• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISLAM MULTIKULTURAL. Editor Zakiyuddin Baidhawy M. Thoyibi PSB-PS UMS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ISLAM MULTIKULTURAL. Editor Zakiyuddin Baidhawy M. Thoyibi PSB-PS UMS"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ISLAM MULTIKULTURAL

Editor Zakiyuddin Baidhawy

M. Thoyibi

PSB-PS U M S

(3)

RElNVENSl

ISLAM MULTIKULTURAL

Diterbitkan oleh

Penerbit Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Universitas Muharnrnadiyah Surakarta

JI. A. Yani Pabelan Tromol Pos 1 Kartasura Surakarta 57102

Telp. 0271 717417 (pes.191) Fax. 0271 715448 Emai1:psb-ums@horrnaiI.com

Bekerjasama dengan

Pimpinan Pusar Muhammadiyah

Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam

Editor:

Zakiyuddin Baidhawy M. Thoyibi

Hak cipta dilindungi olch undang-undang Dilarang mengutip dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin dari Penerbir Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT)

Reinvensi Islam Multikulnrralleditor

Zakiyuddin Baidhawy dan M. Thoyibi;

Surakarra: Pusat Studi Budaya dan Pembahan Sosial Univeniras Muhammadiyah Surakarta, 2005.

xvii + 329 hal.; 16 x 23.5 cm ISBN: 979-3 184-03-7 1. Islam Multikultural

I. Baidhawy, Zakiyuddin 11. Thoyibi, M

(4)

PRAKATA

Latarbelakang etnik d a n budaya masyarakat Indonesia, khususnya warga Muhammadiyah, yang beragam serta berbeda merupakan pijakan penting sosio-kultural dalam proses ijtihad keagamaan di Indonesia dewasa ini. Sirkulasi wacana dan per- kembangan isu-isu sosial-budaya yang bersentuhan bahkan ber- tautan langsung dengan pesan-pesan kemaslahatan yang menjadi misi penting agama (maqasid al-shari'ah) telah begitu cepat berkembang. Inilah tantangan baru beragama di saat perjumpaan antara yang s a t u dengan yang lain telah menjadi bagian dari kehidupan bersama.

Membumikan g a g a s a n kemaslahatan a g a m a di t e n g a h kemajemukan budaya dan perbedaan latarbelakang sosial adalah tugas bersama yang bersifat lintas budaya, etnik, ideologi, bangsa bahkan antaragama itu sendiri. Secara internal, organisasi- organisasi sosial keagamaan memegang peranan penting dalam membangun orientasi kebangsaan yang membumi. Proses pembumian keberagamaan ini tidak berarti berdiri di atas satu identitas budaya t e r t e n t u (uniformitas) namun justru harus mengakar pada kemajemukan entitas bangsa itu sendiri.

Dalam konteks ini, Muhammadiyah tidak b i s a mengelak apalagi menolak keniscayaan pluralitas dan multikulturalitas di lingkungan warga Muhammadiyah pada khususnya, dan masya- rakat Indonesia pada umumnya. Keduanya merupakan fakta. Atas pertimbangan itulah, Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial (PSB-PS) Universitas Muhammadiyah Surakarta bekerjasama dengan Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam (MTPPI) PP Muhammadiyah untuk yang ketiga kalinya menyelenggarakan Halaqah Taqih bertema "Menuju Muslim Berwawasan Multikultural".

(5)

Pada satu sisi, pola kerjasarna ini merupakan salah satu model yang perlu dikembangkan dalam rangka membangun sinergi persyarikatan Muhammadiyah d a n amal usahanya, utamanya Perguruan Tinggi Muhammadiyah s e b a g a i pusat-pusat kajian keilmuan. Pada sisi lain, kegiatan sejenis ini merupakan forum yang akan memediasi dialektika pemikiran keislaman yang belurn sempat terakomodasi dalam forum-forum resmi majelis, seperti musya- warah nasional dan muktamar Muhammadiyah.

