Bidang Ilmu : Ekonomi
DESAIN LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN
WAJIB PAJAK UMKM PT KAM
TIM PENGUSUL
Ivonne Helena Putong/197206152002122003 (Ketua) Pantji Sintje Alouw/ 196309161994032001 (Anggota)
PROGRAM STUDI DIII AKUNTANSI PERPAJAKAN JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI MANADO 2021
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN UNGGULAN PROGRAM STUDI
Halaman Pengesahan Laporan Akhir Penelitian Unggulan Prodi
Judul : Desain Laporan Keuangan Sebagai Dasar Perhitungan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Wajib Pajak UMKM PT KAM
Jurusan : Akuntansi
Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : IVONNE HELENA PUTONG
b. NIP : 197206152002122003
c. Jurusan : Akuntansi d. Program Studi : D-III Pajak
e. Pangkat / Golongan : Penata Tingkat I - IIId f. Jabatan Fungsional : Lektor
g. ID Sinta : 6663480 h. Jumlah anggota : 1
Anggota Peneliti (1)
a. Nama Lengkap : SINTJE PANTJI ALOUW
b. NIP : 196309161994032001
c. ID Sinta :
Luaran Wajib 1 : Seminar Nasional ( Accepted ) Luaran Wajib 2 : Teknologi Tepat Guna ( Submitted ) Luaran Tambahan 1 : Modul ( Selesai )
Anggaran : Rp. 20.000.000
TKT : Level dua
Manado, 23-11-2021 Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi Ketua Peneliti
Ivoletti Merlina Walukow,SE.,MSi IVONNE HELENA PUTONG
NIP 196412111990032001 NIP 197206152002122003
Menyetujui
Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
DR.Ir.Jeanely Rangkang,M.Eng.Sc NIP 196211151993032002
1 / 1
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM
1. Judul Penelitian : Desain Laporan Keuangan Sebagai Dasar Perhitungan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Wajib Pajak UMKM PT KAM 2. Tim Peneliti
No Nama Jabatan Bidang
Keahlian
Alokasi Waktu (jam/minggu)
1 Ivonne Helena Putong SE,
Ak, M.Ak Ketua Akuntansi
perpajakan 15 jam
2 Pantji Sintje Alouw, SE,
MM, Ak Anggota 1 Akuntansi
perpajakan 10 jam
3 Roosje Awuy SE, MAP Anggota 2 Manajemen
10 jam
4 Indri H. Panguleeng Pembantu
peneliti Mahasiswa 6 jam
5 Eirene A. Rumuat Pembantu
peneliti Mahasiswa 6 jam 3. Objek Penelitian: Laporan keuangan UMKM
4. Masa Pelaksanaan:
Mulai : bulan April tahun: 2021 Berakhir : bulan
November tahun: 2021
5. Usulan Biaya ke P3M Polimdo: Rp 20.000.000,- 6. Lokasi Penelitian: Pertanian di Tomohon.
7. Instansi lain yang terlibat (jika ada, dan uraikan apa kontribusinya): -
8. Temuan yang ditargetkan: Desain Laporan Keuangan untuk Perhitungan dan Pelaporan Pajak
9. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu: merancang dan menyusun laporan Keuangan bagi UMKM untuk Perhitungan dan Pelaporan Pajak
10. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran: Jurnal Sentrinov 11. Rencana luaran: bahan ajar 2021
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN i
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM ii
DAFTAR ISI iii
RINGKASAN v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4. Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 5
2.2 Tarif Pajak UMKM 6
2.3 Laporan Keuangan 7
2.4 Rekonsiliasi Fiskal 8
2.5 Penelitian Terdahulu 9
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 11
3.1 Tujuan Penelitian 11
3.2 Manfaat Penelitian 11
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 12
4.1 Sumber Data 12
4.2 Teknik Pengumpulan Data 12
4.3 Rancangan Penelitian 13
4.4 Teknik Analisis 13
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 15
5.1 Gambaran Umum Perusahaan 15
5.2 Merancang Nama Perkiraan 16
5.3 Menyusun Neraca Awal dan Daftar Aktiva 16
5.4 Jurnal 18
5.5 Buku besar 19
BAB VI RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA 22
7.1 Kesimpulan 23
7.2 Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
RINGKASAN
Pembayaran pajak merupakan perwujudan kewajiban dan peran serta wajib pajak untuk ikut secara langsung dan bersama-sama melaksanakan pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Salah satu yang banyak mendapat perhatian dari pemerintah adalah sektor UMKM. UMKM berperan penting mengentaskan masyarakat dalam kemiskinan melalui penyerapan tenaga kerja yang tinggi.
Bagi wajib pajak UMKM dengan omzet peredaran bruto di bawah Rp 4.800.000.000 diberi kemudahan dalam menghitung dan melaporkan pajak penghasilannya. Para pengusaha baik orang pribadi atau badan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP)No. 23 Tahun 2018 diberi fasilitas untuk menggunakan metode pencatatan dan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Final sebesar 0,5% dari omzet.
Kebijakan tentang PPh Final 0,5% memiliki grace period atau batas waktu.
Batas waktu dalam PP No.23 Tahun 2018 adalah sebagai berikut: 4 tahun pajak bagi Wajib Pajak Badan berbentuk koperasi, CV, atau Firma dan 3 tahun pajak bagi Wajib Pajak Badan berbentuk Perseroan Terbatas. Setelah batas waktu tersebutuntu berakhir, Wajib Pajak akan kembali menggunakan skema tarif normal sebagaimana diatur dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Hal ini bertujuan untuk mendorong Wajib Pajak agar menyelenggarakan pembukuan dan pengembangan usaha.
PT Kawanua Agri Maya (PT KAM) adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertanian. Dilihat dari status hukum, PT KAM termasuk dalam kriteria Wajib Pajak Badan berbentuk Perseroan Terbatas. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2017 dan mulai beroperasi pada tahun 2018. Artinya selama tiga tahun (2018 – 2020) perusahaan dibolehkan menghitung pajak penghasilannya menggunakan metode pencatatan. Mulai tahun 2021 sesuai dengan PP No.23 Tahun 2018, PT KAM yang selama ini hanya melakukan pencatatan wajib melakukan pembukuan yang menghasilkan laporan keuangan. Ada dua jenis laporan keuangan berdasarkan penggunaannya dan aturan yang mendasari.
Tujuan penelitian ini yaitu: mendesain laporan keuangan komersial dan laporan keuangan yang digunakan sebagai dasar perhitungan dan pelaporan pajak penghasilan PT KAM. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Langkah- langkah teknik analisis data pada penelitian ini sebagai berikut: menggambarkan proses bisnis PT KAM, mengumpulkan data keuangan PT KAM tahun 2019 dan bulan Januari – April 2020, membuat pencatatan atas data-data keuangan PT KAM, membuat laporan keuangan komersial PT KAM, membuat laporan keuangan fiskal PT KAM, menghitung pajak penghasilan PT KAM. Diharapkan penelitian ini menghasilkan luaran berupa laporan penelitian, desain laporan keuangan untuk perhitungan pajak dan jurnal Sentrinov.
Kata kunci: laporan keuangan komersial, laporan keuangan fiskal
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak adalah kontribusi wajib rakyat kepada negara yang terutang, baik sebagai orang pribadi atau badan usaha yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pada postur APBN 2019 penerimaan perpajakan tercatat menyumbang 82,5 persen dari total pendapatan negara. Itu artinya bahwa segala biaya yang dibutuhkan pemerintah untuk menjalankan roda pemerintahan dan menyediakan akses layanan dasar bagi masyarakat, sangatlah bergantung pada penerimaan pajak.
