• Tidak ada hasil yang ditemukan

RAGAM MOTIVASI TADARUS AL-QURAN DI RUMAH SISWA SMP KHADIJAH SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RAGAM MOTIVASI TADARUS AL-QURAN DI RUMAH SISWA SMP KHADIJAH SURABAYA."

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

RAGAM MOTIVASI TADARUS AL-QURAN DI RUMAH

SISWA SMP KHADIJAH SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

MOCHAMMAD SYARIFUDDIN

NIM. D91212168

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(2)

RAGAM MOTIVASI TADARUS AL-QURAN DI RUMAH

SISWA SMP KHADIJAH SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

MOCHAMMAD SYARIFUDDIN NIM. D91212168

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Mochammad Syarifuddin (D91212168), Ragam Motivasi Tadarus Al-Quran di

Rumah Siswa SMP Khadijah Surabaya, Program Studi Pendidikan Agama Islam,

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Key Word : Pelaksanaan Tadarus, Motivasi Tadarus

Pembimbing : Dr. Ahmad Yusam Thobroni, M.Ag

Penelitian ini dilatarbelakangi dengan masalah umum yang sudah ada di dalam masyarakat yaitu semakin kurangnya generasi muda khususnya anak usia sekolah dalam mencintai Al-Quran. Hal itu tentu berdampak buruk bagi perkembangannya di masa depan. Penyimpangan tersebut tidak akan terjadi jika seseorang sudah terbiasa dari kecil mencintai Al-Quran. Oleh sebab itu, diperlukan pembiasaan-pembiasaan agar seseorang cinta dengan Al-Quran, salah satunya dengan tadarus Al-Quran.

Sekolah-sekolah yang berbasis Islam di masa kini tidak hanya mengajarkan pelajaran umum dan agama, tetapi juga mengajarkan pelajaran Al-Quran dengan tujuan agar siswanya cinta kepada Al-Quran. Dengan cara itulah siswa bisa lebih cinta dan semangat untuk mempelajari Al-Quran. Dalam mempelajari Al-Quran, tentu mereka akan membacanya atau bisa disebut tadarus Al-Quran sesering mungkin kemudian mempelajari kandungan maknanya.

Dari uraian di atas, cara untuk membuat anak-anak semakin cinta kepada Al-Quran adalah dengan tadarus Al-Al-Quran. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah motivasi di balik tadarus Al-Quran mereka, sehingga jika memang motivasinya belum tepat maka bisa diarahkan ke arah yang tepat. Oleh sebab itu, peneliti mengadakan penelitian dengan rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana pelaksanaan tadarus Al-Quran siswa SMP Khadijah Surabaya di rumah? (2) Bagaimana motivasi siswa SMP Khadijah Surabaya dalam bertadarus Al-Quran di rumah?

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kulitatif. Teknik pengumpulan datanya menggunakan teknik interview atau wawancara, observasi, angket dan dokumentasi. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti, pertama peneliti melakukan observasi lapangan, kemudian menyebarkan angket, dan setelah itu melakukan wawancara dengan wali murid siswa. Kemudian hasil dari angket dibuat deskripsi dengan ditambah hasil wawancara dan observasi.

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Penulisan Terdahulu ... 9

F. Definisi Istilah atau Definisi Operasional ... 10

(9)

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Motivasi ... 14

1. Pengertian Motivasi ... 14

2. Motivasi dan Pembelajaran Pengaturan Diri ……… 16

3. Teori-teori Motivasi ... 18

4. Area, Aspek, dan Pola-pola Motivasi ... 26

5. Alat-alat dan Metode-metode Motivasi ... 28

6. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Motivasi ... 29

7. Dalil-dalil yang Berkaitan dengan Motivasi ... 29

B. Tinjauan Tentang Tadarus Al-Quran ... 30

1. Pengertian Tadarus Al-Quran ... 30

2. Urgensi Tadarus Al-Quran ... 32

3. Keutamaan Tadarus Al-Quran ... 33

4. Tata Cara Tadarus Al-Quran ... ... 36

C. Tinjauan Tentang Motivasi Tadarus Al-Quran di Rumah ... 40

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 43

B. Sumber dan Jenis Data ... 45

C. Teknik Pengumpulan Data ... 46

D. Teknik Analisis Data ... 48

(10)

BAB IV : HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMP Khadijah Surabaya ... 54

1. Profil SMP Khadijah Surabaya ... 54

2. Sejarah Berdiri dan Perkembangan SMP Khadijah Surabaya . 54 3. Visi dan Misi ... 56

4. Ciri Khas SMP Khadijah sebagai Pesantren Kota ... 58

5. Struktur Organisasi ... 59

6. Keadaan Guru, Karyawan, Siswa ... 61

7. Program Unggulan ... 66

8. Kegiaatn Ekstrakulikuler ... 66

B. Gambaran Umum Program Ta’lim Al-Quran ... 68

C. Instrumen Analisis ... 69

D. Penyajian Data ... 71

1. Angket ... 71

2. Wawancara ... 85

3. Observasi ... 90

E. Analisis Data ... 91

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Quran adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara Malaikat Jibril as., yang ditulis dalam suhuf-suhuf dan disampaikan secara mutawatir, dan membacanya dianggap sebagai suatu ibadah, serta mempelajarinya di samping sunnah.1 Al-Quran adalah sebaik-baik bacaan

bagi orang mu’min. Membaca Al-Quran tidak hanya menjadi suatu amalan ibadah tetapi juga menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah hati dan jiwanya. Firman Allah SWT dalam QS. Yunus [10] ayat 57:











































“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

Al-Quran juga merupakan sumber ilmu yang paling penting bagi umat Islam, karena Al-Quran berfungsi sebagai petunjuk yang benar dan tidak sesat serta tidak menyimpang bagi manusia dalam mengelola hidupnya di dunia secara baik dan merupakan rahmat untuk alam semesta. Firman Allah SWT dalam QS. Al-Isra [17] ayat 9:

(12)

2

















































“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih

Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang

mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”

Petunjuk Allah berupa Al-Quran akan sangat berarti bagi manusia apabila mereka mau melaksanakan petunjuk-Nya dalam kehidupan nyata. Dan dalam pandangan Muhammad Abduh, hidayah Al-Quran akan berlaku efektif apabila Al-Quran diamalkan. Seorang muslim dapat berkata bahwa dirinya memperoleh petunjuk Al-Quran apabila ia telah betul-betul mengamalkannya. Kalau belum, maka ia belum memperoleh petunjuk-Nya, karena pada dirinya belum terdapat butki nyata, baik dalam bentuk dampak positif maupun maslahat lainnya.2

Dalam mempelajari Al-Quran bisa dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Mempelajari untuk membaca Al-Quran secara tartil, sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Ilmu tajwid sendiri adalah suatu ilmu pengetahuan cara membaca Al-Quran dengan baik dan tertib menurut makhrojnya, panjang pendeknya, tebal tipisnya, berdengung atau tidaknya, irama dan nadanya, serta titik komanya yang sudah dilakukan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya.3 Karena mempelajari Al-Quran adalah fardu kifayah, sedangkan

2Rif’at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur’ani, (Jakarta : Amzah, 2011), h.244

(13)

3

mengamalkannya adalah fardu ain. Hal ini mengacu pada firman Allah dalam QS. Al-Muzammil [73] ayat 4:



















“atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.”

