• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL KELAS VII SMP NEGERI 2 BINJAI TAHUN AJARAN 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL KELAS VII SMP NEGERI 2 BINJAI TAHUN AJARAN 2014/2015."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPANPEMBELAJARANKOOPERATIFTIPESTUDENTTEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD)UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL KELASVIISMPNEGERI2 BINJAI T.A2014/2015

Oleh :

Inka Delyana Br.Sembiring NIM.4103311025

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

iii

PENERAPANPEMBELAJARANKOOPERATIFTIPESTUDENTTEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD)UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL KELASVIISMPNEGERI2 BINJAI T.A2014/2015

INKA DELYANA BR.SEMBIRING NIM.(4103311025) ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student teams achievement division (STAD) dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student teams achievement division pada materi aritmatika sosial di kelas VII-1 SMP Negeri 2 Binjai T.A 2014/2015.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing – masing dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-1 SMP Negeri 2 Binjai T.A 2014/2015 yang terdiri dari 36 orang siswa dan objek dalam penelitin ini adalah aktivitas belajar siswa pada materi aritmatika sosial dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student teams achievement division. Instrument penelitian yang digunakan adalah observasi dan tes.

Dari hasil analisis data diperoleh peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dengan banyak siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II adalah 31 siswa dari 36 siswa atau 86,11%, Peningkatan aktivitas belajar siswa sebesar 30,56% dari 52,77% di siklus I menjadi 83,33% di siklus II dimana pada siklus I, jumlah siswa yang aktivitas belajarnya dalam kategori aktif ada sebanyak 19 orang sedangkan pada siklus II, jumlah siswa yang aktivitas belajarnya dalam kategori aktif ada sebanyak 30 orang. Peningatan ketuntasan hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan, dapat dilihat dari adanya peningkatan persentase ketuntasan klasikal sebesar 14,67% dari 69,44% di siklus I menjadi 86,11% di siklus II dan peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 0,97 dari 6,44 di siklus I menjadi 7,41 di siklus II.

(3)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembaran Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Diagram xi

Daftar Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 12

1.3. Batasan Masalah 13

1.4. Rumusan Masalah 13

1.5. Tujuan Penelitian 14

1.6. Manfaat Penelitian 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 15

2.1. Kerangka Teoritis 15

2.1.1. Pengertian Belajar 15

2.1.2. Aktivitas Belajar 17

2.1.2.1 Pengertian Aktivitas 17

2.1.2.2 Prinsip-prinsip Aktivitas 18

2.1.2.3 Jenis-jenis Aktivitas dalam Belajar 19

2.1.3. Hasil Belajar 19

2.1.4. Tes Hasil Belajar 21

2.1.5 Model Pembelajaran 23

(4)

vii

2.1.5.2 Unsur-unsur Pembelajaran 25

2.1.5.3 Tujuan Pembelajaran 27

2.1.6 Pembelajaran Kooperatif tipe STAD 32

2.1.7 Materi Pembelajaran Aritmatika Sosial 37

2.2 Kerangka Koseptual 42

2.3 Hipotesis Tindakan 44

BAB III METODE PENELITIAN 45

3.1. Jenis Penelitian 45

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 45

3.2.1. Lokasi Penelitian 45

3.2.2. Waktu Penelitian 45

3.3. Subjek dan Objek Penenlitian 45

3.3.1. Subjek Penelitian 45

3.3.2. Objek Penelitian 45

3.4. Definisi Operasional 46

3.5. Prosedur Penelitian 46

3.6. Alat Pengumpulan data 53

3.6.1. Tes 53

3.6.2. Lembar Observasi 54

3.7. Teknik Analisis Data 57

3.7.1. Reduksi Data 57

3.7.2. Paparan Data 57

3.7.3. Interpretasi Hasil 58

3.8. Simpulan Data 62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELTIAN 63

4.1. Hasil Penelitian 63

4.1.1. Pelaksanaan Penelitian dan Hasil Penelitian Siklus I 63

4.1.2. Alternatif Pemecahan I 64

4.1.3. Pelaksanaan Tindakan I 65

(5)