Pembayaran pajak merupakan perwujudan kewajiban dan peran serta wajib pajak untuk ikut secara langsung dan bersama-sama melaksanakan pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga negara untuk ikut berpartisipasi dan berperan serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Penerimaan pajak bergantung pada kepatuhan Wajib Pajak. Berbagai fasilitas dan insentif diberikan oleh pemerintah untuk membantu Wajib Pajak memenuhi kewajibannya. Salah satu yang banyak mendapat perhatian dari pemerintah adalah sektor UMKM. UMKM berperan penting mengentaskan masyarakat dalam kemiskinan melalui penyerapan tenaga kerja yang tinggi. Selain itu, UMKM juga menjadi sarana pemerataan tingkat perekonomian rakyat.
Bagi wajib pajak UMKM dengan omzet peredaran bruto di bawah Rp 4.800.000.000 diberi kemudahan dalam menghitung dan melaporkan pajak penghasilannya. Batasan nilai tersebut menargetkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai target pajak.
Tujuannya agar pemerintah dapat merangkul sebanyak mungkin UMKM untuk terlibat dalam sistem perpajakan. Para pengusaha baik orang pribadi atau badan berdasarkan
Peraturan Pemerintah (PP)No. 23 Tahun 2018 diberi fasilitas untuk menggunakan metode pencatatan dan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Final sebesar 0,5% dari omzet. Metode pencatatan memudahkan secara administratif karena wajib pajak hanya membuat catatan atas omzet setiap bulan dalam setahun.
Kebijakan tentang PPh Final 0,5% memiliki grace period atau batas waktu.
Peraturan sebelumnya yaitu PP No.46 Tahun 2003 tidak mengatur batasan waktu untuk penggunaan tarif PPh Final. Batas waktu dalam PP No.23 Tahun 2018 adalah sebagai berikut: 4 tahun pajak bagi Wajib Pajak Badan berbentuk koperasi, CV, atau Firma dan 3 tahun pajak bagi Wajib Pajak Badan berbentuk Perseroan Terbatas. Untuk Wajib Pajak orang pribadi mendapat kesempatan 7 tahun. Setelah batas waktu tersebut berakhir, Wajib Pajak akan kembali menggunakan skema tarif normal sebagaimana diatur dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Hal ini bertujuan untuk mendorong Wajib Pajak agar menyelenggarakan pembukuan dan pengembangan usaha.
PT Kawanua Agri Maya (PT KAM) adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertanian. Dilihat dari status hukum, PT KAM termasuk dalam kriteria Wajib Pajak Badan berbentuk Perseroan Terbatas. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2017 dan mulai beroperasi pada tahun 2018. Artinya selama tiga tahun (2018 – 2020) perusahaan dibolehkan menghitung pajak penghasilannya menggunakan metode pencatatan. Mulai tahun 2021 sesuai dengan PP No.23 Tahun 2018, PT KAM wajib melakukan pembukuan yang menghasilkan laporan keuangan. Saat ini perusahaan hanya melakukan pencatatan omzet bulanan. Belum ada pembukuan yang memenuhi persyaratan untuk pelaporan pajak.
Wajib Pajak yang menyelenggarakan pembukuan artinya wajib menyusun laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses akuntansi suatu perusahaan. Fungsi laporan keuangan sangat vital, sehingga harus disusun dengan baik untuk kepentingan intern maupun ekstern. Maka dari itu, dalam menyusunnya harus memperhatikan setiap syarat laporan keuangan. Kriteria laporan keuangan yang baik tentunya harus disajikan secara lengkap, baik untuk komponen laporan keuangan maupun untuk setiap akun pada jenis laporan keuangan yang dibuat. Hanya dengan cara demikian,
maka perusahaan akan memiliki laporan keuangan yang komprehensif dan memenuhi syarat laporan keuangan.
Laporan keuangan wajib dilampirkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan untuk pelaporan perpajakan yang telah diatur dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP). SPT Tahunan yang tidak melampirkan laporan keuangan, tidak dapat diterima dalam pelaporan karena dianggap tidak lengkap. Ketentuan pelampiran laporan keuangan ini disyaratkan dalam Huruf H Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2014 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2010 Tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan Beserta Petunjuk Pengisiannya.
Adanya pelaksanaan sistem self assessment pada sistem perpajakan di Indonesia telah menuntut wajib pajak untuk aktif menghitung, melaporkan dan membayar sendiri jumlah pajak yang terhutang kepada negara. Hal ini berarti bahwa Wajib Pajak telah diberikan kepercayaan penuh oleh negara (Puspitasari, 2011). Di lain pihak, masih ada masyarakat yang berpendapat bahwa pajak adalah beban atau biaya yang harus ditanggung dalam kegiatan ekonominya. Kemudian minimnya kemampuan UMKM dalam melakukan pencatatan keuangan dan membuat laporan keuangan telah menjadi masalah pelik bagi pengusaha UMKM dalam hubungannya dengan perhitungan, pembayaran dan pelaporan pajak (Rahman dan Sularto, 2011). Hal ini telah membuat usaha Pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak mempunyai banyak kendala, antara lain seperti tingkat kesadaran wajib pajak yang masih rendah dan wajib pajak membayar pajak yang lebih rendah dari yang seharusnya (Rustyaningsih, 2011).
Ada dua jenis laporan keuangan berdasarkan penggunaannya dan aturan yang mendasari. Pertama, laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku atau biasa disebut dengan Laporan Keuangan Komersial.
Kedua, yaitu Laporan Keuangan Fiskal yang disusun berdasarkan peraturan perpajakan.
Aturan yang berlaku di Indonesia tidak membolehkan perusahaan untuk membuat laporan ganda yaitu laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal. Sebagai jalan keluar,
laporan keuangan hanya dibuat satu saja yaitu Laporan Keuangan Komersial kemudian dilakukan rekonsiliasi fiskal sehingga tersusun Laporan Keuangan Fiskal yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak penghasilan dan pelaporannya. Ini menjadi kendala bagi PT KAM untuk menyusun dan mendesain Laporan Keuangan Fiskal karena tidak mempunyai sumber daya. Di lain pihak, perusahaan terancam sanksi dari Direktorat Jenderal Pajak jika tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang ada maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana desain penyusunan laporan keuangan komersial PT KAM?
2. Bagaimana desain penyusunan laporan keuangan yang digunakan sebagai dasar perhitungan dan pelaporan pajak penghasilan PT KAM?
1.3 Luaran Penelitian
Adapun target capaian dalam penelitian ini, seperti tabel berikut:
Tabel 1.1 Rencana Target Capaian
No Jenis Luaran Indikator Capaian
1 Laporan akhir penelitian Selesai
2 Model Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal
Selesai
3 Publikasi ilmiah di Sentrinov accepted
4 Bahan Ajar Selesai
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Pengertian dan karakteristik usaha mikro, kecil, dan menengah menurut Undang- Undang no. 20 Tahun 2008, adalah:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro, yakni:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil, yakni:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan yang memenuhi kriteria usaha menengah, yakni:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
2.2 Tarif Pajak UMKM
Pemerintah menetapkan tarif pajak UMKM sebesar 0,5% dari setiap penghasilan yang didapat oleh pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 (Prihambudi, 2020). Peraturan pemerintah tersebut menyempurnakan peraturan pemerintah No. 46 tahun 2013 dengan beberapa peraturan yang disempurnakan meliputi pengenaan tarif, dan jangka waktu pengenaan pajak untuk orang pribadi maupun badan usaha.
