• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL KAWASAN AGROFORESTRY MELINJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL KAWASAN AGROFORESTRY MELINJO"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL KAWASAN AGROFORESTRY MELINJO

DI WILAYAH KABUPATEN MALANG

Design of the Belinjo Agroforestry Zones in the Malang Regency

Hasyim dan Sri Sulastri

Dosen Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Malang Soemarno

Dosen Jurusan Tanah, FPUB ABSTRACT

Belinjo agroforestry systems in East Java suggest any good prospects ecologically and economically. A number of strength in developing belinjo agroforestry are (1) availability of any raw materials supported by the comparative advantage of agroecological resources and social institution, (2) competitive advantages of belinjo products, (3) availability of land resources that is suitable for belinjo farming, (4) availability of physical infrastructures and supporting social institutions , (5) a high potency of local market, regional market and national market, (6) a high opportunities in improving farmer income through any belinjo farming, and (7) a high sustainability of any community belinjo farming.

Outcomes expected from the belinjo agroforestry development are: (a) improving agribusiness activities of belinjo involving any cluster of stakeholders, (b) financial institution of Cooperation which can coordinate any production-cluster and distribution-cluster, (c) belinjo processing activities produce any kinds of belinjo-products , (d) improving competitiveness of belinjo products.

Keywords: belinjo agroforestry

ABSTRAK

Sistem Agroforestry Melinjo di wilayah Jawa Timur mempunyai prospektif yang sangat baik secara ekologis dan ekonmis. Beberapa kekuatan dalam pengembangan agroforestry melinjo: (a). ketersediaan bahan baku yang didukung oleh keunggulan komparatif kondisi agroekologi dan kelembagaan usahatani masyarakat (community farming), (b) sifat unggul komoditi perkebunan melinjo dan pohon – industrinya, (c) ketersediaan Sumberdaya Lahan yang sesuai bagi tanaman melinjo, (d) sarana /prasarana dan kelembagaan penunjang yang komitmennya tinggi terhadap perkebunan dan industri pengolahannya, (e) potensi pasar domestik, regional dan nasional yang sangat besar, (f) peluang memperbaiki kesejahteraan petani dan masyarakat yang sangat besar kalau dikelola secara profesional dan berkeadilan, dan (g) keberlanjutannya sangat terjamin karena masyarakat ikut memiliki.

Beberapa peluang yang dapat diaktualisasikan dalam pengembangan agroforestry melinjo (a) pasar domestik (lokal, regional dan nasional) sangat terbuka, ( b) diversifikasi produk-produk industri perkebunan sangat potensial, (c) kebutuhan pengembangan keterkaitan antara cluster usahatani dengan cluster olahannya dalam kelembagaan Kawasan Industri, (d) kebutuhan Pemberdayaan sistem kelembagaan produksi perkebunan.

(2)

ada, (b) terbentuknya Koperasi pengelola agroforestry yang mampu mengkoordinasikan sistem produksi dan sistem distribusi produk-produk olahannya, (c) berkembangnya industri pengolahan milik masyarakat , (d) meningkatnya citra dan keunggulan produk domestik.

Kata kunci: Agroforestry melinjo, outcome

PENDAHULUAN

Usahatani melinjo merupakan suatu organisasi produksi, petani sebagai pelak-sana untuk mengorganisasi tanah (alam), tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian baik yang didasarkan atas pencaharian income. Usahatani dikatakan berhasil apabila dapat menghasilkan pendapatan untuk membayar semua biaya yang diperlukan, dengan kata lain keberhasilan suatu usahatani berkaitan erat dengan pendapatan dan biaya yang dikeluarkan. Kemampuan menghasilkan produk pertanian pangan ditentukan oleh berbagai faktor, termasuk biofisik, sosial, ekonomi dan politik. Beberapa faktor bio-fisik penting yang berpengaruh terhadp keberhasilan usahatani adalah sumberdaya lahan dan air, kondisi agroklimat, teknologi pengelolaan tanaman, varietas tanaman yang memberikan respon tinggi terhadap pengelolaan, dan penyediaan sarana pro-duksi.

Di dalam sistem pertanian, lahan merupakan alat produksi yang mempunyai peran ganda, yaitu sebagai tempat pertum-buhan tanaman, menyediakan unsur hara, sumber air, tempat peredaran udara, dan tampat berlangsungnya berbagai macam kegiatan pengelolaan. Oleh karena itu pengetahuan tentang sifat-sifat dan karak-teristik lahan merupakan dasar dari usaha pengembangan komoditi secara intensif. Di samping faktor lahan, pengetahuan tentang kondisi agroklimat juga memegang peranan penting. Beberapa unsur agroklimat seperti suhu, curah hujan , kelembaban, radiasi matahari dan angin, merupakan dasar per-timbangan penting untuk menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan dan periode pengusahaannya. Kesalahan dalam

menentukan syarat iklim bagi tanaman akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkem bangan tanaman tidak normal, sehingga produktivitasnya akan jauh menyimpang dari potensi sebenarnya.

