• Tidak ada hasil yang ditemukan

Draft Panduan Pembelajaran Matematika dan PJOK SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Draft Panduan Pembelajaran Matematika dan PJOK SD"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH DASAR

TAHUN 2016

PANDUAN PEMBELAJARAN

MATEMATIKA DAN

(2)
(3)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH DASAR

TAHUN 2016

PANDUAN PEMBELAJARAN

MATEMATIKA DAN

(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Salah satu keberhasilan pendidikan ditentukan oleh kurikulum pendidikan yang disusun berdasarkan kebutuhan zaman. Pada era abad 21 ini dibutuhkan kurikulum yang dapat mendorong pembelajaran yang menghasilkan siswa yang dapat memiliki kemampuan untuk mempertahankan hidupnya serta mampu menghadapi tantangan era globalisasi tanpa kehilangan nilai-nilai kepribadian dan budaya bangsa.Kurikulum 2013 menjawab kebutuhan zaman tersebut.

Penerapan Kurikulum 2013 pada proses pembelajaran di Sekolah Dasar menggunakan pendekatan tematik terpadu. Pada perkembangannya, untuk kelas tinggi (IV, V, dan VI) mata pelajaran Matematika dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) dipisahkan dari Buku Tematik Terpadu. Pemisahan tersebut dikarenakan perubahan muatan pelajaran matematika serasa dangkal sehingga siswa tidak mendapatkan konsep matematika secara mendalam dan PJOK memiliki karakteristik objek kajian dan metode yang berbeda dengan mata pelajaran lain. Objek kajian PJOK berupa gerak, pembelajaran PJOK banyak dilakukan melalui observasi, mencontoh/menirukan, melatihkan secara berulang.

Berdasarkan beberapa alasan tersebut, maka Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah bersama Pusat Kurikulum Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyusun Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dan PJOK.

Panduan ini sebagai acuan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran Matematika dan PJOK serta dapat membantu dalam memecahkan beberapa permasalahan dalam pembelajaran.

Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan panduan ini kami mengucapkan terima kasih atas kerjasamanya.

Jakarta, Oktober 2016

Direktur Pembinaan Sekolah Dasar

(6)
(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Sasaran ... 4

BAB II KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH DASAR (SD) ... 5

A. Karakteristik dan Kompetensi Mata Pelajaran Matematika pada Kurikulum 2013 ... 5

B. Karakteristik dan Kompetensi Mata Pelajaran PJOK pada Kurikulum 2013 ... 6

BAB III PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH DASAR (SD) ... 9

A. Pembelajaran Matematika untuk Mencapai Keterampilan Abad 21 ... 9

B. Pembelajaran PJOK untuk mencapai keterampilan abad 21 ... 23

C. Penjadwalan Pembelajaran Matematika dan PJOK ... 31

(8)

human survival

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan pendidikan salah satunya ditentukan oleh kurikulum pendidikan yang disusun berdasarkan kebutuhan zaman. Era abad ke-21 merupakan era globalisasi. Pada era ini dibutuhkan kurikulum yang dapat mendorong pembelajaran yang menghasilkan siswa yang tangguh. Artinya, siswa yang dapat memiliki kemampuan untuk mempertahankan hidupnya (human survival). Selain itu, pendidikan juga harus menyiapkan sumberdaya manusia yang mampu menghadapi tantangan era globalisasi tanpa kehilangan nilai-nilai kepribadian dan budaya bangsa.

Kurikulum 2013 disusun untuk menjawab kebutuhan zaman. Kurikulum 2013 dikembangkan dalam bentuk Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Kompetensi Inti terdiri atas empat dimensi yang terkait satu sama lain. Keempat dimensi tersebut adalah: sikap spiritual (KI 1), sikap sosial (KI 2), pengetahuan (KI 3), dan keterampilan (KI 4). Pengembangan Kompetensi Dasar untuk KI 1 dan KI 2 hanya terdapat pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta PPKn. 


Kurikulum yang mengedepankan pencapaian kompetensi tersebut membawa konsekuensi bahwa pembelajaran harus berpusat pada siswa. Siswa didorong untuk terlibat aktif dan komprehensif dalam pembelajaran. Keterlibatan siswa secara aktif dan komprehensif tersebut akan memberikan pemahaman mendalam dan peluang besar pada pengalaman belajar yang berada di long term memory.

Penerapan Kurikulum 2013 pada proses pembelajaran di sekolah dasar menggunakan pendekatan tematik terpadu. Salah satu pendukung proses pembelajaran adalah buku Tematik Terpadu yang diterbitkan oleh Pemerintah. Mata pelajaran yang dapat dipadukan adalah PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Seni Budaya dan Prakarya (SBdP), dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK).

(10)

karena itu, siswa tidak mendapatkan pemahaman konsep matematika secara mendalam. Dengan demikian, perlu digunakan buku Matematika secara terpisah. Alasan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Matematika memiliki karakteristik objek kajian dan metode yang berbeda dengan mata pelajaran lain. Objek kajian matematika bersifat abstrak, metode untuk melakukan kajian terhadap objek matematika bersifat deduktif, tentunya dengan tidak mengabaikan pengembangan kecakapan 4 C (Critical, Creative,

Colaboratif, Dan Communication).

b. Kebermaknaan pembelajaran matematika di SD/MI salah satunya dapat ditingkatkan melalui pembelajaran matematika dalam konteks dunia nyata siswa. Pembelajaran dengan mengambil konteks kehidupan nyata tersebut dapat dicapai melalui pembelajaran tematik terpadu.

c. Kebermaknaan pembelajaran merupakan energi bagi peningkatan motivasi belajar siswa, ketika motivasi sudah dimiliki pembelajaran tidak harus selalu dikaitkan dengan dunia nyata/tema, karena pembelajaran matematika dengan tema memiliki keterbatasan dalam mengakomodir struktur dan konten matematika secara utuh. Oleh karena itu, ketika konteks sudah diperoleh, pembelajaran Matematika dapat dilakukan dengan pemahaman konsep matematika secara utuh.

Demikian juga alasan yang serupa diambil untuk menjelaskan mengapa mata pelajaran PJOK harus diajarkan dengan buku terpisah. Alasan tersebut adalah sebagai berikut:

a. PJOK memiliki karakteristik objek kajian dan metode yang berbeda dengan mata pelajaran lain. Objek kajian PJOK berupa gerak, pembelajaran PJOK banyak dilakukan melalui mengobservasi dan mencontoh, kemudian melatihkannya secara berulang, tentunya dengan tidak mengabaikan pengembangan kecakapan 4C (Critical, Creative, Colaboratif, Dan

Communication).

b. Kebermaknaan pembelajaran PJOK di SD/MI salah satunya dapat ditingkatkan melalui pembelajaran PJOK dalam konteks dunia nyata siswa, hal ini salah satunya dapat dilakukan melalui pembelajaran tematik.