2. Mempelajari untuk memahami maknanya baik secara tersurat maupun tersirat. Hal ini sudah barang tentu karena sebab fungsi Al-Quran itu sendiri, yaitu sebagai pedoman hidup manusia di seluruh dunia ini. Karena Al-Quran turunnya di negeri Arab, maka bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab, dan orang non Arab juga perlu untuk mempelajarinya lazimnya manusia membutuhkan makanan untuk mempertahankan hidupnya. Al-Quranlah sebagai suplemen manusia untuk kebutuhan rohaniahnya.4

Kemampuan mendasar yang harus dimiliki oleh setiap muslim dalam memahami Al-Quran adalah membaca Al-Quran. Dalam membaca Al-Quran, seseorang akan mempelajari ilmu tajwid yang merupakan ilmu yang mengajarkan bagaimana cara membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Ilmu tajwid akan menuntun seseorang ketika dia membaca Al-Quran dengan memperhatikan huruf-huruf, rambu-rambu, dan bacaan dalam Al-Quran sehingga dia bisa melafadzkannya dengan fasih dan benar.

4Alaika M. Bagus K.P.S., “Problematika dan Solusi Pelaksanaan Program Ta’lim Al-Quran di SMP

(14)

4

Ketika membaca Al-Quran tidak semua orang membaca dan mengamalkannya. Hal ini disebabkan karena ada 2 tipe orang yang membaca Al-Quran, yaitu:

1. Tipe orang yang membacanya namun tidak beramal dengannya, tidak mengimani berita-berita Al-Quran, dan tidak mengamalkan hukum-hukumnya. Sehingga Al-Quran menjadi hujjah yang membantah mereka. 2. Tipe lainnya adalah orang yang membacanya dan mengimani berita-berita

Quran, membenarkannya, dan mengamalkan hukum-hukumnya. Sehingga Al-Quran menjadi hujjah yang membela mereka.5

Rasulullah SAW bersabda di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, yaitu:

َلاَق ِ يِرَعْشَأا ىَسوُم يِبَأ ْنَع ٍسَنَأ ْنَع َةَداَتَ ق ْنَع ُةَناَوَع وُبَأ اَنَ ثَدَح ُةَبْ يَ تُ ق اَنَ ثَدَح

ُلوُسَر َلاَق

َمَلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىَلَص ِهللا

ِلَثَمَك َناْرُقْلا ُأَرْقَ ي يِذَلا ِنِمؤُمْلا ُلَثَم

ِلَثَمَك َناْرُقْلا ُأَرْقَ ي ََ يِذَلا ِنِمْؤُمْلا ُلَثَمَو ٌبِ يَط اَهُمْعَطَو ٌبِ يَط اَهُحْيِر ِةَجُرْ تُْأا

ٌوْلُح اَهُمْعَطَو اَهَل َحْيِر ََ ِةَرْمَتلا

ِةَناَحْيَرلا ُلَثَم َناْرُقْلا ُأَرْقَ ي يِذَلا ِقِفاَنُمْلا ُلَثَمَو

َسْيَل ِةَلَظْنَحْلا ِلَثَمَك َناْرُقْلا ُأَرْقَ ي يِذَلا ِقِفاَنُمْلا ُلَثَمَو ٌرُم اَهُمْعَطَو ٌبِ يَط اَهُحْيِر

ٌرُم اَهُمْعَطَو ٌحْيِر اَهَل

“telah menceritakan kepada kami Qutaibah berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Qatadah dari Anas dari Abu Musa Al-Asy'ari ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Perumpamaan seorang Mukmin yang suka membaca Al-Quran seperti buah utrujah, baunya harum dan

(15)

5

rasanya enak. Perumpamaan seorang Mukmin yang tidak suka membaca Al-Quran seperti buah kurma, tidak berbau namun rasanya manis. Perumpamaan seorang Munafik yang suka membaca Al-Quran seperti buah raihanah, baunya harum tapi rasanya pahit. Dan perumpamaan seorang Munafik yang tidak suka membaca Al-Quran seperti buah hanzhalah, tidak berbau dan rasanya pahit.” (HR. Bukhori, no 5007)”

Di Indonesia pembelajaran baca Al-Quran biasa dilakukan di Pondok Pesantren dan Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ). Pembelajaran baca Al-Quran sudah dimulai sejak usia TK antara 4-5 tahun. Dalam proses belajar mengajarnya, di lembaga-lembaga tersebut menggunakan berbagai macam

metode yang telah tersebar luas di Indonesia, antara lain Iqro’, Qiraati, Tilawati,

Tartil, Bil Qolam, Ummi, dan lain sebagainya. Antar lembaga satu dengan lainnya kadang menggunakan metode yang berbeda, tetapi tujuannya sama, yakni mengajarkan santri bagaimana cara membaca Al-Quran yang baik dan benar.

(16)

6

Quran siswa-siswi di SMP Khadijah juga membentuk siswa-siswi yang berakhlak qurani.

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran baca Al-Quran tidak jauh berbeda dengan pembelajaran pelajaran yang lain. Pembelajaran tidak akan bisa selesai di sekolah jika ingin mewujudkan tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Begitu juga dengan pembelajaran baca Al-Quran, tidakan akan bisa menghasilkan siswa-siswi yang baik dan bagus bacaan Al-Qurannya, jika hanya dilaksanakan di dalam sekolah. Oleh karena itu pembelajaran tersebut harus dilaksanakan juga di rumah.

Pembelajaran baca Al-Quran di rumah bisa dengan pengawasan dan bimbingan dari kedua orang tua. Kegiatan tersebut bisa menjadi kontrol bagi orang tua terhadap perkembangan kualitas bacaan Al-Quran anak-anaknya. Sehingga orang tua bisa berperan aktif dalam proses pembelajaran baca Al-Quran. Kegiatan membaca Al-Quran biasa disebut dengan tadarus Al-Al-Quran. Tadarus Al-Quran bertujuan mengulang atau muroja’ah bacaan Al-Quran yang telah dipelajari. Tadarus Al-Quran biasa dilakukan di rumah setelah menjalan shalat 5 waktu. Waktu pelaksanaan tadarus Al-Quran biasanya setelah sholat Maghrib dan setelah selesai dilanjutkan sholat Isya dan mengulang pelajaran di sekolah.

