Identifikasi
Desa
Dalam
Kawasan
Hutan
2007
K e r j a s a m a
KATA PENGANTAR
Publikasi ini merupakan laporan kegiatan identifikasi desa dalam kawasan
hutan kerjasama antara Pusat Rencana dan Statistik Kehutanan, Departemen
Kehutanan dengan Direktorat Statistik Pertanian, Badan Pusat Statistik. Data yang
disajikan adalah hasil identifikasi desa dalam kawasan hutan berdasarkan 2 (dua)
sumber informasi utama yaitu data Potensi Desa Sensus Ekonomi 2006 (PODES SE06)
dan peta kawasan hutan Departemen Kehutanan.
Publikasi ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan dalam penyusunan
berbagai rencana kegiatan selanjutnya terutama yang berhubungan dengan desa‐desa
di dalam kawasan hutan. Kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan untuk
perbaikan dan penyempurnaan publikasi yang akan datang.
Semoga publikasi ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya pemerintah
dalam mengevaluasi dan membuat kebijakan di sektor kehutanan.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah berperan demi terwujudnya
publikasi ini disampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi‐tingginya.
Semoga publikasi ini bermanfaat.
Jakarta, Desember 2007
Kepala Badan Planologi Kehutanan Departemen Kehutanan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………. i
DAFTAR ISI ………….………. iii
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……… 1
1.2. Maksud dan Tujuan ……….. 2
1.3. Ruang Lingkup dan Cakupan Kegiatan ... 2
1.4. Konsep dan Definisi ……… 2
BAB 2. METODOLOGI 2.1. Sumber Data ... 7
2.2. Prosedur Identifikasi Desa dalam Kawasan Hutan ... 8
2.3. Verifikasi Data Hasil Matching... 11
2.4. Analisis Data dan Peta Hasil Matching ... 12
2.5. Penyajian hasil Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan ...……... 12
BAB 3. HASIL KEGIATAN IDENTIFIKASI DESA DAN BEBERAPA INDIKATOR PENTING 3.1. Jumlah wilayah yang diidentifikasi ... 13
3.2. Jumlah dan Penyebaran desa berdasarkan data PODES SE06 ... 14
3.3. Jumlah dan Penyebaran Desa dalam Kawasan Hutan ... 33
3.4. Hasil Matching ... 42
3.5. Beberapa Indikator Sosial Ekonomi Masyarakat Dalam Kawasan Hutan 44 BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan ... 47
4.2. Saran‐Saran ... 48
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner PODES SE06
Lampiran 2. Contoh Tabel Keterangan Desa Dalam Kawasan Hutan
Lampiran 3. Contoh Tabel Hasil Matching Letak Desa Dalam Kawasan Hutan Lampiran 4. Contoh Peta
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. SK 456/ Menhut‐VII/ 2004,
salah satu dari lima kebijakan prioritas pembangunan kehutanan 2005 – 2009 ialah
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Dalam dan di Sekitar Kawasan Hutan.
Kebijakan ini telah ditindaklanjuti dengan penetapan beberapa kegiatan pokoknya
pada Rencana Strategis Departemen Kehutanan 2005 – 2009 (Penyempurnaan), yaitu
antara lain Pengembangan Hutan Rakyat dan Hutan Tanaman Rakyat serta
Pengembangan Hutan Kemasyarakatan.
Untuk melaksanakan kegiatan‐kegiatan pokok tersebut di atas secara efektif,
mutlak diperlukan berbagai data dan informasi yang berkaitan dengan jumlah dan
penyebaran desa di dalam dan di sekitar kawasan hutan, serta data kependudukan
dari desa‐desa tersebut, khususnya yang berkaitan dengan sumberdaya hutan. Badan
Pusat Statistik (BPS) telah memperoleh data spasial dan numerik mengenai desa yang
terletak baik di dalam, di tepi dan di luar kawasan hutan melalui data Potensi Desa
(Podes) tahun 2005 yang diperoleh pada pelaksanaan Sensus Ekonomi tahun 2006
(SE06). Namun demikian pada pelaksanaannya data BPS tersebut hanya didasarkan
pada jarak desa dengan lokasi tegakan hutan sehingga data desa pada Podes 2005
tidak selalu sesuai dengan data desa di dalam dan di sekitar kawasan hutan yang
dibutuhkan oleh Departemen Kehutanan.
Untuk memperoleh data/informasi yang lengkap dan akurat mengenai
jumlah dan penyebaran desa dalam kawasan hutan serta data kependudukan lainnya,
maka perlu dilaksanakan kegiatan Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan dengan
memanfaatkan data kawasan hutan (spasial dan numerik), data wilayah administrasi
desa (spasial dan numerik) dan data Podes SE06.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari kegiatan identifikasi desa kawasan hutan adalah
untuk memperoleh data/informasi (spasial dan numerik) yang mutakhir mengenai
jumlah dan penyebaran desa serta data kependudukan lainnya dalam kawasan hutan.
1.3. Ruang Lingkup dan Cakupan Kegiatan
Kegiatan ini mencakup semua desa, baik yang seluruh maupun sebagian
wilayahnya berada di dalam kawasan hutan, yang terletak di 15 (lima belas) provinsi
di Indonesia (Sumatera Utara tidak termasuk Kepulauan Nias, Riau, Sumatera Barat,
Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara dan
Maluku). Penentuan ke‐15 provinsi tersebut di atas antara lain dengan
mempertimbangkan provinsi‐provinsi yang direncanakan akan menjadi lokasi
pembangunan hutan tanaman rakyat.
Data yang akan dikumpulkan dan diolah, antara lain jumlah dan penyebaran
desa dalam kawasan hutan sesuai fungsi pokoknya, jumlah penduduk/ keluarga, mata
pencaharian utama, luas desa, dll.
1.4. Konsep dan Definisi
1. Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan
2. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh
pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Kawasan
hutan dibagi ke dalam kelompok Hutan Konservasi, Hutan Lindung dan Hutan
Produksi dengan pengertian sebagai berikut :
1). Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang
satwa serta ekosistemnya. Kawasan hutan konservasi terdiri dari : Kawasan
Hutan Suaka Alam dan Pelestarian Alam Darat, Kawasan Hutan Suaka Alam
dan Pelestarian Alam Perairan serta Taman Buru.
2). Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,
mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan
memelihara kesuburan tanah.
3). Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan. Hutan Produksi terdiri dari Hutan Produksi Tetap
(HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT), dan Hutan Produksi yang dapat di
Konversi (HPK).
3. Desa/Kelurahan adalah kesatuan masyarakat yang secara hukum memiliki
kewenangan mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan asal
usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional.
Secara administratif , desa merupakan bagian dari wilayah kabupaten.
4. Berdasarkan konsep yang digunakan dalam pelaksanaan PODES SE06, menurut
letaknya terhadap kawasan hutan, desa/ kelurahan terdiri dari :
- Desa/ Kelurahan di dalam kawasan hutan adalah desa/ kelurahan yang
letaknya di tengah atau di kelilingi kawasan hutan baik desa yang sudah
dienclave maupun yang belum.
- Desa/ Kelurahan di tepi kawasan hutan adalah desa/ kelurahan yang
letaknya di tepi, atau di pinggir kawasan hutan, atau berbatasan dengan
kawasan hutan.
- Desa/ Kelurahan di luar kawasan hutan adalah desa/ kelurahan yang
letaknya jauh dari kawasan hutan.
Dalam kegiatan ini, kategori desa/kelurahan baik yang berada di dalam kawasan
hutan maupun di tepi kawasan hutan dianggap berada dalam/sekitar kawasan
5. Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di desa selama 6 bulan atau
lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan
untuk menetap.
6. Keluarga adalah sekelompok orang yang mempunyai hubungan darah terdiri
dari bapak, ibu dan atau anak atau mempunyai kartu keluarga sendiri.
7. Sumber Penghasilan Utama sebagian besar penduduk adalah sektor atau bidang
usaha dimana sebagian besar penduduknya memperoleh penghasilan/
pendapatan, terdiri dari 6 sektor yaitu:
1). Pertanian, meliputi kegiatan pertanian tanaman bahan makanan,
perkebunan, peternakan, perikanan, jasa pertanian, kehutanan dan jasa
kehutanan, perburuan/penangkapan dan pembiakan satwa liar.
2). Pertambangan dan Penggalian adalah lapangan usaha di bidang
pertambangan dan penggalian, seperti pertambangan batubara, minyak dan
gas bumi, biji logam, penggalian batu‐batuan, tanah liat, pasir,
penambangana dan penggalian garam, pertambangan mineral bahan
kimia,dan bahan pupuk, penambangan gips, aspal dan lain‐lain.
3). Industri Pengolahan adalah kegiatan pengubahan bahan dasar menjadi
bahan jadi/ setengah jadi, dari kurang nilainya menjadi barang lebih tinggi
nilainya.
4). Perdagangan Besar/ Eceran, Rumah Makan dan Akomodasi adalah kegiatan
jual beli barang, usaha restoran/ rumah makan dan minuman, katering,
restorasi di kereta api, kafetaria, kantin, warung, penginapan.
