• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanaman sikap sosial melalui pembelajaran IPS Pada siswa kelas V di SDN 2 Telagawaru Tahun Pelajaran 2021/2022

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Penanaman sikap sosial melalui pembelajaran IPS Pada siswa kelas V di SDN 2 Telagawaru Tahun Pelajaran 2021/2022"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENANAMAN SIKAP SOSIAL MELALUI PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V DI SDN 2 TELAGAWARU

TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Oleh:

SITI NUR OKTAVIANI NIM: 180106192

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM 2022

(2)

ii

PENANAMAN SIKAP SOSIAL MELALUI PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V DI SDN 2 TELAGAWARU

TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Skripsi

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram Untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

SITI NUR OKTAVIANI NIM 180106192

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM 2022

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vii

(7)

viii MOTTO

ُناَسْحِ ْلْا الِْا ِناَسْحِ ْلْا ُءۤا َزَج ْلَه

“Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula)”.

(QS. Ar-Rahman: ayat 60).1

1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemahan Per-Kata, (Bandung: Syaamil Al- Qur’an: 1987), h. 145.

(8)

ix

PERSEMBAHAN

“Ku Persembahkan Skripsi ini Untuk kedua orang tuaku (Bapak Nurisah dan Ibu Sahni), untuk kelurgaku, untuk teman-teman untuk dosen serta untuk almamaterku”

(9)

x

KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirahim

Syukur alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan untuk dapat menyelesaikan proposal yang berjudul ”Penanaman Sikap Sosial Melalui Pembeljaran Ips Pada Siswa Kelas V Di SDN 2 Telagawaru Tahun Pelajaran 2021/2022” . Selanjutnya shalawat beserta salam diucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan dalam setiap sikap dan tindakan sebagai seorang intelektula muslim.

Peneliti menyadari bahwa keberhasilan penyusun proposal ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini, peneliti menyampikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu sebagai berikut:

1. Drs. H. Ramli, M.Pd selaku dosen pembimbing I dan Djuita Hidayati, M.Pd sebagai pembimbing II, yang telah menyediakan waktu dan memberikan bimbingan dengan ikhlas dan sabar yang sangat berharga dalam mengarahkan dan motivasi penulis hingga terselesaikan proposal ini.

2. Dr. Muammar M.Pd. sebagai Ketua Prodi dan Ramdhani Sucilestari, M.Pd Selaku Sekertaris prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram.

3. Dr. Jumarim M.H.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram yang telah banyak memberikan bimbingan kepada mahasiswa.

4. Prof. Dr. H. Masnun. M. Ag. Selaku Rektor UIN Mataram.

5. Bapak Harsono, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN 2 Telagawaru , yang telah menerima penelitian dengan baik, selalu memberikan arahan yang tepat.

6. Ibu Ramdhani Sucilestari, M.Pd, selaku dosen wali yang selalu memberikan motivasi dan arahan sehingga skripsi ini selesai tepat waktu

(10)

xi

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak yang kurang sempurna dalam pembahasan ini, oleh karena itu penulis membutuhkan kritik dan saran untuk mengembangkan dan penyempurnaan proposal ini. Semoga penyusunan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembaca.

Mataram, 18 Mei 2022 Peneliti,

Siti Nur Oktaviani NIM. 180106192

(11)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN LOGO ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

NOTA DINAS PEMBIMBING ... v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... vii

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. RumusanMasalah ... 7

C. TujuandanManfaat ... 8

D. RuangLingkupdan Setting Penelitian ... 10

E. Telah Pustaka ... 11

F. KerangkaTeori ... 14

G. MetodePenelitian ... 53

H. SistematikaPembahasan ... 64

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ... 66

A. GambaranUmumLokasiPenelitian ... 66

B. Cara Penanaman Sikap Sosial Melalui Pembelajaran Ips Pada Siswa Kelas V SDN 2 Telagawaru ... 77

C. Kendala Dalam Penanaman Sikap Sosial Melalui Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SDN 2 Telagawrau ... 88

D. Cara Mengatasi Kendala menanamkan sikap sosial Melalui Pembelajran IPS di SDN 2 Telagawaru BAB III PEMBAHASAN ... 91

A. Cara Penanaman Sikap Sosial Melalui Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SDN 2 Telagawaru ... 91

B. Kendala Dalam Penanaman Sikap sosial Melalui Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SDN 2 Telagawaru ... 99

C. Cara Mengatasi Kendala Penanaman Sikap Sosial Melalui Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SDN 2 Telagawaru BAB IV PENUTUP ... 104

A. Kesimpulan... 104

B. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106

LAMPIRAN ... 109

(12)

xiii RIWAYAT HIDUP

(13)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.2 Sarana dan Prasarana SDN 2 Telagawaru, 51 Tabel 1.3 Data Keadaan Guru, 52

Tabel 2.1 Data Keadaan Peserta Didik, 54

(14)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Struktur Organisasi SDN 2 Telagawaru, 54

(15)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Guru, 88 Lampiran 2. Pedoman Observasi Siswa, 93 Lampiran 3. Pedoman Observasi Guru, 95 Lampiran 4. Dokumentasi, 98

Lampiran 5. Surat Dokumentasi, 99 Lampiran 6. Surat Balasan Sekolah, 100

(16)

xvii

PENANAMAN SIKAP SOSIAL MELALUI PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V DI SDN 2 TELAGAWARU

TAHUN PELAJARAN 2021/2022 Oleh:

Siti Nur Oktaviani NIM 180106192

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan “Penanaman Sikap Sosial Melalui Pembelajaran IPS di Kelas V SDN 2 Telagawaru Tahun Pelajaran 2021/2022”. Tujuan dari penelitian ini ialah: 1) Untuk mengetahui proses penanaman sikap sosial melalaui pembelajaran IPS di SDN 2 Telagawaru Tahun Pelajaran 2021/2022, 2) Untuk mengetahui kendala dalam penanaman sikap sosial melalui Pembelajaran IPS di kelas V SDN 2 Telagawaru Tahun Pembelajaran 2021/2022. 3) Untuk menegtahui cara mengatasi kendala dalam penanaman sikap sosial melalaui pembelajaran IPS di kelas V SDN 2 Telagawaru Tahun Pembelajaran 2021/2022.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Kualitatif dengan menggunakan pendekatan Deskriptif dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun pemeriksaan data dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa : 1) Penanaman sikap sosial melalui pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN 2 Telagawaru. Dapat ditanamkan dengan guru memberikan contoh sikap yang positif kepada siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas, mengkaitkan materi pembelajaran IPS dengan sikap sosial dan dengan memberikan kalimat positif yang mengandung sikap sosial selama dalam proses pembelajaran. 2) kendala dalam menanamkan sikap sosial seperti , waktu belajar di sekolah yang terbatas, kondisi keluarga yang kurang mendukung, pengaruh kemajuan tekologi. 3) mengatasi kendala dalam menanamkan sikap sosial dengan cara, pembiasaan dalam melakukan sikap sosial, mengadakan pertemuan guru dan orangtua, memilah perkembangan teknologi yang baik untuk peserta didik.

Kata Kunci : Penanaman, Sikap Sosial Pembelajaran IPS

(17)

xviii

(18)

xix

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 Pasal 3 dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.2Rumusan tujuan pendidikan ini, syarat dengan pembentukan sikap.

Penanaman sikap sosial pada khususnya tidak bisa dilepaskan kaitanya dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

2Depdiknas, 2013. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional

(20)

2

Piaget dalam Hudiyono bahwa “masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berfikir yaitu usia 7-12 tahun, merupakan usia anak sekolah dasar.

Dalam perkembangan berfikirnya, anak mulai berfikir logis terhadap objek yang konkret, rasa egonya berkurang dan mulai bersikap sosial”.3 Peserta didik mulai dapat berfikir dalam berteman dan bergaul, mana teman yang menguntungkan atau merugikan, dan teman yang membuat lebih nyaman atau sebaliknya, usia keemasan inilah yang menunjang ditanamkanya sikap sosial yang baik. Hal ini sesuai sebagaimana visi pendidikan nasional yaitu : “Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan warga negara Indonesia, berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah”.

Berdasarkan tujuan pendidikan yang diuraikan diatas, maka pendidikan harus mampu membentuk

3Hudiyono. Membangun Karakter Siswa. (Surabaya: Erlangga, 2012), h. 5-6.

(21)

3

individu yang mampu menjadi anggota masyarakat yang baik.Pendidikan juga harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa agar tumbuh masyarakat yang terdidik dan berkarakter.Salah satu usaha pembentukan manusia yang terdidik dan berkarakter adalah dengan adanya penanaman sikap sosial kepada peserta didik.

Menurut Mulyasa, “Guru sebagai pengganti peran orangtua disekolah perlu memiliki kesadaran, pemahaman, keperdulian, dan komitmen untuk membimbing peserta didik menjadi manusia-manusia sholeh-solehah yang bertakwa. Fitrah kecintaan guru kepada peserta didik telah mendorong berbagai upaya untuk menjadikan peserta didik menjadi mahluk yang baik”.4 Guru merupakan salah satu komponen penting pendidikan, karena guru adalah suritauladan bagi siswa, segala bentuk tingkah lakunya akan diperhatikan oleh siswa. Bukan hanya pandai menyampaikan materi

4Mulyasa.Manajemen Pendidikan Karakter. (Jakarta: Bumi Aksara, 2021). h. 31

(22)

4

pembelajaran tetapi guru atau pendidik juga dituntut untuk cerdas dalam menanamkan nilai-nilai serta norma sosial agar siswa pandai membawa diri dalam lingkungan sosial.

Pengembangan potensi dasar peserta didik usia SD/MI meliputi pengoptimalan kemampuan dasar intelektual anak, ketangkasan keterampilan motorik, dan pembentukan watak untuk mengembangkan budi pekertinya (nilai-nilai sosial kesusilaanya). Sejak ditingkat dasar, secara dini para pendidik seharusnya menyadari dan menerapkan bahwa pendidikan bukan hanya menjadi tempat penyampian materi, namun juga untuk penanaman nilai guna pembentukan keperibadian anak didik yang bermoral, karena itu keberhasilan tujuan pendidikan ada pada seorang pendidik (guru). Guru bertanggung jawab dalam proses pendidikan sekolah kemudian akan dibawa ke dalam masyarakat.

Sosial mengacu pada hubungan antara inividu, antar masyarakat, dan individu dengan masyarakat.Unsure

(23)

5

sosial merupakan aspek individu secara alami, artinya aspek itu tekah ada sejak manusia dilahirkan. Karena itu aspek sosial melekat pada diri individu yang perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar menjadi matang. Disamping tugas pendidikan mengemangkan aspek sosial, aspek itu sendiri sangat berperan dalam membantu anak dalam upaya prses pendidikan.5 Allah Subhanahu Wata’ala telah berfirman dalam Alquran Surah Al-Maidah ayat 2 , Surah QS. Al- Isra ayat 7 dan Surah Al-Baqarah ayat 195 mengenai hubungan sosial antara sesama manusia yang berbunyi:

َرْهَّشلا َلَ َو ِ هاللّٰ َرِٕىۤاَعَش ا ْوُّل ِحُت َلَ ا ْوُنَمٰا َنْيِذَّلا اَهُّيَآٰٰي َرَحْلا َتْيَبْلا َنْيِ م ٰۤا ٰٓ َلََو َدِٕىۤ َلََقْلا َلََو َيْدَهْلا َلََو َما اَذِا َوۗ اانا َوْض ِر َو ْمِهِ ب َّر ْن ِم الَْضَف َن ْوُغَتْبَي َما َرَحْلا

