• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK NEGERI 3 PEMATANG SIANTAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK NEGERI 3 PEMATANG SIANTAR."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN

KEMAMPUAN PENALARAN SISWA TERHADAP HASIL

BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X

SMK NEGERI 3 PEMATANGSIANTAR

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh :

YUL AFNIZAR

NIM : 8116121038

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

YUL AFNIZAR , NIM.8116121038. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif

Dan Kemampuan Penalaran Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMK Negeri 3 Pematangsiantar . Tesis: Program Pascasarjana Universitas Negeri

Medan. 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1)perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tipe TGT, (2) perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah, dan (3) interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kemampuan penalaran terhadap hasil belajar matematika siswa.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK Negeri 3 Pematangsiantar Tahun Pelajaran 2013/2014.Sampel penelitian terdiri dari 38 orang siswa kelas X Tata Busana 2 untuk pembelajaran kooperatif tipe STAD dan 37 orang siswa kelas X Tata Kecantikan 1 untuk pembelajaran kooperatif tipe TGT.Teknik penarikan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling. Instrumenuntuk mengukur hasil belajar matematika siswa digunakantes bentuk pilihan berganda yang berjumlah 22 soal.Sedangkan pengelompokan kemampuan penalaran siswa menggunakan tes kemampuan penalaran dengan bentuk tes pilihan berganda yang berjumlah 28 soal. Metode penelitian menggunakan rancangan kuasi eksperimen dengan desain faktorial 2 x 2.Teknik analisis data menggunakan Anava dua jalur.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa: (1) hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ̅ lebih tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ̅ dengan Fhitung = 4.01 > Ftabel = 3.98, (2) hasilbelajar matematika siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi (X 15.84) lebih tinggi daripada hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah(X 13.50), dengan Fhitung = 20.02 > Ftabel = 3.98, (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kemampuan penalaran, dengan Fhitung = 4.78 > Ftabel = 3.98.

Dari hasil analisis data disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tepat digunakan untuk siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tepat digunakan untuk siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah.

(6)

i ABSTRACT

YUL AFNIZAR, NIM.8116121038. The Effect of Cooperative Learning Model

and Reasoning on The Mathematic Outcomes at X Grade SMK N 3 Pematangsiantar, Graduate Thesis, State University Of Medan, 2014.

This study aims to determine : (1) the difference in the results among students who study mathematics using STAD and TGT cooperative learning model (2) the difference in the learning outcomes of students who have hight reasoning and low reasoning (3) Interaction between the pplication of cooperative learning model and reasoning in influencing the students mathematics lesson learning outcomes.

This study is a quasi experimental research. The population in this study amounted to ten classes, while the sample of 75 students are taken from two classes.using random cluster sampling. Before the treatment was given, a test was given prior to distinguish the hight or low reasoning possessed by students. The test learning done with Lilifors test requirements normality and homogeneity of variance test with The Barlett test and Fisher Test.

The finding of the research shows that: (1) mathematic learning outcomes of student taught with STAD cooperative learning model (X = 15.39) is higher that those taught with TGT cooperative learning model (X = 14.33), with Fcount = 4.01>Ftable = 3.98, (2) mathematic learning outcomes of students whose have hight reasoning (X = 15.84) is higher than whose have low reasoning ( X = 13.50), with

Fcount = 22.02 >Ftable = 3.98, (3) there is interaction between cooperative learning model and reasoning , with Fcount = 4.78>Ftable = 3.98.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh tugas dalam pendidikan S2 dan penulisan tesis ini dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Kemampuan Penalaran Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMK Negeri 3 Pematangsiantar ”, sesuai dengan waktu yang direncanakan. Tesis ini disusun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Medan.

Dalam penulisan tesis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk semuanya itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dosen pembimbing I Bapak Prof. Dr. Mukhtar , M.Pd dan Dosen pembimbing II Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul ,M.Pd , selaku pembimbing saya, yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk melakukan telaah, koreksi, bimbingan dan arahan kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. H.Abdul Muin Sibuea, M.Pd. , Bapak Dr. Edi Syahputra ,M.Pd. , dan Bapak Dr. Hamonangan Tambunan, M.Pd. , selaku nara sumber yang telah banyak memberikan masukan dalam penulisan tesis ini. 3. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Pd., selaku Rektor Universitas Negeri

(8)

4. Bapak Drs. Safrudin, M.Si selaku Kepala SMK Negeri 3 Pematangsiantar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan di Pascasarjana Universitas Negeri Medan, dan seluruh Bapak/Ibu guru dan staff pegawai SMK Negeri 3 Pematangsiantar, atas semua bantuan yang telah diberikan.