5). Jasa adalah kegiatan ekonomi yang menghasilkan jasa dengan tujuan untuk
dijual baik seluruhnya atau sebagian, meliputi :
a. Real estat, jasa persewaan, dan jasa perusahaan.
b. Jasa pendidikan
c. Jasa kesehatan dan kebersihan
e. Jasa rekreasi, kebudayaan dan olah raga
f. Jasa perusahaan dan rumah tangga
6). Sektor Lainnya adalah kegiatan ekonomi lainnya seperti Listrik, Gas, Air,
Konstruksi, Transportasi, Komunikasi, Lembaga Keuangan.
8. Sumber Penghasilan Utama Penduduk pada sektor pertanian, terdiri dari 7
(tujuh) subsektor yaitu Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan, Perikanan
Darat, Perikanan Laut, Kehutanan, dan Lainnya.
9. Matching adalah kegiatan mencocokkan antara data letak desa terhadap kawasan
hutan (PODES SE06) dengan data hasil tumpangsusun peta wilayah administrasi
2
METODOLOGI
Kegiatan identifikasi desa dalam kawasan hutan terdiri dari beberapa
tahapan, yaitu mulai dari tahap persiapan kegiatan sampai dengan hasil yang berupa
jumlah dan penyebaran desa‐desa dalam kawasan hutan, baik berupa tabulasi
maupun dalam bentuk peta.
2.1. Sumber Data
Beberapa sumber data yang digunakan pada kegiatan identifkasi desa dalam
kawasan hutan adalah :
1.Data PODES SE06.
PODES SE06 yang dilaksanakan pada tahun 2005 merupakan rangkaian
kegiatan Sensus Ekonomi 2006. Beberapa variabel PODES SE06 yang diperlukan
dalam kegiatan ini, adalah :
1) Identitas Desa
2) Luas Wilayah Desa
3) Jumlah Penduduk Desa
4) Jumlah Keluarga
5) Lokasi Desa
6) Sumber Penghasilan Utama Sebagian Besar Penduduk Desa
7) Sub Sektor Sumber Penghasilan Utama pada Sektor Pertanian
Kuesioner PODES SE06 dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.Sketsa Peta Wilayah Administrasi
Sketsa peta wilayah administrasi yang digunakan terdiri dari :
1) Sketsa Peta Kabupaten per Desa (peta lokasi/penyebaran desa pada tiap
provinsi) merupakan peta yang membagi habis wilayah Kabupaten/Kota
2) Sketsa Peta Provinsi per Desa (peta lokasi/penyebaran desa pada tiap provinsi)
merupakan peta yang membagi habis wilayah provinsi menurut
kabupaten/kota, kecamatan dan desa.
Mengingat PODES SE06 dilaksanakan beberapa bulan sebelum pembuatan
sketsa peta wilayah administrasi desa, sangat dimungkinkan adanya desa‐desa yang
tergambar dalam sketsa peta wilayah administrasi desa tidak memiliki data PODES
SE06.
3.Peta Kawasan Hutan
Peta Kawasan Hutan yang digunakan dalam kegiatan ini sebagian besar
adalah Peta Kawasan Hutan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan tentang
Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan, kecuali untuk Provinsi Riau dan
Kalimantan Tengah digunakan Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK).
2.2. Prosedur Identifikasi Desa dalam Kawasan Hutan
Dari beberapa sumber data di atas, prosedur kegiatan identifikasi desa dalam
kawasan hutan meliputi beberapa tahap proses pengolahan, sebagai berikut :
1. Penggabungan Data Podes SE06 dengan Sketsa Peta Wilayah Admininstrasi Desa,
diawali dengan mengidentifikasi kabupaten yang memiliki desa terhadap lokasi
hutan (Di dalam Kawasan, Di Tepi Kawasan Hutan, dan Di Luar Kawasan
Hutan). Output dari proses penggabungan ini adalah sketsa peta wilayah
administrasi desa yang memuat data Podes SE06.
2. Tumpangsusun/ Overlay sketsa peta wilayah administrasi desa dengan peta
kawasan hutan. Peta administrasi tidak berubah tetapi hanya menyesuaikan
dengan peta kawasan hutan. Proses ini menghasilkan tempat kedudukan sketsa
peta desa menurut informasi PODES SE06 di kawasan hutan. Output proses ini
akan dilakukan proses matching data. Skala peta administrasi yang digunakan
mengikuti skala untuk masing‐masing provinsi.
3. Matching data Podes SE06 dengan hasil overlay.
Output proses ini adalah dapat mengidentifikasi letak suatu desa.
Keterangan letak desa yang didapatkan yaitu ada yang cocok (match) dan ada
pula yang tidak cocok (tidak match).
Keterangan letak desa yang dianggap sesuai cocok (match) terdiri dari
beberapa kriteria, yaitu :
1). Letak desa pada data PODES SE06 menunjukkan bahwa desa tersebut berada
di dalam kawasan hutan (kode 1), dan hasil tumpangsusun peta kawasan
hutan dengan peta wilayah admiinstrasi desa menunjukkan desa tersebut
terletak di salah satu atau lebih fungsi pokok kawasan hutan.
2). Letak desa pada data PODES SE06 menunjukkan bahwa desa tersebut berada
di tepi kawasan hutan (kode 2), dan hasil tumpangsusun peta kawasan hutan
dengan peta wilayah administrasi desa menunjukkan desa tersebut terletak
di salah satu atau lebih fungsi pokok kawasan hutan.
3). Letak desa pada data PODES SE06 menunjukkan bahwa desa tersebut berada
di luar kawasan hutan (kode 3), dan hasil tumpangsusun peta kawasan hutan
dengan peta wilayah administrasi desa menunjukkan desa tersebut tidak
terletak di salah satu fungsi pokok kawasan hutan termasuk yang hanya
berada di Areal Penggunaan Lain (APL) yang berkode 1007, tetapi jika ada
salah satu kode kawasan hutan dianggap tidak match.
Sedangkan keterangan letak desa yang dianggap tidak sesuai (tidak
match) terdiri dari beberapa kondisi, yaitu :
1). Letak desa pada data PODES SE06 menunjukkan bahwa desa tersebut berada
di dalam kawasan hutan (kode 1), sedangkan hasil tumpangususn peta
desa tersebut tidak terletak di salah satu fungsi pokok kawasan hutan.
termasuk yang berada di Areal Penggunaan Lain (APL) yang berkode 1007.
2). Letak desa pada data PODES SE06 menunjukkan bahwa desa tersebut berada
di tepi kawasan hutan (kode 2), sedangkan hasil tumpangsusun peta
kawasan hutan dengan peta wilayah administrasi desa menunjukkan desa
tersebut tidak terletak di salah satu fungsi pokok kawasan hutan yang
ditetapkan oleh Departemen Kehutanan termasuk yang berada di Areal
Penggunaan Lain (APL) yang berkode 1007.
3). Letak desa pada data PODES SE06 menunjukkan bahwa desa tersebut berada
di luar kawasan hutan (kode 3), sedangkan hasil tumpangsusun peta
kawasan hutan dengan peta wilayah administrasi desa menunjukkan desa
tersebut terletak di salah satu atau lebih fungsi pokok kawasan hutan yang
ditetapkan oleh Departemen Kehutanan.
4. Pembuatan Peta Tematik Identifikasi Desa dalam Kawasan hutan
Proses ini menghasilkan peta tematik identifikasi desa kawasan hutan dilengkapi
dengan legenda informasi kawasan hutan yang ada. Melalui proses dengan
piranti lunak Arcview, setiap kabupaten ditampilkan secara terpisah dengan luas
wilayah terkecil adalah desa
Adapun secara garis besar gambaran prosedur identifikasi desa dalam kawasan
2.3. Verifikasi Data Hasil Matching
Untuk memperkuat hasil matching perlu dilakukan verifikasi data hasil
matching, yang dilakukan pada setiap desa yang memiliki polygon fungsi kawasan
hutan. Proses verifikasi untuk melihat kesesuaian tabulasi data hasil matching dengan
peta hasil matching. Jika di dalam rinciannya terjadi kesalahan selanjutnya dilakukan
koreksi‐koreksi. Pada awalnya direncanakan akan dilakukan verifikasi untuk setiap
desa di tingkat kabupaten, namun karena waktu sangat terbatas, verifikasi hanya
Pada pelaksanaan pendataan PODES SE06 di lapangan, dimungkinkan
terjadi kesalahan persepsi petugas/ nara sumber/ responden dalam mendefinisikan
kawasan hutan, sehingga informasi yang dihasilkan mengenai penentuan lokasi desa
terhadap kawasan hutan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini antara lain
dapat disebabkan karena petugas di lapangan tidak dibekali dengan peta kawasan
hutan dan GPS. Tetapi kondisi tersebut diharapkan tidak terlalu banyak terjadi
mengingat data yang dikumpulkan pada PODES SE06 sudah disempurnakan dari
PODES ST03.
