• Tidak ada hasil yang ditemukan

penurunan target penerimaan pada tahun 2020 yaitu Rp200 Triliun dan realisasi capaiannya mampu menembus angka Rp250 Triliun.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "penurunan target penerimaan pada tahun 2020 yaitu Rp200 Triliun dan realisasi capaiannya mampu menembus angka Rp250 Triliun."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Sektor perdagangan, jasa dan investasi dengan salah satu sub sektor restoran, hotel dan pariwisata merupakan salah satu jenis sektor industri yang berkembang dengan signifikan seiring kemajuan teknologi (Rizkinaswara 2019).

Hal ini disebabkan karena beragamnya jenis sektor pariwisata Indonesia yang menjadi daya tarik wisatawan asing, selain itu pariwisata bagi Indonesia dapat dijadikan sebagai salah satu alat politik oleh pemerintah untuk membangun kerjasama dengan pihak atau negara lain. Sub sektor restoran, hotel dan pariwisata memiliki kontribusi dalam peningkatan penyerapan tenaga kerja pada suatu daerah, membantu untuk mendorong adanya pemerataan pembangunan nasional, serta berkontribusi dalam penerimaan devisa negara yang berasal dari jumlah kunjungan wisatawan baik dari domestik maupun mancanegara.

Badan Pusat Statistik (2020) mencatat jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia selama tahun 2017 naik sebesar 21,88 persen yaitu sejumlah 14,04 juta kunjungan dibandingkan jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pada tahun 2016 yang hanya sebesar 11,52 juta kunjungan. Menurut data Kemenparekraf (2020) sektor pariwisata telah berkontribusi Rp198,89 Triliun pada devisa negara pada tahun 2017. Sedangkan pada tahun 2018 kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 15,81 juta kunjungan, meningkat 12,58% dibandingkan pada tahun sebelumnya. Menurut data Kemenparekraf (2020) sektor pariwisata telah berkontribusi Rp229,50 Triliun pada devisa negara pada tahun 2018. Pada 2019 Badan Pusat Statistik mencatat kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 16,11 juta kunjungan, meningkat 1,88% dibandingkan dengan tahun 2018.

Sedangkan Kemenpar mencatat sumbangan devisa pada tahun 2019 sebesar Rp280 Triliun.

Penerimaan devisa negara yang bersumber dari sektor pariwisata pada tahun 2017 sebesar Rp198,89 Triliun yang diiringi peningkatan pada tahun 2018 sebesar Rp229,5 Triliun yang mengalami pencapaian yang signifikan dari target yang telah ditentukan pada tahun tersebut. Pada tahun 2019 target yang ditentukan sebesar Rp280 Triliun yang ternyata pada tahun tersebut penerimaan devisa negara yang bersumber dari sektor tersebut hanya sebesar Rp239,24 Triliun. Sedangkan terjadi

(2)

penurunan target penerimaan pada tahun 2020 yaitu Rp200 Triliun dan realisasi capaiannya mampu menembus angka Rp250 Triliun.

Pada tahun 2020, kunjungan wisman ke Indonesia mengalami penurunan 74,84% dengan total kunjungan 4,05 juta kunjungan. Penurunan kunjungan sektor pariwisata terhadap perekonomian nasional terjadi seiring dengan munculnya pandemi Covid-19 yang memasuki Indonesia pada awal 2020. Dampak dari penurunan jumlah wisatawan mancanegara adalah berkurangnya Tingkat Penghunian Kamar dan banyaknya restoran yang tidak dapat beroperasi dengan optimal yang akhirnya berdampak pada PHK sebagai upaya menghindari kebangkrutan dikarenakan merosotnya jumlah kunjungan secara signifikan hanya dalam beberapa saat.

Ancaman yang paling ditakuti oleh perusahaan adalah kebangkrutan, hal ini dapat disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal perusahaan. Faktor eksternal dapat dipicu oleh ketidakpastian kondisi perekonomian global ataupun kebijakan pemerintah sedangkan faktor internal salah satunya dapat dilihat dari kinerja keuangan perusahaan yang tidak sehat. Kinerja keuangan adalah sebuah ukuran kemampuan suatu perusahaan yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk menilai aktivitas keuangan yang telah dijalankan perusahaan, apakah telah dilaksanakan dengan efektif dan efisien atau belum. Kinerja keuangan dapat dilihat dari rasio keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan. Menurut Arief et al. (2021) kebangkrutan perusahaan dapat dipengaruhi kinerja keuangan yang digambarkan oleh likuiditas, profitabilitas dan leverage yang dimiliki sebuah perusahaan.

Indikator leverage menitikberatkan pada peran penting sebuah perusahaan dalam mendanai utang dengan aktiva yang dimiliki, tingginya jumlah utang yang dimiliki perusahaan tanpa diimbangi peningkatan aset maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang dapat berdampak kepada kebangkrutan perusahaan (Wanialisa dan Alam 2021). Indikator lainnya adalah profitabilitas, rasio ini melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dan efektivitas manajemen sebuah perusahaan dalam mengelola asetnya. Indikator berikutnya adalah likuiditas yang digunakan untuk meneliti seberapa likuidnya sebuah perusahaan, dengan membandingkan aset lancar dengan

(3)

hutang lancar dalam neraca.

Penelitian terdahulu mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap kebangrkutan perusahaan memberikan temuan yang beragam. Saleh dan Sudiyatno (2013) meneliti tentang pengaruh rasio keuangan untuk memprediksi probabilitas kebangkrutan perusahaan, mendapatkan hasil bahwa rasio likuiditas, aktivitas dan profitabilitas berpengaruh negatif terhadap probabilitas kebangkrutan dan rasio solvabilitas memiliki pengaruh positif terhadap probabilitas kebangkrutan.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nurcahyani dan Situngkir (2021) yang meneliti dampak rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas terhadap potensi kebangkrutan menemukan hasil bahwa rasio likuiditas memiliki dampak positif terhadap risiko kebangkrutan, sedangkan rasio solvabilitas dan profitabilitas memiliki dampak negatif terhadap kebangkrutan.

Penelitian lainnya seperti Nurraditya, Gursida, dan Hardiyanto (2019) yang meneliti pengaruh kinerja keuangan terhadap proyeksi kebangkrutan menemukan hasil bahwa rasio likuiditas dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap proyeksi kebangkrutan, sedangkan rasio solvabilitas dan rasio aktivitas berpengaruh terhadap proyeksi kebangkrutan suatu perusahaan. Penelitian Gabriellita dan Simbolon (2021) menemukan hasil bahwa likuiditas, profitabilitas, solvabilitas dan aktivitas berpengaruh signifikan secara stimultan terhadap kebangkrutan perusahaan. Penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap kebangkrutan telah banyak dilakukan khususnya pada perusahaan manufaktur dan perbankan, sedangkan pada perusahaan sub sektor pariwisata, hotel dan restoran masih jarang dilakukan.