(17)

7

adalah memaksa untuk istiqomah bertadarus Al-Quran di rumah. Jika sudah istiqomah, tadarus Al-Quran akan menjadi suatu kebutuhan yang harus terpenuhi dan akan memperlancar bacaan Al-Quran.

Di sini penulis lebih tertuju kepada motivasi siswa untuk melaksanakan tadarus Al-Quran di rumah. Karena dalam bertadarus Al-Quran, para siswa pasti mempunyai motivasi tersendiri dalam melaksanakannya di rumah. Oleh karena itu, dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti secara mendalam

dan mengangkat judul “RAGAM MOTIVASI TADARUS AL-QURAN DI

RUMAH SISWA SMP KHADIJAH SURABAYA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka secara garis besar dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan tadarus Al-Quran siswa SMP Khadijah Surabaya di rumah?

2. Bagaimana motivasi siswa SMP Khadijah Surabaya dalam bertadarus Al-Quran di rumah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(18)

8

2. Untuk mengetahui motivasi siswa SMP Khadijah Surabaya dalam bertadarus Al-Quran di rumah.

D. Kegunaan Penelitian

1. Segi Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan ilmu Pendidikan Agama Islam khususnya tentang ilmu membaca Al-Quran. Dan diharapkan dapat memperkaya khazanah pemikiran khususnya tentang motivasi siswa untuk tadarus Al-Quran di rumah.

2. Segi Praktis a. Bagi almamater

Sebagai bahan masukan untuk sumber bacaan generasi-generasi berikutnya dalam melakukan penulisan.

b. Bagi Satuan Pendidikan (khususnya SMP Khadijah Surabaya)

Sebagai hasil pemikiran yang bisa dipakai untuk meningkatkan tadarus Al-Quran siswa di rumah. Dan sebagai bahan atau pertimbangan untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan program Ta’lim Al-Quran yang berperan dalam memotivasi siswa bertadarus Al-Quran di rumah.

c. Bagi siswa

(19)

9

d. Bagi masyarakat

Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada sekolah bahwa kegiatan-kegiatan yang sangat positif diterima oleh para siswa di SMP Khadijah Surabaya.

e. Bagi Penulis

Merupakan bahan informasi, guna meningkatkan dan menambah pengetahuan.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang “Ragam Motivasi Tadarus Al-Quran di Rumah pada Siswa SMP Khadijah Surabaya” tidak pernah diteliti sebelumnya. Akan tetapi pada saat penulis menelusuri koleksi yang ada di dalam Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, ada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya dengan judul yang hampir sama yaitu:

Studi Korelasi antara Kegiatan Tadarus Awal Pelajaran dengan Minat

Belajar Membaca Al-Quran Siswa di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya.

(20)

10

kemampuan membaca Al-Quran pada siswa SMA yang sudah mulai meningkat dan menunjukkan angka yang besar. Adapun rumusan masalah dalam penelitian tersebut adalah (1) Bagaimana penerapan kegiatan tadarus awal pelajaran di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya. (2) Bagaimana minat belajar membaca Al-Quran siswa di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya. (3) Sejauhmana hubungan antara kegiatan tadarus awal pelajaran dengan minat belajar membaca Al-Quran siswa di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya.

F. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian, ada beberapa motivasi dan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tadarus Al-Quran di rumah, dikarenakan masalah yang dihadapi sangat luas dan keterbatasan waktu, biaya, pikiran dan tenaga, maka peneliti membatasi masalah antara lain:

1. Penelitian ini terbatas pada motivasi siswa tadarus Al-Quran di rumah.

2. Objek penelitian ini adalah siswa program ta’lim Al-Quran di SMP Khadijah Surabaya.

G. Definisi Istilah atau Definisi Operasional

(21)

11

1. Motivasi

Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya.6 Motivasi yang digunakan dalam penulisan ini adalah tentang arah dan ketekunan siswa dalam bertadarus Al-Quran di rumah. Dalam penulisan ini, motivasi dimaksudkan bukan memotivasi siswa dalam bertadarus Al-Quran di rumah, akan tetapi motivasi yang dipakai oleh siswa dalam bertadarus Al-Quran di rumah.

2. Tadarus Al-Quran

Tadarus Al-Quran merupakan pembacaan Al-Quran secara bersama-sama (saling membaca dan menyimak bacaan Al-Qur’an).7 Tadarus Al-Quran yang dimaksud dalam penulisan ini adalah tadarus yang dilakukan di rumah oleh para siswa. Tadarus tersebut bisa didampingi dan dilakukan dengan keluarga atau orang tua para siswa.

3. Tadarus Al-Quran di Rumah

Tadarus Al-Quran di rumah merupakan kegiatan tadarus Al-Quran seperti biasa, akan tetapi kegiatan ini dilaksanakan di rumah. Tadarus Al-Quran dirumah brtujuan untuk muroja’ah atau mengulang kembali bacaan Al-Quran sehingga bacaan Al-Al-Quran tetap terjaga kelancaran dan kefasihannya.

6 https://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi#cite_note-pengertian-1. Diakses pada 20 Desember 2015 7 Meity Taqdir Qadratillah dkk, Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar, (Rawamangun: Badan

(22)

12

Kegiatan ini berlangsung ketika siswa berada di rumah dan dilaksanakan setelah menunaikan sholat fardhu

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dimaksudkan sebagai gambaran yang akan menjadi pokok bahasan dalam penulisan ini sehingga dapat memudahkan dalam memahami masalah-masalah yang akan dibahas. Berikut ini sistematikanya: 1. Bab Satu: Pendahuluan

Dalam pendahuluan ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, kegunaan penulisan, penulisan terdahulu, ruang lingkup dan keterbatasan penulisan, definisi istilah atau definisi operasional, metodologi penulisan dan sistematika pembahasan.

2. Bab Dua: Landasan teori

(23)

13

3. Bab Tiga: Metodologi penulisan

Dalam bab ini berisikan tentang metode apa yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini pendekatan apa yang akan digunakan. Selanjutnya menjelaskan tentang sumber data yang terdiri dari data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dari proses penelitian, dan rancangan penelitian atau tahap-tahap dalam melakukan penelitian ini.

4. Bab Empat: Laporan Hasil Penelitian

Berisikan tentang laporan penelitian yang menguraikan hasil penelitian berupa observasi, angket yang diberikan kepada responden, dan dokumentasi. Selanjutnya menganalisis data hasil penelitian dan pembahasan hasil laporan penelitian. Dalam bab ini juga dijelaskan mengenai temuan dalam penelitian yang penulis temukan dari hasil penelitian tersebut.