5. Keluarga tercinta, Ayahanda Guswar dan Ibunda Sri Darmantina Harahap serta Abangda Jefrizal dan keluarga, Adinda Asrizal, yang selalu memberikan semangat, dan doa yang tulus ikhlas serta kasih sayang yang diberikan kepada penulis.

6. Rekan- rekan mahasiswa jurusan Teknologi Pendidikan Kelas B angkatan XXI yang saling membantu dan memotivasi dalam menyelesaikan perkuliahan, Saudari – saudariku yang tak bisa disebutkan namanya satu persatu yang tulus menjadi inspirasi dan motivasi bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, seiring dengan rasa harap atas kritik dan saran, penulis mengucapkan terima kasih atas saran maupun kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Medan, 26 Maret 2014 Penulis,

(9)

v

2.1.1 Hakikat Belajar dan Hasil Belajar Matematika ... 12

2.1.2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif ... 21

2.1.3. Hakikat Kemampuan Penalaran ... 35

2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan ... 38

3.4. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 50

3.5. Prosedur dan Pelaksanaan Perlakuan ... 51

3.6. Teknik Pengumpul Data ... 54

3.7. Teknik Analisis Data ... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Data ... 69

4.2. Pengujian Persyaratan Analisis ... 83

4.3. Pengujian Hipotesis ... 88

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 95

4.5. Keterbatasan Penelitian ... 102

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 105

5.2. Implikasi ... 106

5.3. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA……… 109

(10)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Hasil Ujian Formatif Matematika Materi

Barisan Dan Deret SMK Negeri 3 ... 5

Tabel 2.1. Langkah –Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 27

Tabel 2.2. Perhitungan Perkembangan Skor Individu ... 29

Tabel 2.3. Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok ... 30

Tabel 2.4. Predikat Skor Pada TGT ... 34

Tabel 3.1. Desain Penelitian ... 49

Tabel 3.2. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Matematika ... 55

Tabel 3.3. Klasifikasi Indeks Reliabilitas Soal ... 57

Tabel 3.4. Klasifikasi Tingkat Kesukaran soal ... 58

Tabel 3.5. Klasifikasi Indeks Daya Beda Soal ... 60

Tabel 3.6. Kisi – kisi Tes Kemampuan Penalaran ... 61

Tabel 4.1. Data Hasil Belajar Matematika Siswa ... 70

Tabel 4.2. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Model Kooperatif STAD ... 71

Tabel 4.3. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Model Kooperatif TGT ... 72

Tabel 4.3. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Memiliki Kemampuan Penalaran Tinggi ... 73

Tabel 4.4. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Memiliki Kemampuan Penalaran Rendah ... 74

Tabel 4.5. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Model Kooperatif STAD berdasarkan Kemampuan Penalaran Tinggi ... 75

Tabel 4.6. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Model Kooperatif STAD Berdasarkan Kemampuan Penalaran Rendah ... 77

(11)

vii

Tabel 4.8. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Model Kooperatif TGT

Berdasarkan Kemampuan Penalaran Rendah ... 80

Tabel 4.9. Rangkuman Hasil Analisis Uji Normalitas Hasil Belajar ... 83

Tabel 4.10. Hasil Uji Homogenitas Antar Variabel Penelitian ... 85

Tabel 4.11. Rangkuman Analisis Faktorial 2x2 ... 85

(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 34

Gambar 4.1. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 72

Gambar 4.2. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 73

Gambar 4.3. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Memiliki

Kemampuan Penalaran Tinggi ... 75

Gambar 4.4. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Yang

Memiliki Kemampuan Penalaran Rendah ... 76

Gambar 4.5. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berdasarkan

Kemampuan Penalaran Tinggi ... 78

Gambar 4.6. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berdasarkan

Kemampuan Penalaran Rendah ... 80

Gambar 4.7. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Model Pembelajarn Kooperatif Tipe TGT Berdasarkan

Kemampuan Penalaran Tinggi ... 81

Gambar 4.8. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Model Pembelajaran kooperatif Tipe TGT Berdasarkan