Penelitian pada sektor sejenis pada umumnya hanya mencari model dengan tingkat akurasi terbaik atau mengukur tingkat kebangkrutan dengan beberapa model dan tidak menggunakan rasio diluar model yang digunakan. Perbedaan hasil penelitian terdahulu yang belum konsisten juga menjadi masalah dalam penelitian ini. Oleh sebab itu peneliti merumuskan persoalan dari penelitian ini adalah (a) Bagaimana pengaruh rasio likuiditas terhadap kebangkrutan sektor restoran, hotel dan pariwisata yang terdaftar di BEI periode 2017-2020? (b) Bagaimana pengaruh rasio solvabilitas terhadap kebangkrutan sektor restoran, hotel dan pariwisata yang terdaftar di BEI periode 2017-2020? (c) Bagaimana pengaruh rasio profitabilitas

(4)

terhadap kebangkrutan sektor restoran, hotel dan pariwisata yang terdaftar di BEI periode 2017-2020?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (a) Menganalisis pengaruh rasio likuiditas terhadap kebangkrutan sektor restoran, hotel dan pariwisata yang terdaftar di BEI periode 2017-2020? (b) Menganalisis pengaruh rasio solvabilitas terhadap kebangkrutan sektor restoran, hotel dan pariwisata yang terdaftar di BEI periode 2017-2020? (c) Menganalisis pengaruh rasio profitabilitas terhadap kebangkrutan sektor restoran, hotel dan pariwisata yang terdaftar di BEI periode 2017-2020? Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis bagi para akademisi dalam menambah literatur dari berbagai jurnal yang telah ada mengenai topik tersebut. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi para investor sebagai referensi dan informasi tambahan dalam mempertimbangkan investasi pada perusahaan sektor pariwisata yaitu restoran, hotel dan pariwisata di yang akan datang.

KAJIAN PUSTAKA

Kebangkrutan

Kebangkrutan merupakan kondisi kegagalan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang disebabkan karena terganggunya aliran dana yang masuk ke perusahaan, yang dapat dibedakan menjadi kegagalan ekonomi dan kegagalan keuangan. Kegagalan ekonomi merupakan kondisi dimana perusahaan kehilangan pendapatan atau laba yang berakibat pada total kewajiban yang melebihi kemampuan bayar perusahaan. Sedangkan kegagalan keuangan (pailit) merupakan kondisi dimana perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya saat jatuh tempo meskipun jumlah aktiva yang dimiliki lebih banyak daripada total kewajibannya (Setyawan dan Kartikawati 2007).

Kebangkrutan sendiri dapat dinyatakan oleh perusahaan yang bersangkutan secara formal maupun secara paksa oleh kreditor dengan mengajukan permohonan kepada pengadilan. Kebangkrutan dapat berakhir dengan dua cara yang pertama dengan melakukan reorganisasi struktur perusahaan dan beroperasi kembali atau cara kedua yaitu dengan likuidasi perusahaan jika dinilai lebih menguntungkan (Sagala 2018).

(5)

Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan suatu ukuran kemampuan sebuah perusahaan yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk menilai aktivitas keuangan perusahaan, apakah telah dilaksanakan dengan efektif dan efisien atau belum.

Analisis laporan keuangan pada periode waktu tertentu merupakan salah satu cara yang dapat digunakan perusahaan untuk menggambarkan kinerja keuangannya.

Rasio keuangan yang paling umum dikenal terdiri dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Rasio likuiditas merupakan suatu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban pendeknya secara tepat waktu sebagai contoh utang usaha, beban pajak pendapatan, beban bunga dan lain sebagainya. Sedangkan rasio solvabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya misalnya beban obligasi, kewajiban pajak, beban modal dan lain sebagainya. Rasio aktivitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara efektif dan efisien untuk menunjang aktivitas perusahaan. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kewajibannya (Yudadibrata dan Soenarno 2016).

Penelitian ini menggunakan tiga rasio diantaranya:

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio Likuiditas terbagi menjadi beberapa jenis diantaranya Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio, Cash Turnover Ratio dan Inventory to Net Working Capital. Rasio likuiditas yang rendah menandakan jika perusahaan tidak memiliki cukup modal untuk membayar utang yang dimilikinya, sedangkan hasil yang tinggi belum tentu menunjukkan perusahaan dalam kondisi baik, melainkan dapat mengindikasikan pengelolaan modal yang belum maksimal (Kasmir 2012). Muhajir dan Triyono (2009) berpendapat bahwa semakin tingginya tingkat likuiditas sebuah perusahaan maka perusahaan tersebut memiliki dana internal yang besar, kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban pendeknya akan semakin baik dan terhindar dari

(6)

kesulitan keuangan. Pecking Order Theory menyebutkan bahwa perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi lebih cenderung tidak melakukan pembiayaannya dari utang, melainkan dengan modal yang dimilikinya (Sheikh dan Wang 2011). Variabel dalam penelitian ini menggunakan current ratio.

2. Rasio Solvabilitas

Rasio leverage atau rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio solvabilitas dalam perusahaan memiliki beberapa manfaat diantaranya (a) Untuk menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya kepada pihak lain, (b) Untuk mengukur seberapa besar kegiatan operasional perusahaan yang dibiayai dari hutang (c) Untuk mengetahui jumlah tagihan pinjaman yang akan ditagih dalam waktu dekat berapa kali modal yang dimiliki. Rasio solvabilitas terbagi menjadi beberapa jenis diantaranya Debt to Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Times Interest Earned dan Fixed Charge Coverage (Kasmir 2012).

Rasio ini digunakaan untuk mengukur perbandingan besar aktiva yang dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang yang dimiliki oleh perusahaan berpengaruh terhadap pembiayaan aset. Solvabilitas yang tinggi dalam perusahaan mengindikasikan lebih besarnya utang yang dipakai perusahaan daripada aktiva yang dimilikinya untuk menjalankan kegiatan operasionalnya yang dapat berdampak pada menurunnya minat investor untuk berinvestasi karena peningkatan risiko seiring bertambahnya utang yang digunakan. Menurut Nurcahayani dan Daljono (2014) meskipun mampu berpotensi untuk meningkatkan laba perusahaan namun penggunaan utang juga memiliki risiko. Variabel dalam penelitian ini menggunakan Debt to Asset Ratio. Rasio ini akan mengukur kemampuan perusahaann menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimiliki.

3. Rasio Profitabilitas

Profitabilitas menggambarkan kemampuan sebuah perusahaan

(7)

dalam memperoleh laba dengan segala sumber daya yang ada seperti kas, ekuitas, aktivitas penjualan serta banyaknya karyawan. Rasio profitabilitas terbagi menjadi beberapa jenis diantaranya Net Profit Margin, Earning per Share, Return on Assets dan Return on Equity. Profitabilitas yang tinggi dalam perusahaan menggambarkan efisiensi penggunaan aset oleh perusahaan (Widarjo dan Setiawan 2009).

