Nomor : P. 22/ Menhut-V/ 2007 Tanggal : 20 Juni 2007
BAGI AN KEDUA
PETUNJUK PELAKSANAAN
GERAKAN NASI ONAL REHABI LI TASI
HUTAN DAN LAHAN
( GN- RHL/ Gerhan)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan kinerja pelaksanaan kegiatan Gerhan tahun 2007
dan selanjutnya, mekanisme dan prosedur penyelenggaraannya mengalami
penyempurnaan dari tahun sebelumnya. Penyempurnaan tersebut adalah
dalam proses pelaksanaan pembuatan tanaman di dalam kawasan hutan
negara dengan sistem kontrak tahun jamak (
multiyears
), kriteria dan standar
keberhasilan tanaman serta kelembagaan pelaksanaan Gerhan.
Dengan penyempurnaan mekanisme dan prosedur dimaksud, maka diperlukan
penyempurnaan petunjuk pelaksanaan, sebagai acuan bagi aparat pelaksana
baik pusat maupun daerah dalam pelaksanaan kegiatan Gerhan.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud pembuatan petunjuk pelaksanaan ini adalah sebagai upaya untuk
memberikan arahan kepada aparat pelaksana dalam pelaksanaan kegiatan
Gerhan tahun 2007. Sedangkan tujuannya adalah agar pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan peraturan perundangan yang ditetapkan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup petunjuk pelaksanaan ini mencakup pengadaan jasa
pembuatan tanaman di dalam kawasan hutan, pengadaan bibit di luar
kawasan hutan, pengadaan jasa konsultansi penilaian (bibit dan tanaman),
penilaian bibit, penilaian tanaman, pelaporan kegiatan dan penilaian kinerja.
D. Pengertian
1.
Areal Produksi Benih (APB) adalah tegakan benih terseleksi yang
kemudian ditingkatkan kualitasnya melalui penebangan pohon inferior
sehingga yang tersisa adalah pohon berfenotipe baik dan dapat
memproduksi benih secara melimpah.
2.
Bibit tanaman hutan adalah tumbuhan muda hasil perbanyakan dan atau
pengembangbiakan dari benih atau bagian vegetatif yang merupakan
calon pohon.
3.
Dinas Provinsi/ Kabupaten/ Kota adalah instansi di tingkat Propinsi atau
Kabupaten/ Kota yang diberi tugas dan bertanggungjawab di bidang
kehutanan.
4.
Kepala Kantor/ Satuan Kerja Pengadaan Bibit, Pembuatan Tanaman dan
5.
Kemitraan adalah kerjasama usaha antara penyedia barang/ jasa dalam
negeri maupun dengan luar negeri yang masing-masing pihak
mempunyai hak, kewajiban dan tanggung jawab yang jelas, berdasarkan
kesepakatan bersama yang dituangkan dalam perjanjian tertulis yang
disyahkan Notaris.
6.
Kebun Benih adalah tegakan yang dibangun dengan menggunakan benih
(materi genetik) yang telah mengalami uji keturunan dan genotipenya
diketahui superioritasnya.
7.
Kekompakan media adalah tingkat kemampuan akar untuk mengikat
media sehingga menjadi kompak.
8.
Lembaga Penilai I ndependen (LPI ) adalah Lembaga Perguruan Tinggi
yang berbadan usaha dan mempunyai Fakultas Kehutanan/ Pertanian
atau lembaga berbadan usaha yang bergerak dibidang jasa konsultan
penilai kegiatan pembibitan kehutanan dan atau pertanian dan atau
perkebunan.
9.
Media kompak adalah apabila media dan akar membentuk gumpalan
yang kompak.
10.
Media bibit adalah bahan yang digunakan untuk menumbuhkan bibit.
11.
Pengadaan bibit adalah kegiatan pembuatan bibit dan pembelian bibit
melalui proses pengadaan barang/ jasa.
12.
Pembuatan bibit adalah kegiatan yang meliputi pembuatan kecambah
(penaburan), pembuatan media tumbuh,
over spin
(penyapihan), dan
pemeliharaan bibit.
13.
Pembelian bibit adalah pembelian bibit sampai di lokasi pengumpulan
terdekat dengan lokasi penanaman
14.
Pengadaan barang/ jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang/
jasa yang dibiayai dengan APBN/ APBD, baik yang dilaksanakan secara
swakelola maupun oleh penyedia barang/ jasa.
15.
Pengada Bibit adalah BUMN, BUMS, dan Koperasi, yang mempunyai
kegiatan pengadaan dan peredaran bibit.
16.
Penilaian bibit adalah kegiatan untuk menilai jumlah dan kualitas bibit
baik dari pembuatan maupun pengadaan.
17.
Persemaian adalah tempat pembuatan bibit yang terkonsentrasi dan
memenuhi persyaratan teknis antara lain dekat sumber air, topografi
datar sampai landai, dan mempunyai aksesibilitas yang baik ke lokasi
penanaman.
18.
Tegakan Benih Teridentifikasi (TBT) adalah tegakan alam atau tanaman
dengan kualitas rata-rata, digunakan untuk menghasilkan benih maupun
koleksi benih, yang sebaran lokasinya tepat diketahui.
19.
Tegakan Benih Terseleksi (TBS) adalah tegakan alam atau tanaman
PENGADAAN JASA PEMBUATAN TANAMAN
DI DALAM KAWASAN HUTAN
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Gerhan tahun 2007, khususnya yang berada
di dalam kawasan hutan, mekanisme penyelenggaraan Gerhan Tahun 2007
mengalami penyempurnaan dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu dilaksanakan
oleh Pihak I I I dengan sistem kontrak tahun jamak (
multiyears
).
A. Komponen Kegiatan dan Standar Pembuatan Tanaman
1.
Komponen Kegiatan
Kegiatan pembuatan tanaman meliputi pembuatan rancangan, pembuatan
tanaman dan Pemeliharaan.
a.
Pembuatan Rancangan
Penyusunan rancangan reboisasi dilaksanakan oleh Pihak I I I
(Konsultan Perencana) yang ditunjuk oleh satker BPDAS. Hasil kegiatan
adalah rancangan kegiatan pembuatan reboisasi dengan satuan unit 1
(satu) blok ± 300 Ha satu unit rancangan.
Secara teknis pelaksanaan penyusunan rancangan sebagaimana diatur
dalam Bagian Pertama, BAB I I , B.4.
Secara prosedural rancangan disusun oleh pihak I I I , dinilai oleh BPDAS
bekerjasama dengan instansi pelaksana, disahkan oleh Kepala Dinas
Kabupaten/ Kota, Kepala UPT terkait dan Kepala Dinas Provinsi/
Kabupaten/ Kota untuk Tahura.
Rancangan kegiatan merupakan dokumen yang harus diacu dalam
pelaksanaan pembuatan tanaman.
b.
Pembuatan Tanaman
Pembuatan tanaman meliputi persiapan lahan, penyediaan bibit,
penanaman dan pemeliharaan dalam satu paket kegiatan.
1)
Penyediaan Bibit.
Penyediaan bibit mencakup bibit kayu-kayuan dan MPTS yang
diperlukan untuk penanaman, pemeliharaan tahun berjalan, dan
pemeliharaan tahun I .
Jumlah maupun jenis bibit yang diadakan berdasarkan pada
rancangan pembuatan tanaman yang disahkan oleh Kepala UPT,
Dinas Provinsi dan atau Dinas / Kabupaten/ Kota setempat.
2)
Persiapan Lahan.
dengan rancangan.
4)
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi pemeliharaan tahun berjalan,
pemeliharaan I dan pemeliharaan I I .
2.
Kriteria dan Standar Pembuatan Tanaman
a.
Pengadaan bibit
Kriteria dan standar mutu bibit untuk pembuatan tanaman di dalam
kawasan hutan baik yang melalui pembuatan di persemaian maupun
pembelian adalah sebagaimana diatur pada Bagian Pertama, BAB I I I ,
Tabel 10.
b.
Penanaman
Kriteria dan Standar hasil penanaman di dalam kawasan hutan yang
digunakan adalah sebagaimana Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Kriteria dan Standar Penanaman di dalam Kawasan Hutan
Kegiatan Kriteria Standar hasil
(sesuai rancangan) Penyediaan
bibit
1. Ketersediaan Bibit 1. Bibit telah tersedia 100% di areal penanaman Tempat Pengumpulan Sementara(TPS) dalam kondisi siap tanam
Persiapan lahan
1. Pemantapan lahan 2. Penataan Lahan
3. Jalur tanaman 4. Ajir
5. Lubang tanam 6. Pupuk dasar
1. Lahan tidak dalam sengketa. 2. Telah ditata kembali dan dipasang
sejumlah patok.
3. Jalur telah dibuat di areal tanaman 4. semua ajir telah dipasang pada
titik tanam.
