• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMBELAJARAN BATIK PADA SISWA KELAS I PROGRAM KEAHLIAN TEKSTIL KRIYA SMK N 5 YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PEMBELAJARAN BATIK PADA SISWA KELAS I PROGRAM KEAHLIAN TEKSTIL KRIYA SMK N 5 YOGYAKARTA."

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh : Deny Tirtana

035824013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA

FAKULTAS TEKNIK

(2)

Kelas I Program Keahlian Tekstil Kriya SMK N 5 Yogyakarta”ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 4 Juli 2008 dan

dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Prapti Karomah, M.Pd Ketua Penguji ………... - 7 - 2008

Dr. Sri Wening Sekretaris ………... - 7 - 2008

Kapti Asiatun, M.Pd Penguji ………... - 7 - 2008

Yogyakarta, Juli 2008 Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

(3)

Program Keahlian Tekstil Kriya SMK N 5 Yogyakarta ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, juni 2008

Pembimbing

(4)

NIM : 035824013

Prodi : Pendidikan Teknik Busana

Jurusan : PTBB

Judul : Strategi Pembelajaran Batik Pada Siswa Kelas I Program

Keahlian Tekstil Kriya SMK N 5 Yogyakarta

Menyatakan bahwa penelitian ini merupakan hasil pekerjaan sendiri dan

sepanjang pengetahuan penulis tidak mengandung materi yang telah

dipublikasikan atau ditulis orang lain yang telah dipergunakan sebagai persyaratan

dalam menyelesaikan studi pada Universitas Negeri Yogyakarta atau Perguruan

Tinggi lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan

yang lazim.

Yogyakarta, juni 2008

Yang Menyatakan,

(5)
(6)

035824013 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :1) Pendapat siswa kelas I program keahlian Tekstil Kriya tentang strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta, 2) Apa saja hambatan yang dialami siswa kelas I program keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta di dalam pembelajaran batik.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan teknik persentase. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I program keahlian tekstil kriya SMK N 5 Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampel jenuh atau teknik sampel sensus. Sampel penelitian berjumlah 36 siswa, teknik pengumpulan data menggunakan angket dengan menggunakn skala Likert dan skala Gutman. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan persentase.

(7)

dengan judul “Strategi Pembelajaran Batik Pada Siswa Kelas I Program Keahlian

Tekstil Kriya SMK N 5 Yogyakarta”. Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan untuk

memenuhi salah satu tugas akhir sebagai persyaratan guna memperoleh gelar

sarjana pendidikan teknik.

Atas terselesaikannya penyusunan Skripsi ini, penulis mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang senantiasa memberikan bantuan,

bimbingan, dan pengarahan serta kerjasama, ucapan terima kasih kepada yang

terhormat :

1. Bapak Prof. Sugeng Mardiyono, Ph.D, selaku Rektor Universitas Negeri

Yogyakarta

2. Bapak Wardan Suyanto, Ed.D, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Negeri Yogyakarta

3. Ibu Dr. Sri Wening, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Boga

Busana Universitas Negeri Yogyakarta

4. Ibu Emy Budiastuti, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

memberikan banyak pengarahan.

5. Ibu Prapti Karomah, M.Pd , selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan

sabar memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat, dan semangat dalam

(8)

skripsi ini.

Penyusun menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna sesuai

yang diharapkan, besar harapan penulis semoga skripsi ini mempunyai nilai yang

bermanfaat bagi penulis dan semua pembaca yang memerlukannya.

Yogyakarta, Juni 2008

(9)

HALAMAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah………..………... 1

B.Identifikasi Masalah……….…... 3

C. Batasan Masalah………... 5

D.Rumusan Masalah……….………... 5

E.Tujuan Penelitian………... 5

F. ManfaatPenelitian………..…...………... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori...………...…. 7

1. Strategi...….………... 7

2. Strategi Pembelajaran………... 7

3. Pembelajaran……..………... 18

a. Pengertian Pembelajaran... 18

b. Pelaksanaan pembelajaran... 20

1. Tujuan pembelajaran... 21

2. Bahan/materi pelajaran... 24

3. Guru/pengajar... 25

4. Siswa/peserta didik... 25

5. Metode Pembelajaran... 26

(10)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian………... 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian.……….. 37

C. Difinisi Operasional Penelitian.……… 38

1. Strategi…………..………...………. 38

2. Pelaksanaan Pembelajaran……… 38

3. Batik………. 38

D. Populasi dan Sampel….………... 39

E. Metode Pengumpulan Data….……….……….... 39

F. Instrumen Penelitian………... 40

G. Uji Coba Instrumen………... 42

a. Uji validitas... 43

b. Uji reabilitas... 44

H. Teknik Analisis Data….………... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian………. 48

B. Pembahasan Hasil Penelitian... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71

B. Implikasi ... 75

C. Saran-saran...75

(11)

Tabel 4. Pengelompokan kecenderungan skor rata-rata ... 47 Tabel 5. Distribusi Frekuensi pendapat siswa kelas I program keahlian tekstil kriya tentang strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta... 48

Tabel 6. Kategori kecenderungan pendapat siswa kelas Iprogram keahliantekstil

kriyatentang strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta 49 Tabel 7. Distribusi Frekuensi Strategi pembelajaran batik menurut pendapat siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen kegiatan pra pembelajaran... 50 Tabel 8. Kategori kecenderungan Strategi pembelajaran batik menurut pendapat

siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen kegiatan pra pembelajaran... 51 Tabel 9. Distribusi Frekuensi Strategi pembelajaran batik menurut pendapat

siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen penyampaian informasi... 52 Tabel 10. Kategori kecenderungan Strategi pembelajaran batik menurut pendapat siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen penyampaian informasi... 53 Tabel 11. Distribusi Frekuensi Strategi pembelajaran batik menurut pendapat

siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen peran serta siswa... 54 Tabel 12. Kategori kecenderungan Strategi pembelajaran batik menurut pendapat

siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen peran serta siswa... 55 Tabel 13. Distribusi Frekuensi Strategi pembelajaran batik menurut pendapat

(12)

Lampiran III Mean, Median, Modus, Standar Deviasi dan Distribusi Frekuensi

(13)

BAB I

PENDAHULUAN.

A. LATAR BELAKANG.

Pada era globalisasi persaingan di berbagai hal sangat tinggi, tidak

terkecuali pada bidang pendidikan yang menjadi sarana penting di dalam

upaya meningkatkan sumber daya manusia.

Dalam menghadapi era industrialisasi dan persaingan bebas dibutuhkan

tenaga kerja yang produktif, efektif, efisien, disiplin dan bertanggung jawab

sehingga mereka mampu mengisi, menciptakan dan memperluas lapangan

kerja.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai pendidikan menengah

merupakan salah satu bagian dari pendidikan nasional, yang bertujuan

menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,

budaya, dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih

lanjut dalam dunia usaha dan dunia kerja atau pendidikan tinggi.

Sebagaimana tujuan khusus Sekolah Menengah Kejuruan adalah sebagai

berikut :

1. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan kerja yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya.

2. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap professional dalam bidang keahlian yang diminatinya.

(14)

4. Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi sesuai dengan program keahlian yang dipilihnya (Pedoman Kurikulum SMK Tahun 2004:7).

Berdasarkan tujuan di atas, tentunya diperlukan sebuah strategi di dalam

pembelajaran yang bisa mempermudah atau memperlancar tercapainya tujuan

di atas. Menurut Fredy Tjiptono (2000:3) strategi merupakan cara dalam

memanfaatkan dan menentukan sumberdaya sesuai dengan perubahan

lingkungan guna mencapai tujuan organisasi.