viii

4.1.4.1. Hasil Observasi I 69

4.1.4.2. Hasil Tes Belajar I 70

4.1.4.3. Refleksi I 74

4.1.5. Pelaksanaan dan Hasil Belajar Penelitian Siklus II 75

4.1.6. Alternatif Pemecahan II 75

4.1.7. Pelaksanaan Penelitian II 76

4.1.8. Analisis Data II 81

4.1.8.1. Hasil Observasi II 81

4.1.8.2. Hasil Tes Belajar II 87

4.1.8.3. Refleksi II 90

4.2. Temuan penelitian 91

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 99

5.1. Kesimpulan 99

5.2. Saran 99

(6)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan-tindakan

(7)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 29

Tabel 2.2. Perhitungan Skor Perkembangan 35

Tabel 2.3. Tingkat Penghargaan Kelompok 35

Tabel 3.1. Pedoman Skala Penilaian Observasi Aktivitas Belajar

Siswa 55

Tabel 3.2. Kriteria hasil observasi pembelajaran 58

Tabel 3.3. Tingkat penguasaan siswa 59

Tabel 4.1. Deskripsi hasil tes awal yang diberikan kepada siswa 63 Tabel 4.2. Hasil observasi terhadap proses pembelajaran I 69 Tabel 4.3. Deskripsi hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa 70 Tabel 4.4. Deskripsi tes hasil belajar siswa I 71 Tabel 4.5. Paparan nilai tes hasil belajar I 72 Tabel 4.6. Hasil observasi terhadap proses pembelajaran II 81 Tabel 4.7. Deskripsi hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa 82

Tabel 4.8. Data Kesulitan siswa 82

Tabel 4.9. Deskripsi tes hasil belajar siswa II 87 Tabel 4.10. Paparan nilai tes hasil belajar II 88 Tabel 4.11. Peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II 93 Tabel 4.12. Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari

siklus I ke siklus II 94

(8)

xi

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Diagram 4.1 Peningkatan Aktivitas belajar Siswa dari

Siklus I ke Siklus II 93

Diagram 4.2 Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dari

(9)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I) 103 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I) 109 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Siklus II) 115 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (Siklus II 121

Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I 127

Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa II 130

Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa III 133

Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa IV 136

Lampiran 9. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa I 139 Lampiran 10. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa II 141 Lampiran 11. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa III 143 Lampiran 12. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa IV 145 Lampiran 13. Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal (pre test) 147

Lampiran 14. Tes Kemampuan Awal (pre test) 148

Lampiran 15. Alternatif Tes Kemampuan Awal (pre test) 149 Lampiran 16. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Awal 152 Lampiran 17. Lembar Validitasi Soal Tes Kemampuan Awal 156

Lampiran 18. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar I 162

Lampiran 19. Tes Hasil Belajar I 163

Lampiran 20. Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar I 164 Lampiran 21. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar I 167 Lampiran 22. Lembar Validitasi Soal Tes Hasil Belajar I 171

Lampiran 23. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar II 177

Lampiran 24. Tes Hasil Belajar II 178

Lampiran 25. Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar II 179 Lampiran 26. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar II 182 Lampiran 27. Lembar Validitasi Soal Tes Hasil Belajar II 186

Lampiran 28. Lembar Observasi Guru 192

Lampiran 29. Lembar Observasi Proses Pembelajaran 196 Lampiran 30. Hasil Observasi aktivitas belajar siswa siklus I 204 Lampiran 31. Persentase aktivitas siswa (PAS) Siklus I 208 Lampiran 32. Hasil Observasi aktivitas belajar siswa siklus II 210 Lampiran 33. Persentase aktivitas siswa (PAS) Siklus II 214 Lampiran 34. Pedoman pensekoran aktivitas belajar siswa 215

Lampiran 35. Data Hasil Tes Awal 216

Lampiran 36. Data Hasil Tes Belajar I 218

Lampiran 37. Data Hasil Tes Belajar II 220

Lampiran 38. Rekap peningatan hasil belajar siswa 221

Lampiran 39. Wawancara Guru 222

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 29

Tabel 2.2. Perhitungan Skor Perkembangan 35

Tabel 2.3. Tingkat Penghargaan Kelompok 35

Tabel 3.1. Pedoman Skala Penilaian Observasi Aktivitas Belajar

Siswa 55

Tabel 3.2. Kriteria hasil observasi pembelajaran 58

Tabel 3.3. Tingkat penguasaan siswa 59

Tabel 4.1. Deskripsi hasil tes awal yang diberikan kepada siswa 63 Tabel 4.2. Hasil observasi terhadap proses pembelajaran I 69 Tabel 4.3. Deskripsi hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa 70 Tabel 4.4. Deskripsi tes hasil belajar siswa I 71 Tabel 4.5. Paparan nilai tes hasil belajar I 72 Tabel 4.6. Hasil observasi terhadap proses pembelajaran II 81 Tabel 4.7. Deskripsi hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa 82

