SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh : Deny Tirtana
035824013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA
FAKULTAS TEKNIK
Kelas I Program Keahlian Tekstil Kriya SMK N 5 Yogyakarta”ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 4 Juli 2008 dan
dinyatakan lulus.
DEWAN PENGUJI
Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal
Prapti Karomah, M.Pd Ketua Penguji ………... - 7 - 2008
Dr. Sri Wening Sekretaris ………... - 7 - 2008
Kapti Asiatun, M.Pd Penguji ………... - 7 - 2008
Yogyakarta, Juli 2008 Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Program Keahlian Tekstil Kriya SMK N 5 Yogyakarta” ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diujikan.
Yogyakarta, juni 2008
Pembimbing
NIM : 035824013
Prodi : Pendidikan Teknik Busana
Jurusan : PTBB
Judul : Strategi Pembelajaran Batik Pada Siswa Kelas I Program
Keahlian Tekstil Kriya SMK N 5 Yogyakarta
Menyatakan bahwa penelitian ini merupakan hasil pekerjaan sendiri dan
sepanjang pengetahuan penulis tidak mengandung materi yang telah
dipublikasikan atau ditulis orang lain yang telah dipergunakan sebagai persyaratan
dalam menyelesaikan studi pada Universitas Negeri Yogyakarta atau Perguruan
Tinggi lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan
yang lazim.
Yogyakarta, juni 2008
Yang Menyatakan,
035824013 ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :1) Pendapat siswa kelas I program keahlian Tekstil Kriya tentang strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta, 2) Apa saja hambatan yang dialami siswa kelas I program keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta di dalam pembelajaran batik.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan teknik persentase. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I program keahlian tekstil kriya SMK N 5 Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampel jenuh atau teknik sampel sensus. Sampel penelitian berjumlah 36 siswa, teknik pengumpulan data menggunakan angket dengan menggunakn skala Likert dan skala Gutman. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan persentase.
dengan judul “Strategi Pembelajaran Batik Pada Siswa Kelas I Program Keahlian
Tekstil Kriya SMK N 5 Yogyakarta”. Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu tugas akhir sebagai persyaratan guna memperoleh gelar
sarjana pendidikan teknik.
Atas terselesaikannya penyusunan Skripsi ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang senantiasa memberikan bantuan,
bimbingan, dan pengarahan serta kerjasama, ucapan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Bapak Prof. Sugeng Mardiyono, Ph.D, selaku Rektor Universitas Negeri
Yogyakarta
2. Bapak Wardan Suyanto, Ed.D, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta
3. Ibu Dr. Sri Wening, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Boga
Busana Universitas Negeri Yogyakarta
4. Ibu Emy Budiastuti, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
memberikan banyak pengarahan.
5. Ibu Prapti Karomah, M.Pd , selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan
sabar memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat, dan semangat dalam
skripsi ini.
Penyusun menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna sesuai
yang diharapkan, besar harapan penulis semoga skripsi ini mempunyai nilai yang
bermanfaat bagi penulis dan semua pembaca yang memerlukannya.
Yogyakarta, Juni 2008
HALAMAN PENGESAHAN... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
SURAT PERNYATAAN ... iv
PERSEMBAHAN... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah………..………... 1
B.Identifikasi Masalah……….…... 3
C. Batasan Masalah………... 5
D.Rumusan Masalah……….………... 5
E.Tujuan Penelitian………... 5
F. ManfaatPenelitian………..…...………... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori...………...…. 7
1. Strategi...….………... 7
2. Strategi Pembelajaran………... 7
3. Pembelajaran……..………... 18
a. Pengertian Pembelajaran... 18
b. Pelaksanaan pembelajaran... 20
1. Tujuan pembelajaran... 21
2. Bahan/materi pelajaran... 24
3. Guru/pengajar... 25
4. Siswa/peserta didik... 25
5. Metode Pembelajaran... 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian………... 37
B. Tempat dan Waktu Penelitian.……….. 37
C. Difinisi Operasional Penelitian.……… 38
1. Strategi…………..………...………. 38
2. Pelaksanaan Pembelajaran……… 38
3. Batik………. 38
D. Populasi dan Sampel….………... 39
E. Metode Pengumpulan Data….……….……….... 39
F. Instrumen Penelitian………... 40
G. Uji Coba Instrumen………... 42
a. Uji validitas... 43
b. Uji reabilitas... 44
H. Teknik Analisis Data….………... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian………. 48
B. Pembahasan Hasil Penelitian... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71
B. Implikasi ... 75
C. Saran-saran...75
Tabel 4. Pengelompokan kecenderungan skor rata-rata ... 47 Tabel 5. Distribusi Frekuensi pendapat siswa kelas I program keahlian tekstil kriya tentang strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta... 48
Tabel 6. Kategori kecenderungan pendapat siswa kelas Iprogram keahliantekstil
kriyatentang strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta 49 Tabel 7. Distribusi Frekuensi Strategi pembelajaran batik menurut pendapat siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen kegiatan pra pembelajaran... 50 Tabel 8. Kategori kecenderungan Strategi pembelajaran batik menurut pendapat
siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen kegiatan pra pembelajaran... 51 Tabel 9. Distribusi Frekuensi Strategi pembelajaran batik menurut pendapat
siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen penyampaian informasi... 52 Tabel 10. Kategori kecenderungan Strategi pembelajaran batik menurut pendapat siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen penyampaian informasi... 53 Tabel 11. Distribusi Frekuensi Strategi pembelajaran batik menurut pendapat
siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen peran serta siswa... 54 Tabel 12. Kategori kecenderungan Strategi pembelajaran batik menurut pendapat
siswa kelas I keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta dilihat dari komponen peran serta siswa... 55 Tabel 13. Distribusi Frekuensi Strategi pembelajaran batik menurut pendapat
Lampiran III Mean, Median, Modus, Standar Deviasi dan Distribusi Frekuensi
BAB I
PENDAHULUAN.
A. LATAR BELAKANG.
Pada era globalisasi persaingan di berbagai hal sangat tinggi, tidak
terkecuali pada bidang pendidikan yang menjadi sarana penting di dalam
upaya meningkatkan sumber daya manusia.
Dalam menghadapi era industrialisasi dan persaingan bebas dibutuhkan
tenaga kerja yang produktif, efektif, efisien, disiplin dan bertanggung jawab
sehingga mereka mampu mengisi, menciptakan dan memperluas lapangan
kerja.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai pendidikan menengah
merupakan salah satu bagian dari pendidikan nasional, yang bertujuan
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,
budaya, dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih
lanjut dalam dunia usaha dan dunia kerja atau pendidikan tinggi.
Sebagaimana tujuan khusus Sekolah Menengah Kejuruan adalah sebagai
berikut :
1. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan kerja yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya.
2. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap professional dalam bidang keahlian yang diminatinya.
4. Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi sesuai dengan program keahlian yang dipilihnya (Pedoman Kurikulum SMK Tahun 2004:7).
Berdasarkan tujuan di atas, tentunya diperlukan sebuah strategi di dalam
pembelajaran yang bisa mempermudah atau memperlancar tercapainya tujuan
di atas. Menurut Fredy Tjiptono (2000:3) strategi merupakan cara dalam
memanfaatkan dan menentukan sumberdaya sesuai dengan perubahan
lingkungan guna mencapai tujuan organisasi.