Kemampuan Penalaran Rendah ... 83

Gambar 4.9 Interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan

(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus Pembelajaran ... 112

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 116

Lampiran 3. Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika ... 179

Lampiran 4. Hasil Uji Coba Instrumen……….. ... 186

Lampiran 5. Instrumen Tes Kemampuan Penalaran ... 193

Lampiran 6. Hasil Uji Coba Instrumen ……… ... 204

Lampiran 7. Perhitungan Uji Coba Instrumen... 211

Lampiran 8. Perhitungan Statistik Dasar dan Distribusi Frekuensi ... 229

Lampiran 9. Perhitungan Normalitas Data ... 257

Lampiran 10. Perhitungan Uji Homogenitas Data……… 263

Lampiran 11. Pengujian Hipotesis ... 266

Lampiran 12. Perhitungan Uji Lanjut Dengan Uji Schefee... 270

Lampiran 13. Tabel Liliefors, Distribusi z dan Distribusi F………. 274

Lampiran 14. Pedoman Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif………. 278

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan

pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan

budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat

perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.

Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsayang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

Pengangguran di Indonesia masih menjadi masalah utama pembangunan.

Menurut data yang dirilis BPS, jumlah pengangguran terbuka lulusan SLTA di

Indonesia pada Agustus 2010 sebanyak 3.344.315 orang, DI/II/III/Akademi

sebanyak 443.222 orang, dan universitas sebanyak 710.128. Dibandingkan periode

yang sama pada tahun sebelumnya, pengangguran lulusan SLTA menurun 13.79%,

(15)

2

bahwa tingginya angka pengangguran disebabkan oleh sedikitnya lapangan

pekerjaan yang tersedia. Namun hal tersebut tidak sepenuhnya benar karena banyak

yang sependapat bahwa rendahnya kompetensi pencari kerja ikut menjadi faktor

tingginya angka penganggurantersebut.

Temuan tersebut tampaknya mengindikasi bahwa pembelajaran di sekolah

belum banyak menyentuh atau mengembangkan kemampuan adaptasi peserta

didik. Data ini juga memperoleh gambaran bahwa sebagian lulusan sekolah,

khususnya SMK (yang memang dicetak untuk menjadi tenaga siap pakai) tidak

bisa diserap di lapangan kerja, karena kompetensi yang mereka miliki belum sesuai

dengan tuntutan dunia kerja.

Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap

jenjang sekolah, memegang peranan yang cukup penting di dunia pendidikan.

Matematika telah banyak menyumbang dan memberikan kontribusi yang signifikan

untuk kemajuan peradaban manusia. Matematika adalah ilmu dasar, memegang

peranan yang cukup penting dalam banyak bidang ilmu terapan. Setelah sukses

diterapkan dalam bidang astronomi dan mekanika, matematika telah berkembang

menjadi alat analisis yang penting dalam bidang fisika dan juga engineering.

Dengan demikian matematika telah menjadi komponen esensial dalam kegiatan

hidup. Selain itu juga tujuan pembelajaran matematika sekolah (khususnya SMK)

adalah agar siswamemahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan

antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Selain itu juga diharapkan siswa

(16)

3

rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap

ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Seorang pakar pendidikan matematika, Soedjadi yang dikutip oleh Trianto

(2000:19) mengatakan pembelajaran matematika tidak hanya diarahkan agar siswa

dapat memecahkan soal dan menerapkan matematika tetapi juga dapat

menumbuhkankemampuan menerapkan dan menggunakan matematika dalam

bidang lain, berpikir analisis dan sintesis, membedakan yang benar dan salah

dengan alasan logis, kerja keras, konsentrasi dan mandiri, kemampuan

memecahkan masalah. Secara tidak langsung, kemampuan tersebut memberikan

kontribusi bagi pendidikan nilai anak seperti dapat membedakan mana yang salah

dan benar, kerja keras, mandiri dan sebagainya.