Wacana multikulturalisme yang diintrodusir dalam buku hasil proceeding Halaqah Tarjih I11 ini pada dasarnya meletakkan serta memahami multikulturalisme itu sendiri dalam tiga perspektif, yaitu tauhid sosial, falsafah dan syariah. Sebuah kajian berbasis cabang- cabang tradisi keilmuan Islam. Setidaknya upaya ini merupakan langkah untuk mendiseminasikan Islam d a n wacana multi- kulturalisme yang semakin hari dirasa menemukan urgensinya di tengah bangsa Indonesia yang majemuk.

Memahami substansi sebuah gagasan yang dianggap baru disertai membuka kran dialog akan memberi nuansa yang relatif berbeda dibanding bersikap menolak d e n g a n bias prasangka maupun menerima secara mutlak. Sesungguhnya penerimaan atau penolakan yang semata-mata muncul dari kehampaan dialog hanya akan berujung pada eksklusifitas klaim. Sesungguhnya halaqah ini merupakan titik berangkat PSB-PS UMS dalam mempromosikan wacana pendidikan multikultural. Belum lama ini, PSB-PS mengadakan seminar pendidikan multikultural yang akan tindak- lanjuti d e n g a n kegiatan workshop d e s a i n Serambi Kajian Multikultural (SKM) sebagai kerangka untuk implementasi Serambi Kajian Multikultural.

Tentunya banyak pihak yang telah terlibat sekaligus berperan dalam penyelenggaraan kegiatan ini. Meski tidak bisa kami sebut satu persatu, tapi selayaknya kami haturkan terima kasih d a n penghargaan kepada Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam (MTPPI) PP Muhammadiyah, pimpinan Universitas Muhammadiyah Surakarta dan The Ford Foundation kantor Jakarta atas kolaborasi konstruktifnya. Tidak kami lupakan juga dedikasi teman-teman penggiat di PSB-PS yang tiada lelah menghangatkan diskusi-diskusi lepas; Yayah Khisbiyah, Nanik, Atiqa, Usmi, Fattah,

(6)

Abdullah Aly, Zakiyuddin, d a n Jinan; juga tidak mungkin kami lupakan adalah kerja keras, keakraban serta keceriaan kwartet yang menjadi energi tersendiri bagi PSB; Almuntaqo, Fajar Riza, Dwi, d a n Farid. Tentunya masih banyak pihak y a n g terlibat sekaligus membantu penyelenggaraan kegiatan ini namun tanpa mengurangi hormat, tidak bisa kami sebut s a t u persatu secara lengkap.

Akhirnya, semoga buku ini bisa memberi manfaat lebih dari sekedar diskursus semata. Selamat menyimak.

Surakarta, 10 Januari 2005

M. Thoyibi

' Direktur PSB-PS UMS

vii

(7)
(8)

Pluralitas multikultural atau kemajemukan budaya adalah suatu keniscayaan. Ia pasti dijumpai dalam setiap masyarakat di mana pun. Hidup berdampingan antarindividu dan antarkelompok yang berasal dari latar belakang yang berbeda menjadi pilihan yang tid'ak bisa dihindaikan. Teristimewa pada saat ini, ketika teknologi transportasi d a n komunikasi telah mencapai kemajuan s a n g a t pesat, kemajemukan merupakan inevitable destiny di tingkat glo- bal-mondial maupun di tingkat negara-bangsa dan komunitas.

Namun demikian, meskipun secara fisik manusia telah mampu untuk tinggal bersama dalam masyarakat majemuk, secara sosial- spiritual mereka belum memahami arti sesungguhnya dari hidup bersama d e n g a n orang yang memiliki perbedaan kultur, yang antara lain mencakup perbedaan agama dan etnisitas.

