• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KOMUNIKASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN Peningkatan Komunikasi Belajar Matematika Dengan Strategi Pembelajaran Two Stay Two Stray Bagi Siswa Kelas VIID Semester Gasal SMP Al- Islam Kartasura Tahun 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KOMUNIKASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN Peningkatan Komunikasi Belajar Matematika Dengan Strategi Pembelajaran Two Stay Two Stray Bagi Siswa Kelas VIID Semester Gasal SMP Al- Islam Kartasura Tahun 2013/2014."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KOMUNIKASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN

TWO STAY TWO STRAY

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memenuhi Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika

Diajukan Oleh :

DIAN LAILA APRIYANTI A 410 100 049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)

PENINGKATAN KOMUNIKASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY

Oleh

Dian Laila Apriyanti1 dan Sutama2

1 Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS, deanzz.osin@gmail.com 2 Staf Pengajar UMS Surakarta, sutama_mpd@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskipsikan peningkatan komunikasi belajar matematika bagi siswa kelas VIID SMP Al-Islam Kartasura dengan strategi pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Sumber data guru dan siswa. Pelaksanaan tindakan kelas dilaksanakan selama dua siklus. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, catatan lapangan, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dengan metode alur, yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data dengan triangalasi sumber dan metode. Hasil penelitian, pertama penerapan strategi pembelajaran TS-TS dapat meningkatkan komunikasi belajar matematika siswa kelas VIID SMP Al-Islam Kartasura. Kedua peningkatan komunikasi belajar matematika yaitu (a) siswa yang antusias berbicara dari kondisi awal 23,34% siklus I 50% dan siklus II 73,34%, (b) siswa yang antusias menulis dari kondisi awal 20% siklus I 53,33% siklus II 83,33%, (c) siswa yang antusias menjelaskan konsep dari kondisi awal 26,67% siklus I 43,33% siklus II 76,67%, dan (d) siswa yang antusias menggambar dari kondisi awal 16,67% siklus I 36,67% siklus II 56,67%.

Kata Kunci: komunikasi, Two Stay Two Stray

Pendahuluan

Kemampuan berkomunikasi menjadi salah satu syarat yang memegang peranan penting karena membantu dalam proses penyusunan pikiran, menghubungkan gagasan dengan gagasan lain sehingga dapat mengisi hal-hal yang kurang dalam seluruh jaringan gagasan siswa. Sehingga komunikasi sangatlah penting bagi siswa dan guru. Komunikasi dalam pembelajaran sangat menentukan hasil pembelajaran. Proses komunikasi yang berjalan secara lancar antara guru dan siswa akan membawa hasil pembelajaran yang baik. Sebaliknya komunikasi yang terhambat bisa terjadi karena guru tidak membuka ruang komunikasi.

(4)

antusias berbicara sebanyak 7 siswa (23, 34 %), siswa yang antusias menulis sebanyak 6 siswa (20 %), siswa yang antusias menjelaskan konsep sebanyak 8 siswa (26, 67 %), dan siswa yang antusias menggambar sebanyak 5 siswa (16, 67 %).

Akar penyebab masalah yang terjadi yaitu salah satu tugas guru yang teramat penting adalah bagaimana membangun interaksi dengan peserta didik di kelas. Lebih-lebih ketika guru harus bertatap muka secara perseorangan dengan peserta didiknya. Kurangnya guru dalam berkomunikasi dengan siswa dapat disebabkan kurangnya kecakapan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Guru yang kurang kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran menyebabkan siswa kurang tertarik dengan pelajaran tersebut. Selain itu, kurangnya kemampuan siswa dalam berkomunikasi disebabkan oleh faktor takutnya siswa untuk bertanya kepada guru. Siswa akan mencari jawaban sendiri dari sumber lain seperti yang belum dipahami sehingga merasa tidak ingin bertanya kepada guru. Disisi lain guru masih dianggap sebagai seseorang yang menakutkan yang ada di kelas.

Tindakan awal peneliti merumuskan permasalahan dengan jelas sesuai dengan informasi yang ada, langkah selanjutnya menyusun langkah-langkah tindakan secara urut dengan memperhatikan karakteristik dari obyek yang hendak diberi tindakan. Sebagai langkah akhir tindakan adalah menganalisis data berdasarkan sumber data untuk menarik kesimpulan.