Pelaksanaan pembelajaran di SMK sangat bergantung pada bagaimana

kualitas dan kuantitas komponen dalam pembelajaran saling melengkapi,

komponen-komponen tersebut adalah guru, siswa, kurikulum dan fasilitas

sekolah ( Sugiharto, 1992:42 ).

Pelaksanaan pembelajaran harus dilakukan dengan peningkatan kualitas

komponen pembelajaran agar dalam pelaksaan pembelajaran dapat diperoleh

hasil yang maksimal. Didalam pelaksanaan pembelajaran tentunya diperlukan

sebuah cara yang digunakan untuk melakukan evaluasi atau melakukan

beberapa tindakan dalam menjaga supaya tujuan pembelajaran dapat dicapai

dan setiap materi yang diberikan mampu digunakan sebagai bekal didalam

bermasyarakat.

Pentingnya batik di dalam budaya Indonesia sebagai warisan budaya

Indonesia yang mempunai nilai yang tinggi, dimana pada setiap motif-motif

batik yang ada mempunayi makna filosofi yang terkandung di dalamnya,

sebagai pendidikan formal SMK merupakan tempat yang bisa dijadikan

(15)

membatik tersebut, tenaga kerja batik yang sekarang ini lebih banyak adalah

generasi yang sudah tua, oleh karena itu jika tidak ada generasi muda yang

meneruskan menguasai teknik membatik maka dihawatirkan batik akan hilang

dan diambil oleh bangsa lain. Sekedar contoh saja Malaysia memiliki hak

paten jauh lebih banyak dibandingkan Solo atau Pekalongan dan Yogyakarta.

Solo baru berhasil mematenkan produk batik sekitar 154 motif. Malaysia

justru sudah lebih dari 200 motif (Dieny&Yusuf.com). Dengan memiliki hak

paten, Malaysia akan memperoleh opsi atas penjualan barang tersebut. Jika

tidak, maka yang memproduksi barang itu bisa dicap sebagai pembajak.

SMK N 5 Yogyakarta merupakan sekolah yang membuka jurusan tekstil

yang didalamnya mengajarkan pelajaran batik sebagai salah satu pelajaran.

Siswa yang masuk SMK ini tentunya ingin mendapatkan pengetahuan dan

ketrampilan yang memadai untuk belajar batik, dan untuk melestarikan

budaya bangsa yang salah satunya adalah batik, Dengan keterbatasan sarana

dan prasarana yang ada di sekolah tentunya guru harus melakukan upaya yang

efektif untuk mencapai hasil pembelajaran yang telah ditetapkan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana strategi

pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta yang ditinjau dari pendapat siswa

dan juga tentang hambatan yang di alami oleh siswa didalam pembelajaran

batik.

B. Identifikasi Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka

(16)

pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta. Harapan tercapainya tujuan

penguasaan teknologi batik merupakan tujuan yang harus bisa dicapai oleh

semua pihak yang ada di SMK N 5 Yogyakarta agar bisa membentuk suatu

generasi yang mampu melestarikan batik di Indonesia.

Mengacu pada latar belakang masalah tersebut maka muncul beberapa

permasalahan sebagai berikut

1. Bagaimana siswa mampu menguasai teknik membatik dengan waktu dan

sarana dan prasarana yang ada serta keterbatasan yang ada?

2. Bagaimana pemilihan materi pembelajaran di dalam pembelajaran batik

untuk meningkatkan pencapaian tujuan pembelajaran?

3. Bagaimana pemilihan metode yang digunakan di dalam strategi

pembelajaran batik?

4. Bagaimana penggunaan di dalam pelaksanaan pembelajaran batik?

5. Bagaimana evaluasi yang digunakan guru di dalam pembelajaran batik?

6. Bagaimana pendapat siswa tentang strategi pembelajaran batik?.

7. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran batik?

8. Bagaimana peran atau perilaku yang harus di kuasai dalam pembelajaran

batik untuk mencapai tujuan pembelajaran?

9. Bagaimana hambatan di dalam pelaksanaan pembelajaran batik?

10. Kesesuaian antara materi yang diajarkan dengan perkembangan teknik

(17)

C. Batasan masalah.

Dari identifikaisi masalah dan permasalahan yang berhubungan

dengan strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta dan hal-hal yang

tercakup didalamnya sangat luas, maka perlu adanya pembatasan masalah,

agar dalam penelitian ini lebih terfokus terhadap permasalahan yang akan

diteliti

Penelitian ini dibatasi pada strategi pembelajaran batik dilihat dari

komponen strategi pembelajaran yaitu kegiatan pembelajaran Pendahuluan,

Penyajiian informasi, peran serta siswa, pengetesan, dan kegiatan tindak lanjut

di SMK N 5 Yogyakarta yang dilihat dari sisi pendapat siswa dan hambatan

yang dialami oleh siswa di SMK N 5 Yogyakarta di dalam pembelajaran batik.

D. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan

masalah maka dapat dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian sebagai

berikut :

1. Bagaimana Pendapat siswa kelas I program keahlian Tekstil Kriya tentang

strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta?

2. Apa saja hambatan yang dialami siswa kelas I program keahlian tekstil

kriya di SMK N 5 Yogyakarta didalam pembelajaran batik?

E. Tujuan Penelitian.

Penelitian strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta,

(18)

1. Mengetahui bagaimana pendapat siswa kelas I program keahlian Tekstil

Kriya tentang strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta.

2. Mengetahui apa saja hambatan yang dialami siswa kelas I program

keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta didalam pembelajaran

batik.

F. Manfaat Penelitian.

Dengan adanya penelitian ini dapat diperoleh beberapa manfaat, antara

lain :

1. Bagi lembaga pendidikan.

a. Sebagai bahan informasi bagi lembaga pendidikan tentang strategi

pembelajaran batik yang telah dilakukan di SMK N 5 Yogyakarta

b. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengatasi hambatan di dalam

proses pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta pada masa yang

akan datang

2. Bagi peneliti.

a. Menambah pengalaman di dalam melakukan penelitian.

b. menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti mengenai strategi

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan menambah pengetahuan

dan wawasan di bidang batik.

3. Secara Teoritis.

Dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian yang relevan

(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. DESKRIPSI TEORI.

1. Strategi

Strategi merupakan respons secara terus menerus maupun adaptif

terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan

internal yang dapat mempengaruhi organisasi ( Stainer dan Minner, 1977).

Sedangkan menurut Fredy Tjiptono (2000:3) strategi merupakan cara

dalam memanfaatkan dan menentukan sumberdaya sesuai dengan

perubahan lingkungan guna mencapai tujuan organisasi. Menurut Fredy

Rangkuti (1997:3) strategi adalah proses analisis, perumusan dan

evaluasi–evaluasi strategi–strategi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

strategi merupakan cara dalam mengolah sumberdaya untuk mencapai

tujuan suatu organisasi yang dilakukan dengan cara evaluasi terhadap

kekuatan dan kelemahan internal, dalam pelaksanaanya perlu diadakan

evaluasi untuk mencapai tujuan.

2. Strategi Pembelajaran.

Strategi pembelajaran adalah siasat atau keseluruhan aktifitas yang

dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang sangat

kondusif bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran

menggambarkan keseluruhan prosedur yang sistematis untuk mencapai

(20)

Strategi pembelajaran adalah garis-garis besar haluan untuk

bertindak dalam usaha mencapai sasaran kompetensi dasar. Strategi dapat

dipandang sebagai pola-pola umum kegiatan guru-siswa dalam

mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai kompetensi dasar

tertentu. (www.E-IPScimahi.com).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan strategi

pembelajaran adalah cara atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk

menciptakan suasana yang kondusif didalam kegiatan belajar mengajar

dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.