Persoalan ini merupakan salah s a t u penyebab utama dari terjadinya berbagai katastropi sosial yang mengerikan. Di tingkat internasional atau antarbangsa, misalnya, Israel dengan Palestina, Amerika dengan Irak, Rusia dengan Chechnya, serta Bosnia dengan Serbia, terus berperang untuk saling meniadakan, mengakibatkan jatuhnya banyak korban dari kalangan sipil yang tak berdosa. Di tingkat intra-bangsa, berbagai contoh juga dapat disebut: Hitler d a n Nazinya di Jerman telah membuat jutaan kaum Yahudi kehilangan nyawa, Ku Klux Klan dan Rednecks di Amerika Utara atau Skinheads di Eropa a t a s dasar white-supremacy menyiksa d a n membunuh kaum kulit hitam d a n kulit berwarna lainnya, pertikaian suku Tutsi dan Hutu merobek keharmonisan Rwanda, dan konflik antara Protestan dan Katolik di Irlandia menimbulkan perang saudara berkepanjangan. Di Indonesia sendiri, kerusuhan sektarian antara kaum Muslim dan kaum Kristiani di Ambon, Dayak dan Madura di Sampit, serta Pribumi dan Tionghoa di berbagai kota

(9)

terus membawa ancaman terhadap kerukunan d a n integrasi bangsa Indonesia.

Di samping contoh-contoh pertikaian terbuka yang kasat mata seperti disebut di a t a s , masih banyak lagi contoh lainnya yang lebih subtil d a n invisible, yakni berupa ketegangan d a n segregasi antarkelompok yang ditimbulkan oleh stereotip dan preju- dice yang bersumber dari ethno-religious cleavages. Stereotip dan prasangka ini menciptakan hubungan antarkelompok yang iklimnya seperti "perang dingin" atau bagaikan api dalam sekam. Intensitas suhunya bisa meningkat karena pengaruh trauma sejarah, kesenjangan ekonomi, ketidakadilan sosial-politik, dan ketidak- pastian hukum. Jika intensitasnya terus meninggi, maka perang dingin ini d a p a t menyulut pertikaian terbuka d a n kekerasan berdarah seperti yang kita saksikan di banyak wilayah di dalam maupun di luar negeri.

Berbagai kenyataan pahit itu menunjukkan bahwa secara kolektif mereka belum mampu belajar tentang bagaimana hidup bersama secara rukun, dimana dengan sadar dan tulus memberi- kan toleransi dan apresiasi terhadap perbedaan sistem keyakinan (belief systems) yang dicerminkan melalui pandangan dan gaya hidup yang dimiliki oleh kelompok-kelompok luar yang berbeda dengan identitas diri maupun kelompok dalam. Secara struktural, sistem politik yang diskriminatif di banyak negara, termasuk In- donesia, telah mengkotak-kotakkan manusia berdasarkan golongan etnis, agama, danlatau kelas sosialnya, lalu menyalakan api konflik dan perang di antara berbagai kelompok tersebut. Secara kultural, agen-agen sosialisasi utama seperti keluarga, lembaga agama dan lembaga pendidikan tampaknya tidak berhasil menanamkan sikap toleran-inklusif, gaga1 menumbuhkan kemampuan menyelesaikan konflik secara damai, d a n tidak mampu mengajarkan hidup bersama secara harmonis dalam masyarakat plural.

Dalam konteks itulah agama (atau lebih tepatnya lembaga agama) yang mensosialisasikan nilai-nilai dituntut untuk meng- hilangkan stereotip d a n prasangka antarkelompok yang sudah terbentuk d a n beredar dalam masyarakat. Bukan sebaliknya organisasi agama ikut mengembangkan prasangka d a n meng- eskalasi fragmentasi antarkelompok melalui sosialisasi a t a u

(10)

penyebaran pengetahuan dan pandangan yang bersifat self-glory d a n self-righteous, sembari diiringi d e n g a n pilihan menjalani dinamika relasi sosial-keagamaan yang segregatif. Maka amat men- desak dan strategis untuk segera dirumuskan dan diimplementasi- kan paradigma d a n pendekatan, yang mampu menyantuni pluralitas, sehingga ketegangan d a n pertikaian antarkelompok etno-religius dapat dikurangi, digantikan oleh kehidupan bersama yang lebih damai d a n menebarkan berkah bagi seluruh warga masyarakat. Karena itu, salah s a t u upaya y a n g s t r a t e g i s d a n mendesak adalah membentuk karakter cinta damai (pacifist) pada s e t i a p orang, s e r t a menginternalisasikan sikap toleran d a n apresiatif terhadap keanekaragaman (diversity) antarkelompok.