Kualitas pendidikan Indonesia oleh banyak kalangan dianggap masih

rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator. Salah satunya,pencapaian

prestasi belajar siswa Indonesia di bidang sains dan matematika, menurun. Siswa

Indonesia masih dominan dalam level rendah, atau lebih pada kemampuan

menghafal dalam pembelajaran sains dan matematika.Demikian hasil Trends in

Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia

tahun 2011. Penilaian yang dilakukan International Association for the Evaluation

of Educational Achievement Study Center Boston College tersebut, diikuti 600.000

siswa dari 63 negara.Untuk bidang Matematika, Indonesia berada di urutan ke-38

dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia ini turun 11

(17)

4

Menurut Soedjadi yang dikutip oleh Yuhasriati ( 2012 : 82) matematika

adalah suatu ilmu yang didasarkan atas akal (rasio) yang berhubungan benda-

benda dalam pikiran yang abstrak atau matematika memiliki objek kajian yang

abstrak. Salah satu faktor penyebab rendahnya prestasi belajar matematika siswa

adalah karena keabstrakan matematika sehingga sebagian besar siswa selalu

menganggap matematika adalah mata pelajaran yang sulit, sehingga perlu kerja

keras untuk memahaminya selain itu juga, pola pembelajaran masih bersifat

transmitif, pengajar mentransfer dan memberikan konsep – konsep secara langsung

pada peserta didik. Pembelajaran hanya sekedar penyampaian fakta, konsep,

prinsip dan keterampilan kepada siswa. Selanjutnya, Soedjadi yang dikutip oleh

Trianto (2009:18) mengatakan bahwa kurikulum sekolah di Indonesia terutama

pada mata pelajaran eksak (matematika, fisika, kimia) dan dalam pengajarannya

selama ini terpatri kebiasaan dengan urutan sajian pembelajaran sebagai berikut :

(1) diajarkan teori/teorema/defenisi ;(2) diberikan contoh – contoh ; dan (3)

diberikan latihan soal – soal.

Salah satu faktor yang sangat strategis yang perlu dibenahi adalah factor

proses pembelajaran, sehingga siswa dapat belajar secara bermakna. Dalam hal ini

Degeng seperti yang dikutip oleh Yuhasriati (2012 : 81) mengemukakan bahwa,

dari semua variabel pembelajaran, variabel strategi pembelajaran yang berpeluang

besar untuk dapat dimanipulasi oleh setiap guru atau perancang pengajaran

(18)

5

Dari pengalaman penulis sebagai pengajar di SMK Negeri 3

Pematangsiantar dapat diambil keterangan bahwa kegiatan pembelajaran

matematika selama ini masih bersifat teacher oriented. Sekitar 75% kegiatan

pembelajaran masih terpusat pada guru.Pembelajaran yang dilaksanakan masih

menggunakan metode yang konvensional. Guru lebih banyak menjelaskan dan

memberikan informasi tentang konsep konsep yang akan dibahas. Karena itu

kemampuan dasar matematika yang dimiliki siswa masih rendah. Model

pembelajaran yang bersifat teacher oriented ini juga terjadi pada saat pembelajaran

pokok bahasan barisan dan deret. Pokok bahasan ini merupakan salah satu pokok

bahasan yang dianggap sulit. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata rata ujian formatif

materi barisan dan deret pada siswa tahun pelajaran 2010/2011, 2011/2012 dan

2012/2013 belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

ditetapkan untuk Matematika yaitu 68. Hasil belajar siswa seperti Tabel 1.1

Tabel 1.1 Hasil Belajar Ujian Formatif Matematika Materi Barisan dan deret SMK Negeri 3 TP 2010/2011, 2011/2012 dan 2012/2013.

No Tahun Pelajaran Nilai

Terendah Tertinggi Rata Rata

1 2010/2011 52,00 81,00 66,50

2 2011/2012 53,50 79,00 66,25

3 2012/2013 52,50 79,50 66,25

Untuk meningkatkan hasil belajar tersebut, maka seorang guru harus

mampu memilih dan menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi

pelajaran dan kebutuhan belajar siswa. Salah satu solusinya adalah dengan

(19)

6

suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan

kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama

untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa.

Edi Winarto melakukan penelitian pada tahun 2008 dengan judul Peningkatan

Motivasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD. Penelitian ini dilakukan di kelas VII MTs Negeri Jumapolo dengan tujuan

untuk mengetahui apakah proses pembelajaran matematika melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam

belajar matematika dengan sub pokok bahasan bentuk aljabar. Subjek penelitian ini

adalah siswa kelas VIIC MTs Negeri Jumapolo yang berjumlah 24 siswa. Data

dikumpulkan melalui metode observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi. Hasil

penelitian ini menyimpulkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar matematika yang meliputi : (a)

motivasi mengerjakan tugas mandiri kondisi awal sebanyak 10 siswa (41,70%) dan

kondisi akhir sebanyak 17 siswa (70,83%), (b) motivasi bertanya kondisi awal

sebanyak 3 siswa (12,50%) dan kondisi akhir sebanyak 11 siswa (45,83%), (c)

motivasi menjawab pertanyaan kondisi awal sebanyak 10 siswa (41,70%) dan kondisi

akhir sebanyak 13 siswa (54,17%), (d) motivasi mengerjakan soal didepan kelas

kondisi awal sebanyak 4 siswa (16,70%) dan kondisi akhir sebanyak 9 siswa (37,50%),

(e) motivasi mengerjakan soal-soal latihan kondisi awal sebanyak 18 siswa (75%) dan

kondisi akhir sebanyak 21 siswa (87,50%).

