BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN
INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT
]]]]
O l e h
:
ARY ANDRIYANI
0852010041
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JATIM
SURABAYA
BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN
INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT
Oleh :
ARY ANDRIYANI
0852010041
Telah diperiksa dan disetujui
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Pembangunan Nasional”Veteran” Jawa Timur.
Mengetahui
Ketua Program Studi
Dr.Ir.Munawar,MT
NIP : 19600401 198803 1 001
Menyetujui
Pembimbing
Okik Hendriyanto C., ST ,MT
NIP : 3 7507 99 0172 1
Laporan Tugas Perencanaan ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar sarjana (S-1), tanggal
...
Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN
INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Teknik ( S-1)
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
O l e h :
ARY ANDRIYANI
0852010041
FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JATIM
SURABAYA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas Perencanaan
Bangunan Pengolahan Air Buangan (PBPAB) Industri Penyamakan Kulit ini
dengan baik.
Tugas perencanaan ini merupakan salah satu persyaratan bagi setiap
mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan , Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur untuk mendapatkan
gelar sarjana.
Selama menyelesaikan tugas ini, kami telah banyak memperoleh
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini
penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatnya tugas ini dapat
terselesaikan dengan lancar.
2. Ir.Naniek Ratni JAR.,Mkes selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil Dan
Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. DR.IR.Munawar,MT selaku Ketua Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas
Teknik Sipil Dan Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur
4. Okik HC.,ST,MT selaku Dosen Pembimbing tugas PBPAB yang telah
membantu, mengarahkan dan membimbing hingga tugas perencanaan ini
5. Firra Rossariawari, ST dan Ir. Yayok Suryo P, MS selaku dosen mata
kuliah PBPAB.
6. Kedua orang tuaku, keluargaku, yang telah membantu material, doa, serta
support yang tidak pernah habis buat saya.
7. Erwin Wijaya Kusuma, terima kasih untuk gambarnya dan selalu
menemani kemana-mana, cari Literatur, dll.
8. Semua rekan-rekan di Teknik Lingkungan angkatan 2008 yang secara
langsung maupun tidak langsung telah membantu hingga terselesainya
tugas ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dan yang tidak dapat saya sebutkan
satu per satu.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
tugas perencanaan ini, untuk itu saran dan kritik yang membangun akan penyusun
terima dengan senang hati. Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan
mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila didalam penyusunan laporan ini
terdapat kata-kata yang kurang berkenan atau kurang dipahami.
Surabaya, Maret 2012
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ... 2
1.3 Ruang Lingkup ... 3
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Limbah Industri ... 4
2.2 Bangunan Pengolahan Air Buangan ... 6
2.2.1. Pengolahan Pendahuluan (Pre Treatment) ... 6
2.2.2. Pengolahan Pertama (Primary Treatment) ... 13
2.2.2.1. Proses Fisik...13
2.2.2.2. Proses Kimia...19
2.2.3. Pengolahan Sekunder (Secondary Tretment)...24
2.2.4. Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment) ... 30
2.2.5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment) ... 31
2.3 Persen Removal...32
2.4 Profil Hidrolis………34
3.2 Standar Baku Mutu ... 37
3.3 Diagram Alir ... 38
BAB IV NERACA MASSA DAN SPESIFIKASI BANGUNAN 4.1 Neraca Masa ... 39
4.1.1. Screen...39
4.1.2. Bak Penampung...40
4.1.3. Flotasi...40
4.1.4. Bak Koagulas - Flokulasi...41
4.1.5. Bak Pengendap I...41
4.1.6. Activated Sludge...42
4.1.7. Bak Pengendap II ( clarifier )...43
4.2 Spesifikasi Bangunan...42
4.2.1. Saluran Pembawa Menuju Screen...44
4.2.2. Screen...44
4.2.3. Bak Penampung...44
4.2.4. Flotasi...45
4.2.5.Bak Koagulasi...45
4.2.6.Bak Flokulasi...46
4.2.7. Bak Pengendap I...46
4.2.8. Activated Sludge.. ...47
4.2.9. Bak Pengendap II ( clarifier )... ...49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 51
5.2 Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... ix
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
GAMBAR
yang tercemar lumpur lapindo pada tambak Banjar Panji dan tambak tidak tercemar Kalanganyar. Metode analisa yang digunakan mengacu pada SNI (Standart Nasional Indonesia) dengan menggunakan Spectrofotometer. Kadar amonia pada tambak tercemar 12,32 ppm dan untuk tambak tidak tercemar 1,35 ppm. Kadar nitrit pada tambak tercemar lumpur lapindo 9,31 ppm dan untuk tambak tidak tercemar 2,34 ppm. Kadar nitrat pada tambak tercemar lumpur lapindo 38,24 ppm dan untuk tambak tidak tercemar 22,56 ppm. Kadar phospat pada tambak tercemar lumpur lapindo 0,11 ppm dan pada tambak tidak tercemar 0,13 ppm. Sedangkan untuk analisa Oksigen Terlarut (DO) adanya penambahan pada air sample yaitu MnSO4 , Alkali Iodida Acida, Na2S2O3, H2SO4 pekat,
Indikator Amilum. Sehingga diketahui DO pada tambak tercemar lumpur lapindo 6,10 ppm dan untuk tambak tidak tercemar ppm.
waterponds permeated in Banjar Panji and unpermeated in Kalanganyar. The analysis method used was related to SNI (Indonesia National Standart) with using spektrofotometer. The result shoed amonia content of hot mud permeated pond 12,32 ppm and unper meated pond 1,35 ppm. Nitrite contents of permeated pond 9,31 ppm and unpermeated pond 2,34 ppm. Nitrate contents of permeated pond 38,24 ppm and unpermeated pond 22,56 ppm. Phosfate contents of permeated pond 0,11 ppm and unpermeated pond 0,13 ppm. As for the analysis of Dissolved Oxygen (DO) to the addition of the water sample is MnSO4, Alkali Iodides Acida, Na2S2O3, concentrated H2SO4, starch indicator. So that the unknown DO concents of permeated pond 1,38 ppm and unpermeated pond 3,66 ppm.
1.1Latar Belakang
Setiap melakukan aktivitas kehidupan, manusia selalu menghasilkan produk,
baik yang bisa dimanfaatkan maupun yang tidak dapat dimanfaatkan (dibuang).
Bahan buangan ini dapat berupa padatan, gas, atau cairan. Bahan-bahan tersebut
tidak dapat dibuang begitu saja tanpa melalui proses pengolahan karena hal ini
dapat mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan pada lingkungan yang dihuni
oleh manusia, sehingga dapat menimbulkan gangguan, baik terhadap jaringan atau
organ tubuh bagi manusia yang membuang bahan buangan, maupun terhadap
makhluk hidup lainnya, seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan yang ada
disekitarnya.