Langkah yang perlu dilakukan dalam rangka mewujudkan cita-cita besar ini adalah mengubah paradigma dan pola pikir dalam menyikapi perbedaan dan kemajemukan budaya dalam lembaga keagamaan d a n sistem pendidikan. Wawasan pluralisme d a n multikulturalisme yang inklusif, toleran, dan non-sektarian perlu dikembangkan sebagai wujud nyata motto kebangsaan Indonesia, Bhinneka n n g g a l Ika. Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, umat Islam perlu secara berkesinambungan meredefinisi kehadirannya dalam konteks keragaman agama dan budaya. Ia perlu mebangkit- kan idealisasi sebagai agama non-sentralistik. Tanpa mengabaikan ajaran-ajaran teologis yang dipahami untuk memperkuat keimanan dan pencapaian nilai-nilai eskatologis, Islam mengiringinya dengan kesadaran berdialog d a n kesiapan untuk berjumpa d e n g a n siapapun.

Buku ini disusun sebagai bentuk keprihatinan dan kepedulian atas persoalan-persoalan tersebut dan sekaligus bermaksud mem- berikan alternatif penyelesaiannya. Harapan yang hendak dicapai melalui bunga rampai ini adalah berseminya kehidupan keagamaan yang mengedepankan pendekatan d e s e g r e g a s i , toleransi d a n apresiasi yang mengajarkan kepada penganut a g a m a untuk menghargai dan mengembangkan potensi dan sumber daya sosial- budaya yang ada dalam komunitasnya masing-masing, namun pada saat yang sama mereka juga mampu mengenali dan mengapresiasi budaya-budaya lain yang berbeda.

Secara sistematis buku yang diangkat dari sebuah diskusi (Halaqah) ini dibagi kedalam tiga pokok bagian. Bagian pertama

(11)

merupakan pijakan teologis untuk memahami hubungan Islam dan multikulturalisme. Tentu saja, pijakan teologis yang dimaksud di sini bukan sekedar narasi normatif tekstual yang dinukil dari al- Qur'an dan hadis, namun narasi normatif itu telah melalui inter- pretasi kontesktual sesuai dengan latar dan nalar para penulis.

Tidak sulit dikatakan bahwa pengakuan akan adanya keragaman dan perbedaan dalam kehidupan manusia sebetulnya merupakan nilai-nilai dasar dari agama Islam. Seperti yang tertuliskan dalam al-Qur'an dimana Allah swt telah menjadikan manusia bersuku- suku dan berbangsa-bangsa untuk bisa saling kenal-mengenal satu sama lainnya. Oleh sebab itu, kenyataan akan keberagaman dan perbedaan ini dapat dikatakan sebagai fitrah manusia dan realitas sosial yang mesti dihormati dan dipelihara. Turut memberi sum- bangan dalam mencari akar teologis relasi Islam dan multikul- turalisme dalam upaya membangun sikap muslim multikulturalis ini adalah Moeslim Abdurrahman, Haidar Bagir, Zakiyuddin Baidhawy, Achmad Jainuri, Lies Marcoes-natsir, Paryanto dan Muhammad Azhar.

Pada bagian kedua, buku ini mengajak untuk menemukan kembali khazanah syariah yang berwajah multikultural. Syariah selama ini dipahami sebagai salah satu bagian Islam, khususnya terkait dengan persoalan hukum yang diturunkan dari sumber utama al-Qur'an dan Sunnah. Tetapi pada kenyataannya ditemukan keragaman "syariah" pada setiap zaman dan tempat. Karena itu, bagian kedua buku ini berusaha mencari format syariah multi- kultural dengan memusatkan kajian pada persoalan kemungkinan syariah diperbaharui berdasarkan analisis konsep hukum, yang diperkaya dengan perspektif sosiologis d a n antarkebudayaan.

Dengan begitu memungkinkan pula ditemukannya model syariah yang apresiatif terhadap tradisi dan budaya masyarakat Muslim di seluruh dunia. Fathurahhman Djamil dan Kuni Khoirun Nisa adalah dua kontributor yang mengkaji masalah ini, dalam dalam waktu yang sama menegaskan bahwa konsep dakwah kultural Muhammadiyah merupakan g a g a s a n yang mengarah p a d a pembentukan syariah multikultural.