Terbatasnya sumberdaya alam yang berpotensi mendukung program pengem-bangan pertanian merupakan salah satu kendala yang harus dihadapi. Kondisi ini akan dapat teratasi dengan tersedianya sumberdaya manusia yang handal. Perlu disadari bahwa kondisi lahan yang produk-tif terus berkurang. Hal ini dikarenakan berkembangnya sektor industri non perta-nian, sehingga mendesak lahan yang ada. Ini terutama nampak sekali di daerah perkotaan. Dengan demikian, keber-hasilan pengembangan pertanian akan tergantung pada sumberdaya manusia yang mampu mengelola dan memanipulasi sumberdaya alam yang kurang produktif menjadi lebih baik. Usaha ini dapat dilakukan misalnya dengan cara mendapatkan teknologi budi-daya yang tepat, penyediaan varietas unggul, manajemen lahan dan air.

KERANGKA KONSEP KONSEPSI PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN MELINJO

Pengembangan komoditas melinjo dapat dilakukan dengan sistem usahatani berkelompok dan terpusat pada sentra unggulan melinjo dengan kegiatan pening-katan produksi secara terpadu, berskala ekonomi, berkelanjutan dengan keman-dirian dan beroreantasi agribisnis.

(3)

Agribisnis/ Agroindustri. Kebun melinjo ini diarahkan untuk dapat menjadi “plasma” dari usaha pengolahan/industri emping-melinjo.

Penentuan lokasi komoditi unggulan ini dengan persyaratan sebagai berikut: (1) Bahwa SPAKU Melinjo merupakan

kegiatan ekonomi produktif.

(2) Mempunyai sumberdaya wilayah yang relatif siap dimanfaatkan dan potensi-nya memadai.

(3) Adanya partisipasi aktif dari masya-rakat yang telah familier dengan komoditas unggulan dan teknologinya telah dikuasai.

(4) Memberikan hasil dengan nilai tambah yang memadai.

(5) Merupakan substitusi import dan apabila mungkin diekspor.

Berdasarkan konsepsi tersebut di atas, maka tujuan dan sasaran dari sentra pengembangan agribisnis komoditi ung-gulan ini adalah sebagai berikut:

(1) Tujuan.

a. Meningkatkan populasi tanaman yang telah ada, produksi primer kayu melinjo dan hasil sampingan (tanaman sela), serta produk-produk ikutannya, secara lokal dan regional, bahkan kalau memung kinkan secara nasional. Produk antara dari SPAKU Melinjo ini ialah buah melinjo, sedangkan produk akhirnya ialah emping melinjo. b. Meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan petani (dan pengelola SPAKU) melalui peningkatan skala usaha kecil menuju ke arah komersial dengan pendekatan Agribisnis / agroindustri.

c. Menciptakan sentra-sentra pem-bibitan melinjo dan pusat pelayanan inovasi teknologi serta informasi pasar. d. Menciptakan Kelompok Usaha

Bersama Agribisnis (KUBA) Melinjo yang dijiwai oleh semangat kemitraan dan koperatif

e. Mendorong berkembangnya koperasi pedesaan dengan kegiatan produktifnya agribisnis komoditas melinjo dan

mampu bermitra-usaha dengan pihak luar/suasta yang terkait.

(2) Sasaran.

a. Sasaran Kualitatif

Sasaran dari SPAKU melinjo ini adalah berkembangnya kelompok- kelom pok petani melinjo dan perajin emping melinjo (KUBA Melinjo dan KUBA Emping Melinjo) yang dapat dibina menuju usaha kelompok agribisnis yang mandiri dan kemudian berkembang ke arah terbentuknya koperasi agribisnis / agroindustri berbasis melinjo.

b. Sasaran Kuantitatif

Sasaran kuantitatif SPAKU Melinjo ini adalah:

(a) Membangun Pusat Pembibitan dan Pelayanan Informasi Teknologi (PPPIT) yang meliputi, pembangunan pos pe-tugas pengendali 2 unit, kebun koleksi satu unit, kebun pembibitan dua unit, rumah kaca 5 unit, yang dilengkapi dengan genset, instalasi air dan listrik, alat pengolahan tanah dan alsintan, dan beberapa perlengkapan kebun; serta ruang data dan pe-ngolahan informasi agro-teknologi, dan ruang pertemuan komunikasi agribisnis. Fasilitas pasca-panen dan pengolahan berupa pem-bangunan miniatur industri emping melinjo yang dilengkapi dengan mesin pengupas / pemecah melinjo, peralatan pem-buatan emping melinjo, dan per-alatan pengemasan. (b) Pengadaan bibit melinjo unggul

dengan jumlah tertentu, misalnya sebanyak 500-1000 batang untuk setiap kultivar unggul yang akan dikoleksi.

