• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN SIKAP TERHADAP KEWIRAUSAHAAN ANTARA SISWA SMA DENGAN SISWA SMK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN SIKAP TERHADAP KEWIRAUSAHAAN ANTARA SISWA SMA DENGAN SISWA SMK"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berlimpah. Namun hal itu tidak dibarengi dengan kualitas dari sumber daya manusia yang ada untuk mengelola segala sumber daya alam yang telah disediakan. Sumber daya manusia yang ada kurang memiliki daya saing yang tinggi untuk berlomba-lomba mengelola sumber daya alam tersebut. Sehingga banyak sumber daya alam tersebut menjadi terbengkalai dan bahkan justru dikelola oleh pihak asing.

Kemiskinan masih merupakan salah satu masalah terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Meski upaya-upaya penanggulangan kemiskinan terus-menerus dilakukan dan bahkan semakin gencar dan meningkat frekuensinya dalam beberapa tahun terakhir, namun belum terlihat tanda-tanda yang meyakinkan bahwa masalah kemiskinan dapat segera diatasi. Jumlah penduduk miskin bukan semakin berkurang, tapi bahkan secara kasat mata terlihat semakin bertambah jumlahnya. Karena itu, kemiskinan masih akan tetap menjadi tantangan dan masalah terberat bagi Indonesia ke depan, selain tentunya masalah lainnya (Triyono, 2010).

Problem pengangguran terbuka di Indonesia masih belum bisa diatasi oleh pemerintah. Sepanjang 2009-2010, Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) hanya mampu menurunkan 1,5 persen dari total pengangguran tahun 2009-2010. Memasuki 2011 pengangguran terbuka sekarang ada pada angka 9,25 juta. Program baru pun disusun Kemenakertrans yakni bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dalam menyebar informasi lowongan kerja. Target barunya hingga 2014 pengangguran akan ditekan sekitar tujuh persen hingga tiga persen (Jarno, 2011).

(2)

2

Jika dibandingkan keadaan Agustus 2010 TPT pada hampir semua tingkat pendidikan cenderung turun, kecuali TPT untuk tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,38 persen dan 0,27 persen. Pada Februari 2011, TPT untuk pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Diploma menempati posisi tertinggi, yaitu masing-masing sebesar 12,17 persen dan 11,59 persen. TPT dengan tingkat pendidikan Universitas mengalami penurunan yang signifikan dari 14,24 persen pada Februari 2010 menjadi 9,95 persen pada Februari 2011. Hal ini diduga akibat penerimaan Pegawai Negeri Sipil dalam setahun terakhir didominasi mereka yang berpendidikan tinggi.

Tabel 1

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009–2011 (Persen)

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

2009 2010 2011

Februari Agustus Februari Agustus Februari

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

SD Ke Bawah 4,51 3,78 3,71 3,81 3,37

Sekolah Menengah Pertama 9,38 8,37 7,55 7,45 7,83 Sekolah Menengah Atas 12,36 14,50 11,90 11,90 12,17 Sekolah Menengah Kejuruan 15,69 14,59 13,81 11,87 10,00 Diploma I/II/III 2,68 2,79 2,89 3,02 11,59

Universitas 4,22 4,66 4,94 5,25 9,95

Jumlah 8,14 7,87 7,41 7,14 6,80

(3)

3

Menurut data Disnakertransduk Jawa Timur, daerah yang memiliki angka pengangguran terbuka terbesar adalah Sidoarjo. Disusul Madiun, Mojokerto, Pasuruan, dan Malang. Kelompok pengangguran ini berangsur-angsur mulai bergeser ke jenjang lebih tinggi, yakni diploma dan sarjana. Banyaknya jumlah pengangguran tak lepas dari paradigma berpikir (mindset) generasi muda yang rata-rata ingin menjadi pegawai, sementara ketersediaan lapangan kerja di sektor formal sangat terbatas. Hal ini sangat disayangkan, mengingat kemampuan dan kreativitas generasi muda saat ini sangat tinggi dan memiliki potensi untuk di kembangkan. Menurut David McClelland, untuk menjadi Negara maju dan makmur, minimal jumlah wirausaha yang dibutuhkan adalah 2 persen dari total jumlah penduduk, Amerika Serikat, tahun 2007 memiliki 11,5 persen entrepreneur, Singapura pada tahun 2005 memiliki 7,2 persen entrepreneur, sedangkan Indonesia hanya memiliki 0,18 persen (Jarno, 2011).