Tabel 4.8. Data Kesulitan siswa 82

Tabel 4.9. Deskripsi tes hasil belajar siswa II 87 Tabel 4.10. Paparan nilai tes hasil belajar II 88 Tabel 4.11. Peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II 93 Tabel 4.12. Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari

siklus I ke siklus II 94

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan-tindakan

(12)

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Diagram 4.1 Peningkatan Aktivitas belajar Siswa dari

Siklus I ke Siklus II 93

Diagram 4.2 Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dari

(13)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I) 103 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I) 109 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Siklus II) 115 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (Siklus II 121

Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I 127

Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa II 130

Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa III 133

Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa IV 136

Lampiran 9. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa I 139 Lampiran 10. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa II 141 Lampiran 11. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa III 143 Lampiran 12. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa IV 145 Lampiran 13. Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal (pre test) 147

Lampiran 14. Tes Kemampuan Awal (pre test) 148

Lampiran 15. Alternatif Tes Kemampuan Awal (pre test) 149 Lampiran 16. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Awal 152 Lampiran 17. Lembar Validitasi Soal Tes Kemampuan Awal 156

Lampiran 18. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar I 162

Lampiran 19. Tes Hasil Belajar I 163

Lampiran 20. Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar I 164 Lampiran 21. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar I 167 Lampiran 22. Lembar Validitasi Soal Tes Hasil Belajar I 171

Lampiran 23. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar II 177

Lampiran 24. Tes Hasil Belajar II 178

Lampiran 25. Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar II 179 Lampiran 26. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar II 182 Lampiran 27. Lembar Validitasi Soal Tes Hasil Belajar II 186

Lampiran 28. Lembar Observasi Guru 192

Lampiran 29. Lembar Observasi Proses Pembelajaran 196 Lampiran 30. Hasil Observasi aktivitas belajar siswa siklus I 204 Lampiran 31. Persentase aktivitas siswa (PAS) Siklus I 208 Lampiran 32. Hasil Observasi aktivitas belajar siswa siklus II 210 Lampiran 33. Persentase aktivitas siswa (PAS) Siklus II 214 Lampiran 34. Pedoman pensekoran aktivitas belajar siswa 215

Lampiran 35. Data Hasil Tes Awal 216

Lampiran 36. Data Hasil Tes Belajar I 218

Lampiran 37. Data Hasil Tes Belajar II 220

Lampiran 38. Rekap peningatan hasil belajar siswa 221

Lampiran 39. Wawancara Guru 222

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat sekarang, sangat berpengaruh terhadap segala dimensi kehidupan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan mampu bersaing. Sumber daya yang berkualitas hanya dapat dihasilkan melalui pendidikan yang berkualitas. Pendidikan merupakan suatu wadah untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan keahlian.

Menurut undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan,bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi perserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu,perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Trianto (2011 :1)

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia dalam jangka panjang. Pendidikan juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Perkembangan dunia

(15)

Pendidikan matematika sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan. Pendidikan matematika mempunyai peran yang sangat dominan dalam mencerdaskan siswa dengan jalan mengembangkan kemampuan berfikir kritis, analisis dan logis. Salah satu masalah yang di hadapi dunia pendidikan Indonesia adalah rendahnya kualitas pendidikan matematika,baik dari segi proses maupun hasil pembelajaran,sehingga menyebabkan rendahnya prestasi matematika siswa Indonesia. Hal ini di dukung oleh pernyataan Frederick (http://www.uai.ac.id.html)

Matematika adalah salah satu pelajaran yang sangat penting untuk di pelajari oleh siswa dalam dunia pendidikan. Matematika diberikan pada setiap jenjang pendidikan untuk menyiapkan siswa dalam menghadapi perkembangan dunia yang semakin maju dan berkembang pesat.