(4)

(d) Sasaran petani anggota KUBA Melinjo ditetapkan secara bertahap, misalnya setiap tahapan 200 RTP, masing-masing memiliki lahan tegalan 0.25-1.0 ha, menerima bibit melinjo 500-1000 batang terdiri dari beberapa macam kultivar unggul. (e). Sasaran areal pembangunan SPAKU

Melinjo adalah 1000 ha kebun inti dan 500 ha areal dampak milik rakyat.

(f). Sasaran perajin melinjo yang bergabung dalam KUBA Emping Melinjo yang beranggotakan sekitar 25 RTP perajin melinjo.

Tahapan Kemandirian SPAKU Melinjo

Dalam rangka pembinaan terhadap KUBA Melinjo dan KUBA Emping Melinjo sehingga dapat mencapai kemandirian, maka bantuan fisik dan keuangan dari pemerintah diharapkan dapat berakhir pada akhir tahun ke-3 atau ke-4. Selanjutnya pemerintah hanya akan membina secara fungsional (melalui FORKA Melinjo) agar KUBA-KUBA tersebut mencapai keman dirian bahkan dapat dikembangkan ke arah terbentuknya koperasi agribisnis / agro industri berbasis komoditas melinjo, yang selanjutnya mampu melakukan kemitraan dengan mitra-usaha Swasta setempat.

METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan bebe-rapa kegiatan, antara lain:

a. Kajian terhadap peraturan-peraturan yang menyangkut pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya lahan perta nian.

b. Melakukan identifikasi beragam potensi yang dapat membawa dampak terhadap pengembangan agroforestry melinjo.

c. Melakukan identifikasi model/metode yang cocok untuk melakukan proses pengembangan dan pengelolaan agro forestry melinjo.

d. Melakukan penentuan model/metode rehabilitasi kerusakan hutan yang cocok dan sesuai dengan kondisi pada wilayah penelitian.

e. Melakukan analisis wilayah yang mempunyai potensi yang sesuai dengan pola agroforestry melinjo.

f. Menyusun konsep-konsep pengem bangan dan pelestarian agroforestry melinjo.

Beberapa kajian terhadap aspek yang berkaitan dengan Kegiatan Penelitian Agroforestry SPAKU melinjo adalah: a. Melakukan identifikasi terhadap

wilayah yang akan dijadikan obyek Studi Pene litian di Kabupaten Malang. Tahapan ini dilakukan melalui kegiatan observasi lapangan guna mendapatkan gambaran detail mengenai kondisi fisik wilayah studi.

b. Kajian terhadap kebijaksanaan tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Malang berkaitan dengan pengem bangan wilayah untuk menghindari adanya penyimpangan gambaran yang diperoleh.

c. Penyusunan tahapan implementasi pro gram yang dilaksanakan berdasarkan hasil analisa kelayakan lahan untuk pengembangan agroforestry melinjo. Gambaran yang diperoleh, merupakan langkah-langkah awal yang akan ditempuh dalam menyelesaikan seluruh tahapan rencana pengembangan kawas an.

d. Kajian terhadap aspek kependudukan berkaitan dengan struktur kepen dudukan wilayah studi secara kese luruhan, yang meliputi komposisi pekerjaan, komposisi pendidikan, kepa datan penduduk, dan laju pertumbuhan penduduk.

(5)

Beberapa langkah yang dilakukan untuk memperoleh berbagai informasi berkaitan dengan studi ini, seperti:

1. Kegiatan Observasi Lapangan Berorientasi pada pengamatan daerah Kabupaten Malang yang direncanakan sebagai wilayah pengembangan kawasan melinjo , dalam hal ini:

a. Pengamatan terhadap letak geografis wilayah rencanana termasuk penentuan batas administrasi dan posisi wilayah berdasarkan garis lintang dan garis bujur.

b. Pengamatan terhadap kondisi topografi wilayah untuk mengetahui tingkat kemiringan dan tinggi permukaan tanah.

c. Pengamatan terhadap kondisi klima tologi wilayah terutama dalam penen tuan curah hujan, kelembaban udara dan suhu udara.

d. Pengamatan terhadap kondisi per ekonomian wilayah dalam hal pengiden tifikasian terhadap tingkat kesejahteraan dan pendapatan per kapita penduduk.

e. Pengamatan terhadap kondisi sosiologi wilayah dalam hal interaksi antar pelaku ruang yang terdapat dalam wilayah rencana dengan pelaku ruang yang terdapat di luar wilayah rencana termasuk penentuan tingkat kemajuan wilayah dalam bidang ilmu dan teknologi.

