• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Makalah Ekonomi Syariah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Contoh Makalah Ekonomi Syariah"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Contoh Makalah Ekonomi Syariah

BAB I PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Dengan hancurnya komunisme dan sistem ekonomi sosialis pada awal tahun 90-an

membuat sistem kapitalisme disanjung sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang sahih.

Tetapi ternyata, sistem ekonomi kapitalis membawa akibat negatif dan lebih buruk, karena

banyak negara miskin bertambah miskin dan negara kaya yang jumlahnya relatif sedikit

semakin kaya.

Dengan kata lain, kapitalis gagal meningkatkan harkat hidup orang banyak terutama di

negara-negara berkembang. Bahkan menurut Joseph E. Stiglitz (2006) kegagalan ekonomi

Amerika dekade 90-an karena keserakahan kapitalisme ini. Ketidakberhasilan secara penuh

dari sistem-sistem ekonomi yang ada disebabkan karena masing-masing sistem ekonomi

mempunyai kelemahan atau kekurangan yang lebih besar dibandingkan dengan kelebihan

masing-masing. Kelemahan atau kekurangan dari masing-masing sistem ekonomi tersebut

lebih menonjol ketimbang kelebihannya.

Karena kelemahannya atau kekurangannya lebih menonjol daripada kebaikan itulah yang

(2)

negara-negara muslim atau negara-negara-negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam yaitu

sistem ekonomi syariah. Negara-negara yang penduduknya mayoritas Muslim mencoba

untuk mewujudkan suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist, yaitu

sistem ekonomi Syariah yang telah berhasil membawa umat muslim pada zaman Rasulullah

meningkatkan perekonomian di Zazirah Arab. Dari pemikiran yang didasarkan pada Al-quran

dan Hadist tersebut, saat ini sedang dikembangkan Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi

Syariah di banyak negara Islam termasuk di Indonesia.

Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah merupakan perwujudan dari paradigma

Islam. Pengembangan ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah bukan untuk menyaingi

sistem ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi sosialis, tetapi lebih ditujukan untuk mencari

suatu sistem ekonomi yang mempunyai kelebihan-kelebihan untuk menutupi

kekurangan-kekurangan dari sistem ekonomi yang telah ada. Islam diturunkan ke muka bumi ini

dimaksudkan untuk mengatur hidup manusia guna mewujudkan ketentraman hidup dan

kebahagiaan umat di dunia dan di akhirat sebagai nilai ekonomi tertinggi. Umat di sini tidak

semata-mata umat Muslim tetapi, seluruh umat yang ada di muka bumi. Ketentraman hidup

tidak hanya sekedar dapat memenuhi kebutuhan hidup secara melimpah ruah di dunia,

tetapi juga dapat memenuhi ketentraman jiwa sebagai bekal di akhirat nanti. Jadi harus ada

keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan hidup di dunia dengan kebutuhan untuk

akhirat.

Tiga Prinsip Dasar Yang Menyangkut sistem ekonomi Syariah menurut Islam

(3)

2. Khilafah, mempresentasikan bahwa manusia adalah khalifah atau wakil Allah di muka bumi ini dengan dianugerahi seperangkat potensi spiritual dan mental serta kelengkapan

sumberdaya materi yang dapat digunakan untuk hidup dalam rangka menyebarkan misi

hidupnya.

3. ‘Adalah, merupakan bagian yang integral dengan tujuan syariah (maqasid al-Syariah). Konsekuensi dari prinsip Khilafah dan ‘Adalah menuntut bahwa semua sumberdaya yang

merupakan amanah dari Allah harus digunakan untuk merefleksikan tujuan syariah

antara lain yaitu; pemenuhan kebutuhan (need

fullfillment), menghargai sumber pendapatan (recpectable source of earning), distribusi

pendapatan dan kesejah-teraan yang merata (equitable distribution of income and

wealth) serta stabilitas dan pertumbuhan (growth and stability).

Sistem Ekonomi Islam atau syariah sekarang ini sedang banyak diperbincangkan di

Indonesia. Banyak kalangan masyarakat yang mendesak agar Pemerintah Indonesia segera

mengimplementasikan sistem Ekonomi Islam dalam sistem Perekonomian Indonesia seiring

dengan hancurnya sistem Ekonomi Kapitalisme. Makalah ini akan menjelaskan

penerapannya pada perekonomian Indonesia.