2.4. Analisis Data dan Peta Hasil Matching
Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang disajikan secara
absolut dan persentase. Ulasan disertai dengan analisis data pendukung yang
tersedia, seperti luas wilayah, jumlah penduduk dan lain sebagainya.
2.5. Penyajian hasil Identifikasi Desa
Hasil Identifikasi Desa dalam kawasan Hutan disajikan dalam bentuk :
1. Buku utama yang berjudul “Identifikasi Desa dalam Kawasan Hutan 2007”
merupakan publikasi yang berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan,
konsep dan definisi, metodologi dan hasil identifikasi desa dalam kawasan hutan
yang dilengkapi dengan CD.
2. Peta Tematik 15 propinsi yang merupakan hasil Overlay Peta kawasan hutan dan
Sketsa Peta Wilayah Administarsi Desa
3
HASIL
KEGIATAN
IDENTIFIKASI
DESA
DAN
BEBERAPA
INDIKATOR
PENTING
3.1. Jumlah wilayah yang diidentifikasi
Wilayah kabupaten yang diidentifikasi dalam kegiatan identifikasi desa
dalam kawasan hutan tersebar di 15 (lima belas) provinsi seperti terlihat pada Tabel
3.1. di bawah ini.
Tabel
3.1.
Jumlah
Wilayah
yang
Diidentifikasi
Jumlah Kabupaten PODES Peta Provinsi
SE06 Kawasan Hutan
(1) (2) (3)
1 Sumatera Utara 23 23
2 Sumatera Barat 19 19
3 Riau 11 11
4 Sumatera Selatan 14 14
5 Kepulauan Bangka Belitung 7 7
6 Jawa Tengah 35 35
7 Bali 9 9
8 Nusa Tenggara Barat 9 9
9 Nusa Tenggara Timur 16 16
10 Kalimantan Barat 12 12
11 Kalimantan Tengah 14 14
12 Kalimantan Selatan 13 13
13 Kalimantan Timur 13 13
14 Sulawesi Tenggara 10 10
15 Maluku 8 8
Jumlah wilayah kabupaten yang diidentifikasi dalam kegiatan ini baik
berdasarkan data PODES SE06 maupun peta kawasan hutan adalah sebanyak 213
kabupaten.
3.2. Jumlah dan Penyebaran desa berdasarkan data PODES SE06
Banyaknya desa yang dicakup dalam kegiatan identifikasi desa di kawasan
hutan berdasarkan data PODES SE06 adalah 31.957 desa yang tersebar di 15 provinsi.
Untuk informasi secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Compact Disc (CD).
3.2.1. Jumlah Desa Menurut Letak Terhadap Kawasan Hutan
Berdasarkan data PODES SE06, dapat diidentifikasi lokasi desa di kawasan
hutan seperti terlihat pada tabel 3.2.1 di bawah ini :
Tabel 3.2.1. Jumlah Desa Menurut Letak Terhadap Kawasan Hutan
Dalam Tepi Luar
Jumlah Kawasan Kawasan Kawasan
Desa Hutan Hutan Hutan
Provinsi
Grafik 3.2.1. Jumlah Desa Menurut Letak Terhadap Kawasan Hutan
1305
7943
22709
0 5000 10000 15000 20000 25000
Dalam Kawasan Hutan
Tepi Kawasan Hutan
Luar Kawasan Hutan
Berdasarkan tabel di atas, dari 31.957 desa di 15 provinsi sebagian besar
(71,06 persen) desa terletak di luar kawasan hutan. Selanjutnya jumlah desa yang terletak di tepi kawasan hutan adalah sebesar 7.943 desa atau 24,86 persen dan sisanya
sebesar 4,08 persen desa terletak di dalam kawasan hutan. Jika diamati per provinsi, Kalimantan Tengah mempunyai proporsi desa yang terletak di dalam kawasan hutan
paling besar, yaitu sebanyak 208 desa atau 15,40 persen. Sedangkan proporsi desa di
dalam kawasan hutan yang terkecil berada di provinsi Bali yaitu sebanyak 2 desa atau 0,29 persen. Demikian pula dengan proporsi desa yang terletak di tepi kawasan hutan
yang paling tinggi adalah di provinsi Kalimantan Tengah, yaitu sebesar 50,11 persen. Sedangkan provinsi yang mempunyai proporsi desa di tepi kawasan hutan paling
rendah adalah provinsi Kalimantan Selatan yaitu sebesar 11,89 persen, tidak berbeda
jauh dengan provinsi Bali yaitu sebesar 11,98 persen. Karena provinsi Kalimantan Tengah mempunyai proporsi desa tertinggi di dalam dan di tepi kawasan hutan,
maka di provinsi tersebut mempunyai proporsi desa yang terletak di luar kawasan hutan paling rendah yaitu sebesar 34,49 persen. Provinsi Bali mempunyai proporsi
desa yang berada di luar kawasan hutan paling besar yaitu sebesar 87,73 persen.
3.2.2. Luas Wilayah Desa Menurut Letak Terhadap Kawasan Hutan
Luas wilayah desa di kawasan hutan menurut provinsi dapat dilihat pada tabel
Tabel 3.2.2. Luas Wilayah Menurut Letak Terhadap Kawasan Hutan
Dalam Tepi Luar
Luas Kawasan Kawasan Kawasan Wilayah
(Ha) Hutan Hutan Hutan
Provinsi
Absolut % Absolut % Absolut %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Sumatera Utara 6 635 529 277 227 4,18 1 748 977 26,36 4 609 325 69,46 2 Sumatera Barat 4 135 416 321 582 7,78 2 054 518 49,68 1 759 316 42,54 3 Riau 9 245 142 434 233 4,70 3 246 553 35,12 5 564 356 60,19 4 Sumatera Selatan 14 541 213 589 367 4,05 3 029 535 20,83 10 922 311 75,11 5 Kep. Bangka Belitung 2 496 738 1 173 0,05 1 211 729 48,53 1 283 836 51,42 6 Jawa Tengah 3 416 689 475 310 13,91 808 161 23,65 2 133 218 62,44 7 Bali 461 090 3 442 0,75 89 580 19,43 368 068 79,83 8 Nusa Tenggara Barat 1 472 243 71 065 4,83 619 516 42,08 781 662 53,09 9 Nusa Tenggara Timur 7 430 508 238 572 3,21 2 018 215 27,16 5 173 721 69,63 10 Kalimantan Barat 14 218 230 2 138 080 15,04 5 261 763 37,01 6 818 387 47,96 11 Kalimantan Tengah 13 126 064 2 313 757 17,63 6 189 834 47,16 4 622 473 35,22 12 Kalimantan Selatan 4 341 353 369 654 8,51 1 248 153 28,75 2 723 546 62,73 13 Kalimantan Timur 15 484 814 3 903 353 25,21 7 704 972 49,76 3 876 489 25,03 14 Sulawesi Tenggara 3 605 554 100 494 2,79 1 395 003 38,69 2 110 057 58,52 15 Maluku 5 751 529 162 191 2,82 1 325 448 23,05 4 263 890 74,13
Jumlah 106 362 112 11 399 500 10,72 37 951 957 35,68 57 010 655 53,60
Tabel 3.2.2 memperlihatkan bahwa dari 15 provinsi terpilih di Indonesia,
secara umum ada 53,60 persen atau 57.010.655 ha wilayah berada di luar kawasan
hutan dari 106.362.112 ha luas wilayah provinsi terpilih. Luas wilayah yang berada di
dalam kawasan hutan sangat kecil yaitu 10,72 persen atau 11.399.500 ha, sedangkan
luas wilayah yang berada di tepi kawasan hutan sebesar 35,68 persen.
Bila dilihat dari masing‐masing provinsi, persentase terbesar untuk luas
wilayah yang terletak di dalam kawasan hutan adalah provinsi Kalimantan Timur
yaitu 25,21 persen atau 3.903.353 ha dari 15.484.814 ha wilayah yang ada di provinsi
tersebut, kemudian diikuti oleh provinsi Kalimantan Tengah sebesar 17,63 persen atau
Provinsi yang luas wilayahnya berada di tepi kawasan hutan dengan
persentase terbesar adalah Provinsi Kalimantan Timur yaitu 49,76 persen, sedang luas
wilayah dengan persentase terkecil adalah Provinsi Bali yaitu 19,43 persen.
Sementara untuk wilayah yang berada di luar kawasan hutan, yang memiliki
persentase terluas adalah provinsi Bali yaitu 368.068 ha atau 79,83 persen dari 461.090
ha luas wilayah yang ada di provinsi tersebut. Karena Provinsi Kalimantan Timur
mempunyai luas wilayah terbesar di dalam kawasan hutan dan di tepi kawasan
hutan, maka provinsi tersebut merupakan provinsi dengan persentase terkecil untuk
luas wilayah yang berada di luar kawasan hutan.