2. Kegiatan Interview/Wawancara Merupakan bagian dari sistem penca rian data melalui wawancara langsung maupun penyebaran kuisioner kepada penduduk yang berda di wilayah rencana secara random, dalam hal:

a. Pengidentifikasian tingkat pendapatan per hari.

b. Pengidentifikasian tingkat pendidikan. c. Pengidentifikasian terhadap jenis

pekerjaan yang sedang dijalani untuk menghidupi keluarga.

d. Pengidentifikasian terhadap kondisi lingkungan.

e. Pengidentifikasian terhadap aspirasi penduduk dalam mendukung percepatan pembangunan wilayah rencana.

HASIL PENELITIAN 1. Prospek Komoditas

Melinjo dapat dibuat menjadi chip, pengisi coklat, kerupuk emping (emping melinjo besar), emping melinjo, bahan sayuran dan lain-lain. Emping melinjo merupakan komoditas ekspor yang poten sial. Ekspor sebagaian besar ke Belanda dan Singapura, disamping juga ke Belgia, Amerika Serikat, Hongkong,Malaysia,dan Australia. Dilihat dari keterkaitannya antar sektor ekonomi, baik sektor lain dalam mendukung usahatani tanaman melinjo maupun peranan melinjo dalam menunjang sektor lain, cukup besar.

(6)

Tabel 1. Koefisien Keterkaitan untuk Agribisnis Kebun Melinjo (Sector Other Crops; Code 17)

Macam Keterkaitan Koefisien

1. Langsung

a. Ke depan 0.8193

b. Ke belakang 0.0881

2. Tidak Langsung

a. Ke depan 1.8461

b. Ke belakang 1.1779

Keterangan : Koefisien yang digunakan adalah koefisien keterkaitan untuk sektor " other crops" yang melinjo termasuk didalamnya

Tabel 2. Koefisien Keterkaitan untuk Agroindustri Emping Melinjo (Sector Processed and Present Food; Code 27)

Macam Keterkaitan Koefisien

1. Langsung

a. Ke depan 0.2022

b. Ke belakang 0.6752

2. Tidak Langsung

a. Ke depan 1.2127

b. Ke belakang 2.1995

Keterangan : Koefisien yang digunakan adalah koefisien keterkaitan untuk sektor "processed and present foog" yang agroindustri pengolahan emping melinjo termasuk didalamnya.

Tabel 3. Rataan biaya usahatani per pohon tanaman melinjo di daerah Kabupaten Malang (Komparasi dengan Mangga dan Pisang).

No Kegiatan Melinjo Mangga Pisang

1. Bibit 1.000 1.500 500

2. Pembuatan lubang 500 500 500

3. Pupuk organik 2.000 1.000 1.000

4. Pemeliharaan sampai berbuah

pertama 15.000 15.000 1.000

5. Panen 1.000 2.000 200

(7)

Tabel 4. Rata-rata produksi dan pendapatan per pohon tanaman melinjo di daerah Kabupaten Malang.

Kecamatan Melinjo Mangga Pisang

(kw) (kw) (kw)

Dampit 0.50 - 0.10

(35.000) (5.000)

Wajak 0.14 0.10 0.03

(9.800) (5.770) (2.302)

Pakis 1.40 0.24 0.05

(123.383) (43.200) (2.750)

Keterangan : Angka Dalam (...) Nilai rata-rata produksi (Rp per pohon produktif).

Pendapatan usahatani per pohon tidak sama, sedangkan harga per kg dipengaruhi jarak antara pasar (pembeli) ke tempat produksi. Harga melinjo beragam antara Rp. 700,- per kg hingga Rp. 900 per kg.

1.3. Pemasaran melinjo

Pemasaran melinjo melalui saluran pemasaran yaitu tengkulak, pedagang dan pengecer tingkat kecamatan. Lembaga pemasaran di tingkat kecamatan, tengkulak, pedagang dan pengecer sangat aktif menangani pemasaran hasil melinjo.

1.4. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan

Buah melinjo dapat dibuat chip, pengisi coklat, kerupuk emping (emping yang besar), emping kecil, sayuran,dan lain-lain. Sebagian besar memang dibuat emping kecil yang biasa di konsumsi sebagai makan an kecil. Buah melinjo yang biasa digu nakan untuk membuat emping, berwarna merah tua atau kuning, sedangkan yang masih berwarna hijau tidak baik untuk pembuatan emping karena masih muda, umumnya dipakai sebagai bahan sayuran.

Biji melinjo yang telah dikelupas (klatak) dan disimpan diatas anyaman bambu (irig), dapat tahan tanpa perubahan sifat fisik sampai 3-4 bulan. Jika ditumpuk

tanpa alas akan cepat rusak karena ditum-buhi jamur. Dari setiap 100 Kg biji melinjo klatak yang tua, dapat dihasilkan 50 Kg emping melinjo dengan kadar air 5%., sedangkan dari 100 Kg biji melinjo berkulit akan menjadi sekitar 40 Kg emping melinjo.