(11)

pembelajaran PJOK yang memiliki keterbatasan dalam mengakomodir struktur dan konten PJOK secara utuh. Oleh karena itu, tidak semua materi yang berkaitan dengan KD dapat diakomodir secara cukup oleh buku tematik. d. Pembelajaran PJOK banyak dilakukan dengan gerakan anggota tubuh yang

harus dimulai dengan pemanasan terlebih dahulu, sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama.

e. Banyak gerakan-gerakan dalam pembelajaran PJOK yang tidak dipahami sepenuhnya oleh guru kelas, sehingga dapat mengakibatkan cedera bagi siswa. f. Pada umumnya pembelajaran PJOK mengakibatkan siswa berkeringat,

sehingga mengganggu proses pembelajaran lain bila terintegrasi.

g. Untuk memberdayakan keberadaan guru mata pelajaran PJOK yang tersedia hampir di semua SD.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut maka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah menetapkan buku teks pelajaran yang layak digunakan dalam proses pembelajaran untuk mata pelajaran Matematika dan PJOK yang disajikan secara terpisah dari Buku Tematik Terpadu. Oleh karena itu, diperlukan panduan pelaksanaan pembelajaran matematika dan PJOK untuk SD/MI di kelas IV, V dan VI.

Panduan ini secara keseluruhan memuat penjelasan tentang latar belakang, tujuan, dan sasaran diterbitkannya panduan ini; karakteristik mata pelajaran Matematika dan PJOK; perancangan dan pembelajaran Matematika dan PJOK.

B. Tujuan

Panduan Pembelajaran Matematika dan PJOK ini bertujuan untuk

a. Membantu guru dalam mengatur alokasi waktu Matematika dan PJOK dalam pembelajaran agar sesuai dengan struktur kurikulum;

b. Membantu guru dalam merancang pembelajaran Matematika dan PJOK yang terpisah dari Tematik Terpadu agar tetap bermakna;

c. Membantu guru dalam proses pembelajaran Matematika dan PJOK yang terpisah dari Tematik Terpadu agar berpusat pada siswa, kontekstual, dan bermakna.

Critical, Creative, Colaboratif, Dan Communication

(12)

life skill

komputasi visualisasi

soft skill

indirect teaching

d. Membantu kepala sekolah, pengawas dan pihak lain yang terkait dalam mendukung proses pembelajaran Matematika dan PJOK yang terpisah dari Tematik Terpadu agar berpusat pada siswa, kontekstual, dan bermakna.

C. Sasaran

Buku Panduan ini disusun agar proses pembelajaran di sekolah dasar dapat berjalan sesuai dengan harapan. Oleh karena itu, sasaran pengguna buku ini adalah unsur-unsur yang terlibat pada proses pembelajaran di sekolah dasar. Sasarannya adalah

a. Guru kelas yang mengampu pembelajaran di kelas tinggi (kelas IV, V, dan VI); b. Guru PJOK

(13)

BAB II

KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN

PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN

DI SEKOLAH DASAR (SD)

A. Karakteristik dan Kompetensi Mata Pelajaran Matematika pada Kurikulum 2013

Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan manusia dan juga mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin untuk meningkatkan dan mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan, diperlukan penguasaan dan pemahaman atas matematika yang kuat sejak dini. Objek kajian matematika bersifat asbtrak, metode untuk melakukan kajian terhadap objek matematika bersifat deduktif, sehingga kebermaknaan pembelajaran matematika di SD salah satunya dapat ditingkatkan melalui pembelajaran matematika dalam konteks dunia nyata siswa.

Pengembangan kompetensi matematika diarahkan untuk meningkatkan kecakapan hidup (life skill), terutama dalam membangun kreatifitas, kemampuan berpikir kritis, berkolaborasi atau bekerjasama dan keterampilan berkomunikasi yang menjadi tuntutan keterampilan abad 21. Selain itu, pengembangan kompetensi matematika juga menekankan kemahiran atau keterampilan menggunakan perangkat teknologi untuk melakukan perhitungan teknis (komputasi) dan penyajian dalam bentuk gambar dan grafik (visualisasi), yang penting untuk mendukung keterampilan lainnya yang bersifat keterampilan lintas disiplin ilmu dan keterampilan yang bersifat nonkognitif serta pengembangan nilai, norma dan etika (soft skill).

(14)

bullying

Cakupan materi matematika di SD meliputi bilangan asli, bulat, dan pecahan, geometri dan pengukuran sederhana, dan statistika sederhana. Pendidikan matematika di sekolah diharapkan memberikan kontribusi dalam mendukung pencapaian kompetensi lulusan pendidikan dasar dan pendidikan menengah melalui pengalaman belajar, agar mampu:

1. Memahami konsep dan menerapkan prosedur matematika dalam kehidupan sehari-hari;

2. Melakukan operasi matematika dalam bentuk operasi hitung, menganalisis komponen atau sifat dari suatu ekspresi atau kalimat matematika serta menyederhanakan ekspresi matematika untuk menyelesaikan masalah.

3. Berpikir kritis melalui penalaran matematis yang meliputi membuat generalisasi berdasarkan pola, fakta, fenomena atau data yang ada, membuat dugaan dan memverifikasinya, menjelaskan alasan dalam mengklasifikasi berbagai benda berdasar bentuk, warna, kemiripan, dan perbedaan berdasar kriteria tertentu

4. Memecahkan masalah dan mengomunikasikan gagasan melalui simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;

5. Menumbuhkan sikap positif seperti sikap logis, kritis, cermat, teliti, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah, sebagai wujud implementasi kebiasaan dalam inkuiri dan eksplorasi matematika

6. Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika, yang terbentuk melalui pengalaman belajar

B. Karakteristik dan Kompetensi Mata Pelajaran PJOK pada Kurikulum 2013

Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. PJOK memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.

(15)

dan aktif mengembangkan kapasitas untuk menjalani kehidupan yang memuaskan dan produktif. Hal ini berdampak pada meningkatkan produktivitas dan kesiapan untuk belajar, meningkatkan semangat, mengurangi ketidakhadiran, mengurangi biaya perawatan kesehatan, penurunan kelakuan anti-sosial seperti bullying dan kekerasan, mempromosikan hubungan yang aman dan sehat, dan meningkatkan kepuasan pribadi.

1. Karakteristik Perkembangan Gerak Anak Usia SD

Karakteristik perkembangan gerak anak turut mempengaruhi penentuan kompetensi mata pelajaran PJOK. Karakteristik gerak tersebut dibedakan menurut usia anak, seperti berikut.

a. Pada usia antara 7-8 tahun, anak sedang memasuki perkembangan gerak dasar dan memasuki tahap awal perkembangan gerak spesifik. Karakteristik awal perkembangan gerak spesifik dapat diidentifikasi dengan makin sempurnanya kemampuan melakukan berbagai kemampuan gerak dasar yang menuntut kemampuan koordinasi dan keseimbangan agak kompleks. Oleh karenanya, keterampilan gerak yang dimiliki anak telah dapat diorientasikan pada berbagai bentuk, jenis dan tingkat permainan yang lebih kompleks.

b. Pada anak berusia antara 9 s.d 10 tahun, anak telah dapat

mengunjukkerjakan rangkaian gerak yang multipleks-kompleks dengan tingkat koordinasi yang makin baik. Kualitas kemampuan pada tahap ini dipengaruhi oleh ketepatan rekayasa dan stimulasi lingkungan yang diberikan kepada anak pada usia sebelumnya. Pada tahap ini, anak laki-laki dan perempuan telah memasuki masa awal masa remaja. Dengan pengaruh perkembangan hormonal pada usia ini, mereka akan mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan fungsi motorik yang sangat cepat.