Strategi pembelajaran merupakan hasil nyata yang digunakan

untuk mengembangkan material pembelajaran, menilai materi yang ada,

merevisi material, dan merencanakan kegiatan pembelajaran. (Drs,

Hamzah Uno, M.Pd, dkk, 2000: 44-45)

Secara umum strategi pembelajaran dapat dikategorikan ke dalam

dua kelompok strategi, yaitu:

1. Strategi yang diarahkan oleh pengajar atau Teacher Directed

Strategies.

2. Stategi yang terpusat pada siswa atau Student Directed Strategies.

Yang termasuk kedalam kelompok strategi yang diarahkan

pengajar antara lain ceramah, tanya jawab, drill dan latihan. Sedangkan

yang temasuk kedalam kelompok strategi yang tepusat pada siswa antara

lain belajar kelompok, penyingkapan yang terbimbing atau Guided

(21)

Dalam menerapkan strategi pembelajaran ada beberapa komponen

yang harus diperhatikan agar dalam kegiatan pembelajaran tercapai tujuan

yang telah ditentukan. Menurut Dick and Carey menyebutkan adanya 5

komponen strategi pembelajaran yaitu kegiatan Pembelajaran

Pendahuluan, Penyajiian Informasi, peran serta siswa, Pengetesan, dan

kegiatan tindak lanjut ( Drs, Hamzah Uno, M.Pd,dkk, 2000: 45):

1. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan.

Kegiatan pembelajaran pendahuluan dianggap peting karena

dapat memotifasi siswa untuk mempelajari mata pelajaran, selain

dapat memotivasi mereka juga akan mendapat petunjuk-petunjuk yang

sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga pada akhir

pembelajaran siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran.(Drs,

Hamzah Uno, M.Pd,dkk, 2000: 45).

Kegiatan utama yang dilaksanakan dalam pendahuluan

pembelajaran ini di antaranya untuk menciptakan kondisi-kondisi awal

pembelajaran yang kondusif, melaksanakan kegiatan apersepsi

(apperception), dan penilaian awal (pre-test). Penciptaan kondisi awal

pembelajaran dilakukan dengan cara: mengecek atau memeriksa

kehadiran peserta didik (presence, attendance), menumbuhkan

kesiapan belajar peserta didik (readiness), menciptakan suasana

(22)

didik, dan membangkitkan perhatian peserta didik. Melaksanakan

apersepsi (apperception) dilakukan dengan cara: mengajukan

pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya

dan memberikan komentar terhadap jawaban peserta didik, dilanjutkan

dengan mengulas materi pelajaran yang akan dibahas. Melaksanakan

penilaian awal dapat dilakukan dengan cara lisan pada beberapa

peserta didik yang dianggap mewakili seluruh peserta didik, bisa juga

penilaian awal ini dalam prosesnya dipadukan dengan kegiatan

apersepsi. (www.smpn4cimahi.blogspot)

Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi

dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri

siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan

arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.

(www.BruderFIC.or.id).

Teknik untuk mendorong motivasi siswa diantaranya dengan

menunjukkan pentingnya atau keuntuganya mempelajari pesan

pembelajaran yang sedang dipelajari, serta kerugianya jika tidak mau

mempelajarinya. Menunjukkan tujuan pmbelajaran yang ingin dicapai.

Mengaitkan pesan pembelajaran dengan pengalaman siswa sehari-hari.

Dan juga mengaitkan materi yang sedang dipelajari dengan topik-topik

(23)

Menurut VM Tri Mulyani (2001:121) cara yang dapat

digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar diantaranya adalah:

a. Memberitahukan tujuan pembelajaran sebelum pelajaran dimulai.

b. Menjelaskan manfaat dan pentingnya materi pelajaran didalam

kehidupan.

c. Menjelaskan hubungan atau kaitan antara materi pelajaran yang

sedang dipelajari dengan materi-materi lain yang sudah dipelajari.

d. Menyajikan garis besar materi.

e. Menjelaskan akibat buruk atau kerugian jika tidak mempelajarinya.

Oemar Hamalik menjelaskan cara mengkomunikasikan materi

dan menimbulkan motivasi siswa didalam pembelajaran yang dikutip

oleh H Martinis Yamin,M.Pd ( 2007:239-240) dapat dilakukan dengan

cara:

a. Mengemukakan tujuan yang hendak dicapai kepada para siswa

agar mendapatkan perhatianya.

b. Tunjukkan hubungan-hubungan, kunci agar siswa benar-banar

memahami apa yang sedang diperbincangkan.

c. Menjelaskan pelajaran secara nyata, diusahakan dengan

menggunakan media intruksional sehingga lebih memperjalas

(24)

d. Hindarkan dari pembicaraan dari hal-hal yang abstrak yang berada

diluar jangkauan fikiran siswa, kecuali menggunakan alatbantu

tertentu.

e. Usahakan siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan agar terjadi

komunikasi secara timbal balik.

2. Penyajiian Informasi.

Penyampaian informasi harus dilakukan karena dengan adanya

penyampaian informasi tersebut siswa akan tahu seberapa jauh materi

pembelajaran yang harus mereka pelajari, disajikan sesuai dengan

urutanya, keterlibatan mereka dalam setiap urutan pembelajaran. ( Drs,

Hamzah Uno, M.Pd,dkk, 2000: 45).

3. Peran Serta Siswa.

Siswa harus diberikan kesempatan berlatih terlibat didalam

setiap langkah pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran sesuai

dengan tujuan pembelajaran, apakah itu dalam bentuk tanya jawab,

mengerjakan soal-soal latihan untuk mencapai tujuan pembelajaran,

semakin terlibat didalam pembelajaran siswa diharapkan akan semakin

baik didalam menerima pelajaran, demikian juga halnya dengan

keterlibatan siswa didalam hal pemberian umpan balik tugas-tugas

siswa akan mempengaruhi terhadap perolehan belajar siswa. ( Drs,

(25)

Keaktivan siswa didalam pembelajaran dapat merangsang dan

mengembangkan bakat, berfikir kritis, dan dapat memecahkan

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, didamping itu pengajar

dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga

dapat merangsang keaktivan siswa didalam proses pembelajaran,

menurut pendapat Mc Keanchie yang dikutip oleh Dalam dimyati

mengemukakan 6 aspek terjadinya keaktivan siswa didalam

pembelajaran ( H Martinis Yamin,M.Pd, 2007:77 ) :

a. Patisipasi siswa didalam menetapkantujuan pembelajaran. b. Tekanan didalam aspek apektif dalam belajar.

c. Partisipasi siswa didalam pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa.

d. Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar.

e. Kebebasan yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan yang penting dalam proses pembelajaran.

f. Pemberian waktu untuk menaggulangi masalah pribadi siswa, baik berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pembelajaran.

( H Martinis Yamin,M.Pd, 2007:84 ) Gagne dan Bringgs

(1979) menjelaskan rangkaian pembelajaran yang dilakukan didalam

kelas meliputi 9 aspek untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasi

siswa, masing-masing diantaranya adalah :

a. Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif didalam kegiatan pembelajaran.

b. Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar) kepada siswa. c. Meningkatkan kompetensi prasyarat.

d. Memberikan stimulus ( masalah, topik, dan konsep ) yang akan dipelajari.

(26)

f. Memunculkan aktivitas dan partisipasi siswa didalam pembelajaran.

g. Memberikan umpan balik.

h. Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.

i. Menimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pelajaran

4. Pengetesan/evaluasi.

Evaluasi hasil belajar menurut Oemar Hamalik (2003:159)

adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan

informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat

keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah

melakukan kegiatan belajar dalam upaya untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan.