َطْصاَف ْمُتْلَلَح ْنَا ٍم ْوَق ُنٰاَنَش ْمُكَّنَم ِرْجَي َلَ َوۗ ا ْوُدا

ا ْوُن َواَعَت َو ا ْْۘوُدَتْعَت ْنَا ِما َرَحْلا ِد ِجْسَمْلا ِنَع ْمُك ْوُّدَص ِمْثِ ْلَا ىَلَع ا ْوُن َواَعَت َلَ َو ۖى ٰوْقَّتلا َو ِ رِبْلا ىَلَع

باَقِعْلا ُدْيِدَش َ هاللّٰ َّنِاۗ َ هاللّٰ اوُقَّتا َوۖ ِنا َوْدُعْلا َو

5Made Pidarta, Landasan Kependidikan. ( Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h.150

(24)

6

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang hadya, dan binatang-binatang qalaid, dan jangan (pula) menganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah, sedang mereka mencari karunia dan keridaan dari Tuhan-nya, dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan jangan sekali-kali kebencian (mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kaum dari Masjidil Haram, mendorongmu berbuat berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (Qs. Al- Maidah: 2).

Berdasarkan ayat Al-Maidah tersebut menunjukan bahwa sebagai umat islam kebaikan yang dikerjakan secara bersama akan berdampak lebih besar pula. Sebab, pekerjaan yang dikerjakan dengan gotoroyong mempunyai spirit kebersamaan yang kuat, hingga dampaknya tersebut semakin cepat menyebar luas. Dan juga menegaskan bahwa sikap saling tolong menolong merupakan pondasi dalam membangun kerukunan hubungan antar entitas masyarakat. Karena, tolong menolong mencerminkan segala perilaku yang memebri manfaat pada orang lain.

(25)

7

ـۤ سَيِلِة َر ِخٰ ْلَاُدْع َوَءۤاَجاَذِاَفۗاَهَلَفْمُتْأَسَاْنِا َو ْۗمُكِسُفْنَ ِلَْمُتْنَسْحَاْمُتْنَسْحَاْنِا ِل َوْمُكَه ْوُج ُوا ْو اارْيِبْتَتا ْوَلَعاَما ْو ُرِ بَتُيِل َّوٍة َّرَمَل َّوَاُه ْوُلَخَداَمَكَد ِجْسَمْلااوُلُخْدَي

Artinya: “jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik utuk dirimu sendiri. dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.

apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (kami bangkitkan Musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjidil Aqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai”. (Qs. Al-Isra’: 7)

Berdasarkan ayat Al-Isra’ ayat 7 tersebut menunjukan bahwa sebagai umat islam yang melakukan kebaikan akan dibukakan pintu-pintu keberkahan oleh Allah. sebaiknya, bila seseorang beruat kejahatan, maka Allah akan membuka pintu-pintu keburukan lainnya. Di mana Allah tela menjanjikan kebaikan yang lebih besar di dunia maupun di akhirat jika mansuia bisa berguna dan bermanfaat untuk orang lain. Sebaliknya, jika manusia

(26)

8

berbuat jahat, Allah juga menyiapkan hukuman yang menanti di hari kiamat.

ۛ اوُنِسْحَأ َو ۛ ِةَكُلْهَّتلاىَلِإْمُكيِدْيَأِباوُقْلُت َلَ َوِهَّلل ِلَيِبَسيِفاوُقِفْنَأ َو َنيِنِسْحُمْلاُّب ِحُيَهَّللاَّنِإ

Artinya:”Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan jaganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah.

Seseungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (Qs. Al-Baqarah: 195)

Berdasarkan ayat Al-Baqarah ayat 195 tersebut menunjukan bahwa perintah untuk member dalam bentuk infak. Infakkanlah (belanjakanlah, serahkanlah, berikanlah) sebahagian dari harta benda yang engkau miliki di jalan Allah, di jalan kebaikan untuk menegakankalimat Allah, dan jalan utuk menegakkan agama Allah. kata “Jalan Allah” di dalam ayat ini menunjukan smua jlan sesuai dengan aturan Allah dan jalan-jalan yang diridhoi-Nya.

Pembahasan mengenai penanaman sikap sosialpada khususnya tidak bisa dilepaskan aitanya dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

(27)

9

Dalam jenjang pendidikan di Indonesia Khususnya tingka SD/MI sudah mengenal peljaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalm sistem pendidikan nasional dalam kurikulum 1975. Dalam dokumen kurikulum jenjang pendidikan dasar dan menegah. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran intergritas dari mata pelajaran sejarah, gegorafi, dan ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya.6

Pendidikan IPS penuh dengan tujuan yang termasuk pengetahuan dan pemahamaan. Dalam belajar ilmu-ilmu sosial seorang siswa diharapkan memiliki pengetahuan dan pemahamaan tentang berbagai konsep pokok dalam suatu disiplin ilmu. Jika ditinjau lebih mendalam lagi, maka nampak bahwa yang dibicarakan

6 Sapriya,(2009). Pendidikan IPS, Bandung: Remaja Rosda Karya, hlm. 7

(28)

10

dalam IPS itu tak lain adalah hubungan antara manusia dan ini mencakup hubungan individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok serta kelompok dengan alam lingkungannya.

Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa benda mati, mahluk hidup, ataupun peristiwa-peristiwa yang erjadi termasuk kondisi masyarajat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat terhadap individu. Seperti lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan lingkungan tempat anak bergaul7.