5. Telah dibuat pada jalur
6. Telah dimasukkan dalam lubang tanaman
Penanaman 1. Tanaman 1. Bibit telah tertanam 100% Pemeliharaan tahun berjalan 1. Sulaman 2. Penyiangan 3. Pendangiran 4. Pemupukan 5. Pemberantasan Hama Penyakit
1. Tanaman mati telah disulam maksimum sejumlah 10% 2. Tanaman telah disiangi 3. Telah dilakukan pendangiran 4. Pupuk telah diberikan
5. Telah dilakukan pemberantasan Hama Penyakit Pemeliharaan Tahun I 1. Sulaman 2. Penyiangan 3. Pendangiran 4. Pemupukan 5. Pemberantasan Hama Penyakit
1. Tanaman mati telah disulam maksimum sejumlah 20% 2. Tanaman telah disiangi 3. Telah dilakukan pendangiran 4. Pupuk telah diberikan
5. Telah dilakukan pemberantasan Hama Penyakit
Pemeliharaan Tahun I I
1. Penyiangan 2. Pendangiran 3. Pemupukan 4. Pemberantasan
Hama Penyakit
1. Tanaman telah disiangi 2. Telah dilakukan pendangiran 3. Pupuk telah diberikan
1.
Umum
Pengadaan jasa pembuatan tanaman meliputi pengadaan jasa konsultansi
pembuatan rancangan dan jasa pemborongan pembuatan tanaman.
Kegiatan tersebut dilaksanakan mengacu kepada Keppres No. 80 tahun
2003 beserta perubahannya.
Pengadaan jasa pemborongan pembuatan tanaman merupakan satu paket
kegiatan yang meliputi pengadaan bibit, penanaman dan pemeliharaan
dengan sistem kontrak tahun jamak (
multiyears
) sesuai dengan Surat
Menteri Keuangan Nomor S-140/ MK.02/ 2007 tanggal 29 Maret 2007.
Pengadaan jasa konsultansi untuk penyusunan rancangan dapat
menggunakan metode seleksi umum, sedangkan untuk pengadaan jasa
pemborongan dapat menggunakan metode Pelelangan Umum dengan
Pascakualifikasi. Agar keunggulan teknis sepadan dengan harganya,
evaluasi penilaian jasa pemborongan dapat menggunakan Sistem Nilai
(
Merit Point System
).
2.
Persiapan
a.
Pemaketan Pekerjaan
Pembuatan paket pekerjaan pembuatan tanaman dilakukan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) bersama dengan Panitia Pengadaan.
Pemaketan pekerjaan adalah seluas + 300 ha (1 blok) per paket dalam
satu hamparan (satu blok terdiri dari 12 petak tanaman) dengan
memperhatikan:
1)
Wilayah Administrasi,
2)
Kondisi fisik (penutupan vegetasi) dan sosek masyarakat,
3)
Jenis kegiatan.
Pemaketan didasarkan atas salah satu dan atau kombinasi dari ketiga
dasar tersebut diatas.
b.
Biaya Pengadaan
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) wajib menyediakan biaya yang
diperlukan untuk proses pengadaan, antara lain untuk biaya :
1)
Honor Panitia.
2)
Pengumuman lelang.
3)
Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS).
4)
Penyusunan Dokumen Lelang.
5)
Peninjauan ke lapangan.
Harga perkiraan Sendiri (HPS) disusun oleh Panitia/ Pejabat Pengadaan
Barang/ Jasa dan ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
Penyusunannya mengacu pasal 13 Keppres 80 tahun 2003 beserta
penjelasan dan lampirannya.
3.
Pelelangan Umum
a.
Persyaratan Kualifikasi
Dalam pelelangan umum pelaksanaan Gerhan 2007, persyaratan
kualifikasi mengacu pada aturan dalam Keppres Nomor 80 tahun 2003
Lampiran 1 Bab I I , 1, b, 1) dengan tambahan penjelasan mengenai
spesifikasi teknis sebagai berikut:
1)
Memiliki surat ijin usaha (SI UP) yang masih berlaku pada bidang
usaha yang sesuai (pembuatan tanaman) yang dikeluarkan oleh
instansi pemerintah (Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/ Kota).
2)
Selama 4 (empat) tahun terakhir pernah memiliki pengalaman di
bidang pembuatan tanaman (pengadaan bibit/ penanaman) baik di
lingkungan pemerintah atau swasta termasuk pengalaman sub
kontrak baik di lingkungan pemerintah atau swasta, kecuali
penyedia barang/ jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun.
3)
Dalam rangka menjamin keberhasilan tanaman, pelaksana
pembuatan tanaman harus menggunakan bibit yang berkualitas,
baik dari aspek mutu genetik maupun kualitas bibitnya.
4)
Dalam rangka pemberdayaan potensi lokal, Pengada barang/ jasa
diharapkan melakukan kerjasama (kemitraan) dengan koperasi atau
kelompok tani setempat.
b.
Evaluasi penawaran dengan Sistem Nilai (
Merit Point System
)
Evaluasi penawaran Pengadaan jasa pemborongan pembuatan
tanaman dapat menggunakan Sistem Nilai (
Merit Point System
).
Evaluasi ini dilakukan dengan cara memberikan nilai/ angka tertentu
pada setiap unsur yang dinilai berdasarkan kriteria dan nilai yang telah
ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/ jasa.
Penentuan pemenang dilakukan dengan cara membandingkan jumlah
nilai dari setiap penawaran peserta dengan penawaran peserta lainnya.
Urutan proses penilaian dengan sistem ini adalah sebagai berikut :
1)
Evaluasi Administrasi
a)
Evaluasi administrasi dilakukan terhadap dokumen penawaran
b)
Evaluasi administrasi menghasilkan dua kesimpulan, yaitu
memenuhi syarat administrasi atau tidak memenuhi syarat
administrasi.
2)
Evaluasi Teknis dan Harga
a)
Sistem nilai (
Merit Point System
) menggunakan pendekatan/
metode kuantitatif, yaitu dengan memberikan nilai angka
terhadap unsur-unsur teknis dan harga yang dinilai sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan.
b)
Evaluasi teknis dan harga dilakukan terhadap
penawaran-penawaran yang dinyatakan memenuhi persyaratan
administrasi, dengan memberikan penilaian (skor) terhadap
unsur-unsur teknis dan atau harga penawaran. Bobot unsur
teknis (T) dan harga (H) dapat menggunakan perbandingan T: H
= 70: 30.
c)
Unsur teknis yang dinilai:
(1)
Persiapan Kegiatan (Rencana penyiapan lahan, Kesesuaian
pola tanam dengan rancangan, metodologi dan tata waktu
pembuatan bibit, rencana penanaman, rencana
pemeliharaan, rencana anggaran biaya)
(2)
Kapasitas manajemen perusahaan (struktur organisasi,
sumberdaya manusia, kemitraan, bonafiditas perusahaan,
sarana prasarana)
(3)
Pengalaman dan kinerja Perusahaan (jumlah pengalaman
Gerhan, jumlah pengalaman sejenis di luar Gerhan,
konsistensi usaha di pembuatan tanaman, riwayat kinerja,
nilai proyek tertinggi)
d)
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, panitia/ pejabat pengadaan
membuat daftar urutan penawaran, yang dimulai dari urutan
penawaran yang memiliki jumlah nilai (skor) tertinggi.
e)
Bila menggunakan nilai ambang batas lulus (
passing grade
), hal
ini harus dicantumkan dalam dokumen pengadaan. Panitia
membuat daftar urutan yang dimulai dari penawaran harga
terendah untuk semua penawaran yang memperoleh nilai atas
atau sama dengan nilai ambang batas lulus (
passing grade
).
Rasionalisasi atas masing-masing unsur teknis yang dinilai dan
contoh perhitungan evaluasi penawaran dengan sistim nilai (
merit
a)
Jenis pekerjaan: pembuatan atau pembelian bibit dengan
mengacu pada pedoman teknis yang berlaku
b)
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaaan
c)
Besarnya harga kontrak cara pembayaran
d)
Kesepakatan lain (pertentangan/ perselisihan, addendum)
C. Sistem Pembayaran
Pembayaran prestasi hasil pekerjaan dilakukan dengan sistem termin dalam
kontrak tahun jamak (
multiyears
) yang didasarkan pada keberhasilan
tanaman.
a. Pembayaran bibit kepada Pihak I I I , dilakukan apabila bibit telah selesai
100 % dibayar 50 % , sisanya dibayar setelah bibit ditanam 100 % .
b. Pembayaran tanaman tahun berjalan (T-0), dilakukan apabila persentase
keberhasilan tumbuh tanaman
≥
70 %
c. Pembayaran pemeliharaan tahun I (T+ 1), dilakukan apabila keberhasilan
tumbuh tanaman
≥
90 % .
d. Pembayaran pemeliharaan I I (T+ 2), dilakukan apabila kegiatan
pemeliharaan telah dilaksanakan 100 % .
PENGADAAN BI BI T DI LUAR KAWASAN HUTAN
Pengadaan bibit di luar kawasan dimaksudkan sebagai upaya untuk memperoleh
bibit yang berkualitas dalam jumlah yang cukup dalam rangka pembuatan
tanaman di luar kawasan hutan.
Tujuannya adalah agar pengadaan bibit Gerhan dapat berjalan secara efektif,
akuntable sesuai dengan standar teknis yang ditetapkan dan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
A. Kriteria Dan Standar Bibit dan Persemaian
Pengadaan bibit untuk rehabilitasi lahan di luar kawasan hutan dilakukan
melalui proses Pengadaan barang. Dalam proses pengadaan bibit oleh
pengada bibit dapat dilaksanakan melalui penyediaan langsung dan atau
melalui proses pembuatan bibit di persemaian.