Pola pikir yang diwujudkan dalam cita-cita untuk menjadi pegawai sebenarnya sudah terjadi di berbagai belahan dunia sejak puluhan tahun yang lalu. Seorang penulis buku tentang motivasi yang terkenal, yaitu Max Gunther pernah mengkritik sistem pendidikan di Amerika Serikat tahun 70-an yang katanya hanya akan melahirkan lulusan “Sanglaritis” yang artinya mereka mempunyai mental buruh, yaitu ingin menjadi pegawai negeri atau pegawai swasta. Mereka kurang mampu dan mau menciptakan lapangan kerja sendiri. Bahkan, untuk kasus Indonesia hal itu masih terjadi sampai sekarang. Memang mengubah pola pikir seseorang untuk memulai suatu usaha bukan pekerjaan mudah, banyak kendala yang menghadang, mulai dari mental takut rugi, motivasi, bakat, soal keluarga, dana, pengalaman sebelumnya, sampai kemampuan mengelola (Kasmir, 2010).

(4)

4

Memang tidak mudah untuk mengubah pola pikir yang sudah tertanam pada masyarakat. Tetapi demi mewujudkan Indonesia menjadi Negara yang maju, sebaiknya pola pikir seperti itu harus mulai diubah. Menjadi pegawai tidak selalu menjamin masa depan yang menjanjikan. Bahkan menjadi seorang wirausaha yang dapat menciptakan lapangan kerja bagi diri sendiri dan orang lain, justru dapat lebih menjanjikan masa depan apabila mampu mengelola usahanya dengan baik.

Meredith (1992) mengatakan para wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi kepada tindakan, dan bermotivasi tinggi yang mengambil risiko dalam mengejar tujuannya. Menjadi seorang wirausaha lebih daripada sebuah pekerjaan atau karir. Berwirausaha adalah suatu gaya hidup dan prinsip-prinsip tertentu akan mempengaruhi strategi karir seseorang.

Sebagian besar orang lebih memilih untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS) atau pegawai swasta. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa sebab, di antaranya memiliki penghasilan yang teratur sehingga merasa aman meskipun gajinya kecil, pekerjaan bersifat rutin, ada kepastian (dapat diprediksi) dalam banyak hal termasuk kekayaan dapat diramalkan/dihitung, risiko dan tanggung jawab relatif rendah. Sedangkan hanya sedikit orang yang memilih untuk membuka usaha sendiri atau menjadi wirausahawan, karena penghasilan tidak tetap, pekerjaan bersifat tidak rutin, tidak ada kepastian (ketidakpastian tinggi) dalam banyak hal, termasuk meramalkan kekayaan, risiko dan tanggung jawab besar (Sunarya, 2011).

Sebenarnya terdapat berbagai keuntungan menjadi wirausaha menurut Alma (Sunarya, 2011) yaitu mendapat peluang untuk mencapai tujuan yang diinginkannya, terbuka peluang untuk mendemonstrasikan potensi diri secara penuh, terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara maksimal, terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha-usaha yang kongkret, dan terbuka peluang untuk menjadi bos, minimal bagi diri sendiri.

(5)

5

Thurstone mengemukakan bahwa sikap melibatkan satu komponen yaitu komponen afek. Komponen afek atau perasaan tersebut memiliki dua sifat, yaitu positif atau negatif. Individu yang mempunyai perasaan positif terhadap suatu obyek psikologis dikatakan menyukai obyek tersebut atau mempunyai sikap yang favorarable terhadap obyek itu. Sedangkan individu yang mempunyai perasaan negatif terhadap suatu obyek psikologis dikatakan mempunyai sikap yang unfavorable terhadap obyek tersebut. Dalam sikap yang positif reaksi seseorang cenderung untuk mendekati atau menyenangi obyek tersebut, sedangkan dalam sikap yang negatif orang cenderung untuk menjauhi atau menghindari obyek tersebut (Dayakisni & Hudaniyah, 2009).