Rasio profitabilitas merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan dari sudut pandang laba yang dapat dihasilkan, karena laba yang dihasilkan tinggi mengindikasikan perusahaan yang sehat (Sintarini dan Djawoto 2018). Variabel dalam penelitian ini menggunakan Net Profit Margin. Rasio ini digunakan dalam penelitian karena dapat mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh sumber daya untuk menghasilkan laba perusahaan.

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Likuiditas Terhadap Kebangkrutan Perusahaan Sub Sektor Restoran, Hotel Dan Pariwisata

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penelitian terdahulu oleh Lestari dan Kusrini (2021) mengenai pengaruh kinerja keuangan untuk memprediksi kesulitan keuangan menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap kebangkrutan, sebab semakin tinggi nilai likuiditas perusahaan menunjukkan kas yang cukup untuk membayar kewajiban jangka pendek perusahaan yang jatuh tempo sehingga semakin kecil pula risiko kebangkrutan terjadi. Hal ini didukung oleh penelitian Saleh dan Sudiyatno (2013) dan (Wulansari 2018) tentang likuiditas yang diwakili oleh current ratio yang memiliki hubungan negatif terhadap probabilitas kebangkrutan suatu perusahaan.

H1: Likuiditas berpengaruh negatif terhadap kebangkrutan perusahaan Sub Sektor Restoran, Hotel dan Pariwisata

Pengaruh Solvabilitas Terhadap Kebangkrutan Perusahaan Sub Sektor Restoran, Hotel Dan Pariwisata

Rasio leverage atau rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Safety position perlu

(8)

dipahami oleh perusahaan agar dapat menerapkan konsep balancing theory, dimana saat sudah mencapai batas tertentu utang akan ada dalam posisi extreme leverage yang dapat berakibat pada kebangkrutan (KJAI 2017). Namun, meskipun perusahaan memiliki rasio leverage yang tinggi, jika pengelolaannya dilakukan dengan baik, terstruktur dan tepat maka hal tersebut akan berdampak baik bagi perusahaan. Hal ini didukung oleh pendapat Sutra dan Mais (2019) yang menyebutkan bahwa variabel solvabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap risiko kebangkrutan perusahan. Penelitian sejenis dilakukan oleh Nurcahyani dan Situngkir (2021) yang menemukan bahwa DAR tidak berpengaruh positif terhadap kebangkrutan perusahaan.

H2: Solvabilitas berpengaruh negatif terhadap kebangkrutan perusahaan Sub Sektor Restoran, Hotel dan Pariwisata

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebangkrutan Perusahaan Sub Sektor Restoran, Hotel Dan Pariwisata

Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diwakili oleh Net Profit Margin.

Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang menggambarkan tingkat keberhasilan penjualan yang mencakup aktivitas produksi, pembelian serta penjualan. Murni (2018) mengemukakan bahwa semakin besar rasio NPM suatu perusahaan maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.

Rendahnya Net Profit Margin disebabkan karena banyaknya biaya yang perlu ditanggung oleh perusahaan karena pengoperasian yang kurang efisien. Tingginya beban bunga yang berasal dari kegiatan operasional maupun beban bunga atas utang juga dapat menjadi salah satu faktor menurunnya laba perusahaan.

Menurut penelitian oleh Khotimah dan Yuliana (2020) memperoleh hasil bahwa rasio profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap prediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Profitabilitas merupakan penentu efektivitas dan efisiensi penggunaan aset perusahaan dengan membandingkan laba yang dihasilkan perusahaan dengan aset yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian Nurcahyani dan Situngkir (2021) serta Hilkia (2016) yang menyebutkan bahwa rasio profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap kebangkrutan perusahaan.

H3: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebangkrutan perusahaan Sub Sektor Restoran, Hotel dan Pariwisata

(9)

H1

Likuiditas (X1)

Model Kerangka Penelitian

Berikut ini adalah gambar model penelitian:

Gambar 1. Model Kerangka Penelitian Sumber: Dikembangkan dalam Penelitian (2022)

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian merupakan perusahaan sektor perdagangan, jasa dan investasi dengan sub sektor restoran, hotel dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2020. Sampel penelitian yang digunakan adalah perusahaan sub sektor restoran, hotel dan pariwisata yang diperoleh dengan metode purposive sampling, yaitu penentuan sampel dengan menggunakan kriteria tertentu.

Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini dijabarkan dalam Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Kriteria Sampel

No Keterangan Jumlah

1. Perusahaan sub sektor Restoran, Hotel dan Pariwisata yang terdaftar di BEI

41

2. Perusahaan sub sektor Restoran, Hotel dan Pariwisata yang terdaftar di BEI yang melakukan IPO antara tahun 2017 dan sebelumnya

24 Profitabilitas

(X3)

H3

H2 Kebangkrutan

(Y) Solvabilitas

(X2)

(10)

3. Perusahaan yang tidak menyediakan data yang dibutuhkan bagi penulis

(3)

4. Total sampel 21

5 Jumlah Outlier (2)

6. Jumlah tahun 4

7. Total sampel akhir ( 19 x 4 tahun) 76

Tabel 2. Data Sampel No Kode

Saham

Nama Emiten Bidang

1. AKKU Anugerah Kagum Karya Utama Tbk. Hotels, Resorts & Cruise Lines

2. ARTA Arthavest Tbk Hotels, Resorts & Cruise Lines

3. BAYU Bayu Buana Tbk Travel Agencies

4. FAST Fast Food Indonesia Tbk. Restaurants 5. ICON Island Concepts Indonesia Tbk. Business Support

Services

6. JGLE Graha Andrasentra Propertindo Tbk. Recreational & Sports Facilities

7. JIHD Jakarta International Hotels &

Development Tbk

Hotels, Resorts & Cruise Lines

8. JSPT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. Hotels, Resorts & Cruise Lines

9. KPIG MNC Land Tbk. Hotels, Resorts & Cruise Lines

10. MAPB Map Boga Adiperkasa Tbk Restaurants

11. MINA Sanurhasta Mitra Tbk Hotels, Resorts & Cruise Lines

12. NASA Andalan Perkasa Abadi Tbk Hotels, Resorts & Cruise Lines

13. PANR Panorama Sentrawisata Tbk. Travel Agencies 14. PDES Destinasi Tirta Nusantara Tbk Travel Agencies 15. PJAA Pembangunan Jaya Ancol Tbk. Recreational & Sports

Facilities

(11)

16. PNSE Pudjiadi & Sons Tbk. Hotels, Resorts & Cruise Lines

17. PSKT Red Planet Indonesia Tbk. Hotels, Resorts & Cruise Lines

18. PTSP Pioneerindo Gourmet International Tbk.

Restaurants

19. SHID Hotel Sahid Jaya International Tbk. Hotels, Resorts & Cruise Lines

Sumber: idx.co.id

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen dan tiga variabel independen. Kebangkrutan merupakan variabel dependen dalam penelitian ini.