Penilaian atau evaluasi merupakan aspek penting dalam proses

belajar mengajar, yang berguna untuk mengukur dan menilai seberapa

jauh tujuan intruksional telah dicapai atau hingga mana mendapat

kemajuan belajar siswa dan bagaimana tingkat keberhasilan sesuai

dengan tujuan intruksional tersebut (Oemar Hamalik, 2003:63-64).

Fungsi penilaian menurut Oemar Hamalik (2003:204). adalah

sebagai berikut:

a. Penilaian membantu siswa merealisasikan dirinya untuk mengubah

atau mengembangkan perilakunya.

b. Penilaian membantu siswa mendapat kepuasan atas apa yang telah

(27)

c. Penilaian membantu guru untuk menetapkan apakah metode mengajar

yang digunakan telah memadai.

Tujuan penilaian menurut Nana Sudjana (1989:4) adalah

sebagai berikut :

a. Mendeskripsikan kemampuan belajar siswa sehingga dapat

diketahui kelebihan dan kekurangan dalam bidang studi atau mata

pelajaran.

b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dalam pengajaran di

sekolah, yaitu seberapa jauh keefektifanya dalam mengubah

tingkah laku para siswa kearah tujuan pendidikan yang

diharapkan.

c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yaitu melakukan

perbaikan dan penyempurnaan dalam program pendidikan dan

pengajaran serta strategi pelaksanaanya.

d. Memberikan pertanggung jawaban dari pihak sekolah kepada

pihak yang berkepentingan.

Menurut Drs, Hamzah Uno, M.Pd,dkk (2000: 46). pengetesan

ada empat macam tes acuan patokan yang bisa digunakan, yaitu: a) tes

tingkah laku masukan; b) pra tes; c) tes sisipan; d) pasca tes. Untuk

pengetesan keempat macam tes acuan tersebut perlu dilakukan kerena

(28)

memberikan umpan balik bagi pengajar untuk memperbaiki, merevisi,

baik material pembelajaran, strategi, maupun strategi pengetesan.

Tes acuan patokan terdiri dari soal-soal yang secara langsung mengukur istilah patokan yang didiskripsikan dalam suatu perangkat tujuan khusus, istilah criteation dipergunakan karena soal-soal tes merupakan rambu-rambu untuk menentukan kelayakan siswa dalam tujuan,maskudnya keberhasilan siswa dalam tes ini menentukan apakah siswa telah mencapai tujaun khusus yang telah ditentukan atau belum. (Drs, Hamzah Uno, M.Pd,dkk, 2000: 42). Tes acuan patokan terdiri dari:

a) Tes tingkah laku masukan/test entry behaviour, merupakan tes acuan patokan untuk mengukur ketrampilan sebagaimana adanya pada permulaan pembelajaran.

b) Pra tes, merupakan tes acuan patokan yang berguna bagi keperluan tujuan –tujuan yang telah dirancang sehingga diketahui sejauh mana pengetahuan anak didik terhadap semua ketrampilan yang berada di atas batas yaitu ketrampilan prasyarat. Maksud dari pretes ini bukanlah untuk menentukan nilai akhir (perolehan belajar) tetapi untuk lebih mengenal profil anak didik berkenaan analisis pembelajaran.

c) Tes sisipan. merupakan tes acuan patokan yang melayani dua nilai penting, yaitu; 1) mengetes setelah satu atau dua tujuan pembelajaran diajarkan, sebelum pasca tes, 2) untuk mengetes kemajuan anak didik, sehingga dapat dilakukan perbaikan (remidial) yang dibutuhkan sebelum pasca tes yang lebih formal. d) Pasca tes, merupakan tes acuan patokan mencakup seluruh tujuan

pembelajaran yang mencerminkan tingkat perolehan belajar, sehingga dengan demikian dapat diidentifikasi bagian-bagian mana diantara tujuan pembelajaran yang belum tercapai.

Kegiatan evaluasi yang dilakukan guru mencakup evaluasi

hasil belajar dan evaluasi pembelajaran sekaligus. Evaluasi disini

merupakan bagian penting dari proses pendidikan, karena dalam

proses pendidikan guru perlu mengetahui seberapa jauh proses

pendidikan telah mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

(29)

pembelajaran merupakan baian integral yang tidak terpisahkan dari

kegiatan pembelajaran atau pendidikan. Evaluasi hasil belajar

menekankan kepada diperolehnya informasi tentang berapa perolehan

siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan, sedangkan

evaluasi pembelajaran merupakan proses sistemastis untuk

memperoleh informasi tentang keefektifan proses pembelajaran dalam

membantu siswa mencapai tujuan pengajaran secara optimal. Dengan

demikian evaluasi hasil belajar menetapkan baik buruknya hasil

kegiatan pembelajaran, sedangkan evaluasi pembelajaran menetapkan

baik buruknya proses dari kegiatan pembelajaran.(lifeskill.blogspot)

5. Kegiatan tindak lanjut.

Kegiatan tindak lanjut harus dilakukan kerena rancangan

pembelajaran dalam mata pelajaran yang dapat dikuasai seluruhnya

oleh siswa diukur pada penguasaan pasca tes, dalam hal ini jika di

bawah 80%, kepada mereka diberikan remidial dan tugas kemudian

diuji kembali sampai dinyatakan lulus. ( Drs, Hamzah Uno, M.Pd,dkk,

2000: 46-47).

Tujaun utama dari kegiatan belajar mengajar adalah agar murid

dapat menguasai bahan –bahan belajar sesuai dengan tujuan-tujuan

yang telah ditetapkan, namun kenyataan menunjukan bahwa setelah

kegiatan belajar mengajar berakhir masih ada saja murid yang tidak

(30)

nilai atau hasil belajar yang lebih rendah dari kebanyakan murid-murid

sekelasnya.( Abdul Majid, 2007:225).

Untuk mengatasi rendahnya tingkat penguasaan materi

pelajaran bisa digunakan program perbaikan, perbaikan merupakan

bentuk khusus dari pengajaran yang diberikan kepada seseorang atau

beberapa orang murid yang mengalami kesulitan belajar. (Abdul

Majid,2007:236)

Cara yang digunakan dalam kegiatan program perbaikan ini

guru tidak perlu lagi menggunakan banyak metode ceramah atau

diskusi dalam menyajikan bahan pelajaran kepada murid, guru juga

tidak perlu lagi mengulang mengajarkan bahan ajar yang telah

disampaikan, pengajaran dipusatkan kepada kompetensi dasar dan

bahan-bahan pelajaran yang belum dikuasai oleh murid, dengan jalan

memberikan memberikan penjelasakan seperlunya, mengadakan tanya

jawab, demonstrasi, latihan, pemberian tugas dan evaluasi. ( Abdul

Majid, 2007:237).

3. Pembelajaran.

a. Pengertian pembelajaran.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses

(31)

serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata

lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat

belajar dengan baik. (www.wikipipedia.org)

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif

permanen sebagai akibat dari latihan atau pengalaman. Perubahan tingkah

laku sebagai hasil belajar memiliki pengertian yang luas, bisa berupa

keterampilan fisik, verbal, intelektual, maupun sikap.

(www.elearning-po.unp.ac.id)

Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu

dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalamn

yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk

memperoleh tujuan tertentu. (www.husniabdillah.multiply.com)

Arief S Sadiman (1990:1) mengemukakan bahwa belajar

merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang

dan berlangsung seumur hidup. Belajar adalah suatu proses perubahan

tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaaan dan

penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan

kecakapan dasar yang terdapat dalam bidang studi atau lebih luas lagi

(Rochman Natawidjaja, 1997:155).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pengertian pembelajaran adalah suatu pemindahan pengetahuan dari

pendidik kepada peserta didik yang dilakukan secara terprogram dalam

(32)

mengajar, metode, media serta evaluasi dengan tujuan untuk

meningkatkan kemampuan menerima pelajaran.

b. Pelaksanaan Pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi antara guru dengan

murid dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran ( Winarno Surakhmad, 1987:217).