5. Bab Lima: Penutup

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

Untuk mendukung penelitian ini, kami akan menjelaskan landasan teori yang berkaitan dengan penelitian pada bab ini. Dalam bab ini akan dibahas beberapa tinjauan teori guna membantu dan mendukung penelitian. Tinjauan tersebut adalah tinjauan tentang motivasi, tinjauan tentang tadarus Quran, dan tinjauan tentang tadarus Al-Quran siswa di rumah.

A. Tinjauan tentang Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi mempunyai kata dasar “motif” yang berarti daya yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Dan juga dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.8 Atau dengan kata lain suatu tenaga yang menyebabkan seseorang melakukan aktivitas. Berawal dari kata motif tersebut, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya yang telah menjadi aktif.9

Menurut kamus besar bahasa Indonesia motivasi berarti dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu, atau usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin

(25)

15

mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.10

Dalam pengertian lain, motivasi (motivation) adalah keseluruhan dorongan, keinginan, kebutuhan, dan daya yang sejenis yang menggerakkan perilaku seseorang. Dalam arti yang lebih luas, motivasi diartikan sebagai pengaruh dari energi dan arahan terhadap perilaku yang meliputi: kebutuhan, minat, sikap, keinginan, dan perangsang (incentives).11

Selanjutnya Oemar Hamalik memberikan definisi motivasi seperti yang dikutip oleh Nyayu Khadijah dalam bukunya Psikologi Belajar bahwa motivasi adalah sebagai suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Kemudian Hani Handoko mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.12

Berdasarkan pendapat di atas, bisa disimpulkan bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu demi mencapai sebuah tujuan. Dorongan yang dimaksud bisa merupakan dorongan seseorang untuk mau melakukan atau tidak mau melakukan sesuatu. Suka atau tidak sukanya seseorang terhadap sesuatu juga

10Qodratilah, Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar, (Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), h.332

(26)

16

merupakan hasil dorongan atau motivasi. Dengan kata lain, bahwa motivasi dapat dirangsang atau diberikan rangsangan, baik rangsangan dari dalam maupun dari luar diri seseorang.

Rangsangan motivasi yang diperoleh oleh seseorang, bisa diperoleh dari dalam maupun luar diri seseorang. Berkaitan dengan itu, motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.

Sejalan dengan itu pula, Suryabrata juga membagi motivasi menjadi 2 yaitu: a) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berfungsi karena adanya rangsangan dari luar; dan b) motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berfungsi meskipun tidak mendapat rangsangan dari luar.13

2. Motivasi dan Pembelajaran Pengaturan Diri

Pembelajaran pengaturan diri (self-regulated learning) merujuk pada "pembelajaran yang berasal dari pemikiran dan perilaku yang dihasilkan siswa sendiri, yang secara sistematis diarahkan ke sasaran pembelajaran mereka". Seperti penjelasan di atas, pembelajaran pengaturan diri berkaitan erat dengan sasaran siswa. Siswa yang sangat termotivasi memelajari sesuatau daripada

(27)

17

siswa lain lebih cenderung dengan sadar merencanakan pembelajaran, melaksanakan rencana pembelajaran, dan mengingat informasi yang mereka peroleh. Motivasi ini dapat berasal dari banyak sumber. Salah satunya adalah peniruan sosial. Sumber lain ialah penetapan sasaran, di mana siswa terdorong menetapkan sasaran pembelajaran mereka sendiri. Sumber ketiga ialah umpan balik yang memperlihatkan kepada siswa bahwa mereka melakukan kemajuan yang bagus ke arah sasaran pembelajaran mereka, khususnya jika umpan balik tersebut menekankan upaya dan kemampuan siswa.14

Schunk dan Zimmerman berpendapat bahwa motivasi untuk terlibat ke dalam pembelajaran pengaturan diri tidak sama dengan motivasi pencapaian pada umumnya, karena pembelajaran pengaturan diri mengharuskan pebelajar mengambil tanggung jawab mandiri untuk belajar, bukan hanya menaati tuntutan guru. Frederick, Blumenfeld, dan Paris menggunakan istilah 'keterlibatan' (engagement) dan 'investasi' (investment) untuk menjelaskan motivasi yang mengakibatkan siswa terlibat ke dalam pembelajaran pengaturan diri, bukan hanya melakukan pekerjaan dan mengikuti aturan.

Motivasi dan pembelajaran pengaturan diri sangatlah erat hubungannya, bisa dikatan bahwa motivasi dan pembelajaran pengaturan diri merupakan sebuah hubungan sebab akibat. Pendapat para ahli di atas mengemukakan

(28)

18

bahwa ketika siswa sudah termotivasi pada suatu pelajaran, maka dia akan berusaha untuk bertanggung jawab terhadap pelajaran tersebut.

Tanggung jawab itu diwujudkan dengan cara membuat rencana belajar dan mengingat kembali informasi yang telah diperoleh dengan bersemangat tanpa ada paksaan atau suruhan dari orang lain. Tidak hanya itu, mereka juga akan merencanakan strategi yang akan mereka terapkan untuk mendapatkan hasil maksimal dalam pelajaran tersebut. Hal itu merupakan hubungan sebab akibat yang tidak bisa dipisahkan oleh apapun.

3. Teori-teori Motivasi

Secara umum, teori motivasi dibagi dalam dua kategori. Pertama, teori kandungan (content), yang memusatkan perhatian pada kebutuhan dan sasaran tujuan. Teori kedua adalah teori proses, yang banyak berkaitan dengan bagimana orang berperilaku dan mengapa mereka berperilaku dengan cara tertentu. Hal paling penting dari kedua teori tersebut akan terurai seperti di bawah ini:15

a. F.W. Taylor dan Manajemen Ilmiah

F.W. Taylor16 merupakan tokoh yang menggunakan manajemen ilmiah, manajemen berdasarkan ilmu pengetahuan. Pendekatan itu

15Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015), cet ke-15, h.39-46

(29)

19

memusatkan perhatian membuat pekerjaan seefektif mungkin dengan merampingkan metode kerja, pembagian tenaga kerja, dan penilaian pekerjaan. Dengan pendekatan itu, motivasi yang disebabkan imbalan keuangan dapat dicapai dengan memenuhi sasaran-sasaran keluaran. Pemikiran inilah yang melatarbelakangi sebagian besar penelitian pekerjaan yang didasarkan pada skema imbalan (insentif).

Masalah pokok dengan pendekatan adalah pendekatan itu menganggap uang merupakan motivasi utama. Dalam keadaan seperti itu, uang merupakan pendorong semangat utama. Soal lain yang perlu dipikirkan adalah uang itu sendiri. Uang hanya bernilai karena uang itu menyebabkan mutu kehidupan yang lebih baik dan meningkat kedudukannya di dalam masyarakat.