Selanjutnya, Atik Liulin Nuha melakukan penelitian dengan judul

Penerapan Model Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) dalam Materi

(20)

7

didik Kelas X A MAN Semarang 2 Semester Gasal Tahun Pelajaran 2009- 2010.

Obyek penelitian ini adalah di MAN Semarang 2. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan satu kelas untukmenerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT (Teams GamesTournament) yaitu kelas X A yang jumlahnya ada 45 peserta

didik yang terdiri dari 17 putra dan 28 putri. Pengumpulan data menggunakan

angket motivasi belajar dan soal kuis dan tes evaluasi. Data yang terkumpul

dianalisis deskriptif sederhana. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu

tahap prasiklus, siklus I dan siklus II. Pada tahap prasiklus, motivasi belajar peserta

didik mempunyai prosentase 47% dan rata-rata hasil belajar 59.23 dengan

ketuntasan klasikal 48,5%. Pada siklus I setelah dilaksanakan tindakan motivasi

belajar peserta didik meningkat menjadi 62.96% dan rata-rata hasil belajar 74.29

dengan ketuntasan klasikal 71.1%. Sedangkan pada siklus II motivasi belajar

peserta didik mengalami peningkatan yaitu dapat diprosentasekan menjadi 77, 77%

dan rata-rata hasil belajar peserta didik adalah 79.64 dengan ketuntasan klasikal

93.3%. Dari tiga tahap tersebut jelas bahwa ada peningkatan setelah diterapkan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dengan

sebelumnya.

Menurut Slavin (2007:5), pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa

berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran

ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai falsafah

konstruktivisme. Dengan demikian pendidikan hendaknya mampu

mengkondisikan, memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan

(21)

8

(kreativitas), sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses

pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif yang dapat dikembangkan dalam

pembelajaran matematika ada beberapa tipe diantaranya adalah model

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan

model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

Mengacu pada defenisi yang dikemukakan oleh Slavin (2007:4) bahwa

model pembelajaran kooperatif tipe STAD menempatkan siswa dalam kelompok

belajar beranggotakan empat atau lima orang yang merupakan campuran menurut

tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian

siswa bekerja di dalam kelompok mereka untuk memastikan bahwa seluruh

anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran tersebut.Pada akhirnya siswa

diberikan tes yang mana pada saat tes ini mereka tidak dapat saling membantu.

Poin setiap anggota tim ini selanjutnya dijumlahkan untuk mendapat skor

kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, materi pembelajaran

dirancang untuk pembelajaran kelompok. Dengan menggunakan LKS atau

perangkat pembelajaran yang lain, siswa bekerja secara bersama-sama untuk

menyelesaikan materi. Siswa saling membantu satu sama lain untuk memahami

materi pelajaran, sehingga setiap anggota kelompok dapat memahami materi

pelajaran secara tuntas.

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah pembelajaran yang

menempatkan siswa dalam kelompok kelompok belajar yang heterogen dengan

penyajian materi oleh guru atau diskusi materi oleh guru dan siswa dan diakhiri

(22)

9

sebagai wakil dari timnya melawan anggota tim yang lain yang setara

kemampuannya. Model pembelajaran TGT merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus

ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan

mengandung unsur permainan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Edi Winarto dan Atik, penulis

beranggapan bahwa model pembelajaran STAD dan TGT merupakan dua model

pembelajaran kooperatif yang dapat membangkitkan ketertarikan siswa terhadap

materi matematika dan membuat siswa lebih aktif, mendorong kerjasama antar

siswa dalam mempelajari suatu materi, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

Selain aspek model pembelajaran, ada beberapa hal lain yang

mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satu kemampuan yang erat kaitannya

dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan berpikir logis (penalaran). Menurut