Pengadaan bibit untuk penghijauan lingkungan dapat dilaksanakan melalui
proses pengadaan barang atau dengan cara swakelola.
Dalam pelaksanaan pengadaan bibit, jumlah dan jenis bibit untuk kegiatan
rehabilitasi lahan di luar kawasan hutan disesuaikan dengan RTT yang
disyahkan oleh Dinas Kabupaten yang mengurusi dan bertanggungjawab di
bidang kehutanan. Dalam pengadaan bibit ini, digunakan kriteria dan standar
bibit sebagaimana diatur pada Bagian Pertama, BAB I I I , Tabel 10.
Dalam hal pelaksanaan pekerjaan pengadaan bibit melalui persemaian,
kriteria dan standar mutu persemaian sebagaimana diatur pada Bagian
Pertama, BAB I I I , Tabel 12.
B. Proses Pengadaan Bibit
1.
Umum
Proses Pengadaan bibit dalam pelaksanaan Gerhan 2007 dilaksanakan
dengan mengacu pada Keppres No. 80 tahun 2003 dengan aturan-aturan
perubahannya. Dalam pengadaan bibit ini dapat dipilih proses yang sesuai
dengan mempertimbangkan terjaminnya kualitas bibit yang akan
diadakan, waktu pelaksanaan, mendorong tumbuhnya iklim usaha yang
kondusif serta memaksimalkan penggunaan produksi dalam negeri dan
perluasan kesempatan bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil. Untuk
itu, sebagaimana diatur dalam Keppres No. 80 Tahun 2003 beserta
perubahan-perubahannya, Pengadaan Bibit tersebut dapat menggunakan
metoda
Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi. Evaluasi
penawarannya dapat menggunakan Sistem Nilai (
Merit Point System
) agar
a. Pemaketan Pekerjaan
Untuk pelaksanaan pengadaan bibit ini perlu ditetapkan dalam bentuk
paket-paket pekerjaan pengadaan bibit oleh Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK).
Dasar penentuan paket pengadaan bibit antara lain :
1)
Wilayah Administrasi dalam wilayah kerja satker.
2)
Jenis kegiatan.
3)
Kelompok jenis tanaman.
4)
Jumlah dan klasifikasi Pengada Bibit
Pemaketan didasarkan atas salah satu dan atau kombinasi dari
keempat dasar tersebut diatas.
b. Biaya Pengadaan
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) wajib menyediakan biaya yang
diperlukan untuk proses pengadaan, antara lain untuk biaya :
1)
Honor Panitia.
2)
Pengumuman lelang.
3)
Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS).
4)
Penyusunan Dokumen Lelang.
5)
Peninjauan ke lapangan.
6)
Rapat penilaian.
c. Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri
Harga Perkiraan Sendiri (HPS) disusun oleh Panitia/ Pejabat Pengadaan
dan ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
Penyusunannya mengacu pasal 13 Keppres 80 tahun 2003 beserta
penjelasan dan lampirannya.
3.
Pelelangan Umum
a. Persyaratan Kualifikasi
Dalam pelelangan umum pelaksanaan Gerhan 2007, persyaratan
kualifikasi mengacu pada aturan dalam Keppres Nomor 80 tahun 2003
Lampiran 1 Bab I I , 1, b, 1) dengan tambahan penjelasan mengenai
spesifikasi teknis sebagai berikut :
1)
Memiliki surat ijin usaha (SI UP) yang masih berlaku pada bidang
termasuk pengalaman sub kontrak baik di lingkungan pemerintah
atau swasta, kecuali penyedia barang/ jasa yang baru berdiri kurang
dari 3 (tiga) tahun.
3)
Dalam rangka menjamin kualitas bibit, pelaksana pengadaan bibit
harus telah ditetapkan sebagai pengada dan pengedar bibit dari
Dinas Kabupaten/ Kota dimana pengada dan pengedar bibit berada.
4)
Dalam rangka pemberdayaan potensi lokal, Pengada barang/ jasa
diharapkan melakukan kerjasama (kemitraan) dengan koperasi atau
kelompok tani setempat.
b. Evaluasi penawaran dengan Sistem Nilai (
Merit Point System
),
Evaluasi penawaran pengadaan bibit dapat menggunakan Sistem Nilai
(
Merit Point System
). Evaluasi ini dilakukan dengan cara memberikan
nilai/ angka tertentu pada setiap unsur yang dinilai berdasarkan kriteria
dan nilai yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan pengada
bibit. Penentuan pemenang dilakukan dengan cara membandingkan
jumlah nilai dari setiap penawaran peserta dengan penawaran peserta
lainnya.
Urutan proses penilaian dengan sistem ini adalah sebagai berikut :
1)
Evaluasi Administrasi
a)
Evaluasi administrasi dilakukan terhadap dokumen penawaran
yang masuk dan dievaluasi kelengkapan dan keabsahan syarat
administrasi. Unsur-unsur yang dievaluasi pada tahap ini harus
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
dokumen pengadaan (tidak dikurangi atau ditambah).
b)
Evaluasi administrasi menghasilkan dua kesimpulan, yaitu
memenuhi syarat administrasi atau tidak memenuhi syarat
administrasi.
2)
Evaluasi Teknis dan Harga
a)
Sistem nilai (
Merit Point System
) menggunakan
pendekatan/ metode kuantitatif, yaitu dengan memberikan nilai
angka terhadap unsur-unsur teknis dan harga yang dinilai sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan.
b)
Evaluasi teknis dan harga dilakukan terhadap
penawaran-penawaran yang dinyatakan memenuhi persyaratan
administrasi, dengan memberikan penilaian (skor) terhadap
unsur-unsur teknis dan harga penawaran. Bobot unsur teknis
(T) dan harga (H) dapat menggunakan perbandingan T: H =
70: 30.
pembuatan bibit, mempunyai jaminan suplai benih)
(5)
Kualitas bibit
(6)
Penilaian manajemen perusahaan (struktur organisasi,
sumberdaya manusia, kemitraan, dokumentasi pembibitan,
bonafiditas perusahaan)
(7)
Pengalaman dan kinerja Perusahaan (jumlah pengalaman
pengadaan bibit Gerhan, jumlah pengalaman sejenis di luar
Gerhan, konsistensi usaha di bidang perbenihan, riwayat
kinerja, nilai proyek tertinggi dalam pekerjaan yang sejenis)
(8)
I nvestasi di bidang perbenihan dan pembibitan (memiliki
atau mengelola sumber benih, mengembangkan teknologi
pembibitan, memiliki persemaian, memiliki sarana, memiliki
data dan informasi serta literatur)
d)
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, panitia/ pejabat pengadaan
membuat daftar urutan penawaran, yang dimulai dari urutan
penawaran yang memiliki jumlah nilai (skor) tertinggi.
e)
Bila menggunakan nilai ambang batas lulus (
passing grade
), hal
ini harus dicantumkan dalam dokumen pengadaan. Panitia
membuat daftar urutan yang dimulai dari penawaran harga
terendah untuk semua penawaran yang memperoleh nilai atas
atau sama dengan nilai ambang batas lulus (
passing grade
).
c. Kontrak
Dalam kontrak pengadaan bibit memuat antara lain:
1)
Jenis pekerjaan: pembuatan atau pembelian bibit dengan mengacu
pada pedoman teknis yang berlaku
2)
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaaan
3)
Besarnya harga kontrak dan cara pembayaran
PENI LAI AN
A. Pengadaan Penyedia Jasa Konsultansi Penilaian
Penilaian dilakukan untuk kegiatan pengadaan bibit dan pembuatan tanaman
yang dilakukan oleh penyedia jasa konsultansi penilaian bibit dan tanaman
(Lembaga Penilai I ndependen/ LPI ).
1. Pengadaan Jasa Konsultansi Penilaian Bibit
a.
Satuan Kerja
Pelaksanaan penilaian bibit dilakukan oleh LPI yang ditunjuk oleh
satuan kerja pelaksana, yaitu :
1)
BPTH/ BPDAS untuk penilaian bibit pada kegiatan penanaman di luar
kawasan hutan.
2)
Dinas Kabupaten/ Kota, Dinas Provinsi dan UPT PHKA untuk
penilaian bibit pada kegiatan penanaman di dalam kawasan hutan.
b.
Pelaksana Penilaian
Penilaian bibit dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Konsultansi (LPI ) yang
ditunjuk oleh satker pelaksana.
c.
Persyaratan dan Tugas Para Pihak
1)
Persyaratan dan Tugas Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Panitia
Pengadaan Jasa Konsultansi Penilaian, dan Panitia
Pemeriksa/ Penerima Pekerjaan Jasa Konsultansi Penilaian diatur
sebagaimana dalam Keppres No. 80 Tahun 2003 beserta
perubahannya.
2)
Persyaratan dan Tugas Penyedia Jasa Konsultansi Penilaian (LPI )
a)
Persyaratan menjadi LPI dalam pelaksanaan penilai bibit :
(1)
Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan
untuk menjalankan usaha/ kegiatan sebagai penilai bibit.
(2)
Memiliki tenaga ahli, pengalaman, kemampuan teknis,
manajerial, dan diutamakan memiliki tenaga penilai bibit
yang dibuktikan dengan STTPL penilaian bibit dari Pusdiklat
Departemen Kehutanan atau lembaga yang kompeten di
bidang tersebut.