Tarif sebelumnya pada pengenaan pajak untuk UMKM yaitu sebesar 1%dari penghasilan final ataupun bruto, namun kebijakan pemerintah karena dilandasi oleh berbagai faktor menyempurnakannya menjadi 0,5%. Berbeda dengan dengan batasan UMKM yang diberikan dalam UU No.20 Tahun 2008, penurunan tarif tersebut merupakan kebijakan pemerintah pada UMKM yang memiliki omset maksimal Rp 4,8 miliar. Hal tersebut bertujuan agar nilai lebih dari kewajiban pajak yang sebelumnya sebesar 1%menjadi 0,5% agar dapat dijadikan modal kerja, sehingga para pengusaha tersebut dapat menggunakan nominal untuk membayar pajak menjadi modal kerja yang tentunya jauh lebih penting untuk pengembangan usaha.
Tidak semua Wajib Pajak yang memiliki omset UMKM dapat menikmati fasilitas PPh Final 0,5%. Ada Wajib Pajak yang tidak dapat memanfaatkan fasilitas PP 23 Tahun 2018. Adapun Wajib Pajak yang dapat menikmati fasilitas PPh Final 0,5%, yaitu: 1. Wajib Pajak Orang Pribadi, dan 2. Wajib Pajak Badan, kecuali BUT yang menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp 4.800.000.000,00 dalam satu tahun.
Selanjutnya, ketentuan mengenai Wajib Pajak yang tidak dapat menikmati fasilitas PPh
Final juga diatur dalam Pasal 7 Peraturan Menteri Keuangan No. 107/PMK.011/2013, yang menjelaskan bahwa:
Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan tarif umum Undang-Undang Pajak Penghasilan sampai dengan jangka waktu 1 (satu) tahun sejak beroperasi secara komersial,
Dalam hal jangka waktu 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (l) melewati Tahun Pajak yang bersangkutan, ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sampai dengan akhir Tahun Pajak berikutnya.
2.3 Laporan Keuangan
Laporan Keuangan menurut PSAK No.1 (2017), laporan keuangan merupakan struktur yang menyajikan posisi keuangan dan kinerja keuangan dalam sebuah entitas.
Tujuan umum dari laporan keuangan adalah untuk kepentingan umum, yaitu menyajikan informasi mengenai posisi keuangan (financial position), kinerja keuangan (financial performance), dan arus kas (cash flow) dari entitas yang sangat berguna untuk membuat
keputusan ekonomis bagi para penggunanya.
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini (Kieso et al, 2012):
2.3.1 Neraca (Balace Sheet)
Neraca menyediakan informasi mengenai sifat dan jumlah investasi dalam sumber daya perusahaan, kewajiban kepada kreditur, dan ekuitas pemilik dalam sumber daya bersih.
Neraca dapat membentu meramalkan jumlah, waktu, dan ketidakpastian . 2.3.2 Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan laba rugi menyediakan informasi yang diperlukan oleh para investor dan kreditur untuk membantu mereka memprediksikan jumlah, penetapan waktu, dan ketidakpastian dari arus kas masa depan.
2.3.3 Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)
Tujuan laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas dari suatu perusahaan selama satu periode. Informasi tentang arus
kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas.
2.3.4 Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas merangkum perubahan-perubahan yang terjadi pada ekuitas pemilik selama suatu periode waktu tertentu.
2.3.5 Catatan Atas Laporan Keuangan
Dalam PSAK Nomor 1 paragraf 70 menyatakan bahwa catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan rugi laba, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontijensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
2.4 Rekonsiliasi Fiskal
Menurut Nurmalasari (2014), koreksi fiskal adalah penyesuaian ketentuan menurut pembukuan secara komersial atau akuntansi yang harus disesuaikan menurut ketentuan perpajakan. Dalam hal ini, perhitungan laba komersial yang dihasilkan oleh semua perusahaan, harus mengalami koreksi fiskal untuk mendapatkan Penghasilan Kena Pajak, karena tidak semua ketentuan dalam dalam standar akuntansi keuangan dapat digunakan dalam peraturan perpajakan. Koreksi fiskal secara akuntansi tidak memerlukan perlakuan jurnal khusus karena pada prinsipnya koreksi fiskal tidak mengubah besarnya saldo pada rekening nominal atau rekening riil pada neraca ataupun laporan rugi laba. Koreksi fiskal dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
2.4.1 Koreksi positif, yaitu koreksi fiskal yang menyebabkan penghasilan kena pajak secara fiskal bertambah, yang selanjutnya berdampak memperbesar nilai pajak penghasilan yang terutang. Koreksi positif terjadi apabila pendapatan menurut fiskal bertambah.
2.4.2 Koreksi negatif, yaitu koreksi fiskal yang menyebabkan penghasilan kena pajak
secara fiskal menjadi berkurang yang selanjutnya berdampak memperkecil penghasilan kena pajak.
2.5 Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan topik laporan keuangan di antaranya:
No Judul Penulis/Thn Tujuan Metode
1 Desain Laporan Keuangan Dalam Rangka Menyiapkan Laporan Keuangan dan Pajak Pada Toko Sepatu Obral
Fransiscus Felix Franendra/2018
mendesain laporan keuangan toko sepatu Obral” yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntanbilitas Publik (SAK- ETAP)
studi kasus dengan obyek penelitian toko sepatu “Obral”
2 Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (Sak Etap) Pada Penyusunan Laporan Keuangan
Norkamsiah, Agus Iwan Kesuma, Agus Setiawaty/2016
untuk mengetahui penerapan laporan keuangan
berdasarkan standar akuntansi keuangan entitas tanpa
akuntabilitas publik (SAK ETAP),
Studi kasus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laporan keuangan yang disusun CV Aba Komputer belum menerapkan SAK ETAP 3 Penerapan
Penyusunan Laporan Keuangan Pada
Usaha Kecil
Menengah Berbasis Standar Akuntansi
Ketut Ari Warsadi.,
Nyoman Trisna Herawati, S.E.Ak., M.Pd.
., I Putu
merancang sistem akuntansi sederhana
yang dapat
membantu dan memudahkan para pemilik UKM
Studi Kasus.
Hasil penyusunan laporan keuangan berdasarkan
Keuangan Entitas Mikro, Kecil, Dan Menengah Pada Pt.
Mama Jaya
Julianto, SE., M.Si., Ak./2017
dalam membuat laporan keuangan berbasis SAK EMKM.
SAK EMKM
berupa neraca dengan total aktiva dan pasivanya sebesar, laporan laba rugi sebesar, dan catatan atas laporan keuangan.
Beberapa penelitian terdahulu menyusun laporan keuangan berbasis SAK EMKM.
Artinya laporan keuangan yang dihasilkan digunakan untuk keperluan komersial bukan untuk pelaporan pajak. Penelitian yang akan dilakukan lebih menitikberatkan pada desain laporan keuangan yang dibutuhkan dalam menjalankan kewajiban perpajakan wajib pajak berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku. Objek penelitian adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertanian dan belum membuat laporan keuangan.