Pelaksanaan pembelajaran di SMK sangat bergantung pada bagaimana
kualitas dan kuantitas komponen dalam pembelajaran saling melengkapi,
komponen-komponen tersebut adalah guru, siswa, kurikulum dan fasilitas
sekolah ( Sugiharto, 1992:42 ).
Pelaksanaan pembelajaran harus dilakukan dengan peningkatan kualitas
komponen pembelajaran agar dalam pelaksaan pembelajaran dapat diperoleh
hasil yang maksimal. Didalam pelaksanaan pembelajaran tentunya diperlukan
sebuah cara yang digunakan untuk melakukan evaluasi atau melakukan
beberapa tindakan dalam menjaga supaya tujuan pembelajaran dapat dicapai
dan setiap materi yang diberikan mampu digunakan sebagai bekal didalam
bermasyarakat.
Pentingnya batik di dalam budaya Indonesia sebagai warisan budaya
Indonesia yang mempunai nilai yang tinggi, dimana pada setiap motif-motif
batik yang ada mempunayi makna filosofi yang terkandung di dalamnya,
sebagai pendidikan formal SMK merupakan tempat yang bisa dijadikan
membatik tersebut, tenaga kerja batik yang sekarang ini lebih banyak adalah
generasi yang sudah tua, oleh karena itu jika tidak ada generasi muda yang
meneruskan menguasai teknik membatik maka dihawatirkan batik akan hilang
dan diambil oleh bangsa lain. Sekedar contoh saja Malaysia memiliki hak
paten jauh lebih banyak dibandingkan Solo atau Pekalongan dan Yogyakarta.
Solo baru berhasil mematenkan produk batik sekitar 154 motif. Malaysia
justru sudah lebih dari 200 motif (Dieny&Yusuf.com). Dengan memiliki hak
paten, Malaysia akan memperoleh opsi atas penjualan barang tersebut. Jika
tidak, maka yang memproduksi barang itu bisa dicap sebagai pembajak.
SMK N 5 Yogyakarta merupakan sekolah yang membuka jurusan tekstil
yang didalamnya mengajarkan pelajaran batik sebagai salah satu pelajaran.
Siswa yang masuk SMK ini tentunya ingin mendapatkan pengetahuan dan
ketrampilan yang memadai untuk belajar batik, dan untuk melestarikan
budaya bangsa yang salah satunya adalah batik, Dengan keterbatasan sarana
dan prasarana yang ada di sekolah tentunya guru harus melakukan upaya yang
efektif untuk mencapai hasil pembelajaran yang telah ditetapkan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana strategi
pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta yang ditinjau dari pendapat siswa
dan juga tentang hambatan yang di alami oleh siswa didalam pembelajaran
batik.
B. Identifikasi Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka
pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta. Harapan tercapainya tujuan
penguasaan teknologi batik merupakan tujuan yang harus bisa dicapai oleh
semua pihak yang ada di SMK N 5 Yogyakarta agar bisa membentuk suatu
generasi yang mampu melestarikan batik di Indonesia.
Mengacu pada latar belakang masalah tersebut maka muncul beberapa
permasalahan sebagai berikut
1. Bagaimana siswa mampu menguasai teknik membatik dengan waktu dan
sarana dan prasarana yang ada serta keterbatasan yang ada?
2. Bagaimana pemilihan materi pembelajaran di dalam pembelajaran batik
untuk meningkatkan pencapaian tujuan pembelajaran?
3. Bagaimana pemilihan metode yang digunakan di dalam strategi
pembelajaran batik?
4. Bagaimana penggunaan di dalam pelaksanaan pembelajaran batik?
5. Bagaimana evaluasi yang digunakan guru di dalam pembelajaran batik?
6. Bagaimana pendapat siswa tentang strategi pembelajaran batik?.
7. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran batik?
8. Bagaimana peran atau perilaku yang harus di kuasai dalam pembelajaran
batik untuk mencapai tujuan pembelajaran?
9. Bagaimana hambatan di dalam pelaksanaan pembelajaran batik?
10. Kesesuaian antara materi yang diajarkan dengan perkembangan teknik
C. Batasan masalah.
Dari identifikaisi masalah dan permasalahan yang berhubungan
dengan strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta dan hal-hal yang
tercakup didalamnya sangat luas, maka perlu adanya pembatasan masalah,
agar dalam penelitian ini lebih terfokus terhadap permasalahan yang akan
diteliti
Penelitian ini dibatasi pada strategi pembelajaran batik dilihat dari
komponen strategi pembelajaran yaitu kegiatan pembelajaran Pendahuluan,
Penyajiian informasi, peran serta siswa, pengetesan, dan kegiatan tindak lanjut
di SMK N 5 Yogyakarta yang dilihat dari sisi pendapat siswa dan hambatan
yang dialami oleh siswa di SMK N 5 Yogyakarta di dalam pembelajaran batik.
D. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan
masalah maka dapat dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian sebagai
berikut :
1. Bagaimana Pendapat siswa kelas I program keahlian Tekstil Kriya tentang
strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta?
2. Apa saja hambatan yang dialami siswa kelas I program keahlian tekstil
kriya di SMK N 5 Yogyakarta didalam pembelajaran batik?
E. Tujuan Penelitian.
Penelitian strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta,
1. Mengetahui bagaimana pendapat siswa kelas I program keahlian Tekstil
Kriya tentang strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta.
2. Mengetahui apa saja hambatan yang dialami siswa kelas I program
keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta didalam pembelajaran
batik.
F. Manfaat Penelitian.
Dengan adanya penelitian ini dapat diperoleh beberapa manfaat, antara
lain :
1. Bagi lembaga pendidikan.
a. Sebagai bahan informasi bagi lembaga pendidikan tentang strategi
pembelajaran batik yang telah dilakukan di SMK N 5 Yogyakarta
b. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengatasi hambatan di dalam
proses pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta pada masa yang
akan datang
2. Bagi peneliti.
a. Menambah pengalaman di dalam melakukan penelitian.
b. menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti mengenai strategi
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan menambah pengetahuan
dan wawasan di bidang batik.
3. Secara Teoritis.
Dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian yang relevan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. DESKRIPSI TEORI.
1. Strategi
Strategi merupakan respons secara terus menerus maupun adaptif
terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan
internal yang dapat mempengaruhi organisasi ( Stainer dan Minner, 1977).
Sedangkan menurut Fredy Tjiptono (2000:3) strategi merupakan cara
dalam memanfaatkan dan menentukan sumberdaya sesuai dengan
perubahan lingkungan guna mencapai tujuan organisasi. Menurut Fredy
Rangkuti (1997:3) strategi adalah proses analisis, perumusan dan
evaluasi–evaluasi strategi–strategi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
strategi merupakan cara dalam mengolah sumberdaya untuk mencapai
tujuan suatu organisasi yang dilakukan dengan cara evaluasi terhadap
kekuatan dan kelemahan internal, dalam pelaksanaanya perlu diadakan
evaluasi untuk mencapai tujuan.
2. Strategi Pembelajaran.
Strategi pembelajaran adalah siasat atau keseluruhan aktifitas yang
dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang sangat
kondusif bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran
menggambarkan keseluruhan prosedur yang sistematis untuk mencapai
Strategi pembelajaran adalah garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai sasaran kompetensi dasar. Strategi dapat
dipandang sebagai pola-pola umum kegiatan guru-siswa dalam
mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai kompetensi dasar
tertentu. (www.E-IPScimahi.com).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan strategi
pembelajaran adalah cara atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk
menciptakan suasana yang kondusif didalam kegiatan belajar mengajar
dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.