(3)
Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan
(4)
Secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani
kontrak.
(5)
Sebagai wajib pajak sudah memenuhi kewajiban
perpajakan tahun terakhir, dibuktikan dengan melampirkan
fotokopi bukti tanda terima penyampaian Surat Pajak
Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) tahun terakhir,
dan fotokopi Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 29.
(6)
Perusahaan Konsultan tidak masuk dalam daftar hitam.
(7)
Personil konsultan penilai tidak mempunyai hubungan
kepemilikan (tidak dalam satu kelompok usaha) dengan
perusahaan pengada dan pengedar bibit yang dinilai.
(8)
Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau
dengan pos yang dibuktikan dengan Akte Perusahaan yang
berlaku.
(9)
Ketentuan persyaratan lainnya tetap mengacu kepada
Keppres No. 80 Tahun 2003 beserta perubahannya.
b)
Tugas LPI dalam rangka penilaian bibit adalah:
(1)
Menilai ketersediaan bibit sesuai dengan kontrak.
(2)
Menilai kegiatan pembuatan bibit untuk mengendalikan
kualitas melalui pemeriksaan dokumen pembibitan.
(3)
Memberikan hasil penilaian kepada Satker
2. Pengadaan Jasa Konsultansi Penilaian Tanaman
a.
Satuan Kerja
Pelaksanaan penilaian tanaman dilakukan oleh LPI yang ditunjuk oleh
satuan kerja pelaksana, yaitu :
1)
Dinas Kabupaten/ Kota dan Dinas Provinsi untuk penilaian tanaman
pada kegiatan penanaman di luar kawasan hutan.
2)
Dinas Kabupaten/ Kota, Dinas Provinsi, UPT PHKA dan BPDAS untuk
penilaian tanaman pada kegiatan penanaman di dalam kawasan
hutan.
b.
Pelaksana Penilaian
Penilaian tanaman dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Konsultansi (LPI )
yang ditunjuk oleh satker pelaksana.
c.
Persyaratan dan Tugas Para Pihak
1)
Persyaratan dan Tugas Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Panitia
perubahannya.
2)
Persyaratan dan Tugas Penyedia Jasa Konsultansi Penilaian (LPI )
a)
Persyaratan menjadi LPI dalam pelaksanaan penilai tanaman :
(1)
Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan
untuk menjalankan usaha/ kegiatan sebagai penilai
tanaman.
(2)
Memiliki tenaga ahli, pengalaman, kemampuan teknis,
manajerial, dan diutamakan memiliki tenaga penilai
tanaman.
(3)
Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan
usahanya tidak sedang dihentikan, dan/ atau direksi yang
bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang
dalam menjalani sanksi pidana.
(4)
Secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani
kontrak.
(5)
Sebagai wajib pajak sudah memenuhi kewajiban
perpajakan tahun terakhir, dibuktikan dengan melampirkan
fotokopi bukti tanda terima penyampaian Surat Pajak
Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) tahun terakhir,
dan fotokopi Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 29.
(6)
Perusahaan Konsultan tidak masuk dalam daftar hitam.
(7)
Personil konsultan penilai tidak mempunyai hubungan
kepemilikan (tidak dalam satu kelompok usaha) dengan
perusahaan pembuatan tanaman yang dinilai.
(8)
Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau
dengan pos yang dibuktikan dengan Akte Perusahaan yang
berlaku.
(9)
Ketentuan persyaratan lainnya tetap mengacu kepada
Keppres No. 80 Tahun 2003 beserta perubahannya.
b)
Tugas LPI dalam rangka penilaian tanaman adalah :
(1)
Menilai keberhasilan tanaman sesuai dengan kriteria pada
BAB I V, Butir C.
(2)
Memberikan hasil penilaian tanaman kepada Satker.
3. Metodologi Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konsultansi Penilaian Bibit dan
Tanaman (LPI )
Metodologi Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konsultansi Penilaian Bibit dan
Tanaman (LPI )
mengacu Keppres Nomor 80 tahun 2003 beserta
Salah satu faktor pendukung keberhasilan Gerhan adalah tersedianya bibit
yang berkualitas dalam jumlah yang cukup dan waktu yang tepat. Penyediaan
bibit yang tidak tepat (kualitas, kuantitas dan waktu) dapat mengakibatkan
pertumbuhan tanaman tidak optimal.
Tahapan dalam pelaksanaan penilaian bibit adalah sebagai berikut :
1. Pengorganisasian
a. Penetapan Sasaran, Lokasi dan Waktu Penilaian
1) Sasaran
Sasaran penilaian adalah bibit yang diadakan melalui pengadaan
bibit oleh pihak I I I .
2) Lokasi
Penilaian dilaksanakan di tempat pengumpulan sementara yang
dekat dengan areal penanaman sesuai dengan persyaratan pada
Bagian Pertama, BAB I I I , Tabel 12.
3) Waktu
Penilaian bibit dilakukan pada saat bibit tersebut sudah siap tanam
berdasarkan atas laporan yang disampaikan pengada bibit atau
kontraktor pembuatan tanaman kepada satker pelaksana.
b. Pelaksana Penilaian
Penilaian bibit dilaksanakan oleh Lembaga Penilai I ndependen (LPI ).
Sebelum melaksanakan tugasnya, anggota LPI menandatangani pakta
integritas. Anggota LPI yang akan melakukan penilaian bibit
diutamakan yang sudah mengikuti pelatihan penilaian bibit yang
ditunjukkan dengan bukti surat keterangan/ sertifikat mengikuti
pelatihan.
2. Metodologi Pelaksanaan
a. Persiapan
Persiapan pelaksanaan penilaian bibit oleh LPI meliputi :
1)
Pemahaman terhadap Dokumen Kontrak dan Petunjuk Pelaksanaan
Penilaian Bibit.
2)
Melakukan koordinasi dengan satker terkait (BPDAS, Dinas Provinsi,
5)
Penjelasan pelaksanaan teknis penilaian kepada tim pelaksana
(regu kerja).
b. Pelaksanaan Penilaian Bibit
1)
Penilaian mutu genetik
Penilaian mutu genetik dilakukan berdasarkan dokumen sertifikat
sumber benih dan faktur pembelian. Faktur pembelian tidak
diperlukan apabila benih berasal dari sumber benih yang dikelola
oleh pengada bibit yang bersangkutan. Untuk mengetahui bahwa
bibit tersebut berasal dari benih yang bersertifikat perlu dilakukan
pemeriksaan dokumen proses pembuatan bibit dan sertifikat mutu
benih.
2)
Pemeriksaan bibit
Bibit diperiksa atas dasar kuantitas dan kualitas. Pemeriksaan
kuantitas dilakukan secara sensus sedangkan pemeriksaan kualitas
dilakukan secara sampling dengan intensitas sampling sebesar 3%
dengan metode
systematic random sampling
.
Bibit yang rusak dan
tidak layak tanam, diganti dengan bibit yang memenuhi syarat.
Parameter yang dipergunakan dalam menilai kelayakan kualitas
bibit sebagaimana dijelaskan pada Bagian Pertama, BAB I I I , Tabel
10.
3)
Hasil Penilaian
a)
Hasil penilaian mutu genetik bibit dituangkan pada daftar isian
(contoh 1).
b)
Hasil pemeriksaan bibit dituangkan dalam tally sheet (contoh
2)
c)
Rekapitulasi data perhitungan jumlah bibit dituangkan
sebagaimana contoh 3.
d)
Berdasarkan hasil rekapitulasi jumlah bibit dibuat Berita Acara
penilaian bibit (contoh 4).
c. Penyerahan Bibit
Berdasarkan Berita Acara Penilaian Bibit yang diterima dari LPI , Satker
pengadaan bibit menyerahkan bibit kepada pihak pengguna bibit
(pembuat tanaman) yang dilengkapi dengan Berita Acara Penyerahan
Bibit (contoh 5).
LAPORAN HASI L PENI LAI AN MUTU GENETI K
Dinas/ BPDAS/ BKSDA/ BTN/ BPTH : ………
Nama Pengada Bibit
: ……….……..
Alamat :
………
Jenis Tanaman
: ………
Kelompok jenis
: Kayu2an/ TUL/ Endemik/ MPTS/ turus jalan/ hutan
kota/ mangrove
Metode Perbanyakan
: benih/ stek/ okulasi/ cangkok/ / kultur jaringan/ stump
Sertifikasi Sumber Benih
: Tidak bersertifikat/ TBT/ TBS/ APB / Kebun benih/
Kebun pangkas/ Bersertifikat (khusus MPTS)
Jumlah bibit yang dibuat :
I nstansi yang menerbitkan sertifikat sumber benih ………...
Lokasi Persemaian
: Desa………...
Kec…………...
Kab/ Kota
…………...
Prop………...
Hari dan tanggal penilaian : ...
Data sertifikat sumber benih dan mutasi benih:
Jumlah benih menurut sertifikat No. Jenis Benih
TB TBT TBS APB KB KP MP
Keterangan: TB: tidak bersertifikat; TBT: tegakan benih teridentifikasi; TBS: tegakan benih terseleksi; APB: areal produksi benih; KB: kebun benih; KP: kebun pangkas; MP: sertifikat khusus MPTS.