2. Ruang Lingkup Materi Mata Pelajaran PJOK Kelas IV, V, dan VI adalah Sebagai Berikut:

(16)

bola, menangkap bola, memukul bola menggunakan tongkat, menendang bola.

b. Aktivitas Permainan Bola Besar misalnya: sepakbola, bolavoli, bolabasket, bolatangan dan/atau permainan tradisonal dan sederhana lainnya.

c. Aktivitas Permainan Bola Kecil misalnya: rounders, kasti, softball, dan/atau permainan tradisonal dan sederhana lainnya.

d. Aktivitas Atletik misalnya: jalan, lari, lompat, dan lempar, dan/atau permainan tradisonal dan sederhana lainnya.

e. Aktivitas Beladiri misalnya: seni beladiri pencak silat, karate, taekwondo, dan/atau beladiri lainnya.

f. Aktivitas Pengembangan Kebugaran Jasmani, meliputi sikap tubuh, pengembangan komponen kebugaran berkaitan dengan kesehatan dan keterampilan, serta pengukurannya secara sederhana.

g. Aktivitas Senam meliputi: pola gerak dominan dengan dan tanpa alat. h. Aktivitas Gerak Berirama meliputi: pola gerak dasar langkah, gerak dan

ayunan lengan, musikalitas serta apresiasi terhadap kualitas estetika gerakan.

i. Aktivitas Air, meliputi: pengenalan air, keselamatan dan pertolongan di air, dan beberapa gaya renang.

(17)

BAB III

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN JASMANI,

OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH DASAR (SD)

A. Pembelajaran Matematika untuk Mencapai Keterampilan Abad 21

Kemampuan dan keterampilan yang perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran matematika dalam rangka mencapai keterampilan abad 21 adalah: 1. Kreativitas dan inovasi.

a. Membandingkan beberapa cara dalam menyelesaikan masalah

matematika, untuk mendapatkan solusi inovatif dengan menggunakan contoh-contoh praktis yang sesuai. Dalam konteks ini siswa dimungkinkan untuk mencari solusi tersebut melalui berbagai media termasuk internet, b. Memperhatikan dan mengevaluasi argumen dari rekannya untuk koreksi

dan perbaikan untuk menghasilkan argumen yang mendukung. Mereka menerima umpan balik untuk terus menemukan pemecahan masalah, c. Secara kreatif menemukan pola, menyederhanakan, dan mengeneralisasi

untuk memecahkan masalah,

d. Mengembangkan wawasan dan mampu mengomunikasikan hasilnya bagi pemahamam matematika sebagai upaya kreatif yang dibangun pengetahuan sebelumnya.

2. Berpikir kritis dan memecahkan masalah.

a. Menemukan struktur logis untuk menghadapi tantangan matematika serta mampu membuat beberapa alternatif dan membangun argumen untuk mempertahankan pilihannya,

b. Mengidentifikasi dan mengajukan pertanyaan penting tentang matematika serta menganalisis jawaban yang diajukan,

c. Memahami masalah matematika terapan melalui analisis dan sintesis untuk menemukan solusinya,

d. Mmenganalisis bagian-bagian dari suatu sistem matematika yang saling berinteraksi.

(18)

a. Mengartikulasikan ide dan pemikiran matematika secara lisan dan tertulis dengan menggunakan abstraksi dan penalaran kuantitatif untuk membangun argumen yang layak,

b. Mmenyimak argumen secara efektif serta menjelaskan ulang dalam rangka menjelaskan solusi dari suatu permasalahan matematika,

c. Bekerja sama dalam tim yang berbeda, saling menghargai, mengungkapkan ide dan pemikiran matematik secara efektif,

d. Mmengomunikasikan baik secara lisan, tulisan, atau mendemonstrasikan kegunaan matematika dalam permasalahan secara luas.

4. Pengetahuan informasi.

a. Mengidentifikasi, mengakses, mengevaluasi, serta mengeksplorasi sumber-sumber untuk menjawab pertanyaan penting terkait permasalahan keseharian,

b. Mengeksplorasi topik-topik matematika yang baru dan aplikasinya, serta mampu berbagi pengetahuan yang diperolehnya,

c. Siswa belajar tentang matematika melalui sumber-sumber informasi yang terpercaya serta mampu berbagi pengetahuan yang diperolehnya.

5. Pengetahuan media.

a. Memahami statistika, peluang dan pesan media yang dihasilkan bagi kegunaan sosial, dan dapat diinterpretasikan secara berbeda oleh individu, b. Memeriksa tujuan, alat, karakteristik dan kaidah statistika yang digunakan,

serta implikasi media yang mempengaruhi keyakinan dan perilaku,

c. Mendapatkan pemahaman yang mendasar tentang masalah aturan dan etika mengenai akses, penggunaan, dan potensi dari distorsi informasi matematika,

d. Menyajikan informasi statistik untuk mendukung suatu pandangan atau membantu individu lain dalam memahami suatu informasi.

6. Menggunakan teknologi, informasi dan komunikasi.

a. Menggunakan peralatan elektronik seperti kalkulator, komputer, gawai

(19)

b. Menggunakan teknologi untuk mengkomunikasikan wawasan matematika dengan menggunakan representasi grafis dari fungsi dan data.

7. Fleksibilitas dan kemampuan adaptasi.

Menghadapi tantangan matematika berkaitan dengan peran dan tanggungjawab dalam perubahan iklim dan perubahan prioritas, secara individu dan berkelompok.

8. Inisiatif dan pengarahan diri.

a. Memahami permasalah, mendefinisikan, memprioritaskan, dan

menyelesaikan tugas secara mandiri dengan menyeimbangkan antara taktik dan tujuan strategis dalam menyelesaikan, memecahkan masalah matematika,

b. Secara kritis mampu melakukan refleksi terhadap pengalaman

memecahkan masalah matematika di masa lalu serta mengaitkan untuk menyelesaikan tantangan matematika mendatang.

9. Ketrampilan sosial dan lintas budaya.

a. Menggunakan matematika dalam berbagai lingkup budaya, seperti penggunaan ukuran panjang atau ukuran berat yang berbeda-beda antara daerah atau negara,

b. Menerapkan matematika sebagai alat untuk menganalisis data statitika untuk memahami permasalahan antar budaya.

10. Produktivitas dan akuntabilitas.

Menetapkan tujuan, prioritas, penjadwalan dan bekerja sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.

11. Kepemimpinan dan tanggung jawab.

a. Menggunakan kemampuan interpersonal dan penyelesaian masalah untuk menyakinkan pentingnya kebersamaan dan memecahkan masalah penting di masyarakat,

b. Mempertimbangkan implikasi etis dalam pengambilan keputusan secara matematis.

(20)

.

Pembelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kecakapan atau kemahiran matematika, sebagai bagian dari kecakapan hidup yang harus dimiliki siswa dalam mencapai keterampilan abad 21 terutama dalam pengembangan berpikir kritis melalui penalaran yang masuk akal dalam menyusun, mengungkapkan, menganalisis, dan menyelesaikan masalah; peningkatan kreatifitas untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru, bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda; keterampilan memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia; bekerjasama berkelompok dan kepemimpinan, beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif, berempati, dan menghormati perbedaan perspektif.

Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, merupakan sarana komunikasi yang logis, singkat dan jelas, dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan, memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang, mengembangkan kreativitas, dan sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dengan belajar matematika siswa diharapkan akan memperoleh manfaat sebagai berikut.

1. Mampu berpikir secara sistematis melalui urutan-urutan yang teratur dan tertentu, terbiasa untuk memecahkan masalah secara sistematis, sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata, dan bisa menyelesaikan setiap masalah dengan lebih mudah.

2. Mampu berpikir secara deduktif dan induktif untuk membangun dan mengembangkan penalaran matematika yang bersifat deduktif.

3. Mampu membentuk sikap yang lebih teliti, cermat, akurat dalam bertindak, taat pada aturan dan prosedur.

4. Mampu menggunakan dan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan nyata.

(21)

yang dirancang dalam Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran saintifik, yaitu:

a. Kegiatan mengamati kejadian, peristwa, situasi, pola, fenomena yang terkait dengan matematika dan mulai dikenalkan pemodelan matematika dalam berbagai bentuk;

b. Menanya atau mempertanyakan mengapa atau bagaimana fenomena bisa terjadi;

c. Mengumpulkan atau menggali informasi melalui mencoba, percobaan, mengkaji, mendiskusikan untuk mendalami konsep yang terkait dengan fenomena tersebut;

d. Melakukan asosiasi atau menganalisis secara kritis dalam menjelaskan keterkaitan antar konsep dan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur/algoritma yang sesuai, menyusun penalaran dan generalisasi; dan e. Mengomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Selain menggunakan pendekatan saintifik, guru dapat menggunakan model pembelajaran lain seperti: model pembelajaran kooperatif; pembelajaran kontekstual; model pembelajaran penemuan terbimbing; pembelajaran berbasis proyek; dan pembelajaran berbasis masalah. Dalam pembelajaran matematika hal yang perlu ditekankan:

a. Aktivitas belajar di bawah bimbingan guru maupun mandiri dengan

menggunakan konsep dan prosedur secara benar dan sistematis.

b. Melatih kemampuan berpikir untuk membuat generalisasi dari fakta, data, fenomena yang ada.

c. Melatih keterampilan melakukan operasi atau manipulasi matematika untuk menyederhanakan model atau kalimat matematika dalam rangka menyelesaikan masalah.

d. Pembelajaran berbasis pemecahan masalah.

(22)

hands on mathematics

I

dengan pemecahan masalah sederhana sehari-hari dan menantang untuk membangun pola berpikir kritis siswa. Beberapa teknik untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran :

1. Teknik menjelaskan, teknik ini sangat perlu dikuasai guru, namun perlu dibatasi untuk lebih fokus pada aktifitas utama siswa dalam kegiatan pembelajaran. Teknik menjelaskan diterapkan terutama pada saat mengatur urutan dan aktifitas belajar dan melakukan konfirmasi.

a. Gunakan bahasa yang sederhana, jelas dan mudah dimengerti serta komunikatif

b. Ucapan hendaknya terdengar dengan jelas , lengkap tertentu, dengan intonasi yang tepat

c. Bahan disiapkan dengan sistematis mengarah ke tujuan

d. Penampilan guru hendaknya menarik diselingi dengan gerak dan humor sehat

e. Adanya variasi atau selingan dengan metode lain, misalnya tanya jawab, menggunakan alat bantu seperti lembar peraga(chart)

2. Teknik bertanya, untuk menggunakan tanya-jawab, perlu diketahui tujuan mengajukan pertanyaan, jenis dan tingkat pertanyaan, serta teknik mengajukan pertanyaan. Pertanyaan tertutup (bersifat konvergen) memiliki jawaban tertentu, hanya ada satu jawaban. Pertanyaan terbuka (bersifat divergen) memiliki jawaban terbuka dan diharapkan menghasilkan banyak cara untuk menjawabnya dan jawabnya lebih dari satu. Pertanyaan tingkat rendah hanya mengukur ingatan saja, sedangkan pertanyaan tingkat tinggi setidak-tidaknya menuntut pemahaman atau pemikiran siswa, misalnya dalam memberikan alasan atau dalam membuat suatu kesimpulan. Pertanyaan tingkat tinggi seperti inilah yang diharapkan lebih dikembangkan guru. Tujuan pertanyaan adalah:

a. Memotivasi siswa

b. Menyegarkan memori/ingatan siswa c. Mengawali diskusi

(23)

f. Menggalakkan penyelidikan (inkuiri, investigasi) g. Mendiagnosis/memeriksa tanggapan siswa h. Menarik perhatian siswa

i. Mengundang pertanyaan siswa

3. Teknik peragaan /demonstrasi, yaitu menunjukkan atau memperlihatkan suatu model atau suatu proses. Teknik ini hanya efektif bila digunakan hanya sebagai bagian dari kegiatan lain yang memberikan kemungkinan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Misalnya teknik bertanya perlu merupakan bagian integral dari demonstrasi guru. Demonstrasi digunakan utamanya bila (1) siswa tidak terampil menggunakannya, atau alat itu dapat “membahayakan” siswa atau (2) karena keterbatasan banyaknya alat. Namun ukuran bahan atau alat demonstrasi seharusnya memungkinkan siswa untuk melihat apa yang guru demonstrasikan.

4. Percobaan (eksperimen) dengan alat secara individual atau kelompok. Di sini siswa lebih aktif dan diharapkan mereka menemukan berbagai hal yang terkait dengan pembelajaran baik kognitif, psikomotorik maupun afektif. Kegiatan lain yang melibatkan kegiatan praktik atau eksperimen adalah hands on

mathematics (matematika dengan sentuhan tangan atau pengutak-atikan obyek dengan tangan). Ini merupakan kegiatan “pengalaman belajar” dalam rangka penemuan konsep atau prinsip matematika melalui kegiatan eksplorasi, investigasi, dan konklusi yang melibatkan aktivitas fisik, mental dan emosional dengan melibatkan ada aktivitas fisik.