I.II Tujuan Penulisan

I.II.I sebagai penyelesaian salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Syariah.

I.II.II sebagai pengetahuan tentang prinsip Ekonomi Syariah.

(4)

I.III Rumusan Masalah

I.III.I Apa saja prinsip dasar ekonomi syariah.

I.III.II Bagaimana penerapan hukum ekonomi syariah.

I.III.III Bagaimana penerapan ekonomi syariah.

(5)

BAB II PEMBAHASAN

1. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam

Sistim keuangan dan perbankan Islam adalah merupakan bagian dari konsep yang lebih

luas tentang ekonomi Islam, yang tujuannya, sebagaimana dianjurkan oleh para ulama,

adalah memperkenalkan sistim nilai dan etika Islam ke dalam lingkungan ekonomi. Karena

dasar etika ini maka keuangan dan perbankan Islam bagi kebanyakan muslim adalah bukan

sekedar sistem transaksi komersial. Persepsi Islam dalam transaksi finansial itu dipandang

oleh banyak kalangan muslim sebagai kewajiban agamis. Kemampuan lembaga keuangan

Islam menarik investor dengan sukses bukan hanya tergantung pada tingkat kemampuan

lembaga itu menghasilkan keuntungan, tetapi juga pada persepsi bahwa lembaga tersebut

secara sungguh-sungguh memperhatikan restriksi-restriksi agamis yang digariskan oleh

Islam.

Islam berbeda dengan agama-agama lainnya, karena agama lain tidak dilandasi dengan

postulat iman dan ibadah. Dalam kehidupan sehari-hari, Islam dapat diterjemahkan ke

dalam teori dan juga diinterpretasikan ke dalam praktek tentang bagaimana seseorang

berhubungan dengan orang lain. Dalam ajaran Islam, perilaku individu dan masyarakat

diarahkan ke arah bagaimana cara pemenuhan kebutuhan mereka dilaksanakan dan

(6)

dalam Ekonomi Islam sehingga implikasi ekonomi yang dapat ditarik dari ajaran Islam

berbeda dengan ekonomi tradisional. Oleh sebab itu, dalam Ekonomi Islam, hanya pemeluk

Islam yang berimanlah yang dapat mewakili satuan ekonomi Islam.

Prinsip-prinsip Ekonomi Islam itu secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Dalam Ekonomi Islam, berbagai jenis sumber daya dipandang sebagai pemberian atau

titipan Tuhan kepada manusia. Manusia harus memanfaatkannya seefisien dan seoptimal

mungkin dalam produksi guna memenuhi kesejahteraan secara bersama di dunia yaitu untuk

diri sendiri dan untuk orang lain. Namun yang terpenting adalah bahwa kegiatan tersebut

akan dipertanggung-jawabkannya di akhirat nanti.

2. Islam mengakui kepemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu, termasuk kepemilikan alat

produksi dan faktor produksi. Pertama, kepemilikan individu dibatasi oleh kepentingan

masyarakat, dan Kedua, Islam menolak setiap pendapatan yang diperoleh secara tidak sah,

apalagi usaha yang menghancurkan masyarakat.

3. Kekuatan penggerak utama Ekonomi Islam adalah kerjasama. Seorang muslim, apakah ia

sebagai pembeli, penjual, penerima upah, pembuat keuntungan dan sebagainya, harus

berpegang pada tuntunan Allah SWT dalam Al Qur’an: ‘Hai orang-orang yang beriman,

janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan perdagangan

yang dilakukan dengan suka sama suka diantara kamu…’ (QS 4 : 29).

4. Pemilikan kekayaan pribadi harus berperan sebagai kapital produktif yang akan

meningkatkan besaran produk nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Al

Qur’an mengungkap kan bahwa, ‘Apa yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya sebagai harta

rampasan dari penduduk negeri-negeri itu, adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat,

(7)

jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kamu…’ (QS 57:7). Oleh

karena itu, Sistem Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh

beberapa orang saja. Konsep ini berlawanan dengan Sistem Ekonomi Kapitalis, dimana

kepemilikan industri didominasi oleh monopoli dan oligopoli, tidak terkecuali industri yang

merupakan kepentingan umum.