Pada tugas Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan ini, dikhususkan
pada air buangan yang berasal dari pabrik kulit dengan kandungan BOD dan COD
yang tinggi sehingga dapat menimbulkan berbagai gangguan baik bagi makhluk
hidup maupun bagi lingkungan sekitarnya. Dengan adanya pengolahan air
buangan ini diharapkan limbah yang telah diolah dapat dimanfaatkan sesuai
dengan standart pengolahan air baik yang telah ditetapkan oleh pemerintah
maupun SK. GUB. KDH Tingkat I Jatim No. 45 Tahun 2002, tentang Baku Mutu
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari tugas perencanaan bangunan pengolahan air buangan ini
yaitu agar mahasiswa mengetahui serta memahami bagaimana cara penentuan
bangunan pengolahan air buangan yang sebenarnya dan penerapannya di
lapangan.
Sedangkan tujuan perencanaan bangunan pengolahan air buangan ini adalah :
1. Menentukan unit dan proses pengolahan air buangan yang sesuai dengan
kandungan air buangan yag dihasilkan oleh pabrik kulit tersebut.
2. Merencanakan bangunan pengolahan air buangan dan hal-hal yang terkait
di dalamnya termasuk lay out serta pengoerasiannya
3. Merencanakan diagram alir dari tiap-tiap instalasi pengolahan air buangan
yang saling berkaitan sehingga dapat diperoleh kualitas air yang
dikehendaki.
4. Menentukan alternatif pengolahan yang sesuai berdasarkan pertimbangan
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup tugas Perencanaan Banguna Pengolahan Air Buangan ini
meliputi :
1. Bangunan Pengolahan Limbah
1.1. Pre Treatment
1.1.1. Saluran Pembawa
1.1.2. Screen
1.1.3. Bak Penampung
1.2. Primary Treatment
1.2.1. Koagulasi-flokulasi
1.2.2. Bak Pengendap I
1.3. Secondary Treatment
1.3.1. Activated Sludge
1.4. Tertiary Treatment
1.4.1. Bak Pengendap 2 (Clarifier)
1.4.2. Bak Umpan
1.5. Sludge Driying Bed.
2. Data karakteristik dan standart baku mutu air limbah industri.
3. Perhitungan dan dimensi bangunan pengolahan air limbah.
4. Gambar pengolahan air limbah.
2.1 Kar akter istik Limbah
Setiap industri mempunyai karakteristik yang berbeda, sesuai dengan
produk yang dihasilkan. Demikian pula dengan Pabrik Penyamakan Kulit yang
mempunyai karakteristik limbah yang berbeda, menurut Keputusan Gubernur
Jawa Timur No. 45 Tahun 2002 limbah cair Pabrik Penyamakan Kulit mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
a. BOD ( Biochemical Oxygen Demand )
Kandungan BOD5 air buangan Industri Penyamakan Kulit ini adalah
2250 mg/l, sedangkan baku mutu yang mengatur besar kandungan BOD5 yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan adalah sebesar 100 mg/l.
BOD adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau milligram/liter (mg/l)
yang diperlukan untuk menguraikan benda organic oleh bakteri, sehingga
limbah tersebut menjadi jernih kembali. Untuk itu semua diperlukan waktu 100
hari pada suhu 20˚ C. Akan tetapi di laboratorium dipergunakan waktu 5 hari
b. COD ( Chemical Oxygen Demand )
Kandungan COD air buangan Industri Penyamakan Kulit ini adalah 3200
mg/l, sedangkan baku mutu yang mengatur besar kandungan COD yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan adalah sebesar 250 mg/l.
COD adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau milligram per liter (mg/l)
yang dibutuhkan dalam kondisi khusus untuk menguraikan benda organic secara
kimiawi. (sumber : Sugiharto, Dasar – dasar Pengelolaan Air Limbah, hal.6)
c. Minyak dan Lemak
Kandungan zat lemak dapat ditentukan dan disajikan melalui contoh air
limbah dengan Heksana. Selain heksana sebagai pelarut juga dapat
dipergunakan kerosin, pelumas. Lemak dan minyak membentuk ester dan
alcohol atau gliserol dengan asam gemuk. Lemak tergolong pada benda organic
yang tetap dan tidak mudah untuk diuraikan oleh bakteri.
d. TSS (Total Suspended Solid)
Total padatan yang tersuspensi (TSS) pada air buangan Industri
Penyamakan Kulit ini adalah 1300 mg/lt, sedangkan baku mutu yang mengatur
besar kadar padatan yang tersuspensi (TSS) yang diperbolehkan dibuang ke
lingkungan adalah sebesar 100 mg/lt.
TSS (Total Suspended Solid) merupakan suatu endapan yang dapat
terdiri-dari bahan-bahan organik. Sedangkan dissolved solid adalah suatu solid
yang tidak dapat disaring (non filtrable residu).
e. NH3-N ( Ammonia Total )
Kandungan Ammonia air buangan Industri Penyamakan Kulit ini adalah
10 mg/l, sedangkan baku mutu yang mengatur besar kandungan Ammonia yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan adalah sebesar 8 mg/l.
Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini
didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia).
Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di
bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan.
2.2. Bangunan Pengolahan Air Buangan
Bangunan Pengolahan Air Buangan mempunyai kelompok
tingkat pengolahan, pengolahan air buangan dibedakan atas:
2.2.1. Pengolahan Pendahuluan (Pr e Tr eatment)
Proses pengolahan yang dilakukan untuk membersihkan dan
menghilangkan sampah terapung dari pasir agar mempercepat proses
pengolahan selanjutnya. Unit pengolahannya meliputi :
a.Screening
Screening biasanya terdiri-dari batang pararel, kawat atau grating,
persegi empat. Secara umum peralatan screen terbagi menjadi dua tipe
yaitu screen kasar dan screen halus.Dan cara pembersihannya ada dua cara
yaitu secara manual dan mekanis. Perbedaan screen kasar dan halus adalah
pada jauh dekatnya jarak antar bar screen.
Prinsip yang digunakan bahan padat kasar dihilangkan dengan
sederet bahan baja yang diletakan dan dipasang melintang arah aliran.
Screen berfungsi untuk :
1. Menyaring benda padat dan kasar yang ikut terbawa atau hanyut dalam
air buangan supaya benda-benda tersebut tidak menggangu aliran
idalam saluran dan tidak mengganggu proses pengolahan air buangan.
2. Mencegah timbulnya kerusakan dan penyumbatan dalam saluran
pembawa.