5. Teknik pemecahan masalah, yaitu pertanyaan yang harus dijawab atau direspon namun jawaban atau strategi untuk menyelesaikannya tidak segera diketahui. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu dipandang merupakan suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui dan perlu diselesaikan. Cara yang sering digunakan orang dan sering berhasil pada proses pemecahan masalah inilah yang disebut dengan Strategi pemecahan masalah. Strategi ini akan sangat bermanfaat jika dipelajari para siswa maupun guru agar dapat digunakan dalam kehidupan nyata mereka didalam mereka menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Beberapa strategi yang sering digunakan adalah:

(24)

masalahnya dan mempermudah mendapatkan gambaran umum penyelesaiannya.

b. Mencobakan pada soal yang lebih sederhana, strategi ini berkait dengan penggunaan contoh khusus tertentu pada masalah tersebut agar lebih mudah dipelajari, sehingga gambaran umum penyelesaian yang sebenarnya dapat ditemukan.

c. Membuat tabel, strategi ini digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan atau jalan pikiran kita, sehingga segala sesuatunya tidak dibayangkan hanya oleh otak yang kemampuannya sangat terbatas, dan dapat terlihat berbagai kecenderungan yang terdapat dalam table itu. d. Menemukan pola, strategi ini berkaitan dengan keteraturan yang terlihat

dalam suatu situasi (misalnya susunan sekumpulan bilangan) dilanjutkan dengan pencarian aturan-aturan itu. Keteraturan tersebut akan memudahkan kita menemukan penyelesainnya dan bukan tidak mungkin untuk kita memunculembarkerjaan adanya aturan lainnya.

e. Memecah tujuan, strategi ini berkait dengan pemecahan tujuan umum yang hendak kita capai menjadi satu atau beberapa tujuan bagian. Tujuan bagian ini dapat digunakan sebagai batu loncatan untuk mencapai tujuan yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan bahwa seringkali suatu situasi yang amat kompleks dan permasalahannya juga tidak sederhana.

f. Memperhitungkan setiap kemungkinan, strategi ini berkait dengan penggunaan aturan-aturan yang dibuat sendiri oleh si pelaku selama proses pemecahan masalah sehingga tidak akan ada satupun alternatif yang terabaikan.

g. Berpikir logis, strategi ini berkaitan dengan penggunaan penalaran maupun penarikan kesimpulan yang sah atau valid dari berbagai informasi atau data yang ada.

(25)

hal-hal yang tersisa dan masih mungkin saja.

j. Mencoba-coba, strategi ini biasanya digunakan untuk mendapatkan gambaran umum pemecahan masalahnya dengan mencoba-coba berdasarkan informasi yang diketahui.

6. Teknik penemuan terbimbing, dalam teknik ini, peranan guru adalah: menyatakan persoalan, kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan itu dengan perintah-perintah atau dengan penggunaan lembar kerja (LK). Siswa mengikuti pertunjuk yang tersedia dalam lembar kerja dan menemukan sendiri penyelesaiannya. Penemuan terbimbing biasanya dilakukan berkaitan dengan bahan ajar yang pembelajarannya dikembangkan secara induktif. Guru harus yakin benar bahwa bahan “yang ditemukan” sungguh secara matematis dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

(26)

Mekanisme pelaksanaan pembelajaran mencakup perencanaan, pelaksanaan (termasuk didalamnya kegiatan evaluasi), dan pertimbangan daya dukung. Tahap

pertama, perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau berkelompok di sekolah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh kepala sekolah. Pengembangan RPP dapat juga dilakukan oleh guru secara berkelompok antarsekolah atau antarwilayah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh dinas pendidikan setempat.

Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyiapan RPP yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang mengacu pada silabus. Guru dalam merancang pembelajaran dan menyediakan sumber belajar seperti sarana dan prasarana pembelajaran, alat peraga, bahan, media, sumber belajar lingkungan sosial dan alam, maupun sumber belajar lainnya, hendaknya memperhatikan: (1) kondisi, kebutuhan, kapasitas dan karakteristik sekolah dan masyarakatnya, dan (2) mengelola beban dan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Matematika, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dan pembelajaran tematik terpadu yang efektif dan berkualitas.

Prinsip penyusunan RPP adalah sebagai berikut:

(27)

keterampilan dalam proses pembelajaran serta membangun, mengembangkan, meningkatkan sikap spiritual dan sikap sosial.

2. Satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.

3. Memperhatikan perbedaan individu siswa. RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan siswa.

4. Berpusat pada siswa. Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada siswa untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar, menggunakan berbagai pendekatan/model.

5. Berbasis konteks yang menekankan pada proses pembelajaran yang menjadikan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar.

6. Berorientasi kekinian. Pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan nilai-nilai kehidupan masa kini.

7. Mengembangkan kemandirian belajar. Pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk belajar secara mandiri.

8. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran. RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. Pembelajaran pengayaan dan remidi dilakukan setelah evaluasi terhadap hasil belajar siswa dilakukan.

9. Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi dan/atau antarmuatan. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD, indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. 10. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. RPP disusun dengan

mempertimbangkan penerapan teknologi informasidan komunikasisecara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

Saat ini, pemerintah bersama penerbit swasta telah menghasilkan buku guru dan buku teks untuk pembelajaran tematik, buku teks pelajaran untuk pendidikan

(28)

contoh kegiatan

Indikator pencapaian kompetensi

agama, matematika dan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang dapat diperkaya, dilengkapi dan disesuaikan dengan kebutuhan satuan pendidikan. Untuk merancang pembelajaran yang efektif, guru perlu melakukan tahapan analisis kompetensi dalam kurikulum, KTSP, silabus dan buku teks pelajaran sebagai berikut:

1. Mengkaji dokumen I KTSP meliputi kajian visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan pendidikan, alokasi waktu dan beban belajar, kalender pendidikan untuk merancang RPP yang proporsional sesuai dengan alokasi tersedia.

2. Mengkaji dokumen II KTSP yang berisi silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu dalam pelaksanaan kurikulum. Kajian secara kontekstual, faktual dan aktual dilakukan untuk diperkaya, dilengkapi, disesuaikan atau ditata ulang secara kontekstual karakteristik tiap daerah, satuan pendidikan dan siswa. 3. Menentukan dan membuat pemetaan beban belajar dan alokasi waktu untuk

pembelajaran tematik terpadu, pendidikan agama dan budi pekerti, matematika dan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk tiap minggu, semester dan satu tahun pelajaran.

4. Materi pembelajaran dari silabus matematika dirinci ke dalam materi-materi pembelajaran pada masing-masing RPP. Tujuannya agar keseluruhan materi dan kompetensi dasar terbagi habis ke RPP dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran.

5. Mengkaji buku guru untuk diperkaya, dilengkapi, disesuaikan atau ditata ulang secara kontekstual, faktual dan aktual sesuai kondisi, kebutuhan, potensi, situasi, sosial ekonomi dan budaya serta karakteristik siswa, satuan pendidikan dan daerah.

Buku guru berisi pedoman yang memuat strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan penilaian untuk setiap mata pelajaran dan/atau tema pembelajaran. Materi pembelajaran matematika yang terdapat dalam buku tematik terpadu digunakan sebagai konteks pembelajaran dengan mengikuti struktur materi yang terdapat dalam buku teks pelajaran matematika. 6. Mengkaji buku teks pelajaran untuk siswa untuk diperkaya, dilengkapi,

(29)

kondisi, kebutuhan, potensi, situasi, sosial ekonomi dan budaya serta karakteristik siswa, satuan pendidikan dan daerah.

Buku siswa memuat rencana pembelajaran berbasis aktivitas. Didalamnya memuat urutan pembelajaran yang dinyatakan dalam kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan siswa. Buku ini mengarahkan yang harus dilakukan siswa bersama guru untuk mencapai kompetensi tertentu, bukan buku yang materinya dibaca, diisi, atau dihafal.