5. Islam menjamin kepemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk

kepentingan orang banyak. Prinsip ini didasari Sunnah Rasulullah yang menyatakan bahwa,

“Masyarakat punya hak yang sama atas air, padang rumput dan api” (Al Hadits). Sunnah

Rasulullah tersebut menghendaki semua industri ekstraktif yang ada hubungannya dengan

produksi air, bahan tambang, bahkan bahan makanan harus dikelola oleh negara. Demikian

juga berbagai macam bahan bakar untuk keperluan dalam negeri dan industri tidak boleh

dikuasai oleh individu.

6. Orang muslim harus takut kepada Allah dan hari akhirat, seperti diuraikan dalam Al Qur’an

sebagai berikut: ‘Dan takutlah pada hari sewaktu kamu dikembalikan kepada Allah,

kemudian masing-masing diberikan balasan dengan sempurna usahanya. Dan mereka tidak

teraniaya…’ (QS 2:281). Oleh karena itu Islam mencela keuntungan yang berlebihan,

perdagangan yang tidak jujur, perlakuan yang tidak adil, dan semua bentuk diskriminasi dan

penindasan.

7. Seorang muslim yang kekayaannya melebihi tingkat tertentu (Nisab) diwajibkan membayar

zakat. Zakat merupakan alat distribusi sebagian kekayaan orang kaya (sebagai sanksi atas

penguasaan harta tersebut), yang ditujukan untuk orang miskin dan orang-orang yang

membutuhkan. Menurut pendapat para alim-ulama, zakat dikenakan 2,5% (dua setengah

(8)

adalah uang kas, deposito, emas, perak dan permata, pendapatan bersih dari transaksi (Net

Earning from Transaction), dan 10% (sepuluh persen) dari pendapatan bersih investasi.

8. (Islam melarang setiap pembayaran bunga (Riba) atas berbagai bentuk pinjaman, apakah

pinjaman itu berasal dari teman, perusahaan perorangan, pemerintah ataupun institusi

lainnya. Al Qur’an secara bertahap namun jelas dan tegas memperingatkan kita tentang

bunga. Hal ini dapat dilihat dari turunnya ayat-ayat Al Qur’an secara berturut-turut dari QS

39:39, QS 4:160-161, QS 3:130-131 dan QS 2:275-281.

Ringkasnya beberapa prinsip ekonomi syariah adalah sebagai berikut :

1. Riba

Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Sedangkan menurut istilah teknis riba

berarti pengambilan dari harta pokok atau modal secara batil (Antonio, 1999). Ada beberapa

pendapat dalam menjelaskan riba. Namun secara umum terdapat benang merah yang

menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli

maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam

Islam.

2. Zakat

Zakat merupakan instrumen keadilan dan kesetaraan dalam Islam. Keadilan dan kesetaraan

berarti setiap orang harus memiliki peluang yang sama dan tidak berarti bahwa mereka

harus sama-sama miskin atau sama-sama kaya.

Negara Islam wajib menjamin terpenuhinya kebutuhan minimal warga negaranya, dalam

bentuk sandang, pangan, papan, perawatan kesehatan dan pendidikan (QS. 58:11). Tujuan

(9)

muslimin mampu menjalani kehidupan sosial dan material yang bermartabat dan

memuaskan.

3. Haram

Sesuatu yang diharamkan adalah sesuatu yang dilarang oleh Allah sesuai yang telah

diajarkan dalam Alquran dan Hadist. Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa praktek dan

aktivitas keuangan syariah tidak bertentangan dengan hukum Islam, maka diharapkan

lembaga keuangan syariah membentuk Dewan Penyelia Agama atau Dewan Syariah. Dewan

ini beranggotakan para ahli hukum Islam yang bertindak sebagai auditor dan penasihat

syariah yang independen.

Aturan tegas mengenai investasi beretika harus dijalankan. Oleh karena itu lembaga

keuangan syariah tidak boleh mendanai aktivitas atau item yang haram, seperti perdagangan

minuman keras, obat-obatan terlarang atau daging babi. Selain itu, lembaga keuangan

syariah juga didorong untuk memprioritaskan produksi barang-barang primer untuk

memenuhi kebutuhan umat manusia.

4. Gharar dan Maysir

Alquran melarang secara tegas segala bentuk perjudian (QS. 5:90-91). Alquran menggunakan

kata maysir untuk perjudian, berasal dari kata usr (kemudahan dan kesenangan): penjudi

berusaha mengumpulkan harta tanpa kerja dan saat ini istilah itu diterapkan secara umum

pada semua bentuk aktivitas judi.