Sehingga sikap yang positif terhadap kewirausahaan harus ditumbuhkan dalam diri individu. Agar individu tersebut dapat terus berkarya dalam bidang kewirausahaan. Sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan antara lain (Kasmir, 2010) jujur dalam bertindak dan bersikap; rajin, tepat waktu, dan tidak pemalas; selalu murah senyum; lemah lembut dan ramah tamah; sopan santun dan hormat; selalu ceria dan pandai bergaul; fleksibel dan suka menolong karyawan; serius dan memiliki rasa tanggung jawab; dan rasa memiliki perusahaan yang tinggi. Apabila sikap dan perilaku tersebut telah dimiliki oleh seseorang, maka hal tersebut tentunya juga akan berdampak bagi kelangsungan hidup masyarakat Indonesia dalam hal mengurangi jumlah masyarakat miskin dan mengurangi jumlah pengangguran.

(6)

6

Sirodjuddin (2011) menyebutkan pandangan mengenai perbedaan sikap kewirausahaan pada siswa SMA dan SMK dapat diketahui dari tabel di bawah ini.

Tabel 2

Kurikulum SMK lebih banyak praktek dari pada teori

Tamatannya tidak siap kerja dan tidak mandiri

Tamatannya siap kerja dan mandiri

Tempat belajar hanya di sekolah Tempat belajar di sekolah dan dunia kerja

Melihat data perbedaan di atas, Sirodjuddin menyimpulkan bahwa jelas terlihat SMK lebih menjanjikan masa depan dibanding SMA. Hal ini disebabkan karena kondisi perekonomian Indonesia yang belum bagus, solusi untuk mengatasi keadaan tersebut adalah dengan menyekolahkan anak di sekolah yang lulusannya cepat mendapat pekerjaan tetapi tidak membutuhkan waktu lama; banyak lulusan SMA yang tidak melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi, kurang dari 10% lulusan SMA yang melanjutkan kuliah di PT, padahal kurikulum SMA disetting untuk melanjutkan sekolah di PT. Ini tentu sangat ironis karena hampir 90% tamatan SMA terjun di dunia kerja padahal kurikulum SMA tidak disiapkan untuk bekerja. Akibatnya banyak lulusan SMA yang kalah bersaing dalam mencari pekerjaan karena mereka memang tidak siap kerja. Oleh karena itu, pemerintah mengambil kebijakan untuk menambah jumlah SMK daripada mengembangkan SMA. Komposisi perbandingan yang dibuat adalah 70% SMK dan 30% SMA. Ini tentu dengan tujuan untuk menjadikan lulusan sekolah menengah yang siap kerja dan mandiri; dan dunia kerja yang semakin kompetitif, ketatnya persaingan mencari kerja menjadikan tamatan sekolah menengah harus orang yang kompeten di bidangnya dan siap kerja. SMK sangat piawai dalam mencetak lulusan yang siap kerja dibanding SMA (Sirodjuddin, Desember 2011).

(7)

7

Penelitian yang telah dilakukan Sulistiyono (2009), yang berjudul Perbedaan self efficacy berwirausaha antara siswa SMA dengan siswa SMK didapatkan hasil bahwa t = 14,448 dan p = 0,000. Sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan self efficacy berwirausaha yang sangat signifikan antara siswa SMA dengan siswa SMK. Di mana siswa SMK memiliki self efficacy berwirausaha lebih tinggi dengan mean sebesar 111,76 dibandingkan dengan siswa SMA dengan mean sebesar 99,52.

Pada dasarnya SMA diprogram untuk mereka yang melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi, sedangkan pembekalan skill (untuk SMA) bisa dikatakan hanya sedikit pembekalan skill-nya. Berbeda dengan dunia SMK, mereka dituntut untuk menguasai skill serta diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Hal tersebut menunjukkan bahwa kurikulum yang dirancang untuk SMA dan SMK berbeda dalam rangka untuk menghasilkan output SDM yang tepat sasaran. Tentunya berdasarkan dari pendidikan tersebut akan menumbuhkan self efficacy yang berbeda pula antara siswa lulusan SMA dan lulusan SMK dalam berwirausaha.