Strategi pembelajaran merupakan hasil nyata yang digunakan
untuk mengembangkan material pembelajaran, menilai materi yang ada,
merevisi material, dan merencanakan kegiatan pembelajaran. (Drs,
Hamzah Uno, M.Pd, dkk, 2000: 44-45)
Secara umum strategi pembelajaran dapat dikategorikan ke dalam
dua kelompok strategi, yaitu:
1. Strategi yang diarahkan oleh pengajar atau Teacher Directed
Strategies.
2. Stategi yang terpusat pada siswa atau Student Directed Strategies.
Yang termasuk kedalam kelompok strategi yang diarahkan
pengajar antara lain ceramah, tanya jawab, drill dan latihan. Sedangkan
yang temasuk kedalam kelompok strategi yang tepusat pada siswa antara
lain belajar kelompok, penyingkapan yang terbimbing atau Guided
Dalam menerapkan strategi pembelajaran ada beberapa komponen
yang harus diperhatikan agar dalam kegiatan pembelajaran tercapai tujuan
yang telah ditentukan. Menurut Dick and Carey menyebutkan adanya 5
komponen strategi pembelajaran yaitu kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan, Penyajiian Informasi, peran serta siswa, Pengetesan, dan
kegiatan tindak lanjut ( Drs, Hamzah Uno, M.Pd,dkk, 2000: 45):
1. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan.
Kegiatan pembelajaran pendahuluan dianggap peting karena
dapat memotifasi siswa untuk mempelajari mata pelajaran, selain
dapat memotivasi mereka juga akan mendapat petunjuk-petunjuk yang
sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga pada akhir
pembelajaran siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran.(Drs,
Hamzah Uno, M.Pd,dkk, 2000: 45).
Kegiatan utama yang dilaksanakan dalam pendahuluan
pembelajaran ini di antaranya untuk menciptakan kondisi-kondisi awal
pembelajaran yang kondusif, melaksanakan kegiatan apersepsi
(apperception), dan penilaian awal (pre-test). Penciptaan kondisi awal
pembelajaran dilakukan dengan cara: mengecek atau memeriksa
kehadiran peserta didik (presence, attendance), menumbuhkan
kesiapan belajar peserta didik (readiness), menciptakan suasana
didik, dan membangkitkan perhatian peserta didik. Melaksanakan
apersepsi (apperception) dilakukan dengan cara: mengajukan
pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya
dan memberikan komentar terhadap jawaban peserta didik, dilanjutkan
dengan mengulas materi pelajaran yang akan dibahas. Melaksanakan
penilaian awal dapat dilakukan dengan cara lisan pada beberapa
peserta didik yang dianggap mewakili seluruh peserta didik, bisa juga
penilaian awal ini dalam prosesnya dipadukan dengan kegiatan
apersepsi. (www.smpn4cimahi.blogspot)
Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi
dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan
arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.
(www.BruderFIC.or.id).
Teknik untuk mendorong motivasi siswa diantaranya dengan
menunjukkan pentingnya atau keuntuganya mempelajari pesan
pembelajaran yang sedang dipelajari, serta kerugianya jika tidak mau
mempelajarinya. Menunjukkan tujuan pmbelajaran yang ingin dicapai.
Mengaitkan pesan pembelajaran dengan pengalaman siswa sehari-hari.
Dan juga mengaitkan materi yang sedang dipelajari dengan topik-topik
Menurut VM Tri Mulyani (2001:121) cara yang dapat
digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar diantaranya adalah:
a. Memberitahukan tujuan pembelajaran sebelum pelajaran dimulai.
b. Menjelaskan manfaat dan pentingnya materi pelajaran didalam
kehidupan.
c. Menjelaskan hubungan atau kaitan antara materi pelajaran yang
sedang dipelajari dengan materi-materi lain yang sudah dipelajari.
d. Menyajikan garis besar materi.
e. Menjelaskan akibat buruk atau kerugian jika tidak mempelajarinya.
Oemar Hamalik menjelaskan cara mengkomunikasikan materi
dan menimbulkan motivasi siswa didalam pembelajaran yang dikutip
oleh H Martinis Yamin,M.Pd ( 2007:239-240) dapat dilakukan dengan
cara:
a. Mengemukakan tujuan yang hendak dicapai kepada para siswa
agar mendapatkan perhatianya.
b. Tunjukkan hubungan-hubungan, kunci agar siswa benar-banar
memahami apa yang sedang diperbincangkan.
c. Menjelaskan pelajaran secara nyata, diusahakan dengan
menggunakan media intruksional sehingga lebih memperjalas
d. Hindarkan dari pembicaraan dari hal-hal yang abstrak yang berada
diluar jangkauan fikiran siswa, kecuali menggunakan alatbantu
tertentu.
e. Usahakan siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan agar terjadi
komunikasi secara timbal balik.
2. Penyajiian Informasi.
Penyampaian informasi harus dilakukan karena dengan adanya
penyampaian informasi tersebut siswa akan tahu seberapa jauh materi
pembelajaran yang harus mereka pelajari, disajikan sesuai dengan
urutanya, keterlibatan mereka dalam setiap urutan pembelajaran. ( Drs,
Hamzah Uno, M.Pd,dkk, 2000: 45).
3. Peran Serta Siswa.
Siswa harus diberikan kesempatan berlatih terlibat didalam
setiap langkah pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran sesuai
dengan tujuan pembelajaran, apakah itu dalam bentuk tanya jawab,
mengerjakan soal-soal latihan untuk mencapai tujuan pembelajaran,
semakin terlibat didalam pembelajaran siswa diharapkan akan semakin
baik didalam menerima pelajaran, demikian juga halnya dengan
keterlibatan siswa didalam hal pemberian umpan balik tugas-tugas
siswa akan mempengaruhi terhadap perolehan belajar siswa. ( Drs,
Keaktivan siswa didalam pembelajaran dapat merangsang dan
mengembangkan bakat, berfikir kritis, dan dapat memecahkan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, didamping itu pengajar
dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga
dapat merangsang keaktivan siswa didalam proses pembelajaran,
menurut pendapat Mc Keanchie yang dikutip oleh Dalam dimyati
mengemukakan 6 aspek terjadinya keaktivan siswa didalam
pembelajaran ( H Martinis Yamin,M.Pd, 2007:77 ) :
a. Patisipasi siswa didalam menetapkantujuan pembelajaran. b. Tekanan didalam aspek apektif dalam belajar.
c. Partisipasi siswa didalam pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa.
d. Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar.
e. Kebebasan yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan yang penting dalam proses pembelajaran.
f. Pemberian waktu untuk menaggulangi masalah pribadi siswa, baik berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pembelajaran.