BAB 3
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendesain laporan keuangan komersial perusahaan.
Laporan keuangan komersial disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan. Selama ini perusahaan belum membuat pembukuan. Perusahaan hanya melakukan pencatatan karena keterbatasan sumber daya. Agar dapat digunakan dalam pelaporan SPT Tahunan maka dilanjutkan dengan mendesain laporan keuangan sesuai dengan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
3.2 Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan kontribusi bagi industri. Laporan keuangan dapat memberikan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan manajemen.
Dari laporan keuangan juga diketahui apakah perusahaan mengalami keuntungan atau tidak.
Selanjutnya sebagai wajib pajak, perusahaan mempunyai kewajiban melaporkan SPT Tahunan yang harus dilengkapi dengan laporan keuangan sesuai ketentuan perpajakan sebagai dasar perhitungan pajak terutang.
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Sumber Data
Sumber data dalam sebuah penelitian menjadi faktor penting sebagai tujuan pertimbangan dalam metode pengumpulan data. Dalam pengumpulan data terdapat dua sumber data yaitu data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan dengan cara langsung serta dikumpulkan oleh peneliti atau petugas pengambil data lainnya dari sumber pertama, sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung ataupun melalui perantara yang biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen- dokumen atau dalam bentuk arsip.
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan data kuantitatif dan kualitatif.
a. Data Kuantitatif yaitu data yang berupaangka-angka yang berasal dari objek penelitian seperti penyajian laporan keuangan, biaya-biaya yang mempengaruhi laporan laba rugi dan lain-lain.
b. Data Kualitatif yaitu data yang bersifat kualitatif yang mendeskripsikan setting penelitian, baik berupa situasi informan atau responden yang umumnya berbentuk narasi melalui perantara lisan seperti ucapan maupun penjelasan, dokumen pribadi atau catatan lapangan (Suharsaputra, 2012:188).
4.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ditentukan oleh setting dan partisipan serta jenis data yang akan dikumpulkan. Penelitian ini mengumpulkan data dengan teknik:
Penelitian Lapangan, yaitu menggunakan peninjauan dan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti, seperti melakukan wawancara guna mendalami dan lebih memahami suatu kejadian atau kegiatan suatu objek penelitian dengan pihak terkait serta mengumpulkan data dari perusahaan.
Tinjauan kepustakaan dilakukan dengan membaca dan mempelajari buku-buku ataupun
literatur yang mendukung serta berkaitan dengan topik penelitian. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan dasar teoritis yang akan digunakan dalam pembahasan, sebagai alat analisis, dan memberikan tambahan wawasan dalam penelitian ini. (Suharsaputra, 2012).
4.3 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Pendekatan studi kasus (case study) (Soehartono, 2011) adalah penelitian yang memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang dipelajari sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain data dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber. Pada penelitian ini, studi kasus dilakukan pada PT KAM, dengan melakukan pencatatan keuangan, pembuatan laporan keuangan dan menghitung pajak penghasilan berdasarkan Undang-Undang No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Diharapkan PT KAM dapat memiliki laporan keuangan yang baik dan dapat memenuhi kewajiban perpajakannya di masa yang akan datang.
4.4 Teknik Analisis
Langkah-langkah teknik analisis data pada penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Menggambarkan proses bisnis PT KAM.
2. Mengumpulkan data keuangan PT KAM tahun 2019 dan bulan Januari – April 2020 3. Merancang COA (Chart of Account)
4. Membuat pencatatan atas data-data keuangan PT KAM.
5. Membuat worksheet (kertas kerja)
6. Menyusun dan mendesain laporan keuangan komersial PT KAM.
7. Melakukan Rekonsiliasi Fiskal
8. Membuat laporan keuangan fiskal PT KAM 9. Menghitung pajak penghasilan PT KAM
Roadmap Penelitian
Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) penelitian ini masuk pada TKT 2 formulasi konsep teknologi dan aplikasinya.
Amati Proses bisnis perusahaan
Desain Lapkeu Komersial
Buat Rekonsiliasi
Fiskal
Kumpul data Membuat
Worksheet
Susun &
desain Lapkeu Fiskal
Rancang COA
Rancang Buku Besar
Hitung Pajak Penghasilan terutang
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Perusahaan
Perusahaan ini didirikan oleh dua orang yang juga penanam modal pada perusahaan ini. Dimulai dengan membeli sebidang tanah di daerah Tara-tara yang berada di pinggiran kota Tomohon tahun 2016. Di tahun berikutnya, mulai dibangun green house sebagai tempat pertanian dengan luas tanah 500 meter dan berkembang terus hingga kini mencapai 3.000 meter. Awal mulanya dilakukan percobaan tanaman apa yang paling cocok dan paling diminati baik dari segi rasa, kualitas dan selera konsumen. Ada berbagai varian bibit yang disemai dan diuji coba hingga akhirnya menemukan beberapa jenis tanaman hidroponik yang akan dibudidayakan di tempat ini. Perusahaan mempekerjakan seorang manager, sarjana pertanian dan beberapa pegawai untuk menjalankan usaha ini. Tahun 2018 perusahaan mulai melakukan penjualan ke resto, supermarket dan sejumlah UMKM produk makanan sehat.
Untuk memudahkan distribusi, perusahaan menyewa ruko sebagai kantor pemasaran dan administrasi.
Seperti perusahaan lain yang baru berdiri, beberapa pekerjaan masih dirangkap termasuk administrasi yang masih ditangani sendiri oleh pemilik. Penjualan dan pengeluaran hanya dicatat jumlahnya tanpa ada pemisahan seperti layaknya akuntansi yang berlaku umum. Daftar aktiva hanya mencatat harga pembelian dan belum merinci jenis dan produk yang dibeli. Pencatatan menggunakan cash basis yaitu mencatat penerimaan dan pengeluaran kas. Laporan SPT pajak disusun berdasarkan omzet karena peredaran bruto perusahaan masih di bawah Rp 4.800.000.000, sesuai dengan peraturan perpajakan untuk usaha UMKM.
Deskripsi Data
Usaha pertanian hidroponik dapat dikategorikan sebagai usaha manufaktur. Ada tiga tahapan untuk jenis usaha ini yaitu: proses pembelian bahan baku, proses produksi, dan proses penjualan yaitu penjualan tanaman organic kepada customer. Selama beroperasi, proses penjualan tanaman organic PT ABC terjadi dalam dua cara, yaitu penjualan ke resto, UMKM dan supermarket langganan dan penjualan harian kepada customer yang datang ke workshop dan kantor PT ABC. Dari kedua cara penjualan tersebut, kebanyakan customer
melakukan pembayaran secara kredit melalui transfer rekening, dan sebagian lainnya membayar secara tunai. Penelitian ini mengumpulkan data penerimaan dan pengeluaran mulai bulan Januari – Desember 2020 sebagai acuan untuk merancang sistem informasi akuntansi perusahaan.
5.2 Merancang Nama Perkiraan
Akun-akun yang dibentuk dalam buku besar harus disesuaikan dengan jenis dan susunan informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Biasanya laporan keuangan yang dipakai sebagai dasar pembentukan dan penyusunan akun-akun buku besar adalah laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi.