Selain mengharamkan judi, Islam juga mengharamkan setiap aktivitas bisnis yang

mengandung unsur judi. Hukum Islam menetapkan bahwa demi kepentingan transaksi yang

adil dan etis, pengayaan diri melalui permainan judi harus dilarang.

(10)

Takaful adalah kata benda yang berasal dari kata kerja bahasa arab kafala, yang berarti

memperhatikan kebutuhan seseorang.Pada hakikatnya, konsep takaful didasarkan pada rasa

solidaritas, responsibilitas, dan persaudaraan antara para anggota yang bersepakat untuk

bersama-sama menanggung kerugian tertentu yang dibayarkan dari aset yang telah

ditetapkan. Dengan demikian, praktek ini sesuai dengan apa yang disebut dalam konteks

yang berbeda sebagai asuransi bersama (mutual insurance), karena para anggotanya

menjadi penjamin (insurer) dan juga yang terjamin (insured).

2. Penerapan Hukum Ekonomi Syariah

Dalam sejarahnya upaya penerapan hukum syari’ah atau hukum islam di Indonesia

sebenarnya sudah dilakukan semenjak masa perjuangan kemerdekaan bangsa. Dimana kita

ketahui sendiri memang motor perjuangan kemerdekaan kita saat itu banyak didominasi

oleh pejuang-pejuang muslim yang memegang teguh prinsip-prinsip hukum syari’ah.

Perjuangan tersebut memang tidak secara frontal dilakukan, tapi lebih banyak kepada

upaya-upaya politis yang berbasis pada kelompok dan budaya. Sayangnya kemudian upaya-upaya-upaya-upaya

tersebut terbentur dengan kekuasaan politik pemerintah Hindia-Belanda pada masa

penjajahannya secara sistematis terus mengikis pemberlakuan hukum syari’ah di

tanah-tanah jajahannya. Hingga pada gilirannya kelembagaan-kelembagaan baik yang telah ada

maupun yang kemudian dibentuk baik itu lembaga peradilan, perserikatan, dan lainnya pada

masa itu mulai meninggalkan nilai-nilai hukum syari’ah dan mulai terbiasa menerapkan

aturan hukum yang dibentuk pemerintah Hindia-Belanda yang saat itu disebut Burgerlijk

(11)

atau perkara-perkara peradilan yang bersinggungan dengan syari’ah saat itu belum memiliki

pedoman yang sesuai dengan nurani masyarakat muslim kebanyakan.

Disadari atau tidak kondisi tersebut diatas tetap bergulir hingga kurun waktu dewasa ini.

Dalam prakteknya di lapangan, terlebih pada lembaga peradilan kita, sebelum adanya

amandemen UU No 7 tahun 1989, penegakkan hukum yang berkaitan dengan urusan

perniagaan ataupun kontrak bisnis di lembaga-lembaga keungan syari’ah kita masih

mengacu pada ketentuan KUH Perdata yang ternyata merupakan hasil terjemahan dari

Burgerlijk Wetbook peninggalan jajahan Hindia-Belanda yang keberlakuannya sudah

dikorkordansi sejak tahun 1854.. Sehingga konsep perikatan dalam hukum-hukum syari’ah

tidak lagi berfungsi dalam praktek legal-formal hukum di masyarakat.

Menyadari akan hal tersebut, tentunya kita sebagai muslim patut mempertanyakan

kembali sejauh mana penerapan hukum syari’ah dalam setiap aktivitas kehidupan kita,

terlebih pada hal-hal yang terkait dengan aktivitas-aktivitas yang bernafaskan ekonomi

syari’ah yang telah jelas disebutkan bahwa regulasi-regulasi formil yang menaungi hukumnya

masih mengakar pada penerapan KUH Perdata yang belum dapat dianggap syari’ah karena

masih bersumber pada Burgerlijk Wetbook hasil peninggalan penjajahan Hindia-Belanda.

