BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa usia Taman Kanak-kanak adalah masa dimana perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung dengan sangat cepat. Salah satu perkembangan yang sedang berlangsung pada diri anak TK adalah perkembangan motorik baik kasar maupun halus. Perkembangan motorik ini erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di otak. Keterampilan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot. Oleh sebab itu, setiap gerakan yang dilakukan anak sesederhana apapun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang komplek dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak (Hurlock, 2006: 96).
Masa kanak-kanak disebut juga usia kreatif karena anak lebih menunjukkan kreatifitas selama masa kanak-kanak dibandingkan dengan masa-masa lain dalam kehidupannya (Hurlock, 2000: 109). Hal tersebut didukung dengan oleh pendapat Munandar (1999: 23) yang menyatakan bahwa masa kanak-kanak adalah masa bermain dengan potensi kreatifitas yang berbeda-beda (Munandar, 1999: 397).
Bermain merupakan dunia anak, karena bagi anak pra sekolah bermain tak ubahnya belajar. Kedua hal ini sulit dibedakan, karena anak belajar mengenal lingkungan melalui bermain. Bermain dapat dilakukan dengan atau tanpa alat permainan yang dapat membantu anak dalam membangun dunianya sendiri dan membangun imajinasi.
Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak didik. Pada prinsipnya bermain mengandung rasa senang, tanpa paksaan, dan lebih mementingkan proses dari pada hasil akhir. Perkembangan bermain hendaknya disesuaikan dengan umur dan kemampuan anak didik, yaitu berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar, belajar seraya bermain memberi kesempatan pada anak untuk memanipulasi, mengulang-gulang menemukan sendiri bereksplorasi, mempraktekkan dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya (Mulyadi, 2004: 21).
Emosi merupakan peran yang sangat penting dalam kehidupan, maka perlu diketahui bagaimana perkembangan dan pengaruh emosi terhadap penyesuaian pribadi sosial. Sulit mempelajari emosi melalui pengamatan terhadap ekspresi yang jelas tampak, seperti ekspresi wajah dan tindakan yang berkaitan dengan berbagai emosi. Karena anak suka menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial. Sebagai contoh mereka belajar bagaimana mengendalikan ekspresi perasaan takut, marah, cemburu dan bahkan kesedihan yang nyata. Apabila mereka mengetahui bahwa ekspresi emosi dapat menimbulkan penilaian sosial yang tidak menyenangkan terhadap mereka. Setiap macam emosi dapat mempengaruhi cara penyesuaian pribadi dan sosial yang dilakukan anak. Emosi dapat terlihat saat anak melakukan aktivitas bermain.
Melalui permainan anak mendapatkan bermacam-macam pengalaman yang menyenangkan sambil menggiatkan tugas belajar dan melaksanakan tugas-tugas perkembangannya. (Hurlock, 2006: 122).
Keberhasilan suatu pendidikan sering dikaitkan dengan kemampuan orang tua dan guru dalam hal memahami anak sebagai individu yang unik. Anak adalah tetap anak-anak bukan orang dewasa ukuran mini, mereka memiliki dunia sendiri, yang khas dan harus dilihat dengan kacamata anak-anak. Untuk itu dalam menghadapi mereka dibutuhkan kesabaran, pengertian serta toleransi yang mendalam.
Pendidikan Taman Kanak-kanak di Indonesia mempunyai tiga tujuan dasar (Mulyadi, 2004: 45), yaitu: (a) meletakkan dasar-dasar ke arah pengembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan, dan daya cipta yang diperlukan anak-anak untuk hidup dilingkungan masyarakat. (b) Memberikan bekal dasar kemampuan bagi perkembangan anak secara utuh yaitu membimbing anak agar seluruh aspek kepribadian anak dapat berkembang secara optimal. dan (c) memberikan bekal untuk mengembangkan diri sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup.
kemampuan afeksi sosial emosional anak masih rendah atau belum sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Gambaran permasalahan diatas menunjukkan bahwa pengembangan kemampuan afeksi sosial emosional melalui strategi saling tukar alat mainan pada anak kelompok A TK Aisyiyah Demangan perlu dikembangkan secara maksimal. Ini menjadi tugas seorang guru tidak hanya sekedar mengajar tetapi juga harus menanamkan konsep sebenarnya dari materi yang disampaikan.
Berdasarkan paparan tersebut diatas, maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Kemampuan Afeksi
Sosial Emosional Melalui Strategi Saling Tukar Alat Mainan Pada Anak Kelompok A-TK Aisyiyah Demangan Tahun Pelajaran 2013/2014”.
B. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah, perlu batasan masalah. Oleh karena itu peneliti membatasi penelitian pada “Pengembangan Kemampuan Afeksi Sosial Emosional Melalui Strategi Saling Tukar Alat Mainan Pada Anak Kelompok A-TK Aisyiyah Demangan Tahun Pelajaran 2013/2014”.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan rumusan masalah yaitu : “Apakah melalui strategi saling tukar alat mainan dapat
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Tujuan Umum
1) Untuk mengembangkan kemampuan afeksi sosial emosional pada anak kelompok A. TK Aisyiyah Demangan Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014.
2) Untuk mengetahui seberapa jauh mengembangkan kemampuan afeksi sosial emosional dengan strategi saling tukar alat mainan pada anak kelompok A. Tk Aisyiyah Demangan Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014.
b) Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan afeksi sosial emosional melalui strategi saling tukar alat mainan pada anak Kelompok A-TK Aisyiyah Demangan Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014.
E. Manfaat Penelitian
a. Manfaat bagi Guru
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan pengembangan afeksi sosial emosional dengan strategi saling tukar alat mainan pada anak kelompok A. TK Aisyiyah Demangan Tahun Pelajaran 2013/2014.
1) Dapat meningkatkan rasa afeksi anak pada lingkungannya.
2) Dapat meningkatkan rasa sosial anak pada teman-teman disekitarnya c. Manfaat bagi sekolah