Suriasumantri (2005 : 43), penalaran adalah kemampuan menemukan

suatukebenaran berdasarkan aturan, pola atau logika. .Kemampuan ini perlu

dikembangkan dalam pembelajaran matematika, karenadapat membantu siswa

untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematika.Materi matematika dan

penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Materi

matematika dipahami melalui penalaran, dan penalaran dipahami dan dilatihkan

melalui belajar matematika. Jadi pola pikir yang dikembangkan matematika

seperti yang dijelaskan di atas memang membutuhkan dan melibatkan

(23)

10

Berpikir, bernalar, dan berargumentasi sangat penting dan sangat

sering digunakan di dalam kehidupan nyata sehari-hari, di dalam mata

pelajaran matematika sendiri maupun mata pelajaran lainnya. Karenanya,

wajarlah jika para siswa harus mempelajari dan memiliki kompetensi yang

berkaitan dengan pengetahuan matematika, penalaran, pemecahan masalah,

komunikasi, dan sikap menghargai kegunaan matematika.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian tentang

pengaruh model pembelajaran kooperatif dan kemampuan penalaran terhadap hasil

belajar matematika siswa kelas X SMK Negeri 3 Pematangsiantar perlu dilakukan.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar matematika siswa kelas X SMK masih tergolong rendah

2. Model pembelajaran yang digunakan guru mata pelajaran matematika kurang

mendorong aktivitas siswa untuk mengikuti pelajaran.

3. Siswa menganggap matematika merupakan mata pelajaran yang sangat sulit

dimengerti dan juga membosankan.

4. Siswa mengalami banyak kesulitan untuk memahami dan menyelesaikan soal

barisan dan deret.

5. Kemampuan penalaran adalah kemampuan menemukan suatu kebenaran

(24)

11

1.3. Pembatasan Masalah

Melihat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi dan keterbatasan

waktu dan kemampuan yang dimiliki penulis dan agar penelitian ini terarah dan

dapat dilaksanakan maka penulis membatasi masalah sebagai berikut :

1. Model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

2. Hasil belajar matematika dibatasi hanya pada ranah kognitif materi barisan dan

deret.

3. Kemampuan penalaran digunakan saat pembelajaran matematika pada materi

barisan dan deret.

4. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas X semester genap SMKNegeri 3

Pematangsiantar Tahun Pelajaran 2013/2014

1.4. Perumusan Masalah

Sesuai pembatasan masalah, maka masalah dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Matematika siswa yang diajarkan

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tipe

TGT pada siswa kelas X SMK Negeri 3 Pematangsiantar?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang memiliki

kemampuan penalaran tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan penalaran

(25)

12

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan

kemampuan penalaran terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas X

SMK Negeri 3 Pematangsiantar?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar

dengan menggunakan model pembejaran kooperatif tipe STAD dengan tipe

TGT pada siswa kelas X SMK Negeri 3 Pematangsiantar

2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan

penalaran tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah pada

kelas X SMK Negeri 3 Pematangsiantar.

3. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan

kemampuan penalaran terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas X

SMK Negeri 3 Pematangsiantar.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis dan

praktis:

1. Manfaat secara teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan khazanah

(26)

13

menggunakan berbagai model pembelajaran khususnya tipe STAD dan

TGT.

b. Sebagai motivasi bagi guru untuk memanfaatkan kemampuan penalaran

siswa dalam pembelajaran.

c. Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut tentang variabel yang

sama dalam penelitian ini.

2. Manfaat secara praktis

a. Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih

model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar dan

kemampuan penalaran siswa.

b. Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan

(27)

105

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan sbelumnya

maka dalam peneletian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada hasil belajar

matematika siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT.

2. Hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi lebih

tinggi daripada hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemamapuan

penalaran rendah.

3. Terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran kooperatif dan

kemampuan penalaran dalam mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.

Siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi memperoleh hasil belajar

matematika lebih tinggi jika dibelajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD daripada menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT, sementara siswa yang memiliki kemampuan penalaran

rendah lebih tinggi hasil belajarnya jika dibelajarkan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT daripada menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

(28)

106

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan pertama dan temuan penelitian ini telah

membuktikan bahwa hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada hasil belajar matematika

siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, hal ini

dapat dijadikan pertimbangan bagi guru – guru mata pelajaran matematika untuk

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD khususnya dalam pelajaran

matematika tingkat SMK. Oleh karena itu temuan penelitian perlu dipertimbangkan

dan disosialisasikan kepala sekolah maupun para guru yang mengajar dalam mata

pelajaran matematika.