Langkah penelitian tindakan kelas merupakan siklus dan dilaksanakan sesuai perencanaan tindakan atau perbaikan dari perencanaan tindakan terdahulu. Penelitian ini diperlukan kondisi awal untuk mengetahui penyebab kurangnya komunikasi belajar matematika siswa sebagai upaya untuk menemukan fakta-fakta yang dapat digunakan untuk melengkapi kajian teori yang ada sehingga dapat meningkatkan komunikasi siswa dalam pembelajaran. Tindakan kelas yang dilaksanakan berupa pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) untuk meningkatkan komunikasi siswa dalam belajar matematika.

(5)

kelompok diminta membecakan hasilnya. Melalui tanya jawab guru bersama siswa mereview dan mengevaluasi presentasi hasil kelompok.

Pembelajaran TS-TS ditutup dengan tanya jawab merefleksikan kegiatan yang telah dilakukan dan membuat simpulan atas materi yang telah dibahas. Setelah itu guru memberikan tes terkontrol mandiri sebagai evaluasi untuk mengetahui sampai dimana pemahaman siswa dalam pembelajaran pertemuan itu. Hamidin (2010) dalam penelitiannya mengatakan bahwa langkah-langkah Two Stay Two Stray dapat dimodifikasi oleh guru, tergantung pada kebutuhan dan tujuan pembelajaran.

Meningkatnya komunikasi siswa dalam belajar matematika yang meliputi antusias berbicara siswa (lebih dari 60 %), antusias menulis siswa (lebih dari 65 %), antusias menjelaskan konsep (lebih dari 60 %), dan antusias menggambar siswa (lebih dari 55 %).

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) yang dilakukan secara kolaboratif antara kepala sekolah, guru matematika,

dan peneliti. Menurut Hopkins dalam Sutama (2010: 15) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan subtansif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.

Penelitian tindakan ditandai dengan adanya perbaikan terus menerus sehingga tercapainya sasaran dari penelitian tersebut. Perbaikan tersebut dilakukan pada setiap siklus yang dirancang oleh peneliti. PTK bercirikan perbaikan terus menerus sehingga kepuasan peneliti menjadi tolak ukur berhasil tidaknya siklus-siklus tersebut.Tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian peningkatan komunikasi belajar matematika dengan strategi pembelajaran TS-TS adalah kelas VIID SMP Al-Islam Kartasura. Sekolah ini beralamatkan di jalan Jend. Sudirman Kartasura.

Sumber dari penelitian meliputi guru matematika dan siswa kelas VIID SMP Al-Islam Kartasura. Metode pengumpulan data berupa observasi, tes, catatan lapangan, dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan dengan metode alur, yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Keabsahan data dengan triangulasi sumber dan metode.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

(6)

aljabar. Pada siklus II materi yang dipelajari tentang bentuk aljabar dalam kehidupan sehari-hari.

Sifat-sifat penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat juga berlaku pada bentuk aljabar tetapi operasi penjumlahan dan pengurangan pada bentuk aljabar hanya dapat dilakukan pada suku-suku sejenis saja. Operasi penjumlahan dan pengurangan pada bentuk aljabar dapat diselesaikan dengan menggunakan sifat distributif.

a. Penjumlahan

Bentuk umum dari penjulahan suatu bentuk aljabar yaitu

+ + + = + + +

= + + +

= + + +

= +

Contoh:

1. + = + =

2. + +

Operasi aljabar pada bentuk di atas tidak dapat dilakukan karena suku-sukunya tidak sejenis, yaitu , dan tidak sejenis.

3. Sederhanakan bentuk aljabar berikut.

2+ dan 2+ +

Penyelesaian:

2+

2+ +

2+ +

b. Pengurangan

Bentuk umum dari pengurangan suatu bentuk aljabar yaitu

+ − + = + − −

= − + −

= − + −

=

Contoh:

1. Kurangkan bentuk aljabar berikut. a) − dari −

(7)

Penyelesaian:

a) − − − = − − +

= − −

b) 2+ − − 2 + + = 2+ − − 2− −

= 2

c. Penjumalahan dan Pengurangan

Bentuk umumnya: − + − = − Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh-contoh berikut:

1. − − + = − − + =

2. + + − = + + −

= + + −

= +

3. Sederhanakanlah bentuk berikut.

a) − + + − + −

b) 2+ + − 2+ − Penyelesaian

a) − +

− + −

− − −

b) 2+ +

2+ −

2+ +

Banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan perhitungan matematika. masalah-masalah tersebut dapat diselesaikan dengan cara membuat model matematika yang berkaitan dengan masalah tersebut, baru kemudian dapat dicari hasilnya. Contoh:

1. Suau model kerangka balok terbuat dari kawat dengan ukuran panjang + cm, lebar + cm, dan tinggi cm. Tentukan

a. Persamaan panjang kawat dalam ;

b. Nilai , jika panjang kawat seluruhnya = cm. +

(8)

Penyelesaian:

Diketahui:

� = + cm

� = + cm

� = cm Ditanyakan:

a. Persamaan panjang kawat dalam ;

b. = ? jika panjang kawat seluruhnya = 104 cm. Jawab:

a. Diketahui bahwa jumlah rusuk panjang pada balok ada 4 rusuk, jumlah rusuk lebar pada balok ada 4 rusuk, dan jumlah rusuk tinggi pada balok ada 4 rusuk. Misalkan: Panjang kawat = Pk

Pk= × � + × � + × �

= ( × + ) + ( × + ) + ×

= + + + +

= + + + +

= + + + +

= +

Jadi, panjang kawat dalam adalah + . b. Pk =

⇔ + =

⇔ = − ⇔ =

⇔ =

⇔ =

Jadi, = .

Pembelajaran dalam penelitian ini, kegiatan awal dimulai dari siswa berdoa, kemudian dilanjutkan dengan guru mengucap salam dan tegur sapa, hal tersebut termasuk dalam conditioning. Darmawati (2013) Pengelolaan kelas yang dilaksanakan oleh guru

dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi siswa, sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dan efisien. Sehingga

(9)

pengkondisian kelas sangat diperlukan dalam pembelajaran, untuk memperoleh pembelajaran yang kondusif.

Sebelum masuk ke inti pembelajaran, guru memberikan motivasi mengenai pembelajaran yang akan dilaksanakan. Menurut Rivera (2013) penggunaan praktek pembelajaran kooperatif menjabat sebagai kendaraan untuk memotivasi siswa untuk bekerjasama pada kelompoknya. Motivasi diberikan oleh guru untuk menyemangati siswa saat bekerja dalam kelompok maupun individu.

Inti pembelajaran dilaksanakan dalam beberapa tahap, tahap pertama siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4 – 5 siswa, guru memberikan sedikit materi, guru memberikan permasalahan yang akan didiskusikan dalam kelompok. Charalampos Toumasis (2004) mengatakan bahwa penggunaan kerja tim atau kerja kelompok dapat memotivasi siswa karena siswa dapat terlibat dalam membahas materi dan guru tidak lagi aktif dalam pembelajaran. Sesuai dengan jurnal tersebut, maka antusias siswa dalam menjelaskan konsep membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran.

Tahap kedua, setelah waktu berdiskusi selesai, 2 – 3 siswa dari kelompoknya, bertamu ke kelompok lain, 2 siswa lainnya menerima tamu yang berkunjung kekelompoknya. Siswa diberikan waktu untuk bertamu. Setelah waktu yang diberikan selesai, siswa yang bertamu kembali ke kelompoknya untuk mendiskusikan hasil yang diperoleh selama bertamu, hasil diskusi dituangkan dalam lembar jawab terkontrol kelompok. Tahap ini adalah inti dari strategi pembelajaran TS-TS. Hamidin (2010) dalam penelitiannya mengatakan bahwa langkah-langkah Two Stay Two Stray dapat dimodifikasi oleh guru, tergantung pada kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Pemberian tes terkontrol kelompok membantu siswa dalam menuangkan ide atau gagasan mereka ke dalam bentuk tulisan.

Tahap ketiga, hasil diskusi dan kegiatan berkunjung dikumpulkan dan satu kelompok diminta membecakan hasilnya. Melalui tanyajawab guru bersama siswa mereview dan mengevaluasi presentasi hasil kelompok. Menurut Faint (2010) Diskusi dan presentasi yang dilakukan siswa berarti mereka belajar mengkomunikasikan hasil karyanya disertai tanyajawab dengan teman atau guru sehingga memunculkan ide-ide baru. Dari jurnal tersebut diperoleh makna bahwa mempresentasikan hasil ke depan kelas membantu siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide yang diperoleh.