Bila pada bagian pertarna dan kedua membahas dalam ranah konseptual-teologis, pada bagian ketiga buku ini mencoba mencari sebuah cerminan (konteks) sejarah relasi Islam d a n multikul-

xii

(12)

turalisme. Kota-kota b e s a r dunia Islam p a d a m a s a kejayaannya, t e r u t a m a Bagdad d a n Kordoba, m e r u p a k a n m a s y a r a k a t y a n g majemuk, di mana penduduk dari berbagai latar belakang etnik, s u k u , b a n g s a , d a n a g a m a berkumpul d a n h i d u p b e r s a m a berdampingan s a t u s a m a lain. Sifat-sifat yang menjadi tuntutan k e h i d u p a n multikulturalis s e p e r t i inklusivisme, h u m a n i s m e , egalitarianisme, toleransi d a n demokrasi dapat ditemukan dalam praktek pendukung kebudayaan Islam baik itu para ulama, udaba', sufi, ilmuwan, d a n filosof muslim. Selain m e n j a w a b p e r s o a l a n k e b e r h a d a p a n Islam d e n g a n multikulturalitas e k s t e r n a l , y a n g menjadi p e r h a t i a n d i sini juga b a g a i m a n a Islam mengelola multikulturalitas secara internal, yang kian hari kian membesar.

Multikulturalitas internal ini merupakan konskuensi dari keinginan b a g a i m a n a berislam d a l a m konteks sejarah. Terdapat b a n y a k pendakatan d a n cara mengelola keragaman internal ini. Namun demikian, p a d a k e n y a t a n n y a mendialogkan t u n t u t a n - t u n t u t a n ideologis dalam rangka pemeliharaan otentisitas Islam d e n g a n keharusan memahami dinamika masyarakat multikultural tidak selalu mudah dilakukan. Terdapat banyak persoalan d a n dilema y a n g harus diurai, lebih-lebih d i k a w a s a n yang s e d a n g dilanda konflik. Sejumlah kontributor yang turut menyumbang g a g a s a n di sini a d a l a h Mulyadi Kartanegara, Syamsurizal P a n g g a b e a n , M.

Jandra, Zuly Qodir, Fajar Riza U1-Haq d a n Tgk. H. Imam Syuja.

Gagasan-gagasan seputar relasi Islam dan multikulturalisme y a n g t e r t u a n g d a l a m b u k u ini d i h a r a p k a n m a m p u menyemai keberagamaan kaum Muslim b e r w a w a s a n multikultural. Selanjut- nya g u n a lebih memperkaya gagasan-gagasan tersebut buku ini dilengkapi d e n g a n t r a n s k r i p s i dialog y a n g terjadi s e p a n j a n g H a l a q a h b e r l a n g s u n g . Selain u n t u k melengkapi ide-ide y a n g disampaikan pemakalah, dicantumkannya transkrip dialog dalam buku ini juga hendak menunjukkan bahwa wacana relasi Islam d a n multikulturalisme mendapat reaksi yang s a n g a t beragam, mulai dari yang menerima, menerima dengan catatan kritis sampai p a d a pendapat yang menolak sama sekali.

Alhasil, tanpa mengabaikan berbagai kekurangan disana-sini, buku hasil pergumulan sejumlah tokoh dalam forum Halaqah ini diharapkan d a p a t menjadi b a h a n kajian, renungan d a n dorongan menuju Muslim b e r w a w a s a n multikultural.

xiii

(13)
(14)

Daftar Isi

P RAKATA ...

v

PENDAHULUAN ...

ix

BAGIAN I: MENCARI AKAR TEOLOGIS RELASI ISLAM DAN MULTIKULTURALISME

MULTIKULTURALISME, TAUHID SOSIAL, DAN GAGASAN ISLAM TRANSFORMATIF

...