Likuiditas (CR), Solvabilitas (DAR) dan Profitabilitas (NPM) merupakan variabel independen dalam penelitian ini. Definisi serta pengukuran dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan pada Tabel 3.

Tabel 3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Definisi Operasional Indikator Sumber Variabel Dependen

Kebangkrutan Kebangkrutan merupakan kondisi kegagalan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang disebabkan karena terganggunya aliran dana yang masuk ke perusahaan.

Laba bersih (EAT) negatif selama dua tahun atau lebih secara berturut turut

(Mas’ud dan Srengga

2015)

Variabel Independen Likuiditas

(CR)

Rasio likuiditas adalah rasio yang

menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

(Murni 2018)

Solvabilitas (DAR)

Rasio leverage atau rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 (Yudiawati dan Indriani

2016)

(12)

memenuhi kewajiban jangka panjang dengan aset yang dimiliki.

Profitabilitas (NPM)

Profitabilitas menggambarkan kemampuan sebuah perusahaan dalam memperoleh laba dengan segala sumber daya yang ada seperti kas, ekuitas, aktivitas penjualan serta banyaknya karyawan.

𝐸𝐴𝑇 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

Murni (2018)

Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan uji regresi logistik dengan jenis data yaitu data panel. Data panel merupakan gabungan antara data cross section dan data time series yang dimana unit cross section yang sama diukur pada watu yang berbeda. Sumber data yang digunakan dalam penelitian berupa data sekunder yang merupakan laporan keuangan perusahaan sub sektor restoran, hotel dan pariwisata yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia selama periode 2017-2020. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan EViews 9.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan, membaca dan mengidentifikasi laporan keuangan yang menjadi sampel dengan istilah studi dokumentasi.

Analisis regresi logistik menggunakan satu variabel dependen (terikat) yang non metrik (nominal) dan memiliki variabel independen (bebas) lebih dari satu.

Menurut Ghozali dan Ratnomo (2013) logistic regression sebenarnya hampir serupa dengan analisis diskriminan yang bertujuan utnuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi oleh variabel bebasnya.

Perbedaannya terletak pada variabel Y (terikat) yang menggunakan skala kategorik, menggunakan 2 atau lebih kategorik. Hubungan variabel dependen dan variabel independen bersifat tidak linear. Dalam penelitian ini menggunakan regresi logistik biner dikarenakan variabel dependen (Y) yang digunakan memiliki 2 kategori yaitu perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut.

Model logit dari persamaan yang digunakan dalam penelitian ini menurut Winarno

(13)

(2009) adalah:

Pi= E (Y = 1| X) = 1

1+𝑒−𝛽1+𝛽2𝑋1

Selanjutnya dari persamaan model logit tersebut disederhanakan sebagai berikut:

1

1+𝑒−𝑍𝑖 = 𝑒𝑧

1+𝑒𝑧

Model yang digunakan dalam analisis logit sebagai berikut:

Li = Ln 𝑃𝑖 = 𝑍𝑖 = 𝛽 + 𝛽 𝑋 − 𝛽 𝑋

1+𝑃𝑖 0 1 2 2 2

Dalam penelitian ini variabel dependen atau Y bertipe kategorik dengan dua pilihan yaitu perusahaan yang mengalami kebangkrutan dengan nilai kode 1 dan perusahaan yang tidak mengalami kebangkrutan dengan kata lain sehat dengan kode 0. Untuk menentukan kode kebangkrutan digunakan laba bersih perusahaan (Earning After Tax). Suatu perusahaan dapat dikategorikan sedang mengalami kesulitan keuangan dimana jika perusahaan tersebut memiliki kinerja yang menunjukkan laba operasinya negatif, laba bersih negatif, nilai buku ekuitas negatif, dan perusahaan yang melakukan merger (Brahmana 2007).

Menurut Mas’ud dan Srengga (2015) salah satu indikator perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan apabila perusahaan tersebut memiliki nilai laba bersih negatif selama dua tahun atau lebih secara berturut turut maka perusahaan dianggap mengalami kondisi kesulitan keuangan, oleh karena itu dalam penelitian ini dikategorikan bangkrut. Sedangkan laba bersih yang tidak negatif selama dua tahun atau lebih secara berturut turut dianggap sebagai perususahaan yang tidak bangkrut.

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif bertujuan untuk menginformasikan deksripsi dari data yang digunakan, hasil tersebut dapat berupa nilai rata-rata (mean), nilai minimum, maksimum dan standar deviasi. Hasil uji pada mean memiliki maksud untuk mengetahui berapa presentase rata-rata populasi terhadap sampel yang digunakan dalam penelitian. Sedangkan nilai standar deviasi berguna untuk mengetahui nilai

Pi =

(14)

dispresi rata-rata dari sampel, selanjutnya maksimum dan minimum untuik mengetahui nilai tertinggi dan terendah dari data yang digunakan dalam penelitian.

Pengujian Model Logit

Menurut Gujarati (2003) pengujian model logit ini memiliki beberapa kriteria tertentu yang perlu diperhatikan dalam menentukan hasil keputusan dalam analisis dan interpretasi data, diantaranya:

1.

Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi yang menjadi tolak ukur dalam penelitian yang menggunakan model logit adalah goodness of fit. Koefisien determinan dalam model logit dapat dilihat dari hasil pseudo R square, yang serupa dengan hasil R square pada regresi linear. Pada EViews secara otomatis telah menghitung hasil R square menggunakan McFadden R-squared, yang sebagaimana pada umumnya hasil ini juga memiliki nilai yang berkisar antara 0 sampai 1.

2. Kelayakan Model Regresi (Hosmer and Lemeshow’s Goodness of fit Test) Kelayakan model regresi dalam pengujian juga dapat dilihat pada output hasil pengujian Hosmer and Lemeshow’s Goodness. Hasil probabilitas Hosmer and Lemeshow’s Goodness > 0,05 maka H0 diterima sedangka sebaliknya, hasil output Hosmer and Lemeshow’s Goodness yang menunjukkan nilai probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.

3. Pengujian Akurasi Model

Uji Expectation-Prediction dilakukan untuk memperoleh informasi tentang seberapa baik data yang digunakan pada hasil output prediksi dari presentase model serta untuk memastikan bahwa nilai estimasi benar dalam penelitian serta mengetahui jumlah presentase yang benar (correct) dan yang salah (incorrect) terhadap variabel dependen. Hal ini juga dapat diartikan sebagai penguji tingakt presentase kesesuaian kasus yang diklasifikasikan benar dan kasus yang diklasifikasikan keliru. Semakin tinggi nilai presentase kecocokan maka semakin baik. Hasil uji ini dapat diketahui pada tabel expectation-prediction evaluation dari hasil output pada aplikasi EViews 9.