( H Martinis Yamin,M.Pd, 2007:84 ) Gagne dan Bringgs
(1979) menjelaskan rangkaian pembelajaran yang dilakukan didalam
kelas meliputi 9 aspek untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasi
siswa, masing-masing diantaranya adalah :
a. Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif didalam kegiatan pembelajaran.
b. Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar) kepada siswa. c. Meningkatkan kompetensi prasyarat.
d. Memberikan stimulus ( masalah, topik, dan konsep ) yang akan dipelajari.
f. Memunculkan aktivitas dan partisipasi siswa didalam pembelajaran.
g. Memberikan umpan balik.
h. Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.
i. Menimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pelajaran
4. Pengetesan/evaluasi.
Evaluasi hasil belajar menurut Oemar Hamalik (2003:159)
adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan
informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat
keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah
melakukan kegiatan belajar dalam upaya untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
Penilaian atau evaluasi merupakan aspek penting dalam proses
belajar mengajar, yang berguna untuk mengukur dan menilai seberapa
jauh tujuan intruksional telah dicapai atau hingga mana mendapat
kemajuan belajar siswa dan bagaimana tingkat keberhasilan sesuai
dengan tujuan intruksional tersebut (Oemar Hamalik, 2003:63-64).
Fungsi penilaian menurut Oemar Hamalik (2003:204). adalah
sebagai berikut:
a. Penilaian membantu siswa merealisasikan dirinya untuk mengubah
atau mengembangkan perilakunya.
b. Penilaian membantu siswa mendapat kepuasan atas apa yang telah
c. Penilaian membantu guru untuk menetapkan apakah metode mengajar
yang digunakan telah memadai.
Tujuan penilaian menurut Nana Sudjana (1989:4) adalah
sebagai berikut :
a. Mendeskripsikan kemampuan belajar siswa sehingga dapat
diketahui kelebihan dan kekurangan dalam bidang studi atau mata
pelajaran.
b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dalam pengajaran di
sekolah, yaitu seberapa jauh keefektifanya dalam mengubah
tingkah laku para siswa kearah tujuan pendidikan yang
diharapkan.
c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yaitu melakukan
perbaikan dan penyempurnaan dalam program pendidikan dan
pengajaran serta strategi pelaksanaanya.
d. Memberikan pertanggung jawaban dari pihak sekolah kepada
pihak yang berkepentingan.
Menurut Drs, Hamzah Uno, M.Pd,dkk (2000: 46). pengetesan
ada empat macam tes acuan patokan yang bisa digunakan, yaitu: a) tes
tingkah laku masukan; b) pra tes; c) tes sisipan; d) pasca tes. Untuk
pengetesan keempat macam tes acuan tersebut perlu dilakukan kerena
memberikan umpan balik bagi pengajar untuk memperbaiki, merevisi,
baik material pembelajaran, strategi, maupun strategi pengetesan.
Tes acuan patokan terdiri dari soal-soal yang secara langsung mengukur istilah patokan yang didiskripsikan dalam suatu perangkat tujuan khusus, istilah criteation dipergunakan karena soal-soal tes merupakan rambu-rambu untuk menentukan kelayakan siswa dalam tujuan,maskudnya keberhasilan siswa dalam tes ini menentukan apakah siswa telah mencapai tujaun khusus yang telah ditentukan atau belum. (Drs, Hamzah Uno, M.Pd,dkk, 2000: 42). Tes acuan patokan terdiri dari:
a) Tes tingkah laku masukan/test entry behaviour, merupakan tes acuan patokan untuk mengukur ketrampilan sebagaimana adanya pada permulaan pembelajaran.
b) Pra tes, merupakan tes acuan patokan yang berguna bagi keperluan tujuan –tujuan yang telah dirancang sehingga diketahui sejauh mana pengetahuan anak didik terhadap semua ketrampilan yang berada di atas batas yaitu ketrampilan prasyarat. Maksud dari pretes ini bukanlah untuk menentukan nilai akhir (perolehan belajar) tetapi untuk lebih mengenal profil anak didik berkenaan analisis pembelajaran.
c) Tes sisipan. merupakan tes acuan patokan yang melayani dua nilai penting, yaitu; 1) mengetes setelah satu atau dua tujuan pembelajaran diajarkan, sebelum pasca tes, 2) untuk mengetes kemajuan anak didik, sehingga dapat dilakukan perbaikan (remidial) yang dibutuhkan sebelum pasca tes yang lebih formal. d) Pasca tes, merupakan tes acuan patokan mencakup seluruh tujuan
pembelajaran yang mencerminkan tingkat perolehan belajar, sehingga dengan demikian dapat diidentifikasi bagian-bagian mana diantara tujuan pembelajaran yang belum tercapai.
Kegiatan evaluasi yang dilakukan guru mencakup evaluasi
hasil belajar dan evaluasi pembelajaran sekaligus. Evaluasi disini
merupakan bagian penting dari proses pendidikan, karena dalam
proses pendidikan guru perlu mengetahui seberapa jauh proses
pendidikan telah mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
pembelajaran merupakan baian integral yang tidak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran atau pendidikan. Evaluasi hasil belajar
menekankan kepada diperolehnya informasi tentang berapa perolehan
siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan, sedangkan
evaluasi pembelajaran merupakan proses sistemastis untuk
memperoleh informasi tentang keefektifan proses pembelajaran dalam
membantu siswa mencapai tujuan pengajaran secara optimal. Dengan
demikian evaluasi hasil belajar menetapkan baik buruknya hasil
kegiatan pembelajaran, sedangkan evaluasi pembelajaran menetapkan
baik buruknya proses dari kegiatan pembelajaran.(lifeskill.blogspot)
5. Kegiatan tindak lanjut.
Kegiatan tindak lanjut harus dilakukan kerena rancangan
pembelajaran dalam mata pelajaran yang dapat dikuasai seluruhnya
oleh siswa diukur pada penguasaan pasca tes, dalam hal ini jika di
bawah 80%, kepada mereka diberikan remidial dan tugas kemudian
diuji kembali sampai dinyatakan lulus. ( Drs, Hamzah Uno, M.Pd,dkk,
2000: 46-47).
Tujaun utama dari kegiatan belajar mengajar adalah agar murid
dapat menguasai bahan –bahan belajar sesuai dengan tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan, namun kenyataan menunjukan bahwa setelah
kegiatan belajar mengajar berakhir masih ada saja murid yang tidak
nilai atau hasil belajar yang lebih rendah dari kebanyakan murid-murid
sekelasnya.( Abdul Majid, 2007:225).
Untuk mengatasi rendahnya tingkat penguasaan materi
pelajaran bisa digunakan program perbaikan, perbaikan merupakan
bentuk khusus dari pengajaran yang diberikan kepada seseorang atau
beberapa orang murid yang mengalami kesulitan belajar. (Abdul
Majid,2007:236)
Cara yang digunakan dalam kegiatan program perbaikan ini
guru tidak perlu lagi menggunakan banyak metode ceramah atau
diskusi dalam menyajikan bahan pelajaran kepada murid, guru juga
tidak perlu lagi mengulang mengajarkan bahan ajar yang telah
disampaikan, pengajaran dipusatkan kepada kompetensi dasar dan
bahan-bahan pelajaran yang belum dikuasai oleh murid, dengan jalan
memberikan memberikan penjelasakan seperlunya, mengadakan tanya
jawab, demonstrasi, latihan, pemberian tugas dan evaluasi. ( Abdul
Majid, 2007:237).
3. Pembelajaran.
a. Pengertian pembelajaran.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata
lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik. (www.wikipipedia.org)
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif
permanen sebagai akibat dari latihan atau pengalaman. Perubahan tingkah
laku sebagai hasil belajar memiliki pengertian yang luas, bisa berupa
keterampilan fisik, verbal, intelektual, maupun sikap.