Daging biji melinjo segar mengandung 4,7% protein, 23,5% karbohi-drat, 70% air dan kurang lebih 1% lemak. Setelah menjadi emping melinjo kering terjadi perubahan komposisi protein menjadi 12 % , karbohidrat 78% , air 55 dan lemak 2,5%. Komposisi inipun akan ber ubah lagi apabila emping melinjo digoreng.

1.5. Strategi Pengembangan Agri-bisnis

(8)

Biji Melinjo 100 Kg

10%

Pengupasan I Kulit Luar 10 kg

90%

28%

Pengupasan II Kulit Dalam 25 kg 72%

42%

Penipisan dan Air Penjemuran

58%

Emping Melinjo 38 Kg

Gambar 1. Neraca Bahan Melinjo Menjadi Emping Melinjo

3. OPERASIONALISASI

PENYE-BARAN DAN

PENGEM-BANGAN KOMODITAS ME-LINJO 3.1. Pola Penyebaran

Penyebaran komoditas melinjo dapat dilaksanakan melalui dua pola, yaitu : (1) Gerakan pembangunan rumah dan

tanaman (Gerbang Rutan) yaitu pe nyebaran dan pengembangan tanaman melinjo dengan sistem pemeliharaan berada dalam lokasi/lahan pemukiman penduduk (lahan pekarangan).

(2) Gerakan pembangunan wilayah per-tanaman (Gerbang Wiltan) yaitu penyebaran dan pengembangan tanam an dimana lokasi pemeliharaannya terpisah dengan pemukiman pendu duk yang tergabung dalam suatu hamparan.

3.2. Penyebaran Bibit Melinjo Penyebaran melinjo ditempuh melalui dua tahap, yaitu :

(1) Operasional Penyebaran Bibit Tanaman

a. Tahap produksi bibit dengan bibit induk kultivar terpilih pada kebun koleksi dan kebun bibit melalui pembangunan PPPIT (Pusat Pembibitan dan Pel;ayanan Informasi Teknologi). Adapun fungsi PPPIT ini adalah :

(9)

(b) Pembesaran bibit sampai umur tertentu untuk disebarkan ke petani annggota KUBA Melinjo.

(c) Pelayanan informasi (agro-teknologi dan pasar) dan percontohan bagi masyarakat dan sekaligus sebagai tempat latihan kerja.

(d) Melaksanakan penyebaran bibit tanaman ke petani yang akan menerima paket Agribisnis.

(e) Membina petani anggota KUBA Melinjo menjadi spesialis-spesialis produksi bibit melinjo dan produksi buah konsumsi.

(f) Meningkatkan pendapatan wilayah non pajak melalui penjualan hasil produksi melinjo.

b. Tahap Penyebaran dan Pem-binaan

Tahap penyebaran dan pembinaan, yaitu penyebaran tanaman kepada petani yang bergabung dalam kelompok KUBA Me-linjo. Petani anggota KUBA ini dibina sehingga mampu menumbuhkan sentra produksi dan pembibitan melinjo kultivar unggul. Apabila telah tercipta sentra-sentra pembibitan di pedesaan, maka peranan PPPIT akan dapat dialihkan kepada pela-yanan informasi teknologi dan informasi pasar. Adapun mekanisme dalam pelaksa-naannya penyebaran tanaman dapat diabstraksikan dalam bagan berikut .

(2) Komponen Komoditi Unggulan Melinjo

Untuk meningkatkan produksi melinjo melalui sentra pengembangan agribisnis komoditi tanaman ini dipersyaratakan ter-sedianya beberapa komponen penting.

a. PPPIT

Pusat pelayanan ini merupakan tempat pusat pembibitan, pembesaran dan per-banyakan bibit, serta informasi teknologi dan pasar hasil produksi, maka diperlukan sarana antara lain :

(a) Kebun Induk Koleksi Kultivar Unggul (b) Kebun pembibitan melinjo

(c) Rumah kaca permanen dengan instalasi air bersih dan listrik

(d) Ruang / gudang peralatan dan Saprodi (e) Komoditas penunjang: tanaman sela

jagung, kacang-kacangan

(f) Tanaman Induk: beberapa macam kultivar

(g) Alsintan, termasuk hand tractor (h) Instalasi air dan listrik

(i) Ruang data dan pengolahan informasi yang dilengkapi dengan fasilitas komunikasi yang memadai.

