• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR (BerAKHLAK)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR (BerAKHLAK)"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR (BerAKHLAK)

PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU BADUTA MENGENAI STUNTING DI RUANG PERAWATAN ANAK RSUD BAHTERAMAS

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Disusun Oleh :

Nama : Resky Maharani Simon, S.Gz

NDH : 05

NIP : 19911214 202012 2 012 Jabatan : Nutrisionis Ahli Pertama

Instansi : RSUD Bahteramas Prov. Sultra

PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN CXXXII BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

PROVINSI SULAWESI TENGGARA 2022

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan aktualisasi dengan judul “PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU BADUTA MENGENAI STUNTING MELALUI EDUKASI DI RUANG PERAWATAN ANAK RSUD BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA” dengan baik.

Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai bagian dari tugas dalam pelaksanaan Pelatihan dasar CPNS Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara Angkatan CXXXII Tahun 2022. Aktualisasi secara substansi dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas Aparatur Sipil Negara dengan sikap perilaku ASN dan nilai dasar ASN yang terdiri dari: Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif.

Penulis menyadari bahwa aktualisasi ini dapat terwujud karena bantuan dan dorongan dari banyak pihak. Penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. YUNI NURMALAWATI, M.Si selaku Kepala BPSDM Prov. Sultra beserta jajarannya selaku penyelenggara Latihan Dasar CPNS .

2. Bapak JOHANNES ROBERT ST., MT selaku penguji yang telah memberikan waktu dan masukan kepada penulis.

3. Bapak KAFARUDDIN, SE., MM selaku coach atas semua inspirasi, dorongan, masukan dan bimbingannya.

4. Ibu ERNAVIDIASTUTI, AMG, SKM selaku mentor atas semua arahan, motivasi, dukungan, masukan dan bimbingan selama perancangan hingga pelaksanaan aktualisasi.

5. Seluruh Widyaiswara yang telah membimbing dalam perkuliahan dan memberikan pengarahan terkait materi BerAkhlak untuk dapat diaktualisasikan di.

6. Seluruh Panitia, dan Binsuh yang telah membantu dan memfasilitasi kegiatan latsar.

7. Keluarga besar peserta Latsar Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara Angkatan CXXXII dan Tahun 2022

8. Seluruh keluarga besar saya, terutama ibunda dan alm. Rasna Simon yang selalu mendukung dan mendoakan sepenuh hati semenjak penulis berjuang hingga bisa berada dititik saat ini.

9. Roommate Muhfidah, Amd.Rad selaku sahabat , saudara yang dipertemukan dalam proses CPNS diadakan yang selalu menemani sepanjang waktu. Terima kasih selalu ada. ♥

(5)

v

Penulis sadar bahwa aktualisasi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya penulis berharap masukan yang membangun dari berbagai pihak sehingga membuat rancangan aktualisasi ini menjadi lebih baik, serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang membutuhkan.

Kendari, 21 Juni 2022 Penulis

(6)

vi DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PERSETUJUAN i

LEMBAR PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan Aktualisasi 3

1.3 Manfaat 4

1.4 Ruang Lingkup 4

BAB II. PROFIL INSTANSI DAN PROFIL PESERTA

2.1 Profil Instansi 5

2.2 Profil Peserta 14

2.3 Konsepsi NND dan Kedudukan ASN 17

BAB III RINGKASAN RANCANGAN AKTUALISASI

3.1 Identifikasi, Penetapan dan Analisis Isu 35 3.2 Gagasan Kreatif/Terpilih dan Kegiatan Sebagai Pemecah Isu 38

3.3 Tabel Rancangan Kegiatan 39

3.4 Matrik Rekapitulasi Rencana Habituasi Core Value ASN 51 (BerAkhlak)

3.5 Estimasi Biaya 51

3.6 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan 52

BAB IV CAPAIAN PELAKSANAAN AKTUALISASI

4.1 Realisasi Kegiatan 53

4.2 Capaian Aktualisasi 55

4.3 Matrik Rekapitulasi Realisasi Habituasi NND ASN (BerAkhlak) 74

4.4 Capaian Penyelesaian Core Isu 74

4.5 Manfaat Terselesaikannya Core Isu 75

4.6 Rencana Tindak Lanjut Hasil Aktualisasi 75

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 76

5.2 Saran/Rekomendasi 77

REFERENSI LAMPIRAN

(7)

vii DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Staf RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara 12

Tabel 2.2 Jumlah Staf Gizi di Instalasi Gizi 12

Tabel 2.3 Jumlah Pasien Bulan Februari-April 2022 13

Tabel 2.4 Jumlah Pasien Bulan Februari-April 2022 13

Tabel 3.1 Analisis Isu 35

Tabel 3.2 Rencana Kegiatan Aktualisasi 39

Tabel 3.3 Rekapitulasi Core Value ASN BerA KHLAK 51

Tabel 3.4 Estimasi Biaya Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi 51

Tabel 3.5 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi 52

Tabel 4.1 Realisasi Kegiatan 53

Tabel 4.2 Rekapitulasi Realiasasi Habituasi NND ASN (BerAKHLAK) 74

Tabel 4.3 Capaian Penyelesaian Core Isu 74

Tabel 4.4 Rencana Tindak Lanjut Hasil Aktualisasi 75

(8)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara 5 Gambar 2.2 Struktur Organisasi RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara 6

Gambar 3.1 Permasalahan Dari Isu Terpilih 38

(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Bukti Pengendalian Pembelajaran Aktualisasi oleh Mentor Lampiran 2. Bukti Pengendalian Pembelajaran Aktualisasi oleh Coach Lampiran 3. Bukti-Bukti Pendukung Kegiatan dan Dokumentasi

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-Undang No. 5 tahun 2014 tentang Aparatul Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja pada instansi pemerintah. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang diangkat oleh pejabat Pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas Negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundangan-undangan.

Dalam upaya mewujudkan PNS yang berintegritas, profesional dan berkualitas maka diselenggarakan Pelatihan Dasar (Latsar) seperti yang telah diatur dalam Peraturan Lembaga Administrasi Negara No. 12 Tahun 2018 tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil. Pelatihan Dasar ini bertujuan untuk membentuk nilai-nilai dasar profesi PNS agar dapat melaksanakan fungsi dan perannya sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat serta pemersatu bangsa serta dapat membentuk nilai- nilai dasar profesi PNS.

Nilai-nilai dasar tersebut adalah Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif yang diakronimkan menjadi BerAkhlak. Dalam penerapan BerAkhlak berpinsip pada agenda tiga atau kedudukan dan peran PNS dalam NKRI yaitu Manajemen ASN dan Smart ASN.

Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan sumber utama yang menentukan keberhasilan penyelenggaran pemerintahan dan pembangunan.Di Era Globalisasi sekarang ini masyarakat semakin kritis terhadap segala aspek, termasuk terhadap mutu pelayanan ASN, salah satunya dibidang kesehatan. Sejalan dengan peningkatan pengetahuan dan teknologi, kebutuhan dan tuntutan masyrakat terhadap mutu pelayanan kesehatan meningkat.