Disaksikan oleh:
Pengada Bibit
(Nama Terang)
Penilai/ LPI
(Nama Terang)
Catatan:
Pernyataan penilai atas benar-tidaknya bibit yang diproduksi berasal dari benih
yang dibeli oleh pembuat persemaian. Pernyataan ini didasarkan pada
TALLY SHEET PEMERI KSAAN BI BI T
Dinas/ BPDAS/ BKSDA/ BTN/ BPTH: ………
Nama Pengada Bibit
: ……….……..
Alamat :
………
Lokasi persemaian
: Desa………...
Kec…………...
Kab/ Kota
…………...
Prop………...
Hari dan tanggal pemeriksaan
:
...
Jenis tanaman
: ………
Kelompok jenis
: Kayu2an/ TUL/ Endemik/ MPTS/ turus jalan/ hutan
kota/ mangrove
Metode perbanyakan
: benih/ stek/ okulasi/ cangkok/ kultur jaringan/ stump
Sertifikasi Sumber Benih
: Tidak bersertifikat/ TBT/ TBS/ APB / Kebun benih/
Kebun pangkas/ Bersertifikat (khusus MPTS)
Jumlah bibit (batang) No. bedeng Sertifikat sumber
* * )
Diterima 1
2 ... ... ... ... Dst. Jumlah
* * )
Dicantumkan: TB (tidak bersertifikat) atau TBT (tegakan benih teridentifikasi) atau TBS (tegakan benih terseleksi) atau APB (areal produksi benih) atau KB (kebun benih) atau KP (kebun pangkas) atau MP (bersertifikat khusus MPTS).
Disaksikan oleh:
Pengada Bibit
(Nama Terang)
Penilai/ LPI
REKAPI TULASI DATA PERHI TUNGAN JUMLAH BI BI T
Dinas/ BPDAS/ BKSDA/ BTN/ BPTH : ………
Nama Pengada Bibit
: ...
Lokasi Persemaian
: ...
Tanggal Rekapitulasi :
...
Jenis Jumlah bibit menurut sertifikasi sumber (batang)
No.
TB TBT TBS APB KB KP MP
Jumlah menurut jenis
J u m l a h per kelas sertifikat ... ... ... ... ... ... ...
Keterangan: TB: tidak bersertifikat; TBT: tegakan benih teridentifikasi; TBS: tegakan benih terseleksi; APB: areal produksi benih; KB: kebun benih; KP: kebun pangkas; MP: sertifikat khusus MPTS.
Disaksikan oleh:
Pengada Bibit
(Nama Terang)
Penilai/ LPI
BERI TA ACARA PENI LAI AN BI BI T GN- RHL/ GERHAN
Nomor: BA...
Pada hari ini ………… tanggal ……bulan………... tahun dua ribu ………, kami yang
bertandatangan di bawah ini :
N a m a
: ………..
Jabatan
:
………..
Alamat
:
………..
Berdasarkan surat perintah kerja dari KPA Kegiatan ... dengan
Nomor ….……… tanggal ……….. 2007, telah melaksanakan penilaian bibit atas
nama kontraktor ……… di lokasi ... Kabupaten ……….Propinsi
…………. dengan hasil sebagai berikut :
Bibit yang diproduksi ……… batang. Bibit yang dapat diterima …….batang, yang
terdiri dari :
Rincian jumlah menurut kualitas genetik (batang) No. Jenis Jumlah
(batang) TB TBT TBS APB KB KP MP
1 2
...
...
dst
Jumlah
Keterangan: TB: tidak bersertifikat; TBT: tegakan benih teridentifikasi; TBS: tegakan benih terseleksi; APB: areal produksi benih; KB: kebun benih; KP: kebun pangkas; MP: sertifikat khusus MPTS.
Rincian data bibit terlampir dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari berita
acara ini.
Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenarnya dan untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Disaksikan oleh:
Pengada Bibit
(Nama Terang)
Penilai/ LPI
BERI TA ACARA SERAH TERI MA BI BI T GN- RHL/ GERHAN
Nomor : BA. ...
Pada hari ini ………… tanggal ……bulan………... tahun dua ribu ………,
bertempat di ..., kami yang bertandatangan di bawah ini :
1. N a m a/ NI P
: ………..
Pangkat/ Gol. Ruang
: ...
Jabatan
:
………..
Alamat
:
………..
dalam hal ini karena jabatannya bertindak untuk dan atas nama ...,
yang selanjutnya disebut PI HAK PERTAMA.
2. N a m a
: ………..
Pangkat/ Gol. Ruang
: ...
Jabatan
:
………..
Alamat
:
………..
dalam hal ini karena jabatannya bertindak untuk dan atas nama ...,
yang selanjutnya disebut PI HAK KEDUA.
Dalam Berita Acara Serah Terima Bibit ini menyatakan hal-hal sebagai berikut :
(1)
PI HAK PERTAMA telah menyerahkan kepada PI HAK
KEDUA dan PI HAK KEDUA telah menerima dari PI HAK
PERTAMA ...
(2)
Dengan telah ditandatanganinya Berita Acara Serah
Terima Bibit GN-RHL/ GERHAN ini, maka wewenang dan
tanggung jawab terhadap ...
telah beralih dari PI HAK PERTAMA kepada PI HAK
KEDUA.
Demikian Berita Acara Serah Terima Bibit GN-RHL/ GERHAN ini dibuat rangkap 2
(dua), ditandatangani oleh kedua belah pihak dan mempunyai kekuatan hukum
yang sama.
PI HAK KEDUA, PI HAK PERTAMA,
... ...
Mengetahui,
Penilaian tanaman dimaksudkan sebagai upaya pengendalian
penyelenggaraan agar pelaksanaan pembuatan tanaman dilaksanakan
dengan baik sesuai standar dan kriteria keberhasilan tanaman yang
ditetapkan.
Tujuannya adalah untuk mengetahui keberhasilan tanaman sebagai bahan
pertimbangan dalam pembayaran bibit, penanaman, pemeliharaan I dan I I .
1. Sasaran, Lokasi
danWaktu Penilaian Tanaman
a. Sasaran dan Lokasi
Sasaran penilaian adalah tanaman di luar kawasan hutan yang
dilaksanakan secara swakelola oleh satker pelaksana atau tanaman
yang berada di dalam kawasan hutan yang dilaksanakan secara
kontraktual oleh Pihak I I I sesuai dengan lokasi dan jenis kegiatannya
yang tercantum dalam rancangan.
b. Waktu
Penilaian tanaman dilakukan setelah pemeliharaan (Tahun berjalan,
Tahun I dan I I ) selesai dilaksanakan.
2. Komponen Penilaian Tanaman
Komponen penilaian tanaman meliputi :
a. Luas tanaman (Ha) dalam blok dan petak
b. Persentase tumbuh tanaman sesuai jenis tanamannya
d. Pertumbuhan tanaman (kesehatan, ketinggian tanaman, tajuk)
3. Prosedur Penilaian Tanaman
a.
Penilaian tanaman dilaksanakan oleh Lembaga Penilai I ndependen
(LPI ) yang ditunjuk oleh Satker pelaksana penanaman selaku KPA/ PPK
sesuai dengan peraturan perundangan.
b.
LPI wajib menyusun Rencana Kerja Penilaian Tanaman. Rencana Kerja
Penilaian Tanaman, memuat antara lain metoda dan teknis penilaian
(mengacu pada peraturan perundangan), pembagian regu kerja
penilai, tata waktu penilaian, yang disetujui oleh Kepala Satker sebagai
dasar pelaksanaan penilaian tanaman.
c.
Kepala Satker memberitahukan kepada para pihak yang akan dinilai
mengenai pelaksanaan penilaian tanaman yang akan dilakukan oleh
LPI .
d.
Dalam pelaksanaan penilaian tanaman oleh LPI , Satker penanaman
pembuatan tanaman.
e.
Hasil penilaian tanaman yang dilakukan oleh regu kerja LPI dituangkan
dalam Berita Acara Hasil Penilaian Tanaman yang ditandangani oleh
ketua dan anggota regu kerja LPI yang bersangkutan.
f.
Hasil penilaian secara keseluruhan disusun dalam bentuk buku laporan
penilaian yang ditandatangani oleh pemimpin konsultan penilai atau
yang diberi kuasa.
4.
Metoda Penilaian Tanaman
a.
Areal Tanaman
1)
Satuan Lokasi Penilaian
Unit penilaian tanaman adalah petak tanaman (± 25 Ha di dalam
kawasan hutan) atau lokasi tanaman setiap kelompok hamparan
lahan (± 25 Ha di luar kawasan hutan) sesuai dengan unit
rancangan.
2)
Pengukuran Luas Tanaman
Pengukuran luas tanaman dilakukan terhadap realisasi luas
tanaman yang dinyatakan dalam luas areal yang ditanam dalam
satuan Ha dan dibandingkan terhadap rencana luas tanaman sesuai
rancangan.
Pengukuran luas tanaman dilakukan dengan cara memetakan petak
hasil penanaman menggunakan theodolit, GPS atau alat ukur lain.