Lebih jauh, walaupun uang mungkin dapat menjadi insentif bagi kategori orang-orang tertentu, tampaknya tidak berlaku terhadap mereka yang pekerjaannya tidak didasarkan pada keluarannya. Dan kemungkinan besar uang merupakan insentif jangka pendek. Bukannya memberikan kesepakatan jangka panjang.

Berdasarkan penjelasan di atas, teori ini merupakan teori motivasi yang menggunakan uang sebagai motivasinya. Orang-orang akan mendapatkan uang ketika mereka telah melakukan sesuatu yang telah

(30)

20

diperintahkan kepadanya. Akan tetapi perlu diingat, bahwa tidak semua orang bisa diberikan motivasi dengan uang.

Menurut sebagian orang uang akan bernilai jika uang bisa bermanfaat dalam kehidupannya di masyarakat. Terlebih jika uang bisa meningkatkan mutu kehidupannya dan kedudukannya di masyarakat.

b. Hierarki Kebutuhan Maslow

Setiap kali membicarakan motivasi, hierarki kebutuhan Maslow pasti disebut-sebut. Hierarki itu didasarkan pada anggapan bahwa pada waktu orang telah memuaskan satu tingkat kebutuhan tertentu, mereka ingin bergeser ke tingkat yang lebih tinggi. Maslow mengemukakan lima tingkat kebutuhan seperti pada gambar di bawah ini.

Aktualisasi Diri Penghargaan Cinta Kasih Rasa Aman Kebutuhan Fisiologis

(31)

21

didapatkan oleh beberapa orang saja, karena kebutuhan tersebut bisa didapatkan ketika kebutuhan yang ada di bawahnya sudah terpenuhi.

Berdasarkan segitiga di atas, kebutuhan fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah sedangkan kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atas. Perbedaan antara kedua tingkat tersebut adalah dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara internal sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan dipenuhi secara eksternal.

1) Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan yang harus dipuaskan untuk dapat tetap hidup, termasuk makanan, perumahan, pakaian, udara untuk bernafas, dan sebagainya.

2) Kebutuhan akan Rasa Aman

Ketika kebutuhan fisiologis sudah terpenuhi, maka selanjutnya adalah kebutuhan akan keselamatan. Keselamatan itu termasuk merasa aman dari setiap jenis ancaman fisik atau kehilangan, serta merasa terjamin.

3) Kebutuhan akan Cinta Kasih atau Kebutuhan Sosial

(32)

22

untuk menjadi bagian berbagai kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.

4) Kebutuhan akan Penghargaan

Dalam kaitannya dengan pekerjaan, hal itu berarti memiliki pekerjaan yang dapat diakui manfaatnya, menyediakan sesuatu yang dapat dicapai, serta mendapatkan pengakuan umum dan kehormatan di dunia luar.

5) Kebutuhan Aktualisasi Diri

Ketika semua kebutuhan lain sudah dipenuhi, seseorang ingin mencapai secara penuh potensinya. Tahap terakhir itu mungkin tercapai hanya oleh beberapa orang.

c. Teori Keberadaan, Keterkaitan, dan Pertumbuhan (Existence, Relatedness,

and Growth ERG) Aldefer

Aldefer merumuskan kembali hierarki Moslow dalam tiga kelompok, yang dinyatakan sebagai keberadaan, keterkaitan, dan pertumbuhan

(existence, relatedness, and growth - ERG), yaitu:

(33)

23

3) Kebutuhan pertumbuhan adalah kebutuhan yang berhubungan dengan perkembangan potensi perorangan dan dengan kebutuhan penghargaan dan aktualisasi diri yang dikemukakan Maslow.

Menurut teori ERG, semua kebutuhan itu timbul pada waktu yang sama. Kalau satu tingkat kebutuhan tertentu tidak dapat dipuaskan, seseorang kelihatannya kembali ke tingkat lain.

d. Teori Motivasi Kesehatan Herzberg

Herzberg mengembangkan teori motivasi dua faktor. Teori itu mendalilkan adanya beberapa faktor yang kalau tidak ada, menyebabkan ketidakpuasan dan yang terpisah dari faktor motivasi lain yang membangkitkan upaya dan kinerja sangat istimewa. Hal-hal yang tidak memuaskan ia gambarkan sebagai faktor kesehatan dan hal-hal yang memuaskan, ia gambarkan sebagai motivator.

Dalam teori Herzberg, mungkin yang benar adalah uang memotivasi orang-orang tertentu pada waktu tertentu. Namun, banyak hal lain, bukan uang yang menyebabkan orang menunjukkan kinerja lebih baik, tetapi faktor-faktor pendorong semangat lain yang ditandai oleh Herzberg.

(34)

24

e. Teori X dan Teori Y McGregor

Douglas McGregor mengajukan dua pandangan yang berbeda mengenai manusia, yaitu: seseorang itu pada dasarnya bersifat negatif, dibeeri nama Teori X, dan yang lainnya pada dasarnya bersifat positif, diberi nama Teori Y.17 Dalam teori ini, manager dari teori X memandang para

pekerja sebagai pemalas yang tidak dapat diperbaiki. Sedangkan manajer teori Y memandang bekerja harus seimbang dengan istirahat dan bermain, dan bahwa orang-orang pada dasarnya cenderung untuk bekerja keras dan melakukan pekerjaan dengan baik. Teori bahwa seorang manajer itu mengayomi akan dengan jelas memengaruhi cara mereka menangani dan memotivasi bawahan.

Teori yang dikemukakan oleh McGregor ini memiliki dua pandangan, yaitu negatf dan positif yang diistilahkan sebagai X dan Y. Semua pekerja dianggap malas merupakan isi dari teori X. Sedangkan dalam teori Y dijelaskan, bahwa setiap pekerjaan perlu adanya keimbangan antara istirahat dan bermain. Jika kedua teori ini digabungkan, maka setiap pekerja yang malas harus diberi kesempatan istirahat dan bermain agar dia tidak malas lagi dan kembali bersemangat dalam bekerja.

(35)

25

f. Teori Manusia Kompleks

Kebanyakan teori-teori motivasi di atas menganggap orang termotivasi oleh suatu jenis pendorong. Model utamanya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Manusia ekonomi, yang termotivasi terutama oleh imbalan keuangan. 2) Manusia sosial, yang motivasinya dipengaruhi terutama oleh sifat

hubungan kemitraan dalam pekerjaan.

3) Manusia yang mengaktualisasikan diri, seperti yang dinyatakan dalam hierarki kebutuhan Moslow dan teori Y McGregor.