Peran ASN di bidang kesehatan adalah mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas prima di pusat-pusat pelayanan kesehatan yang ada seperti rumah sakit milik pemerintah dan pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS).

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif)

(11)

2

kepada masyarakat. Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Generasi penerus bangsa harus sehat,cerdas, kreatif dan produktif. Jika anak-anak terlahir sehat, tumbuh dengan baik dan didukung oleh pendidikan yang berkualitas maka mereka akan menjadi generasi yang menunjang kesuksesan pembangunan bangsa, sebaliknya jika anak-anak terlahir dan tumbuh dalam situasi kekurangan gizi kronis,mereka akan merjadi anak kerdil (stunting).

Stunting atau sering disebut kerdil atau pendek adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun.Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada di bawah minus dua standar deviasi panjang atau tinggi anak seumurnya. Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi pada 1.000 HPK di samping berisiko menghambat pertumbuhan fisik dan kerentanan anak terhadap penyakit,juga menghambat perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan. (Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting, 2018).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan penurunan prevalensi stunting Balita di tingkat nasional sebesar 6,4% selama periode 5 tahun, yaitu dari 37,2%

(2013) menjadi 30,8% (2018). Sedangkan untuk balita normal terjadi peningkatan dari 48,6% (2013) menjadi 57,8% (2018).Untuk di ketahui berdasarkan data kasus stunting di kota Kendari hingga tahun 2022 tercatat mencapai 227 kasus dan tersebar di 15 kelurahan sekaligus menjadi lokus penanganan stunting dan berdasarkan hasil studi status gizi indonesia (SSGI) tahun 2021 kasus stunting di kota Kendari di bawah angka nasional yakni 24 persen.

Status gizi anak balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Anak balita usia 1-5 tahun adalah masa yang sangat berharga di dalam proses pertumbuhan dan perkembangan manusia. Pada masa emas (Gold period) anak balita, perhatian terhadap status gizi harus menjadi prioritas karena kejadian kurang gizi akan berpengaruh pada kualitas tumbuh kembang anak (Marimbi, 2010).

(12)

3

Penyebab timbulnya gizi kurang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu asupan makanan dan penyakit infeksi. Faktor eksternal yaitu pendidikan orangtua, jenis pekerjaan, pendapatan orangtua, pengetahuan ibu ketersediaan pangan dan pola konsumsi pangan (Adriani, 2014).

Penyuluhan gizi kepada masyarakat adalah salah satu upaya pencegahan stunting dan diharapkan dapat menurunkan angka stunting. Penyuluhan gizi kepada masyarakat dapat diselenggarakan di dalam gedung seperti puskesmas, rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya dan di luar gedung seperti dilakukan di Posyandu dan pertemuan- pertemuan kelompok masyarakat. Penyuluhan mengenai stunting dapat dilakukan di rumah sakit dalam bentuk konseling gizi di ruang rawat inap dan ruang rawat jalan serta penyuluhan kelompok di ruang rawat jalan.

Selama menjadi CPNS Nutrisionis pada Ruangan Anak di RSUD Bahteramas Prov.

Sultra, penulis mengamati bahwa kebanyakan orang tua pasien diruangan rawat inap anak belum memahami betul pentingnya mengetahui status gizi anaknya terhadap masalah stunting. Hal ini sering kali diutarakan oleh mereka bahwa mereka jarang untuk mengukur tinggi badan anak mereka serta membawa anak mereka ke posyandu.

Sebagai Nutrisionis, penulis berkewajiban untuk mengimplementasikan nilai-nilai dasar profesi ASN. Nilai- nilai tersebut diimplementasikan dalam melakukan pelayanan sesuai dengan tugas pokok nutrisionis. Salah satu dari tugas pokok tersebut adalah memberikan edukasi.Untuk itu maka penulis tertarik untuk mengambil judul PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU BADUTA MENGENAI STUNTING DI RUANG PERAWATAN ANAK RSUD BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA.

1.2 Tujuan Aktualisasi a) Tujuan Umum

Teraktualisasinya nilai-nilai dasar ASN yaitu BerAkhlak (Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif) serta peran dan kedudukan ASN dalam NKRI dalam pelaksanaan tugas sebagai Nutrisionis di wilayah kerja RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

(13)

4 b) Tujuan Khusus

1) Meningkatkan pengetahuan ibu baduta mengenai stunting melalui edukasi gizi di ruang perawatan anak RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

2) Mengadakan media edukasi leaflet dan banner mengenai stunting di ruang perawatan anak RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

1.3 Manfaat

a) Manfaat Untuk Penulis

Penulis mampu mengimplementasikan nilai-nilai dasar ASN kepada diri sendiri maupun dalam unit kerja sesuai dengan kegiatan serta menguasai bidang dan tugasnya sehingga mampu melaksanakan tugas dan perannya secara profesional sebagai pelayan masyarakat.

b) Untuk Organisasi

Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara terutama pelayanan gizi RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

c) Manfaat Untuk Masyarakat

Terlaksananya kegiatan ini maka diharapkan dapat mencegah peningkatan kasus stunting dengan meningkatkan pengetahuan ibu melalui edukasi mengenai stunting.

1.4 Ruang Lingkup

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dimana tinggi badan anak tidak sesuai usianya.

Adapun ruang lingkup dari rancangan aktualisasi ini adalah ruang perawatan anak RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara dan dilakukan kepada ibu yang memiliki bayi berusia dibawah 2 tahun (baduta). Kegiatan aktualisasi berlangsung mulai tanggal 16 Mei 2022 sampai tanggal 18 Juni 2022.

(14)

5 BAB II

PROFIL INSTANSI DAN PESERTA 2.1 PROFIL INSTANSI

2.1.1 Kedudukan Organisasi a. Lokasi

Sejak tanggal 21 November 2012 RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara pindah lokasi dari di Jalan Dr.Ratulangi No. 151 Kelurahan Kemaraya Kecamatan Mandonga ke Jalan Kapt. Pierre Tendean No. 50 Baruga, dan bernama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Di lokasi yang baru ini mudah dijangkau dengan kendaraan umum, dengan batas wilayah sebagai berikut:

1) Sebelah Utara : Kantor Pengadilan Agama 2) Sebelah Timur : Kantor Polsek Baruga 3) Sebelah Selatan : Perumahan Penduduk

4) Sebelah Barat : Balai Laboratorium Provinsi Sulawesi Tenggara

Gambar 2.1. Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

b. Struktur Organisasi

Struktur organisasi RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara ditetapkan berdasarkan PP Nomor 41 Tahun 2007 yang dituangkan dalam Perda Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 5 Tahun 2008, Peraturan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor 65 Tahun 2008 dan Pola Tata Kelola RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

(15)

6

2.2 Struktur Organisasi RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

Pimpinan RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara disebut Direktur dan menduduki jabatan struktural eselon II.b. Direktur dibantu oleh 3 (tiga) orang Wakil Direktur yaitu: Wakil Direktur Pelayanan, Wakil Direktur Umum dan Keuangan, dan wakil Direktur Perencanaan dan Diklat, masing-masing menduduki jabatan struktural eselon III.a Wakil Direktur Pelayanan membawahi 3 (tiga) bidang, yakni Bidang Pelayanan Medis, Bidang Pelayanan Keperawatan, dan Bidang Penunjang Pelayanan. Wakil Direktur Umum dan Keuangan membawahi 3 (tiga) bagian, yakni Bagian Umum, Bagian Sumber Daya Manusia dan Bagian Keuangan.