Harvey dan Smith (dalam Ahmadi, 2007) menyatakan bahwa sikap adalah kesiapan merespons secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi. Objek atau situasi yang dimaksud adalah kewirausahaan. Jadi bagaimana kesiapan siswa SMA dan siswa SMK setelah lulus nantinya dapat merespons dalam bentuk positif (favorable) atau negatif (unfavorable) terhadap kewirausahaan.

Dari latar belakang jenis sekolah antara SMA dan SMK terdapat perbedaan. Di mana pada siswa SMA lebih dipersiapkan untuk memasuki Perguruan Tinggi. Sedangkan pada siswa SMK lebih dipersiapkan untuk dapat memasuki dunia kerja. Karena terbatasnya jumlah lapangan pekerjaan di sektor formal, seharusnya siswa SMK yang lebih mengetahui tentang dunia kerja dibanding siswa SMA, sadar akan hal tersebut. Siswa SMK seharusnya dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri dan juga orang lain. Siswa SMK seharusnya juga memiliki sikap yang lebih mendukung terhadap kewirausahaan daripada siswa SMA.

(8)

8

pengalaman dan mendapatkan metode pendidikan yang berbeda pula ketika duduk di bangku sekolah. Sikap terhadap kewirausahaan dapat muncul karena pengaruh lembaga pendidikan, yaitu apabila seseorang telah mengenyam pendidikan formal, misalnya dengan bersekolah di sekolah khusus keterampilan. Siswa yang bersekolah di SMA lebih dipersiapkan untuk dapat memasuki Perguruan Tinggi setelah menamatkan pendidikannya di bangku SMA. Sedangkan siswa yang bersekolah di SMK lebih dipersiapkan untuk dapat memasuki lapangan pekerjaan setelah lulus dari sekolahnya. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi sikap terhadap kewirausahaan yang akan ditunjukkan oleh siswa SMA dan siswa SMK. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbedaan Sikap Terhadap Kewirausahaan Antara Siswa SMA dengan Siswa SMK.”

B. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah “Apakah ada perbedaan sikap terhadap kewirausahaan antara siswa SMA dengan siswa SMK?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sikap terhadap kewirausahaan antara siswa SMA dengan siswa SMK.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dan dapat memberikan masukan bagi pengembangan ilmu psikologi industri dan organisasi serta psikologi sosial.

2. Manfaat Praktis

(9)

PERBEDAAN SIKAP TERHADAP KEWIRAUSAHAAN

ANTARA SISWA SMA DENGAN SISWA SMK

SKRIPSI

Oleh:

Saptyna Arom Marsono 08810025

FAKULTAS PSIKOLOGI

(10)

PERBEDAAN SIKAP TERHADAP KEWIRAUSAHAAN

ANTARA SISWA SMA DENGAN SISWA SMK

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

Saptyna Arom Marsono 08810025

FAKULTAS PSIKOLOGI

(11)
(12)
(13)

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah Rabbil Alamin, dengan segala kebesarannya, karunia dan izinnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu tercurah pada kekasih Allah Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat dan pengikut jejak langkahnya sampai hari akhir nanti.

Skripsi ini berjudul “Perbedaan Sikap Terhadap Kewirausahaan Antara

Siswa SMA Dengan Siswa SMK”. Maksud penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi tingkat Strata 1 (S-1) di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Sebagai pribadi yang memiliki keterbatasan, penulis menyadari bahwa kelancaran penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya dorongan, bantuan, dan dukungan dari semua pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dra. Djudiyah, M.Si selaku Dosen Pembimbing I sekaligus dosen wali, terima kasih atas bimbingan dan saran-saran yang bermanfaat selama penyusunan skripsi ini dan telah banyak memberikan bantuan selama menjadi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang.

3. M. Salis Yuniardi, M.Psi selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih atas bimbingan dan saran-saran yang bermanfaat selama penyusunan skripsi ini. 4. Seluruh dosen dan staff pengajar Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Malang.

5. Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 1 Malang dan Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1 Malang yang telah memberikan ijin kepada peneliti, sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

(14)

7. Ade-adeku yang paling kakak sayang, Sefrina Dhona Marsono terima kasih telah setia menemani kakak dalam mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini, Muhammad Ridho Marsono, terima kasih atas dukungan dan perhatiannya. 8. Bubuhan Buncis (Mute, Dini, Danti) terima kasih telah menjadi sahabatku dan

terima kasih atas semangat dan perhatian yang telah kalian berikan. Unyuuukk… 9. Buat seseorang yang telah sempat dan akan selalu ada di hatiku, Dwi Santri

Pryambada terima kasih atas segala yang telah diberikan.