(10)

Result evaluation difokuskan pada hasil akhir (final result) yang terjadi karena peserta telah

mengikuti suatu program. Adanya tes terkontrol mandiri sangat diperlukan untuk mengetahui hasil akhir siswa dalam suatu pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses tindakan kelas terhadap komunikasi belajar matematika siswa kelas VIID SMP Al-Islam Kartasura dapat disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1

Data Peningkatan Komunikasi Belajar Matematika Siswa

No. Indikator Komunikasi

Adapun grafik peningkatan komunikasi belajar siswa dari sebelum tindakan sampai tindakan kelas siklus II dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1

Grafik Peningkatan Komunikasi Belajar Matematika Siswa

Menggunakan Strategi Pembelajaran

Two Stay Two Stray

(TS-TS)

Antusias Berbicara

Antusias Menulis

Antusias Menjelaskan Konsep

(11)

Tindakan dilakukan berdasarkan hasil analisis data kualitatif terhadap data yang diperoleh selama penelitian antara peneliti, guru matematika kelas VIID, dan kepala sekolah SMP Al-Islam Kartasura. Selama proses penelitian berlangsung, tindakan yang dilakukan oleh peneliti adalah peningkatan komunikasi belajar matematika siswa melalui strategi pembelajaran TS-TS.

Pada konsidi awal sebelum tindakan, siswa yang antusias berbicara sebanyak 7 siswa (23, 34 %). Prosentase ini menunjukan bahwa siswa masih merasa takut untuk menyampaikan gagasan yang mereka fikirkan dalam suatu pembelajaran. Ratna Anggaraini (2013) menyatakan bahwa ketrampilan berbicara selalu ada dalam setiap tema pembelajaran. Berbicara pada dasarnya adalah proses interaktif komunikatif. Dalam hal ini, antusias berbicara pada siswa sangat penting dalam pembelajaran.

Berdasarkan siklus I, antusias berbicara siswa mengalami peningkatan, walaupun peningkatan tersebut belum memuaskan. Siswa yang antusias berbicara sebanyak 15 siswa (50 %). Dian Mayasari (2012) menyimpulkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran Two Stay Two Stray dapat meningkatkan komunikasi matematis tertulis siswa, dilihat dari hasil penelitiannya pada siklus pertama, rata-rata nilai siswa 69, 79 dan hanya 50 % siswa mendapat nilai minimal 75. Pada siklus kedua, rata-rata nilai siswa 79, 625 dan 77,8 % siswa mendapat nilai minimal 75 sehingga penelitian dikatakan berhasil. Hasil penelitian ini dimaknai, strategi pembelajaran TS-TS efektif digunakan dalam pembelajaran matematika.

Pada tindakan kelas siklus II, siswa yang antusias berbicara sebanyak 22 siswa (73, 34 %). Peningkatan pada siswa mengidentifikasi bahwa strategi pembelajaran telah berhasil diterapkan pada siswa. Effandi Zakaria and Zanaton Ikhsan (2007) mengatakan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif memberikan alternatif pada metode pembelajaran tradisional. Pembelajaran kooperatif memberikan hasil bahwa pembelajaran akan lebih efektif ketika siswa aktif dalam tukar pikiran dan bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan persoalan. Penggunaan strategi pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan strategi pembelajaran TS-TS sangat efektif digunakan dalam pembelajaran.

(12)

kelas siswa perlu didorong untuk berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis dalam mengkomunikasikan pemahaman mereka tentang kata-kata matematika, simbol, dan konsep. Berdasarkan siklus I, antusias berbicara siswa mengalami peningkatan, walaupun peningkatan tersebut belum memuaskan. Siswa yang antusias menulis sebanyak sebanyak 16 siswa (53, 33 %). Charalampos Toumasis (2004) mengatakan bahwa penggunaan kerja tim atau kerja kelompok dapat memotivasi siswa karena siswa dapat terlibat dalam membahas materi dan guru tidak lagi aktif dalam pembelajaran.

Pada tindakan kelas siklus II, siswa yang antusias menulis sebanyak 25 siswa (83, 33 %). Peningkatan pada siswa mengidentifikasi bahwa strategi pembelajara telah berhasil di terapkan pada siswa. Zaini (2010) menyatakan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar matematika dalam pembelajaran matematika dalam menuliskan lambang pecahan melalui penggunaan metode diskusi. Pada penelitian ini, antusias siswa menuliskan ide matematika melalui diskusi kelompok dengan menuangkan ide dalam bentuk tulisan di lembar jawaban yang disediakan bertambah meningkat seiring dengan diskusi yang dilakukan.