Hasil pengukuran luas tanaman dituangkan dalam peta dengan
skala 1: 10.000, dan dihitung luasnya. Hasil perhitungan selanjutnya
direkapitulasi sebagaimana pada tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Pengukuran Luas Tanaman pada setiap
petak/ Lokasi Tanam
Luas Tanaman
Realisasi
No
Blok/ Petak/ Unit
(Lokasi
Tanam)
Rencana
(Ha)
(Ha) %
1 2
3
4
5
Keterangan :
a)
Penilaian tanaman dilakukan melalui teknik sampling dengan
metode
Systematic Sampling with Random Start
, yaitu petak
contoh pertama dibuat secara acak dan petak contoh
selanjutnya dibuat secara sistimatik. I ntensitas Sampling (I S) 5
% yaitu, dengan menempatkan petak contoh seluas 0,1 Ha,
berbentuk persegi panjang (40 m x 25 m). Jarak antar titik
pusat petak contoh adalah 100 m arah Utara - Selatan dan
200 m arah Barat – Timur. Untuk memperoleh kualitas hasil
pengukuran, jarak antara petak contoh terluar dengan batas
tanaman ditentukan minimum 50 m dan maksimum 100 m.
Dengan demikian hasil sampling yang didapat akan mampu
memenuhi azas keterwakilan dengan I ntensitas Sampling (I S)
sebesar 5 % .
b)
Sebagai panduan dalam pembuatan petak contoh pelaksanaan
penilaian tanaman perlu dibuat diagram skema penarikan
contoh petak tanaman yang dipetakan dengan skala 1: 5.000
s/ d 1: 10.000. Diagram skema tersebut mencantumkan
koordinat geografis titik ikat yang mudah ditemukan di
lapangan. Pembuatan diagram skema penarikan contoh petak
tanaman sebagai berikut :
(1)
Siapkan peta hasil pengukuran luas tanaman skala 1 :
5.000 s/ d 1 : 10.000.
(2)
Tentukan pada peta tersebut titik petak contoh pertama
secara acak.
(3)
Buat garis transek melalui titik petak contoh pertama
tersebut, yaitu garis vertikal dan garis horizontal yang
berpotongan pada titik petak contoh pertama tersebut.
Garis vertikal memotong tegak lurus larikan tanaman dan
garis horisontal sejajar larikan tanaman.
(4)
Buat garis transek berikutnya secara sistimatik terhadap
garis transek pertama dengan jarak antar garis vertikal 2
cm dan jarak antar garis horisontal 1 cm.
(5)
Buat petak contoh ukuran 4 mm x 2,5 mm pada garis
transek tersebut dengan titik potong garis transek sebagai
titik pusatnya, sehingga penyebaran letak petak contoh
tersebut dapat mewakili seluruh areal tanaman yang
dinilai.
(6)
Untuk jelasnya sebagaimana pada diagram skema berikut
2 cm
Keterangan :
: Batas areal tanaman
: Petak Contoh Pertama (ditentukan secara acak) ukuran 4 mm x 2,5 mm
: Petak contoh berikutnya ditentukan secara sistematis
(7)
Untuk memudahkan pemeriksaan ulang
(re-cheking)
hasil
penilaian tanaman, di lapangan diberi tanda berupa patok
pengenal pada semua titik sumbu petak contoh.
(8)
Data dan informasi petak tanaman yang dikumpulkan
mencakup :
(a) Di dalam kawasan hutan
−
Wilayah administratif pemerintahan (Provinsi,
Kabupaten/ Kota, Kecamatan, Desa), nama
DAS/ Sub DAS, luas, fungsi kawasan hutan, Nama
register Blok dan Petak Tanaman
−
Data yang dicatat dan diukur pada setiap petak
contoh meliputi data tanaman (Jenis tanaman,
jumlah tanaman yang hidup, tinggi tanaman, dan
kesehatan tanaman) dan data penunjang
(fisiografi lahan, keadaan tumbuhan bawah,
kondisi tanah dan gangguan tanaman).
(b) Di luar Kawasan Hutan
−
Wilayah administratif pemerintahan (Provinsi,
−
Data yang dicatat dan diukur pada setiap petak
contoh meliputi data tanaman (Jenis tanaman,
jumlah tanaman yang hidup, tinggi tanaman, dan
kesehatan tanaman) dan data penunjang
(fisiografi lahan, keadaan tumbuhan bawah,
kondisi tanah dan gangguan tanaman).
Propinsi :
Kabupaten : Nama Kel. Tani :
Kecamatan : Jml Anggota :
Desa : LSM Pendamping :
Petak/ lokasi : * ) No. Petak Contoh :
DAS/ Sub DAS : Koordinat : I ntensitas Sampling : 5 %
Kegiatan : * * ) Luas : …… Ha Lembar Ke :
Kondisi Tanaman No.
Jenis Tanaman
Sehat
Kurang
sehat Merana
Tinggi
(cm) Keterangan
1 1. Fisiografi Lahan :
2 a. Datar
3 b. Landai
4 c. Agak Curam
5 d. Curam
6
7
2. Keadaan Tumbuhan Bawah
8 a. Lebat/ rapat
9 b. Sedang
10 c. Jarang
11 d. Tidak ada/ bersih
12
13 3. Kondisi Tanah
14 a. Gembur/ subur
15 b. Kurang gembur/ subur
dst c. kurus
. d. berbatu
.
. 4. Gangguan Tanaman
. a. Penggembalaan
n b. Kebakaran
c. Hama penyakit
Jumlah
1. Kayu
a. Jati
b. …….
c. ……..
2. MPTS
a. Mangga
b. ……..
c. ……..
a)
Persentase Tumbuh Tanaman
Persentase tumbuh tanaman dihitung dengan cara membandingkan
jumlah tanaman yang tumbuh dengan rencana jumlah tanaman
yang seharusnya ada di dalam suatu petak contoh yang dinilai.
T =
(
Σ
h
i/
Σ
n
i) x 100 %
=
(h
1+ h
2+ ...+ h
n) / (n
1+ n
2+ .... + n
n) x 100 %
dimana :
T = Persen (% ) Tumbuh Tanaman
(
pada petak tanaman untuk di dalam kawasan hutan, dan
atau pada lokasi tanaman setiap kelompok tani untuk di
luar kawasan hutan
)
h
i= Jumlah tanaman hidup yang terdapat pada petak contoh
ke i
n
i= Jumlah tanaman yang seharusnya ada pada petak contoh
ke i
Penilaian Tanaman di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan
hutan yang dilaksanakan dalam hamparan lahan dengan satuan
luas (Ha) dinilai keberhasilannya sebagai berikut :
(1) Di dalam Kawasan Hutan
Tanaman Tahun Berjalan (Penilaian Tahap I ), Persentase
tumbuh tanaman dinyatakan :
(a)
Berhasil
≥
70 %
(b)
Kurang berhasil < 70 %
Tanaman setelah Pemeliharaan I (Penilaian Tahap I I ),
Persentase tumbuh tanaman dinyatakan :
(a)
Berhasil
≥
90 %
(b)
Kurang berhasil < 90 %
Tanaman setelah Pemeliharaan I I (Penilaian Tahap I I I ),
Persentase tumbuh tanaman dinyatakan :
(a)
Berhasil
≥
90 %
Tanaman Tahun Berjalan (Penilaian Tahap I ), Persentase
tumbuh tanaman dinyatakan :
(a)
Berhasil
≥
60 %
(b)
Kurang berhasil < 60 %
Tanaman setelah Pemeliharaan I (Penilaian Tahap I I ),
Persentase tumbuh tanaman dinyatakan :
(a)
Berhasil
≥
80 %
(b)
Kurang berhasil < 80 %
Tanaman setelah Pemeliharaan I I (Penilaian Tahap I I I ),
Persentase tumbuh tanaman dinyatakan :
(a)
Berhasil
≥
80 %
(b)
Kurang berhasil < 80 %
Dari perhitungan persentase tumbuh pada setiap petak/ lokasi
selanjutnya hasilnya direkapitulasi sebagaimana pada Tabel 4.
Tabel 4. Rekapitulasi Persen Tumbuh Tanaman pada setiap
Petak Tanaman/ Lokasi Penanaman Kelompok Tani
Petak/ lokasi :
Luas
:
Jumlah Tanaman
(btg)
No.
Petak
Contoh
Rencana
Tumbuh
%
Tumbuh
Tanaman
Kriteria
1 2
3 4 5 6
Rata-rata
b)
Persentase Tanaman Sehat
Pada saat pengambilan contoh tanaman agar diamati juga
Pertumbuhan tanaman
Pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman digolongkan dalam 3
(tiga) kriteria, yaitu sehat, kurang sehat dan merana dengan tanda
sebagai berikut :
(a)
Sehat : Tanaman tumbuh segar, batang relatif lurus dan
bertajuk.
(b)
Kurang sehat : Tanaman tajuknya menguning atau berwarna
akan tumbuh dengan baik.
c)
Turus Jalan
(1)
Penilaian tanaman turus jalan dilakukan untuk mengetahui
persentase tumbuh tanaman yang ditanam sepanjang jalan
sasaran, dilakukan dengan cara sensus mengacu pada
rancangannya.