3. Melindungi peralatan seperti pompa, valve dan peralatan lainnya.
Tabel 2.1. Pembagian Screen
Bagian-bagian Manual Mekanikal
Ukuran kisi
- Lebar
- Dalam
Jarak antar kisi
Sloop
Kecepatan melalui bar
Head Loss
05 – 15 mm
25 – 75 mm
25 – 50 mm
300 - 400
0,3 – 0,6 m/det
150 mm
05 – 15 mm
25 – 75 mm
15 – 75 mm
00 - 300
0,6 – 1,0 m/det
150 mm
(Sumber : Metcalf and Eddy, “ Waste Water Engineering Treatment Disposal Reuse” hal 316)
J enis Bor β Bentuk
- Segi empat sisi runcing 2,42
- Segi empat sisi bulat runcing 1,83
- Segi empat sisi bulat 1,67
- Bulat 1,79
Rumus yang digunakan :
1. Jumlah Batang kisi (n) :
(
n)
b ntws = +1. + .
dengan :
Ws = lebar saluran, (m)
n = jumlah batang
b = jarak antar kisi, (m)
t = tebal kisi/bar, (m)
2. Lebar Bukaan Screen :
) . ( tn ws wc= −
3. Tinggi kisi (γ)
γ = h + Freeboard
Dengan :
h = Kedalaman saluran
4. Panjang kisi (P)
P = sinα
γ
Dengan :
α = Kemiringan kisi
γ = Tingggi kisi (m)
a. Jarak kemiringan kisi (x)
Dengan :
α = Kemiringan kisi
P = Panjang kisi (m)
6. Kecepatan melalui kisi (Vi) :
h wc
Q Vi
. =
7. Tekanan kecepatan air melalui screen :
g Vi hv
. 2
2 =
8. Headloss pada bar screen
(
)
αβ. / 3.. .sin 4
hv b w h=
dengan :
hf = Headloss (m)
β = Faktor bentuk, direncanakan
d = Lebar muka kisi (m)
r = Jarak antar kisi (m)
hv = Tekanan kecepatan air yang melalui kisi (m/dt)
α = Sudut terhadap horizontal
( Sumber : Syed R. Qasim, Wastewater Treatment Plants, Planning, Design, and
Operation, 1985, hal 160-161 Ven Te Chow, Open Channel Hydraulics,
b. Sumur Pengumpul dan Pompa
Sumur pengumpul merupakan unit penyeimbang, sehingga debit dan
kualitas limbah yang masuk ke instalasi dalam keadaan konstan. Fungsi
Pompa adalah sebagai alat pemindahan fluida melalui saluran terbuka /
tertutup di dasarkan dengan adanya peningkatkan energi mekanika fluida.
Tambahan energi ini akan meningkatkan kecepatan dan tekanan fluida.
Pemompaan digunakan untuk mengalirkan limbah ke unit pengolahan
selanjutnya.
Tabel 2.2. Macam – Macam Karakteristik Pompa
KlasifikasiUtama Type Pompa Kegunaan Pompa
Kinetik Centrifugal - Air limbah sebelum diolah
- Penggunaan lumpur kedua
- Pembuangan effluent
Peripheral - Limbah logam, pasir lumpur,
air limbah kasar
Rotor - Minyak, pembuangan gas
permasalahan zat-zat kimia
pengaliran lambat untuk air
Salur an Pembaw a Screw Pump
Pipa inlet Posite
Displacement
Screw - Pasir, pengolahan lumpur
pertama dan kedua
- Air limbah pertama
- Lumpur kasar
Diafragma Penghisap - Permasalahan zat kimia
Limbah logam
- Pengolahan lumpur pertama
dan kedua (permasalahan
kimia)
Air Lift - Pasir, sirkulasi dan
pembuangan lumpur kedua
Pneumatic Ejektor - Instalasi pengolahan air
limbah skala kecil
( Sumber : Metcalf and Eddy, "Wastewater Engineering Treatment and Reuse", 4th edition, hal :
1469-1470 )
2.2.2. Pr imar y Tr eatment (Pengolahan Per ta ma)
Pada proses ini terjadi proses fisik dan kimia. Pada proses ini umumnya
mampu mereduksi BOD dan antara 30 – 40 % dan mereduksi TSS 50 – 65%.
(Qasim,52).
2.2.2.1. Pr oses Fisik
Proses Fisik dengan unit pengolahan meliputi:
a. Flotasi
Berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel suspensi, seperti minyak,
lemak dan bahan-bahan apung lainnya yang terdapat dalam air limbah dengan
mekanisme pengapungan.
Berdasarkan mekanisme pemisahannya :
1. Bisa berlangsung secara fisik, yaitu tanpa penggunaan bahan untuk
membantu percepatan flotasi, hal ini bisa terjadi karena partikel-partikel
suspensi yang terdapat dalam air limbah akan mengalami tekanan ke atas
sehingga mengapung di permukaan karena berat jenisnya lebih rendah
dibanding berat jenis air limbah.
2. Bisa dilakukan dengan penambahan bahan, yaitu : Udara atau bahan
polimer yang diinjeksikan ke dalam cairan pembawanya, yang dapat
mempercepat laju partikel ringan menuju permukaan.`Untuk keperluan
flotasi, udara yang diinjeksikan jumlahnya relatif sedikit (± 0,2 m3
udara)
untuk setiap m3 air limbah. Semakin kecil ukuran gelembung udara maka
Rumus yang digunakan :
1. a. Operasi tanpa resirkulasi
S A =
(
)
Sa 1 fP Sa 3 , 1 −b.Operasi dengan Resirkulasi
A/S =
Q.Xo 1).R 1,3.Sa.(fp−
Dengan :
A/ S = Perbandingan udara dengan padatan, 0,005 – 0,06 (mL udara/mg
padatan)
Sa = Kelarutan udara (mL/L)
f = Fraksi udara terlarut pada tekanan P, biasanya 0,5–0,8
P = Tekanan (atm)
Q = Debit Aliran ( m3/hr )
2. Tekanan pada atm
P =
101,35 101,35 P+
Dengan :
P = Gage pressure, lb/in2 gage, 275 – 350 (kPa)
7 , 14 7 , 14 p+
= ( U.S. customary units )
Temp.,º C 0 10 20 30
3 , 101
35 , 101 p+
= ( SI units )
( Sumber : Metcalf and Eddy, "Wastewater Engineering Treatment and Reuse", 4th , hal : 423 )
Gambar 2.3. Bak Flotasi. (a) Tanpa Resirkulasi, (b) Dengan Resirkulasi
( Sumber : M et calf and Eddy, " Wast ew at er Engineering Treat ment and Reuse" , 4t h , hal : 420 )
b. Bak Pengendap I
Effisiensi removal dari bak pengendap pertama ini tergantung dari
kedalaman bak dan dipengaruhi oleh luas permukaan serta waktu detensi.