Hasil penelitian sangat beralasan sebab ciri khas dari pembelajaran STAD

adalah guru hanya mengarahkan seorang siswa dari setiap kelompoknya untuk setiap

kasus. Dalam mengarahkan siswa tersebut, guru tidak memberi kebebasan kepada

siswa siapa yang akan mewakili kelompoknya. Dengan adanya model ini, para siswa

yang memiliki kemampuan penalaran tinggi dapat melaksanakan pembelajaran sendiri

baik di sekolah maupun di rumah dan menemukan sendiri secara langsung informasi –

informasi melalui website yang sesuai dengan materi pembelajaran. Dengan demikian

akan terjadi penguatan pada struktur kognitif siswa dan proses pengembangan sikap

semakin berani dalam mencari informasi terbaru dalam penerapan matematika dalam

kehidupan sehari – hari dan meningkatkan hasil belajar.

Demikian juga dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

dapat dijadikan pertimbangan bagi guru untuk membelajarkan siswa yang memiliki

kemampuan penalaran rendah. Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu

(29)

107

seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor

sebaya dan mengandung unsure permainan dan reinforcement. Kemampuan penalaran

dengan permainan yag dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT

memungkinkan siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah dapat belajar

lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat

dan keterlibatan belajar. Siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah lebih

cenderung menunggu inforamsi dari seorang guru tanpa langsung beriisiatif untuk

menemukan informasi atau materi pelajaran, dengan demikian guru perlu melakukan

pendekatan kepada siswa agar dapat merubah perilakunya, sehingga perolehan hasil

belajarnya minimal sama dengan hasil belajar yang memiliki kemampuan penalaran

tinggi.

Hasil kesimpulan kedua menunjukkan bahwa siswa yang memiliki

kemampuan penalaran tinggi memperoleh hasil belajar matematika yang lebih tinggi

apabila dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD. Demikian juga hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan

penalaran rendah akan lebih tinggi apabila dibelajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan karakteristik

siswa maka kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna, sehingga pembelajaran akan

lebih efektif, efisien dan memiliki daya tarik. Namun perlu disadari bahwa tidak ada

satu model pembelajaran kooperatif yang paling sesuai untuk setiap karakteristik

siswa mapupun karakteristik pembelajaran. Tetapi hasil penelitian ini bisa menjadi

masukan bagi guru mata pelajaran matematika untuk memilih model pembelajaran

(30)

108

C. Saran

Berdasarkan hasil temuan yang telah diuraikan pada kesimpulan serta

impilkasi hasil penilitian, maka disarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Kepada guru dalam memberikan pelajaran sebaiknya menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD daripada menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT. Hal ini berdasarkan hasil dari penelitian yaitu penggunaan

pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan pengaruh terhadap hasil

belajar yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT.

2. Kepada guru agar memperhatikan kemampuan penalaran yang dimiliki siswa.

Dengan mengelompokkan siswa berdasarkan kelompok kemampuan penalaran

tinggi dan rendah, maka guru dapat membedakan dalam memberikan pelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk kelompok siswa yang memiliki

kemampuan penalaran tinggi dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

untuk siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah.

3. Untuk penelitian lebih lanjut pada penggunaan model pembelajaran kooperatif

disamping guru yang menjadi mitra peneliti, perlu untuk disosialisasikan

terlebih dahulu kepada siswa bagaimana prosedur penggunaan model

pembelajaran kooperatif sehingga penggunaan waktu bias seefisien mungkin

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. (2008) Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. Buku Dua. (Penterjemah: Helly Prayitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi, (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta

As’ari, A.R, (2000), Peningkatan Mutu Pendidikan Matematika, Makalah. Malang

: UM Malang.

Azhar, Arsyad, (2006), Media Pembelajaran, Jakarta : Raja Grafindo

Azwar, S, (1999), Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Benyamin, S Bloom, (1986), Taxonomy Of Education Objective, New York :

Longman.