Wakil Direktur Perencanaan dan Diklat membawahi 3 (tiga) Bidang, yakni Bidang Perencanaan dan Evaluasi, Bidang Informasi dan Rekam Medis, Bidang Diklat dan Litbang. Kepala Bidang dan Kepala Bagian menduduki jabatan struktural eselon III B. Kepala Seksi dan Kepala Sub Bagian menduduki jabatan struktural eselon IV.a.

Wakil Direktur Pelayanan Medis membawahi:

a) Kepala Bidang Pelayanan Medik, yang membawahi Seksi Pelayanan Fasilitas Medik, dan Seksi Pelayanan Mutu dan Pelayanan Medik.

b) Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan, yang membawahi Seksi Asuhan Keperawatan dan Seksi Manajemen Keperawatan

(16)

7

c) Kepala Bidang Penunjang Pelayanan, yang membawahi Seksi Pelayanan Fasilitas Penunjang Medis dan Seksi Pengendalian Mutu dan Medis.

Wakil Direktur Perencanaan dan Diklat membawahi:

a) Kepala Bidang Perencanaan dan Evaluasi, yang membawahi Seksi Penyusunan Program dan Anggaran dan Seksi Evaluasi Penyusunan Laporan

b) Kepala Bidang Informasi dan Rekam Medis, yang membawahi Seksi Sistim Informasi dan Pemsaran dan Seksi Rekam Medis

c) Kepala Bidang Diklat dan Litbang, yang membawahi Seksi Diklat dan Seksi Litbang & Perpustakaan.

Wakil Direktur Umum dan Keuangan, membawahi:

a) Bagian Umum, yang membawahi Sub Bagian Adminstrasi dan Ketatausahaan, SubBagian Perlengkapan dan Rumah Tangga dan Sub Bagian Humas dan Hukum.

b) Bagian Sumber Daya Manusia, yang membawahi Sub Bagian Administrasi Kepegawaian dan Penempatan, Sub Bagian Pengembangan SDM, dan Sub BagianMutasi dan Akreditasi, Bagian Keuangan, yang membawahi Sub Bagian Perbendaharaan, Sub Bagian Akuntansi dan Verifikasi, dan Sub Bagian Mobilisasi Dana.

Selain jabatan struktural juga terdapat kelompok fungsi yang terdiri dari Komite antara lain Komite Medik, Komite Keperawatan, Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Komite Keselamatan Pasien, Komite Mutu, Komite Etik dan Hukum. Kelompok Fungsional lainnya terdiri dari Staf Medis Fungsional (SMF), Instalasi, dan beberapa jabatan fungsional lain. Untuk kegiatan pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh Satuan Pengawas Intern (SPI) dan Dewan Pengawas. Untuk menunjang kegiatan pelayanan, terdapat 16 Instalasi penunjang dan Unit Tranfusi darah (UTD). Instalasi yang ada yaitu Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Perawatan Intensif (ICU), Instalasi Radiologi, Instalasi Patologi Klinik (Laboratorium), Instalasi Patologi Anatomi, Instalasi Farmasi, Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Rehabilitas Medik, Instalasi Gizi, Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS), Instalasi Sanitasi,

(17)

8

Instalasi Binatu, Instalasi Sterilisasi dan Desinfeksi, Instalasi Gas Medik, dan Instalasi Pemulasaran Jenazah.

c. Lingkungan Fisik

RSUD Bahteramas RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara berdiri di atas lahan seluas 17,5 Ha. Luas seluruh bangunan adalah 53,269 m2, Luas bangunan yang terealisasi sampai dengan akhir tahun 2016 adalah 35,410 m2.

Pengelompokkan ruangan berdasarkan fungsinya sehingga menjadi empat kelompok, yaitu kelompok kegiatan pelayanan rumah sakit, kelompok kegiatan penunjang medis, kelompok kegiatan penunjang non medis , dan kelompok kegiatan administrasi.

d. Sejarah dan Status Rumah Sakit

RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara dibangun secara bertahap pada tahun 1969/1970 dengan sebutan “Perluasan Rumah Sakit Kendari” adalah milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dengan klasifikasi type C berdasarkan SK Menkes No.51/Menkes/II/1979 tanggal 22 Februari 1979. Susunan Struktur Organisasi berdasarkan SK Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara No. 77 tahun 1983 tanggal 28 Maret 1983. Pada tanggal 21 Desember 1998, RSUD Bahteramas RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara meningkat klasifikasinya menjadi Type B (Non Pendidikan) sesuai dengan SK Menkes 1482/Menkes/SK/XII/1998, yang ditetapkan dengan Perda No. 3 tahun 1999 tanggal 8 Mei 1999. Kedudukan Rumah Sakit secara teknis berada dibawah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara,dan secara operasional berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur. Sesuai dengan kebutuhan pendidikan medik di Sulawesi Tenggara maka sejak tahun 2013 RSUD Bahteramas Prov. Sultra telah terakreditasi menjadi RS Type B Pendidikan. Pada tanggal 18 Januari 2005, RSU Provinsi Sulawesi Tenggara telah terakreditasi untuk 5 pelayanan yaitu Administrasi Manajemen, Pelayanan Medik, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan dan Rekam Medis sesuai dengan SK Dirjen Yanmed No. HK.00.06.3.5.139. Selanjutnya Akreditasi 12 Pelayanan sesuai dengan SK Dirjen Yanmed No.

HK.00.06.3.5.139.tanggal 31 Desember 2010, yang meliputi pelayanan Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medik, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Rekam Medis, Pelayanan Radiologi, Pelayanan Farmasi, Pelayanan Laboratorium, Pelayanan Peristi, Pelayanan Kamar Operasi,

(18)

9

Pelayanan Pencegahan Infeksi, Pelayanan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Sesuai dengan Undang-Undang Rumah Sakit No. 44 Tahun 2009 dan untuk meningkatkan mutu pelayanan, maka RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara telah menjadi Badan Layanan Umum Daerah yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor : 653 Tahun 2010 tanggal 15 Oktober 2010. Pada tanggal 21 November 2012 RSUD Provinsi Sulawesi Tenggara pindah lokasi dan berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara (RSUD Bahteramas Prov.Sultra), yang diresmikan penggunaannya oleh Menteri Koordinator Bidang Ekonomi dan Keuangan RI, Ir.

H. Hatta Rajasa dan Gubernur Sulawesi Tenggara, H.Nur Alam SE. Pada tahun 2013 telah terakreditasi menjadi Rumah Sakit Pendidikan (SK Mentri Kesehatan No. Tahun 2013).

2.1.2 Visi, Misi dan Nilai Organisasi a) Visi

“Rumah Sakit Rujukan Pilihan di Indonesia Timur Tahun 2023”

b) Misi

1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu yang mengutamakan keselamatan pasien.

2) Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan penelitian yang berkualitas dan berdaya saing.

3) Mengembangkan sarana dan prasarana rumah sakit berbasis teknologi terkini.

4) Meningkatkan kompetensi, profesionalisme dan kesejahteraan pegawai.

5) Mewujudkan suasana rumah sakit yang asri, nyaman, komunikatif dan informatif.

(19)

10 c) Nilai Organisasi

1) Empati Terhadap pasien

Memahami dan ikut merasakan masalah yang dihadapi pasien dengan harus bertekad bahwa: “Keselamatan, Kesembuhan dan Kepuasan pasien adalah kebahagian kami”.

2) Keterbukaan dan Trasparansi

Dengan keterbukaan diharapkan pemberian informasi secara terbuka serta membuka diri pula terhadap kritik. Kritik harus dilihat sebagai suatu partisipasi untuk perbaikan. Selain itu perlu adanya transparansi yaitu diketahuinya oleh banyak pihak (yang berkepentingan) mengenai perumusan kebijaksanaan yang sudah ditetapkan.

3) Akuntabilitas

Dengan akuntabilitas diharapkan kewajiban untuk memberikan pertanggung jawaban atau menjawab dan menerangkaan kinerja dan tindakan seorang/pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berwenang meminta pertanggung jawaban.

4) Azas Kekeluargaan

Bekerja dalam kebersamaan jauh lebih baik daripada bekerja sendiri- sendiri apalagi dalam bekerjasama berdasarkan persahabatan yang saling menghormati serta menghargai. Dengan azas kekeluargaan juga diharapkan agar dalam berinteraksi senantiasa berprilaku santun, rendah hati, serta memberikan kesejukan bagi orang lain.

5) Bermental Pemenang (Play To Win)

Seluruh karyawan Rumah Sakit harus bermental pemenang. Tidak ada hasil yang tidak dapat diperbaiki , oleh karena itu hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.

6) Berjiwa Enterpreneur

Semua unsur-unsur pimpinan RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi tengggara harus berjiwa enterpreneurs yaitu rela mengotori tangan, tahu memberikan pendelegasian, tapi sering turun langsung ke bawah.

(20)

11 2.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

Tugas pokok dan fungsi RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara, berdasarkan pada Perda No. 5 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah RSUD Provinsi Sulawesi Tenggara dan Pola Tata Kelola RSUD Provinsi Sulawesi Tenggara adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana tersebut diatas, RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai fungsi, yakni :

1) Menyelenggarakan pelayanan medik;

2) Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik;

3) Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan;

4) Menyelenggarakan pelayanan rujukan;

5) Menyelenggarakan pendidikan dan latihan;

6) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan;

7) Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan;

8) Menyelenggarakan upaya promotif dan preventif.

2.1.4 Program dan Kegiatan Utama Unit Kerja

Adapun ruang lingkup tugas program kerja Instalasi Gizi RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara adalah :

1) Pelayanan Gizi Rawat Jalan;

2) Pelayanan Gizi Rawat Inap;

3) Pelayanan Penyelenggaraan Makanan Pasien;

4) Penelitian dan Pengembangan Gizi.

(21)

12

2.1.5 Data-Data Sumber Daya Yang Dimiliki Unit Kerja dan Data-Data Terkait Isu Yang Diangkat

a) Data-data Sumber Daya Yang Dimiliki Unit Kerja

Adapun jumlah ketenagaan di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara, yaitu :

Tabel 2.1.

Staf RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

No. Unit Kerja Jumlah

(Orang) 1 Staf Medik Fungsional: Dokter spesialis + Dokter

Umum + Dokter Gigi 67

2 Keperawatan dan Kebidanan 457

3 Farmasi 57

4 Laboratorium 25

5 Radiologi 17

6 Gizi 65

7 Binatu 15

8 Pemulasaran Jenazah 7

9 Rehabilitasi Medik 10

10 CSSD 10

11 Rekam medic 47

12 IPSRS 19

13 Sanitasi 7

14 Gas Medik 4

15 PA 1

16 Manajemen 165

Sumber : Data SDM RSUD Bahtermas Prov. Sultra Tahun 2022

Adapun jumlah ketenagaan gizi di Instalasi Gizi RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu

Tabel 2.2 Jumlah Staf Gizi di Instalasi Gizi No. Jenis Profesi Tingkat

Pendidikan Jumlah

1. Tenaga Gizi SI 11

D4 4

D3 7

TOTAL 22

Sumber : Data SDM Instalasi Gizi RSUD Bahteramas Prov. Sultra Tahun 2022

(22)

13 b) Data-data Terkait Isu Yang Diangkat

Berikut merupakan data jumlah pasien anak yang dirawat diruang perawatan anak RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara 3 bulan terakhir sebelum aktualisasi dilaksanakan.

Tabel 2.3 Jumlah Pasien Bulan Februari-April 2022

No Bulan Jumlah Pasien

1 Januari 126

2 Februari 88

3 Maret 97

Total 311

Sumber : Buku statistik pasien di anak RSUD Bahteramas Prov.Sultra Tahun 2022

Berikut merupakan data jumlah pasien bayi baduta yang dirawat diruang perawatan anak RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara 3 bulan terakhir sebelum aktualisasi dilaksanakan.

Tabel 2.4 Jumlah Pasien Bulan Februari-April 2022

No Bulan Jumlah Pasien

1 Januari 25

2 Februari 19

3 Maret 23

Total 67

Sumber : Buku statistik pasien di anak RSUD Bahteramas Prov.Sultra Tahun 2022

(23)

14 2.2 PROFIL PESERTA

Nama : Resky Maharani Simon, S.Gz

NIP : 19911214 202012 2 012

Pendidikan : Strata 1 (S1) Ilmu Gizi Jabatan : Nutrisionis Ahli Pertama

Unit Kerja : RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tugas Pokok dan

Fungsi Jabatan

: Tugas pokok dan fungsi Nutrisionis Ahli Pertama menurut Permenpan RB Nomor 23 Tahun 2001, sebagai berikut

1) Menganalisis data gizi, makanan dan dietetik dan penunjangnya secara deskriptif dalam rangka menyusun rencana lima tahunan;

2) Menganalisis data gizi, makanan dan dietetik dan penunjangnya secara deskriptif dalam rangka menyusun rencana tahunan;

3) Menganalisis data gizi, makanan dan dietetik dan penunjangnya secara deskriptif dalam rangka memnyusun rencana triwulan;

4) Menganalisis data gizi, makanan dan dietetik dan penunjangnya secara deskriptif dalam rangka menyusun rencana bulanan;

5) Menganalisis data dalam rangka menyusun

juklak/juknis di bidang gizi, makanan dan dietetik;

6) Menganalisis data secara deskriptif dalam rangka menyusun pedoman gizi, makanan dan dietetik;

7) Menganalisis data secara standar umum dalam rangka menyusun standar gizi, makanan dan dietetik;

8) Menyusun rancangan standar gizi, makanan dan dlétetik pada penyakit tanpa komplikasi;

9) Menganalisis data dalam rangka menyusun kebutuhan gizi, makanan dan dietetik individu;