Anak dalam perkembanganya dipengaruhi oleh orang tua atau wali (pendidik Informal), guru-guru (pendidik formal), dan masyarakat (pendidikan nonformal). Keberhasilan pendidikan di sekolah bukan hanya ditentukan oleh usaha murid secara individual atau bakat interaksi murid dan guru dalam proses belajar mengajar, melainkan juga oleh inetraksi anak atau siswa

7 Abdul Kadir, Dkk. Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 157

(29)

11

dengan lingkungan sosialnya dalam bebagai situasi yang dihadapu di dalam maupun di luar sekolah.

Sikap sosial, dalam hal ini yang muncul pada siswa, sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya.

Lingkungan tersebut berupa lingkungan, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Apabila lingkungan sosial yang dimaksud menfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkemangan anak secara positif, maka anak akan dapat mencapai perkembangan sosial secara matang.8

Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan di kelas V SDN 2 Telagawaru, yakni pada tanggal 2 September 2021dalam proses pelaksanaan pembelajaran secara umum sudah menggunakan pembelajaran secara berkelompok. Namun dalam pelaksanaan pembelajaran berkelompok tersebut, siswa masih memilih-memilih teman kelompok, dan kurangnya saling membantu dalam menyelesaikan tugas kelompok

8 e-Journal PGSD Universutas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun, 2016.

(30)

12

yang diberikan.Disamping itu menunjukan bahwa perilaku negatife yang ditemukan adalah mengganggu, membully, emosional, berkelahi, membolos, berbicara kotor, ramai pada saat jam pembelajaran, tidak mematuhi tata tertib, dan sering keluar masuk kelas.Dalam menanamkan sikap sosial guru juga harus mengajak siswa untuk berinteraksi secara aktif, dan mengemukakan pendapat dengan santun dan sopan pada saat menyampaikan materi disamping itu guru juga dapat menggunakan media pembelajaran guna menanamkan sikap sosial.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengembangkan pengetahuan akademis tentang

“Penanaman sikap sosial melalui pembelajaran IPS pada kelas V SDN 2 telagawaru tahun pelajaran 2021/2022”.

(31)

13 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi Rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana penanaman sikap sosial melalui pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN 2 Telagawaru?

2. Apa saja kendala guru dalam penanaman sikap sosial melalaui pembelajaran IPS di kelas V SDN 2 Telagawaru?

3. Bagaimana cara mengatasi kendala dalam penanaman sikap sosial di kelas V SDN 2 Telagawaru?

(32)

14

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penilitian iniadalah:

a. Untuk mengetahui proses penanaman sikap sosial melalui pembelajaran IPS di SDN 2 Telagawaru Tahun Pembelajaran 2021/2022

b. Untuk mengetahui kendala guru dalam penanaman sikap sosial melalui pembelajaran IPS di kelas V SDN 2 Telagawaru Tahun Pembelajaran 2021/2022

c. Untuk mengetahui cara mengatasi kendala dalam penanaman sikap sosial melalaui pembelajaran IPS di kelas V SDN 2 Telagawaru Tahun Pembelajaran 2021/2022

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penilitan ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis, sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

(33)

15

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang penanaman sikap sosial melalui pembelajaran IPS dan dapat pula diterapkan didalam kehidupan sehari- hari.

2) Sebagai bahan masukan dalam memberikan idea tau gagasan pada pendidik agar memperhatikan kemampuan sikap sosial siswa dalam belajar

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini bermanaat bagi guru, kepala sekolah dan bagi peneliti. Manfaat praktis ini dapat dijelaskan sebagai berikut

1) Manfaat bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu pedoman sekaligus solusi dan dapat menciptakan lulusan yang pintar dalam kognitif juga baik dalam sikap sosialnya.

2) Manfaat bagi Guru

(34)

16

Dapat meningkatkan kualitas mengajar guru dalam mengelola proses pembelajaran, melalukan refleksi untuk memahami kendala dan permasalahan serta pemecahan masalah dalam pembelajaran serta mengetahui semua sikap dari peserta didik.

3) Manfaat bagi siswa

Bagi peserta didik kelas V SDN 2 Telagawaruagar dapat meningkatkan sikap sosial untuk menjadi siswa yang berakhlak baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat.

4) Manfaat bagi peneliti

Bagi peneliti untuk menambah wawasan tentang pentingnya sikap sosial bagi anak didiknya kelak dan bekal untuk mengajar peserta didik sesuai apa yang didapatkan selama perkuliahan.

(35)

17

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini memfokuskan pada kajian tentang penanaman sikap sosial melalui pembelajaran IPS pada kelas V di SDN 2 Telagawaru Tahun 2021/2022.

2. Setting Penelitian

Tempat penelitian ini di laksanakan di SDN 2 Telagawaru Tahun Pelajaran 2021/2022, dilakukan selama 5 bulan, mulai dari bulan Mei sampai bulan September tahun Pelajaran 2021/2022. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa dan guru di SDN 2 Telagawaru.