Sejalan dengan perkembangan pesat sistem ekonomi syari’ah dewasa ini berbagai

upaya-upaya sistematis dilakukan oleh pejuang-pejuang ekonomi syari’ah pada level atas untuk

kemudian memuluskan penerapan hukum ekonomi syari’ah secara formal pada tatanan

payung hukum yang lebih diakui pada tingkat nasional. Tentunya upaya-upaya ini tidak lepas

dari aspek politik hukum di Indonesia. Proses legislasi hukum ekonomi syari’ah pun sudah

sejak lama dilakukan dan relatif belum menemui hambatan yang secara signifikan

mempengaruhi proses perjalanannya. Hanya saja kemudian upaya-upaya ini baru sampai

(12)

terpisah, belum kepada pembentukkan instrument hukum yang lebih nyata layaknya KUH

Pidana maupun KUH Perdata yang lebih kuat.

3. Penerapan Ekonomi Syariah

Perkembangan sistem finansial syariah yang pesat boleh jadi mendapat tambahan

dorongan sebagai alternatif atas kapitalisme, dengan berlangsungnya krisis perbankan dan

kehancuran pasar kredit saat ini, demikian menurut pendapat para akademisi Islam dan

ulama. Dengan nilai 300 miliar dolar dan pertumbuhan sebesar 15 persen per tahun, sistem

ekonomi Islam itu melarang penarikan atau pemberian bunga yang disebut riba. Sebagai

gantinya, sistem finansial syariah menerapkan pembagian keuntungan dan pemilikan

bersama.

Kehancuran ekonomi global memperlihatkan perlunya dilakukan perombakan radikal dan

struktural dalam sistem finansial global. Sistem yang didasarkan pada prinsip Islam

menawarkan alternatif yang dapat mengurangi berbagai risiko. Bank-bank Islam tak membeli

kredit, tetapi mengelola aset nyata yang memberikan perlindungan dari berbagai kesulitan

yang kini dialami bank-bank Eropa dan AS.

Dalam kehidupan ekonomi Islam, setiap transaksi perdagangan harus dijauhkan dari

unsur-unsur spekulatif, riba, gharar, majhul, dharar, mengandung penipuan, dan yang

sejenisnya. Unsur-unsur tersebut diatas, sebagian besarnya tergolong aktifitas-aktifitas non

real. Sebagian lainnya mengandung ketidakjelasan pemilikan. Sisanya mengandung

kemungkinan munculnya perselisihan. Islam telah meletakkan transaksi antar dua pihak

sebagai sesuatu yang menguntungkan keduanya; memperoleh manfaat yang real dengan

memberikan kompensasi yang juga bersifat real. Transaksinya bersifat jelas, transparan, dan

bermanfaat. Karena itu, dalam transaksi perdagangan dan keuangan, apapun bentuknya,

(13)

dorongan, perlindungan, dan pujian. Hal itu tampak dalam instrumen- instumen ekonomi

berikut:

1. Islam telah menjadikan standar mata uang berbasis pada sistem dua logam, yaitu emas

dan perak. Sejak masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik ibn Marwan, mata uang Islam

telah dicetak dan diterbitkan (tahun 77 H). Artinya, nilai nominal yang tercantum pada mata

uang benar-benar dijamin secara real dengan zat uang tersebut.

2. Islam telah mengharamkan aktifitas riba, apapun jenisnya; melaknat/mencela para

pelakunya. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah

dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kalian orang-orang yang beriman” QS Al

Baqarah 278. Berdasarkan hal ini, transaksi riba yang tampak dalam sistem keuangan dan

perbankan konvensional (dengan adanya bunga bank), seluruhnya diharamkan secara pasti;

termasuk transaksi-transaksi derivative yang biasa terjadi di pasar-pasar uang maupun

pasar-pasar bursa. Penggelembungan harga saham maupun uang adalah tindakan riba.

3. Transaksi spekulatif, kotor, dan menjijikkan, nyata-nyata diharamkan oleh Allah SWT,

sebagaimana firmanNya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minum khamr,

berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah

perbuatan keji termasuk perbuatan syaithan” (QS Al maidah 90).

4. Transaksi perdagangan maupun keuangan yang mengandung dharar/bahaya

(kemadaratan), baik bagi individu maupun bagi masyarakat, harus dihentikan dan dibuang

jauh-jauh.

5. Islam melarangAl- Ghasy, yaitu transaksi yang mengandung penipuan, pengkhianatan,

(14)

6. Islam melarang transaksi perdagangan maupun keuangan yang belum memenuhi

syarat-syarat keuangan yang belum sempurnanya kepemilikan seperti yang biasa dilakukan dalam

future trading.