3.2.3. Jumlah Penduduk Menurut Letak Terhadap Kawasan Hutan
Jumlah penduduk desa di kawasan hutan menurut provinsi dapat dilihat pada
tabel 3.2.3 berikut ini :
Tabel 3.2.3. Jumlah Penduduk Menurut Letak Terhadap Kawasan Hutan
Dalam Tepi Luar
Jumlah Kawasan Kawasan Kawasan
Penduduk Hutan Hutan Hutan
Provinsi
(orang/jiwa) Absolut % Absolut % Absolut %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Sumatera Utara 11 356 087 115 596 1,02 1 103 768 9,72 10 136 723 89,26 2 Sumatera Barat 4 607 749 78 795 1,71 1 398 635 30,35 3 130 319 67,94 3 Riau 4 670 901 87 175 1,87 919 957 19,70 3 663 769 78,44 4 Sumatera Selatan 6 942 997 165 727 2,39 712 291 10,26 6 064 979 87,35 5 Kep Bangka Belitung 1 026 963 2 173 0,21 368 656 35,90 656 134 63,89 6 Jawa Tengah 32 803 274 619 587 1,89 5 482 916 16,71 26 700 771 81,40 7 Bali 3 271 583 7 752 0,24 340 794 10,42 2 923 037 89,35 8 Nusa Tenggara Barat 4 231 280 84 432 2,00 791 483 18,71 3 355 365 79,30 9 Nusa Tenggara Timur 4 297 482 85 276 1,98 1 138 747 26,50 3 073 459 71,52 10 Kalimantan Barat 4 062 554 184 874 4,55 1 052 386 25,90 2 825 294 69,54 11 Kalimantan Tengah 1 926 769 152 787 7,93 797 439 41,39 976 543 50,68 12 Kalimantan Selatan 3 236 003 39 937 1,23 294 071 9,09 2 901 995 89,68 13 Kalimantan Timur 2 932 190 118 328 4,04 643 851 21,96 2 170 011 74,01 14 Sulawesi Tenggara 1 993 554 32 335 1,62 662 001 33,21 1 299 218 65,17 15 Maluku 1 350 136 20 427 1,51 431 627 31,97 898 082 66,52 Jumlah 88 709 522 1 795 201 2,02 16 138 622 18,19 70 775 699 79,78
Dari tabel 3.2.3 dapat dilihat, persentase jumlah penduduk Provinsi
Kalimantan Tengah yang tinggal di dalam kawasan hutan sebesar 7,93 persen dari
jumlah seluruh penduduknya. Angka ini merupakan persentase tertinggi dari 15
provinsi yang dilakukan identifikasi, yang diikuti oleh provinsi Kalimantan Barat
sebagai provinsi dengan persentase tertinggi kedua yaitu sebesar 4,55 persen dari
jumlah seluruh penduduknya. Persentase terendah diduduki oleh Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, karena dari seluruh penduduknya hanya 0,21 persen yang tinggal
dalam kawasan hutan.
Kalimantan Tengah juga merupakan provinsi dengan persentase tertinggi
penduduk bertempat tinggal di tepi kawasan hutan, yaitu 41,39 persen, sedangkan
persentase tertinggi berikutnya adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan
persentase sebesar 35,9 persen. Berbeda dengan persentase penduduk yang berada
dalam kawasan hutan, maka persentase terendah penduduk yang bertempat tinggal
di tepi kawasan hutan adalah Provinsi Kalimantan Selatan.
Hampir separuh dari jumlah penduduk provinsi Kalimantan Tengah
berdomisili di dalam kawasan hutan atau di tepi kawasan hutan, oleh karena itu
persentase penduduk Kalimantan Tengah yang berdomisili di luar kawasan hutan
hanya 50,68 persen. Angka ini merupakan persentase terendah dibandingkan 14
provinsi lainnya.
3.2.4. Jumlah Keluarga Menurut Letak Terhadap Kawasan Hutan
Jumlah keluarga di kawasan hutan menurut provinsi dapat dilihat pada tabel
Tabel 3.2.4. Jumlah Keluarga Menurut Letak Terhadap Kawasan Hutan
Dalam Tepi Luar
Jumlah Kawasan Kawasan Kawasan Keluarga Hutan Hutan Hutan Provinsi
Absolut % Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Sumatera Utara 2 480 890 26 519 1,07 248 439 10,01 2 205 932 88,92 2 Sumatera Barat 1 066 287 17 952 1,68 320 848 30,09 727 487 68,23 3 Riau 1 071 212 21 755 2,03 206 081 19,24 843 376 78,73 4 Sumatera Selatan 1 633 648 41 395 2,53 165 823 10,15 1 426 430 87,32 5 Kep Bangka Belitung 256 633 450 0,18 90 931 35,43 165 252 64,39 6 Jawa Tengah 8 382 490 162 383 1,94 1 441 286 17,19 6 778 821 80,87 7 Bali 795 735 2 065 0,26 89 368 11,23 704 302 88,51 8 Nusa Tenggara Barat 1 152 459 21 987 1,91 216 545 18,79 913 927 79,30 9 Nusa Tenggara Timur 951 260 19 600 2,06 249 862 26,27 681 798 71,67 10 Kalimantan Barat 940 189 42 639 4,54 245 452 26,11 652 098 69,36 11 Kalimantan Tengah 482 884 38 710 8,02 196 607 40,72 247 567 51,27 12 Kalimantan Selatan 853 861 11 345 1,33 78 048 9,14 764 468 89,53 13 Kalimantan Timur 749 338 28 811 3,84 162 480 21,68 558 047 74,47 14 Sulawesi Tenggara 458 917 8 318 1,81 152 830 33,30 297 769 64,89 15 Maluku 287 644 4 701 1,63 92 148 32,04 190 795 66,33
Jumlah 21 563 447 448 630 2,08 3 956 748 18,35 17 158 069 79,57
Tabel 3.2.4 memperlihatkan persebaran jumlah keluarga pada 15 provinsi
menurut lokasi kawasan hutan. Berdasarkan tabel tersebut, provinsi dengan jumlah
keluarga terbesar adalah Jawa Tengah yaitu sebanyak 8.382.490 keluarga, diikuti oleh
Provinsi Sumatera Utara sebanyak 2.480.890 keluarga. Sementara itu provinsi dengan
jumlah keluarga terkecil adalah Kepulauan Bangka Belitung, sebanyak 256.633
keluarga.
Secara umum, sebagian besar keluarga (79,57 persen) berada di luar kawasan
hutan. Keluarga yang berada di tepi kawasan hutan dan dalam kawasan hutan
Bila ditinjau dari jumlah keluarga yang terletak di dalam kawasan hutan,
persentase tertinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah (8,02 persen). Sementara
itu persentase terendah ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (0,18 persen).
Jika dilihat dari jumlah keluarga yang terletak di tepi kawasan hutan,
persentase tertinggi juga terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah (40,72 persen) dan
yang terendah terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan (9,14 persen).
Selanjutnya bila dilihat dari persentase jumlah keluarga yang tinggal di luar
kawasan hutan, persentase terbesar terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan (89,53
persen) dan yang terendah terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah (51,27 persen).
3.2.5. Jumlah Desa Menurut Sumber Penghasilan Utama
Jumlah Desa dalam kawasan hutan menurut sumber penghasilan utama per
provinsi dapat dilihat pada tabel 3.2.5.a. berikut ini :
Tabel 3.2.5.a. Jumlah Desa Di Dalam Kawasan Hutan Menurut Sumber Penghasilan Utama
Sumber Penghasilan Utama
Jumlah Pertanian Pertambangan Industri Desa dan Penggalian Pengolahan Provinsi
Absolut % Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Sumatera Utara 165 165 100,00 0 0,00 0 0,00 2 Sumatera Barat 29 29 100,00 0 0,00 0 0,00
3 Riau 71 70 98,59 0 0,00 0 0,00
4 Sumatera Selatan 102 102 100,00 0 0,00 0 0,00 5 Kep Bangka Belitung 1 0 0,00 1 100,00 0 0,00 6 Jawa Tengah 188 187 99,47 0 0,00 0 0,00
7 Bali 2 2 100,00 0 0,00 0 0,00
8 Nusa Tenggara Barat 34 33 97,06 0 0,00 0 0,00 9 Nusa Tenggara Timur 73 72 98,63 0 0,00 0 0,00 10 Kalimantan Barat 119 118 99,16 0 0,00 0 0,00 11 Kalimantan Tengah 208 206 99,04 1 0,48 0 0,00 12 Kalimantan Selatan 46 45 97,83 1 2,17 0 0,00 13 Kalimantan Timur 194 192 98,97 0 0,00 0 0,00 14 Sulawesi Tenggara 47 46 97,87 1 2,13 0 0,00 15 Maluku 26 26 100,00 0 0,00 0 0,00 Jumlah 1 305 1 293 99,08 4 0,31 0 0,00
Tabel 3.2.5.a. Lanjutan
Sumber Penghasilan Utama
Jumlah Perdagangan, Jasa Lainnya
Desa dan akomodasi
Provinsi
Absolut % Absolut % Absolut % (1) (2) (9) (10) (11) (12) (13) (14) 1 Sumatera Utara 165 0 0,00 0 0,00 0 0,00 2 Sumatera Barat 29 0 0,00 0 0,00 0 0,00
3 Riau 71 0 0,00 0 0,00 1 1,41
4 Sumatera Selatan 102 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Kep Bangka Belitung 1 0 0,00 0 0,00 0 0,00 6 Jawa Tengah 188 0 0,00 0 0,00 1 0,53
7 Bali 2 0 0,00 0 0,00 0 0,00
8 Nusa Tenggara Barat 34 0 0,00 1 2,94 0 0,00 9 Nusa Tenggara Timur 73 0 0,00 1 1,37 0 0,00 10 Kalimantan Barat 119 0 0,00 0 0,00 1 0,84 11 Kalimantan Tengah 208 0 0,00 0 0,00 1 0,48 12 Kalimantan Selatan 46 0 0,00 0 0,00 0 0,00 13 Kalimantan Timur 194 0 0,00 2 1,03 0 0,00 14 Sulawesi Tenggara 47 0 0,00 0 0,00 0 0,00 15 Maluku 26 0 0,00 0 0,00 0 0,00 Jumlah 1 305 0 0,00 4 0,31 4 0,31
Pada Tabel 3.2.5.a, Provinsi Kalimantan Tengah adalah provinsi dengan
jumlah desa terbanyak di dalam kawasan hutan yaitu 208 desa, sedangkan provinsi
Kepulauan Bangka Belitung memiliki jumlah desa paling sedikit yaitu hanya 1 desa.