Pada konsidi awal sebelum tindakan, siswa yang antusias menjelaskan konsep sebanyak 8 siswa (26, 67 %). Menurut Kosko dan Wilkins (2010) menyatakan siswa yang menggunakan manipulasi untuk belajar matematika lebih cenderung terlihat aktif dalam komunikasi matematika dan sebaliknya. Kondisi menunjukkan bahwa siswa yang lebih banyak menggunakan kemampuan berpikirkritisnya saat berdiskusi akan memunculkan sikap komunikatif dalam menyelesaikan permasalahan.

Berdasarkan siklus I, antusias menjekaskan konsep siswa mengalami peningkatan, walaupun peningkatan tersebut belum memuaskan. Siswa yang antusias menjelaskan konsep sebanyak sebanyak 13 siswa (43, 33 %). Saraswati (2012) mengatakan hasil penelitian menunjukan penerapan strategi pembelajaran TS-TS berbantu LKPD dan alat peraga dapat meningkatkan minat belajar peserta didik, penerapan strategi efektif terhadap kemampuan pemahaman konsep peserta didik. Ditunjang dari jurnal diatas, maka penggunaan strategi pembelajaran TS-TS dapat meningkatkan komunikasi belajar siswa pada aspek menjelaskan konsep.

(13)

memberikan motivasi dalam pembelajaran, sehingga siswa antusias menjelaskan konsep matematika.

Pada konsidi awal sebelum tindakan, siswa yang antusias menggambar sebanyak 5 siswa (16, 67 %). Menurut Wahyudin (2010) kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan seseorang untuk: (1) menulis pernyataan matematis; (2) menulis alasan atau penjelasan dari setiap argumen matematis yang digunakannya untuk menyelesaikan masalah matematika; (3) menggunakan istilah, tabel, diagram, notasi atau rumus matematis dengan tepat; (4) memeriksa atau mengevaluasi pikiran matematis orang lain. Dalam penelitian ini kemampuan komunikasi penting ketika diskusi antar siswa dilakukan, dimana diharapkan siswa mampu menjelaskan, menggambarkan dengan notasi-notasi matematika.

Berdasarkan siklus I, antusias menggambar siswa mengalami peningkatan, walaupun peningkatan tersebut belum memuaskan. Siswa yang antusias menggambar sebanyak sebanyak 11 siswa (36,67 %). Lipeikiene (2009) menyatakan bahwa konsep komunikasi matematika digunakan dalam berbagai aspek dan tingkatan. Kurikulum merupakan aspek utama dalam komunikasi matematika yang mengintegrasikan seluruh mata pelajaran yang menjamin pendidikan lebih inovatif. Dalam penelitian ini, komunikasi dalam pembelajaran disertai strategi pembelajaran TS-TS akan memotivasi siswa untuk antusias dalam menggambar.

Pada tindakan kelas siklus II, siswa yang antusias menggambar sebanyak 19 siswa (56, 67 %). Peningkatan pada siswa mengidentifikasi bahwa strategi pembelajara TS-TS telah berhasil di terapkan pada siswa. Marisha (2013) dalam penelitiannya mengatakan bahwa adanya peningkatan komunikasi belajar matematika pada aspek menggambarkan ide ke dalam model matematika dengan strategi pembelajaran kontekstual mengalami peningkatan mulai dari sebelum tindakan hingga siklus II yaitu kondisi awal 6,1 %, siklus I 36,2%, siklus II 79,6 %. Dalam penelitian ini adanya peningkatan yang terjadi mulai sebelum tindakan hingga siklus II, sama seperti yang disampaikan oleh Marisya walaupun strategi yang dilakukan berbeda.

(14)

siswa yang pandai. Perbaikan pada siklus I yang diterapkan pada siklus II membawa dampak yang positif bagi siswa.

Antusias menulis siswa pada tahap ini, siswa diharapkan siswa antusias menulis dalam pembelajaran, siswa mau menyelesaikan persoalan yang diberikan oleh guru dengan menuliskan hasil diskusi maupun pemikirannya dalam lembar jawab yang telah disediakan. Pada siklus I, antusias menulis siswa peningkatannya belum sesuai harapan. Namun, seiring bertambahnya intensitas diskusi dan motivasi dari guru, pada siklus II prosentase siswa yang antusias menulis semakin meningkat.