Buku siswa merupakan buku panduan sekaligus buku aktivitas yang akan memudahkan para siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang ada di buku siswa lebih merupakan contoh kegiatan yang dapat dipilih guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu. Guru diharapkan mampu mengembangkan ide-ide kreatif lebih lanjut dengan memanfaatkan alternatif kegiatan yang ditawarkan di dalam buku guru, atau mengembangkan ide-ide pembelajaran sendiri.

7. Menyusun RPP dan lampiran RPP yang meliputi: alat dan rubrik penilaian, bahan ajar, lembar kerja, dan perangkat sumber belajar

Prinsip tersebut diwujudkan dan diimplementasikan baik dalam bentuk pembelajaran reguler, pengayaan, maupun remedial. RPP paling sedikit memuat: a. Identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran atau tema, kelas/semester, dan

alokasi waktu;

b. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan indikator pencapaian kompetensi;

Indikator pencapaian kompetensi merupakan kemampuan berpikir, bertindak, atau berperilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar (KD) tertentu dan digunakan sebagai acuan penilaian untuk mengarahkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan penilaian yang lebih spesifik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan indikator kompetensi adalah sebagai berikut.

1) Untuk satu KD dirumuskan minimal ke dalam dua indikator kompetensi. Banyak dan variasi rumusan indikator disesuaikan dengan karakteristik, kedalaman, dan keluasan KD, serta disesuaikan dengan karakteristik siswa, tema, dan satuan pendidikan/kelompok belajar.

(30)

(soft skills)

teaching personal and social responsbility/Hellison’s model adventure education model

fitness education model developmental model Teaching Games for Understanding

cooperative learning model

Interactive Teaching)

3) Rumusan indikator hendaknya relevan dan merinci kompetensi dasar sehingga dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran dan penilaian dalam mencapai kompetensi

Indikator memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam mengembangkan

pencapaian kompetensi dan berfungsi sebagai acuan dalam: (1)

mengembangkan bahan pembelajaran; (2) mendesain kegiatan pembelajaran yang efektif; (3) merancang bentuk dan jenis penilaian yang akurat dan dapat diterapkan dalam proses penilaian yang efektif sesuai kondisi, kebutuhan, dan kapasitas kelompok belajar.

c. Materi pembelajaran, yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi, yang berasal dari buku teks pelajaran dan buku panduan guru, sumber belajar lain berupa muatan lokal, materi kekinian, konteks pembelajaran dari lingkungan sekitar yang dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran reguler, pengayaan, dan remedial.

d. Kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup;

e. Penilaian, pembelajaran remedial, dan pengayaan

Pembelajaran remedial dirancang dengan waktu tersendiri dengan metode dan media yang berbeda, belajar mandiri atau bimbingan khusus, pemberian tugas/latihan, atau belajar kelompok dengan bimbingan alumni atau tutor sebaya, dan diakhiri dengan penilaian. Diagnosis yang harus dilakukan untuk membuat program remedial adalah: (1) Identifikasi siswa berkesulitan belajar, (2) lokalisir jenis dan sifat kesulitan, jenis factor dan sifat kesulitan, (3) rancang kemungkinan bantuan, cara mengatasi dan buatkan program tindak lanjut.

Pembelajaran pengayaan dirancang untuk siswa yang memiliki kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan menggunakan pendekatan investigatif. Pelaksanaannya dapat dilakukan dalam bentuk kerja kelompok mengerjakan tugas sesuai dengan minat kelompok atau tema tertentu, kerja mandiri, atau pemberian pembelajaran untuk kompetensi tertentu yang belum dipelajari, dan diakhiri dengan penilaian

(31)

B. Pembelajaran PJOK untuk mencapai keterampilan abad 21

1. Pendekatan dan Model Pembelajaran

Kurikulum 2013 menerapkan pendekatan dan model pembelajaran yang bervariasi sesuai karakteristik mata pelajaran PJOK. Pendekatan dan model pembelajaran yang digunakan diharapkan dapat melatih kemampuan belajar:mengamati,menanya,mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Melalui kemampuan belajar, diharapkan pelajaran yang diikuti siswa mampu mengembangkan tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari siswa.

Model-model pembelajaran yang dapat melatih kemampuan belajar, di antaranya adalah model pembelajaran berbasis masalah (problem-based

learning), pembelajaran berbasis projek (project-based learning), pembelajaran kontekstual (contextual learning), pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery learning), sampai pada pembelajaran individual (individual learning).

Dalam pembelajaran PJOK sendiri terdapat beberapa model pembelajaran yang sudah dikembangkan. Beberapa di antaranya adalah model pendidikan gerak (movement education), model pengembangan tanggung jawab (teaching personal and social responsbility/Hellison’s model), model pendidikan petualangan (adventure education model), model kebugaran (fitness education model), model perkembangan (developmental model), bahkan termasuk model Teaching Games for Understanding (TGfU model) serta model pembelajaran kooperatif (cooperative learning model).

2. Strategi dan Metode Pembelajaran a. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran dalam PJOK meliputi: 1) Pengajaran Interaktif (Interactive Teaching)

Pengajaran interaktif mempunyai makna guru memberitahukan, menunjukkan, atau mengarahkan sekelompok anak tentang apa

Pembelajaran remedial

(32)

Cognitive Strategies

inquiry learning)

convergent problem solving.

divergent

yang harus dilakukan; lalu siswa melakukannya; dan guru mengevaluasi seberapa baik hal itu dilakukan dan mengembangkan isi pelajaran lebih jauh, guru mengontrol proses pengajaran. Biasanya seluruh kelas bekerja pada tugas yang sama atau dalam kerangka tugas yang sama. Bandingkan strategi ini dengan gaya komando; keduanya memiliki perangkat ciri yang sama.

2) Pengajaran Berpangkalan (Station Teaching)

Pengajaran berpangkalan menata lingkungan sehingga dua atau lebih tugas bisa berlangsung dalam ruangan secara bersamaan. Biasanya, setiap tugas harus dilakukan dalam pangkalan yang berbeda dengan tugas lainnya, sehingga setiap tugas memiliki pangkalannya masing-masing. Siswa berputar dari satu pangkalan ke pangkalan lain. Kadang-kadang, pengajaran berpangkalan ini disebut juga pengajaran tugas. Strategi ini dalam tataran gaya mengajar, serupa dengan gaya latihan (practice style).

3) Pengajaran Sesama Teman (Peer Teaching)

Pengajaran sesama teman adalah strategi pengajaran yang mengalihkan tanggung jawab guru dalam fungsi pengajarannya kepada siswa. Strategi ini biasanya digunakan bersamaan dengan strategi lain tetapi berharga untuk dieksplorasi secara terpisah. Strategi ini tidak jauh berbeda dengan gaya berbalasan (reciprocal

style), dalam hal siswa sendiri memberikan pengarahan kepada siswa lainnya. Bedanya, dalam pengajaran sesama teman, siswa yang bertindak sebagai pengajar tidak hanya berhadapan dengan satu siswa, tetapi bisa dengan sekelompok siswa.

4) Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Dalam pembelajaran kooperatif, sekelompok siswa diberi tugas pembelajaran atau proyek untuk diselesaikan oleh kelompoknya. Siswa dikelompokkan secara heterogen menurut faktor yang berbeda seperti kemampuan atau kebutuhan sosialnya. Keberhasilan kelompok dalam pembelajaran dinilai sesuai dengan seberapa baik mereka mampu menyelesaikan tugasnya, di samping dari cara mereka bekerja sama dengan yang lain.