E. Telaah Pustaka

Bagian ini memuat uraian secara sistematis tentang hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan persoalan yang akan dikaji dalam skripsi. Oleh karena itu, tinjauan kritis yang memuat kelebihan,

(36)

18

kekurangan dan hasil penelitian terdahulu dikemukakan dalam bagian ini. Berikut ini adalah daftar dan garis besar isi karya-karya penelitian yang peneliti jadikan sebagai kajian pustaka:

1. Berdasarkan hasil penelitian Siska Difki Rufaida yang berjudul Pengembangan Sikap Sosial Siswa dengan menggunakan Pendekatan PAKEM pada Pembelajaran IPS Kelas V SD Negeri Mangiran, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa sikap sosial siswa bisa di tingkatkan dengan menggunakan pendekatan PAKEM. Hal ini ditunjukan dengan adanya peningkatan sikap sosial dalam dua kali siklus. Hasil tes sikap pertindakan menunjukan sikap sosial siswa kelas V mencapai 66%.9

2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dessy Anggraeini yang berjudul peningkatan

9 Siska Difki Rufaida, “Pengembangan Sikap Sosial Siswa dengan Menggunakan Pendekatan PAKEM pada Pembelajaran IPS Kelas V SD Negri Mangiram, kecamatan Srandakan, kabupaten bantul” .Journal: FIP UNY. 2013

(37)

19

kualitas Pembelajaran IPS melalui Model Pembelajaraan coopratif Tipe Course Review Horay Pada Siswa Kelas IV SDN sekaran 1 Semarang. Berdasarkan hasil penelitian terdapat peningkatan pada setiap siklusnya, pada siklus 1 memperoleh sekor rata-rata 2,6 pada siklus II meningkat menjadi 3,2. dengan demikian dapat menyimpulkan bahwa melalui model pembelajaran koopratif tipe course review horay dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siwa, dan hasil belajar siswa.10

3. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sugiyono pada tahun 2013 dengan judul Meningkatkan Sikap Sosial Melalui Pembelajaran Koopratif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Mata Pembelajaran IPS siswa Kelas V SD mangunan.

Setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan metode tersebut, pada siklus 1 dengan memvariasikan berbagai metode pembelajaran

10Dessy Anggreani,“Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Koopratif Tipe course Revuiew Horay Pada Siswa Kelas IV SDN Sekaran 1 Semarang”.Kreatife Journal Kependidikan Dasar, Volume1, Nomor 2, Februari 2011.

(38)

20

nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 72 dan peresentase ketuntasan meningkat menjadi 62,50%. Demikian pula setelah dilakukan perbaikan pembelajaran Koopratif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang disertai pemberian dorongan untuk aktif bertanya, umpan balik, penguatan, pembagian kelompok yang heterogen, dan diselingi dengan permainan pada tindakan siklus II semakin meningkatkan sikap sosial siswa.11

Beranjak dari penelitian yang sudah dilaksanakan penelitian tertarik untuk menemukan temuan dengan melakukan penelitian yang berjudul Penanaman Sikap Sosial Siswa Melalui Pembelajaran IPS pada Siswa Kelas V SDN 2 Telagawaru tahun pelajaran 2021/2022, penelitian ingin mengetahui bagaimanakah kondisi sikap

11 Sugiyon, “Meningkatkan Sikap Sosial melalui Pembelajaran Koopratif Tipe Numbered Heads pada Mata Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SD Mangunan”, Journal: FIP UNY, 2013.

(39)

21

sosial siswa kelas V SD 2 Telagawaru , dan bagaimanakah penanamanya pada pembelajaran IPS, tanpa harus peneliti melakukan campur tangan guna memberikan pengaruh hasil. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian secara kualitatif deskriptif.

F. Kerangka Teori

1. Penanaman Sikap Sosial a. Pengertian Sikap Sosial

Pengertian attitude dapat kita terjemahakan sikap terhadap objek tertentu yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertau dengan kecendrungan untuk bertindak sesuai dengan sikap objek itu. Jadi, attitude bisa diterjemahkan denga tepat sebagai sikap dan kesedihan beraksi terhadap suatu hal. Attitude senantiasa terarahkan kepada sesuatu hal,

(40)

22

suatu objek, tidak ada attitude tanpa ada ojeknya.12

b. Penanaman sikap sosial

Berkaitan dengan sikap sosial, setelah dijabarkan sebelumnya mengenai sikap sosial maka tugas utama sekolah sebagai lembaga pendidikan menjadi komponen penting untuk mampu menanamkan sikap sosial melalui proses pendidikan dan pembelajaran yang diselengarakannya.Penanaman sikap sosial yang menjadi fokus perhatian terkait interaksi sosial peserta didik.

Menurut Abu Ahmadi “Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau

12 W.A. Gerung. Psikologi sosial, Bandung: PT Refika Aditama, 2004.

Hlm 160-161

(41)

23

sebaliknya”.13Dengan demikian interaksi sosial adalah masalah yang paling unik yang timbul pada diri manusia. Interaksi ditimbulkan oleh ber,acam-macam hal yang meruapakan dasar dari pristiwa sosial yang lebih luas. Kejadian-kejadian di dalam masyarakat bersumber pada interaksi individu dengan individu.

Dapat dikatakan bahwa tiap-tiap indivdiu yang berlangsung pada kehidupan orang lain. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa inetraksi sosial yang baik akan senantiasa berkolerasi dengan sikap sosial yang baik.

c. Bentuk-Bentuk Sikap Sosial

Bawahsannya sikap kerjasama merupaka usaha bersama antar orang atau antar kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Tenggang rasa artinya menghargai, menghormati, memahami pikiran, perasaan dan perbuatan orang lain yang

13Abu Ahmadi, Psikologi Sosial. (Jakarta: Cipta, 2009) h.49

(42)

24

diwujudkan dengan sikap menempatkan diri pada keadaan yang dialami orang lain karena setiap manusia memiliki derajat dan martabat yang sama dan pengakuan akan persamaan itu mengandung tuntutan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dengan cara mengembangkan sikap tenggang rasa. Solidaritas dapat diartikan sebagai kecendrungan dalam bertindak terhadap seseorang yang mengalami suatu masalah berupa memeprhatikan keadaan orang tersebut. Egoisme merupakan bentuk sikap dimana seseorang merasa dirinya adalah yang paling unggul atas segalanya dan tidak ada orang atau benda apapun yang mampu menjadi pesaingnya.14

Setiap sikap yang diambil dai pengalaman dengan perkembangan masing-masing individu, sehingga membuatnya dapat berintraksi anatara

14 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, 2015, hlm.24

(43)

25

individu membentuk sikap sosial. Berikut beberapa bentuk sikap sosial.15

1) Sikap positif

a) Aspek kerja sama, sikap bekerja sama adalah kecendrungan bertindak untuk mencapai tujuan bersama dalam kegiatan bersama dalam kegiatan bersama, dengan ciri-ciri ikut serta bergotong royong, menolong teman atau guru, mengutamakan kebersamaan dan lainnya.

b) Aspek solidaritas yaitu, kecendrungan individu dalam memperhatikan indivdiu lainnya, kecendrungan bertindak dengan memperhatikan keadaan seorang yang terkena masalah.

c) Aspek tenggang rasa yaitu, menjaga persamaan orang lain, menghargai dan menghormati orang lain.