Pelaksanaan pembelajaran adalah proses berlangsungnya belajar

mengajar dikelas yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah.

Dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat tiga tahapan pokok yang

dilakukan guru dalam mengajar. Menurut Nana Sudjana (1989:147)

tahapan pelaksanaan pembelajaran secara umum meliputi :

a. Tahapan pra intruksional.

Tahapan ini merupakan tahapan yang ditempuh guru saat memulai

proses pembelajaran, tujuan tahapan pra intruksional ini adalah

mengungkap kembali tanggapan siswa terhadap materi yang yang

telah diterima dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubunganya

dengan pelajaran yang akan disampaikan.

b. Tahapan intruksional.

Tahapan ini merupakan tahapan inti dari kegiatan belajar mengajar

yaitu tahapan memberikan bahan pelajaran yang telah dipersiapkan

oleh guru.

c. Tahapan evaluasi dan tindak lanjut adalah tahap untuk mengetahui

(33)

Komponen utama yang harus dipenuhi dalam proses balajar

mengajar adalah tujuan, bahan, metode, alat dan penilaian (Nana Sudjana,

1989:30). Menurut Brings dan Wager yang dikutip oleh Atwi Suparman

(1997:34) mengungkapkan pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai

berikut :

1. Urutan kegiatan intruksional yaitu, urutan pengajaran dalam

menyampaikan isi pelajaran kepada peserta didik.

2. Metode Intruksional, yaitu cara pengajar mengorganisasikan materi

pelajaran dan siswa agar terjadi proses belajar mengajar yang efektif

dan efisien.

3. Media Intruksional yaitu peralatan atau bahan intruksional yang

digunakan oleh pengajar dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

4. Waktu yang digunakan oleh pengajar dan siswa dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran adalah langkah yang dilakukan oleh

guru setelah melakukan persiapan pembelajaran, dalam mempersiapan

pembelajaran guru harus memperhatikan komponen-komponen

pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran menurut Syaiful dan

Aswan (1997) adalah tujuan pembelajaran, bahan pelajaran/materi

pelajaran, guru, siswa, metode pembelajaran, media/alat pembelajaran,

situasi/lingkungan, evaluasi pembelajaran.

(34)

Tujuan merupakan cita-cita yang ingin dicapai dalam pelaksanaan

suatu kegiatan. Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan

komponen utama yang harus ditetapkan dalam proses pembelajaran dan

berfungsi sebagai indikator keberhasilan pembelajaran. Dalam pendidikan

tujuan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk

memberikan suatu hasil yang diharapkan dari siswa atau subjek belajar

(Sardiman, 1990: 57).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

tujuan pembelajaran adalah segala sesuatu yang ingin diperoleh atau

dicapai dalam proses belajar mengajar.

Tujuan mengajar adalah tujuan yang bersifat operasional. Menurut

Prof. Dr. Oemar Hamalik (2003: 90-91) tujuan pembelajaran harus

memiliki kriteria sebagai berikut :

a. Tujuan itu bertitk tolak dari perubahan tingkah laku siswa, artinya

dalam tujuan hendaknya, terkandung dengan jelas tingkah laku atau

aspek kelakuan apa yang diharapkan berubah setelah pelajaran

berlangsung, sebagai pedoman dapat digunakan sebagai aspek tingkah

laku sebagai berikut: pengetahuan apa yang hendak diperoleh,

pengertian-pengertian apa yang hendak diperoleh,

pengertian-pengertian apa yang hendak dikembangkan dan sebagainya.

b. Tujuan harus dirumuskan se khusus mungkin. Artinya, tujuan harus

diperinci sedemikian rupa agar lebih jelas apa yang ingin dicapai dan

(35)

khusus guru akan lebih mudah untuk mencapai tujuan, menentukan

kegiatan-kegiatan, dan untuk menilainya.

c. Tujuan dirumuskan secara sederhana, singkat tapi jelas. Maksudnya

agar lebih mudah dipahami agar tidak mengakibatkan kebingunan.

d. Tujuan dapat dicapai dalam waktu yang singkat, tujuan harus dapat

dicapai dalam waktu yang telah disediakan dalam kegiatan

pembelajaran, sehingga guru dapat mengevaluasi tujuan yang ingin

dicapai.

e. Perumusan tujuan pembelajaran jangan disatukan dengan kegiatan

mencapai tujuan.

Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran secara praktis adalah

perincian tujuan umum sampai pada taraf tujuan menjadi rangkaian

tujuan-tujuan khusus. Sifat tujuan-tujuan khusus harus dapat diukur dan dinilai. Taraf

pencapaian tujuan pembelajaran serta menilai setiap aspek perubahan

tingkah laku yang diharapkan terjadi, dalam merumuskan tujuan khusus

pembelajaran harus ditinjau dan dipusatkan pada tingkah laku peserta

didik dan harus realistik.

Tujuan memiliki nilai yang sangat penting di dalam pengajaran,

nilai-nilai tujuan pengajaran diantaranya adalah sebagai berikut.

(Prof.Dr.Oemar Hamalik, 2003:80-81):

a. Tujuan pembelajaran mengarahkan dan membimbing kegiatan guru

(36)

yang jelas maka semua usaha dan pemikiran guru tertuju kepada arah

pencapaian tujuan pembelajaran.

b. Tujuan pendidikan memberikan motivasi kepada guru dan siswa.

Tujuan yang baik adalah tujuan yang bisa mendorong

kegiatan-kegiatan guru dan siswa. Berkat dorongan itu maka usaha pendidikan

dan pengajaran akan berlangsung dengan lebih cepat, lebih efisien, dan

lebih memberikan kemungkinan untuk berhasil, tujuan dalam hal ini

adalah motifasi positif yang dirangsang dari luar.

c. Tujuan pendidikan memberikan pedoman atau petunjuk kepada guru

dalam rangka memilih dan menentukan metode mengajar atau

menyediakan lingkungan belajar bagi siswa. Dengan penentuan

metode belajar yang tepat berarti akan menjamin pencapaian hasil

belajar yang memadai bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa.

d. Tujuan pendidikan penting maknanya dalam rangka memilih dan

menentukan alat peraga pendidikan yang akan digunakan.

e. Tujuan pendidikan penting dalam menentukan teknik/alat penilaian

guru terhadap hasil belajar siswa. Penilaian ini bertujuan untuk

mengetahui tujuan pendidikan yang telah dicapai dan dalam hal apa

siswa memerlukan perbaikan.

2. Bahan pelajaran/materi pembelajaran.

Bahan pelajaran adalah subtansi yang disampaikan didalam proses

belajar mengajar, penguasaan meteri merupakan hal yang sangat

(37)

penguasaan materi pelajaran sebaik mungkin guru akan dapat mengajar

atau membuat perencanaan pembelajaran dan juga mengadakan variasi

cara penyampaian pembelajaran dengan baik.

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rifai (1990:3) bahan pelajaran

adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri dari fakta prinsip,

generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum dan

dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.

3. Guru/Pengajar.

Guru merupakan tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu

pengetahuan kepada siswa ditempat belajar. Dengan demikian didalam

proses belajar mengajar terdapat interaksi sosial antara guru dan siswa,

dimana masing-masing pihak saling aktif dan saling berinteraksi agar

proses belajar mengajar dapat memberikan hasil yang diharapkan kepada

guru maupun siswa harus memiliki kesiapan, sikap, kemauan dan

kemampuan yang mendukung proses belajar mengajar (Uzer Usman,

1992).