Pengolahan data akuntansi sangat tergantung pada penggunaan kode untuk mencatat, mengklasifikasikan, menyimpan dan mengambil data keuangan. Penggunan kode akun dan bukan nama akun akan mempercepat pencarian akun yang akan diisi dengan informasi dalam proses posting. Penamaan akun juga dapat mempengaruhi pemeriksaan pajak jika berindikasi tidak berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan. Pada saat rekonsiliasi fiskal dapat dikoreksi positif atau negatif. Ada 5 metode pemberian kode akun. Berdasarkan data transaksi perusahaan selama tahun 2020, maka digunakan kode angka kelompok (group numerical code). Kode angka kelompok merupakan salah satu jenis kode akun dimana pemberian kode akun dilakukan dengan cara mengelompokkan masing-masing akun yaitu akun aktiva, kewajiban, modal, pendapatan dan beban.
Digit pertama menunjukkan klasifikasi utama laporan keuangan, digit kedua menunjukkan sublisifikasi, digit ketiga menunjukkan akun spesifik dan digit keempat menunjukkan akun subspesifik.
5.3 Menyusun Neraca Awal dan Daftar Aktiva
Berdasarakan nama akun pada daftar akun maka disusun neraca awal dengan mengisi akun-akun yang ada di neraca dengan jumlah yang ada pada tanggal 1 Januari 2020. Neraca awal menjadi sumber saldo awal akun untuk dimasukkan dalam buku besar.
Perusahaan meginventarisir daftar aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Daftar aktiva tetap mengikuti form yang diminta dalam lampiran SPT Tahunan agar lebih efisien.
Daftar aktiva dibuat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan dimana aktiva dibagi dalam empat kelompok. Kelompok pertama adalah aktiva yang mempunyai masa
penyusutan 4 tahun, kelompok kedua adalah aktiva yang mempunyai masa penyusutan 8 tahun, kelompok ketiga mempunyai masa penyusutan 16 tahun dan terakhir adalah bangunan. Metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus.
DAFTAR AKUN No.
Akun Nama Akun
No.
Akun Nama Akun
1000 AKTIVA 3000 EKUITAS
1100 AKTIVA LANCAR 3100 Modal
1101 Kas 3200 Dividen
1102 Bank A 3300 Ikhtisar Laba Rugi
1103 Bank B 4000 PENDAPATAN
1104 Piutang Dagang 4100 PENDAPATAN OPERASIONAL
1105 Persediaan bahan jadi 4200 Pendapatan Lain 1106 Persediaan bahan baku & penolong 5000 BEBAN
1200 Perlengkapan 5100 BEBAN OPERASIONAL
1201 Sewa dibayar dimuka 5101 Biaya gaji & upah
1202 AKTIVA TETAP 5102 Biaya perlengkapan
1203 Peralatan 5103 Biaya penyusutan peralatan
1204 Ak.penyusutan peralatan 5104 Biaya penyusutan kendaraan
1205 Kendaraan 5105 Biaya penyusutan green house
1206 Ak.penyusutan kendaraan 5106 Biaya penyusutan irigasi
1207 Green House 5107 Beban listrik
1208 Ak.penyusutan green house 5108 Beban kendaraan
1209 Instalasi irigasi 5109 Biaya Solar
1210 Ak.penyusutan irigasi 5110 Biaya kemasan
1211 Tanah 5111 Biaya pemasaran
2000 KEWAJIBAN 5112 Biaya sewa
2101 Hutang dagang 5200 BEBAN LAIN-LAIN
2102 Hutang gaji dan upah
Data ini diklasifikasikan dalam 5 golongan akun yaitu: aset, kewajiban, modal, pendapatan dan beban untuk diberikan nama dan kode perkiraan. Kode dibuat sedemikian rupa agar dapat mengakomodir jika terjadi penambahan akun sehubungan dengan bertambahnya aktivitas perusahaan.
5.4 Jurnal
Pencatatan akuntansi pertama kali dilakukan adalah dalam jurnal. Dibanding dengan catatan akuntansi yang lain, pencatatan di dalam jurnal ini biasanya lebih lengkap dan lebih terinci, serta menurut urutan tanggal kejadian transaksi. Karena jurnal merupakan catatan akuntansi yang pertama diselenggarakan dalam proses akuntansi, maka dalam sistem akuntansi, jurnal harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi ada satu transaksi yang tidak dicatat; catatan yang dilakukan di dalamnya lengkap dengan penjelasan, tanggal dan informasi lain, agar catatan tersebut mudah diusut kembali ke dokumen sumbernya.
Perusahaan dapat menggunakan jurnal khusus jika frekuensi terjadinya transaksi semakin tinggi dan jenis transaksi menjadi lebih banyak. Transaksi yang terjadi pada PT ABC dalam setahun ada 666 transaksi. Artinya rata-rata setiap bulannya terdapat 56 transaksi dan dalam sehari kurang lebih terjadi 2 transaksi di perusahaan. Jenis dan jumlah transaksi perusahaan masih sedikit, jurnal umum dengan dua kolom debit dan kredit sudah cukup memadai.
Jurnal ini digunakan untuk menampung transaksi penjualan, pembelian, penerimaan dan pengeluaran kas, penyusutan asset tetap dan transaksi lainnya. Kolom-kolom dalam jurnal umum tersebut diisi data berikut ini: kolom tanggal, kolom keterangan, kolom nomor bukti, kolom nomor akun dan kolom Debit dan Kredit.
JURNAL Tanggal B/T No.
Akun Keterangan Jumlah (Dlm Rp)
Debet Kredit Jan 4
KK 01
5112
Biaya kemasan produk 1.170.000
2020 1101 Kas 1.170.000
Beli stiker kemasan
18
KK 02
5113
Biaya pemasaran 100.000
1101 Kas 100.000
Listing Golden
Supermarket
Kolom (1) : untuk mencatat tanggal terjadinya transaksi. Bagian kiri digunakan untuk mencatat tahun dan bulan, bagain kanan untuk mencatat tanggal.
Kolom (2) : untuk mencatat nomor bukti transaksi Kolom (3) : untuk mencatat nama rekening
Kolom (4) : untuk mencatat nomor akun (COA)
Kolom (5) : untuk mencatat jumlah rupiah yang harus didebet Kolom (6) : untuk mencatat jumlah rupiah yang harus dikredit 5.5 Buku besar
Buku besar ini menampung ringkasan data yang sudah diklasifikasikan yang berasal dari jurnal. Buku besar (general ledger) merupakan kumpulan akun-akun yang digunakan untuk menyortasi dan meringkas informasi yang telah dicatat dalam jurnal. Buku pembantu (subsidiary ledger) adalah suatu cabang buku besar yang berisi rincian akun tertentu yang ada dalam buku besar. Dengan demikian baik buku besar maupun buku pembantu terdiri dari akun. Akun adalah judul suatu catatan akuntansi yang umumnya berbentuk T, yang dibagi dua bagian, sebelah kiri disebut debet dan sebelah kanan disebut kredit, sebagai alat untuk mengklasifikasikan dan mencatat transaksi berdasar prinsip tata buku berpasangan (double entry bookkeeping).
No.Akun: 1101 KAS
Tanggal Keterangan Ref Jumlah (Dlm Rp)
Debet Kredit Saldo
Jan 12.500.000
2020 4 Beli stiker kemasan 1.170.000 11.330.000 18 Listing Golden Supermarket 100.000 11.230.000
Apabila data dalam neraca saldo masih harus disesuaikan lebih dahulu, maka diperlukan neraca saldo yang baru, yang disebut Neraca Saldo Setelah Disesuaikan (worksheet). Langkah berikutnya adalah memindahkan jumlah-jumlah di dalam kolom neraca saldo setelah disesuaikan ke dalam kolom-kolom rugi & laba serta kolom-kolom neraca.