Berfungsi untuk memisahkan padatan tersuspensi dan terlarut dari cairan
dengan menggunakan sistem gravitasi dengan syarat kecepatan horizontal
partikel tidak boleh lebih besar dari kecepatan pengendapan. Skimmer yang
ada pada bak pengendap I digunakan untuk tempat pelimpah lemak dan
Gambar 2.4. Bak Pengendap Rektanguler
( Sumber : Metcalf and Eddy, "Wastewater Engineering Treatment and Reuse", 4th , hal : 399 )
Rumus yang digunakan :
1. Setling Zone
Untuk proses pengendapan atau pemisahan partikel dari buangan.
a) Kecepatan pengendapan partikel, mengikuti hukum Stokes.
(
)
2. 1 .
18 v dρ
Ss g
Vs= −
dengan :
Vs = Kecepatan pengendapan partikel (cm/det)
g = Percepatan gravitasi (cm/det2)
Ss = Spesifik gravity
v = Viskositas kinematik (cm2/det)
dp = Diameter partikel (cm)
b) Check terjadinya penggerusan
(
)
[
]
12. . 1 . .
8 βα Ss gd
ρ
dengan :
β = Faktor friksi porositas : 0,02 – 0,12
α = Faktor friksi hidrolis : 0,03
s = Spesifik gravity
Dimana bila Vsc > Vh maka tidak terjadi penggerusan.
c) Check terjadinya aliran pendek, ditentukan oleh Froude Number (NFr)
R g Vh NFr
. 2 =
dengan :
Vh = Kecepatan horizontal (cm/det)
R = Jari-jari hidrolis
Jika NFr > 10-5 tidak akan terjadi aliran pendek.
d) Check terjadinya aliran turbulensi ditentukan oleh Reynold Number.
v R Vh Nre= .
Bila Nre < 2000 untuk mencegah terjadinya aliran turbulensi.
2. Inlet Zone
Untuk memperluas aliran dari effluen ke settling zone.
Bila dipergunakan multiple openning :
(
2. .)
12 ..A gH
c Q=
dengan :
Q = Debit air buangan (m3/detik)
A = Luas area total m2
H = Beda tinggi air di saluran dan di bak.
3. Outlet Zone
Zone ini dibatasi oleh beban pelimpah yang merupakan banyaknya air
yang melimpah perpanjang perperiode waktu.
a) Penentuan panjang weir :
HW B n Q . 〈5.
b) Tinggi diatas air weir :
2 3 . . 342 ,
0 LH
Q=
dengan :
L = Panjang weir (m)
H = Tinggi air diatas weir (m)
4. Sludge Zone
Untuk menampung material terendap dalam bentuk lumpur. Ruang
lumpur berbentuk limas terpancung.
( )
{
' . ' 12}
.
3 A A AA
t
V = + +
dengan :
A = Luas bagian atas limas (m2)
A’ = Luas bagian bawah limas (m2)
2.2.2.2 Pr oses Kimia
Unit pengolahan dengan proses kimia meliputi :
a. Koagulasi – Flokulasi
Koagulasi dan Flokulasi adalah proses pembentukan flok dengan
penambahan pereaksi kimia ke dalam air baku atau air limbah supaya
menyatu dengan partikel tersuspensi sehingga terbentuk flok yang nantinya
mengendap. Koagulasi adalah proses pengadukan cepat dengan penambahan
koagulan, hasil yang didapat dari proses ini adalah destabilisasi koloid dan
suspended solid, proses ini adalah awal pembetukan partikel yang stabil.
Flokulasi adalah pengadukan lambat untuk membuat kumpulan partikel
yang sudah stabil hasil. Koagulasi berkumpul dan mengendap.
Jenis-jenis koagulan yang sering digunakan adalah:
1. Koagulan Alumunium Sulfat - Al2(SO4)3
Alumunium sulfat dapat digunakan sebagai koagulan dalam
pengolahan air buangan. Koagulan ini membutukkan kehadiran alkalinitas
dalam air untuk membentuk flok. Dalam reaksi koagulasi, flok alum
dituliskan sebagai Al(OH)3. Mekanisme koagulasi ditentulkan oleh Ph,
konsentrasi koagulan dan konsentrasi koloid. Koagulan dapat menurunkan
pH dan alkalinitas karbonat. Rentang pH agar koagulasi dapat berjalan
dengan baik antara 6-8.
Persamaan Reaksi sederhana terbentuknya flok
Jika Koagulan bereaksi dengan Kalsium Hidroksida, persamaan reaksinya
adalah :
Al2(SO)3 + 14H2O + 3Ca(OH)2 → 2Al(OH) 3↓ + 3CaSO 4 + 14H2O
(Reynold,174)
1. Koagulan Ferro Sulfat
Persamaan Reaksinya adalah
2FeSO4 + 7H2O + 2Ca(OH)2 + ½O2 → 2Fe(OH) 3↓ + 2CaSO 4 + 13H2
(Reynold,175)
2. Koagulan Ferri Sulfat
Perbedaannya dengan Ferro Sulfat adalah nilai ekivalensinya. Kalau
Ferro adalah Fe2+ sedangkan Ferri adalah Fe3+.
Persamaan Reaksinya adalah
Fe2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2 → 2Fe(OH) 3↓ + 3CaSO 4 + 6CO2
(Reynold,176)
3. Koagulan Ferri Clorida
Persamaan reaksi dari Ferri Clorida dengan Bikarbonat yang bersifat
alkali dari Ferri Hidroksida
2FeCl3 + 3Ca(HCO3)2 → 2Fe(OH) 3↓ + 3CaSO 4 +6CO2 Atau
2FeCl3 + 3Ca(OH)2 → 2Fe(OH) 3↓ + 3CaCl 2 (Reynold,176)
Pada tahap Koagulasi, pengaduk yang digunakan biasa disebut
Impellerr. Sedangkan jenis – jenis impeller ada 3, yaitu:
1. Turbine Impeller
Diameter impeller jenis ini biasanya 30-50% dari diameter atau lebar
Gambar 2.5. Type – type Turbine Impeller (Reynold,184)
2. Paddle Impeller
Diameter impeller jenis ini biasanya 50-80% dari diameter atau lebar
bak koagulasi, dan lebar paddle biasanya 1/6–1/10 dari diameternya.
Kecepatan putarannya 20-150 rpm.