15Bambang Sayamsul Arifin, Psikologi Sosial, hal. 131-133

(44)

26 2) Sikap Negatif

a) Egoism, sikap indivdiu yang merasa dirinya paling unggul dalam segalanya dan tak ada yang dapat menandingi.

b) Prasangka sosial, sikap negative yang ditunjukan kepada yang lain baik secara indivdiu maupun kelompok.

c) Rasisme, kepercayaan yang menganggap bahwa ciri indivdiu diwarisi, dan membenarkan perlakuan diskriminasi terhadap kelompok lain.

d. Nilai-nilai sikap sosial yang harus ditanamkan di sekolah

Misi moral pertama dari sekolah adalah untuk mengajarkan nilai-nilai dasar penghormatan terhadap diri sendiri. orang lain, dan lingkungan. Nilai-nilai sikap sosial yang mengarah pada perilaku moral, yang

(45)

27

sebaiknya diajarkan da ditanamkan di sekolah menurut Thomas Lickona adalah:

1). Kejujuran adalah salah satu bentuk nilai. Dalam

Hubungannya dengan manusia, berarti adanya perilaku tidak menipu, berbuat curang, atau mencuri. Ini merupakan salah satu cara dalam menghormati orang lain.

2). Sopan santun berkaitan dengan menghoramti orang

lain atau orang lebih tua. Jika kita menghormati orang

lain, berarti kita menghargai orang.

3). Toleransi merupakan bentuk refleksi dari sikap hormat,

sebuah sikap yang memiliki kesetaraan dan tujuan bagi mereka yang memiliki pemikiran, ras, dan keyakinan berbeda-

(46)

28

beda. Toleransi adalah sesuatu yang membuat dunia setara dariberbagai bentuk perbedaan.16

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap sosial.

Sikap sosial timbul karena adanya stimulus. Terbentuknya suatu sikap sosial itu banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya, keluarga, sekolah, norma, golongan agama, dan adat istiadat.

Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu. Misalnya, ekonomi, politik, agama dan sebagainnya.Didalam perkembangan sikap banyak mempengaruhi perbedaan sikap anatara individu atau lingkungan. Dengan begitu terdapat beberapa

16 Thomas Lockona, Character Matters, persoalan Karakter,

Bagaimana Membantu Anak Mengembangkan Penilaian Yang Baik, Integritas dan Kebijakan Penting Lainya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015), hlm. 6.

(47)

29

faktor yang mempengaruhi penanaman sikap sosial, yaitu:

1. Faktor internal, yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi

manusia itu sendiri, faktor ini bberapa selectivity atau daya pilih seseorang untuk

menerima dan mengolah pengaruh dari luar yaitu biasanya disesuaikan dengan moif dan sikap didalam diri manusia, terutama yang menjadi minat perhatiannya.

2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang terdapat diluar pribadi

manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok. Misalnya, inetraksi antara manusia dengan hasil kebudayaan manusia melalui alat-alat komunikasi seperti, surat kabar, radio, televisi, majalah dan lain sebagaianya.17

17Ibid. h. 159

(48)

30 3. Pembelajaran IPS

a. Pengertian Pembelajaran IPS di SD/MI

Menurut Wina sanjaya dalam bukunya, mengatakan Pembelajaran adalah proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa untuk mencapai tujuan belajar tertentu.18Sebagai suatu proses kerja sama pembelajaran tidak hanya menitik beratkan pada kegiatan guru atau kegiatan siswa saja, akan tetapi guru dan siswa secara bersama-sama berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

18 Wina Sanjaya. Sistem Pembelajaran. (Kencana: Jakarta, 2008) h.26

(49)

31

Dengan demikian, kesadaran dan keterpahaman guru dan siswa akan tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajaran syarat nutlak yang tidak bisa ditawar, sehungga dalam prosesnya, guru dan siswa mengarah pada tujuan yang sama. Menurut Fraenkel, dapat membantu para siswa menjadi lebih mampu mengerti tentang diri mereka dan dunia di mana mereka hidup. Mereka akan lebih mampu menggambarkan kesimpulan yang diperlukan tentang hidup dan kehidupan, lebih berperan gagasan sikap, nilai dan cara berfikir dalam menjaga dan menggerakanya, dalam sedikit teori.19

Dalam dokumen permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan

pendidikan dasar dan

19 Ahmad Susanto. Tepri Belajar dan Pembelajaran.( Jakarta:

Kencana. 2013), h..141-142

(50)

32

menengah.20Dikemukakan bahwa IPS mengkaji seperangkat pristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi.Dari ketentuan ini maka secara konseptual, materi pelajaran IPS di MI/SD belum mencakup dan mengakomodasi seluruh disiplin ilmu sosial.Namun ada ketentuan bahwa melalaui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.21 b. Tujuan Pembelajaran IPS SD/MI

Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran sebab segala kegiatan

20 Bambang Sudibyo. Permendiknas No.22 Tahun 2006. (Jakarta:

Menteri Pendidikan Nasional. 2006)

21Sapriya.Pendidikan IPS. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014).h.