(j). Miniatur industri pengolahan emping melinjo yang dilengkapi dengan mesin pengupas/pemecah melinjo, peralatan pencetak emping melinjo dan peralatan kemasan.

b. Intensifikasi Teknologi / SAPRODI

Upaya perbaikan produktivitas tanaman dilakukan dengan memberikan saprodi sesuai dengan rekomendasi teknis sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman .

c. Program Inovasi Teknologi Budidaya Tanaman

Upaya menekan gangguan hama dan penyakit tanaman melinjo dilakukan dengan cara pemantauan epidemiologi, pelayanan diagnosa penyakit secara teratur dan terpadu.

d. Distribusi dan redistribusi Untuk mempercepat terwujudnya sentra pengembangan agribisnis komoditas melinjo, maka upaya penyebaran tanaman maupun redistribusinya akan dilaksanakan secara berke-sinambungan.

e. Diversifikasi

(10)

melinjo masih muda. Melalui deversifikasi yang intensif ini diharapkan dapat diperoleh peningkatan produktifitas maupun skala pemilikan.

f. Pelatihan SDM

Guna meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan petugas lapangan maupun petani anggota KUBA Melinjo, harus dila kukan pelatihan-pelatihan, baik yang menyangkut teknologi budidaya, mana jemen usahatani, maupun manajemen pemasaran hasil.

g. Pembinaan KUBA Melinjo dan KUBA Emping Melinjo

Untuk meningkatkan transformasi tekno ogi kepada petani dan perajin, pembinaan anggota KUBA harus dilakukan secara kontinyu dan intensif. Pembentukan KUBA Melinjo dan recruitmen anggota harus melibatkan tokoh masyarakat setempat dan memperhatikan ikatan-ikatan sosial-tradi sional yang telah ada.

(3) Sitem Distribusi dan Redistribusi

a. Distribusi bibit

Distribusi bibit tanaman dapat dila-kukan dengan dua cara, yaitu :

(a) Penyebaran melalui KUBA Melinjo untuk selanjutnya kelompok ini menye arkan kepada kelompok lain yang terdiri dari 25-30 RTP.

(b) Penyebaran langsung ke petani/perajin yang bergabung dalam KUBA Melinjo.

b. Paket Agribisnis

Setiap petani menerima satu paket, komponen paket tersebut terdiri dari bibit melinjo siap tanam sebanyak 25-100 batang sesuai dengan luas lahan yang dimilikinya (Populasi yang disarankan 100 tanaman setiap hektar) dan pupuk sesuai dengan anjuran. Selama dua tahun pertama dapat bantuan benih dan saprodi untuk tanaman sela jagung atau

kacang-kacangan. Disamping itu petani mendapat latihan terlebih dahulu sebelum menerima paket, penyuluhan dan pembinaan serta bantuan alat olah tanah.

Paket agroindustri emping melinjo berupa mesin pengupas/pemecah melinjo yang diberikan kepada Kelompok, dan peralatan pencetak emping dan penge asannya diberikan kepada rumah tangga perajin. Fasilitas modal bergulir diberikan kepada RTP yang dikoordinasikan oleh Kelompok, setiap RTP disediakan fasilitas kredit bergulir sekitar Rp 250.000 - Rp 1.000.000.

c. Pola pengembalian

Petani penerima paket berkewajiban mengembalikan 25-100 bibit melinjo siap tanam. Jangka waktu pengembalian dua tahun setelah tanaman berproduksi/dapat dipanen dan dilakukan melalui penanda anganan surat perjanjian.

d. Mekanisme Pengembalian Tanaman melinjo dapat dipanen umur 3-4 tahun, sebagian hasil panen ini (senilai dengan harga 25-100 bibit melinjo) disetor ke PPPIT dengan dikoordinir oleh ketua kelompok.

e. Teknologi Kebun Melinjo Dalam SPAKU Melinjo ini pengem angan kebun melinjo diarahkan pada kebun campuran dengan dominasi tanaman melinjo. Beberapa komoditi penunjangnya meliputi tanaman pangan (sebsagai tanaman sela selama tanaman melinjo masih muda), tanaman tahunan dan kayu-kayuan sebagai tanaman pagar atau sisipan.

Petani dan KUBA Melinjo

Petani peserta ditetapkan oleh Kepala Dinas /Instansi terkait dengan mengakomodasikan saran/masukan-masuk an dari tokoh masyarakat setempat.

(1) Syarat-syarat petani peserta : a. Bertempat tinggal tetap di lokasi

(11)

b. Diutamakan belum mendapat / menjadi peserta proyek sejenis. c. Bersedia menjadi anggota kelompok

KUBA. Melinjo

d. Mempunyai pengalaman dan ketram pilan memelihara tanaman melinjo dan sannggup melakukan usahatani secara serius.

e. Sanggup menyediakan lahan, tenaga kerja dan memelihara tanaman dengan baik.

f. Bersedia mengikuti petunjuk, bimbingan dan latihan dari Dinas dan instansi terkait.

g. Mengajukan permohonan kepada Ke-pala Dinas /Instansi Dati II untuk menjadi peserta SPAKU dan menjadi anggota KUBA Melinjo.

h. Bersedia menandatangani Surat Per janjian Kerja dengan Dinas /Instansi berwenang.