Seluruh jenis transaksi yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya ini tergolong ke dalam

transaksi-transaksi non real atau dzalim yang dapat mengakibatkan dharar/bahaya bagi

masyarakat dan negara, memunculkan high cost dalam ekonomi, serta bermuara pada

bencana dan kesengasaraan pada umat manusia. Sifat-sifat tersebut melekat dalam sistem

ekonomi kapitalis dengan berbagai jenis transaksinya. Konsekuensi bagi negara dan

masyarakat yang menganut atau tunduk dan membebek pada sistem ekonomi kapitalis yang

(15)

BAB III KESIMPULAN

Ekonomi islam atau ekonomi syariah saat ini sedang ramai di perbincangkaan, bahkan

sudah banyak masyarakat menginginkan penerapannya pada perekonomian indonesia.

Penerapan ekonomi islam sendiri menurut saya merupakan perbaikan perekonomian

Indonesia, dengan segala prinsip-prinsip yang mengaturnya.

Seperti yang kita ketahui, jenis transaksi yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya ini

tergolong ke dalam transaksi-transaksi non real atau dzalim yang dapat mengakibatkan

dharar/bahaya bagi masyarakat dan negara, memunculkan high cost dalam ekonomi, serta

bermuara pada bencana dan kesengasaraan pada umat manusia. Sifat-sifat tersebut melekat

dalam sistem ekonomi kapitalis dengan berbagai jenis transaksinya. Konsekuensi bagi negara

dan masyarakat yang menganut atau tunduk dan membebek pada sistem ekonomi kapitalis

yang dipaksakan oleh negara-negara Barat adalah kehancuran ekonomi dan kesengsaraan

hidup. Oleh karena itu, pemerintah harus mempertimbangkan lagi keinginan masyarakat

(16)

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

http://yoyonsasori.blogspot.com/2011/03/penerapan-ekonomi-syariah.html

http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/message/19545

http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=1111:ekonomi-syariah-sebagai-solusi&catid=8:kajian-ekonomi&Itemid=60

http://ekonomisyariah.org/sejarah

http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/12/25/penerapan-hukum-ekonomi-syariah/

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=penerapan%20ekonomi

%20syariah&source=web&cd=21&ved=0CBYQFjAAOBQ&url=http://research.mercubuana.ac

.id/proceeding/Faktor-Pendukung-Institusi-Lembaga-Keuangan-Sariah.doc&ei=7IKuTvvoLa-emQXr7IXZDg&usg=AFQjCNEaxu54IZeS7kpiSlEjxa_a_M6yTQ

http://stain-manado.ac.id/berita-121-ekonomi-syariah---ekonomi-islam.html

http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/2010/10/16/prinsip-prinsip-dasar-ekonomi-syariah-2/

http://www.anneahira.com/prinsip-ekonomi-syariah.htm

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Ekonomi kreatif semakin meningkat mengingat peran ekonomi kreatif yang dapat meningkatkan perekonomian suatu wilayah, terutama terhadap pengembangan ekonomi berbasis Usaha Mikro

pemerintahan memiliki kekuasaan atas semua anggota.. masyarakat yang merupakan penduduk suatu negara dan berada.. dalam

Integrasi suatu negara dengan sistem ekonomi internasional yang kapitalis menyebabkan sistem ekonomi nasional negara menjadi subordinasi dari internasional ekonomi karena teori

Sitem ekonomi campuran merupakan perpaduan antara sistem kapitalis dan sistem sosialis, yang mengambil garis tengah antara kebebasan dan pengendalian,

Indonesia tidak menganut Sistem ekonomi tradisional, Sistem ekonomi komando, Sistem ekonomi pasar, maupun Sistem ekonomi campuran. Sisten ekonomi yang diterapkan

Berbeda dengan ekonomi barat, yang lebih cenderung ke ekonomi kapitalis dan sosialis, ekonomi Islam lebih menekankan pada nilai keadilan, kebersamaan, dan pemerataan yang

Majalah Le Observatio: Paus mengatakan bahwa negara-negara Barat harus belajar dari ekonomi Syariah Banyak kota-kota di dunia yang memproklamasikan diri menjadi pusat

Di dunia ini terdapat berbagai jenis sistem perekonomian yang diterapkan disetiap negara tergantung dari karakteristik negara tersebut, ada yang menerapkan sistem perekonomian kapitalis