4. Model Analisis Regresi Logistik

(15)

Model analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi logistic (logictic regression), pemilihan model ini didasarka karena penggunaan variabel dependen yang berupa variabel binary atau dummy yang diproksikan dalam bentuk Ln yang bernilai 0 dan 1 sehingga digunakan rumus Ln untuk memprediksi fenomena. Persamaan yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:

Ln 𝑃𝑖

1−𝑃𝑖 = β0 + β1CR + β2DAR + β3NPM + e

Persamaan diatas digunakan untuk menguji hipotesis satu, dua dan tiga.

Dengan keterangan:

Ln 𝑃𝑖

1−𝑃𝑖 = Probabilitas kebangkrutan β0 = Konstanta

β1,2,3 = Koefisien regresi (Likuiditas, Solvabilitas dan Profitabilitas) CR = Likuiditas

DAR = Solvabilitas NPM = Profitabilitas e = error

Pengujian Hipotesis 1. Uji Parsial

Melakukan uji hipotesis untuk memeriksa koefisien β secara individual yang didasarkan atas variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap model dengan tahapan berikut: 1) Merumuskan hipotesis statistic:

(a) H0: variabel bebas berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel dependen, (b) Ha: variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, 2) Menentukan level of significance(α) sebesar 5%. H0 diterima apabila probabilitas > 0,05 atau H0 diterima jika probabilitas Z Statistik pada masing masing variabel independen < Z-tabel begitu juga sebaliknya.

2. Uji Stimultan

Uji stimultan digunakan untuk menentukan hubungan seluruh variabel independen secara bersama sama, apakah dapat mempengaruhi variabel dependen dapat dilihat dari hasil uji LR (likelihood ratio) pada

(16)

regresi logistik. Model LR ini serupa dengan model F test pada model regresi linear sederhana yang memiliki hipotesis: (a) Jika nilai probabilitas LR stat > 0,05 maka H0 diterima sedangkan (b) Jika nilai probabilitas LR stat < 0,05 maka H0 ditolak.

HASIL PENELITIAN

Hasil Analisis Deskriptif

Tabel analisis statistik deskriptif menunjukkan jumlah data yang digunakan dalam penelitian berjumlah 76 data dengan nilai rata-rata (mean) variabel likuiditas 2,70 dengan nilai minimum sebesar 0,02 dan nilai maksimum sebesar 16,20 serta standar deviasi dengan nilai 3,20. Variabel solvabilitas menunjukkan nilai rata- rata sebesar 0,39 dengan nilai minimun sebesar 0,02 dan nilai maximum 3,39 serta standar deviasi dengan nilai 0,39. Sedangkan variabel profitabilitas memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar -0,33 dengan nilai minimum sebesar -9,91 dan nilai maksimum 1,40 serta standar deviasi sebesar 1,49.

Tabel 4. Uji Statistik Deskriptif

X1 X2 X3

Mean 2.70 0.39 -0.33

Median 1.78 0.38 0.02

Maximum 16.20 3.39 1.40

Minimum 0.02 0.02 -9.91

Std. Dev. 3.20 0.39 1.49

Skewness 2.74 6.02 -5.11

Kurtosis 10.61 47.45 30.63

Jarque-Bera 278.66 6717.62 2749.27

Probability 0.00 0.00 0.00

Sum 205.02 29.98 -25.38

Sum Sq. Dev. 770.19 11.37 166.42

Observations 76 76 76

Frekuensi (Jumlah) Perusahaan dengan Potensi Kebangkrutan

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 28 36.8 36.8 36.8

1 48 63.2 63.2 100

Total 76 100 100

Sumber: Data sekunder yang diolah,2022

Variabel likuiditas dan profitabilitas memiliki nilai standar deviasi yang

(17)

lebih tinggi dari nilai rata-rata yang menandakan variabelnya bersifat heterogen.

Pada tabel menunjukkan nilai standar deviasi dari variabel profitabilitas yang tertinggi yang dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai standar deviasi suatu variabel maka akan menunjukkan semakin besar pula penyebarannya.

Pengujian Model Penelitian

1. Koefisien Determinasi (R2 McFadden)

Koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa besar variasi dari variabel independennya yang terdiri dari likuditas, solvabilitas dan profitabilitas perusahaan mampu menjelaskan variabel dependen yaitu kebangkrutan. Pengujian ini dapat dilihat dari hasil tabel.

Tabel 5. Uji Koefisien Determinasi Hasil Uji

McFadden R-squared 0.1815

Sumber: Data sekunder yang diolah,2022

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi McFadden R-squared sebesar 0,181529 atau 18,15%. Yang berarti varibel terikat yaitu kebangkrutan dapat dijelaskan oleh variabel bebas (likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas) sebesar 18,15 % dan sisanya 81,85% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian.

2. Kelayakan Model Regresi (Hosmer and Lemeshow’s Goodness of fit Test)

Uji kelayakan model regresi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian model yang digunakan dalam penelitian dengan data penelitian. Uji kelayakan model dapat dilihat dari nilai chi square pada output Hosmer and Lemeshow’s Goodness of fit Test. Hasil pada output Hosmer and Lemeshow’s Goodness dibandingkan dengan nilai signifikansi 5%.

Tabel 6. Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness

Total 48 48 28 28 76 5.49

H-L Statistic 5.49 Prob. Chi-Sq(8) 0.70

Andrews Statistic 12.23 Prob. Chi-Sq(10) 0.26 Sumber: Data sekunder yang diolah,2022

(18)

Pada tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa hasil uji kelayakan model dari hasil output Hosmer and Lemeshow’s Test nilai probabilitas chi square sebesar 0,70 dari hasil tersebut kriteria yang sesuai dengan kelayakan model regresi yaitu H0 diterima. Nilai probabilitas chi square 0,70 > 0,05 artinya tidak adanya perbedaan pada estimasi model regresi logistik dengan data observasi penelitian.

Hal ini mengindikasikan bahwa model regresi dikatakan layak dan sudah tepat digunakan dalam penelitian.

3. Matriks Klarifikasi

Tujuan dilakukannya Uji Expectation-Prediction ini adalah untuk memastikan bahwa nilai estimasi benar dalam penelitian serta mengetahui jumlah presentase yang benar (correct) dan yang salah (incorrect) terhadap variabel dependen. Hal ini juga dapat diartikan sebagai penguji tingkat presentase kesesuaian kasus yang diklasifikasikan benar dan kasus yang diklasifikasikan keliru. Semakin tinggi nilai presentase kecocokan maka semakin baik.

Tabel 7. Uji Expectation-Prediction Expectation-Prediction Evaluation for Binary Specification Equation: HASIL

Success cutoff: C = 0.5

Estimated Equation Constant Probability Dep=0 Dep=1 Total Dep=0 Dep=1 Total

P(Dep=1)<=C 42 14 56 48 28 76

P(Dep=1)>C 6 14 20 0 0 0

Total 48 28 76 48 28 76

Correct 42 14 56 48 0 48

% Correct 87.50 50.00 73.68 100.00 0.00 63.16

% Incorrect 12.50 50.00 26.32 0.00 100.00 36.84 Total Gain* -12.50 50.00 10.53

Percent Gain**

NA 50.00 28.57

Sumber: Data sekunder yang diolah,2022

Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada kolom estimated equation pada bagian total hasil presentase benar (correct) sebesar 73,68% yang dapat disimpulkam bahwa presentase ketepatan model dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan sub sektor restoran, hotel dan priwisata sebesar 73,68%.