194

(51)

33

pembelajaran muaranya pada tercapainya tujuan tersebut . Amiruddin memaparkan dalam bukunya, dilihat dari sejarahnya tujuan pembelajaran pertama kali diperkenalkan oleh B.F, Skinner pada tahun 1950 yang diterapkannya dalam ilmu perilaku (behavioral science) dengan maksud untuk meningkatkan mutu pembelajaran.22 Kemudian diikuti oleh Robert Mager yang menulis buku yang berjudul Preparing Instructional Objective pada tahun 1962 mislanya memberikan

pengertian tujuan pembelajaran sebagai perilaku yang dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan teringakt kompetensi tertentu.23

c. Kemampuan Guru IPS SD/MI

Guru yang terlihat baik, akan mempersiapkan empat bidang kompetensi guru

22Amirudin. Inovasi Pendidikan. (Medan: CV.Widiya Puspita. 2017) h. 54

23 Robert Frank Mager. Preparing Instructional Objective . ( Jakarta: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 1973) h.8

(52)

34

yang efektif dalam mencapai hasil belajar yang diharapkan, begitu pula dengan guru IPS SD/MI.

empat bidang kompetensi itu menurut Sri Esti Wuryani Djiwandono sebagai berikut:

1) Memiliki pengetahuan tentang teori belajar dari tingkah laku manusia. Selama ini pendidikan dikeritik karena praktik

“mendongeng” (folkways). Resep pendidikan dan prosedur yang terstandar secara formal dan tidak formal disampaikan pada guru baru untuk memantu mereka survive di kelas.

2) Menunjukan sikap lain secara dalam membantu siswa belajar dan memupuk hubungan dengan manusia lain secara tulus.

Sikap adalah suatu kecenderungan untuk terbuat atau bertindak secara positif atau

(53)

35

negatif terhadap orang-orang ide-ide atau kejadian-kejadian.24

G. Metode penelitian

1. Jenis dan Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bongdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif, baik berupa kata-kata lisan maupun tertulis dari orang- orang atau perilaku yang diamati.25

Dalam penelitian ini peneliti menggunkan pendektan kualitatif dengan jenis deskriptif yaitu penelitian yang digunakan untuk memberikan pengaruh, fakta-fakta, dan kejadian secara sistematis dan akurat yang berhubungan dengan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.26

24 Sri Wuryani Djiwandono. Psikologi Pendidikan. (Jakarta:

Grasindo, 2002). h. 18-23

25 M. Sobry Sutikno dan Prosmala Hadisaputra, Penelitian Kualitatif, (Lombok: Holistica,2020), hlm. 17

26 Lexy J.Meleong, Metodelogi Peelitian Kualitatif, (Bandung: PT.

Raja RosdaKarya, 2014), hlm.4

(54)

36 2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti sangat diperlukan karena yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itusendiri.27Kehadiran penelitian merupakan ciri khas dari penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini kedudukan peneliti adalah sebagai pengamat biasa, dimana peneliti tidak ikut masuk langsung kedalam kelas untuk mengajar obyek penelitian. Berkenaan dengan hal tersebut, dalam mengumpulkan data peneliti berusaha menciptakan hubungan yang akrab dengan responden yang menjadi sumber data dalam penelitian, agar data yang diperoleh betul-betul valid.

Oleh sebab itu, dalam penelitian di sekolah peneliti harus mencoba untuk menciptakan hubungan atau interaksi yang baik dengan responden yang menjadi sumber data pada penelitian ini. Terdapat

27Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kulitatif R&D, (Jakarta: Alfabeta, 2010), Hlm. 222.

(55)

37

beberapa hal yang dilakukan peneliti dalam proses kegiatan penelitian.

a. Melakukan observasi terhadap kondisi lokasi penelitian, keadaan sosial guru serta peserta didik.

b. Melakukan wawancara kepada guru dan siswa secara langsung untuk mendapatkan informasi dan data yang valid.

c. Menarik kesimpulan tentang hasil observasi, wawancara yang di dapatkan untuk mengatasi berbagai macam kelemahan atau kekurangan yang ada di lokasi penelitian, sehingga kelemahan tersebut bisa di atasi.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan data atau tempat pengambilan data ini adalah di SDN 2 Telagawaru yang bertepatan di Desa Telagawaru, Kec. Labuapi, Kab. Lombok Barat, Provinsi NTB. Alasan peneliti menjadikan SDN 2 Telagawaru sebagai lokasi penelitian karena sekolah ini jarang dijadikan tempat penelitian oleh para

(56)

38

peneliti dan masalah yang diteliti lebih menonjol di lokasi ini. Oleh sebab itu peneliti tertarik menjadikan sebagai lokasi penelitian.

4. Sumber data

Sumber data dalam penelitian adalah orang, benda, objek yang dapat meberikan informasi, fakta, data, dan realitas yang terkait atau relevan dengan apa yang dikaji atau diteliti.28Menurut Miles dan Huberman menjelaskan bahwa “Data kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan berlandasan kukuh, serta memuat penjelasan tentang prose-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Dengan data kualitatif dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat, dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfat.

Data kualitatif lebih condong dapat membimbing untuk memperoleh penemuan-penemuan yang tidak

28 Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: CV.