Di dalam kenyataan, semua contoh terlalu sederhana karena semua orang berbeda dan mempunyai dorongan semangat yang berbeda pula yang dalam beberapa hal bisa berubah sepanjang waktu. Model yang seperti di atas oleh Schein disebut sebagai manusia kompleks.

(36)

26

kebutuhan. Denmark, Swedia, Norwegia, Belanda, dan Finlandia akan menempatkan kebutuhan sosial pada puncaknya.18

4. Area, Aspek-aspek, dan Pola-pola Motivasi a. Area Motivasi

Empat area utama motivasi manusia adalah makanan, cinta, seks, dan pencapaian. Tujuan-tujuan yang mendasari motivasi ditentukan sendiri oleh individu yang melakukannya, individu dianggap tergerak untuk mencapai tujuan karena motivasi intrinsik (keinginan beraktivitas atau meraih pencapaian tertentu semata-mata demi kesenangan atau kepuasan dari melakukan aktivitas tersebut), atau karena motivasi ekstrinsik, yakni keinginan untuk mengejar suatu tujuan yang diakibatkan oleh imbalan-imbalan eksternal. disamping itu terdapat pula faktor yang lain yang mendukung diantaranya ialah faktor internal yang datang dari dalam diri orang itu sendiri. 19

b. Aspek-aspek Motivasi

Aspek Motivasi dikenal “aspek aktif atau dinamis dan aspek pasif

atau statis”. Aspek aktif/dinamis menjelaskan motivasi sebagai usaha positif dalam menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia agar secara produktif berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan aspek pasif/statis motivasi sebagai kebutuhan dan perangsang untuk dapat

18Ibid., h.69

(37)

27

mengarahkan dan menggerakkan potensi daya manusia ke arah tujuan yang diinginkan.20

c. Pola-pola Motivasi

DR. David Mc. Clelland mengemukakan pola motivasi sebagai berikut:21

1) Achievment Motivasion, adalah suatu keinginan untuk mengatasi atau

mengalahkan suatu tantangan, untuk kemajuan dan pertumbuhan.

2) Affiliaton Motivation, adalah dorongan untuk melakukan

hubungan-hubungan dengan orang lain.

3) Competence Motivation, adalah dorongan untuk berprestasi baik dengan

melakukan pekerjaan yang bermutu tinggi.

4) Power Motivation, adalah dorongan untuk dapat mengendalikan suatu

keadaan dan adanya kecenderungan mengambil resiko dalam menghancurkan rintangan-rintangan yang terjadi. Sifat ini sering dilakukan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang politik

Power motivation ini akibatnya tidak terlalu buruk, jika diikuti oleh

achievement, affiliation, dan competence motivation yang baik.

5. Alat-alat dan metode-metode motivasi a. Alat-alat Motivasi

20Malayu S.P. Hasibuan, Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan Produktivitas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), cet. Ke-8, h.96

(38)

28

1) Materiil Insentif, merupakan alat motivasi yang diberikan berupa uang dan atau barang yang mempunyai nilai pasar (memberikan kebutuhan ekonomis). Misalnya: kendaraan, rumah, dan lain-lainnya.

2) Nonmateriil Insentif, merupakan alat motivasi yang diberikan berupa barang/benda yang tidak ternilai sehingga hanya memberikan kepuasan/kebanggaan rohani saja. Misalnya: medali, piagam, bintang jasa, dan lain-lainnya.

3) Kombinasi Materiil dan Nonmateriil Insentif, merupakan alat motivasi yang diberikan berupa materiil (uang dan barang) dan nonmateriil (medali dan piagam), sehingga memenuhi kebutuhan ekonomis dan kepuasan/kebanggaan rohani.22

b. Metode-metode Motivasi

1) Metode Langsung (Direct Motivation), adalah motivasi (materiil dan nonmateriil) yang diberikan secara langsung kepada setiap inidividu untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Jadi sifatnya khusus seperti: memberikan pujian, penghargaan, bonus, piagam, dan lain sebagainya.

2) Motivasi Tidak Langsung (Indirect Motivation), adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja/kelancaran tugas, sehingga betah dan

(39)

29

bersemangat dalam melakukan pekerjaannya. Misalnya: kursi yang empuk, suasana dan lingkungan pekerjaan yang baik, dan lain-lain23

6. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Motivasi

a. Perception/pengamatan

Yang dimaksud adalah menyusun munculnya lingkungan sebagai bagian dari proses mengerjakan sesuatu tentang itu.

b. Thougt/pemikiran.

Yang dimaksud adalah pemikiran adalah suatu bentuk tingkah laku yang diam lebih dari berterus terang di mana benda-benda dan peristiwa-peristiwa berpengaruh secara simbolik.

c. Affect/perasaan.

Yang dimaksud adalah perasaan tidak mewakili bagian terpisah dari tingkah laku tetapi satu asumsi di mana perbuatan, persepsi dan pemikiran berlangsung.

7. Dalil yang Berkaitan dengan Motivasi





“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (5), Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (6)”. (QS. Al-Insyiroh [94] ayat 5-6)

(40)

30





“dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (QS. Yusuf [12] ayat 87)











“niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadilah [58] ayat 11)











“Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu

perselisihkan itu”. (QS. Al-Maidah [5] ayat 48)

B. Tinjauan tentang Tadarus Al-Quran

1. Pengertian Tadarus Al-Quran

Tadarus Al-Quran terdiri dari dua suku kata yang masing-masing memiliki makna. Kedua suku kata itu adalah “tadarus” dan “Al-Quran”. Kata

“tadarus” berasal dari “darosa” yang artinya “belajar” dan ketika “darosa”

(41)

31

artinya “membaca” sehingga ketika “Qoroa” diubah menjadi “Al-Quran”, maka

artinya menjadi “bacaan”. Kalau demikian, ketika “tadarus’ disandingkan

dengan kata “Al-Quran”, maka artinya adalah mempelajari Al-Quran secara terus menerus.24

Dalam prakteknya di kehidupan bermasyarakat, tadarus Al-Quran adalah membaca Al-Quran secara bergiliran dengan saling mengingatkan dan memperbaiki bacaan Al-Quran ketika ada seseorang yang salah pada saat membaca Al-Quran. Kegiatan tadarus Al-Quran seperti ini biasa dilaksanakan di masjid-masjid atau musholla-musholla pada setiap malam di bulan Ramadlan

setelah menunaikan ibadah sholat tarowih dan witir secara berjama’ah.. Hal tersebut selaras dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Abu Dawud yang artinya sebagai berikut: Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda, ‘Suatu kaum yang berkumpul di dalam salah satu rumah Allah Swt. seraya membaca kitab Allah dan tadarus, akan turun kepada mereka ketenangan. Mereka pun diliputi rahmat, dimuliakan para malaikat, serta disebut-sebut Allah sebagai kelompok-Nya” (HR Muslim, Abu Dawud dengan ismad sahih dengan syarah Bukhari dan Muslim).25