PT ABC
Neraca Saldo Setelah Disesuaikan 31-Des-21
No. Akun Nama Akun Neraca Saldo Penyesuaian
NS Setelah Disesuaikan
D K D K D K
1000 AKTIVA
1100 AKTIVA LANCAR
1101 Kas
1102 Bank A
1103 Bank B
Dst
PT ABC
Rekonsiliasi Fiskal Tahun 2020 Dalam Ribuan Rupiah
Laporan L/R Komersial Jumlah Koreksi Fiskal
L/R Fiskal Positif Negatif
Penjualan 1.600.000.00 1.600.000.00
HPP 350.000.00 350.000.00
Laba kotor 1.250.000.00 1.250.000.00
Beban- beban:
Biaya gaji & upah 240.000.00 240.000.00 Biaya perlengkapan 90.000.00 90.000.00 Biaya penyusutan peralatan 45.000.00 45.000.00 Biaya penyusutan
kendaraan 90.000.00 90.000.00
Biaya penyusutan green
house 180.000.00 180.000.00
Biaya penyusutan irigasi 78.000.00 78.000.00 Beban listrik 18.000.00 18.000.00 Beban kendaraan 12.000.00 12.000.00
Biaya Solar 15.000.00 15.000.00
Biaya kemasan 12.000.00 12.000.00 Biaya pemasaran 25.000.00 3.500.00 21.500.00 Biaya sewa 90.000.00 - 90.000.00 Biaya lain-lain 15.000.00 - 15.000.00
910.000.00 906.500.00
Laba sebelum pajak 340.000.00 343.500.00
Laba bersih yang ada pada Laporan Laba Rugi harus dibuat berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku sehingga perlu dibuat rekonsiliasi fiskal. Setelah diteliti, dalam akun biaya pemasaran terdapat biaya sumbangan yang tidak berkaitan dengan penghasilan perusahaan sehingga perlu dilakukan koreksi fiscal positif sebesar Rp 3.500.000,-.
Koreksi fiscal positif mengakibatkan jumlah laba bertambah dan dasar pengenaan pajak juga bertambah.
PT ABC NERACA
31 Desember 2021 (ribuan rupiah)
AKTIVA KEWAJIBAN
Kas 60.000.00 Hutang gaji dan upah 14.000.00 Piutang
6.000.00 Persediaan
5.000.00 Modal Sewa dibayar dimuka
6.000.00 Modal A 800.000.00 Kendaraan
220.000.00 Modal B 108.000.00 Green House
100.000.00 Tanah
400.000.00 Aktiva tetap lainnya
125.000.00 Jumlah
922.000.00 Jumlah 922.000.00
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
PT ABC sebagai wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya harus melakukan pembukuan. Sebagaimana aturan dalam UU No. 28 Tahun 2007 tentang KUP pada pasal 28 dan 29 menyebutkan bahwa setiap pembukuan sekurang-kurangnya harus terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta transaksi dalam satu periode sehingga dapat dihitung besarnya pajak terutang. Oleh karena itu desain pembukuan dibuat sesuai kebutuhan dan sumber daya yang ada di perusahaan dengan memperhatikan prinsip aman, cepat dan murah.
6.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan bersama dengan peneliti lintas ilmu membuat desain laporan keuangan berbasis aplikasi komputerisasi.
DAFTAR PUSTAKA
No, U. U. (36). Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Jakarta: Sekertariat Negara.
No, U. U. (20). Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Jakarta:
Sekertariat Negara.
Direktorat Jendral Pajak. (2011). Buku Panduan Hak dan Kewajiban Wajib Pajak. Jakarta:
Direktor Jenderal Pajak.
Felix, F. (2018). Desain Laporan Keuangan Dalam Rangka Menyiapakan Laporan Keuangan Dan Pajak Pada Toko Sepatu Obral (Doctoral dissertation, Universitas Katolik Darma Cendika).
Ikatan Akuntan Indonesia. (2017). Pedoman Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia
Indonesia, P. R. (2007). Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP). Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun.
Indonesia, R. (2013). Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2013 tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun.
Kieso, D. E., Weygant, J. J., & Warfield, T. D. (2012). Akuntansi Intermediate, Jilid 1.
Norkamsiah, N., Kesuma, A. I., & Setiawaty, A. (2017). Penerapan standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (sak etap) pada penyusunan laporan keuangan. AKUNTABEL, 13(2), 151-163.
Nurmalasari, E. (2014). Analisis Koreksi Fiskal Terhadap Laporan Keuangan Komersial Pada Pt. Andalan Bangun Sejahtera (Doctoral dissertation, President University).
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2014 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2010 Tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan Beserta Petunjuk Pengisiannya.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 107/PMK.011/2013 Tentang Tata Cara Penghitungan, Penyetoran, Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
Prihambudi, H. (2020). Dampak Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 terhadap Kontribusi Penerimaan Pajak, Kepatuhan, dan Omzet Usaha Wajib Pajak Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS BAKRIE).
Rahman W.A., & Sularto, L. (2011). Analisis dan Desain Sistem Informasi Akuntansi pada Usaha Kecil dan Menengah (Studi Kasus pada CV. Smart Teknologi Indonesia).
PESAT, Vol. 4 (1), 140-148
Rustyaningsih, R. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pajak. Widya Warta, No. 2 (14), 44-54.
Suharsaputra, U. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan tindakan. Bandung: PT Refika Aditama.
DAFTAR ISI
SAINS DAN TEKNOLOGI TERAPAN/ENGINEERING AND SCIENCE
Authors Judul Halaman
I Ketut Astawa, I Ketut Budarma, dan Cokorda Istri Sri Widhari
GREEN HOTEL PRACTICE DI BALI DAN RESPONS PERILAKU TAMU
1
Yunelly Asra, Hutomo Atman Maulana
PEMETAAN MODEL TETRAPRENEUR PADA RENCANA USAHA OUTLET BUM DESA AIR PUTIH JAYA
9
Variyetmi Wira, Yenida, Tuti Azra
PENGARUH LEVERAGE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA SEKTOR PARIWISATA DI INDONESIA
17
Iwan Hermawan , Sartono, dan Gita Hindrawati
MODAL MANUSIA PADA INDUSTRI
FESYEN MELALUI PERAN KEPEMIMPINAN DAN KAPABILITAS TEKNOLOGI
INFORMASI
28
Ratna Wulaningrum,
Muhammad Suyudi, dan Reza Artamevia Julianti
PROSEDUR PERLAKUAN ASET TETAP BERDASARKAN PSAP NOMOR 7 PADA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA – KALTIMTARA
39
Nita Maria Rosiana, Zora Olivia , dan Arinda Lironika Suryana
PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU-IBU PKK TENTANG SANITASI DAN
PENGELOLAAN SAMPAH SETELAH DIBERIKAN PENYULUHAN KESEHATAN
49
Ivonne H. Putong dan Sintje P. Alouw
DESAIN LAPORAN KEUANGAN
PELAPORAN SPT TAHUNAN WAJIB PAJAK UMKM
56
Indra Siregar dan Rahmat Widia Sembiring
PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PROGRAM PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA DANAU TOBA PROVINSI
SUMATERA UTARA
64
Ninik Sri Rahayu, Inno Cahyaning Tyas, dan Agus Priyo Utomo
PEMBELAJARAN PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA MENGGUNAKAN MEDIA CONFERENCE DI POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
73 Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif (SENTRINOV) ke-VII ISAS Publishing Series: Social and Humanities Vol. 7 No. 2 (2021) E-ISSN: 2621-9794, P-ISSN: 2477-2097
DESAIN LAPORAN KEUANGAN PELAPORAN SPT TAHUNAN WAJIB PAJAK UMKM
Ivonne H. Putong1) dan Sintje P. Alouw2)
1Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Manado, Kampus Buha, Manado, 95252
2Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Manado, Kampus Buha, Manado, 95252 E-mail: [email protected]
Abstract
The policy that regulate the final Income Tax(PPh) to be 0,5% has a grace period.