(19)

4. Analisis Regresi Logistik

Analisis regresi berfungsi untuk menggambarkan hubungan variabel independen dan variabel dependen dalam sebuah penelitian, sehingga keterkaitan hasil regresi dapat dihubungkan kembali antara satu variabel dengan variabel lainnya. Regresi logistik (logistic regression) digunakan dalam penelitian ini dikarenakan adanya penggunaan variabel biner atau dummy yaitu Y=1 dan Y=0.

Tabel 8. Hasil Regresi Logistik Dependent Variable: Y

Method: ML - Binary Logit (Newton-Raphson / Marquardt steps) Sample: 2017 2020

Included observations: 76

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

C 1.56 0.97 1.59 0.11

X1 -0.33 0.16 -2.01 0.04

X2 -4.26 1.96 -2.17 0.03

X3 -1.30 0.60 -2.16 0.03

Prob(LR statistic) 0.00 Sumber: Data sekunder yang diolah,2022

Y = 1,561 - 0,33 X1 – 4,26 X2 – 1,30 X3 + e

Pada persamaan regresi logistik tidak dapat langsung dilakukan interpretasi dari hasil output seperti pada umumnya, hasil yang diperoleh hanya dapat diinterpretasikan dengan nilai Odds Ratio (OR), untuk itu dilakukan antilog dari hasil koefisien masing-masing variabel. Likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio (X1) memiliki nilai koefisien sebesar -0,33 dengan nilai antilog odds ratio X1 sebesar 0,74 yang memiliki arti bahwa setiap terjadi peningkatan nilai likuiditas dan variabel lainnya tetap konstan, maka diprediksi kebangkrutan akan turun sebesar 0,74 kali. Sedangkan Nilai koefisien untuk variabel solvabilitas pada tabel 8 yang diproksikan oleh Debt to Asset Ratio (X2) adalah sebesar -4,26 dengan nilai antilog odds ratio X2 yaitu 0,01 yang memiliki arti bahwa setiap terjadi peningkatan nilai solvabilitas dan variabel lainnya tetap konstan, maka diprediksi kebangkrutan akan turun sebesar 0,01 kali. Selannjutnya nilai koefisien untuk variabel profitabilitas yang diproksikan dengan Net Profit Margin (X3) menunjukkan nilai -1,30 dengan nilai antilog odds ratio X3 yakni 0,27 yang memiliki arti bahwa setiap terjadi peningkatan nilai

(20)

profitabilitas dan variabel lainnya tetap konstan, maka diprediksi kebangkrutan akan turun sebesar 0,27 kali.

Hasil Pengujian Hipotesis

1. Uji Parsial

Uji Z berguna untuk mengetahui hubungan antar variabel independen yang dilakukan secara individu pada tingkat signifikansi a = 5%

(0,05). Jika probabilitas > α maka H0 diterima dan begitu pula sebaliknya jika nilai probabilitas < 0,05 artinya H0 ditolak dan variabel independen tidak dapat mempengaruhi variabel depeden. Pada variabel X1 (likuiditas) memperoleh hasil probabilitas 0,04 < 0,05 maka Ha diterima yang berarti kesimpulannya likuiditas berpengaruh signifikan terhadap kebangkrutan perusahaan sub sektor restoran, hotel dan pariwisata yang listing di BEI periode 2017-2020. Sedangakan nilai probabilitas untuk X2 (solvabilitas) sebesar 0,029 < 0,05 kesimpulan pada hipotesis kedua bahwa Ha diterima dan H0 ditolak yaitu solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebangkrutan perusahaan sub sektor restoran, hotel dan pariwisata yang listing di BEI periode 2017-2020. Selanjutnya nilai probabilitas untuk X3 (profitabilitas) menemukan bahwa probabilitas hipotesis ini sebesar 0,03 <

0,05 yang berarti H0 ditolak dan menerima Ha kesimpulannya hipotesis diterima dan variabel profitabilitas mampu berpengaruh secara signifikan terhadap kebangkrutan perusahaan sub sektor restoran, hotel dan pariwisata yang listing di BEI periode 2017-2020.

2. Uji Stimultan

Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa secara bersama sama rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas berpengaruh terhadap variabel dependen dalam penelitian yang dapat dilihat dari nilai Prob (LR statistic). Pada output estimasi tabel 8, dapat dilihat bahwa nilai Prob (LR-Statistic) sebesar 0, 00 < 0,05 dari output tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, artinya secara

(21)

bersama-sama variabel independen dalam penelitian mampu mempengaruhi variabel dependen pada penelitian.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pengaruh Likuiditas Terhadap Kebangkrutan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel likuiditas yang diproksikan oleh current ratio memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kebangkrutan perusahaan sektor restoran, hotel dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2020. Berdasarkan pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama (H1) diterima. Variabel likuiditas yang digambarkan dengan current ratio menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancar yang dimiliki perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat current ratio yang tinggi mengindikasikan perusahaan memiliki sejumlah aset lancar yang siap untuk membayar utang jangka pendeknya sehingga terhindari dari risiko kebangkrutan.

Peningkatan likuiditas dalam perusahaan mengindikasikan penurunan risiko kebangkrutan yang dapat dialami perusahaan, begitu juga sebaliknya apabila tingkat likuiditas semakin menurun dapat menjadi pertanda adanya peningkatan risiko kebangkrutan perusahaan pada sub sektor restoran, hotel dan pariwisata.

Likuiditas menggambarkan kemampuan sebuah perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu, artinya apabila perusahaan ditagih perusahaan tersebut mampu memenuhi nya terlebih pada kewajiban yang telah jatuh tempo. Hal ini didukung oleh penelitian Lestari dan Kusrini (2021) Saleh dan Sudiyatno (2013) dan (Wulansari 2018) tentang likuiditas yang diwakili oleh current ratio yang memiliki hubungan terhadap probabilitas kebangkrutan suatu perusahaan.

Pengaruh Solvabilitas Terhadap Kebangkrutan

Variabel solvabilitas yang diproksikan oleh Debt to Aset Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebangkrutan perusahaan sektor restoran, hotel dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2020. Debt to Asset Ratio menggambarkan perbandingan jumlah utang yang dimiliki oleh suatu

(22)

perusahaan terhadap pembiayaan asetnya. Semakin besar aktivitas operasional perusahaan yang dibiayai dengan hutang, maka semakin tinggi pula potensi kebangkrutan perusahaan akibat adanya risiko gagal bayar perusahaan.