Gambar 2.6. Type – type Paddle Impeller (Reynold,186)
3. Propeller Impeller
Diameter impeller jenis ini biasanya 1 atau 2 – 18 inchi. Kecepatan
Gambar 2.7. Type – type Propeller Impeller (Reynold,186)
Jenis-jenis flokulasi, yaitu:
1. Flokulasi mekanis
Hampir sama dengan Koagulasi menggunakan impeller sebagai
pengaduk. Hanya saja alirannya lambat atau turbulen.
Gambar 2.8. Flokulasi Mekanis. (a) Dengan Paddle, (b) Dengan Turbine, (c)
2. Flokulasi hidrolis
Flokulasi dengan gravitasi, ciri – ciri Flokulasi Hidrolis :
a. Tidak peka terhadap perubahan kualitas air
b. Hidrolis dan parameter menyebabkan fungsi flokulasi menjadi
lambat dan tidak bisa menyesuaikan
c. Kehilangan tekanan relative besar
d. Tidak mudah dibersihkan
Macam – macam Flokulasi Hidrolis :
2. Gravel bed flocculator
3. Hidrolic jet flokulator
3. Flokulasi pneumatis
Flokulasi Pneumatis adalah dengan injeksi udara dari compressor
dengan tekanan kedalam air.
2.2.3. Pengolahan Sekunder ( Secondar y Tr eatment )
Pengolahan sekunder akan memisahkan koloidal dan komponen
dilakukan secara aerobik maupun anaerobik dengan efisiensi reduksi BOD
antara 60 - 90 % serta 40 - 90 % TSS.
(sumber : Syed R.Qasim, Wastewater Treatment Plants Planning, Design, and Operation, hal.52)
Macam –macam pengolahan sekunder adalah :
1. Pengolahan lumpur aktif (aktivated sludge)
Untuk mengubah buangan organik, menjadi bentuk anorganik yang
lebih stabil dimana bahan organik yang lebih terlarut yang tersisa setelah
prasedimentasi dimetabolisme oleh mikroorganisme menjadi CO2 dan H2O,
sedang fraksi terbesar diubah menjadi bentuk anorganik yang dapat dipisahkan
dari air buangan oleh sedimentasi. Adapun proses didalam activated sludge,
yaitu :
a. Kovensional
Pada sistem konvensional terdiri dari tanki aerasi, secondary clarifier
dan recycle sludge. Selama berlangsungnya proses terjadi absorsi, flokulasi
dan oksidasi bahan organik
Gambar 2.10. Activated sludge sistem konvensional
Clarifier Raw
w at er/ primary
Reakt or
Sludge Wasr Secondary
b. Nonkovensional
1) Step aerasi
- Merupakan type plug flow dengan perbandingan F/M atau subtrat
dan mikroorganisme menurun menuju autlet.
- Inlet air buangan masuk melalui 3 - 4 titik ditanki aerasi dengan
masuk untuk menetralkan rasio subtrat dan mikroorganisme dan
mengurangi tingginya kebutuhan oksigen ditik yang paling awal.
- Keuntungannya mempunyai waktu detensi yang lebih pendek
(sumber : Ir.Bowo Djko Marsono,Teknik Pengolahan Air Limbah Biologis, hal.28)
2) Tapered Aerasi
Hampir sama dengan step aerasi, tetapi injeksi udara ditik awal lebih
tinggi.
Udara inf luent
Sludge ret urn Sludge Wast e Secondary clarif ier
(sumber : Ir.Bowo Djko Marsono,Teknik Pengolahan Air Limbah Biologis, hal.28)
3) Contact Stabilisasi
Pada sistem ini terdapat 2 tanki yaitu :
- Contact tank yang berfungsi untuk mengabsorb bahan organik untuk
memproses lumpur aktif.
- Reaeration tank yang berfungsi untuk mengoksidasi bahan organik
yang mengasorb ( proses stabilasi ).
Udara influent
Secondar y clarifier cont act tank
reakt or
Gambar 2.13. Contact Stabilisasi
Udara
influent
Sludge ret urn Sludge Wast e Secondary clarifier
reakt or
4) Pure Oxygen
Oksigen murni diinjeksikan ke tanki aerasi dan diresirkulasi.
Keuntungannya adalah mempunyai perbandingan subtrat dan
mikroorganisme serta volumetric loading tinggi dan td pendek.
5) High Rate Aeration
Kondisi ini tercapai dengan meninggikan harga rasio resirkulasi, atau
debit air yang dikembalikan dibesarkan 1 - 5 kali. Dengan cara ini maka
akan diperoleh jumlah mikroorganisme yang lebih besar.
O2 murni resirkulasi O2
reakt or
sludge ret urn sludge w ast e secondar y
clarifier
influent
Secondary clarifier
reakt or
Effluent
Sludge ret urn
Sludge w ast e
6) Extended Aeration
Pada sistem ini reaktor mempunyai umur lumpur dan time detention
(td) lebih lama, sehingga lumpur yang dibuang atau dihasilkan akan lebih
sedikit.
(sumber : Ir.Bowo Djko Marsono,Teknik Pengolahan Air Limbah Biologis, hal.29)
7) Oxidation Dicth
Bentuk oksidation ditch adalah oval dengan aerasi secara mekanis,
kecepatan aliran 0,25 - 0,35 m/s.
(sumber : Ir.Bowo Djko Marsono,Teknik Pengolahan Air Limbah Biologis, hal.29) Effluent
Influent
Sludge return
Aerator
Secondary Clarifier
r aw w at er/ primary influent
Secondary clarif ier
reakt or
Effluent
Sludge ret urn
Sludge w ast e
2.2.4. Pengolahan Ketiga ( Ter tiar y Tr eatment )
Pengolahan ini adalah kelanjutan dari pengolahan terdahulu, oleh karena
itu pengolahan jenis ini akan digunakan apabila pada pengolahan pertama dan
kedua, banyak zat tertentu yang masih berbahaya bagi masyarakat umum.
Pengolahan ketiga ini merupakan pengolahan secara khusus sesuai dengan
kandungan zat yang terbanyak dalam air limbah, biasanya dilaksanakan pada
pabrik yang menghasilkan air limbah khusus diantaranya yang mengandung
fenol, nitrogen, fosfat, bakteri patogen dan lainnya. Unit pengolahan tersier ini
terdiri dari :
a. Secondary Clarifier
Fungsinya sama dengan Bak pengendap, tetapi clarifier biasanya di
tempatkan setelah pengolahan kedua (pengolahan Biologis).