(2) Adapun tugas dan syarat anggota KUBA Melinjo sebagai berikut

a. Petani peserta dikelompokkan dalam kelompok usaha bersama agribisnis (KUBA) yang terdiri dari 25 -30 RTP. b. Setiap KUBA Melinjo membentuk

pengurus yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara.

c. Pengurus berkewajiban ikut membina dan mengaktifkan anggota kelompok serta mengkoordinasikan kegiatan pengembangan usahatani melinjo dari anggotanya.

d. Pengurus berkewajiban menyampaikan laporan perkembangan tanaman dari anggotanya kepada petugas setempat. e. Setiap anggota kelompok wajib men

catat perkembangan kebunnya pada kartu kebun dan data keadaan tanaman melalui kartu tanaman.

(3) Petani yang telah memenuhi persyaratan ditetapkan oleh Surat Kepu tusan Kepala Dinas /Instansi berwenang Kabupaten Dati II.

Forum Komunikasi Agribisnis (FORKA) Melinjo

Forum ini berfungsi untuk memantau dan mengendalikan perkembangan SPAKU Melinjo sehingga mampu mencapai hasil yang diinginkan. Forum ini beranggotakan para ketua KUBA Melinjo, perwakilan instansi pemerintah yang terkait, suasta dan tokoh masyarakat.

(12)

KEBUN TANAMAN MELINJO: 1 RTPLK = 0.5 ha kebun

Tanm pagar

6 m Phn Melinjo

6 m

jalan kebun

tnm sela

arah slope embung/sumur

(13)

SPAKU MELINJO 200 ha

RTPLK-2 RTPLK-400 RTPLK-1

0.5 ha tegalan

0.5 ha tegalan 100 phn mlinjo 0.5 ha tegalan 100 ph mlinjo tnm sela 100 ph mlinjo tnm sela tnm sela

PPL 1 ha Tegalan 200 phn mlinjo tnm sela

KUBA-1 KUBA-2 KUBA-16

25 RTPLK 25 RTPLK ... 25 RTPLK 12.5 ha kebun 12.5 ha kebun 12.5 ha kebun 2500 ph mlinjo 2500 ph mlinjo

KOPERASI PETANI MELINJO Kebun Inti 200 ha, 40.000 pohon melinjo Tanaman sela jagung, kedelai, kac tanah 200 ha

SUASTA PASAR BRI/BPD

(14)

Rancangan Sistem SPAKU Mlinjo 1. Organisasi Produsen Primer

FORKA Investor

Melinjo Pemerintah

(Mis. Bank Jatim)

Konsultasi/investasi/Perkreditan

kredit

dengan Suasta/ ( PTL dan PPL) sistem perwakilan Tokoh bagi hasil Pedagang Mlinjo

PONPES Produsen Saprodi

kerjasama

Pemasaran Penyuluhan Modal hasil buah DIKLAT usaha & SAPRODI

KOPERASI (KOPONTREN) PETANI MELINJO

(15)

2. Struktur Sistem Pembinaan

FORKA MELINJO

BPTP

PPL Pusat Tokoh PONPES Penangkaran

bibit

Koperasi Suasta Petani Melinjo

KUBA melinjo KUBA melinjo ... 25-30 RTP 25-30 RTP ...

KESIMPULAN

Sistem Agroforestry Melinjo di wilayah das Brantas Jawa Timur mem-punyai prospektif sbb:

Beberapa kekuatan dalam pengem bangan agroforestry melinjo: (a). keter sediaan bahan baku yang didukung oleh keunggulan komparatif kondisi agroekologi dan kelembagaan usahatani masyarakat (community farming), (b) sifat unggul komoditi perkebunan melinjo dan pohon – industrinya, (c) ketersediaan Sumberdaya Lahan yang sesuai bagi tanaman melinjo, (d) sarana /prasarana dan kelembagaan penunjang yang komitmennya tinggi terhadap perkebunan dan industri pengo lahannya, (e) potensi pasar domestik, regional dan nasional yang sangat besar, (f) peluang memperbaiki kesejahteraan petani dan masyarakat yang sangat besar kalau dikelola secara

profesional dan berkeadilan, dan (g) keberlanjutannya sangat terjamin karena masyarakat ikut memiliki.

Beberapa peluang yang dapat diaktualisasikan dalam pengembangan agroforestry melinjo (a) pasar domestik (lokal, regional dan nasional) sangat terbuka, ( b) diversifikasi produk-produk industri perkebunan sangat potensial, (c) kebutuhan pengembangan keterkaitan antara cluster usahatani dengan cluster olahannya dalam kelembagaan Kawasan Industri, (d) kebutuhan Pemberdayaan sistem kelembagaan produksi perkebunan.

(16)

produk-produk olahannya, (c) berkembangnya industri pengolahan milik masyarakat , (d) meningkatnya citra dan keunggulan produk domestik.

