan organik tanah akan menjadikan rendahnya kemampuan tanah dalam mengikat ion unsur hara, tingginya pencucian unsur hara dan erosi tanah. Oleh karena itu rendahnya kandungan bahan organik tanah dapat mengancam keberlangsungan fungsi tanah sebagai media tumbuh tanaman, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi penurunan produktivitas tanah untuk mendukung produksi tanaman secara maksimal (Santoso, 2010).
Bahan organik tanah akan mempengaruhi fisika, kimia dan biologi tanah. Secara fisika tanah, bahan organik tanah mampu mempengaruhi struktur tanah, porositas, permeabilitas, kemampuan menahan air. Secara kimia tanah, bahan organik tanah mampu mempengaruhi pH tanah, kemampuan menyerap kation, sumber hara makro dan mikro, dan kelarutan Al dengan membentuk kompleks Al-organik. Secara biologi tanah, bahan organik tanah mampu mempengaruhi kondisi kehidupan dalam tanah, dan keragaman organisme tanah.
2
makro dan mikro lainnya seperti unsur hara N, P, K Ca, Mg, S, dan Fe dengan kriteria sangat tinggi (Palungkun, 1999 dalam Dahlia, 2004).
Kascing juga mengandung mikroba dan hormon perangsang pertumbuhan tanaman seperti giberelin, sitokinin, dan auxsin. Jumlah mikroba yang banyak dan aktivitasnya yang tinggi bisa mempercepat pelepasan unsur-unsur hara dari kotoran cacing menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman (Mashur, 2001). Kascing mengandung asam humat yang bersama-sama dengan tanah liat berperan terhadap sejumlah reaksi kimia didalam tanah yang berdampak pada peningkatan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan kesuburan tanah (Mulat, 2003).
Salah satu tanaman sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi serta memperlukan bahan organik didalam budidayanya adalah tanaman bawang daun (Allium fistolusum L.). Meningkatnya luas areal pengembangan budidaya bawang daun antara lain karena prospek pemasaran produksi komoditas ini makin cerah (Rukmana, 1995). Peluang bisnis bawang daun cukup baik dan cerah karena banyak dibutuhkan oleh masyarakat, terutama sebagai bahan sayuran dan bumbu penyedap masakan, di samping sebagai bahan pengobatan (terapi). Dengan demikian, kebutuhan masyarakat terhadap bawang daun sangat besar dan berkesinambungan (Cahyono, 2005)
3
dalam penelitian ini mencoba untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis kascing yang mampu memberikan pertumbuhan dan hasil tanamanbawang daun.
1.2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan:
1. Mengetahui pengaruh pemberian kascing terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang daun.
2. Menentukan dosis kascing yang mampu memberikan pertumbuhan dan hasil yang optimum tanaman bawang daun.
1.3. Signifikansi Penelitian
Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dalam bidang agronomi terutama tentang pengaruh kascing terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang daun.
Dari segi praktis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam budidaya tanaman bawang daun
1.4. Batasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda, maka dalam penelitian ini diberikan batasan-batasan sebagai berikut:
1. Tanaman yang digunakan adalah Bawang Daun (Allium fistolusum L.) varietas lokal
2. Penanaman dilakukan dikebun percobaan fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW di Dusun Plalar, Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
3. Sumber bahan organik yang digunakan adalah Kascing (kompos dari kotoran cacing) yang diproduksi oleh CV Bumi Makmur Wijaya Salatiga. 4. Penanaman dilakukan tanpa pemberian pupuk anorganik, dan kascing
4
5. Dosis kascing yang dimaksud adalah banyaknya (ton) per luas tanam (ha), dimana dalam penelitian ini menggunakan tingkatan dosis kontrol (tanpa pemberian kascing), 4 ton, 8 ton, 12 ton dan 16 ton per ha
6. Komponen pertumbuhan yang diamati adalah tinggi tanaman per rumpun, jumlah daun per rumpun, berat basah akar per rumpun.
7. Komponen hasil yang diamati adalah jumlah anakan per tanaman, berat basah per rumpun, berat kering tanaman per rumpun, hasil tanaman per petak netto, hasil konversi per Ha.
8. Kriteria panen yang digunakan adalah apabila umur tanaman telah cukup tua, yaitu 84 hari setelah pindah tanam, jumlah anakan per rumpun telah maksimal (Rukmana, 1995).
9. Analisis kandungan N, P, K, BO, pH dilakukan pada tanah sebelum dan setelah penelitian.
1.5. Model Hipotetis
Untuk memperjelas tujuan penelitian, maka dibuat model hipotetis sebagai berikut:
Gambar 1.1. Model Hipotetis
Keterangan:
X : Perlakuan dosis Kascing
Y1: Pertumbuhan tanaman Bawang Daun
Y2: Hasil tanaman Bawang Daun