Antusias menjelaskan konsep dalam strategi TS-TS, siswa diberikan oleh guru permasalahan yang akan didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi tersebut siswa yang tergolong pandai menjelaskan ke siswa lainnya. Sebelum tindakan banyak siswa pandai yang tidak mau menjelaskan ke siswa lain, sifat egoisme antar siswa masih tergolong tinggi. Dalam siklus I, antusias menjelaskan konsep belum sesuai harapan, peningkatannya masih rendah. Namun, seiring bertambahnya intensitas berdiskusi dan motivasi dari guru, pada siklus II antusias menjelakan konsep mengalami peningkatan yang lebih tinggi.

Antusias menggambar siswa pada siklus I, antusias menggambar siswa dalam pembelajaran kurang sesuai harapan. Dalam aspek menggambar, siswa jarang merunut jawaban yang diberikan dengan lengkap dan urut, siswa hanya menjawab dengan jawaban akhirnya saja. Hal tersebut dapat diatasi dengan diskusi dan motivasi dari guru. Sehingga pada siklus II antusias menggambar siswa meningkat sesuai dengan harapan.

Berdasarkan penelitian tersebut, mendukung hipotesis bahwa dengan menggunakan strategi pembelajaran TS-TS dapat meningkatkan komunikasi belajar matematika siswa kelas VIID semester Gasal SMP Al-Islam Kartasura tahun ajaran 2013/2014.

Penutup

(15)

dicatat, 6) Hasil diskusi dan kegiatan berkunjung dikumpulkan dan satu kelompok diminta membacakan hasilnya, 7) Guru dan siswa bersama-sama menarik kesimpulan tentang pembelajaran pada pertemuan itu.

Setelah diterapkannya pembelajaran matematika menggunakan strategi pembelajaran TS-TS, maka guru banyak mengalami perubahan dalam proses pembelajaran matematika, misalnya guru sudah melibatkan siswa untuk lebih komunikatif dalam pembelajaran. Komunikasi belajar matematika malului strategi TS-TS mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari meningkatnya indikator-indikator komunikasi matematika siswa yang antusias berbicara menjadi 22 siswa (73, 34 %), siswa yang antusias menulis menjadi 25 siswa (83, 33 %), siswa yang antusias menjelaskan konsep menjadi 23 siswa (76,67 %), dan siswa yang antusias menggambar menjadi 19 siswa ( 56, 67 %).

Kesimpulan memberikan implikasi bahwa penerapan strategi pembelajaran TS-TS dapat meningkatkan komunikasi belajar matematika siswa kelas VIID SMP Al-Islam Kartasura. Dapat dilihat dari meningkatnya indikator-indikator komunikasi meliputi antusias berbicara, antusias menulis, antusias menjelaskan konsep, dan antusias menggambar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran TS-TS merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan komunikasi belajar matematika siswa.

Tindak mengajar yang dilakukan oleh guru dan tindak belajar yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran matematika melalui strategi pembelajaran TS-TS dalam pembelajaran memberikan gambaran sejauh mana komunikasi belajar matematika siswa dapat ditingkatkan. Perhatian dan bimbingan dari guru dapat memicu komunikasi siswa sehingga siswa termotivasi dan senang dalam mempelajari matematika. Meningkatnya komuniaksi belajar siswa berdampak pada meningkatnya hasil belajar matematika siswa.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, hendaknya kepala sekolah dapat menerima setiap kritik dan saran dari guru untuk kebijakan pembelajaran. Pihak sekolah harus dapat menciptakan kondisi belajar yang nyaman dengan memperhatikan fasilitas dan sarana prasarana sekolah yang memadai untuk menunjang pembelajaran.

Guru hendaknya dapat menerapkan strategi pembelajaran yang lebih menarik untuk siswa agar proses pembelajaran lebih efektif dan memperoleh hasil yang baik. Menindaklanjuti dari hasil penelitian ini guru hendaknya dapat menerapkan strategi pembelajaran TS-TS dalam pembelajaran matematika guna meningkatkan kemampuan komunikasi belajar matematika siswa.

(16)

siswa yang takut untuk mengemukakan pendapat saat diskusi kelompok maupun persentasi di depan kelas. Dikarenakan faktor tersebut, penerapan strategi pembelajaran TS-TS menjadi kurang maksimal dan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, dalam implementasi strategi pembelajaran TS-TS diperlukan perbaikan agar tercipta suasana pembelajaran yang baik dan kondusif sehingga sekolah dapat menghasilkan lulusan yang handal dan bermutu.