Berdasarkan sumber penghasilan utama masyarakat desa di dalam kawasan
hutan, hampir semua provinsi tersebut memiliki jumlah desa yang sebagian besar
penduduknya berpenghasilan utama di sektor pertanian kecuali provnsi Kepulauan
Bangka Belitung. Bahkan di beberapa provinsi seperti Sumatera Utara, Sumetera
Barat, Sumatera Selatan, Bali, dan Maluku memiliki persentase sumber penghasilan
utama di sektor pertanian mencapai 100 persen, sedangkan provinsi lainnya kecuali
Kepulauan Bangka Belitung lebih dari 90 persen.
Tabel 3.2.5.b Jumlah Desa Di Tepi Kawasan Hutan Menurut Sumber Penghasilan Utama
Sumber Penghasilan Utama
Jumlah Pertanian Pertambangan Industri Desa Dan Penggalian Pengolahan Provinsi
Absolut % Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Sumatera Utara 1 073 1 059 98,70 0 0,00 0 0,00 2 Sumatera Barat 263 251 95,44 1 0,38 1 0,38 3 Riau 361 348 96,40 0 0,00 3 0,83 4 Sumatera Selatan 461 455 98,70 1 0,22 0 0,00 5 Kep Bangka Belitung 143 102 71,33 37 25,87 1 0,70 6 Jawa Tengah 1 581 1 529 96,71 1 0,06 30 1,90
7 Bali 84 82 97,62 0 0,00 0 0,00
8 Nusa Tenggara Barat 222 219 98,65 1 0,45 0 0,00 9 Nusa Tenggara Timur 769 757 98,44 2 0,26 2 0,26 10 Kalimantan Barat 524 518 98,85 2 0,38 0 0,00 11 Kalimantan Tengah 677 665 98,23 3 0,44 0 0,00 12 Kalimantan Selatan 233 223 95,71 4 1,72 1 0,43 13 Kalimantan Timur 567 529 93,30 12 2,12 4 0,71 14 Sulawesi Tenggara 645 613 95,04 2 0,31 1 0,16 15 Maluku 340 320 94,12 0 0,00 1 0,29 Jumlah 7 943 7 670 96,56 66 0,83 44 0,55
Tabel 3.2.5.b. Lanjutan
Sumber Penghasilan Utama
Jumlah Perdagangan, Jasa Lainnya
Desa dan akomodasi
Provinsi
Absolut % Absolut % Absolut % (1) (2) (9) (10) (11) (12) (13) (14) 1 Sumatera Utara 1 073 3 0,28 7 0,65 4 0,37 2 Sumatera Barat 263 5 1,90 3 1,14 2 0,76
3 Riau 361 3 0,83 5 1,39 2 0,55
4 Sumatera Selatan 461 2 0,43 2 0,43 1 0,22 5 Kep Bangka Belitung 143 2 1,40 1 0,70 0 0,00 6 Jawa Tengah 1 581 8 0,51 8 0,51 5 0,32
7 Bali 84 2 2,38 0 0,00 0 0,00
Pada Tabel 3.2.5.b, Provinsi Jawa Tengah adalah provinsi dengan jumlah
desa terbanyak di tepi kawasan hutan yaitu 1.581 desa, sedangkan provinsi Bali
memiliki jumlah desa paling sedikit yaitu sebanyak 84 desa.
Berdasarkan sumber penghasilan utama masyarakat desa di tepi kawasan
hutan, semua provinsi memiliki jumlah desa yang sebagian besar penduduknya
berpenghasilan utama di sektor pertanian yaitu lebih dari 90 persen kecuali
Kepulauan Bangka Belitung yang hanya mencapai 71,33 persen.
Tabel 3.2.5.c. Jumlah Desa Di Luar Kawasan Hutan Menurut Sumber Penghasilan Utama
Sumber Penghasilan Utama
Jumlah Pertanian Pertambangan Industri Desa Dan Penggalian Pengolahan Provinsi
Absolut % Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Sumatera Utara 3 677 3 110 84,58 3 0,08 38 1,03 2 Sumatera Barat 609 417 68,47 3 0,49 10 1,64 3 Riau 1 045 897 85,84 2 0,19 7 0,67 4 Sumatera Selatan 2 215 1 982 89,48 2 0,09 12 0,54 5 Kep Bangka Belitung 177 74 41,81 42 23,73 0 0,00 6 Jawa Tengah 6 795 5 642 83,03 11 0,16 317 4,67 7 Bali 615 484 78,70 0 0,00 22 3,58 8 Nusa Tenggara Barat 564 500 88,65 1 0,18 1 0,18 9 Nusa Tenggara Timur 1 896 1 775 93,62 3 0,16 7 0,37 10 Kalimantan Barat 887 799 90,08 2 0,23 5 0,56 11 Kalimantan Tengah 466 435 93,35 4 0,86 2 0,43 12 Kalimantan Selatan 1 680 1 485 88,39 5 0,30 25 1,49 13 Kalimantan Timur 583 454 77,87 6 1,03 17 2,92 14 Sulawesi Tenggara 993 889 89,53 9 0,91 2 0,20 15 Maluku 507 469 92,50 2 0,39 2 0,39 Jumlah 22 709 19 412 85,48 95 0,42 467 2,06
Tabel 3.2.5.c. Lanjutan
Sumber Penghasilan Utama
Jumlah Perdagangan, Jasa Lainnya
Desa Dan akomodasi
Provinsi
Absolut % Absolut % Absolut % (1) (2) (9) (10) (11) (12) (13) (14) 1 Sumatera Utara 3 677 180 4,90 288 7,83 58 1,58 2 Sumatera Barat 609 87 14,29 57 9,36 35 5,75 3 Riau 1 045 70 6,70 55 5,26 14 1,34 4 Sumatera Selatan 2 215 92 4,15 87 3,93 40 1,81 5 Kep Bangka Belitung 177 18 10,17 31 17,51 12 6,78 6 Jawa Tengah 6 795 455 6,70 257 3,78 113 1,66 7 Bali 615 39 6,34 67 10,89 3 0,49 8 Nusa Tenggara Barat 564 39 6,91 23 4,08 0 0,00 9 Nusa Tenggara Timur 1 896 39 2,06 65 3,43 7 0,37 10 Kalimantan Barat 887 32 3,61 44 4,96 5 0,56 11 Kalimantan Tengah 466 17 3,65 4 0,86 4 0,86 12 Kalimantan Selatan 1 680 73 4,35 85 5,06 7 0,42 13 Kalimantan Timur 583 61 10,46 37 6,35 8 1,37 14 Sulawesi Tenggara 993 40 4,03 42 4,23 11 1,11 15 Maluku 507 14 2,76 13 2,56 7 1,38 Jumlah 22 709 1 256 5,53 1 155 5,09 324 1,43
Pada Tabel 3.2.5.c, Provinsi Jawa Tengah adalah provinsi dengan jumlah desa
terbanyak di luar kawasan hutan yaitu 6.795 desa, sedangkan provinsi Kepulauan
Bangka Belitung memiliki jumlah desa paling sedikit yaitu sebanyak 177 desa.
Jika dilihat menurut sumber penghasilan utama masyarakat desa di luar
kawasan hutan, semua provinsi tersebut memiliki jumlah desa yang sebagian besar
penduduknya berpenghasilan utama di sektor pertanian. Provinsi Nusa Tenggara
Timur memiliki persentase tertinggi yaitu mencapai 93,62 persen, sedangkan
persentase terkecil untuk sumber penghasilan utama dari sektor pertanian adalah
provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu sebesar 41,81 persen.