(33)

Strategi pembelajaran sendiri melibatkan program yang ditetapkan oleh siswa sendiri dan mengurangi peran guru sebagai penyampai informasi. Strategi pembelajaran sendiri menyandarkan diri sepenuhnya pada materi tertulis, media, dan prosedur evaluasi yang ditetapkan sebelumnya. Strategi ini dapat dipakai untuk memenuhi satu atau lebih, terkadang seluruhnya, fungsi pengajaran.

6) Strategi Kognitif (Cognitive Strategies)

Strategi kognitif adalah strategi pembelajaran yang dirancang untuk melibatkan siswa secara kognitif dalam isi pelajaran melalui penyajian tugasnya. Strategi ini meliputi gaya pemecahan masalah, penemuan terbimbing, dan gaya lain yang memerlukan fungsi kognitif anak, seperti pembelajaran penemuan (inquiry learning). Semua model ini menggambarkan pendekatan yang melibatkan siswa dalam merumuskan respons sendiri tanpa meniru apa yang sudah diperlihatkan guru sebelumnya.

Tingkat keterlibatan siswa bervariasi sesuai dengan tingkat respons kognitifnya.Ketika guru mengetengahkan masalah yang memerlukan jawaban benar yang tunggal, pemecahan masalah itu biasanya disebut convergent problem solving. Ketika masalah tersebut bersifat terbuka dan tidak memerlukan satu jawaban terbaik, maka pemecahan masalah tersebut disebut divergent

problem solving.

7) Pengajaran Beregu (Team teaching)

Pengajaran beregu adalah strategi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu orang guru yang bertanggung jawab untuk menyajikan pelajaran kepada sekelompok siswa iswa. Ketika pelajaran pendidikan jasmani bersifat co-educational (melibatkan siswa putra dan putri), banyak pendidik melihat bahwa team

teaching sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan baik putra maupun putri yang terkelompokan secara heterogen dengan mendapat guru pria dan wanita di saat bersamaan.

(34)

(distributed practice) interval training

dropshot

dropshot dropshot

b. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran, secara umum meliputi keseluruhan cara atau teknik dalam menyajikan bahan pelajaran kepada siswa serta bagaimana siswa diperlakukan selama pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, secara umum, pembahasan tentang metode mengajar bukan hanya bersinggungan dengan apakah pelajaran perlu diberikan secara keseluruhan (whole method) ataukah sebagian-sebagian (part method), tetapi juga tentang cara memperlakukan siswa dan pengaturan waktu. 1) Latihan Terbimbing

Metode latihan terbimbing adalah teknik yang paling umum dalam proses pembelajaran PJOK, di mana siswa dituntun dengan berbagai cara melalui pemberian variasi gerak. Dalam penggunaannya latihan ini mempunyai beberapa tujuan, dan yang paling utama adalah untuk mengurangi kesalahan serta memastikan bahwa pola gerak yang tepat sudah dilakukan.

Penggunaan latihan terbimbing amat penting terutama dalam cabang olahraga yang berbahaya seperti senam dan renang. Di sini siswa perlu dibantu, baik secara langsung oleh guru atau dengan pemakaian alat.

2) Latihan Padat dan Terdistribusi

Guru PJOK harus membuat keputusan berkaitan dengan berapa lama waktu latihan yang digunakan dalam satu episode pembelajaran, dan bagaimana waktu yang tersedia ini dimanfaatkan, apakah langsung dihabiskan sekaligus atau diselingi istirahat.

Umumnya, unit pembelajaran dalam PJOK menghabiskan waktu latihan hanya untuk menguasai satu keterampilan, misalnya hari pertama pasing bawah pada permainan bola voli, kemudian di hari berikutnya berganti menjadi pasing atas. Jika ini yang dilakukan, guru mempunyai pilihan apakah keterampilan akan dilatih oleh anak secara terus menerus sampai waktu habis atau menetapkannya dalam satuan waktu tertentu diselingi istirahat. Pilihan yang pertama disebut latihan padat

(35)

(distributed practice). Contoh lain dari metode ini adalah latihan dengan interval (interval training).

3) Latihan Terpusat dan Acak

Latihan disebut terpusat jika dua atau tiga keterampilan yang dilatih dilaksanakan satu persatu hingga jumlah ulangan atau waktu yang ditentukan terselesaikan sebelum dilanjutkan ke keterampilan lain. Contohnya dalam pembelajaran bulutangkis yang berisi servis, smes, dan dropshot. Guru akan meminta siswa melatih dulu servis, misalnya 20 kali kemudian dilanjutkan smes 20 kali dan dropshot 20 kali. Intinya, latihan terpusat dilaksanakan dengan mendahulukan satu tugas hingga selesai sebelum berpindah ke tugas lain.

Latihan acak dilakukan dengan melakukan latihan beberapa keterampilan secara berselang-seling. Dengan latihan acak, siswa diminta melakukan gerakan servis 1 kali dilanjutkan smes1 kali, dan

dropshot 1 kali kemudian kembali ke servis lagi, smes, dan ke dropshot lagi, dan seterusnya hingga jatah waktu atau jumlah ulangan yang ditetapkan diselesaikan.

Latihan yang bervariasi pada dasarnya melatih banyak kemungkinan variasi gerak. Latihan dapat divariasikan berdasarkan pada perubahan kecepatan, jarak, tingkatan gerak, dan tujuan latihan. Jika dalam satu pertemuan latihan kondisi-kondisi tersebut divariasikan sedemikian rupa, siswa akan mengambil banyak keuntungan berupa pemantapan kemampuan penyesuaian keterampilan, maupun proses kognitifnya.

4) Keseluruhan dan Bagian per Bagian

Beberapa keterampilan terdiri dari beberapa gerakan yang sangat kompleks (keterampilan serial) sehingga guru harus mampu menyesuaikan prosedur dan pendekatan yang tepat. Untuk menghadapi gerakan tersebut guru akan membagi tugas menjadi bagian-bagian kecil (sesuai teknik dasarnya). Setiap bagian tersebut dilatih satu persatu sesuai urutannya untuk kemudian disatukan setelah semua bagian terkuasai agar menjadi satu keterampilan yang utuh. Jika

whole method) part method

2)

(36)

(Inquiry Learning) ini yang ditempuh guru, maka ia sedang menerapkan metode bagian

(part method).

Jika suatu keterampilan merupakan suatu keterampilan yang utuh (keterampilan diskrit) dimana hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain demikian erat maka lebih baik diajarkan secara utuh. Irama dan timing dari keterampilan itu akan terjaga dengan lebih baik jika guru memilih metode keseluruhan atau whole method.

Guru dapat memadukan kedua cara tersebut jika tidak mengganggu keselamatan. Siswa harus diberi kesempatan untuk merasakan keterampilan secara keseluruhan sebelum keterampilan itu dipecah menjadi bagian. Jika ini yang dilakukan guru maka ia sedang menggunakan metode campuran yang disebut metode keseluruhan-bagian (whole-part method).