Tanggung jawab guru ialah merencanakan dan menuntun murid

untuk melakukan kegiatan belajar guna pertumbuhan perkembangan yang

diinginkan, guru harus membimbing murid agar mereka memperoleh

ketrampilan-ketrampilan, pemahaman, perkembangan sebagai

kemampuan, kebiasaan-kebiasaan yang baik dan perkembangan mental

yang baik (Prof.Dr.Oemar Hamalik, 2003).

(38)

Menurut Sutari I B (1995:38-39) anak didik dalam pengertian

pendidikan pada umumnya adalah tiap orang atau sekelompok orang yang

menerima pengaruh seseorang atau sekelompok orang yang akan

menjalankan kegiatan pendidikan.

Keterlaksanaan proses belajar mengajar oleh siswa menurut Nana

Sudjana (1995:60) dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut :

a. Siswa dapat memahami dan mengikuti petunjuk guru.

b. Seluruh siswa turut serta dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Tugas-tugas belajar atau praktik dapat diselesaikan sebagai mana

mestinya.

5. Metode Pembelajaran.

Menurut Muhibin Syah (2001:202) metode mengajar adalah cara

yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kepada siswa, ada

tiga cara yang dianggap representatif dan dominan digunakan dalam

pendidikan formal yaaitu metode ceramah, metode demonstrasi dan

metode diskusi

Nana Sudjana (1987:76) mengemukakan bahwa metode mengajar

adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan

siwa pada saat berlangsungnya pelajaran.

Menurut Nana Sudjana (1987:77) dasar-dasar proses belajar

mengajar mengkategorikan metode-metode mengajar yang digunakan

dalam proses belajar menggunakan sistematika sebagai berikut:

(39)

Metode ceramah adalah metode dengan cara menyampaikan materi

pelajaran secara lisan, penggunaan metode ini harus dipersiapkan

secara baik dan didukung alat dan media yang tepat serta

memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaanya.

b. Metode Tanya jawab.

Yaitu metode pengajaran langsung yang memungkinkan terjadinya

komunikasi dua arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara

guru dan siswa.

c. Metode diskusi

Metode ini pada dasarnya adalah tukar menukar pendapat dan

unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan tujuan mendapatkan

pengertian yang sama dan jelas serta lebih teliti tentang suatu atau

untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.

d. Metode kerja kelompok.

Mengandung pengertian bahwa setiap siswa dalam satu kelas

dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi

atas kelompok kecil.

e. Metode demonstrasi dan eksperimen.

Medote ini merupakan metode belajar yang membantu siswa untuk

menenmukan jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta ( data )

yang benar.

(40)

Metode belajar yang berbentuk pelaksanaan tugas membaca atau

penelitian oleh siswa tanpa bimbingan pengajaran khusus dari guru.

g. Metode praktikum.

Metode belajar praktikum berbentuk tugas kepada siswa untuk

menyelesaikan suatu proyek dengan berpraktik dan menggunakan

instrumen tertentu.

h. Metode problem solving.

Metode ini bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga

merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving

dimulai dari mencari data sampai kepada tahap menarik kesimpulan.

6. Media/Alat Pembelajaran.

Media pembelajaran adalah suatu alat, bahan ataupun berbagai

macam komponen yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk

menyampaikan pesan dari pemberi pesan kepada penerima pesan untuk

memudahkan penerima pesan menerima suatu

konsep.(www.infoskripsi.com)

Menurut Mudlofir (1999:82) media adalah alat yang digunakan

oleh guru dalam mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran

yang disampaikan kepada siswa dan mencegak adanya verbalisme kepada

siswa. Sedangkan menurut E Deconte (1999:282) mengemukakan bahwa

media pembelajaran adalah suatu sarana non personal (bukan manusia)

(41)

peranan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan

intruksional,

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan untuk memperlancar

kegiatan belajar mengajar yang digunakan untuk mencapai tujuan

intruksioanal pembelajaran.

Dalam memilih media pembelajaran menurut Nana Sudjana dan

Ahmad Rivai (2002:5) harus diperhatikan beberapa hal, diantaranya

adalah:

a. Ketepatan dengan media pembelajaran.

b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran.

c. Kemudahan guru dalam memilih media.

d. Ketrampilan guru dalam memilih media.

e. Tersedianya waktu dalam menggunakan media.

Menurut W S Winkel (2000:287) media pembelajaran di

kategorikan berdasarkan sistematika sebagai berikut :

a. Media media visual yang tidak menggunakan proyeksi, misalnya :

papan tulis, dan buku pelajaran.

b. Media visual yang menggunakan proyeksi.

c. Media auditif seperti kaset yang berisikan ceramah atau wawancara

dengan seseorang, kaset musik dan siaran radio.

d. Media kombinasi visual auditif yang diciptakan sendiri seperti

(42)

7. Evaluasi Pembelajaran.

Evaluasi hasil belajar menurut Oemar Hamalik (2003:159) adalah

keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi),

pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan

tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan

kegiatan belajar dalam upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan.

Penilaian atau evaluasi merupakan aspek penting dalam proses

belajar mengajar, yang berguna untuk mengukur dan menilai seberapa

jauh tujuan intruksional telah dicapai atau hingga mana mendapat

kemajuan belajar siswa dan bagaimana tingkat keberhasilan sesuai dengan

tujuan intruksional tersebut (Oemar Hamalik, 2003:63-64).

Fungsi penilaian menurut Oemar Hamalik (2003:204). adalah

sebagai berikut:

a. Penilaian membantu siswa merealisasikan dirinya untuk mengubah

atau mengembangkan perilakunya.

b. Penilaian membantu siswa mendapat kepuasan atas apa yang telah

dikerjakanya.

c. Penilaian membantu guru untuk menetapkan apakah metode mengajar

yang digunakan telah memadai.

Tujuan penilaian menurut Nana Sudjana (1989:4) adalah sebagai

(43)

a. Mendeskripsikan kemampuan belajar siswa sehingga dapat diketahui

kelebihan dan kekurangan dalam bidang studi atau mata pelajaran.

b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dalam pengajaran di

sekolah, yaitu seberapa jauh keefektifanya dalam mengubah tingkah

laku para siswa kearah tujuan pendidikan yang diharapkan.

c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yaitu melakukan perbaikan

dan penyempurnaan dalam program pendidikan dan pengajaran serta

strategi pelaksanaanya.

d. Memberikan pertanggung jawaban dari pihak sekolah kepada pihak

yang berkepentingan.

4. Batik.

Menurut bahasa Jawa kata batik berasal dari kata ‘ambatik’, yaitu

kata ‘amba’ yang berarti menulis dan akhiran ‘tik’ yang berarti titik kecil,

tetesan, atau membuat titik. Jadi batik mempunyai arti menulis atau

melukis titik.Tetapi secara esensial batik diartikan sebagai sebuah proses

atau teknik menahan warna dengan menggunakan lilin malam. Artinya,

batik adalah sebuah proses menahan warna memakai lilin malam secara

berulang-ulang diatas kain. Lilin malam yang digunakan sebagai penahan

dan mencegah agar warna tidak meyerap diatas kain didaerah yang ditutup

dengan lilin malam tersebut. Lilin tersebut juga dapat berfungsi sebagai

pembentuk motif dan corak pada batik tersebut (www.alhadi.com)

Secara umum batik dikelompokkan menjadi batik tulis dan batik

(44)

1. Tahap pertama atau disebut juga proses pembatikan pertama, yaitu pembuatan pola dan motif yang dikehendaki diatas kain putih (sutera) dilukis dengan pensil.

2. Tahap kedua, melukis dengan lilin malam menggunakan canting dengan mengikuti pola tersebut pada kedua sisi (bolak-balik).

3. Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna).