Jumlah Desa menurut sumber penghasilan utama per provinsi dapat dilihat
pada tabel 3.2.5.d. berikut ini :
Tabel 3.2.5.d. Jumlah Desa Menurut Sumber Penghasilan Utama
Sumber Penghasilan Utama Jumlah Pertanian Pertambangan Industri
Desa dan Penggalian Pengolahan Provinsi
Absolut % Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Sumatera Utara 4 915 4334 88,18 3 0,06 38 0,77 2 Sumatera Barat 901 697 77,36 4 0,44 11 1,22 3 Riau 1 477 1315 89,03 2 0,14 10 0,68 4 Sumatera Selatan 2 778 2539 91,40 3 0,11 12 0,43 5 Kep Bangka Belitung 321 176 54,83 80 24,92 1 0,31 6 Jawa Tengah 8 564 7358 85,92 12 0,14 347 4,05 7 Bali 701 568 81,03 0 0,00 22 3,14 8 Nusa Tenggara Barat 820 752 91,71 2 0,24 1 0,12 9 Nusa Tenggara Timur 2 738 2604 95,11 5 0,18 9 0,33 10 Kalimantan Barat 1 530 1435 93,79 4 0,26 5 0,33 11 Kalimantan Tengah 1 351 1306 96,67 8 0,59 2 0,15 12 Kalimantan Selatan 1 959 1753 89,48 10 0,51 26 1,33 13 Kalimantan Timur 1 344 1175 87,43 18 1,34 21 1,56 14 Sulawesi Tenggara 1 685 1548 91,87 12 0,71 3 0,18 15 Maluku 873 815 93,36 2 0,23 3 0,34 Jumlah 31 957 28 375 88,79 165 0,52 511 1,60
Tabel 3.2.5.d. Lanjutan
Sumber Penghasilan Utama
Jumlah Perdagangan, Jasa Lainnya
Desa Dan akomodasi
Provinsi
Pada Tabel 3.2.5.d, Provinsi Jawa Tengah adalah provinsi dengan jumlah
desa terbanyak yaitu 8.564 desa, sedangkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
memiliki jumlah desa paling sedikit yaitu 321 desa.
Jika dilihat menurut sumber penghasilan utama, semua provinsi tersebut
memiliki sejumlah desa yang sebagian besar penduduknya berpenghasilan utama di
sektor pertanian. Dari total desa tiap provinsi, Kalimantan Tengah memiliki
persentase terbesar yang penduduknya berpenghasilan utama di sektor pertanian
yaitu 96,67 persen dari 1351 desa yang terdapat di provinsi tersebut. Sedangkan
persentase terkecil adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu 54,83 persen dari
321 desa di provinsi tersebut.
Kepulauan Bangka Belitung memiliki sejumlah desa dengan persentase
terbesar yang berpenghasilan utama di sektor pertambangan dan penggalian yaitu
24,92 persen dari 321 desa, sedangkan Provinsi Bali dari 701 desa tidak ada yang
berpenghasilan utama di sektor tersebut.
Persentase terbesar dari sejumlah desa yang sebagian besasr penduduknya
berpenghasilan utama di sektor industri pengolahan adalah Provinsi Jawa Tengah
yaitu sebesar 4,05 persen dari 8564 desa. Di sektor perdagangan, rumah makan, dan
akomodasi adalah provinsi Sumatera Barat yaitu 10,21 persen dari 901 desa, serta di
sektor jasa adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu 9,97 persen.
Selain itu, provinsi yang memiliki sejumlah desa dengan persentase terbesar
yang berpenghasilan utama penduduknya di sektor lainnya adalah Sumatera Barat
yaitu 4,11 persen dan yang memiliki persentase terkecil adalah Nusa Tenggara Barat
yaitu 0 persen.
3.2.6. Jumlah Desa Menurut Sumber Penghasilan Utama pada Sektor Pertanian Sumber penghasilan utama pada sektor pertanian terdiri dari beberapa
subsektor yaitu Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan, Perikanan Darat,
Perikanan Laut, dan Kehutanan. Jumlah desa menurut sumber penghasilan utama
Tabel 3.2.6.a. Jumlah Desa Di Dalam Kawasan Hutan Menurut Sumber Penghasilan Utama pada Sektor Pertanian
Sumber Penghasilan Utama pada Sektor Pertanian Tanaman Perkebunan Peternakan Perikanan
Pangan Darat
Provinsi
Jumlah Desa
Abs % Abs % Abs % Abs %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1 Sumatera Utara 165 91 55,15 71 43,03 0 0,00 0 0,00 2 Sumatera Barat 29 17 58,62 12 41,38 0 0,00 0 0,00
3 Riau 70 3 4,29 66 94,29 0 0,00 0 0,00
4 Sumatera Selatan 102 20 19,61 79 77,45 0 0,00 0 0,00 5 Kep Bangka Belitung 0 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 6 Jawa Tengah 187 168 89,84 14 7,49 2 1,07 0 0,00
7 Bali 2 1 50,00 1 50,00 0 0,00 0 0,00
8 Nusa Tenggara Barat 33 29 87,88 3 9,09 1 3,03 0 0,00 9 Nusa Tenggara Timur 72 61 84,72 9 12,50 1 1,39 0 0,00 10 Kalimantan Barat 118 59 50,00 54 45,76 0 0,00 0 0,00 11 Kalimantan Tengah 206 95 46,12 78 37,86 1 0,49 3 1,46 12 Kalimantan Selatan 45 22 48,89 20 44,44 0 0,00 1 2,22 13 Kalimantan Timur 192 169 88,02 13 6,77 1 0,52 4 2,08 14 Sulawesi Tenggara 46 10 21,74 30 65,22 0 0,00 0 0,00 15 Maluku 26 10 38,46 16 61,54 0 0,00 0 0,00 Jumlah 1 293 755 58,39 466 36,04 6 0,46 8 0,62
Tabel 3.2.6.a. Lanjutan
Sumber Penghasilan Utama pada Sektor Pertanian Jumlah Perikanan Kehutanan Lainnya
Desa Laut
Provinsi
Absolut % Absolut % Absolut % (1) (2) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
1 Sumatera Utara 165 3 1,82 0 0,00 0 0,00
2 Sumatera Barat 29 0 0,00 0 0,00 0 0,00
3 Riau 70 1 1,43 0 0,00 0 0,00
4 Sumatera Selatan 102 1 0,98 2 1,96 0 0,00
5 Kep Bangka Belitung 0 0 0,00 0 0,00 0 0,00
6 Jawa Tengah 187 2 1,07 1 0,53 0 0,00
7 Bali 2 0 0,00 0 0,00 0 0,00
8 Nusa Tenggara Barat 33 0 0,00 0 0,00 0 0,00 9 Nusa Tenggara Timur 72 1 1,39 0 0,00 0 0,00
10 Kalimantan Barat 118 0 0,00 5 4,24 0 0,00
11 Kalimantan Tengah 206 2 0,97 24 11,65 3 1,46 12 Kalimantan Selatan 45 1 2,22 1 2,22 0 0,00
13 Kalimantan Timur 192 3 1,56 1 0,52 1 0,52
14 Sulawesi Tenggara 46 0 0,00 4 8,70 2 4,35
15 Maluku 26 0 0,00 0 0,00 0 0,00
Pada Tabel 3.2.6.a, Provinsi Kalimantan Tengah adalah provinsi dengan
jumlah desa terbanyak di dalam kawasan hutan yang sumber penghasilan utama
penduduknya dari sektor pertanian yaitu 206 desa, sedangkan provinsi Kepulauan
Bangka Belitung dari seluruh desa yang berada di dalam kawasan hutan tidak satu
pun desa yang sumber penghasilan utama penduduknya dari sektor pertanian.
Jika dilihat menurut subsektor pada sektor pertanian, sebagian besar
masyarakat desa dalam kawasan hutan mengusahakan tanaman pangan yaitu sebesar
58,39 persen. Subsektor kehutanan menduduki urutan ketiga setelah subsektor
perkebunan (36,04 persen) yaitu sebesar 2,94 persen.
Sumber penghasilan utama masyarakat pada subsektor kehutanan dengan
persentase tertinggi adalah Provinsi Kalimantan Tengah yakni sebesar 11,65 persen.