(24)

15

10) Menganalisis uji coba studi kelayakan rancangan juklak / juknis / pedoman / standar / kebutuhan gizi, makanan dan dietetik;

11) Melaksanakan studi kelayakan rancangan juklak / juknis / pedoman / standar / kebutuhan gizi, makanan dan dietetik;

12) Menyusun laporan pelaksanaan studi kelayakan rancangan juklak / juknis / pedoman / standar / kebutuhan gizi, makanan dan dietetik;

13) Menyusun proposal untuk menyusun instrumen pengamatan keadaan gizi, makanan dan dietetik;

14) Melakukan uji coba instrumen pengamatan keadaan gizi, makanan dan dietetik;

15) Menganalisis data pengamatan keadaan gizi, makanan dan dietetik secara deskriptif;

16) Mengumpulkan data tentang sumber daya untuk penanggulangan masalah di bidang gizi, makanan dan dietetik;

17) Mengumpulkan data gizi, makanan dan dietetik serta penunjangnya untuk melaksanakan koordinasi kegiatan gizi, pemantauan dan penilaian kegiatan gizi, pembinaan kegiatan perbaikan gizi, makanan dan dietetik pada kegiatan kelompok sasaran tertentu, pencatatan dan pelaporan;

18) Melakukan pelatihan bagi pengelola institusi pelayanan di bidang gizi, makanan dan dietetik;

19) Melakukan inventarisasi fisik bahan, materi, pangan, peralatan & sarana pelayanan gizi setiap triwulan;

20) Melakukan konsultasi diet khusus dengan satu komplikasi;

21) Melakukan konsultasi diet KEP berat tanpa komplikasi;

22) Melakukan penyuluhan gizi/diet kelompok;

(25)

16

23) Melakukan pemeriksaan pada penyediaan makanan biasa;

24) Melakukan pemeriksaan pada penyediaan makanan khusus;

25) Melakukan pengawasan harian mutu makanan dan PMT meliputi standar porsi, standar bumbu, standar resep, standar menu,keamanan dan citarasa;

26) Menyusun perencanaan diet sesuai penyakit dan preskripsi diet dengan 2 (dua) komplikasi;

27) Melakukan penilaian diet klien dalam tim kerja pada kunjungan keliling;

28) Mengolah data penelitian terapan dalam bidang gizi dan dietetik;

29) Melakukan rujukan gizi sesuai kasus pelayanan gizi, makanan dan dietetik terhadap penyakit tanpa komplikasi;

30) Melakukan rujukan tenaga dalam pelayanan gizi, makanan dan dietetik;

31) Memantau penggunaan dana kegiatan pelayanan gizi, makanan dan dietetik di RS atau institusi lain secara bulanan;

32) Memantau konsultasi diet khusus, standar khusus meliputi sasaran, macam dan jumlah diet;

33) Memantau penyuluhan gizi khusus, individu, kelompok meliputi sasaran, macam danjumlah diet;

34) Mengevaluasi hasil kegiatan pelayanan gizi terhadap pengukuran TB, BB, umur pada akhir kegiatan secara analitik

Pengalaman Kerja 1) Enumerator Riset Rapid Assessment Of Avoidable Blindness (RAAB) (2013)

2) Panitia The 3rd International Conference On The Medicinal Use Of Honeybee (ICMUH) (2013).

(26)

17

3) Enumerator Riset Studi Diet Total (SDT) Kementrian Kesehatan (2014).

4) Staf Instalasi Gizi RSUD Dr. Baharuddin (2014 – 2020).

5) Enumerator Riset Fasilitas Kesehatan Kementrian Kesehatan (2019).

6) Enumerator Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat dan Pemahaman Masyarakat Umum Terhadap Metrologi Legal (2020).

7) Staf Instalasi Gizi RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara (2020 – Hingga Sekarang)

2.3 Konsepsi Nilai-Nilai Dasar, dan Kedudukan ASN 2.3.1 Konsep BerAkhlak

Berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatur Sipil Negara, disebutkan bahwa dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa).

Pada tanggal 27 Juli 2021, Presiden Joko Widodo meluncurkan Core Values dan Employer Branding ASN tersebut, yang bertepatan dengan Hari Jadi Kementerian PANRB ke-62. Core Values ASN yang diluncurkan yaitu ASN BerAKHLAK yang merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core Values tersebut seharusnya dapat dipahami dan dimaknai sepenuhnya oleh seluruh ASN serta dapat diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-hari.

a. Berorientasi Pelayanan

Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif

(27)

18

yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Adapun penyelenggara pelayanan publik menurut UU Pelayanan Publik adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.

Dalam batasan pengertian tersebut, jelas bahwa Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu dari penyelenggara pelayanan. Untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, pegawai ASN diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Tugas pelayanan publik dilakukan dengan memberikan pelayanan atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif.

Asas penyelenggaraan pelayanan public seperti yang tercantum dalam pasal 4 UU Pelayanan Publik, yaitu :

1) Kepentingan umum;

2) Kepastian hukum;

3) Kesamaan hak;

4) Keseimbangan hak dan kewajiban;

5) Keprofesionalan;

6) Partisipatif;

7) Persamaan perlakuan /tidak disktiminatif;

8) Keterbukaan 9) Akuntabilitas;

10) Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;

11) Ketepatan waktu; dan

12) Kecepatan, kemudahan, dan keterangkauan.

Pelayanan publik yang baik juga didasarkan pada prinsip-prinsip yang digunakan untuk merespon berbagai kebutuhan dalam penyelnggaraan pelayanan public di lingkungan birokrasi. Berbagai literatur administrasi public menyebut bahwa prinsip pelayanan publik yang baik adalah :

1) Partisipatif

Pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.

(28)

19 2) Transparan

Pemerintah harus menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan pelayanan publik yang diselenggarakan , seperti persyaratan, prosedur biaya dan sejenisnya.

3) Responsif

Pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait denganbentuk dan jenis pelayanan public yang mereka butuhkan,akan tetapi juga trekait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, proedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.

4) Tidak diskriminatif

Pemerintah tidak boleh membedakan antara satu wargaa dengan warga negarayang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara, seperti status social, pandangan politik, agama, profesi, enis kelamin atau orientasi seksual, difabel dan sejenisnya.

5) Mudah dan Murah

Mudah dalam arti berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal dan mudah untuk dipenuhi. Murah dalam arti biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut terjangkau oleh seluruh warga negara.

6) Efektif dan Efisien

Penyelenggaraan pelayanan public harus mampu mewujudkan tujuan- tujuan yang hendak dicapainya dan cara mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah.

7) Aksesibel

Harus dapat dijangkau oleh warga Negara yang membutuhkan dalam arti fisik (dekat, terjangkau dengan kendaraan public, mudah dilihat, gampang ditemukan, dan lain-lain) dan dapat dijangkau dalam arti non fisik yang terkait dengan biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk mendpaatkan layanan tersebut.

(29)

20 8) Akuntabel

Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan menggunakan fasilitas dan sumber daya manusia yang dibiayai oleh warga Negara melalui pajak yang mereka mbayar. Oleh karena itu, semua bentuk penyelenggaraanpelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat.