DAFTAR PUSTAKA

Ajit Ghose dan Greffin. 1990. Rural Poverty Development Alternatives In South and South Easth Asia. Some Policy Yssenes, Development Ang Cange, Volume II.

Amin Azis, M. 1990. Agroindustri: Pilihan Industrialisasi Pedesaan. Seminar Nasional Pedesaan Universitas Brawijaya, Malang 12-25 Maret 1990.

Bank Indonesia 2008. POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK). Emping Melinjo. Jakarta, Mei 2008, Direktorat Kredit, BPR dan UMKM.

Hisada, H., et al.. (2005). Antibacterial and Antioxidative Constituents of Melinjo Seeds and Their Application to Foods. Japan. Science Links Japan. Mori, M., et al.. (2008). Relationship

between Lifestyle-related Diseases with The Intake of Indonesian Traditional Fruit Melinjo Rich in Phytoestrogens. Niigata, Japan. The 4th International Niigata Symposium on Diet and Health Integrative Function of Diet in Anti-aging and Cancer Prevention.

P3HTA. 1989. Pertanian Lahan kering dan Konservasi di Daerah Aliran Sungai. Risalah Diskusi Ilmiah Hasil-Hasil Penelitian. Batu, Malang 1-3 Maret 1989.

Sabarnurdin, S. 1988. Perhutanan Sosial dan Konsekwensinya Bagi Rim-bawan. Silva Indonesia, No 1 Tahun 1988, Jakarta.

Santoso, M. (2008). Inhibition of Fish Lipid Oxidation by the Extract of

Indonesia Edible Plant Seed `Melinjo`. Kyoto, Japan. Japanese Society for Food Science and Technology.

Soeharjo. 1989. Peranan Agroindustri dalam memperbaiki Pendapatan dan Menciptakan Lapangan Kerja di Pedesaan. Simposium Industrialisasi Pedesaan. Bogor 18-19 Desember 1989. Pusat Studi Pembangunan, Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor.

Soemarno, B.Setiawan, M.Dewani, 1993. Model Perencanaan dan Pengem-bangan Sistem Agro forestry bersekala Kecil di Wilayah Kecamatan Wajak dan Pujon, Malang, PP-PSL - PSLH Unibraw. Soemarno, H.Hidayat, I.Syafii, Masrofie.

1998. Rancang Bangun dan Reka-yasa KOPONTREN (Koperasi Pondok Pesantren) sebagai pengelola usaha agribisnis dan agroindustri komoditas melinjo di Jawa Timur, PUSLIT PWD LP Unibraw.

Supriyono. 1991. Kondisi Fisik Buah Melinjo. Lab. Prosessing Hasil Pertanian. Jurusan TP, FP Unibraw. Malang.

Syafii, I, Soemarno, Sukindar, dan Nur Komar. 1998.Rancang Bangun dan Rekayasa KOPONTREN (Koperasi Pondok Pesantren) sebagai pengelola usaha agribisnis kebun tiga strata di Jawa Timur, PUSLIT PWD LP Unibraw.

White, B. 1989. Agroindustri, Indus-trialisasi Pedesaan dan Transformasi Pedesaan. Pusat Studi Pembangunan, Lembaga Penelitian, Institut Per-tanian Bogor.

Gambar

Tabel 1. Koefisien Keterkaitan untuk Agribisnis Kebun Melinjo              (Sector Other Crops; Code 17)
Tabel  4.  Rata-rata produksi dan pendapatan  per pohon tanaman melinjo di daerah Kabupaten Malang

Referensi

Dokumen terkait

Aspek ekonomi lokal, regional, nasional dan global akan berpengaruh terhadap peluang usaha. Hasil penjualan dan biaya perusahaan banyak dipengaruhi oleh lingkungan

Di era globalisasi ini persaingan bisnis menjadi sangat tajam, baik di pasar nasional (domestik) maupun di pasar internasional atau global, akibatnya timbul

Pengembangan 35 Klaster Industri Prioritas yang dipilih berdasarkan kemampuan nasional untuk bersaing di pasar domestik dan internasional.. •

Dalam era globalisasi persaingan bisnis menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional (global). Persaingan yang ketat saat

Peluang-peluang dan tantangan pengembangan dan pendayagunaan TIK dalam meningkatkan daya saing bangsa sangat terbuka, yaitu melalui peningkatan kapasitas layanan, baik layanan

Krisis ekonomi yang terjadi dalam era globalisasi membuat persaingan dunia usaha menjadi sangat tajam, baik di pasar nasional (domestik) maupun di pasar

PETANI Pedagang Pengumpul Bandar Pasar Induk Regional atau Nasional Penjual Ritel untuk Pasar Lokal Kelompok Tani/Koper asi Pemasok Khusus Ritel Modern/Export Ritel

perbatasan sebagai pusat pengembangan ekonomi regional dan nasional. Dengan rencana ini, maka pusat-pusat pengembangan kegiatan strategis nasional akan berada di