Berdasarkan pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama (H2) diterima. Berdasarkan hasil uji ini berarti semakin tingginya rasio solvabilitas dalam sebuah perusahaan semakin rendah probabilitas kebangkrutan, begitu juga sebaliknya.

Menurut Dewi, Endiana, dan Arizona (2019) perusahaan besar cenderung mengandalkan sebagian besar pembiayaan pada pinjaman bank. Oleh karena itu, dapat dikatakan perusahaan tersebut lebih mampu untuk menghindari kesulitan keuangan perusahaannya melalui pinjaman tersebut. Jadi, meskipun perusahaan memiliki rasio leverage yang tinggi, jika pengelolaannya dilakukan dengan baik, terstruktur dan tepat maka hal tersebut akan berdampak baik bagi perusahaan.

Perusahaan yang memiliki utang tinggi namun diikuti oleh peningkatan aktiva yang dimiliki perusahaan akan terhindar dari risiko kebangkrutan. Hal ini didukung oleh pendapat Sutra dan Mais (2019) yang menyebutkan bahwa variabel solvabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap risiko kebangkrutan perusahan. Penelitian sejenis dilakukan oleh Nurcahyani dan Situngkir (2021) yang menemukan bahwa DAR tidak berpengaruh positif terhadap kebangkrutan perusahaan.

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebangkrutan

Variabel Profitabilitas yang di proksikan dengan Net Profit Margin memberikan hasil bahwa variabel profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kebangkrutan perusahaan sektor restoraan, hotel dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2020. Profitabilitas dalam suatu perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dengan memanfaatkan segala sumber daya yang dimilikinya. Berdasarkan pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama (H3) diterima. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin tingginya tingkat profitabilitas yang dimiliki perusahaan maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan pengelolaan sumber daya secara efektif dan efisien dan semakin terhindar dari kebangkrutan (Hilkia 2016).

(23)

NPM mewakili kondisi perusahaan dalam memperoleh laba sehingga kemungkinan adanya situasi kesulitan keuangan sangat kecil karena perusahaan memiliki kemampuan yang baik dalam menghasilkan laba. Dengan demikian, pihak internal serta eksternal memiliki anggapan bahwa perusahaan dianggap mampu dalam mengawasi situasi keuangannya selama periode tertentu. Keputusan untuk menjual atau mempertahankan aset tetap mampu mewakili perusahaan berada dalam situasi aman dari kebangkrutan. Artinya, hal tersebut menandakan bahwa adanya peningkatan atau penurunan NPM memberikan pengaruh terhadap risiko kebangkrutan sebuah perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Nurcahyani dan Situngkir (2021) yang menjelaskan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebangkrutan perusahaan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas secara bersama-sama berpengaruh terhadap kebangkrutan perusahaan sub sektor restoran, hotel dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial, variabel likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas memiliki pegaruh negatif dan signifikan terhadap kebangkrutan perusahaan subsektor restoran, hotel dan pariwisata yang terdaftar di BEI periode 2017-2020.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang kemungkinan dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian dan diharapkan dapat diperbaiki pada penelitian berikutnya. Penelitian ini memiliki nilai Adjusted R Square hanya sebesar 18,15 persen yang menandakan bahwa variabel likuiditas (CR), solvabilitas (DAR) dan profitabilitas (NPM) mampu menjelaskan prediksi kebangkrutan sebuah perusahaan sebesar 18,15 persen dan sisanya sebesar 81,85 persen dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian.

Implikasi Penelitian

Hasil temuan dari penelitian bahwa variabel likuiditas, solvabilitas, dan

(24)

profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebangkrutan perusahaan sub sektor restoran, hotel dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia maka implikasi penelitian direkomendasikan untuk pihak pihak yang berhubungan dengan kondisi kesehatan sebuah perusahaan dan lebih memperhatikan aspek rasio- rasio yang mempengaruhi kinerja keuangan agar dapat terhindar dari kebangkrutan.

Bagi investor diharapkan dapat terlebih dahulu mempertimbangkan bagaimana kinerja perusahaan dalam perusahaan sebelum menanamkan modal yang dimilikinya. Penelitian ini diharapkan dapat pula menjadi bahan pertimbangan dan masukan serta evaluasi kinerja perusahaan bagi investor untuk memperoleh kepastian tingkat pengembalian investasi yang akan ditanamkan. Bagi manajemen perusahaan, risiko kebangkrutan perlu dihindari dengan penerapan strategi, melakukan pengawasan serta evaluasi kinerja secara berkala agar dapat terhindar dari risiko kebangkrutan.

Saran

Kebangkrutan berkaitan dengan adanya ketersediaan kas dalam perusahaan oleh karena itu dalam penelitian berikutnya diharapkan dapat menggunakan cash ratio yang menggambarkan kemampuan perusahan melunasi hutang dengan kas yang dimiliki pada saat itu. Bagi peneliti berikutnya diharapkan mampu memodifikasi terhadap model penelitian, baik dengan menggunakan variabel moderasi maupun mediasi serta variabel kontrol agar hasil penelitian lebih akurat.

Pengkajian sumber maupun referensi yang lebih banyak terkait kebangkrutan perusahaan pada sektor yang lebih banyak tidak hanya pada sub sektor restoran, hotel dan pariwisata agar mendapatkan peroleh yang lebih lengkap.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Harefan, Firman Fauzi, Eko Tama, Putra Saratian, Nurdin Ashshidiqy, dan Nabhan Kolis. 2021. “Pengaruh Kinerja Keuangan Likuiditas , Leverage dan Profitabilitas terhadap Financial Distress.” JDM 4(1):68–77.

Badan Pusat Statistik. 2020. “Jumlah kunjungan wisman ke Indonesia Desember 2019 mencapai 1,38 juta kunjungan.” Diambil

(https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/02/03/1711/jumlah-kunjungan- wisman-ke-indonesia-desember-2019-mencapai-1-38-juta-kunjungan-.html).

Brahmana, R. 2007. “Identifying Financial Distress Condition in Indonesia Manufacture Industry.” Journal of Accounting 5–51.

Dewi, Ni Luh Putu Ari, I. Dewa Made Endiana, dan I. Putu Edy Arizona. 2019.

“Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Leverage dan Rasio Profitabilitas

Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur.” Jurnal Kharisma 1(1):322–33.

Gabriellita, dan R. F. Simbolon. 2021. “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Potensi Kebangkrutan Pada Perusahaan Lq 45.” Jurnal Ekonomis 21–37.

Ghozali, Imam, dan Dwi Ratnomo. 2013. Analisis Multivariate dan

Ekonometrika: Teori, Konsep dan Aplikasi dengan Eviews 8. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Ginting, M. 2017. “Pengaruh current ratio dan debt to equity ratio (DER) terhadap financial distress.” Jurnal Manajemen 3(2):37–44.

Gujarati. 2003. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.

Hilkia, Agam. 2016. “Analisis Pengaruh Economic Value Added, Market Value Added dan Profitabilitas Terhadap Risiko Kebangkrutan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014.”