9) Berkeadilan

Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah memiliki berbagai tujuan. Salah satu tujuan yang penting adalah melindungi warga Negara dari praktik buruk yang dilakukan oleh warga Negara yang lain.

Amanah seorang ASN menurut SE Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK.

Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:

1) Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;

2) Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;

3) Melakukan perbaikan tiada henti.

b. Akuntabel

Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan kepadanya. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Responsibilitas adalah kewajibab untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat. Dalam konteks ASN akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada public (Matsiliza dan zonke, 2017).

Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah:

1) Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik

2) Kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi;

(30)

21

3) Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis;

4) Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik;

5) Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan.

Aspek - Aspek Akuntabilitas terdiri atas:

1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)

Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. Pemberi kewenangan bertanggung jawab memberikan arahan yang memadai, bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results oriented)

Dalam konteks ini, setiap individu/kelompok/ institusi dituntut untuk bertanggung jawab dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang maksimal.

3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requires reporting)

Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan.

4) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without consequences)

Akuntabilitas adalah kewajiban. Kewajiban menunjukkan tanggung jawab, dan tanggung jawab menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi.

5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance) Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja PNS dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam pendekatan

(31)

22

akuntabilitas yang bersifat proaktif (proactive accountability), akuntabilitas dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal, penempatan sumber daya yang tepat, dan evaluasi kinerja.

Amanah seorang ASN menurut SE Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK.

Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:

1) Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi.

2) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien.

3) Menggunakan kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi.

c. Kompeten

Kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan (Pasal 1 Permenpan RB Nomor 38 Tahun 2017), dan kompetensi menjadi faktor penting untuk mewujudkan pegawai profesional dan kompetitif. Dalam hal ini ASN sebagai profesi memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan kompetensi dirinya, termasuk mewujudkannya dalam kinerja.

Adapun prinsip pengembangan kompetensi ASN, yaitu:

1) Upaya peningkatan kompetensi yang dilakukan organisasi maupun individu melalui proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai dengan kebutuhan organisasi dan pegawai.

2) Setiap ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi.

3) Diarahkan pada pengembangan kompetensi sesuai kebutuhan jabatan.

4) Pengembangan kompetensi sebagai salah satu dasar dalam pengangkatan jabatan dan pengembangan karir.

Menurut PP no 11 tahun 2017 pengembangan kompetensi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu pendidikan dan pelatihan. Pada proses pendidikan dapat dilakukan dengan pemberian tugas belajar yang bertujuan memenuhi standar kompetensi jabatan dan pengembangan karir. Sedangkan pelatihan dilakukan dengan dua metode, yaitu klasikal berupa pembelajaran tatap muka di dalam kelas

(32)

23

seperti pelatihan, seminar, kursus dan penataran. Metode kedua yaitu dengan non klasikal melalui e-learning bimbingan di tempat kerja, pelatihan jarak jauh, magang, dan pertukaran antara PNS sengan pegawai swasta paling lama 1 tahun dengan koordinasi LAN dan BKN.

Kompeten memiliki tiga aspek penting, yaitu:

1) Meningkatkan kompetensi diri: Merubah mindset, menembangkan mandiri secara heutagogik atau "net-centric", memanfaatkan sumber keahlian pakar/konsultan, dan melakukan jejaring formal/informal.

2) Membantu orang lain belajar: Aktif dalam pasar pengetahuan, memanfaatkan dokumen kerja, aktif mengakses dan mentransfer pengetahuan, dan sosialisasi informal.

3) Melaksanakan tugas terbaik: pengetahuan menjadi karya, makna hidup dan bekerja baik, serta tipikal individu semangat berkarya.

d. Harmonis

Dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat ASN dituntut dapat mengatasi permasalahan keberagaman, bahkan menjadi unsur perekat bangsa dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Itulah sebabnya mengapa peran dan upaya selalu mewujudkan situasi dan kondisi yang harmonis dalam lingkungan bekerja ASN dan kehidupan bermasyarakat sangat diperlukan.

Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis. Penegakkan etika ASN terjabarkan dalam undang-undang non 5 tahun 2014. Upaya mewujudkan keharmonisan dapat dilakukan dengan memahami tugas seorang ASN, yatu melaksanakan kebijakan public, memeberikan pelayanan publik yang berkualitas dan professional, dan mempererat persatuan dan kesatuan Negara kesatuan Republik Indonesia.

Dalam konteks Harmonis, perilaku tersebut adalah:

1) Menghargai setiap orang apapupun latar belakangnya;

2) Suka mendorong orang lain;

3) Membangun lingkungan kerja yang kondusif.

(33)

24 e. Loyal

Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang ASN ideal adalah sifat loyal atau setia kepada bangsa dan negara. Sifat dan sikap loyal terhadap bangsa dan negara dapat diwujudkan dengan sifat dan sikap loyal ASN kepada kepemerintahan yang sah sejauh pemerintahan tersebut bekerja sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku, karena ASN merupakan bagian atau komponen dari pemerintahan itu sendiri.

Amanah seorang ASN menurut SE Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Loyal, perilaku tersebut adalah:

1) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintahan yang sah;

2) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, instansi, dan negara;

3) Menjaga rahasia jabatan dan negara.

f. Adaptif

Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu maupun organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Terdapat alasan mengapa nilai-nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas- tugas jabatan di sektor publik, seperti di antaranya perubahan lingkungan strategis, kompetisi yang terjadi antar instansi pemerintahan, perubahan iklim, perkembangan teknologi dan lain sebagainya.

Adaptif sebagai nilai ASN dan budaya ASN, terdiri atas:

1) Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat mahir (personal mastery);

2) Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama atau gelombang yang sama terhadap suatu visi atau cita-cita yang akan dicapai bersama (shared vision);

3) Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang organisasi ingin wujudkan (mental model);

4) Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk mewujudkan visinya (team learning);

(34)

25

5) Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kacamata kuda, atau bermental silo (systems thinking).

Penerapan budaya adaptif harus meampu mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan, mendorong jiwa kewirausahaan, memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah, terkait dengan kinerja instansi, serta memperlihatkan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra, masyarakat, dan sebagainya. Adapun ciri-ciri individu adaptif, diantaranya:

eksperimen orang yang beradaptasi, melihat peluang di mana orang lain melihat kegagalan, memiliki sumberdaya, selau berpikir ke depan, tidak mudah mengeluh, tidak menyalahkan, tidak mencari popularitas, memiliki rasa ingin tahu, memperhatikan sistem, membuka pikiran,dan memahami apa yang sedang diperjuangkan.

Terdapat 3 komponen dalam pengembangan kapasitas pemerintah adaptif, yaitu pengembangan SDM adaptif, penguatan organisasi adaptif, dan pembaharuan institusional adaptif. Adapun pedoman prilaku, yaitu:

1) Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;

2) Terus berinovasi dan mengembangkan kreatifitas;

3) Bertindak proaktif.

g. Kolaboratif

Secara umum kolaborasi adalah hubungan antar organisasi yang saling berpartisipasi dan saling menyetujui untuk bersama mencapai tujuan, berbagi informasi, berbagi sumberdaya, berbagi manfaat, dan bertanggungjawab dalam pengambilan keputusan bersama untuk menyelesaikan berbagai masalah.