Tabel 3.2.6.b. Jumlah Desa Di Tepi Kawasan Hutan Menurut Sumber Penghasilan Utama pada Sektor Pertanian
Sumber Penghasilan Utama pada Sektor Pertanian Tanaman Perkebunan Peternakan Perikanan
Pangan Darat
Provinsi
Jumlah Desa
Abs % Abs % Abs % Abs %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1 Sumatera Utara 1 059 656 61,95 373 35,22 0 0,00 0 0,00 2 Sumatera Barat 251 182 72,51 65 25,90 1 0,40 0 0,00 3 Riau 348 39 11,21 287 82,47 3 0,86 9 2,59 4 Sumatera Selatan 455 73 16,04 370 81,32 0 0,00 2 0,44 5 Kep Bangka Belitung 102 10 9,80 68 66,67 0 0,00 0 0,00 6 Jawa Tengah 1 529 1 332 87,12 180 11,77 9 0,59 0 0,00
7 Bali 82 42 51,22 38 46,34 2 2,44 0 0,00
8 Nusa Tenggara Barat 219 200 91,32 14 6,39 0 0,00 0 0,00 9 Nusa Tenggara Timur 757 524 69,22 220 29,06 4 0,53 0 0,00 10 Kalimantan Barat 518 240 46,33 261 50,39 0 0,00 9 1,74 11 Kalimantan Tengah 665 318 47,82 219 32,93 3 0,45 46 6,92 12 Kalimantan Selatan 223 127 56,95 58 26,01 4 1,79 3 1,35 13 Kalimantan Timur 529 376 71,08 76 14,37 1 0,19 16 3,02 14 Sulawesi Tenggara 613 206 33,61 343 55,95 5 0,82 1 0,16 15 Maluku 320 154 48,13 124 38,75 1 0,31 8 2,50 Jumlah 7 670 4 479 58,40 2 696 35,15 33 0,43 94 1,23
Tabel 3.2.6.b. Lanjutan
Sumber Penghasilan Utama pada Sektor Pertanian Jumlah Perikanan Kehutanan Lainnya
Desa Laut
Provinsi
Absolut % Absolut % Absolut % (1) (2) (11) (12) (13) (14) (15) (16) 1 Sumatera Utara 1 059 26 2,46 0 0,00 4 0,38
2 Sumatera Barat 251 0 0,00 1 0,40 2 0,80
3 Riau 348 9 2,59 1 0,29 0 0,00
4 Sumatera Selatan 455 8 1,76 2 0,44 0 0,00
5 Kep Bangka Belitung 102 23 22,55 0 0,00 1 0,98
6 Jawa Tengah 1 529 5 0,33 3 0,20 0 0,00
7 Bali 82 0 0,00 0 0,00 0 0,00
8 Nusa Tenggara Barat 219 5 2,28 0 0,00 0 0,00 9 Nusa Tenggara Timur 757 8 1,06 1 0,13 0 0,00
10 Kalimantan Barat 518 3 0,58 5 0,97 0 0,00
11 Kalimantan Tengah 665 16 2,41 62 9,32 1 0,15 12 Kalimantan Selatan 223 26 11,66 5 2,24 0 0,00 13 Kalimantan Timur 529 43 8,13 16 3,02 1 0,19 14 Sulawesi Tenggara 613 47 7,67 10 1,63 1 0,16
15 Maluku 320 33 10,31 0 0,00 0 0,00
Jumlah 7 670 252 3,29 106 1,38 10 0,13
Pada Tabel 3.2.6.b, Provinsi Jawa Tengah adalah provinsi dengan jumlah
desa terbanyak di tepi kawasan hutan yang sumber penghasilan utama penduduknya
dari sektor pertanian yaitu 1.529 desa, sedangkan provinsi dengan jumlah desa
terkecil yang sumber penghasilan utama masyarakatnya dari sektor pertanian adalah
Bali yaitu sebanyak 82 desa.
Jika dilihat sumber penghasilan utama masyarakat desa di tepi kawasan
hutan dari sektor pertanian menurut subsektor, sebagian besar masyarakat
mengusahakan tanaman pangan sebesar 58,40 persen. Subsektor kehutanan
menduduki urutan ke‐4 setelah subsektor perkebunan dan perikanan laut yaitu
sebesar 1,38 persen.
Sumber penghasilan utama masyarakat pada subsektor tanaman pangan
dengan persentase tertinggi adalah provinsi Nusa Tenggara Barat yakni sebesar 91,32
persen, sedangkan yang terbesar pada subsektor kehutanan adalah provinsi
Tabel 3.2.6.c. Jumlah Desa Di Luar Kawasan Hutan Menurut Sumber Penghasilan Utama pada Sektor Pertanian
Sumber Penghasilan Utama pada Sektor Pertanian Tanaman Perkebunan Peternakan Perikanan
Pangan Darat
Provinsi
Jumlah Desa
Abs % Abs % Abs % Abs %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1 Sumatera Utara 3 110 1 994 64,12 1 021 32,83 2 0,06 4 0,13 2 Sumatera Barat 417 349 83,69 52 12,47 0 0,00 0 0,00
3 Riau 897 80 8,92 794 88,52 6 0,67 3 0,33
4 Sumatera Selatan 1 982 817 41,22 1 149 57,97 1 0,05 4 0,20 5 Kep Bangka Belitung 74 8 10,81 52 70,27 1 1,35 0 0,00 6 Jawa Tengah 5 642 5 243 92,93 231 4,09 31 0,55 48 0,85 7 Bali 484 370 76,45 88 18,18 11 2,27 1 0,21 8 Nusa Tenggara Barat 500 452 90,40 22 4,40 2 0,40 2 0,40 9 Nusa Tenggara Timur 1 775 1 305 73,52 413 23,27 9 0,51 0 0,00 10 Kalimantan Barat 799 306 38,30 474 59,32 1 0,13 8 1,00 11 Kalimantan Tengah 435 222 51,03 167 38,39 2 0,46 15 3,45 12 Kalimantan Selatan 1 485 1 070 72,05 287 19,33 23 1,55 47 3,16 13 Kalimantan Timur 454 288 63,44 114 25,11 1 0,22 25 5,51 14 Sulawesi Tenggara 889 350 39,37 383 43,08 5 0,56 5 0,56 15 Maluku 469 234 49,89 178 37,95 8 1,71 1 0,21 Jumlah 19 412 13 088 67,42 5 425 27,95 103 0,53 163 0,84
Tabel 3.2.6.c. Lanjutan
Sumber Penghasilan Utama pada Sektor Pertanian Jumlah Perikanan Kehutanan Lainnya
Desa Laut
Provinsi
Absolut % Absolut % Absolut % (1) (2) (11) (12) (13) (14) (15) (16) 1 Sumatera Utara 3 110 80 2,57 1 0,03 8 0,26
2 Sumatera Barat 417 14 3,36 1 0,24 1 0,24
3 Riau 897 12 1,34 0 0,00 2 0,22
4 Sumatera Selatan 1 982 6 0,30 5 0,25 0 0,00 5 Kep Bangka Belitung 74 11 14,86 1 1,35 1 1,35
6 Jawa Tengah 5 642 78 1,38 2 0,04 9 0,16
7 Bali 484 13 2,69 0 0,00 1 0,21
8 Nusa Tenggara Barat 500 21 4,20 0 0,00 1 0,20 9 Nusa Tenggara Timur 1 775 41 2,31 4 0,23 3 0,17
10 Kalimantan Barat 799 9 1,13 0 0,00 1 0,13
11 Kalimantan Tengah 435 6 1,38 22 5,06 1 0,23 12 Kalimantan Selatan 1 485 47 3,16 11 0,74 0 0,00 13 Kalimantan Timur 454 23 5,07 2 0,44 1 0,22 14 Sulawesi Tenggara 889 145 16,31 0 0,00 1 0,11
15 Maluku 469 45 9,59 3 0,64 0 0,00
Pada Tabel 3.2.6.c, Provinsi Jawa Tengah adalah provinsi dengan jumlah desa
terbanyak di luar kawasan hutan yang sumber penghasilan utama penduduknya dari sektor pertanian yaitu 5.642 desa, sedangkan provinsi dengan jumlah desa terkecil
yang sumber penghasilan utama masyarakatnya dari sektor pertanian adalah
Kepulauan Bangka Belitung yaitu sebanyak 74 desa.
Jika dilihat sumber penghasilan utama masyarakat desa di luar kawasan
hutan dari sektor pertanian menurut subsektor, sebagian besar masyarakat mengusahakan tanaman pangan dan perkebunan masing‐masing sebesar 67,42 persen
dan 27,95 persen, sedangkan subsektor kehutanan menduduki urutan ke‐6 dengan
persentase sebesar 0,27 persen.
Sumber penghasilan utama masyarakat pada subsektor tanaman pangan
dengan persentase tertinggi adalah Provinsi Jawa Tengah yakni sebesar 92,93 persen, sedangkan provinsi dengan persentase terkecil adalah Riau yakni sebesar 8,92 persen.
Provinsi Kalimantan Tengah juga merupakan provinsi dengan persentase tertinggi yang memiliki sejumlah desa di mana sebagian besar penduduknya berpenghasilan
utama pada subsektor kehutanan yaitu sebesar 5,06 persen.