(2)
Pengukuran panjang turus jalan yang telah ditanami dapat
dilakukan dengan menggunakan alat ukur GPS/ theodolit/ pita
ukur atau melalui pencocokan jumlah pal kilometer pada turus
jalan yang telah ditanami, yang dilakukan secara sensus untuk
seluruh panjang jalan. Hasil pengukuran tersebut kemudian
diploting/ dioverlay pada peta rencana tanaman dan dihitung
panjangnya serta dibuat rekapitulasinya sebagaimana pada
tabel 5. Persen realisasi panjang turus jalan yang ditanami
diperoleh dari Realisasi panjang hasil tanaman dibagi panjang
rencana tanaman dikalikan 100 % .
Tabel 5. Rekapitulasi Panjang Turus Jalan Yang ditanami dalam
Propinsi.
Panjang Turus Jalan yang
ditanami (km)
No.
Kabupaten
/ Kota
Rencana Realisasi
%
Realisasi
panjang
TJ
1 2
3
4
5
(3)
Persentase tumbuh tanaman dihitung dengan cara
membandingkan jumlah tanaman yang tumbuh dengan rencana
jumlah tanaman yang seharusnya ada sesuai dengan
rancangan.
T
=
(
Σ
H
i/ N) x 100 %
Dimana :
T
= Persen Tumbuh Tanaman (% )
Σ
H
i= Jumlah tanaman turus jalan yang hidup
N
= Jumlah tanaman turus jalan yang direncanakan
kawasan hutan.
Perhitungan persentase tumbuh tanaman turus jalan
selanjutnya direkapitulasi sebagaimana pada Tabel 6.
Tabel 6. Rekapitulasi Persentase Tumbuh Tanaman Turus Jalan
Per Provinsi
Jumlah Tanaman (btg) No. Kab/ Kota
Panjang Jalan
(km) Rencana Tumbuh % Tumbuh Tanaman
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah
(4)
Untuk mengetahui tingkat kesehatan tanaman turus jalan,
dihitung persentase pertumbuhan tanaman yang sehat sesuai
dengan kriteria tersebut pada .
d)
Pengkayaan tanaman
Penilaian tanaman dilakukan melalui tehnik sampling dengan
metode
purposive
(penarikan contoh disengaja), yaitu dengan
memilih petak contoh yang memiliki ciri tertentu yakni petak contoh
tanaman yang menurutnya mewakili seluruh populasi (petak
tanaman pengkayaan).
Pengolahan data Keberhasilan penanaman pada setiap petak
seperti pada pengolahan data keberhasilan penanaman di dalam
kawasan hutan.
5.
Hasil Penilaian Tanaman
a.
Hasil penilaian tanaman direkapitulasi sebagai berikut:
1)
Hasil penilaian tanaman diregistrasi pada setiap blok dan petak
2)
Hasil penilaian tanaman diklasifikasikan pada setiap blok untuk
masing-masing petak kategori tanaman berhasil, cukup berhasil,
dan kurang berhasil.
3)
Rekomendasi hasil penilaian tanaman untuk kegiatan selanjutnya
b.
Hasil penilaian tanaman dituangkan dalam laporan Penilaian tanaman
a.
Hasil pelaksanaan penilaian tanaman kegiatan Gerhan yang telah
dipresentasikan disajikan dalam Buku Laporan yang memuat uraian
hasil pelaksanaan penilaian tanaman kegiatan Gerhan yang telah
dilaksanakan, dengan kerangka isi :
KATA PENGANTAR
DAFTAR I SI
I .
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Tujuan Penilaian
C.
Keadan Umum Lokasi yang akan Dinilai
I I .
PELAKSANAAN PENI LAI AN
A.
Metode Penilaian
B.
Analisis Penilaian
C.
Hasil Penilaian
I I I . KESI MPULAN DAN REKOMENDASI
A.
Kesimpulan
B.
Rekomendasi
LAMPI RAN
1.
Peta Situasi Kabupaten/ Kota dengan Skala 1: 100.000
2.
Peta Hasil Pengukuran Luas Tanaman skala 1: 10.000
3.
Rekapitulasi Hasil Penilaian
b.
Buku laporan pelaksanaan penilaian tanaman kegiatan Gerhan disusun
1. Standar Teknis Kegiatan
Penilaian kinerja pelaksanaan kegiatan Gerhan mengacu kepada standar
teknis kegiatan-kegiatan Gerhan yang dijabarkan ke dalam standar
prosedur dan standar hasil serta standar penilaian pada masing-masing
kegiatan. Standar prosedur, standar hasil, dan standar penilaian kegiatan
Gerhan sebagaimana tercantum pada tabel 7 sampai dengan tabel 19
berikut.
Dalam prosedur penilaian kinerja tersebut, masing-masing kegiatan
dijabarkan dalam unsur manajemen perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan pengendalian, yang selanjutnya masing-masing unsur
manajemen diuraikan dalam komponen-komponen kegiatan.
Komponen-komponen kegiatan pada unsur manajemen tergantung jenis
kegiatannya. Untuk mengetahui kesesuaian hasil pelaksanaan dengan
kebijakan teknis yang ditetapkan, maka hasil kerja setiap tahapan dalam
standar prosedur dibakukan dalam standar hasil dan stándar penilaian
No. Kegiatan Standar Prosedur Standar Hasil Standar Penilaian Skore Keterangan
Penyusunan Rancangan
1.Sasaran lokasi
Dilaksanakan di hutan dan lahan yang tanahnya miskin (kritis) di kawasan Hutan Lindung, Hutan Konservasi (kecuali Cagar Alam dan Zona I nti Taman Nasional), Hutan Produksi yang tidak dibebani hak ijin usaha pemanfaatan hasil hutan dan atau tidak dalam proses perijinan serta bukan lokasi sasaran pengembangan hutan tanaman (HTI / HTR).
1. Lokasi reboisasi berada di : - DAS prioritas,
- hutan rusak / lahan kritis - daerah rawan bencana ( banjir, tanah longsor, kekeringan),
- daerah perlindungan bangunan vital,
2. lokasi dipersyaratkan masuk dalam RTT Gerhan
3. tidak masuk sasaran lokasi kegiatan lainnya ( I UPHH, HTI , HTR, pencadangan areal, RHL DAK/ DBH DR).
1. Semua persyaratan lokasi (1,2,3) dipenuhi
2. 80 % persyaratan lokasi butir 1 dan butir 2 dan 3 dipenuhi
3. 60 % persyaratan lokasi butir 1 dan butir 2 dan 3 dipenuhi dipenuhi
4. Tidak memenuhi syarat
3
2
1
0
Bobot butir 1 :
- DAS prioritas (30)
- hutan rusak / lahan kritis (25)
- daerah rawan bencana (25) - daerah perlindungan bangunan vital (20)
a. Penetapan dan pemantapan lokasi
2.Pemantapan lokasi
Dilakukan pemantapan lokasi melalui konfirmasi antara BPDAS
dengan pelaksana reboisasi/ instansi terkait untuk
memperoleh kepastian lokasi (kab, Kec,Desa), luasan bruto, fungsi dan status kawasan hutan (tidak dalam sengketa)
1. Lokasi dipetakan dalam bentuk sket
2. Dibuat berita acara yang ditanda tangani oleh Kepala BPDAS dan Kepala Dinas Provinsi, Kepala Dinas Kab/ kota, Kepala UPT Dep. Kehutanan yang bertanggung jawab atas kawasan terkait.
1. Berita Acara pemantapan lokasi dilampiri sket lokasi dan sesuai prosedur 2. Berita Acara pemantapan
lokasi tanpa dilengkapi sket
3. Dibuat sket lokasi tidak dilengkapi BA
4. Tidak ada BA dan sket lokasi (tidak sesuai prosedur) 3 2 1 0 1 b. Pengumpulan data informasi
Dilakukan pengumpulan data biofisik dan data sosial ekonomi budaya di sekitar lokasi kegiatan
Tersedia data dan informasi 1. biofisik (topografi, tanah, vegetasi, iklim)
2. sosial, ekonomi dan budaya (demografi, pranata sosial, dan pendapatan)
1. Data lengkap 2. Data cukup lengkap 3. Data kurang lengkap 4. Data tidak lengkap
1. Pengukuran lokasi
Dilakukan terhadap batas blok poligon tertutup (seluas ± 300 Ha efektif), batas petak (seluas ± 25 Ha efektif), kelerengan lokasi, batas penutupan vegetasi/ rencana perlakuan penanaman (murni/ pengkayaan) dan jalan inspeksi
Telah dilakukan pengukuran terhadap :
1. Batas blok dan petak 2. Kelerengan lokasi 3. Kerapatan pohon 4. Jalan inspeksi
1. Pengukuran lokasi lengkap 2. Pengukuran cukup lengkap 3. Pengukuran kurang lengkap 4. Pengukuran tidak lengkap
3 2 1 0
2. Pemasangan patok a. Batas Blok
Patok terbuat dari kayu atau bambu yang dipasang pada setiap 500 meter (jalur lurus) dan pada setiap sudut belokan atau berupa batas alam (pada pohon di cat warna merah melingkar ± 30 cm)
a. Telah dipasang patok batas blok sesuai standar prosedur
1. Patok batas blok telah dibuat dan lengkap 2. Patok batas blok dibuat
cukup lengkap
3. Patok batas blok dibuat kurang lengkap
4. Patok batas blok tidak dibuat
3
2
1
0 c. Penataan areal
b. Batas petak Patok terbuat dari
kayu/ bambu/ bahan lain yang tersedia di lapangan, dipasang pada setiap sudut petak, pada bagian atas di cat warna kuning ± 25 cm
b. Telah dipasang patok batas petak sesuai standar prosedur
1. Patok batas petak telah dibuat dan lengkap 2. Patok batas petak dibuat
cukup lengkap
3. Patok batas petak dibuat kurang lengkap
4. Patok batas petak tidak dibuat
3
2
1
3. Pemetaan
- Dibuat peta rancangan skala 1: 10.000
- Peta situasi 1 : 50.000 s/ d
1: 100.000 dengan menggunakan sumber peta
administrasi Kabupaten/ Kota
Tersedianya peta rancangan yang berisi informasi tentang batas blok, batas petak, topografi, batas jenis perlakuan, jalan inspeksi, letak gubuk kerja, lokasi pembibitan dan atau lokasi penampungan sementara serta peta situasi.