Menurut Cornellius (dalam Abdurrahman, 2012: 253) yang mengemukakan bahwa:

Ada lima alasan pentingnya belajar matematika yaitu karena matematika merupakan : (1) sarana berfikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari (3) sarana mengenal pola–pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas,dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Sementara Cockroft (dalam Abdurrahman, 2012:253) mengemukakan bahwa:

Matematika perlu diajarkann kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan ; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai ; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat,singkat,dan jelas ; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara ; (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis,ketelitian,dan kesadaran keruangan ; dan (6) memberikan kepuasaan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Disamping itu matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi dan meningkatkan daya pikir manusia. Dengan belajar matematika dapat meningkatkan kemampuan berfikir logis,ketelitian dan kesadaran keruangan. Karena dengan belajar matematika diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan berfikir,bernalar,mengkomunikasikan gagasan serta dapat mengembangkan aktivitas kreatif dan pemecahan masalah.

(16)

meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui model pembelajaran,cara berfikir dan mengekspresikan ide.

Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa adalah ketidaksukaan siswa terhadap pelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena adanya anggapan negatif dalam benak siswa mengenai pelajaran matematika. Siswa menganggap pelajaran matematika sebagai pelajaran yang menyulitkan,sehingga siswa merasa takut untuk menghadapinya. Seperti yang dikemukakan oleh Setyono (2005: 6) bahwa : “Matematika adalah ilmu yang mendasar, pada kenyataannya,bagi sebagaian besar siswa atau siapa pun yang pernah bersekolah, matematika merupakan sesuatu yang menakutkan dan sulitnya minta ampun”.

Adanya anggapan bahwa matematika itu sulit menjadi momok yang menakutkan bagi banyak peserta didik di sekolah juga dikemukakan Rofika dalam (http://pinggiralas.blogspot.com)yakni :

Pendidikan khususnya pelajaran matematika sering dianggap sebagai pelajaran yang paling sulit dipahami bagi anak-anak. Sampai sekarang pelajaran matematika di sekolah masih merupakan pelajaran yang menakutkan bagi banyak siswa,terasa sukar dan tidak menarik sehingga banyak siswa menjadi kurang termotivasi dalam mempelajari matematika.

Pendapat di atas selain menunjukan bahwa matematika sulit, juga semakin menegaskan bahwa ada siswa yang berkesulitan belajar matematika. Untuk itu diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut. Dalam hal ini pengajaran matematika materi perlu di desain sedemikian rupa,sehingga cocok untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan untuk dicapai. Ada beberapa faktor atau komponen yang harus dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Gulo (2008: 14) mengemukakan:

Sistem lingkungan ini terdiri atas beberapa komponen,termasuk guru yang saling berinteraksi dalam proses belajar yang terarah pada tujuan tertentu. Komponen-komponen tersebut ialah : (1) Tujuan pengajaran, (2) Guru, (3) Peserta Didik, (4) Materi Pelajaran, (5) Metode Pengajaran, (6) Media Pengajaran, (7) Faktor administrasi dan finansial.

Pembelajaran matematika di Indonesia pada umumnya masih berada pada pembelajaran matematika konvensional dimana pembelajaran masih berpusat kepada guru,aktivitas siswa kurang diperhatikan dalam proses pembelajaran ini. Hal ini juga dipaparkan Nur (dalam Shadiq, 2009:9) yang menyatakan bahwa :

(17)

mekanistik’. Di samping itu,kurikulumnya terlalu sarat dan kelasnya didominasi pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered).

Hal ini tidak dapat dipungkiri karena matematika yang sifatnya abstrak dianggap guru lebih mudah dipahami siswa jika diajarkan dengan strategi pembelajaran konvensional. Paradigma pembelajaran inilah yang selama ini sudah menjadi budaya didalam pendidikan matematika kita, tanpa kita sadari atau tidak strategi pembelajaran konvensional hanya menciptakan siswa yang dapat menghafal dan mencontoh saja ketika diberikan masalah yang berbeda dengan yang dijelaskan maka siswa sulit untuk menyelesaikannya. Belum lagi jika kita melihat dari segi aktivitasnya dimana siswa cenderung pasif dan hanya menerima begitu saja apa yang telah disampaikan oleh gurunya. Hal tersebut mengakibatkan respon siswa terhadap pelajaran matematika rendah karena mereka hanya dijadikan objek pembelajaran bukan subjek dalam pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hamalik (2010: 9):

Kegiatan mandiri dianggap tidak ada maknanya, karena guru adalah orang yang serba tahu dan menentukan segala hal yang dianggap penting bagi siswa. Sistem penuangan lebih mudah pelaksanaannya bagi guru dan tidak ada masalah atau kesulitan; guru cukup mempelajari materi dari buku,lalu disampaikan pada siswa. Di sisi lain,siswa hanya bertugas menerima dan menelan,mereka diam dan bersikap pasif atau tidak aktif.

Akibatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran bisa dikatakan rendah sehingga hasil belajar siswa pun ikut rendah dan tidak sesuai dengan harapan, dimana seharusnya matematika itu dapat mengembangkan pola pikir kritis, mengembangkan aktivitas yang menyebabkan intuisi,rasa ingin tahu,membuat prediksi,dan dugaan sementara serta mencoba-coba tidak lagi dapat kita lihat. Seperti yang dipaparkan oleh Sihombing (2012:89-90) mengemukakan bahwa: tujuan pembelajaran matematika adalah :

1) Melatih cara berfikir dalam bernalar atau menarik kesimpulan,misalnya melalui kegiatan penyelidikan,eksplorasi,eksperimen,menunjukan

kesamaan,perbedaan,konsistens dan inkosistens.

2) Mengembangkan aktivitas yang menyebabkan imajinasi,intuisi dan penemuan, mengembangkan pemikiran divergen orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan sementara serta mencoba-coba.

3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,catatan,grafik,peta,diagram dalam menjelaskan.

(18)

siswa setingkat SMP ternyata dinilai “buta matematika” (www.kompas.com). Hal mengenai rendahnya hasil belajar matematika menunjukkan rendahnya mutu pendidikan matematika yang juga dipertegas melalui data UNESCO (www.suaramerdeka.com).

Mutu pendidikan matematika di Indonesia berada pada peringat 34 dari 38 negara yang diamati. Data lain menyebutkan rendahnya prestasi matematika siswa di Indonesia juga dapat dilihat dari hasil survei Pusat statistik Internasional untuk Pendidikan (National Center for Education In statistics, 2003) terhadap 41 negara dalam pembelajaran matematika,dimana Indonesia mendapatkan peringkat ke 39 dibawah Thailand dan Uruguay.

Penggunaan model pembelajaran yang baik dan bervariasi juga perlu diperhatikan. Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi menyebabkan siswa merasakan situasi belajar yang membosankan dan kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini bisa berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Yuniarti (http: // one. Indoskripsi.com) bahwa:

Kebanyaan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berfikir siswa,atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran bermakna dan metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibatnya motivasi belajar siswa sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis. Ditambah lagi dengan penggunaan pendekatan pembelajaran yang cenderung membuat siswa pasif dalam PBM.

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Sukamti (dalam http://etd.eprints.ums.ac.id/3375/1/A410040151.pdf.peningkatan_aktivitas_belajar bahwa:

Proses pembelajaran yang berlangsung selama ini, pada umumnya menunjukan guru senantiasa mendominasi kegiatan dan segala inisiatif datang dari guru,sementara siswa dijadikan sebagai obyek untuk menerima apa-apa yang dianggap penting dan menghafal materi yang disampaikan oleh guru. Keadaan seperti ini,menunjukan guru yang lebih aktif sehingga aktivitas siswa terbatas pada mendengarkan,mencatat dan menjawab pertanyaan. Sehingga proses pembelajaran tidak mendorong siswa untuk berfikir dan beraktivitas,bahkan cenderung membosankan dan membuat siswa pasif dan menambah rasa takut.

(19)

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secasra interaktif,inspiratif,menyenangkan,menantang,memotivasi peserta didik untuk aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,kreatifitas,dan kemandirian sesuai dengan bakat,minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Oleh karena itu pendidikan perlu mendapatkan perhatian,penanganan,dan prioritas secara intensif dari pemerintah, masyarakat maupun pengelolah pendidikan. Model pembelajaran pada hakikatnya merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran serta mengembangkan dan meningkatkan aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa.