Djamarah, Syaiful Bahri, (2002), Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka cipta

Fathurrahman, (2012), http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/14/model-model-pembelajaran/(online) tanggal akses 20 September 2013

Hamalik, Oemar, (2009), Proses Belajar Mengajar, Bandung : Bumi Aksara. Heriani, (2008), Korelasi Tingkat Kesulitan Belajar dengan Prestasi Belajar

Matematika di SMU, http://one.indoskripsi.cm/skripsi/pengaruh-kecerdasan-emosional-terhadap-hasil-belajar-matematika. (online) tanggal akses 20 September 2013

Ibrahim, dkk, (2000), Pembelajaran Kooperatif, Surabaya : University Press. Ichsan, Panggabean (2012), “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan

Aktivitas Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Budi Murni 2 Medan”, Tesis. Program Studi Teknologi Pendidikan. Sekolah Pascasarjana, Universitas Negeri Medan.

I, Ery, (2008), “Penerapan Model Kooperatif Tipe TGT Pada Materi Bilangan Bulat Di Kelas IV SD Al Ittidiyah Kecamatan Percut Sei Tuan”, Skripsi.

Program Studi Matematika, Universitas Negeri Medan.

(32)

Listiyani, Retno, (2010), “Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Kemampuan Numerik Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMAN I Banguntapan”, Skripsi : Program studi Pendidikan Matematika. Universitas Negeri Yogyakarta.

Marito, Yeni, (2010),“Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Goal Oriention Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMP Muhammadiyah 1

Medan”, Tesis, Program Studi Teknologi Pendidikan, Sekolah

Pascasarjana,Universitas Negeri Medan.

Mulyasa, E, (2009), Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya Nur, M, (2000), Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis

Dalam Pengajaran, Surabaya : PSMS Program Pascasarjana Unesa.

Pangestuti, (2012), ”Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Game Turnament) Terhadap Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Gender Siswa Kelas IV SD Negeri Krapyak Gugus Mendhut Kabupaten Wonogiri Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012”,Skripsi : Program Studi Sekolah Dasar . Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Riyanto, Yatim, (2009), Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Prenada Media Group.

Rusman, (2010), Model – Model Pembelajaran, Jakarta : PT.Raja Grafindo

Persada

Sagala, Syaiful , (2006), Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : Alfabeta. Sanjaya, Wina, (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Shadiq, Fajar ,(2008),Bagaimana Cara Mencapai Tujuan Pembelajaran

Matematika di SMK, Yogyakarta : PPPPTK Matematika

Siregar, Eveline dan Hara, (2010), Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia Slameto, (2003), Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta :

Rineka Cipta.

Slavin,E.Robert, (2007), Cooperative Learning : Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Indah

(33)

Sudjana, Nana, (1998), Penilaian Hasil Proses Belajar , Bandung : Remaja Rosdakarya

Suriasumantri, Jujun, (2005), Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Trianto, (2009), Model Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta : Prestasi Pustaka

Yuhasriati, (2012), Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika, Jurnal Peluang , Volume 1, Nomor 1, Oktober 2012, ISSN : 2302-5158

BPS, 2010. ( http://www.bps.go.id/ tab_sub/ view. php?

tabel=1&daftar=1&id_subyek= 06&notab=4,di akses tanggal 02 April

Gambar

Tabel 4.8.
Gambar 4.1. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Dibelajarkan
Tabel 1.1 Hasil Belajar Ujian Formatif Matematika Materi Barisan dan deret  SMK Negeri 3 TP 2010/2011,  2011/2012 dan 2012/2013
tabel=1&daftar=1&id_subyek= 06&notab=4,di akses tanggal 02 April

Referensi

Dokumen terkait

Namun pada analisis Character (karakter) perlu kehati-hatian dalam menilai kepribadian nasabah agar tidak terhindar resiko kredit Macet, pihak PT.BPRS Kotabumi

Siswa (anggota kelompok) dari beberapa kelompok dengan masalah/problem yang sama berkumpul dalam satu kelompok baru yang disebut sebagai kelompok ahli untuk

Sedangkan Waluyo (2016) melakukan penelitian dengan hasil pengamatan GPS dual frequency untuk mengetahui pergeseran yang terjadi pada titik kontrol pengamatan jembatan pada

Penyinaran cahaya matahari memiliki campuran % ketiga warna cahaya dasar R-G-B tersebut ke permukaan sel surya menghasilkan nilai level tegangan warna cahaya

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

ekstrak  kasar  metanol.  Fukosantin  terkonfirmasi  pada  panjang  gelombang  maksimum  (maks) 447  nm  pada  spektrum  UV.  Puncak  monoisotopik  ion 

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah seorang peserta didik yang belajar di bangku perkuliahan dengan mengambil jurusan yang

外国人に適用されない。英国と二国間の社会保障協定を結んでいる国家は、トルコ、モロ