Tabel 3.2.6.d. Jumlah Desa Menurut Sumber Penghasilan Utama pada Sektor Pertanian
Sumber Penghasilan Utama pada Sektor Pertanian Tanaman Perkebunan Peternakan Perikanan
Pangan Darat
Provinsi
Jumlah Desa
Abs % Abs % Abs % Abs %
Tabel 3.2.6.d. Lanjutan
Sumber Penghasilan Utama pada Sektor Pertanian Jumlah Perikanan Kehutanan Lainnya
Desa Laut
Provinsi
Absolut % Absolut % Absolut % (1) (2) (11) (12) (13) (14) (15) (16) 1 Sumatera Utara 4 334 109 2,51 1 0,02 12 0,28
2 Sumatera Barat 697 14 2,01 2 0,29 3 0,43
3 Riau 1 315 22 1,67 1 0,08 2 0,15
4 Sumatera Selatan 2 539 15 0,59 9 0,35 0 0,00 5 Kep Bangka Belitung 176 34 19,32 1 0,57 2 1,14
6 Jawa Tengah 7 358 85 1,16 6 0,08 9 0,12
7 Bali 568 13 2,29 0 0,00 1 0,18
8 Nusa Tenggara Barat 752 26 3,46 0 0,00 1 0,13 9 Nusa Tenggara Timur 2 604 50 1,92 5 0,19 3 0,12 10 Kalimantan Barat 1 435 12 0,84 10 0,70 1 0,07 11 Kalimantan Tengah 1 306 24 1,84 108 8,27 5 0,38 12 Kalimantan Selatan 1 753 74 4,22 17 0,97 0 0,00 13 Kalimantan Timur 1 175 69 5,87 19 1,62 3 0,26 14 Sulawesi Tenggara 1 548 192 12,40 14 0,90 4 0,26
15 Maluku 815 78 9,57 3 0,37 0 0,00
Jumlah 28 375 817 2,88 196 0,69 46 0,16
Pada Tabel 3.2.6.d, Provinsi Jawa Tengah adalah provinsi dengan jumlah
desa terbanyak yang sumber penghasilan utama penduduknya dari sektor pertanian
yaitu 7.358 desa, sedangkan provinsi dengan jumlah desa terkecil yang sumber
penghasilan utama masyarakatnya dari sektor pertanian adalah Kepulauan Bangka
Belitung yaitu sebanyak 176 desa.
Jika dilihat menurut subsektor pada sector pertanian, sebagian besar
masyarakat mengusahakan tanaman pangan yaitu sebesar 30,26 persen. Selanjutnya
berturut‐turut subsektor perkebunan (30,26 persen), perikanan laut (2,88 persen),
perikanan darat (0,93 persen), kehutanan (0,69 persen), peternakan (0,50 persen), dan
subsektor lainnya (0,16 persen).
Sumber penghasilan utama masyarakat di subsektor tanaman pangan
dengan persentase tertinggi adalah provinsi Jawa Tengah yakni sebesar 91,64 persen,
sedangkan provinsi dengan persentase terkecil adalah Riau dengan yakni sebesar 9,28
persen. Pada subsektor kehutanan persentase terbesar terdapat pada provinsi
3.3. Jumlah dan Penyebaran Desa dalam Kawasan Hutan
Wilayah desa yang diidentifikasi dalam kegiatan identifikasi desa dalam
kawasan hutan berdasarkan peta kawasan hutan adalah 31.864 desa yang tersebar di
15 (lima belas) provinsi. Berdasarkan hasil identifikasi diperoleh gambaran bahwa
terdapat sejumlah desa yang terletak seluruhnya berada dalam kawasan hutan atau
sebagian wilayah berada dalam kawasan hutan dan sebagaian lagi terletak di luar
kawasan hutan. Wilayah desa yang terletak dalam kawasan hutan bisa berada pada 1
fungsi pokok kawaswan hutan saja atau berada pada lebih dari 1 fungsi pokok
kawasan hutan.
3.3.1. Jumlah dan Penyebaran Desa Dalam Kawasan Hutan Lindung
Jumlah Desa yang seluruh atau sebagian wilayahnya berada dalam kawasan
hutan Lindung adalah seperti tercantum dalam Tabel 3.3.1. di bawah ini :
Tabel 3.3.1. Jumlah dan Penyebaran Desa Dalam Kawasan Hutan Lindung Menurut Provinsi
Hutan Lindung No. Provinsi Jumlah Desa
Absolut %
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Sumatera Utara 4 801 1 465 30,51 2. Sumatera Barat 906 329 36,31 3. Riau 1 480 120 8,11 4. Sumatera Selatan 2 795 352 12,59 5. Kep. Bangka Belitung 319 152 47,65 6. Jawa Tengah 8 609 300 3,48 7. Bali 709 159 22,43 8. Nusa Tenggara Barat 760 296 38,95 9. Nusa Tenggara Timur 2 743 963 35,11 10. Kalimantan Barat 1 536 445 28,97 11. Kalimantan Tengah 1 366 111 8,13 12. Kalimantan Selatan 1 947 205 10,53 13. Kalimantan Timur 1 394 309 22,17 14. Sulawesi Tenggara 1 672 727 43,48 15. Maluku 827 310 37,48
Jumlah 31 864 6 243 19,59
Di kawasan hutan lindung, secara total terdapat 6.243 desa atau 19,59 persen
terbesar yang terletak di kawasan hutan lindung terdapat di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, yaitu 152 desa atau 47,65 persen. Selanjutnya diikuti oleh Provinsi
Sulawesi Tenggara, yaitu sebanyak 727 desa (43,48 persen). Lima provinsi berikutnya
berturut‐turut adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat, Provinsi Maluku, Provinsi
Sumatera Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Provinsi Sumatera Utara
mempunyai persentase desa yang terletak di kawasan hutan lindung di atas 30 persen.
Sedangkan jumlah desa dengan persentase terendah yang terletak di kawasan hutan
lindung terdapat di provinsi Jawa Tengah, yaitu 300 desa atau 3,48 persen. Dua
provinsi yang mempunyai jumlah desa yang terletak di kawasan hutan lindung di
bawah 10 persen, yaitu Provinsi Riau dan Provinsi Kalimantan Tengah.
3.3.2. Jumlah dan Penyebaran Desa Dalam Kawasan Hutan Konservasi
Jumlah Desa yang seluruh atau sebagian wilayahnya berada dalam kawasan
hutan Konservasi adalah seperti tercantum dalam Tabel 3.3.2. di bawah ini : Tabel 3.3.2. Jumlah dan Penyebaran Desa Dalam Kawasan Hutan Konservasi
Menurut Provinsi
Hutan Konservasi No. Provinsi Jumlah Desa
Absolut %
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Sumatera Utara 4 801 372 7,75 2. Sumatera Barat 906 213 23,51 3. Riau 1 480 78 5,27 4. Sumatera Selatan 2 795 229 8,19 5. Kep. Bangka Belitung 319 0 0,00 6. Jawa Tengah 8 609 39 0,45 7. Bali 709 43 6,06 8. Nusa Tenggara Barat 760 69 9,08 9. Nusa Tenggara Timur 2 743 302 11,01 10. Kalimantan Barat 1 536 124 8,07 11. Kalimantan Tengah 1 366 51 3,73 12. Kalimantan Selatan 1 947 103 5,29 13. Kalimantan Timur 1 394 229 16,43 14. Sulawesi Tenggara 1 672 300 17,94 15. Maluku 827 118 14,27
Tabel di atas menunjukkan tentang keberadaan desa di kawasan hutan
konservasi di 15 provinsi. Secara total, dari 31.864 desa terdapat 2.270 desa atau 7,12
persen yang terletak di kawasan hutan konservasi. Bila dilihat dari masing‐masing
provinsi, secara umum jumlah desa yang terletak di kawasan hutan konservasi sedikit
yaitu hanya di bawah 20 persen, kecuali di Provinsi Sumatera Barat terdapat 213 desa
atau sebesar 23,51 persen dari 906 desa yang ada. Selanjutnya 4 provinsi berikut
mempunyai persentase jumlah desa yang terletak di kawasan hutan konservasi
sebesar 10 persen – 20 persen adalah Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Kalimantan
Timur, Provinsi Maluku dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sedangkan jumlah desa
terendah yang terletak di kawasan hutan konservasi terdapat di Provinsi Jawa
Tengah, yaitu 39 desa atau 0,45 persen. Bahkan di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung tidak terdapat satu desapun yang berada di kawasan hutan konservasi.
3.3.3. Jumlah dan Penyebaran Desa Dalam Kawasan Hutan Produksi
Jumlah Desa yang seluruh atau sebagian wilayahnya berada dalam kawasan
hutan Produksi adalah seperti tercantum dalam Tabel 3.3.3. di bawah ini :
Tabel 3.3.3. Jumlah Desa di Kawasan Hutan Produksi Menurut Provinsi
Hutan Produksi No. Provinsi Jumlah Desa
Absolut %
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Sumatera Utara 4 801 1 009 21,02 2. Sumatera Barat 906 177 19,54 3. Riau 1 480 290 19,59 4. Sumatera Selatan 2 795 477 17,07 5. Kep. Bangka Belitung 319 198 62,07 6. Jawa Tengah 8 609 1 495 17,37 7. Bali 709 11 1,55 8. Nusa Tenggara Barat 760 177 23,29 9. Nusa Tenggara Timur 2 743 493 17,97 10. Kalimantan Barat 1 536 520 33,85 11. Kalimantan Tengah 1 366 789 57,76 12. Kalimantan Selatan 1 947 340 17,46 13. Kalimantan Timur 1 394 668 47,92 14. Sulawesi Tenggara 1 672 589 35,23 15. Maluku 8