4. Tahap berikutnya, proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu

5. Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.

6. Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama.

7. Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua. 8. Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut

dengan cara meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku. 9. Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali

proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting) untuk menahan warna pertama dan kedua.

10. Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.

11. Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai. (www.alhadi.com)

Batik cetak atau yang disebut juga dengan batik cap, merupakan

proses pembatikan yang menggunakan cap atau alat cetak atau stempel

yang terbuat dari tembaga dan pada cap tersebut telah terpola batik.

Sehingga proses pembatikan cetak (cap) ini dapat jauh lebih cepat dan

mudah. Untuk pengerjaan batik ini dapat diproduksi secara banyak dan

juga hanya diperlukan waktu satu minggu untuk menyelesaikan proses

pembatikan ini. tahapan-tahapan dalam proses pembutan batik cetak

adalah sebagai berikut:

(45)

dengan dicap/dicetak. Dengan mencelupkan alat cap tersebut ke lilin panas dan kemudian ditekan pada kain.

2. Tahap selanjutnya yaitu, proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu.

3. Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.

4. Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama.

5. Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua. 6. Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut

dengan cara meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku. 7. Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali

proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting) untuk menahan warna pertama dan kedua.

8. Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.

9. Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai. (www.alhadi.com)

B. Kerangka berfikir.

Pelaksanaan pembelajaran merupakan sebuah proses dimana seorang

guru memberikan pengetahuan kepada peserta didik, didalam pelaksanaanya

terdapat interaksi belajar antara guru dan peserta didik yang merupakan inti

dari pelaksanaan pembelajaran.

Di dalam mencapai tujuan pembelajaran guru dan peserta didik harus

saling berkerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan. Untuk mencapainya perlu adanya strategi pembelajaran untuk

mempermudah di dalam mencapai tujuan tersebut.

Pembelajaran merupakan suatu prosedur penciptaan kondisi belajar

yang memungkinkan proses belajar mengajar berlangsung dengan mudah,

(46)

strategi pembelajaran. Kualitas pembelajaran dapat dipengaruhi oleh strategi

pembelajaran yang digunakan. Strategi pembelajaran menjadi efektif bila

dikelola secara baik dan benar. semakin baik penerapan stategi pembelajaran

semakin baik pula pencapaian hasil belajar( Dr.Hj. Teuku Zahara

Djaafar,M.Pd,2001:87) Di dalam menerapkan strategi pembelajaran perlu

diperhatikan komponen strategi pembelajaran yaitu kegiatan pembelajaran

pendahuluan, penyajian informasi, peran serta siswa, pengetesan, dan

kegiatan tindak lanjut.

Komponen strategi pembelajaran pendahuluan dilakukan karena dapat

memotifasi siswa untuk mempelajari mata pelajaran, selain dapat memotivasi

mereka juga akan mendapat petunjuk-petunjuk yang sesuai untuk mencapai

tujuan pembelajaran, sehingga pada akhir pembelajaran siswa dapat

menguasai tujuan pembelajaran.

Pada komponen strategi pembelajaraa penyajian informasi dilakukan

karena dengan adanya penyampaian informasi tersebut siswa akan tahu

seberapa jauh materi pembelajaran yang harus mereka pelajari, disajikan

sesuai dengan urutanya, keterlibatan mereka dalam setiap urutan

pembelajaran

Sedangkan pada komponen strategi pembelajaran peran serta siswa,

dengan diberikanya kesempatan siswa di dalam pembelajaran dapat

merangsang dan mengembangkan bakat, berfikir kritis dan juga memberikan

kesempatan siswa untuk berlatih terlibat di dalam setiap langkah

(47)

Komponen strategi pembelajaran pengetesan dilakukan karena

berguna untuk mengukur dan menilai seberapa jauh tujuan intruksional telah

dicapai atau mendapat kemajuan belajar siswa, pengetesan juga berfungsi

untuk membantu siswa merealisasikan dirinya untuk mengubah atau

mengembangkan perilakunya, membantu siswa mendapat kepuasan atas apa

yang telah dikerjakanya dan pengetesan juga membantu guru untuk

menetapkan apakah metode mengajar yang digunakan telah memadai.

Komponen strategi pembelajaran kegiatan tindak lanjut dilakukan

karena tujuan utama dari kegiatan belajar mengajar adalah agar siswa dapat

menguasai bahan –bahan belajar sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan, namun kenyataan menunjukan bahwa setelah kegiatan belajar

mengajar berakhir masih ada saja murid yang tidak menguasai materi

pelajaran yang baik sebagaimana tercermin didalam nilai atau hasil belajar

yang lebih rendah dari kebanyakan murid-murid sekelasnya. Oleh karena itu

kegiatan tindak lanjut perlu dilakukan oleh guru.

Oleh karena itu kelima aspek strategi pembelajaran perlu diperhatikan

sehingga perlu ditanyakan kepada siswa bagaimana pendapat mereka tentang

strategi pembelajaran yang dilakukan dan apa saja hambatan yang dialami

(48)

C. Pertanyaan Penelitan.

1. Bagaimana Pendapat siswa kelas I program keahlian tekstil kriya tentang

strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta?

2. Apa saja hambatan yang dialami siswa kelas I program keahlian tekstil

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian tentang strategi pembelajaran batik kelas pada siswa kelas I

program keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta merupakan penelitian

deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan pada variabel mandiri tanpa

membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain (Sugiyono,

2006:11). Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis

tertentu, tetapi hanya apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian dengan tujuan mendeskripsikan

atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau

populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat

kesimpulan. (Suharsimi Arikunto, 1995:310).

Jadi penelitian deskriptif merupakan penelitian untuk mendeskripsikan

tentang obyek yang diteliti sebagaimana adanya dan berlaku pada saat itu

pula, sehingga hasil penelitian saat ini belum tentu sama dengan penelitian

yang akan datang. Hal ini sesuai dengan data sampel atau populasi yang akan

diteliti dan tidak membuat kesimpulan secara umum.

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN.

Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 5 Yogyakarta beralamatkan di

Jl. Kenari No.71 Yogyakarta, waktu penelitian dilaksanakan pada bulan

(50)

tempat penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa SMK N 5 Yogyakarta

adalah salah satu SMK yang telah lama berdiri dan juga memberikan pelajaran

batik sebagai salah satu pelajaran di jurusan tekstil kriya.

C. DEFINISI ISTILAH PENELITIAN.

Definisi penelitian dalam penelitian strategi pelaksanaan pembelajaran

Batik di SMK N 5 Yogyakarta adalah sebagai berikut :

1. Strategi Pembelajaran.

Strategi pembelajaran adalah siasat atau keseluruhan aktifitas yang

dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang

kondusif bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran

yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah komponen strategi

pembelajaran yang meliputi : kegiatan Pembelajaran Pendahuluan,

Penyajiian Informasi, Paran serta Siswa, Pengetesan dan kegiatan tindak

lanjut.

2. Pelaksanaan Pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi antara guru dengan

murid dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran (Winarno Surakhmad, 1987:217). Tahapan

pelaksanaan pembelajaran dibagi menjadi tiga yaitu : tahapan pra

intruksional, tahapan intruksional dan tahapan evaluasi dan tindak lanjut

3. Batik.

Batik adalah sebuah proses menahan warna memakai lilin malam

(51)

penahan dan mencegah agar warna tidak meyerap diatas kain didaerah

yang ditutup dengan lilin malam. (www.alhadi.com)

D. POPULASI DAN SAMPEL.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek

yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono,1996:89).