24http://al-kirom.blogspot.co.id/2010/09/tadarus-ramadhan-dimuat-di-harian-jogja.html. Diakses pada 24 April 2016

25Diriwayatkan oleh Abu Dawud No. 1455 dalam “Shalat”, bab “Pahala Membaca Al-Quran”. Isnadnya sahih. Hadis ini merupakan bagian hadis panjang yang diriwayatkan Muslim, No. 2701 mengenai

(42)

32

2. Urgensi Tadarus Al-Quran

Al-Quran merupakan firman Allah dan merupakan mukjizat Nabi Muhammad Saw. yang diturunkan melalui malaikat Jibril. Tentu saja Al-Quran menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Tanggung jawab seorang muslim berkaitan dengan Al-Quran yang paling pertama adalah membacanya. Isyarat pentingnya membaca Al-Quran ini ditegaskan oleh Al-Quran itu sendiri, yaitu pada QS. Al-Baqarah [2] ayat 121, QS. Fathir [35] ayat 29 dan beberapa ayat di tempat lainnya yang mengindikasikan pentingnya tilawah yang pada umumnya diawali dengan kata perintah atau pujian pada orang-orang yang melaksanakannya.















“Orang-orang yang telah Kami berikan Al kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya (tidak merobah dan mentakwilkan Al kitab sekehendak hatinya), mereka itu beriman kepadanya. dan Barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi”. (QS. Al-Baqarah [2] ayat 121)

Menurut ayat tersebut, bahwa mereka yang membaca kitab Allah,

Al-Quran dengan ‘haqqa tilawah’ yang menurut sebagian mufassir adalah

(43)

33

nanti. Maka pemaknaan ayat tersebut mengindikasikan pentingnya setiap

muslim untuk ‘tilawah al Quran’.

3. Keutamaan Tadarus Al-Quran

Ada beberapa keutamaan Al-Quran yang sebenarnya sudah dijelaskan di dalam Al-Quran itu sendiri. Berikut keutamaan Al-Quran berdasarkan ayat-ayat yang akan di dalamnya, yaitu:26

a. Dibuatkan dinding perantara dari orang-orang yang tidak beriman

Di akhirat kelak orang yang beriman dan orang yang tidak beriman tidak akan bisa berkumpul bersama- sama sebagaimana saat mereka berada di dunia. Hal itu dikarenakan Allah Swt. akan membuat sebuah dinding pembatas di antara mereka. Allah Swt. berfirman di dalam Al-Quran, yaitu:









“Dan apabila kamu membaca Al Quran niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu

dinding yang tertutup”. (QS. Al-Israa [17] ayat 45) b. Mendapatkan obat jiwa dan rahmat

Sebagimana telah kita ketahui bersama, bahwa Al-Quran merupakan mukjizat nabi Muhammad Saw. yang diturunkan melalui perantara malaikat

(44)

34

Jibril, tentu mempunyai hal yang istimewa yaitu sebagai obat dan rahmat. Allah Swt. berfirman di dalam Al-Quran, yaitu:















“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (QS. Al-Baqarah [17] ayat 82) c. Mendapatkan ketenangan jiwa lahir batin

Ketika hati kita merasakan kegelisahan, maka bacalah Al-Quran. Karena ketika kita membaca Al-Quran, kita akan merasakan ketenangan jiwa baik lahir maupun batin. Allah Swt. di dalam Al-Quran, yaitu:











(45)

35

d. Mendapatkan rizki yang barokah

Senantiasa membaca Al-Quran menjadi sebab Allah menurunkan rizki yang melimpah serta menjdaikan rizki kita menjadi barokah. Rizki bukan hanya dipandang dari segi ekonomi tetapi juga kesehatan dan kesempatan merupakan rizki pemberian dari Allah Swt. Sebagaimana firman Allah di dalam Al-Quran, yaitu:











“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. (QS. Al-Fatir [35] ayat 29)

4. Tata Cara Tadarus Al-Quran

Ketika bertadarus Al-Quran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar menambah kekhusyukan dan memperoleh kemanfaatan lebih dalam bertadarus, hal tersebut antara lain:

a. Membaca dengan Melihat Mushaf

(46)

36

mushaf, demikian dikatakan oleh Al-Qadhi Husayn dari sahabat-sahabat kami. Hal itu dikatakan juga oleh Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, serta beberapa ulama salaf lainnya.

Al-Ghazali dalam kitabnya Al-Ihya’,menuliskan bahwa kebanyakan sahabat Rasulullah Saw. suka membaca Al-Quran lewat mushaf, dan Abu Dawud meriwayatkan mengenai membaca Al-Quran dengan melihat mushaf dari sejumlah ulama salaf. Ia tidak mengetahui orang yang membantah hal itu.27

b. Membaca secara Murattal

Ketika membaca Al-Quran sebisa mungkin harus dibaca secara murattal (pelan-pelan). Hal ini telah disepakati oleh para ulama, bedasarkan firman Allah Swt:







“Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.” (QS Al-Muzammil [73] ayat 4)

Para ulama berkata, membaca Al-Quran secara tartil (pelan) itu

mustahab (disukai) untuk dapat memahami kandungannya. Disunnahkan

membaca secara tartil bagi orang asing yang tidak mengerti makna

(47)

37

Quran. Cara itu lebih mulia untuk menghormati Al-Quran dan sangat berpengaruh ke dalam hati pembacanya, demikian mereka menjelaskan.28

c. Membaca dengan Suara yang Merdu

Ulama salaf dan khalaf dari kalangan sahabat dan tabi’in (semoga

Allah mengasihi mereka) berikut ulama setelah mereka, khususnya dari pemuka umat Islam, sepakat bahwa memperbagus suara ketika membaca Al-Quran adalah sunnah. Perkataan dan teladan mereka pun telah dikenal luas. Semuanya membuktikan akan pentingnya memperbagus suara ketika membaca Al-Quran.

Para ulama mengatakan bahwa memperbagus suara dalam membaca Al-Quran dan menertibkan bacaan adalah disunnahkan, tetapi tidak boleh berlebihan dalam memanjangkan bacaan sehingga mengubah makna. Jika terjadi penambahan satu huruf atau menyembunyikannya, itu merupakan hal terlarang.29

d. Khusyuk Membaca dan Merenungi Maknanya

Jika telah membaca Al-Quran, maka hendaklah ia mengkhusyukkan perhatiannya, di samping memikirkan makna ayat yang dibaca. Dalil-dalil mengenai hal itu sangat banyak. Itulah hikmah atau faedah yang paling dicari dari membaca Al-Quran. dengan cara khusyuk membaca diikuti usaha menyingkap maknanya, maka lapanglah dada dan bersinari hati pembaca.