Gambar 2.18. Clarifier. (a) Denah, (b) Tampak Samping
2.2.5. Pengolahan Lumpur ( Sludge Tr eatment )
Dari pengolahan air limbah maka hasilnya adalah berupa lumpur yang
perlu diadakan pengolahan secara khusus agar lumpur tersebut tidak mencemari
lingkungan dan dapat dimanfaatkan kembali untuk keperluan kehidupan. Sludge
dalam disposal sludge memiliki masalah yang lebih kompleks. Hal ini
disebabkan karena :
a. Sludge sebagian besar dikomposisi dari bahan-bahan yang responsibel untuk
menimbulkan bau.
b. Bagian sludge yang dihasilkan dari pengolahan biologis dikomposisi dari
bahan organik.
c. Hanya sebagian kecil dari sludge yang mengandung solid (0,25% - 12%
solid).
Tujuan utama dari pengolahan lumpur adalah :
- Mereduksi kadar lumpur
- Memanfaatkan lumpur sebagai bahan yang berguna seperti pupuk dan
sebagai penguruk lahan yang sudah aman.
Unit pengolahan lumpur meliputi :
a. Sludge Drying Bed
Sludge drying bed merupakan suatu bak yang dipakai untuk
mengeringkan lumpur hasil pengolahan dari thickener. Bak ini berbentuk
Gambar 2.19. Sludge Drying Bed
2.3. Per sen Removal
Unit Pengolahan % Removal Sumber
I. Pre Teatment
- Screening 20 – 35 % SS
20 -35 % BOD
Syed R.Qasim, WWTP
Planning, Design, and
Operation, hal 156
II. Primary Treatment
- Flotasi
1. Disolved Air Flotation 70 – 85 % Oil
50 – 85 % SS
20 – 70 % BOD
10 – 60 % COD
Cavaseno, Industrial
Wastewater and Solid
Waste Engineering,
- Bak pengendap I 50 – 70 % SS
25 – 40 % BOD
Metcalf & Eddy, WWET
Disposal, and Reuse 4th
edition, hal 396
- Koagulasi - Flokulasi 58 % BOD
63 % COD
Eckenfelder,Jr., Industrial
Water Pollution Control,
2th edition, hal 96
III. Secondary Treatment
III.1. Aerob
a. Activated Sludge 80 – 90 % BOD
50 – 95 % COD
60 – 85 % SS
80 – 99 & Oil
95 – 99 % Phenol
33 – 99 % NH3
97 – 100 % H2S
Cavaseno, Industrial
Wastewater and Solid
Waste Engineering,
hal.15
-Bak Pengendap II 25 – 35 % BOD
80 – 90 % TSS
Metcalf & Eddy, WWET
Disposal, and Reuse 4th
2.4. Pr ofil Hidrolis
Hal – hal yang perlu diperhatikanb sebelum membuat Profil Hidrolis,
antara lain:
1. Kehilangan tekanan pada bangunan pengolahan
Untuk membuat profil hidrolis perlu perhitungan kehilangan tekanan pada
bangunan. Kehilangan tekanan akan mempengaruhi ketinggian muka air di
dalam bangunan pengolahan. Kehilangan tekanan pada bangunan pengolahan
ada beberapa macam, yaitu:
a. Kehilangan tekanan pada saluran terbuka
b. Kehilangan tekanan pada bak
c. Kehilangan tekanan pada pintu
d. Kehilangan tekanan pada weir, sekat, ambang dan sebagainya harus di
hitung secara khusus.
2. Kehilangan tekanan pada perpipaan dan assesoris
a. Kehilangan tekanan pada perpipaan
b. Kehilangan tekanan pada assesoris
c. Kehilangan tekanan pada pompa
d. Kehilangan tekanan pada alat pengukur flok
3. Tinggi muka air
Kesalahan dalam perhitungan tinggi muka air dapat terjadi kesalahan
dalam menentukan elevasi ( ketinggian ) bangunan pengolahan, dalam
pelaksanaan pembangunan sehingga akan dapat mempengaruhi pada proses
Kehilangan tekanan bangunan (saluran terbuka dan tertutup) tinggi
terjunan yang direncanakan ( jika ada ) akan berpengaruh pada perhitungan
tinggi muka air. Perhitungan dapat dilakukan dengan cara :
1. Menentukan tinggi muka air bangunan pengolahan yang paling akhir.
2. Tambahkan kehilangan tekanan antara clear well dengan bagunan
sebelumnya pada ketinggian muka air di clear well.
3. Didapat tinggi muka air bangunan sebelum clear well demikian
seterusnya sampai bangunan yang pertama sesudah intake.
4. Jika tinggi muka air bangunan sesudah intake ini lebih tinggi dari tinggi
BAB III
DATA PERENCANAAN
3.1. Data Kar akter istik Limbah Industr i yang Dir enca nakan
Sumber air buangan dari pabrik kulit ini mempunyai debit
(Q) = 250 l/det atau 0,25 m3/detik = 21600 m3/hari.
Tabel 3.1. Parameter air buangan industri pupuk kulit yang harus diolah.
No. Par ameter Kadar (mg/l)
1 BOD 950
2 COD 2100
3 TSS 750
4 MINYAK DAN LEMAK 70
5 NH3-N (ammonia total) 70
Sumber : Data perencanaan
Selanjutnya air limbah tersebut diolah sesuai dengan baku mutu limbah
yang telah ditetapkan.
3.2. Standar t Baku Mutu
Air limbah yang masuk dalam unit pengolahan limbah diolah sesuai
dengan parameter-parameter yang telah ditetapkan sesuai dengan standart baku
STANDART BAKU MUTU INDUSTRI PABRIK KULIT
( PENYAMAKAN KULIT ) LIMBAH CAIR
Tabel 3.2. Baku mutu limbah cair sesuai dengan SK GUBENUR NO.45 TAHUN
2002
Volume limbah cair per satuan bahan baku
50 m3/ton bahan baku kulit kering proses lengkap
30 m3/ton bahan baku kulit kering sampai proses wet blue
20 m3/ton bahan baku wet blue sampai produk jadi
Parameter Kadar Maximum (mg/l)
Proses Lengkap Sampai Wet Blue Bahan Baku Wet
Blue
BOD5
COD
TSS
Cr Total
Minyak dan Lemak
Amonia total (NH3-N)
Sulfida sebagai H2S
100 250 100 0,5 5 10 0,8 100 250 100 0,5 5 10 0,8 75 200 75 0,3 3 5 0,5
pH 6-9
Sumber : SK GUBENUR NO.45 TAHUN 2002
3.3. Per encanaan Unit Pengolahan yang Digunakan ( Flowchar t )
Alternatif unit pengolahan yang digunakan dalam tugas ini sesuai
Saluran Pembawa
Bak pengendap I Screen
Bak Penampung
Flotasi
Koagulasi - flokulasi
Activated sludge
Bak pengendap II
Badan air penerima Recycle
BAB IV
NERACA MASSA DAN SPESIFIKASI BANGUNAN
4.1. Ner aca Massa
Debit (Q) = 250 lt/dt = 0,25 m3/detik.