(www.elearning-po.unp.ac.id)
Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu
dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalamn
yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk
memperoleh tujuan tertentu. (www.husniabdillah.multiply.com)
Arief S Sadiman (1990:1) mengemukakan bahwa belajar
merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang
dan berlangsung seumur hidup. Belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaaan dan
penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam bidang studi atau lebih luas lagi
(Rochman Natawidjaja, 1997:155).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian pembelajaran adalah suatu pemindahan pengetahuan dari
pendidik kepada peserta didik yang dilakukan secara terprogram dalam
mengajar, metode, media serta evaluasi dengan tujuan untuk
meningkatkan kemampuan menerima pelajaran.
b. Pelaksanaan Pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi antara guru dengan
murid dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran ( Winarno Surakhmad, 1987:217).
Pelaksanaan pembelajaran adalah proses berlangsungnya belajar
mengajar dikelas yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah.
Dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat tiga tahapan pokok yang
dilakukan guru dalam mengajar. Menurut Nana Sudjana (1989:147)
tahapan pelaksanaan pembelajaran secara umum meliputi :
a. Tahapan pra intruksional.
Tahapan ini merupakan tahapan yang ditempuh guru saat memulai
proses pembelajaran, tujuan tahapan pra intruksional ini adalah
mengungkap kembali tanggapan siswa terhadap materi yang yang
telah diterima dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubunganya
dengan pelajaran yang akan disampaikan.
b. Tahapan intruksional.
Tahapan ini merupakan tahapan inti dari kegiatan belajar mengajar
yaitu tahapan memberikan bahan pelajaran yang telah dipersiapkan
oleh guru.
c. Tahapan evaluasi dan tindak lanjut adalah tahap untuk mengetahui
Komponen utama yang harus dipenuhi dalam proses balajar
mengajar adalah tujuan, bahan, metode, alat dan penilaian (Nana Sudjana,
1989:30). Menurut Brings dan Wager yang dikutip oleh Atwi Suparman
(1997:34) mengungkapkan pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai
berikut :
1. Urutan kegiatan intruksional yaitu, urutan pengajaran dalam
menyampaikan isi pelajaran kepada peserta didik.
2. Metode Intruksional, yaitu cara pengajar mengorganisasikan materi
pelajaran dan siswa agar terjadi proses belajar mengajar yang efektif
dan efisien.
3. Media Intruksional yaitu peralatan atau bahan intruksional yang
digunakan oleh pengajar dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
4. Waktu yang digunakan oleh pengajar dan siswa dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran adalah langkah yang dilakukan oleh
guru setelah melakukan persiapan pembelajaran, dalam mempersiapan
pembelajaran guru harus memperhatikan komponen-komponen
pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran menurut Syaiful dan
Aswan (1997) adalah tujuan pembelajaran, bahan pelajaran/materi
pelajaran, guru, siswa, metode pembelajaran, media/alat pembelajaran,
situasi/lingkungan, evaluasi pembelajaran.
Tujuan merupakan cita-cita yang ingin dicapai dalam pelaksanaan
suatu kegiatan. Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan
komponen utama yang harus ditetapkan dalam proses pembelajaran dan
berfungsi sebagai indikator keberhasilan pembelajaran. Dalam pendidikan
tujuan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk
memberikan suatu hasil yang diharapkan dari siswa atau subjek belajar
(Sardiman, 1990: 57).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan pembelajaran adalah segala sesuatu yang ingin diperoleh atau
dicapai dalam proses belajar mengajar.
Tujuan mengajar adalah tujuan yang bersifat operasional. Menurut
Prof. Dr. Oemar Hamalik (2003: 90-91) tujuan pembelajaran harus
memiliki kriteria sebagai berikut :
a. Tujuan itu bertitk tolak dari perubahan tingkah laku siswa, artinya
dalam tujuan hendaknya, terkandung dengan jelas tingkah laku atau
aspek kelakuan apa yang diharapkan berubah setelah pelajaran
berlangsung, sebagai pedoman dapat digunakan sebagai aspek tingkah
laku sebagai berikut: pengetahuan apa yang hendak diperoleh,
pengertian-pengertian apa yang hendak diperoleh,
pengertian-pengertian apa yang hendak dikembangkan dan sebagainya.
b. Tujuan harus dirumuskan se khusus mungkin. Artinya, tujuan harus
diperinci sedemikian rupa agar lebih jelas apa yang ingin dicapai dan
khusus guru akan lebih mudah untuk mencapai tujuan, menentukan
kegiatan-kegiatan, dan untuk menilainya.
c. Tujuan dirumuskan secara sederhana, singkat tapi jelas. Maksudnya
agar lebih mudah dipahami agar tidak mengakibatkan kebingunan.
d. Tujuan dapat dicapai dalam waktu yang singkat, tujuan harus dapat
dicapai dalam waktu yang telah disediakan dalam kegiatan
pembelajaran, sehingga guru dapat mengevaluasi tujuan yang ingin
dicapai.
e. Perumusan tujuan pembelajaran jangan disatukan dengan kegiatan
mencapai tujuan.
Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran secara praktis adalah
perincian tujuan umum sampai pada taraf tujuan menjadi rangkaian
tujuan-tujuan khusus. Sifat tujuan-tujuan khusus harus dapat diukur dan dinilai. Taraf
pencapaian tujuan pembelajaran serta menilai setiap aspek perubahan
tingkah laku yang diharapkan terjadi, dalam merumuskan tujuan khusus
pembelajaran harus ditinjau dan dipusatkan pada tingkah laku peserta
didik dan harus realistik.
Tujuan memiliki nilai yang sangat penting di dalam pengajaran,
nilai-nilai tujuan pengajaran diantaranya adalah sebagai berikut.
(Prof.Dr.Oemar Hamalik, 2003:80-81):
a. Tujuan pembelajaran mengarahkan dan membimbing kegiatan guru
yang jelas maka semua usaha dan pemikiran guru tertuju kepada arah
pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Tujuan pendidikan memberikan motivasi kepada guru dan siswa.
Tujuan yang baik adalah tujuan yang bisa mendorong
kegiatan-kegiatan guru dan siswa. Berkat dorongan itu maka usaha pendidikan
dan pengajaran akan berlangsung dengan lebih cepat, lebih efisien, dan
lebih memberikan kemungkinan untuk berhasil, tujuan dalam hal ini
adalah motifasi positif yang dirangsang dari luar.
c. Tujuan pendidikan memberikan pedoman atau petunjuk kepada guru
dalam rangka memilih dan menentukan metode mengajar atau
menyediakan lingkungan belajar bagi siswa. Dengan penentuan
metode belajar yang tepat berarti akan menjamin pencapaian hasil
belajar yang memadai bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa.
d. Tujuan pendidikan penting maknanya dalam rangka memilih dan
menentukan alat peraga pendidikan yang akan digunakan.
e. Tujuan pendidikan penting dalam menentukan teknik/alat penilaian
guru terhadap hasil belajar siswa. Penilaian ini bertujuan untuk
mengetahui tujuan pendidikan yang telah dicapai dan dalam hal apa
siswa memerlukan perbaikan.
2. Bahan pelajaran/materi pembelajaran.
Bahan pelajaran adalah subtansi yang disampaikan didalam proses
belajar mengajar, penguasaan meteri merupakan hal yang sangat
penguasaan materi pelajaran sebaik mungkin guru akan dapat mengajar
atau membuat perencanaan pembelajaran dan juga mengadakan variasi
cara penyampaian pembelajaran dengan baik.