Namun pada kenyataannya aktivitas belajar siswa masih rendah dalam pelajaran matematika hal ini dikarenakan siswa tidak berperan aktif selama proses pembelajaran matematika karena ada beberapa guru menjadikan siswa sebagai objek yang menerima pelajaran matematika bukanlah sebagai subjek yang aktif selama proses pembelajaran

berlangsung. Hal ini sejalan dengan pemikiran Catur

Supatmono,(dalam http://pandisuryadiberbagaiilmu.Blogspot.com/2011/01/penerapan-pembelajaranaktif kreatif .html) mengatakan :

Faktor penyebab rendahnya aktivitas siswa terhadap pelajaran matematika adalah (1) Guru sebagai subjek aktif sedangkan murid sebagai objek pasif yang hanya mendengar materi yang disampaikan guru. (2) Guru memilih dan memaksakan pilihannya sedangkan murid menuruti,akibatnya murid tidak bisa berfikir kreatif karena murid tidak diberi kesempatan untuk memilih apa yang harus dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. (3) Guru menilai siswa dari hasil akhir,sistem penilaian disekolah cenderung hanya menilai hasil akhir pekerjaan siswa dan bukan menilai proses pekerjaan siswa. Akibarnya siswa yang sudah berusaha keras pun jika hasilnya salah, maka akan memperoleh nilai yang jelek.

Berdasarkan hasil observasi awal (tanggal 15 September 2014) yang dilaksanakan di SMP Negeri 2 Binjai. peneliti masih melihat bahwa pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat konvensional, yaitu guru dipandang sebagai sumber pengetahuan dan siswa hanya perlu menerima pengetahuan tersebut tanpa harus terlibat secara maksimal dalam proses di kelas. pembelajarannya masih menggunakan pola lama yaitu ceramah dan tanya jawab.

(20)

Hal ini terjadi karena sebetulnya siswa belum paham terhadap konsep yang diberikan guru walaupun pada proses pembelajaran tidak ada yang bertanya. Pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika yang lemah berakibat siswa tidak mampu menggunakan materi matematika yang sudah dipelajarinya untuk memecahkan persoalan matematika yang diberikan kepada mereka. Peneliti tidak menemukan siswa belajar secara berkelompok.

Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran adalah mendengarkan penjelasan guru, mencatat hal-hal yang dianggap penting. Siswa sungkan bertanya pada guru dan temannya walaupun sudah diberikan dorongan dan motivasi. Guru melatih siswa mengerjakan soal-soal rutin.(menggunakan rumus dan aturan-aturan yang ada dalam materi yang diajarkan). Guru kurang memperhatikan perkembangan belajar siswa, dan sering tidak mengaitkan pengetahuan yang dimiliki siswa di dalam kehidupan sehari-hari, guru juga sering tidak mengaitkan pelajaran yang sebelumnya dengan pelajaran yang sedang diajarkan, dan guru juga kurang berinteraksi dengan para siswanya saat pembelajaran.

Hal itu mengakibatkan konsentrasi dan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran tidak maksimal. Selain itu guru juga harus mempersiapkan segala sesuatunya sebelum mengajar, yaitu memilih model dan media yang baik dalam pembelajaran agar pembelajaran yang terjadi di kelas bukan hanya pembelajaran matematika yang konvensional. Dengan menggunakan media pembelajaran atau alat peraga, materi yang tadinya sulit dapat diterangkan secara lebih mudah dan jelas, sehingga siswa akan merasa lebih senang dalam belajar matematika.

Sejalan dengan itu dari observasi yang dilakukan oleh peneliti pada siswa, diperoleh minat yang sangat kurang dan perhatian pada pelajaran matematika yang rendah. Untuk mengetahui minat siswa terhadap pelajaran matematika, kegiatan belajar mengajar matematika di sekolah, dengan membagikan angket. Dari 36 orang siswa yang mengisi angket diperoleh data sebagai berikut: Pendapat siswa tentang mata pelajaran matematika yakni, 15 orang siswa kurang menggemari pelajaran matematika, 10 orang siswa menyatakan matematika merupakan pelajaran yang sulit dan kurang menyenangkan dan 5 orang siswa menyatakan biasa saja. Sedangkan pendapat siswa mengenai pelajaran matematika selama ini dilakukan dengan mencatat dan tidak memperhatikan guru saat mengajar terdapat 6 siswa.

(21)

karena siswa merasa tidak mendapatkan makna dari pelajaran matematika yang dipelajari sehingga akan berdampak pada hasil belajar yang diperoleh siswa.

peneliti juga mengambil data nilai semester genap kelas VII SMP Negeri 2 Binjai melalui guru bidang studi matematika, berdasarkan ujian harian dengan nilai rata-rata kelas pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 dari 36 siswa didapat bahwa rata-rata hasil belajar siswa masih di kategorikan rendah berdasarkan nilai semester genap terhadap 36 siswa, diperoleh nilai rata-rata 4,38. Sedangkan Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 7, serta nilai itu belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal secara klasikal yaitu sekitar 85% dari keseluruhan siswa. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII-1 masih sangat rendah dan kurang baik. Hal ini hampir terjadi pada setiap tahunnya.