Kolaborasi menjadi hal sangat penting di tengah tantang global yang dihadapi saat ini. Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh ASN. Sekat- sekat birokrasi yang mengkungkung birokrasi pemerintah saat ini dapat dihilangkan. ASN muda diharapkan nantinya menjadi agen perubahan yang dapat mewujudkan harapan tersebut. Pendekatan WoG yang telah berhasil diterapkan di beberapa negara lainnya diharapkan dapat juga terwujud di Indonesia. Semua ASN Kementerian/Lembaga /Pemerintah Daerah kemudian akan bekerja dengan satu tujuan yaitu kemajuan bangsa dan negara Indonesia.

Menurut Ansel dan Gash (2007:544), terdapat 6 kriteria penting untuk kolaborasi, yaitu, forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga,

(35)

26

peserta dalam forum termasuk aktor nonstate, peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya '„dikonsultasikan‟ oleh agensi public, forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif, forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika konsensus tidak tercapai dalam praktik), dan fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.

Ada 3 tahapan dalam melakukan assessment terhadap tata kelola kolaborasi, yaitu:

1) Mengidentifikasi permasalahan dan peluang;

2) Merencanakan aksi kolaborasi; dan

3) Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.

Model Collaborative Governance Ansan dan Gash (2012), Menurutnya starting condition mempengaruhi proses kolaborasi yang terjadi, dimana proses tersebut terdiri dari membangun kepercayaan, face to face dialogue, commitment to process, pemahaman bersama, serta pengambangan outcome antara. Desain kelembagaan yang salah satunya proses transparansi serta faktor kepemimpinan juga mempengaruhi proses kolaborasi yang diharapkan menghasilkan outcome yang diharapkan. Panduan perilaku kolaboratif organisasi yang memiliki collaborative culture indikatornya sebagai berikut:

1) Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;

2) Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka;

3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan);

4) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas) Setiap kontribusi dan pendapat sangat dihargai;

5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;

6) Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong;

7) Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang diberikan.

(36)

27

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah, yaitu kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien efektif antara entitas public.Sedangkan faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah menurut Custumato (2021), yaitu ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi, dasar hukum kolaborasi juga tidak jelas. Adapun panduan perilakunya, yaitu:

1) Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;

2) Terbuka dalam bekerjasama untuk menghasilkan nilai tambah;

3) Menggerakan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama.

2.3.2 Konsepsi Kedudukan dan Peran ASN Dalam NKRI 1. Manajemen ASN

Pengelolaan atau manajemen ASN adalah kebijakan dan praktek dalam mengelola aspek manusia atau SDM dalam organisasi, baik untuk PNS maupun PPK. Manajemen ASN akan membuat seorang ASN mengerti apa saja kedudukan, peran, hak, kewajiban dan kode etik ASN (Lembaga Administrasi Negara, 2017)

1) Kedudukan ASN

Dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K). Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik.

2) Peran ASN

Untuk menjalankan kedudukan pegawai ASN, maka pegawai ASN berfungsi dan bertugas sebagai berikut:

a) Pelaksana Kebijakan Publik

Untuk itu ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat 18 luas dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, serta harus mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik.

(37)

28 b) Pelayan Publik

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan kepuasan pelanggan.

c) Perekat dan Pemersatu Bangsa

ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat persatuan dan kesatuan NKRI. ASN senantiasa setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah.ASN senantiasa menjunjung tinggi martabat ASN serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan.

3) Hak dan kewajiban ASN

Hak adalah salah satu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum, baik pribadi maupun umum. Dapat diartikan bahwa hak adalah sesuatu yang patut atau layak diterima. Agar melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik, dan dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak. Hak ASN dan PPPK yang diatur di Undang-undang No 5 tahun 2014 tentang ASN sebagai berikut :

a) Gaji, tunjangan dan fasilitas ; b) Cuti ;

c) Jaminan pensiun dan jaminan hari tua ; d) Perlindungan ;

e) Pengembangan kompetensi

Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70 UU No.

5 tahun 2014 tentang ASN disebutkan bahwa setiap pegawai ASN memiliki hak serta kesempatan untuk mengembangkan kompetensinya. Berdasarkan pasal 92 pemerintah juga wajib memberikan perlindungan berupa:

a) Jaminan kesehatan ;

b) Jaminan kecelakaan kerja ; c) Jaminan kematian ;

d) Bantuan hukum

(38)

29

Kewajiban ASN adalah suatu beban atau tanggunan yang bersifat kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah suatu yang sepatutnya diberikan. Pegawai ASN berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN wajib:

a) Setia dan taat kepada pancasila, dan UUD 1945, Negara KesatuanRepublik Indonesia, dan pemerintah yang sah ;

b) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa ;

c) Melaksanakan kebijakan yang dirumusan pejabat pemerintah yang berwewenang ;

d) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan ;

e) Melaksanakan tugas dengan penuh pengabdian, kejujuran,kesadaran dan penuh tanggung jawab ;

f) Menunjukan Integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik diluar maupun didalam kedinasan ;

g) Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan perundang- undang dan Bersedia ditempatkan diseluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4) Kode etik dan kode perilaku ASN

Dalam UU No.5 tahun 2014 tentang ASN disebutan bahwa ASN sebagai profesi berdasarkan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar pegawai ASN:

1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;

2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;

3) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;

4) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;

5) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan etika pemerintahan;

6) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;

(39)

30

7) Menggunakan kekayaan dan BMN secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien;

8) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan 20 tugasnya;

9) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;

10) Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau orang lain;

11) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN;

12) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin pegawai

5) Pelayan Publik

Pelayanan publik adalah pemberian layanan atau melayani keperluan orang atau masyarakat dan/atau organisasi lain yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu, sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang ditentukan dan ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada penerima pelayanan (Lembaga Administrasi Negara, 2017).

Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu:

a) Organisasi penyelenggara pelayanan publik;

b) Penerima layanan (pelanggan), yaitu orang, masyarakat atau organisasi yang berkepentingan;

c) Kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan (pelanggan).

Prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima adalah:

a) Partisipatif

Pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya;

b) Transparan

Pemerintah harus menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui segala hal terkait pelayanan publik yang diselenggarakan. Masyarakat juga harus

(40)

31

diberin akses untuk mempertanyakan dan menyampaikan pengaduan apabila merasa tidak puas terhadap pelayanan publik pemerintah.

c) Responsif

Pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warganegara. Birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan 21 masyarakat yang menduduki posisi sebagai agen Pelayanan Publik;

d) Tidak diskriminatif

Tidak ada perbedaan pemberian layanan kepada masyarakat atas dasar perbedaan identitas warga Negara;

e) Mudah dan Murah

Mudah artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal dan mudah untuk dipenuhi. Murah artinya biaya yang diperlukan dapat di jangkau oleh seluruh warga Negara;

f) Efektif dan Efisien

Efektif adalah mampu mewujudkan tujuan yang hendak dicapai (untuk melaksanakan mandat konstitusi dan mencapai tujuan strategis Negara dalam jangkapanjang). Efisien adalah cara mewujudkan tujuan dilakukan dengan prosedur sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah;

g) Aksesibel

Pelayanan publik yang harus dapat dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik (dekat, terjangkau dengan kendaraan publik, mudah ditemukan, dan lain – lain) dan dapat dijangkau dalam arti non – fisik yang terkait dengan biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi;

h) Akuntabel

Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka kepada masyarakat melalui media publik baik secara cetak maupun elektronik.

i) Berkeadilan

Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai alat pelindung kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika berhadapan dengan kelompok kuat.