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rifai (1990:3) bahan pelajaran
adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri dari fakta prinsip,
generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum dan
dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.
3. Guru/Pengajar.
Guru merupakan tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu
pengetahuan kepada siswa ditempat belajar. Dengan demikian didalam
proses belajar mengajar terdapat interaksi sosial antara guru dan siswa,
dimana masing-masing pihak saling aktif dan saling berinteraksi agar
proses belajar mengajar dapat memberikan hasil yang diharapkan kepada
guru maupun siswa harus memiliki kesiapan, sikap, kemauan dan
kemampuan yang mendukung proses belajar mengajar (Uzer Usman,
1992).
Tanggung jawab guru ialah merencanakan dan menuntun murid
untuk melakukan kegiatan belajar guna pertumbuhan perkembangan yang
diinginkan, guru harus membimbing murid agar mereka memperoleh
ketrampilan-ketrampilan, pemahaman, perkembangan sebagai
kemampuan, kebiasaan-kebiasaan yang baik dan perkembangan mental
yang baik (Prof.Dr.Oemar Hamalik, 2003).
Menurut Sutari I B (1995:38-39) anak didik dalam pengertian
pendidikan pada umumnya adalah tiap orang atau sekelompok orang yang
menerima pengaruh seseorang atau sekelompok orang yang akan
menjalankan kegiatan pendidikan.
Keterlaksanaan proses belajar mengajar oleh siswa menurut Nana
Sudjana (1995:60) dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut :
a. Siswa dapat memahami dan mengikuti petunjuk guru.
b. Seluruh siswa turut serta dalam kegiatan belajar mengajar.
c. Tugas-tugas belajar atau praktik dapat diselesaikan sebagai mana
mestinya.
5. Metode Pembelajaran.
Menurut Muhibin Syah (2001:202) metode mengajar adalah cara
yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kepada siswa, ada
tiga cara yang dianggap representatif dan dominan digunakan dalam
pendidikan formal yaaitu metode ceramah, metode demonstrasi dan
metode diskusi
Nana Sudjana (1987:76) mengemukakan bahwa metode mengajar
adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan
siwa pada saat berlangsungnya pelajaran.
Menurut Nana Sudjana (1987:77) dasar-dasar proses belajar
mengajar mengkategorikan metode-metode mengajar yang digunakan
dalam proses belajar menggunakan sistematika sebagai berikut:
Metode ceramah adalah metode dengan cara menyampaikan materi
pelajaran secara lisan, penggunaan metode ini harus dipersiapkan
secara baik dan didukung alat dan media yang tepat serta
memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaanya.
b. Metode Tanya jawab.
Yaitu metode pengajaran langsung yang memungkinkan terjadinya
komunikasi dua arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara
guru dan siswa.
c. Metode diskusi
Metode ini pada dasarnya adalah tukar menukar pendapat dan
unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan tujuan mendapatkan
pengertian yang sama dan jelas serta lebih teliti tentang suatu atau
untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.
d. Metode kerja kelompok.
Mengandung pengertian bahwa setiap siswa dalam satu kelas
dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi
atas kelompok kecil.
e. Metode demonstrasi dan eksperimen.
Medote ini merupakan metode belajar yang membantu siswa untuk
menenmukan jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta ( data )
yang benar.
Metode belajar yang berbentuk pelaksanaan tugas membaca atau
penelitian oleh siswa tanpa bimbingan pengajaran khusus dari guru.
g. Metode praktikum.
Metode belajar praktikum berbentuk tugas kepada siswa untuk
menyelesaikan suatu proyek dengan berpraktik dan menggunakan
instrumen tertentu.
h. Metode problem solving.
Metode ini bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga
merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving
dimulai dari mencari data sampai kepada tahap menarik kesimpulan.
6. Media/Alat Pembelajaran.
Media pembelajaran adalah suatu alat, bahan ataupun berbagai
macam komponen yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk
menyampaikan pesan dari pemberi pesan kepada penerima pesan untuk
memudahkan penerima pesan menerima suatu
konsep.(www.infoskripsi.com)
Menurut Mudlofir (1999:82) media adalah alat yang digunakan
oleh guru dalam mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran
yang disampaikan kepada siswa dan mencegak adanya verbalisme kepada
siswa. Sedangkan menurut E Deconte (1999:282) mengemukakan bahwa
media pembelajaran adalah suatu sarana non personal (bukan manusia)
peranan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan
intruksional,
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan untuk memperlancar
kegiatan belajar mengajar yang digunakan untuk mencapai tujuan
intruksioanal pembelajaran.
Dalam memilih media pembelajaran menurut Nana Sudjana dan
Ahmad Rivai (2002:5) harus diperhatikan beberapa hal, diantaranya
adalah:
a. Ketepatan dengan media pembelajaran.
b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran.
c. Kemudahan guru dalam memilih media.
d. Ketrampilan guru dalam memilih media.
e. Tersedianya waktu dalam menggunakan media.
Menurut W S Winkel (2000:287) media pembelajaran di
kategorikan berdasarkan sistematika sebagai berikut :
a. Media media visual yang tidak menggunakan proyeksi, misalnya :
papan tulis, dan buku pelajaran.
b. Media visual yang menggunakan proyeksi.
c. Media auditif seperti kaset yang berisikan ceramah atau wawancara
dengan seseorang, kaset musik dan siaran radio.
d. Media kombinasi visual auditif yang diciptakan sendiri seperti
7. Evaluasi Pembelajaran.
Evaluasi hasil belajar menurut Oemar Hamalik (2003:159) adalah
keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi),
pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan
tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan
kegiatan belajar dalam upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
Penilaian atau evaluasi merupakan aspek penting dalam proses
belajar mengajar, yang berguna untuk mengukur dan menilai seberapa
jauh tujuan intruksional telah dicapai atau hingga mana mendapat
kemajuan belajar siswa dan bagaimana tingkat keberhasilan sesuai dengan
tujuan intruksional tersebut (Oemar Hamalik, 2003:63-64).
Fungsi penilaian menurut Oemar Hamalik (2003:204). adalah
sebagai berikut:
a. Penilaian membantu siswa merealisasikan dirinya untuk mengubah
atau mengembangkan perilakunya.
b. Penilaian membantu siswa mendapat kepuasan atas apa yang telah
dikerjakanya.
c. Penilaian membantu guru untuk menetapkan apakah metode mengajar
yang digunakan telah memadai.
Tujuan penilaian menurut Nana Sudjana (1989:4) adalah sebagai
a. Mendeskripsikan kemampuan belajar siswa sehingga dapat diketahui
kelebihan dan kekurangan dalam bidang studi atau mata pelajaran.
b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dalam pengajaran di
sekolah, yaitu seberapa jauh keefektifanya dalam mengubah tingkah
laku para siswa kearah tujuan pendidikan yang diharapkan.
c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yaitu melakukan perbaikan
dan penyempurnaan dalam program pendidikan dan pengajaran serta
strategi pelaksanaanya.
d. Memberikan pertanggung jawaban dari pihak sekolah kepada pihak
yang berkepentingan.