Hasil wawancara dengan guru bidang studi Matematika yakni Ibu Rusmaidar berdasarkan pengalaman Ibu Rusmaidar di ketahui bahwa kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal aritmatika sosial adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran matematika masih didominasi oleh guru sehingga siswa hanya menerima tanpa memiliki pengalaman belajar.

2. Aktivitas belajar matematika siswa dalam proses belajar mengajar di dalam kelas masih rendah

3. Rendahnya hasil belajar matematika

4. Siswa belum dapat mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari- hari

5. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi

6. Materi aritmatika sosial merupakan salah satu materi pelajaran yang masih sulit dipahami oleh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Binjai

(22)

berbicara dengan teman sebangkunya atau mencatat yang mengakibatkan siswa cenderung menjadi pasif. Dengan kondisi kelas kurang kondusif, hanya siswa yang berada duduk didepan dapat mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung. Dari keseluruhan siswa dalam satu kelas hanya 6 orang yang mampu mengerjakan soal yang diberikan guru di papan tulis.

Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar dan aktivitas siswa rendah adalah model pembelajaran. Model pembelajaran sangat berpengaruh pada hasil belajar dan aktivitas siswa, jika seorang guru kurang tepat menggunakan model pembelajaran dalam belajar, maka akan berdampak pada siswa.

Salah satu alternatif tindakan yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD). Model pembelajaran Student Teams Achievement Division(STAD)ini disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap dan kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama dengan siswa yang berbeda latar belakangnya. Dalam pembelajaran kooperatif para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang heterogen (kemampuan, gender, karakter, dan ras) dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama belajar dalam kelompok, tugas kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu teman kelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

Dalam mengatasi masalah tersebut, guru harus mampu memilih model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan di kelas, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu model pembelajaran yang digunakan harus dapat meningkatkan keaktifan siswa yang mampu mempengaruhi pengetahuan atau wawasan siswa.

(23)

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Pembelajaran tipe ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran,penyampaikan materi, kegiatan kelompok kuis,dan penghargaan kelompok.

Penerapan model Student Teams Achievement Division(STAD) dalam pembelajaran matematika,khususnya pada pelajaran Aritmatika Sosial akan melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran yang berlangsung,dimana akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi yang diberikan akan lebih mudah paham terhadap materi tersebut dan kompetensi pembelajaran akan tercapai.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul :“Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Materi Aritmatika Sosial Kelas VII SMP Negeri 2 Binjai”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka identifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvesional, praktek pembelajaran yang terjadi di SMP Negeri 2 Binjai selama ini cenderung pada pembelajaran berpusat pada guru (teacher oriented).

2. Pembelajaran yang berlangsung kurang melibatkan aktivitas siswa di SMP Negeri 2 Binjai.

3. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam mata pelajaran matematika belum pernah diterapkan di kelas VII-1 SMP Negeri 2 Binjai.

(24)

1.3 Batasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya pada Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Aritmatika Sosial Kelas VII SMP Negeri 2 Binjai T/A 2014/2015.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu :

1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement division (STAD) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi aritmatika sosial di kelas VII-1 SMP Negeri 2 Binjai T.A 2014/2015 ?

2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi aritmatika sosial di kelas VII-1 SMP Negeri 2 Binjai T.A 2014/2015 ?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana strategi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student teams achievement division (STAD) dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi aritmatika sosial di kelas VII-1 SMP Negeri 2 Binjai T.A 2014/2015.

2. Untuk mengetahui apakah dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi aritmatika sosial di kelas VII-1 SMP Negeri 2 Binjai T.A 2014/2015.

1.6 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian yang diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut :

(25)

Sebagai bahan masukan bagi guru bidang studi matematika mengenai model pembelajaran kooperatif tipestudent teams achievement division (STAD).

2. bagi siswa

Sebagai usaha untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada pelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipestudent teams achievement division (STAD). 3. bagi peneliti

Sebagai bahan informasi sekaligus bahan pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon pengajar di masa yang akan datang.