(41)

32 b) Smart ASN

Membekali peserta dengan kemampuan kecakapan digital dasar pada perspekti fliterasi digital smart ASN. Literasi digital adalah lingkungan yang kaya akan informasi. Transformasi digital disektor pendidikan Indonesia muncul berbagai perbincangan, regulasi pendukung dan upaya konkret menerapkan transormasi digital dilingkungan perguruan tinggi dan semua tingkat sekolah di Indonesia. Terjadinya pandemi COVID-19 justru memberikan dampak yang sangat luar biasa dalam aspek ini .

Masyarakat yang modern saat ini hidupnya sangat dipengaruhi oleh internet.

Perubahan media komunikasi yang digunakan dalam masyarakat Indonesia tidak terlepas dengan perubahan tekhnologi komunikasi. ASN dituntut tidak Gaptek (GagapTeknologi) dan informasi yakni dapat mengoperasikan dan memanfaatkan aplikasi-aplikasi produk IT termasuk dapat dengan bijak memanfaatkan internet yang digunakan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi untuk meningkatlkan kinerja dalam rangka meningkatkan kualitas tugas dan fungsinya dalam pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat.

Adapun nilai-nilai dasar dalam smart ASN, yaitu:

1) Integritas

Integritas Pegawai ASN yang dimaksud adalah “konsistensi Pegawai ASN dalam berperilaku yang selaras dengan nilai, norma dan/atau etika organisasi, dan jujur dalam hubungan dengan atasan, rekan kerja, bawahan langsung, dan pemangku kepentingan, serta mampu mendorong terciptanya budaya etika tinggi dan bertanggung jawab

2) Nasionalisme

Nasionalisme adalah pemahaman mengenai nilai-nilai kebangsaan.

Nasionalisme memiliki pokok kekuatan dalam menilai kecintaan individu terhadap bangsanya. Salah satu cara untuk menumbuhkan semangat nasionalisme adalah dengan menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya oleh setiap penyelenggara negara, baik di pusat maupun di daerah. Seorang PNS dituntut untuk memiliki perilaku mencintai tanah air Indonesia (nasionalisme) dan mengedepankan kepentinga nnasional. Nasionalisme merupakan salah satu perwujudan dari fungsi PNS sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Dalam

(42)

33

menjalankan tugas, seorang ASN senantiasa harus mengutamakan dan mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa. Kepentingan kelompok, individu, golongan harus disingkirkan demi kepentingan yang lebih besar,yaitu kepentingan bangsa dan Negara di atas segalanya.

3) Profesionalisme

Pegawai Negeri Sipil adalah terpenuhinya kecocokan antara kemampuan aparatur dengan kebutuhan tugas merupakan syarat terbentuknya aparatur yang profesional. Artinya, keahlian dan kemampuan aparat merefleksikan arah dan tujuan yang dicapai oleh sebuah organisasi.

4) Berwawasan global

Merupakan suatu proses pendidikan yang dirancang untuk mempersiapkan anak didik dengan kemampuan dasar intelektual dan tanggung jawab guna memasuki kehidupan yang bersifat kompetitif dan dengan derajat saling menggantungkan antar bangsa yang sangat tinggi

5) Mengusai IT dan bahasa asing

ASN dituntut tidak Gaptek (Gagap Tekhnologi) dan informasi yakni dapat mengoprasikan dan memanfaatkan aplikasi – aplikasi produk IT (informasi Tekhnology) termasuk dapat dengan bijak memanfaatkan internet yang digunakan dalam meningkatkan kualitas tugas dan fungsinya dalam pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat. Seorang ASN selain menguasai Bahasa Indonesia dengan baik dan benar juga memiliki kemampuan menguasai bahasa Asing seperti bahasa Inggris, Mandarin dan lain sebagainya.

6) Berjiwa hospitality ( Keramahan )

Hospitality/keramahan adalah memiliki sifat baik hati dan menarik budi bahasanya ,manis tutur kata dan sikapnya dalam setiap menjalankan aktivitas pelaksanaan tugas dan pekerjaan khususnya dalam menampilkan pelayanan prima kepada masyarakat

7) ASN memiliki kemampuan Networking

Networking adalah membangun menjalin hubungan dengan orang lain atau organisasi yang berpengaruh positif pada kesuksesan professional maupun personal.

8) ASN memiliki jiwa Enterpeneurship

ASN dituntut memiliki kemampuan Enterpeneurship, yakni berjiwa

(43)

34

kewirausahaan yang ditandai dengan dimilikinya keberanian, kreativitas, inovatif, pantang menyerah, dan cerdas dalam menangkap dan menciptakan peluang serta bertanggung jawab. Enterpeneurship juga dapat diartikan berpikir tentang masa depan orang banyak. Kehidupan orang banyak ,kesejahteraan masyarakat dan bagaimana cara membantu mereka yang membutuhkan. Dan dengan dimilikinya kemampuan Enterpeneurship ini maka seorang ASN akan mampu meningkatkan kinerja dalam setiap waktunya.

Referensi

Dokumen terkait

Kini semua perawat sudah menerapkan prinsip 7 benar dalam pemberian obat sehingga perawat akan memberikan kinerja yang maksimal dan terbaik, disimpulkan bahwa dari 13 perawat, 80 %

Adanya unsur ketidakpastian, maka diperlukan suatu perencanaan untuk mengurangi akibat yang mungkin terjadi (BNPB, Panduan Perencanaan Kontinjensi, 2011). Perencanaan Kontinjensi

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan faktor sosial ekonomi (pendidikan orangtua dan pendapatan keluarga), pengetahuan dan sikap tentang anemia, tingkat konsumsi

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Jonata Agus Setiawan, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : Pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba dan biaya

Ketiga hal ini digabungkan di dalam Firman Allah: ( ) “Bersyukurlah kepada Allah!” Barang siapa yang diberikan hikmah, ilmu yang bermanfaat dan amalan yang soleh, maka cara

Ada hubungan konsumsi Pangan terhadap status gizi ibu hamil didapatkan nilai 0,000, nilai OR yaitu 60 artinya ibu hamil yang konsumsi pangannya kurang beragam mempunyai peluang

Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan pola konsumsi pangan (kuantitas dan kualitas) dan ketersediaan pangan dengan status gizi keluarga di Kecamatan Padangsidimpuan

Pada Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Tenggara khususnya Bidang Distribusi dan Cadangan Pangan, saat ini sistem pengarsipan data harga pangan masih dilakukan dengan cara