The previous regulation which is the Government Regulation(PP) No.46, 2003 doesn’t regulate the time limit to use PPh Final. The time limit that is stated in the PP No.23, 2018 stated as this: Corporate taxpayer is given 4 year to establish a company, enterprise, or Firm and 3 years for corporate taxpayer to establish incorporated company. While the personal taxpayer is given 7 years. After the time limit is reached, taxpayers have to use the normal tariff scheme as regulated in the chapter 17 of the Constitution(UU) No.36, 2008. Starting from 2021, as stated in the PP No.23, 2018, ABC inc. are mandated to do the book keeping that produce a financial report. Now, the company only book keep the monthly turnover. There is no book keeping that fulfill the requirments to report tax. This study aims to design the preparation of financial statements that are used to calculate the income tax payable and the basis for preparing financial statements for the following year.
Key Word: Company’s income tax, fiscal financial report
Abstrak
Kebijakan tentang PPh Final 0,5% memiliki grace period atau batas waktu.
Peraturan sebelumnya yaitu PP No.46 Tahun 2003 tidak mengatur batasan waktu untuk penggunaan tarif PPh Final. Batas waktu dalam PP No.23 Tahun 2018 adalah sebagai berikut: 4 tahun pajak bagi Wajib Pajak Badan berbentuk koperasi, CV, atau Firma dan 3 tahun pajak bagi Wajib Pajak Badan berbentuk Perseroan Terbatas. Untuk Wajib Pajak orang pribadi mendapat kesempatan 7 tahun. Setelah batas waktu tersebut berakhir, Wajib Pajak akan kembali menggunakan skema tarif normal sebagaimana diatur dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Mulai tahun 2021 sesuai dengan PP No.23 Tahun 2018, PT ABC wajib melakukan pembukuan yang menghasilkan laporan keuangan. Saat ini perusahaan hanya melakukan pencatatan omzet bulanan. Belum ada pembukuan yang memenuhi persyaratan untuk pelaporan pajak. Penelitian ini membahas desain penyusunan laporan keuangan yang digunakan untuk menghitung pajak penghasilan terutang dan dasar penyusunan laporan keuangan untuk tahun berikutnya.
Kata Kunci: PPh UMKM, laporan keuangan fiskal
Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif (SENTRINOV) Ke-VII ISAS Publishing Series: Social and Humanities Vol. 7 No. (2021) E-ISSN: 2621-9794, P-ISSN: 2477-2097
Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif (SENTRINOV) Ke-VII ISAS Publishing Series: Social and Humanities Vol. 7 No. 1 (2021) E-ISSN: 2621-9794, P-ISSN: 2477-2097
PENDAHULUAN
Berbagai fasilitas dan insentif diberikan oleh pemerintah untuk membantu Wajib Pajak memenuhi kewajibannya. Salah satu yang banyak mendapat perhatian dari pemerintah adalah sektor UMKM. Bagi wajib pajak UMKM dengan omzet peredaran bruto di bawah Rp 4.800.000.000 diberi kemudahan dalam menghitung dan melaporkan pajak penghasilannya. Tujuannya agar pemerintah dapat merangkul sebanyak mungkin UMKM untuk terlibat dalam sistem perpajakan. Para pengusaha baik orang pribadi atau badan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP)No. 23 Tahun 2018 diberi fasilitas untuk menggunakan metode pencatatan dan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Final sebesar 0,5% dari omzet. Metode pencatatan memudahkan secara administratif karena wajib pajak hanya membuat catatan atas omzet setiap bulan dalam setahun.
Kebijakan tentang PPh Final 0,5% memiliki grace period atau batas waktu.
Dilihat dari status hukum, PT ABC termasuk dalam kriteria Wajib Pajak Badan berbentuk Perseroan Terbatas. PT ABC wajib melakukan pembukuan yang menghasilkan laporan keuangan. Saat ini perusahaan hanya melakukan pencatatan omzet bulanan. Belum ada pembukuan yang memenuhi persyaratan untuk pelaporan pajak.
Ada dua jenis laporan keuangan berdasarkan penggunaannya dan aturan yang mendasari. Pertama, laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku atau biasa disebut dengan Laporan Keuangan Komersial. Kedua, yaitu Laporan Keuangan Fiskal yang disusun berdasarkan peraturan perpajakan. Aturan yang berlaku di Indonesia tidak membolehkan perusahaan untuk membuat laporan ganda yaitu laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal. Sebagai jalan keluar, laporan keuangan hanya dibuat satu saja yaitu Laporan Keuangan Komersial kemudian dilakukan rekonsiliasi fiskal sehingga tersusun Laporan Keuangan Fiskal yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak penghasilan dan pelaporannya. Ini menjadi kendala bagi PT ABC untuk menyusun dan mendesain Laporan Keuangan Fiskal karena tidak mempunyai sumber daya. Di lain pihak, perusahaan terancam sanksi dari Direktorat J enderal Pajak jika tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.
57
Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif (SENTRINOV) Ke-VII ISAS Publishing Series: Social and Humanities Vol. 7 No. 1 (2021) E-ISSN: 2621-9794, P-ISSN: 2477-2097
Berdasarkan uraian latar belakang yang ada maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: bagaimana desain penyusunan laporan keuangan komersial dan laporan keuangan yang digunakan sebagai dasar perhitungan dan pelaporan pajak penghasilan PT ABC.
METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini mengumpulkan data dengan dua teknik. Pertama, penelitian lapangan, yaitu menggunakan peninjauan dan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti, seperti melakukan wawancara guna mendalami dan lebih memahami suatu kejadian atau kegiatan suatu objek penelitian dengan pihak terkait serta mengumpulkan data dari perusahaan. Kedua, tinjauan kepustakaan dilakukan dengan membaca dan mempelajari buku-buku ataupun literatur yang mendukung serta berkaitan dengan topik penelitian.
Studi kasus dilakukan pada PT ABC, dengan melakukan pencatatan keuangan, pembuatan laporan keuangan dan menghitung pajak penghasilan berdasarkan Undang- Undang No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Diharapkan PT ABC dapat memiliki laporan keuangan yang baik dan dapat memenuhi kewajiban perpajakannya di masa yang akan datang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perusahaan ini didirikan oleh dua orang yang juga penanam modal pada perusahaan ini. Dimulai dengan membeli sebidang tanah di pinggiran kota Tomohon tahun 2016. Di tahun berikutnya, mulai dibangun green house sebagai tempat pertanian dengan luas tanah 500 meter dan berkembang terus hingga kini mencapai 3.000 meter.