10. Kak Tri, terima kasih atas bantuan, saran dan dukungannya selama ini.

11. Untuk seseorang yang telah menjadi pondasi awalku membuat penelitian ini, terima kasih atas saran, motivasi, dan kepercayaan yang telah diberikan.

12. Rekan-rekan Psikologi 2008 khususnya kelas A, kebersamaan yang begitu berarti selama berkumpul bersama kalian.

13. Teman-teman seperjuangan selama bimbingan (Wiwin, Ima, Tya), tanpa kalian penulis tidak akan bisa seperti sekarang terimakasih atas semangat dan dukungan kalian.

14. Dan untuk semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih banyak.

Akhir kata tiada satupun karya manusia yang sempurna, saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk kebaikan bersama. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Malang, Januari 2012

(15)

DAFTAR ISI

4. Keuntungan dan Kelemahan Menjadi Wirausaha ... 19

C. Jenis Pendidikan Formal ... 20

1. Pengertian Sekolah Menengah Atas ... 21

2. Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas ... 21

3. Tujuan Sekolah Menengah Atas ... 22

4. Pengertian Sekolah Menengah Kejuruan ... 22

5. Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan ... 23

6. Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan ... 24

D. Perbedaan Sikap Kewirausahaan Antara Siswa SMA dengan Siswa SMK ... 24

E. Kerangka Berpikir ... 26

(16)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ... 28

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 28

C. Definisi Operasional ... 29

1. Sikap Terhadap Kewirausahaan pada SMK Muhammadiyah 1 kota Malang ... 39

2. Sikap Terhadap Kewirausahaan pada SMA Muhammadiyah 1 kota Malang ... 40

3. Sikap Terhadap Kewirausahaan dari Seluruh Subjek ... 40

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Pendidikan

Tertinggi yang Ditamatkan, 2009–2011 (Persen) ... 2

Tabel 2. Perbedaan SMA dan SMK ... 6

Tabel 3. Skor Pilihan Jawaban ... 32

Tabel 4. Blue Print Skala Sikap Terhadap Kewirausahaan ... 33

Tabel 5. Hasil Rangkuman Analisa Validitas Butir Skala Sikap terhadap Kewirausahaan ... 35

Tabel 6. Uji Reliabilitas Item Skala Sikap Terhadap Kewirausahaan ... 37

Tabel 7. Uji Reliabilitas Item Skala Sikap Terhadap Kewirausahaan Secara Keseluruhan ... 37

Tabel 8. Perhitungan T-score Sikap terhadap Kewirausahaan pada SMK Muhammadiyah 1 Kota Malang ... 40

Tabel 9 Perhitungan T-score Sikap terhadap Kewirausahaan pada SMA Muhammadiyah 1 Kota Malang ... 40

Tabel 10. Perhitungan T-score Sikap terhadap Kewirausahaan dari Seluruh Subjek ... 40

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 50

Lampiran 2. Data Kasar Sikap Terhadap Kewirausahaan ... 56

Lampiran 3. Hasil uji Validitas dan Reliabilitas ... 62

Lampiran 4. Hasil T-Score ... 80

Lampiran 5. Tabel Frekuensi Variabel X dan Y ... 82

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Alsa, Asmadi. (2004). Pendekatan kuantitatif dan kualitatif serta kombinasinya dalam penelitian psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Ahmadi, Abu. (2007). Psikologi sosial. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Anon. (2011). Lowongan CPNS. http://www.lowongancpns.org/2011/03/minat-masyarakat-menjadi-pegawai-negeri-sipil-akan-picu-pengangguran-terbuka/ (diakses 19 Oktober 2011).

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Azwar, S. (2010). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2003). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2009). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2009). Sikap manusia: teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Resmi Statistik. (2011). Keadaan ketenagakerjaan februari 2011

No.33/05/Th. XIV. http://www.bps.go.id/brs_file/naker-05mei11.pdf (diakses 19 Oktober 2011).