Selain ketiga metode tersebut (bagian, keseluruhan, dan keseluruhan-bagian juga dikenal satu metode mengajar yang lain yang disebut metode progresif (progressive method). Metode ini dikenal sebagai metode yang berada dalam satu gugus dengan metode bagian, tetapi diciptakan dengan maksud menutupi kekurangan dari metode tersebut.

(37)

3. Model-model Pembelajaran

Berikut beberapa model pembelajaran yang dapat menginspirasi:

a. Model Pembelajaran Penemuan (Inquiry Learning)

Contoh tahapan model pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan dengan model ini adalah:

Pendahuluan

 Siswa mempersiapkan peralatan yang akan dipakai dalam

pembelajaran.

 Guru menunjuk siswa untuk membariskan dan memimpin doa

sebelum dimulai pembelajaran. Inti

 Siswa melakukan gerakan senam irama sesuai dengan instruksi guru sebelum pembelajaran dimulai.

 Guru membuka dan menjelaskan pembelajaran senam irama bagi kesehatan dan kebugaran jasmani.

 Siswa melakukan gerakan senam irama sesuai dengan penjelasan guru secara individu maupun kelompok, dan menyampaikan arti penting kerjasama dalam gerak senam berirama.

 Seluruh gerakan senam irama siswa diawasi dan diberikan koreksi oleh guru apabila ada kesalahan gerakan.

 Siswa secara individu dan atau kelompok melakukan gerakan senam irama dengan menunjukkan sikap kerjasama sesuai dengan koreksi oleh guru.

 Guru mengamati seluruh aktifitas siswa dalam melakukan gerakan senam irama secara seksama.

Penutup

 Guru menyampaikan tingkat pencapaian kompetensi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan yang diperoleh oleh siswa, menyampaikan siswa yang mendapatkan hasil yang terbaik, dan memberikan motivasi pada yang belum.

(38)

b. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning/PBL)

Contoh tahapan model pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan dengan model ini adalah:

Pendahuluan

 Siswa mempersiapkan perlalatan yang akan dipakai dalam

pembelajaran.

 Guru menunjuk siswa untuk membariskan dan memimpin doa sebelum dimulai pembelajaran.


 Siswa diminta untuk mempersiapkan pertanyaan gerakan-gerakan yang tidak mampu.

Inti

 Siswa melakukan gerakan senam irama yang tidak mampu dilakukan pada saat gerakan.

 Guru mengamati seluruh gerakan senam irama siswa secara individu maupun kelompok.

 Seluruh gerakan senam irama siswa diawasi dan diberikan koreksi oleh guru apabila ada kesalahan gerakan.

 Siswa secara individu dan atau kelompok melakukan gerakan senam irama sesuai dengan koreksi oleh guru.

 Seluruh gerakan siswa setelah diberikan umpan balik diamati oleh guru secara individu maupun kelompok.

 Siswa melakukan gerakan senam irama secara individu secara bergantian.

Penutup

 Secara klasikal siswa diberikan penghargaan dan motivasi berdasarkan hasil penilaian.

 Siswa merapihkan dan mengembalikan peralatan yang telah digunakan  Berdoa bersama.

c. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

(39)

Pendahuluan

 Siswa mempersiapkan perlalatan yang akan dipakai dalam

pembelajaran.

 Guru menunjuk siswa untuk membariskan dan memimpin doa sebelum dimulai pembelajaran

 Siswa dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan teknik gerakan, misalnya: teknik bermain sepakbola maka siswa dibagi menjadi kelompok mengoper, menggiring, menendang, menangkap bola, melempar ke dalam.

Inti

 Siswa melakukan gerakan teknik sepakbola sesuai dengan pembagian kelompok instruksi guru sebelum pembelajaran dimulai

 Guru menjelaskan keterkaitannya teknik sepakbola bagi kebugaran jasmani

 Siswa yang memiliki keterampilan lebih baik dapat dijadikan sebagai mediator bagi siswa lain dalam kelompok tersebut.

 Secara kelompok siswa berganti tempat untuk mempelajari gerakan teknik yang berbeda dari kelompok asal.

 Seluruh gerakan teknik sepakbola diawasi dan diberikan koreksi oleh guru apabila ada kesalahan gerakan.

 Siswa secara individu dan atau kelompok melakukan gerakan teknik sepakbola sesuai dengan koreksi oleh guru.

Penutup

 Secara klasikal siswa diberikan penghargaan dan motivasi berdasarkan hasil penilaian.

 Siswa merapihkan dan mengembalikan peralatan yang telah digunakan.  Berdoa bersama.

C. Penjadwalan Pembelajaran Matematika dan PJOK

Langkah pembuatan jadwal pelaksanaan pembelajaran matematika dan PJOK dilakukan dengan:

(40)

Contoh : Kelas IV.

No Mata Pelajaran Alokasi Waktu

per Minggu 1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 JP 2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 5 JP

3. Bahasa Indonesia 7 JP

4. Matematika 6 JP

5. Ilmu Pengetahuan Alam 3 JP

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3 JP 7. Seni Budaya dan Prakarya 4 JP 8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 4 JP

Dari tabel tersebut, terlihat bahwa alokasi waktunya per minggu untuk Matematika adalah 6 jam pelajaran. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) 4 jam pelajaran. Karena Matematika dan PJOK terpisah dari tematik terpadu, maka pembelajarannya dibuatkan jadwal tersendiri dengan alokasi waktu tersebut.

b. Menyusun jadwal pelajaran

Sekolah dapat menyusun jadwal pelajaran sesuai kebutuhan dengan memperhatikan alokasi waktu pelajaran Matematika 6 jam pelajaran dan PJOK 4 jam pelajaran per minggu @ 35 menit.

Contoh Jadwal Pelajaran Kelas IV. Jam

Matematika PJOK Pendidikan Agama dan

Matematika PJOK Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Matematika PJOK

(41)

BAB IV

PENUTUP

Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dan PJOK merupakan acuan bagi guru kelas dan guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas tinggi (IV, V, dan VI), guru dapat mengembangkan model dan pendekatan pembelajaran sesuai kebutuhan, karakteristik, dan materi yang akan diajarkan kepada siswa. Semoga panduan ini bermanfaat.

No

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Jam

in asa abu is t tu

1 ikan atika OK kan atika

2 ikan atika OK kan atika

3 k atik atika tik

4 k atik atika tik

5 k atik atik

(42)
(43)
(44)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses pembelajaran kooperatif tipe TAI ini siswa didibentuk kelompok heterogen yang berjumlah 4 sampai 5 siswa, kemudian siswa diberi LKS sebagai salah satu penunjang

“ NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan

Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika K elas IV SD Negeri 101772 Tanjung Selamat” dapat diselesaikan dengan baik dan

Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut. 1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka ”sehidup sepenanggungan bersama”. 2) Siswa

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara

Sedangkan menurut Yuzar (2005) menyatakan, “Dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang heterogen

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen

Sintaks dari model pembelajaran topi pintar adalah: 1) Guru membagi kelompok belajar yang heterogen terdiri dari 5-6 siswa; 2) Setiap siswa diberi nomor urut (sesuai