Daftar Pustaka

Anggraini, R., & Seli, S. 2013. Peningkatan keterampilan berbicara menggunakan metode bercerita pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Semitau. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 2 No. 2.

Darwati, Sri. 2013. “Penerapan Metode Edutaiment Humanizing the Classroom Dalam Bentuk Moving Class Sebagai Upaya Peningkatan Prestasi Belajar”. Prosiding Seminar Nasional Manejemen Pendidikan Magister Manajemen Pendidikan.

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Djamarah, Syaiful, Bahari, dan Aswan Zaini. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Effandi. 2007. “Promoting Cooperative Learning in Science and Mathematics Education: A Malaysian Perspective”. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Vol. 3 No. 1, pp: 35 – 39.

Grenier, Michelle; Dyson, Ben; Yeaton, Pat. 2005. “Cooperative Learning that Includes Students with Disabilities”. Journal of Physical Education, Recreation & Dance, Vol. 76 No. 6, pp: 29 – 35.

Hamidin. 2010. Improving Students’ Comperhensive of Poems Using Two Stay Two Stray Strategy at the English Departmen of FKIP UNISMA. Thesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Kosko, Karl W dan Jesse L. M. Wilkins. 2010. “Mathematical Communication and Its Relation to the Frequency of Manipulative Use”. International Electronic Journal of Mathematics Education Vol. 5 No. 2.

Lipeikiene, Joana. 2009. Proceedings of the 9th International Conference on Technology in Mathematics Teaching. A Wide Concept of Mathematical Communication (pp.XXX).

Metz, France: ICTMT 9.

(17)

Nasional Manejemen Pendidikan Magister Manajemen Pendidikan. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Mayasari, Dian. 2012. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Komunikasi Matematis Tertulis Siswa Kelas XI IPA 5 SMAN 1 Purwosari Pasuruan”. Journal online Universitas Negeri Malang, Vol. 1 No. 2. Saraswati, In Diyah. 2012. “Penerapan Pembelajaran Two Stay-Two Stray Terhadap

Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Minat”. Unnes Journal of Mathematics Education, Vol. 1 No. 1.

Sutama. 2010. Penelitian Tindakan Teori dan Praktek dalam PTK, PTS, dan PTBK. Semarang: Surya Offset.

Thompson, Denisse R. & Chappell, Michaele F. 2007. “Communication and Representation as Elements in Mathematical Literacy, Reading & Writing Quarterly”. Overcoming Learning Difficulties, Vol. 23 No. 2, pp: 179 – 196.

Toumasis, Charalampos. 2004. “Cooperative study teams in mathematics classroom”. International Journal of Mathematical Education in Science and Technology, Vol. 35,

No. 5, pp. 669 – 679.

Wahyudin. 2010. “Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika melalui Strategi Perkuliahan Kolaboratif Berbasis Masalah”. Makalah KNM 2010. Jurusan Pendidikan Matematika, FPMIPA Universitas

Pendidikan Indonesia.

Gambar

Grafik Peningkatan Komunikasi Belajar Matematika Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Ajaran Spektakuler Bung Karno Dan Pak Harto yang ditulis oleh Suwelo Hadiwijoyo. Buku selanjutnya Anak Tani Jadi Presiden Keteguhan dan Ketangguhan Sosok Soeharto yang

Analisis Pengaruh Komunikasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja dan Komitmen Karyawan Perusahaan Tembakau DiKapupaten Jember. Sudarsih

Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk meneliti bagaimana keefektifan penggunaan metode imaginative learning dibantu dengan media gambar pada pembelajaran kaiwa pada

Tujuan pe nelitian adalah mempelajari perilaku ekonomi rumahtangga petani kedelai di Indonesia dengan menggunakan model ekonomi rumahtangga, khususnya dampak kebijakan terhadap

This study elaborates the portraits of disillusion of marital life in Gustave Flaubert’s Madame Bovary novel, that are analyzed through psychoanalytic approach.. The objectives of

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi Gambaran Kalsium dan Fosfor Darah Sapi Perah FH ( Friesian Holstein ) pada Masa Pertumbuhan adalah karya Saya dengan arahan

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui: (1) Hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan motivasi mengajar pada guru Madrasah Tsanawiyah. (2) Peran dukungan

Pupuk anorganik dapat digantikan oleh pemberian kombinasi pupuk organik dengan dosis 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam, hal ini dilihat