Dayakisni, T., & Hudaniyah. (2009). Psikologi sosial. Malang : UMM Press. Dinas Pendidikan Provinsi Jakarta. (2010). Kalender pendidikan TK, TKLB, SD,

SDLB, SMP, SMPLB, SMA, SMALB, SMK dan PNFI tahun pelajaran 2010/2011.

http://disdikdki.net/images/file/209378-08371501072010@Kalender.pdf (diakses 14 Oktober 2011). Djumena. E. (2011). BPS: Pengangguran turun jadi 8,12 juta.

http://www.lowongancpns.org/2011/06/pengangguran-indonesia-tahun-2011-masih-8-12-juta/ (diakses 19 Oktober 2011).

Gerungan. (1988). Psikologi sosial. Bandung : PT. Eresco.

Meredith et al. (1992). Kewirausahaan teori dan praktek (Cetakan Kedua). Jakarta : PT. Karya Unipress.

Hisrich et al. (2008). Entrepreneurship kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat. Ihsan, Fuad. (2005). Dasar-dasar kependidikan komponen MKDK. Jakarta : Rineka

(20)

Jarno. (2011). Awal tahun 2011 pengangguran masih 9,25 juta.

http://jarno.web.id/general/awal-tahun-2011-pengangguran-masih-925 juta.html#axzz1bEOix700 (diakses 19 Oktober 2011).

Jarno. (2011). Program wirausaha mandiri. http://jarno.web.id/general/program-wirausaha-mandiri-young-technopreneur-2011.html#axzz1bEOix700 (diakses 19 Oktober 2011).

Kasmir. (2010). Kewirausahaan (Ed. 1 Cetakan Kelima). Jakarta : PT. Grafindo Persada.

Karlinger, F. N. (2004). Asas-asas penelitian behavioristik (3 ed.). Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Mulyasa. (2006). Kurikulum tingkat satuan pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari. (1985). Organisasi sekolah dan pengelolaan kelas. Jakarta : PT. Gunung Agung.

M, Sardiman. A. (2004). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo.

Poerwanti, E. (1998). Metode penelitian. Malang : UMM Press.

Sirodjuddin. (2011). SMK lebih menjanjikan masa depan di banding SMA. http://ardansirodjuddin.wordpress.com/2008/06/03/smk-lebih-menjanjikan-masa-depan-di-banding-sma/ (diakses 07 Desember 2011).

Sulistiyono, Yoyok. (2009). Perbedaan self efficacy berwirausaha antara siswa SMA dengan siswa SMK. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang.

Sunarya, Sudaryono,. & Saefullah, A. (2011). Kewirausahaan. Yogyakarta : CV. Andi Offset.

Suryabrata, S. (1998). Metodologi penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suryosubroto, B. (2004). Manajemen pendidikan di sekolah. Jakarta : Rineka Cipta. Triyono, Juli. (2010). Hubungan antara religiusitas dengan kewirausahaan pada

siswa kelas XI SMK negeri 1 Semarang. Skripsi. Universitas Diponegoro. Walgito, B. (2003). Psikologi sosial suatu pengantar. Yogyakarta : Andi Offset. Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang :

UMM Press.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap permasalahan dalam dunia pendidikan yang berkaitan dengan keterlibatan siswa dalam

Correlation analysis was used to determine how the load consumption is related to the forecasting variables (model inputs), and hypothesis test was used to justify the

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian senyawa α- mangostin pada dosis 30, 100, dan 300 mg/kg BB dapat menurunkan kadar

- Epoch Flag dan Jumlah satelit dalam epoch - Koordinat tiap tipe Observasi.. Berdasarkan pembahasan hasil dapat disimpulkan bahwa cara untuk membedakan suatu data

Hal ini dibuktikan dengan nilai rasio KAP setiap triwulan yang dicapai melebihi standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka baik kinerja keuangan

Oleh karena itu, penelitian ini diperlukan untuk menguji efektivitas daya bunuh dari produk pembersih lantai yang digunakan oleh masyarakat Indonesia terhadap bakteri

Dengan jumlah kunjungan situs web yang sepi, belum optimalnya pemberian layanan berdasarkan pelayanan minimal dan keterbukaan informasi, belum tersegmentasi

Jakarta: Yayasan Kesehatan Jiwa Dharmawangsa. Buku Ajar