4.1.1. Scr een
% Removal : 20 % - 35% BOD 20 % - 35% TSS
(Sumber : WWTP,Planing Desaign and Operation, Syed Qasim hal 156)
No. Parameter Input
(mg/liter) % Removal (mg/liter) Output (mg/liter) Baku mutu (mg/liter) 1. 2. 3. 4. 5. BOD COD TSS Minyak&lemak NH3 950 2100 750 70 150 237,5 (25%) - 187,5 (25%) - - 712,5 2100 562,5 70 150 100 250 100 5 10 SCREEN
S. Pembawa Bak Penampung
BOD
Output Input
4.1.2. Bak Penampung
No. Parameter Input
(mg/liter) % Removal (mg/liter) Output (mg/liter) Baku mutu (mg/liter) 1. 2. 3. 4. 5. BOD COD TSS Minyak&lemak NH3 712,5 2100 562,5 70 150 - - - - - 712,5 2100 562,5 70 150 100 250 100 5 10 4.1.3. Flotasi
% Removal : 70% - 95% Minyak & Lemak
(Sumber : Cavaseno,hal 14)
No. Parameter Input
(mg/liter) % Removal (mg/liter) Output (mg/liter) Baku mutu (mg/liter) 1. 2. 3. 4. 5. BOD COD TSS Minyak&lemak NH3 712,5 2100 562,5 70 150 - - - 66,5 (95%) - 712,5 2100 562,5 3,5 150 100 250 100 5 10 Screen Flotasi Output Bak Penampung Input FLOTASI Bak Penampung
Minyak
B. Koagulasi - Flokulasi
BOD COD 4.1.4. Bak Koagulasi – Flokulasi
% Removal : 95% BOD
70% COD
(Sumber : Eckendfelder,hal 96)
No. Parameter Input
(mg/liter) % Removal (mg/liter) Output (mg/liter) Baku mutu (mg/liter) 1. 2. 3. 4. 5. BOD COD TSS Minyak&lemak NH3 712,5 2100 562,5 3,5 150 676,9 (95%) 1470 (70%) - - - 35,6 630 562,5 3,5 150 100 250 100 5 10
4.1.5. Bak Pengendap I
% Removal : 50% - 70% TSS
(Sumber : WWETR, metcalf and Eddy.hal 396) B. Koagulasi -
Flokulasi
Flotasi B. Pengendap I
Input Output
B. Pengendap I B.Koagulasi
-Flokulasi
Activated Sludge
Input Output
No. Parameter Input (mg/liter) % Removal (mg/liter) Output (mg/liter) Baku mutu (mg/liter) 1. 2. 3. 4. 5. BOD COD TSS Minyak&lemak NH3 35,6 630 562,5 3,5 150 - - 393,8 (70%) - - 35,6 630 168,7 3,5 150 100 250 100 5 10
4.1.6. Activated Sludge
% Removal : 80% - 90% BOD 60% - 85% TSS
50% - 95% COD 33% - 99% NH3
(Sumber : Cavaseno,hal 15)
No. Parameter Input
(mg/liter) % Removal (mg/liter) Output (mg/liter) Baku mutu (mg/liter) 1. 2. 3. 4. 5. BOD COD TSS Minyak&lemak NH3 35,6 630 168,7 3,5 150 28,5 (80%) 598,5 (95%) 143,4 (85%) - 148,5 (99%) 7,1 31,5 25,3 3,5 1,5 100 250 100 5 10 Activated Sludge
B. Pengendap I B. Pengendap II
Input Output
4.1.7. Bak Pengendap II ( Clar ifier )
No. Parameter Input
(mg/liter) % Removal (mg/liter) Output (mg/liter) Baku mutu (mg/liter) 1. 2. 3. 4. 5. BOD COD TSS Minyak&lemak NH3 7,1 31,5 25,3 3,5 1,5 - - - - - 3 15,75 11,25 0,7 1,5 100 250 100 5 10 Clarifier Activated
Sludge Badan Air
Input Output
4.2. Spesifikasi Per encanaan
1. Salur an Pembawa
1. Saluran pembawa berbentuk saluran terbuka
2. Panjang (L) = 2 m
3. Lebar (B) = 1 m
4. Tinggi (H) = 0,7 m
2. Scr een
1. Jumlah kisi = 16 buah
2. Jarak antar kisi = 0,05 m
3. Lebar bukaan sreen = 0,84 m
4. Panjang kisi = 1,4 m
5. Jarak kemiringan kisi = 1 m
3. Bak Penampung
1. Jumlah bak = 3 bak
2. Panjang bak (P) = 4,6 m
3. Lebar bak (L) = 4,6 m
4. Tinggi bak (H) = 4,8 m
5. Tinggi bukaan pintu air = 0,04 cm
6. Pompa yang digunakan : Merk GRUNDFOS AP130.250.250, 50 Hz
ISO 2548 Annex B diameter inlet dan outlet nya 250 mm. Satu bak
4. Flotasi
1. Jumlah bak = 2 bak
2. Ø Inlet = 0,25 m 3. Tekanan (P) = 285 Kpa
4. Dimensi Bak Flotasi → P = 12,2 m
L = 6,1 m
H = 2,2 m
5. Ø Outlet = 0,25 m
6. Dimensi Bak Minyak → P = 6,1 m
L = 0,4 m
H = 0,4 m
5. Koagulasi
1. Koagulasi dibagi menjadi 2 bak
2. Dimensi Bak Koagulasi → D = 1,4 m
H = 2 m
Di = 0,57 m
L baffle = 0,14 m
Jarak impeller dari dasar = 0,3m
3. Dimensi Bak Pembubuh → D = 1,3 m
H = 1,8 m
Di = 0,6 m
L baffle = 0,13 m
4. Kebutuhan Al2 (SO4)3 = 432 kg/hr
5. Volume Al2 (SO4)3 = 360 lt/hr
6. Total Volume larutan = 2,36 m3
6. Flok ulasi
1. Vol bak flokulasi = 225 m3
2. Waktu detensi = 900 detik
3. Ø pipa inlet = 0,7 m
4. Kedalaman tangki (h) = 2,2 m
5. Lebar bak = 7,5 m
6. Panjang bak = 15 m
7. Bak Pengendap I
a. Zona inlet
1. Bentuk saluran terbuka , Lebar (L) = 0,5 m dan
Tinggi (H) = 0,7 m
2. Lebar pintu air = 0,6 m dan bukaan pintu air = 0,14 m
3. Pervorated wall 19 buah Ø 13 cm b. Zona settling
1. Panjang bak (P) = 32,92 m
2. Lebar bak (L) = 17,46 m
3. Tinggi bak (H) = 3 m
c. Zona outlet
1. Menggunakan V-notch 90˚ berjumlah 20 buah dengan lebar 0,87 m
2. Diameter pipa outlet 0,56 m
d. Zona sludge
1. Volume lumpur = 26,15 m3/hr
2. Luas alas zona sludge = (3x3) m2
3. Luas zona sludge atas = (17,46x17,46) m2
Tinggi zona sludge = 0,3 m
8. Activated Sludge
1. Digunakan 2 bak Complete Mix Activated Sludge
2. Resirkulasi = 0,3 Q