Sedangkan sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh polulasi tersebut, (Sugiyono,1996:90). Polulasi didalam

penelitian ini adalah seluruh murid kelas I program keahlian Tekstil Kriya

SMK N 5 Yogyakarta yang mengikuti pembelajaran batik yang terdiri dari

satu kelas yang didalam kelas tersebut terdapat murid sebanyak 36 murid.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah menggunakan

teknik sampel jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel, istilah lain yang digunakan untuk sampel

jenuh adalah sensus dimana semua anggota populasi dijadikan sampel

(Sugiyono,2004:61).

E. METODE PENGUMPULAN DATA.

Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data penelitian ( Sugiyono, 2006:23). Agar metode

yang digunakan tepat, maka perlu disesuaikan dengan jenis data yang

diperlukan, Bila dilihat dari teknik pengumpulan data, maka teknik

pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner

(52)

digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah adalah

kuesioner (angket). Kuesioner (angket) adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau penyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2006:158).

Dalam penelitian ini metode kuesioner (angket) digunakan untuk

mengungkap data tentang strategi pembelajaran batik pada siswa kelas I

Program Keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta, yang meliputi

pendapat siswa tentang strategi pembelajaran batik, dan juga untuk

mengetahui hambatan yang ada didalam pembelajaran batik.

F. INSTRUMENT PENELITIAN.

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik semua fenomena

ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2006:114). Instrumen penelitian

dapat diwujudkan kedalam benda misalnya angket (quetionnere), daftar cocok

(chek list), alat pedoman wawancara (interview guide dan interview scadule),

lembar pengamatan atau panduan pengamatan (observation sheet atau

observation scadule), soal tes, inventori (Suharsimi Arikunto, 2002:136).

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

angket (quetionnere), yang ditujukan kepada responden yaitu siswa kelas I

kriya tekstil SMK N 5 Yogyakarta yang menempuh mata pelajaran batik.

Pedoman angket ini berisi pernyataan-pernyataan untuk ditanggapi oleh siswa.

(53)

list yang sesuai dengan butir pernyataan. Adapun kisi-kisi instrumen

penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel I. Kisi - Kisi Instrumen Penelitian strategi pembelajaran batik pada siswa kelas I kriya tekstil di SMK N 5 Yogyakarta

Variabel Sub Variabel Nomer soal Jumlah

Item

3. Peran serta siswa.

4. Pengetesan.

Untuk mengolah data dan menganalisa data yang diperoleh disediakan

alternatif jawaban dari setiap item, altenatif jawaban disesuaikan dengan skala

Likert, dimana jawaban diberi bobot 1 sampai dengan 4.

Tabel II : skor jawaban dan kriteria penilaian.

Alternatif Jawaban Skor

Positif Negatif

Selalu (SL) 4 1

Sering (SR) 3 2

Jarang (JR) 2 3

(54)

Untuk variabel hambatan yang dialami oleh siswa didalam

pelaksanaan pembelajaran batik digunakan skala pengukuran Guttman.

Penggunaan skala Guttman ini dimaksudkan untuk menggunakan jawaban

yang tegas tentang hambatan yang dialami oleh siswa kelas I kriya tekstil

SMK N 5 Yogyakarta. Skala pengukuran dengan skala Guttman akan

menggunakan pilihan jawaban “ Ya-Tidak”. Dimana jawaban diberi bobot 0

sampai dengan 1. ( Sugiyono, 2006: 139).

Tabel III : skor jawaban dan kriteria penilaian.

Alternatif jawaban Bobot jawaban

Ya 1

Tidak 0

Pemberian bobot penelitian tersebut digunakan untuk menjaring data

yang diperoleh dari responden, selanjutnya dianalisa menggunakan

rumus-rumus statistik yang digunakan dalam teknik analisa data.

G. UJI COBA INSTRUMEN.

Di dalam uji coba instrumen yang dilakukan adalah mengetahui

validitas dan reliabiltas instrumen. Uji coba instrumen dilakukan dengan cara

mengambil subyek di luar anggota populasi yang mempunyai banyak

persamaan dengan subek penelitian. Adapun sebagai responden didalam uji

coba adalah siswa kelas I program keahlian Tekstil Kriya SMK N 2 Bantul

Yogyakarta sejumlah 30 siswa. Adapun pemilihan responden dikarenakan

(55)

adalah guru yang mengajar sama dengan yang mengajar di SMK N 5

Yogyakarta.

1. Uji Validitas.

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

kevalidan atau kesahihan instrunmen (Suharsimi Arikunto, 2002:144).

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

akan diukur dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara

tepat. Validitas menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkanya

hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil.

Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas konstruksi

(costruc validity), untuk menguji validitas konstruksi dapat digunakan

pendapat dari ahli, setelah pengujian kostruksi dari ahli selesai maka

diteruskan dengan uji coba instrumen, instrumen tersebut diuji cobakan

kepada sampel penelitian, jumah sampel yang digunakan sekitar 30 orang.

Setelah data ditabulasikan maka pengujian validitas konstruksi dialakukan

dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item

instrumen menggunakan rumus product moment, (Sugiyono,

2006:271-272).

r : Koefisien korelasi antara x dan y

N : Jumlah responden

(56)

y : Jumlah skor total

 

2

x : Jumlah kuadrat skor butir

 

2

y : Jumlah kuadrat skor total ( Suharsimi Arikunto, 2002:171).

Kriteria pengujian suatu butir dikatakan sahih apabila koefisien

korelasi (xy) berharga positif dan lebih besar dari harga tabel pada taraf

signifikan 5 %. Dalam pengujian validitas instrumen dilakukan dengan

menggunakan bantuan komputer program SPSS 12.

Dari hasil perhitungan uji validitas diketahui bahwa dari 51 butir

pertanyaan setelah diujicobakan, terdapat dua item soal yang gugur yaitu

item no.35 dan no.51. Butir yang gugur pada uji coba instrumen tidak

digunakan dalam pengambilan data karena sudah ada butir soal lain yang

mewakili sehingga tidak perlu diganti lagi.

2. Uji Reliabilitas.

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul

data karena instrumen tersebut sudah baik.(Suharsimi Arikunto,

2002:154).

Reliabilitas didalam penelitian ini mengunakan reliabilitas internal

yang diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali pengetesan

(Suharsimi Arikunto, 1993). Adapun teknik mencari reliabilitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah rumus Alpha Cronbach, alasan

penggunaan rumus tersebut karena jawaban instrumen bersifat gradasi

Gambar

Tabel II :  skor jawaban dan kriteria penilaian.
Tabel III :  skor jawaban dan kriteria penilaian.
Tabel IV. Pengelompokan kecenderungan skor rata-rata.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi pendapat siswa kelas I program keahlianTekstil Kriya tentang strategi pembelajaran batik  di SMK N 5Yogyakarta.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Uji statislik yang diguna!<an dalam penelitlan ini adalah ujl lttsl untuk mengetahul perbedaan hasil belajar fisika siswa antara yang diajar menggunakan metode

Service climate akan semakin kuat apabila semua elemen dalam perusahaan khususnya karyawan yang secara langsung berhubungan dengan pelanggan dapat menciptakan dan

Melalui Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK- BLU), Rumah Sakit Daerah Kalisat diharapkan mampu meningkatkan kinerja pelayanannya kepada masyarakat

[r]

  Keywords: Jaringan Komunikasi, Pedagang Emas, Teori Informasi, Harga Jual Beli Perhiasan 

In conclusions, a case of penetrating skull injury in a 5-year-old girl caused by a pair of scissors has been reported.. The patient was admitted, operated, and discharged from our

With formed into a Koperasi production unit hopes to further improve the quality of production, able to compete in the market, and able to provide welfare for

Melaksanakan penyusunan, penetapan, pelaksanaan dan pencapaian Standar Pelayanan Minimal dalam upaya peningkatan pemberian pelayanan dasar kepada masyarakat di masing-masing