Moeslim Abdurrahman

3

TUHAN SEBAGAI PENCINTA: ALTERNATIF TEOLOGI

AL-ASMA' AL-HUSNA UNTUK MULTIKULTURALISME ISLAM Haidar Bagir ... 11 MEMBANGUN SIKAP MULTIKULTURALIS

PERSPEKTIF TEOLOGI ISLAM

Zakiyuddin Baidhawy ... 21 PLURALISME AGAMA DAN MULTIKULTURALISME

Dasar Teologis dalam Pengalaman Sejarah Agama

Achmad Jainuri ... 57 RANAH DOMESTIK DAN HOMOGENITAS PEREMPUAN

:

JEBAKAN MULTIKULTURALISME

S t u d i atas K e t i d a k - t a m p a k a n P e r e m p u a n d a l a m D i a l o g Ant arumat Beragama di Indonesia

Lies Marcoes-Natsir ... 69

(15)

TELEVISI, KONSUMERISME

DAN KEBEFWGANLAAN MULTIKULTURAL

Paryan to ... 87

OTONOMI KEBEFWGAMAAN DI EFW MULTI KULTURAL Muhammad Azhar ...

99

Dialog I ... 115

BAGIAN 11: MENEMUKAN

KEMBALI

KHAZANAH SYARIAH MULTIKULTURAL

MENCARI FORMAT SYARIAH MULTIKULTURAL

Fa

th

urrahman

Djamil

... 141 ISLAM DAN MULTIKULTURALISME DALAM PERSPEKTIF SYARIAH

Urgensi Dakwah Kultural Muhammadiyah

Kuni Khairun Nisa' ... 157 Dialog I1 ... 171

BAGIAN 111: MULTIKULTURALISME SEBAGAI FAKTA:

BERISLAM DARI KONTEKS SE JARAH

ISLAM DAN MULTIKULTURALISME

:

Sebuah Cermin Sejarah

Mulyadhi Kartanegara ... 201

ISLAM DAN MULTIKULTURALISME Ragam Manajemen Masyarakat Plural

Samsu Rizal Panggabean ... 215 PLURALISME AGAMA DAN MULTIKULTURALISME

Usaha Mencari Perekat Sosial

M. Jandra ... 23 1

MUHAMMADIYAH DAN PILIHAN GERAKAN DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Zuly Oodir ... 261

xvi

(16)

ISLAM POPULER DAN JEBAKAN OTENTISITAS DALAM LANSKAP MULTIKULTURAL

Fajar Riza

Ul

H a q

... 281

KONFLIK ACEH, PENERAPAN SYARIAT ISLAM DAN APRESIASI TERHADAP MULTIKULTURAL

Tgk. H. I m a m Syuja ... 291

Dialog I11 ... 301

xvii

(17)

Referensi

Dokumen terkait

a. Bambu mempunyai pertumbuhan yang cepat, sistem perakaran yang kuat dan luas sehingga dapat mencegah erosi, tanah longsor dan banjir. Penanaman bambu pada hamparan lahan kritis

Kondisi ini sangat baik bila dikaitkan terhadap kesiapan kendaraan tempur saat ini yang mencapai pada titik paling rendah hanya sekitar 10%, melihat kondisi ini dapat diasumsikan

Rencana proses atau process planning yang dihasilkan dari penyusunan matriks Process Planning adalah penggunaan 8 mm bending punch , penggunaan 8 mm bending dies

Artinya, suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh

Nilai R Square atau koefisien determinasi memiliki nilai sebesar 0,281 artinya pengaruh kompensasi dan kepuasan kerja terhadap turnover intention karyawan pizza hut Palu

Ditemukan bahwa minyak atsiri terdiri dari persenyawaan kimia yang mudah menguap, termasuk golongan hidrokarbon isosiklik serta turunan hidrokarbon yang mengikat

Gambar 9 menunjukkan baik persentase orang-orang yang berpikir untuk pindah dan orang-orang yang melakukan upaya untuk mengurangi tingkat bising di tempat tinggalnya dalam di antara

Permasalahan yang dihadapi dalam memahami dan menganalisa bagaimana memvisualisasi sebuah gelombang pada radar menjalar kedalam tanah dan selanjutnya memantul jika