(48)

38

Berkaitan dengan hal tersebut, Allah Swt. berfirman:







“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. An-Nisa [4] ayat 82)







“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (QS. Shad [38] ayat 29)

Hadis Nabi Muhammad Saw. mengenai hal itu banyak sekali, begitu pula perkataan ulama salaf. Sejumlah ulama begadang untuk membaca satu ayat Al-Quran dan memikirkan maknanya. Mereka lakukan itu sejak malam sampai pagi hari. Ada pula ulama salaf yang sampai pingsan ketika membaca Quran. Bahkan ada pula di antara mereka, begitu membaca ayat Al-Quran, langsung meninggal saat membacanya.30

5. Tadarus Al-Quran di Rumah

Pengertian tadarus Al-Quran di rumah sama seperti pengertian tadarus pada umumnya, yakni mempelajari Al-Quran secara terus menerus. Perbedaan tadarus Al-Quran dengan tadarus Al-Quran di rumah terletak di waktu dan tempatnya. Tadarus Al-Quran di rumah dilaksanakan secara istiqomah ketika

(49)

39

para siswa selesai melaksanakan kegiatan belajarnya di sekolah. Waktunya bisa dilaksanakan sore setelah pulang sekolah atau malam setelah sholat Maghrib sekalian menunggu waktu sholat Isya atau bisa diluar waktu tersebut.

(50)

40

C. Tinjauan tentang Motivasi Tadarus Al-Quran di Rumah

Setiap tindakan pasti mempunyai suatu motivasi yang mendorong tindakan itu terjadi, baik motivasi yang disengaja maupun motivasi yang tidak disengaja. Motivasi yang disengaja itu berupa rasangan-rasangan yang diterima, bisa rasangan yang datang dengan cepat maupun rasangan yang datang dengan membutuhkan waktu lebih lama. Sedangkan motivasi yang tidak disengaja itu bisa merupakan kelanjutan dari tindakan sebelumnya yang masih ada kaitannya sama tindakan yang akan atau baru saja dilakukan.

Dengan kata lain, motivasi merupakan suatu tenaga dari diri manusia yang menyebabkan seseorang melakukan aktivitas. Di samping itu, setiap manusia memiliki suatu daya yang ketika daya tersebut telah menjadi aktif atau berubah menjadi aktif, maka hal tersebut juga merupakan arti dari motivasi.31

Berkaitan hal di atas, tentu saja dalam pelaksanaan tadarus Al-Quran oleh seseorang, pasti ada motivasi di dalam diri orang yang melaksanakannya. Kata tadarus sendiri berasal dari asal kata darasa yadrusu, yang artinya mempelajari, meneliti, menelaah, mengkaji dan mengambil pelajaran dari wahyu-wahyu Allah Swt. Kemudian kata darasa tersebut ketambahan huruf ta’ di depannya sehingga menjadi tadarasa yatadarasu, maka maknanya bertambah menjadi saling belajar, atau mempelajari secara lebih mendalam.32

31Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Ibid., h.173 32

(51)

41

Pelaksanaan tadarus Al-Quran tersebut bisa di musholla-musholla, masjid-masjid, ataupun di rumah dan tempat-tempat suci lainnya. Hal itu dikarenakan tujuan dari tadarus Al-Quran sendiri yang ingin mempelajari Al-Quran lebih dalam lagi. Pelaksanaan tadarus Al-Quran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan tadarus Al-Quran di rumah yang dilakukan oleh siswa SMP Khadijah.

Motivasi tadarus Al-Quran di rumah ini merupakan daya upaya atau tenaga yang mendorong siswa SMP Khadijah untuk melakukan tadarus Al-Quran atau mempelajari Al-Quran secara terus menerus di rumah mereka. Motivasi itu yang menyebabkan siswa-siswa tidak merasa malas lagi saat melaksanakan tadarus Al-Quran di rumah mereka masing-masing.

Tadarus Al-Quran di rumah dengan tadarus Al-Quran di masjid-masjid atau di musholla-musholla dalam pelaksanaannya terjadi perbedaan. Jika di masjid-masjid atau musholla-musholla dilaksanakan dengan berjama’ah, maka di rumah dilaksanakan sendiri oleh siswa tersebut. Kegiatan yang dilaksanakan

berjama’ah tentu saja lebih ringan daripada yang dilaksanakan sendiri, karena kita tidak akan merasakan cepat lelah dan ngantuk yang biasa kita rasakan ketika melaksanakan tadarus Al-Quran sendiri.

(52)

42

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan ilmu-ilmu yang mempelajari metode-metode dalam penelitian.34 Dalam penelitian, metode penelitian sangat penting. Sebab dengan menggunakan metode yang tepat maka akan mendapatkan hasil yang tepat pula. Artinya apabila seseorang yang akan mengadakan penelitian ilmiah dengan menggunakan suatu metode yang sesuai dengan apa yang akan diselidiki maka akan mendapatkan data yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk aktifitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaanya dengan fenomena lain.35

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan atau menjelaskan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu. Dengan kata lain pada penelitian deskriptif, peneliti hendak menggambarkan suatu gejala (fenomena), atau sifat tertentu.36

34Arif Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h.50 35Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan,Ibid., h.72

(54)

44

Dari beberapa sumber di atas bisa disimpulkan, bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena tertentu yang terjadi di dalam masyarakat dengan sistematis, faktual, dan akurat. Fenomena-fenomena tersebut

Gambar

  Tabel 4.1
  Tabel 4.2
  Tabel 4.3 Data Siswa Program Ta’lim Al
Tabel 4.4
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kriteria pemilihan bahan ajar yang selanjutnya, dilihat dari kemenarikan bahan ajar. Bahan ajar yang harus diberikan kepada siswa hendaknya menarik, bukan hanya

For reference we show the precision and completeness of the ob- tained mesh (with 30k faces), of a Poisson surface reconstruction (Kazhdan and Hoppe, 2013) (6.3M faces), of

Pembahasan Hasil Uji Coba (Eksperimen) Manajemen BK Komprehensif Berbasis ICT dalam Meningkatkan Efektifitas Manajemen BK Komprehensif .... Keterbatasan Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah dengan melakukan studi perbandingan beban linear dan nonlinear pada generator sinkron tiga phasa agar lebih

Dan hal ini ditunjang dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dunia, khususnya di bidang Informasi Technology (IT) yang berbasis komputer.Dalam penulisan ilmiah ini, penulis

Penulisan laporan akhir ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik

Dibalik kehebata a ggota polri dala bertugas terdapat sosok bhayangkari yang kuat, hal tersebut tercermin dalam kunjungan ketua cabang bhayangkari Metro beserta staf Bhayangkari

Puji syukur atas segala berkat yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan di Dana Pensiun