4. bagi pihak sekolah

(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1) Peningkatan aktivitas belajar siswa yang ditunjukan dari pertambahan persentase siswa yang sekurang-kurangnya berada pada kategori aktif yaitu sebesar 30,56% dari 52,77%, pada siklus I menjadi 83,33% pada siklus II. Hal ini dapat dilihat pada siklus I jumlah siswa yang kurang aktif 6 orang dan siklus II jumlah siswa yang kurang aktif tidak ada, untuk siswa yang cukup aktif pada siklus I ada sebanyak 11 orang dan pada siklus II ada 6 orang, untuk siswa yang aktif pada siklus I ada 19 orang dan pada siklus II 28 orang, untuk siswa yang sangat aktif pada siklus I tidak ada dan pada siklus II ada 2 orang.

2) Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division ditunjukkan dari banyak siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II adalah 31 siswa dari 36 siswa atau 86,11%.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat diajukan dari penelitian ini adalah :

1. Kepada guru khususnya guru matematika, dalam pembelajaran matematika hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada materi aritmatika sosial atau materi lain agar pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan sehingga siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Bagi guru yang akan menggunakan model pembelajaranStudent Teams Achievement Division (STAD) harus lebih memperhatikan dan mempertimbangan kondisi siswa dalam pembelajaran dan harus memberikan latihan berkesinambungan agar siswa terbiasa menggunakan model pembelajaran STAD.

3. Hasil penelitian ini hendaknya dapat digunakan untuk refleksi bagi guru dan kepala sekolah.

(27)

1

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono., (2012), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S,. dan Suhardjono, S., 2009. Penelelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara: Jakarta.

Arikunto, S,. dan Suhardjono, S., 2011. Penelelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara: Jakarta.

Dimyati & Mudjiono., (2010),Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.

Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2010), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan, FMIPA Unimed.

Frederick, (2008), Rendah Prestasi Matematika

indonesia,http://www.uai.ac.id.html.

Hudojo, H., 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang:UM Press.

Isjoni,(2009),Pembelajaran Kooperatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Istarani., (2012),58 Model Pembelajaran Inovatif: Referensi Guru Dalam Menentukan Model Pembelajaran, Media Persada, Medan.

Jufri, wahab., (2013), Belajar dan Pembelajaran sains, Pusaka Reka Cipta, Bandung.

Nurhadi, (2004),Kurikulum 2004, Pertanyaan dan Jawaban, UM Press, Malang.

Permendiknas.2006.Nomor 22 dan 23 tentang Standar Isi.

Rofika,(2010),Kemampuan Pemecahan Masalah,http://pinggiralas.blogspot.com

Sanjaya, Wina., 2009, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Penerbit Kencana, Jakarta.

(28)

2

Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar. Penerbit Rineka Cipta : Jakarta.

Sudjana, N., 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.

Sukamti

http://etd.eprints.ums.ac.id/3375/1/A410040151.pdf.peningkatan_aktivitas_belajar

Trianto., 2007, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Kencana Prenada Media Grup : Jakarta.

Trianto, (2011),Mendesai Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana, Jakarta.

Wena, Made,(2010), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer,Bumi Aksara,Jakarta.

Yuniarti, (2008), http: // one. Indoskripsi.com

http://etd.eprints.ums.ac.id/3375/1/A410040151.pdf.peningkatan_aktivitas_belajar bahwa : )

(29)

ii

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan-tindakan
Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan-tindakan

Referensi

Dokumen terkait

Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai pengembangan digital library yang ditujukan untuk perpustakaan Smk Yasmida Ambarawa .Teknologi dan komunikasi tak

Sistem JPKM ini merupakan sistem asuransi bagi keluarga mampu sehingga kedepan diharapkan akan mengurangi beban Pemerintah daerah Kabupaten Polewali Mandar di bidang kesehatan

[r]

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan berpikir Matematika

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :

Data atau Variabel yang digunakan adalah perkiraan ( Estimasi ) pendapatan dari asset asset yang sudah ada pada Warnet MyNet untuk tahun 2008 ke depan yang beralamat di jalan Akses

Untuk menghitung daya dukung ultimate dan penurunan pondasi tiang pancang dari data Sondir dan SPT digunakan secara analitis dan menggunakan program Metode

Pengaruh Implementasi Electronic Procurement (E- Proc) Dalam Pengadaan Barang/ Jasa Terhadap Perwujudan Good Governance Di Balai Besar Wilayah Sungai