4. Batik.
Menurut bahasa Jawa kata batik berasal dari kata ‘ambatik’, yaitu
kata ‘amba’ yang berarti menulis dan akhiran ‘tik’ yang berarti titik kecil,
tetesan, atau membuat titik. Jadi batik mempunyai arti menulis atau
melukis titik.Tetapi secara esensial batik diartikan sebagai sebuah proses
atau teknik menahan warna dengan menggunakan lilin malam. Artinya,
batik adalah sebuah proses menahan warna memakai lilin malam secara
berulang-ulang diatas kain. Lilin malam yang digunakan sebagai penahan
dan mencegah agar warna tidak meyerap diatas kain didaerah yang ditutup
dengan lilin malam tersebut. Lilin tersebut juga dapat berfungsi sebagai
pembentuk motif dan corak pada batik tersebut (www.alhadi.com)
Secara umum batik dikelompokkan menjadi batik tulis dan batik
1. Tahap pertama atau disebut juga proses pembatikan pertama, yaitu pembuatan pola dan motif yang dikehendaki diatas kain putih (sutera) dilukis dengan pensil.
2. Tahap kedua, melukis dengan lilin malam menggunakan canting dengan mengikuti pola tersebut pada kedua sisi (bolak-balik).
3. Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna).
4. Tahap berikutnya, proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu
5. Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.
6. Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama.
7. Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua. 8. Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut
dengan cara meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku. 9. Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali
proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting) untuk menahan warna pertama dan kedua.
10. Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.
11. Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai. (www.alhadi.com)
Batik cetak atau yang disebut juga dengan batik cap, merupakan
proses pembatikan yang menggunakan cap atau alat cetak atau stempel
yang terbuat dari tembaga dan pada cap tersebut telah terpola batik.
Sehingga proses pembatikan cetak (cap) ini dapat jauh lebih cepat dan
mudah. Untuk pengerjaan batik ini dapat diproduksi secara banyak dan
juga hanya diperlukan waktu satu minggu untuk menyelesaikan proses
pembatikan ini. tahapan-tahapan dalam proses pembutan batik cetak
adalah sebagai berikut:
dengan dicap/dicetak. Dengan mencelupkan alat cap tersebut ke lilin panas dan kemudian ditekan pada kain.
2. Tahap selanjutnya yaitu, proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu.
3. Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.
4. Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama.
5. Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua. 6. Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut
dengan cara meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku. 7. Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali
proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting) untuk menahan warna pertama dan kedua.
8. Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.
9. Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai. (www.alhadi.com)
B. Kerangka berfikir.
Pelaksanaan pembelajaran merupakan sebuah proses dimana seorang
guru memberikan pengetahuan kepada peserta didik, didalam pelaksanaanya
terdapat interaksi belajar antara guru dan peserta didik yang merupakan inti
dari pelaksanaan pembelajaran.
Di dalam mencapai tujuan pembelajaran guru dan peserta didik harus
saling berkerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Untuk mencapainya perlu adanya strategi pembelajaran untuk
mempermudah di dalam mencapai tujuan tersebut.
Pembelajaran merupakan suatu prosedur penciptaan kondisi belajar
yang memungkinkan proses belajar mengajar berlangsung dengan mudah,
strategi pembelajaran. Kualitas pembelajaran dapat dipengaruhi oleh strategi
pembelajaran yang digunakan. Strategi pembelajaran menjadi efektif bila
dikelola secara baik dan benar. semakin baik penerapan stategi pembelajaran
semakin baik pula pencapaian hasil belajar( Dr.Hj. Teuku Zahara
Djaafar,M.Pd,2001:87) Di dalam menerapkan strategi pembelajaran perlu
diperhatikan komponen strategi pembelajaran yaitu kegiatan pembelajaran
pendahuluan, penyajian informasi, peran serta siswa, pengetesan, dan
kegiatan tindak lanjut.
Komponen strategi pembelajaran pendahuluan dilakukan karena dapat
memotifasi siswa untuk mempelajari mata pelajaran, selain dapat memotivasi
mereka juga akan mendapat petunjuk-petunjuk yang sesuai untuk mencapai
tujuan pembelajaran, sehingga pada akhir pembelajaran siswa dapat
menguasai tujuan pembelajaran.
Pada komponen strategi pembelajaraa penyajian informasi dilakukan
karena dengan adanya penyampaian informasi tersebut siswa akan tahu
seberapa jauh materi pembelajaran yang harus mereka pelajari, disajikan
sesuai dengan urutanya, keterlibatan mereka dalam setiap urutan
pembelajaran
Sedangkan pada komponen strategi pembelajaran peran serta siswa,
dengan diberikanya kesempatan siswa di dalam pembelajaran dapat
merangsang dan mengembangkan bakat, berfikir kritis dan juga memberikan
kesempatan siswa untuk berlatih terlibat di dalam setiap langkah
Komponen strategi pembelajaran pengetesan dilakukan karena
berguna untuk mengukur dan menilai seberapa jauh tujuan intruksional telah
dicapai atau mendapat kemajuan belajar siswa, pengetesan juga berfungsi
untuk membantu siswa merealisasikan dirinya untuk mengubah atau
mengembangkan perilakunya, membantu siswa mendapat kepuasan atas apa
yang telah dikerjakanya dan pengetesan juga membantu guru untuk
menetapkan apakah metode mengajar yang digunakan telah memadai.
Komponen strategi pembelajaran kegiatan tindak lanjut dilakukan
karena tujuan utama dari kegiatan belajar mengajar adalah agar siswa dapat
menguasai bahan –bahan belajar sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan, namun kenyataan menunjukan bahwa setelah kegiatan belajar
mengajar berakhir masih ada saja murid yang tidak menguasai materi
pelajaran yang baik sebagaimana tercermin didalam nilai atau hasil belajar
yang lebih rendah dari kebanyakan murid-murid sekelasnya. Oleh karena itu
kegiatan tindak lanjut perlu dilakukan oleh guru.
Oleh karena itu kelima aspek strategi pembelajaran perlu diperhatikan
sehingga perlu ditanyakan kepada siswa bagaimana pendapat mereka tentang
strategi pembelajaran yang dilakukan dan apa saja hambatan yang dialami
C. Pertanyaan Penelitan.
1. Bagaimana Pendapat siswa kelas I program keahlian tekstil kriya tentang
strategi pembelajaran batik di SMK N 5 Yogyakarta?
2. Apa saja hambatan yang dialami siswa kelas I program keahlian tekstil
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian tentang strategi pembelajaran batik kelas pada siswa kelas I
program keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta merupakan penelitian
deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan pada variabel mandiri tanpa
membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain (Sugiyono,
2006:11). Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis
tertentu, tetapi hanya apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian dengan tujuan mendeskripsikan
atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau
populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat
kesimpulan. (Suharsimi Arikunto, 1995:310).
Jadi penelitian deskriptif merupakan penelitian untuk mendeskripsikan
tentang obyek yang diteliti sebagaimana adanya dan berlaku pada saat itu
pula, sehingga hasil penelitian saat ini belum tentu sama dengan penelitian
yang akan datang. Hal ini sesuai dengan data sampel atau populasi yang akan
diteliti dan tidak membuat kesimpulan secara umum.
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN.
Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 5 Yogyakarta beralamatkan di
Jl. Kenari No.71 Yogyakarta, waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
tempat penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa SMK N 5 Yogyakarta
adalah salah satu SMK yang telah lama berdiri dan juga memberikan pelajaran
batik sebagai salah satu pelajaran di jurusan tekstil kriya.