Universitas Negeri Medan.

Ismail, Ibnu. 2020. “Rasio Lancar: Pengertian, Analisa dan Fungsinya.” Accurate.

Kasmir. 2012. “Analisis Lapoan Keuangan.” Hal. 158 in. Jakarta: Rajawali Persada.

Kemenparekraf. 2020. “Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata.”

Kemenparekraf.go.id iii.

Khotimah, Khusnul, dan Indah Yuliana. 2020. “Pengaruh Profitabilitas terhadap Prediksi Kebangkrutan (Financial Distress) dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Moderating (Studi pada perusahaan yang tergabung dalam pada Sub Sektor Semen tahun 2014-2018).” Jurnal Manajemen 10(1):37–44.

KJAI. 2017. “Debt to Asset Ratio.” Jago Akuntansi.

(26)

Lestari, Annisa Ayu, dan Dwi Endah Kusrini. 2021. “Analisis Financial Distress Menggunakan Regresi Data Panel.” Seminar Nasional Official Statistics 2021(1):264–73. doi: 10.34123/semnasoffstat.v2021i1.855.

Mas’ud, Imam, dan Reva Maymi Srengga. 2015. “Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.” Jurnal Akuntansi Universitas Jember 10(2):139. doi: 10.19184/jauj.v10i2.1255.

Muhajir, Ilyas, dan Triyono. 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2005- 2009.” Majalah Ekonomi dan Bisnis 7:1–20.

Murni, Mayang. 2018. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2010-2014.” JURNAL AKUNTANSI DAN BISNIS : Jurnal Program Studi Akuntansi 4(1). doi: 10.31289/jab.v4i1.1530.

Natalia, Natalia, Arie Pratania Putri, Melvina Melvina, Jenni Jenni, dan Kelin Wijaya. 2020. “Pengaruh MVA, DER, Serta EPS Terhadap Harga Saham Perusahaan Restoran, Hotel dan Pariwisata.” Owner (Riset dan Jurnal Akuntansi) 4(2):616. doi: 10.33395/owner.v4i2.307.

Nurcahayani, Rifna, dan Daljono. 2014. “Analisis Pengaruh Stuktur Modal Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2010-2012).” Diponegoro Journal of Accounting 3(4):1–10.

Nurcahyani, Dewi Ratih, dan Tiar Lina Situngkir. 2021. “Dampak Rasio Likuiditas, Solvabilitas dan Profitabilitas terhadap Potensi Kebangkrutan Perusahaan.” Jurnal Manajemen Universitas Singaperbangsa Karawang 13(2):324–31.

Nurraditya, Lakonardi, Hari Gursida, dan Arief Tri Hardiyanto. 2019.

“Perusahaan Sub Sektor Perikanan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2016.” Magma 4:36–44.

Rizkinaswara, Leski. 2019. “Pentingnya Teknologi dalam Sektor Pariwisata.”

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Diambil

(https://aptika.kominfo.go.id/2019/04/pentingnya-teknologi-dalam-sektor- pariwisata/).

Sagala, Lamria. 2018. “Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Potensi Kebangkrukatan Pada Perusahaan Customer Goods Yang Terdafatr Di Bursa Efek.” Jurnal Ilmiah Smart 2(1):22–30.

Saleh, Amir, dan Bambang Sudiyatno. 2013. “Pengaruh Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Probabilitas Kebangkrutan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.” Dinamika Akuntansi Keuangan dan

(27)

Perbankan 2(1):82–91.

Setyawan, Aris Budi, dan Kurni Kartikawati. 2007. “Analisis Prediksi

Kebangkrutan dengan Menggunakan Metode Altman (Studi Kasus: Empat Sektor Industri BEI).” Majalah Ekonomi dan Komputer 3.

Sheikh, Ahmad Nadeem, dan Zongjun Wang. 2011. “Determinants of capital structure: An empirical study of firms in manufacturing industry of Pakistan.” Managerial Finance 37(2):117–33. doi:

10.1108/03074351111103668.

Sintarini, Ririn El, dan Djawoto. 2018. “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Solvabilitas, dan Aktivitas Terhadap Nilai Perusahaan Farmasi di Bei.”

Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen 7.

Sutra, Fitri Marlistiara, dan Rimi Gusliana Mais. 2019. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Distress dengan Pendekatan Altman Z-Score pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2017.” Jurnal Akuntansi dan Manajemen 16(01):34–72. doi:

10.36406/jam.v16i01.267.

Wanialisa, Mery, dan Ilham Kudratul Alam. 2021. “Determinan Laporan

Keuangan Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014- 2018.” Jurnal IKRA-ITH Ekonomika 4(1):19–29.

Widarjo, Wahyu, dan Doddy Setiawan. 2009. “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kondisi Financial Distress Perusahaan Otomotif.” Jurnal Bisnis dan Akuntansi 11(2):107–19.

Winarno, Wing Wahyu. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Wulansari, Murwani. 2018. “Analisis Kinerja Keuangan Dengan Metode Altman Z-Score Pada Industri Pariwisata Yang Terdaftar di BEI.” Jurnal Akbar Juara 5(November):103–11.

Yudadibrata, Hizkia Bhisma Nararya, dan Yanuar Nanok Soenarno. 2016.

“Analisis Rasio Keuangan dan Struktur Kepemilikan Perusahaan dalam Memprediksi Kesulitan Keuangan: Sebuah Riset Empiris Pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.” Jurnal AKuntansi 1:83–115.

Yudiawati, Rike, dan Astiwi Indriani. 2016. “Analisis Pengaruh Current Ratio, Debt To Total Asset Ratio, Total Asset Turnover, dan Sales Growth Ratio Terhadap Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012- 2014).” Diponegoro Journal of Management 5(2):1–13.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan metode pembelajaran di sekolah yang sesuai dengan tipe belajar siswa akan dapat mempermudah pendidik dalam menyampaikan informasi dan siswa semakin bisa menyerap

Pemotongan sisi merupakan kegiatan pemotongan pada kedua sisi panjang dan sisi lebar suatu plywood yang telah melalui proses pengempaan panas dengan menggunakan mesin double

Berangkat dari permasalahan dan tujuan yang telah dikemukakan sebelumnya, yaitu ingin mengungkapkan pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan

Keseluruhan komponen silabus dalam penyusunannya sudah memperhatikan penghambat penggunaan dana, daya, dan waktu tanpa mengurangi kualitas pencapaian dan pembentukan

Organisasi dengan karyawan yang lebih puas cenderung memiliki kinerja dan tingkat kehadiran yang lebih tinggi serta organizational citizenship behaviour (OCB) yang lebih rendah

kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan

32 Antara berikut, pasangan yang manakah benar tentang Syarikat Sendirian Berhad. dengan Syarikat

(2) Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik untuk meningkatkan aktivitas peserta didik kelas IV SDS Subsidi Pahauman dalam pembelajaran