Awal mulanya dilakukan percobaan tanaman apa yang paling cocok dan paling diminati baik dari segi rasa, kualitas dan selera konsumen. Perusahaan mempekerjakan seorang manager, sarjana pertanian dan lima pegawai untuk menjalankan usaha ini.
Beberapa pekerjaan masih dirangkap termasuk administrasi yang masih ditangani sendiri oleh pemilik. Penjualan dan pengeluaran hanya dicatat jumlahnya tanpa ada pemisahan seperti layaknya akuntansi yang berlaku umum. Daftar aktiva hanya mencatat harga pembelian dan belum merinci jenis dan produk yang dibeli.
Pencatatan menggunakan cash basis yaitu mencatat penerimaan dan pengeluaran kas.
58
Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif (SENTRINOV) Ke-VII ISAS Publishing Series: Social and Humanities Vol. 7 No. 1 (2021) E-ISSN: 2621-9794, P-ISSN: 2477-2097
Data transaksi penerimaan dan pengeluaran yang dikumpulkan mulai bulan Januari – Desember 2020 sebagai dasar untuk merancang laporan keuangan perusahaan.
Ada tiga faktor penting yang harus dipenuhi dalam menyusun sistem akuntansi yaitu : cepat, aman dan murah (Zaki, 2012).
Merancang Nama Perkiraan
Penggunan kode akun dan akan mempercepat pencarian akun yang akan diisi dengan informasi dalam proses posting. Penamaan akun juga dapat mempengaruhi pemeriksaan pajak jika berindikasi tidak berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan.
DAFTAR AKUN No.
Akun Nama Akun
No.
Akun Nama Akun
1000 AKTIVA 3000 EKUITAS
1100 AKTIVA LANCAR 3100 Modal
1101 Kas 3200 Dividen
1102 Bank A 3300 Ikhtisar Laba Rugi
1103 Bank B 4000 PENDAPATAN
1104 Piutang Dagang 4100
PENDAPATAN OPERASIONAL 1105 Persediaan bahan jadi 4200 Pendapatan Lain 1106
Persediaan bahan baku &
penolong 5000 BEBAN
1200 Perlengkapan 5100 BEBAN OPERASIONAL
1201 Sewa dibayar dimuka 5101 Biaya gaji & upah
1202 AKTIVA TETAP 5102 Biaya perlengkapan
1203 Peralatan 5103 Biaya penyusutan peralatan
1204 Ak.penyusutan peralatan 5104 Biaya penyusutan kendaraan
1205 Kendaraan 5105 Biaya penyusutan green house
1206 Ak.penyusutan kendaraan 5106 Biaya penyusutan irigasi
1207 Green House 5107 Beban listrik
1208 Ak.penyusutan green house 5108 Beban kendaraan 1209 Instalasi irigasi 5109 Biaya Solar 1210 Ak.penyusutan irigasi 5110 Biaya kemasan
1211 Tanah 5111 Biaya pemasaran
2000 KEWAJIBAN 5112 Biaya sewa
2101 Hutang dagang 5200 BEBAN LAIN-LAIN
2102 Hutang gaji dan upah
59
Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif (SENTRINOV) Ke-VII ISAS Publishing Series: Social and Humanities Vol. 7 No. 1 (2021) E-ISSN: 2621-9794, P-ISSN: 2477-2097
Berdasarkan nama akun pada daftar akun maka disusun neraca awal dengan mengisi akun-akun yang ada di neraca dengan jumlah yang ada pada tanggal 1 Januari 2020. Neraca awal menjadi sumber saldo awal akun untuk dimasukkan dalam buku besar.
Setelah itu menginventarisir daftar aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan.
Daftar aktiva tetap mengikuti form yang diminta dalam lampiran SPT Tahunan. Daftar aktiva dibuat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan dimana aktiva dibagi dalam empat kelompok. Kelompok pertama adalah aktiva yang mempunyai masa penyusutan 4 tahun, kelompok kedua adalah aktiva yang mempunyai masa penyusutan 8 tahun, kelompok ketiga mempunyai masa penyusutan 16 tahun dan terakhir adalah bangunan. Metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus.
Jurnal
Perusahaan dapat menggunakan jurnal khusus jika frekuensi terjadinya transaksi semakin tinggi dan jenis transaksi menjadi lebih banyak. Transaksi yang terjadi pada PT ABC dalam setahun ada 666 transaksi. Artinya rata-rata setiap bulannya terdapat 56 transaksi dan dalam sehari kurang lebih 2 transaksi di perusahaan. Jenis dan jumlah transaksi perusahaan masih sedikit, jurnal umum dengan dua kolom debit dan kredit sudah cukup memadai.
JURNAL
Tanggal B/T No.
Akun Keterangan Jumlah (Dlm Rp)
Debet Kredit Jan 4 KK 01 5112 Biaya kemasan produk 1.170.000
2020 1101 Kas 1.170.000
Beli stiker kemasan
18 KK 02 5113 Biaya pemasaran 100.000
1101 Kas 100.000
Listing Golden
Supermarket
Buku besar
Buku besar ini menampung ringkasan data yang sudah diklasifikasikan yang berasal dari jurnal. Buku besar (general ledger) merupakan kumpulan akun-akun yang digunakan untuk menyortasi dan meringkas informasi yang telah dicatat dalam jurnal.
Buku pembantu (subsidiary ledger) adalah suatu cabang buku besar yang berisi rincian
60
Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif (SENTRINOV) Ke-VII ISAS Publishing Series: Social and Humanities Vol. 7 No. 1 (2021) E-ISSN: 2621-9794, P-ISSN: 2477-2097
akun tertentu yang ada dalam buku besar. Dengan demikian baik buku besar maupun buku pembantu terdiri dari akun. Akun adalah judul suatu catatan akuntansi yang umumnya berbentuk T, yang dibagi dua bagian, sebelah kiri disebut debet dan sebelah kanan disebut kredit, sebagai alat untuk mengklasifikasikan dan mencatat transaksi berdasar prinsip tata buku berpasangan (double entry bookkeeping).
No.Akun: 1101 KAS
Tanggal Keterangan Ref Jumlah (Dlm Rp)
Debet Kredit Saldo
Jan 12.500.000
2020 4 Beli stiker kemasan 1.170.000 11.330.000 18 Listing Golden Supermarket 100.000 11.230.000
Apabila data dalam neraca saldo masih harus disesuaikan lebih dahulu, maka diperlukan neraca saldo yang baru, yang disebut Neraca Saldo Setelah Disesuaikan (worksheet).
Langkah berikutnya adalah memindahkan jumlah-jumlah di dalam kolom neraca saldo setelah disesuaikan ke dalam kolom-kolom rugi & laba serta kolom-kolom neraca.
PT ABC
Neraca Saldo Setelah Disesuaikan 31-Des-21
No. Akun Nama Akun Neraca Saldo Penyesuaian
NS Setelah Disesuaikan
D K D K D K
1000 AKTIVA
1100 AKTIVA LANCAR
1101 Kas
1102 Bank A
1103 Bank B
Dst
Laba bersih yang ada pada Laporan Laba Rugi harus dibuat berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku sehingga perlu dibuat rekonsiliasi fiskal.
Setelah diteliti, dalam akun biaya pemasaran terdapat biaya sumbangan yang tidak berkaitan dengan penghasilan perusahaan sehingga perlu dilakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp 3.500.000,-.
61