C. DEFINISI ISTILAH PENELITIAN.
Definisi penelitian dalam penelitian strategi pelaksanaan pembelajaran
Batik di SMK N 5 Yogyakarta adalah sebagai berikut :
1. Strategi Pembelajaran.
Strategi pembelajaran adalah siasat atau keseluruhan aktifitas yang
dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran
yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah komponen strategi
pembelajaran yang meliputi : kegiatan Pembelajaran Pendahuluan,
Penyajiian Informasi, Paran serta Siswa, Pengetesan dan kegiatan tindak
lanjut.
2. Pelaksanaan Pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi antara guru dengan
murid dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran (Winarno Surakhmad, 1987:217). Tahapan
pelaksanaan pembelajaran dibagi menjadi tiga yaitu : tahapan pra
intruksional, tahapan intruksional dan tahapan evaluasi dan tindak lanjut
3. Batik.
Batik adalah sebuah proses menahan warna memakai lilin malam
penahan dan mencegah agar warna tidak meyerap diatas kain didaerah
yang ditutup dengan lilin malam. (www.alhadi.com)
D. POPULASI DAN SAMPEL.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek
yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono,1996:89).
Sedangkan sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh polulasi tersebut, (Sugiyono,1996:90). Polulasi didalam
penelitian ini adalah seluruh murid kelas I program keahlian Tekstil Kriya
SMK N 5 Yogyakarta yang mengikuti pembelajaran batik yang terdiri dari
satu kelas yang didalam kelas tersebut terdapat murid sebanyak 36 murid.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah menggunakan
teknik sampel jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel, istilah lain yang digunakan untuk sampel
jenuh adalah sensus dimana semua anggota populasi dijadikan sampel
(Sugiyono,2004:61).
E. METODE PENGUMPULAN DATA.
Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data penelitian ( Sugiyono, 2006:23). Agar metode
yang digunakan tepat, maka perlu disesuaikan dengan jenis data yang
diperlukan, Bila dilihat dari teknik pengumpulan data, maka teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner
digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah adalah
kuesioner (angket). Kuesioner (angket) adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau penyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2006:158).
Dalam penelitian ini metode kuesioner (angket) digunakan untuk
mengungkap data tentang strategi pembelajaran batik pada siswa kelas I
Program Keahlian Tekstil Kriya di SMK N 5 Yogyakarta, yang meliputi
pendapat siswa tentang strategi pembelajaran batik, dan juga untuk
mengetahui hambatan yang ada didalam pembelajaran batik.
F. INSTRUMENT PENELITIAN.
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik semua fenomena
ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2006:114). Instrumen penelitian
dapat diwujudkan kedalam benda misalnya angket (quetionnere), daftar cocok
(chek list), alat pedoman wawancara (interview guide dan interview scadule),
lembar pengamatan atau panduan pengamatan (observation sheet atau
observation scadule), soal tes, inventori (Suharsimi Arikunto, 2002:136).
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket (quetionnere), yang ditujukan kepada responden yaitu siswa kelas I
kriya tekstil SMK N 5 Yogyakarta yang menempuh mata pelajaran batik.
Pedoman angket ini berisi pernyataan-pernyataan untuk ditanggapi oleh siswa.
list yang sesuai dengan butir pernyataan. Adapun kisi-kisi instrumen
penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel I. Kisi - Kisi Instrumen Penelitian strategi pembelajaran batik pada siswa kelas I kriya tekstil di SMK N 5 Yogyakarta
Variabel Sub Variabel Nomer soal Jumlah
Item
3. Peran serta siswa.
4. Pengetesan.
Untuk mengolah data dan menganalisa data yang diperoleh disediakan
alternatif jawaban dari setiap item, altenatif jawaban disesuaikan dengan skala
Likert, dimana jawaban diberi bobot 1 sampai dengan 4.
Tabel II : skor jawaban dan kriteria penilaian.
Alternatif Jawaban Skor
Positif Negatif
Selalu (SL) 4 1
Sering (SR) 3 2
Jarang (JR) 2 3
Untuk variabel hambatan yang dialami oleh siswa didalam
pelaksanaan pembelajaran batik digunakan skala pengukuran Guttman.
Penggunaan skala Guttman ini dimaksudkan untuk menggunakan jawaban
yang tegas tentang hambatan yang dialami oleh siswa kelas I kriya tekstil
SMK N 5 Yogyakarta. Skala pengukuran dengan skala Guttman akan
menggunakan pilihan jawaban “ Ya-Tidak”. Dimana jawaban diberi bobot 0
sampai dengan 1. ( Sugiyono, 2006: 139).
Tabel III : skor jawaban dan kriteria penilaian.
Alternatif jawaban Bobot jawaban
Ya 1
Tidak 0
Pemberian bobot penelitian tersebut digunakan untuk menjaring data
yang diperoleh dari responden, selanjutnya dianalisa menggunakan
rumus-rumus statistik yang digunakan dalam teknik analisa data.
G. UJI COBA INSTRUMEN.
Di dalam uji coba instrumen yang dilakukan adalah mengetahui
validitas dan reliabiltas instrumen. Uji coba instrumen dilakukan dengan cara
mengambil subyek di luar anggota populasi yang mempunyai banyak
persamaan dengan subek penelitian. Adapun sebagai responden didalam uji
coba adalah siswa kelas I program keahlian Tekstil Kriya SMK N 2 Bantul
Yogyakarta sejumlah 30 siswa. Adapun pemilihan responden dikarenakan
adalah guru yang mengajar sama dengan yang mengajar di SMK N 5
Yogyakarta.
1. Uji Validitas.
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan instrunmen (Suharsimi Arikunto, 2002:144).
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
akan diukur dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara
tepat. Validitas menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkanya
hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil.
Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas konstruksi
(costruc validity), untuk menguji validitas konstruksi dapat digunakan
pendapat dari ahli, setelah pengujian kostruksi dari ahli selesai maka
diteruskan dengan uji coba instrumen, instrumen tersebut diuji cobakan
kepada sampel penelitian, jumah sampel yang digunakan sekitar 30 orang.
Setelah data ditabulasikan maka pengujian validitas konstruksi dialakukan
dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item
instrumen menggunakan rumus product moment, (Sugiyono,
2006:271-272).
r : Koefisien korelasi antara x dan y
N : Jumlah responden
y : Jumlah skor total
2
x : Jumlah kuadrat skor butir
2
y : Jumlah kuadrat skor total ( Suharsimi Arikunto, 2002:171).Kriteria pengujian suatu butir dikatakan sahih apabila koefisien
korelasi (xy) berharga positif dan lebih besar dari harga tabel pada taraf
signifikan 5 %. Dalam pengujian validitas instrumen dilakukan dengan
menggunakan bantuan komputer program SPSS 12.
Dari hasil perhitungan uji validitas diketahui bahwa dari 51 butir
pertanyaan setelah diujicobakan, terdapat dua item soal yang gugur yaitu
item no.35 dan no.51. Butir yang gugur pada uji coba instrumen tidak
digunakan dalam pengambilan data karena sudah ada butir soal lain yang
mewakili sehingga tidak perlu diganti lagi.
2. Uji Reliabilitas.
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data karena instrumen tersebut sudah baik.(Suharsimi Arikunto,
2002:154).
Reliabilitas didalam penelitian ini mengunakan reliabilitas internal
yang diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali pengetesan
(Suharsimi Arikunto, 1993). Adapun teknik mencari reliabilitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah rumus Alpha Cronbach, alasan
penggunaan rumus tersebut karena jawaban instrumen bersifat gradasi