1. I nformasi dalam peta rancangan lengkap 2. I nformasi peta rancangan
cukup lengkap
3. I nformasi peta rancangan kurang lengkap
4. I nformasi peta rancangan tidak dibuat
3
2
1 0
a. Tersedianya hasil analisis data berupa risalah umum yang memuat informasi lokasi, letak dan luas blok dan petak biofisik dan sosial ekonomi
1. Risalah umum lengkap 2. Risalah umum cukup lengkap 3. Risalah umum kurang
lengkap
4. Risalah umum tidak dibuat
3 2
1 0 d. Analisis data Dilakukannya tabulasi, sortasi,
validasi data dan informasi yang selanjutnya dianalisa dan dituangkan dalam risalah umum serta rancangan kegiatan
b. Tersedianya hasil analisis data berupa rancangan kegiatan yang memuat rancangan pembibitan, penanaman, pemeliharaan tahun I dan I I , organisasi pelaksana
1. Rancangan kegiatan lengkap 2. Rancangan kegiatan cukup
lengkap
3. Rancangan kegiatan kurang lengkap
4. Rancangan kegiatan tidak dibuat
3
2
1
0
1. Rancangan pembibitan memuat lokasi pembibitan, metode pembuatan bibit, jenis dan jumlah bibit yang dibuat dan dibutuhkan, kebutuhan biaya, tenaga, bahan dan alat serta tata waktu pelaksanaan pembibitan
Tersedianya rancangan pembibitan sesuai pedoman teknis
1. Rancangan pembibitan lengkap
2. Rancangan pembibitan cukup lengkap
3. Rancangan pembibitan kurang lengkap
4. Rancangan pembibitan tidak dibuat
3
2
1
0 e. Rancangan
kegiatan
2. Rancangan penanaman memuat antara lain :
a) Rincian kebutuhan bahan dan biaya tiap komponen
Tersedianya rancangan penanaman sesuai pedoman teknis
1. Rancangan penanaman lengkap
2. Rancangan penanaman cukup lengkap
3
pekerjaan pada setiap petak b) Tata waktu pelaksanaan
kegiatan. pekerjaan
penanaman dan pemeliharaan c) Komposisi vegetasi pada setiap
kawasan
d) Jumlah tanaman per hektar
3. Rancangan penanaman kurang lengkap
4. Rancangan penanaman tidak dibuat
1
0
3. Rancangan pemeliharaan memuat antara lain :
a) Rincian kebutuhan bahan dan biaya tiap komponen pekerjaan pada setiap petak (pemeliharaan I dan I I ).
b) Tata waktu pelaksanaan kegiatan (pemeliharaan I dan I I ).
Jumlah bibit penyulaman untuk pemeliharaan tahun I sebanyak 20 % , sedangkan pemeliharaan tahun I I tanpa sulaman.
Tersedianya rancangan pemeliharaan sesuai pedoman teknis
1. Rancangan pemeliharaan lengkap
2. Rancangan pemeliharaan cukup lengkap
3. Rancangan pemeliharaan kurang lengkap
4. Rancangan pemeliharaan tidak dibuat
3
2
1
0
4. Organisasi pelaksana
Organisasi pelaksana kegiatan di tingkat lapangan terdiri dari manajer lapangan (1 manajer lapangan 1 blok tanaman) dan mandor (1 petak 1 mandor).
Dalam organisasi pelaksana tersebut diuraikan tentang tugas, tanggung jawab dan wewenang serta tata hubungan kerja masing-masing komponen organisasi pelaksana kegiatan di lapangan.
Tersedianya struktur, peran, kewenangan dan tata hubungan kerja organisasi pelaksana sesuai pedoman teknis
1. Organisasi pelaksana lengkap
2. Organisasi pelaksana cukup lengkap
3. Organisasi pelaksana kurang lengkap
4. Organisasi pelaksana tidak dibuat
3
2
1
5. Pembuatan gambar yang harus dibuat sebagai kelengkapan rancangan adalah : Gubuk kerja, Tata tanam, Papan nama, Patok batas, dan lain-lain.
Tergambarnya rancangan yang lengkap sesuai pedoman teknis
1. Gambar lengkap 2. Gambar cukup lengkap 3. Gambar kurang lengkap 4. Gambar tidak dibuat
3 2 1 0
f. Naskah rancangan
Outline dan kerangka isi sesuai dengan pedoman penyusunan rancangan
Tersusunnya naskah rancangan sesuai dengan pedoman teknis
1. Naskah rancangan lengkap 2. Naskah rancangan cukup
lengkap
3. Naskah rancangan kurang lengkap
4. Naskah rancangan tidak dibuat
3
2
1
0 g. Mekanisme dan
prosedur
Rancangan reboisasi pada kawasan :
1) Hutan lindung dan hutan produksi disusun oleh pihak I I I (Konsultan Perencanaan) yang ditunjuk oleh KPA/ PPK pada Satker BPDAS, hasil penyusunan diperiksa dan dinilai oleh Kepala BPDAS, dan disahkan oleh Kepala Dinas Kabupaten Kota.
2) Hutan konservasi disusun oleh pihak I I I (Konsultan Perencanaan) yang ditunjuk oleh KPA/ PPK pada Satker BPDAS, diperiksa dan dinilai oleh Kepala BPDAS, dan disahkan oleh Kepala UPT Ditjen PHKA dan untuk Tahura oleh Kepala Dinas Provinsi.
3) Hutan pantai dan hutan mangrove disusun oleh pihak I I I (konsultan perencanaan)
Penyusunan, penilaian dan pengesahan rancangan reboisasi sesuai prosedur
1. Rancangan reboisasi telah disusun, dinilai dan disahkan
2. Rancangan reboisasi telah disusun dan dinilai namun belum disahkan
3. Rancangan reboisasi telah disusun namun belum dinilai dan disahkan
4. Rancangan reboisasi tidak dibuat
3
2
1
yang ditunjuk oleh KPA/ PPK pada Satker BPDAS, hasil penyusunan diperiksa dan dinilai oleh Kepala BPDAS, dan disahkan oleh Kepala BPH Mangrove.
h. Hasil kegiatan Buku rancangan teknis reboisasi, rancangan teknis rehabilitasi hutan mangrove dan rancangan teknis hutan pantai memuat rancangan kegiatan, rancangan biaya dan tata waktu sesuai sasaran yang ditetapkan.
Tersedianya buku rancangan teknis reboisasi yang sesuai pedoman teknis
1. Buku rancangan teknis reboisasi lengkap 2. Buku rancangan teknis
reboisasi cukup lengkap 3. Buku rancangan teknis
reboisasi kurang lengkap 4. Tidak ada buku rancangan
3
2
1 0
Pembuatan tanaman 2
a. Penyediaan bibit Penyediaan bibit harus sesuai dengan rancangan, sedangkan standar dan kriteria mutu bibit sesuai pedoman teknis,
Penilaian bibit (volume dan jenis serta kesehatan bibit) dilakukan di tempat pengumpulan
sementara (sebelum didistribusi ke petak tanam) yang disepakati bersama pihak terkait.
Tersedianya bibit (volume dan jenis serta kesehatan bibit) sesuai rancangan, memenuhi standar dan kriteria mutu, dan telah dinilai oleh LPI .
1) Jumlah, kualitas dan jenis bibit sesuai rancangan, dan telah dinilai
2) Jumlah, kualitas dan jenis bibit kurang sesuai rancangan tetapi telah dinilai
3) Jumlah, kualitas dan jenis bibit kurang sesuai rancangan, dan belum dinilai
4) Penyediaan bibit belum diadakan
3
2
1
1. Persiapan lapangan yang meliputi Penyiapan Kelembagaan, Penyiapan Sarana dan Prasarana, Penataan kembali areal tanaman
- Penyiapan kelembagaan : organisasi pelaksana dan koordinasi dengan pihak terkait
- Penyiapan Sarpras : rancangan tanaman, dokumen pekerjaan, bahan dan alat, serta bibit telah tersedia
- Penataan kembali :
Telah dilakukan pengukuran blok, petak, pola tanam, jalan pemeriksaan dan
pemasangan ajir.
1. Persiapan lapangan telah dilaksanakan sesuai prosedur 2. Persiapan lapangan
dilaksanakan kurang sesuai prose