3. Panjang bak aerasi (P) = 9 m
4. Lebar bak aerasi (L) = 4,5 m
5. Tinggi bak aerasi (H) = 3,2 m
6. Waktu tinggal di bak aerasi (Td) = 6 jam
7. Saluran Pembagi → P = 0,7 m
L = 9,8 m
H = 2,49 m
9. tinggi bukaan pintu air = 0,06 m
10. Ø pipa outlet = 0,73 m 11. Ø pipa resirkulasi = 0,44 m
12. Dibutuhkan 1 blower tiap bak aerasi
13. Pompa resirkulasi digunakan : Merk GRUNDFOS
AP100.200.200, 50 Hz ISO 2548 Annex B dengan diameter
inlet dan outlet 0,2 m
Per sen Removal
1. 80 % BOD
Input = 35,6 mg/L
Output = 28,5 mg/L
2. 95 % COD
Input = 630 mg/L
Output = 598,5 mg/L
3. 85 % TSS
Input = 168,7 mg/L
Output = 143,4 mg/L
4. 99 % NH3
Input = 150 mg/L
9. Bak Pengendap II
Digunakan 2 bak Clarifier
iii. Zona inlet
1. Bentuk saluran tertutup / pipa Ø 0,3 m 2. Ø inlet wall = 2 m
3. Pervorated wall 24 buah Ø 13 cm iv. Zona settling
1. Ø bak clarifier (D) = 31 m 2. Tinggi bak (H) = 3 m
3. Waktu tinggal = 3 jam
v. Zona outlet
1. Menggunakan V-notch 90˚ berjumlah 240 buah dengan lebar 0,4 m 2. Diameter pipa outlet 0,51 m
10. Sludge Dr ying Bed
Waktu pengeringan = 5 hari
1. Tebal pasir = 0,40 m
2. Tebal kerikil = 0,60 m
3. Tebal cake = 0,60 m
4. Jumlah bed = 1 buah
5. Lebar bed (B) = 6,65m
6. Panjang bed (L) = 13,3 m
8. Ø pipa underdrain= 0,852 m
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Bangunan Pengolahan limbah Industri Penyamakan Kulit ini
menggunakan bangunan pengolahan yaitu : Saluran Pembawa, Screen,
Bak Penampung, Flotasi,Koagulasi dan Flokulasi, Bak Pengendap 1,
Activated Sludge, dan Clarifier.
2. Pengolahan lumpur sisa pengolahan dengan Sludge Drying Bed.
3. Dari diagram alir bangunan yang dibuat, beberapa parameter dalam limbah
Industri Tekstil dapat diturunkan hingga memenuhi standart baku mutu
yang ada.
V.2 Sar an
1. Dalam perencanaan bangunan pengolahan air buangan seharusnya
memperhatikan Karakteristik air limbah dan besar Debit air yang akan
diolah sehingga bangunan yang akan dibuat mampu menurunkan
pencemar secara optimal.
2. Luas Area untuk yang tersedia untuk IPAL juga harus diperhatikan
sehinggan luas lahan mencukupi untuk pembangunan IPAL yang sudah
direncanakan.
3. Selain itu analisa Ekonomi juga perlu diperhatikan agar bisa
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. www.wikipediaindonesia.org
Anonim. 2007. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup no.04 tahun 2007 tentang
“Baku Mutu Air Limbah dari Kegiatan Pengolahan Miyak Bumi”.
Ar cheivala, S.J . 2000. “Wastewater Treatment for Pollution Control”. 2th
Edition. McGraw-Hill, Inc. New York.
Cavaseno, V. 1987. “Industrial Wastewater and Solid Waste Engineering”.
McGraw-Hill, New York.
Dr oste, R.L. 2002. ”Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment”.
McGraw-Hill, New York.
Eck enfelder , W Wesley, J r . 2000. “Industrial Water pollution Control”. Third
Edition. Mc Graw-Hill, Inc. New york.
Lin, S.D. 2000. “Wastewater Engineering”. Illinois States Water Supply, Peoria,
Illinois.
McCabe, Smith, and Har r iot. 2005. ”Unit Operations of Chemical
Engineering”. McGraw-Hill, Inc. New York.
Metcalf and Eddy 2004. “Waste Water Engineering Treament Disposal
Reuse”. Fourth Edition. McGraw-Hill, Inc. New York, St
Fransisco,Auckland.
Mor imur a, T. and Noer bambang, S.M. 2005. “Perancangan dan Pemeliharaan
Sistem Plambing”. Cetakan ke-9. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Qasim, S.R. 1985. “Waste Water Treatment Plant Planning, Design and
Operation”. Holt Rinchart and Winston.
Razif, M. 2002. “Pengolahan Air Minum”. Jurusan Teknik Lingkungan ITS
Surabaya.
Reynolds, T.D and Richar ds. 1996. “Unit Operation and Processes in
Environmental Engineering”. Second Edition. PWS Publising
Company. Boston.
Rich, L.G. 1974. “Unit Operations of Sanitary Engineering”. A John Wiley and
Sons, Inc,. Publication, New Jersey-Canada.
Russell, D.L. 2006. “Practical Wastewater Treatment”. A John Wiley and Sons,
Inc,. Publication, New Jersey-Canada.
Spellman, F.R. 2003. “Handbook of Water and Wastewater Treatment Plants
Operations”. A CRC Press Company, New York.
Spellman, F.R. 2004. “Mathematics Manual for Water and Wastewater
Treatment Plants Operations”. A CRC Press Company, New York.
Str eeter , V.L. and Wylie, E.B. 1988. “Mekanika Fluida”. Edisi ke-8. Erlangga,
Jakarta.
Sugihar to. 1987. ”Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah”. UI-PRESS, Jakarta.
Triatmodjo, B. 2001. ”Hidrolika I”. Erlangga, Jakarta.
Ven Ten Chow. ”Open Channel Hydraulics”. McGraw-Hill, Inc. New York.