Alvabeta, 2015).hlm.67

(57)

39

diduga sebelumnya dan untuk membentuk kerangka teoritis baru, data tersebut membantu para peneliti untuk melangkah lebih jauh dari praduga dan kerangka kerja awal”.29

Berdasarkan pendapat pakar diatas peneliti menggunakan jenis data kualitatif dengan sumber data responden yang dibagi menjadi dua yaitu: sumber data primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber data primer (Sumber data utama) Data primer merupakan data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya.30 Data yang didapatkan secara langsung dari sumber asli. Data yag di dapatkan dari kepala sekolah, guru dan peserta didik kelas V.

b. Sumber data Skunder

29Sugiyono. Metdo Peneltian Pendidikan, ( Bandung: Alfabeta, 2007) h.284

30 Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm.84

(58)

40

Menurut Sugiyono, sumber data skunder merupakan sumber yang tidak langsung memberi data pada pengumpul data.31Data sekunder atau data tertulis dalam penelitian ini diperoleh dari dokumentasi. Dokumentasi yaitu pengumpulan data melalui peninggalan tulisan berupa arsip-arsip, buku-buku, agenda, dan lain-lain sebagai bukti yang menunjukan peristiwa ini akan menggunakan dokumen, Arsip, yaitu data-data yang disimpan sebagai penunjang, Foto, yaitu foto yang dihasilkan dari kegiatan selama di lapangan seperti hasil observasi dan wawancara berlangsug.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi.

31 Ibid. h.310

(59)

41 a. Wawancara (Interview)

Interview merupakan alat pengumpulan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interview) dan sumber informasi (interview).Interview atau wawancara terdiri dari 3 jenis yaitu:

1) Wawancara terstruktur merupakan pertanyaan yang sudah disusun sebelum melakukan wawancara. Jawaban berupa format tertutup.32 Jadi disini peneliti harus menyiapkan susunan pertanyaan yang akan dilakukan sebelum melakukan wawancara.

2) Wawancara non struktur merupakan wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang

32Sugiyono, Metode penelitian kualitatif dan R&D, (Bandung; Alfabeta, 2014), hlm. 227.

(60)

42

sudah tersusun secara sistematis dan lengkap pengumpulan data.33 Jadi disini peneliti melakukan wawancara secara bebas tanpa menyiapkan susunan pertanyaan terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara.

3) Wawancara semi struktur merupakan wawancara perpaduan antara terstruktur dan non struktur dengan pertanyaan secara terbuka.34 Jadi disini peneliti melakukan wawancara struktur dan non struktur yang diamana peneliti sudah mempersiapkan pertanyaan yang sudah di susun kemudian nanti akan timpul pertanyaan secara bebas.

Jadi disini sehubungan dengan data yang diinterview adalah data tentang penanaman sikap sosial siswa maka peneliti menggunakan jenis wawancara struktur dannon berstruktur.

Sebelumnya telah dilakukan observasi non

33Ibid..hlm. 227

34Ibid,,hlm. 228

(61)

43

partisipatif yaitu peneliti melakukan pengamatan baik di dalam maupun di luar kelas, sebagai pendukung data yang telah di dapatkan dari hasil observasi tersebut dilakukanlah wawancara yang jenisnya struktur dan non terstruktur, jenis wawancara ini dipilih karna peneliti turun kelapangan dengan membawa pertanyaan yang telah di susun sebelumnya. akan tetapi setelah melihat situasi dan kondisi tempat penelitian itu berlangsung akan dengan sendirinya pertanyaan itu muncul.

Jadi disini peneliti menyiapkan pertanyaan terlebih dahulu kemudian akan muncul pertanyaan yang lain setelah dilakukan pengamatan.

(62)

44

b. Observasi (Pengamatan)

Observasi adalah cara mengumpulkan data dengan mengamati langsung (turun tangan) objek yang akan diteliti. Dengan metode observasi peneliti dapat menjaring data-data dan fakta lapangan mengenai penanaman sikap sosial melalui pembelajaran IPS pada kelas V SDN 2 Telagawaru. Adapun jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah observasi non partisipan.

Observasi non partisipan ialah suatu bentuk observasi di mana pengamat tidak terlibat langsung dalam kegiatan kelompok, dapat dikatakan peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan yang diamatinya.35

Adapun data yang akan dikumpulkan melalui teknik observasi ini antara lain:

1) Profil sekolah sertaa sarana dan prasarana di SDN 2 Telagawaru.

2) Situasi kondisi kelas

35 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif &

Penelitian Gabungan, (Jakarta: Kencana, 2014) hlm. 384

(63)

45

3) Proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar setiap hari.

c. Dokumentasi

Dokumentasi menurut McMillan dan Schumacher adalah dokumen kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat berupa catatan anekdot, surat, buku harian, dan dokumen.36

Dengan metode dokumentasi peneliti dapat menjaring data-data terkait profil sekolah, data guru, data siswa, saranadanprasarana, visi-misi..

6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, analisis data peneliti lakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Pelaksanaan ini didasarkan pendapat Nasution yang menyatakan bahwa “analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.

36 M. Sobry Sutikno dan Prosmala Hadisaptra, Penelitian Kualitatif, (Lombok: Holistica, 2020), hlm. 192

(64)

46

Secara umum, rangkaian aktivitas analisis data kualitatif yang peneliti laksanakan, meliputi reduksi, display data, dan conclusion atau verification data.

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan mencari data di lapangan yang akan digunakan untuk menjawab permasalah penelitian. Saat pengumpulan data, peneliti harus tekun, sabar, dan tidak putus asa.

Peneliti harus sabar dalam proses pengumpulan data yang terkaitdengan permasalahan yang di teliti sehingga memperoleh data yang berkualitas untuk menjawab permasalahan yang sedang di teliti.37

b. Reduksi data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal- hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

37Sirajudin saleh, Analisis Data Kualitatif, (Bandung; Pustak Ramadhan, 2017), hlm. 90

(65)

47

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.38Dalam hal ini peneliti merangkum hasil dari observasi dan angket siswa serta observasi dan wawancara guru IPS, apabila peneliti menemukan data yang tidak berhubungan atau terkait langsung dengan pembahasan utama penelitian ini, yakni terkait penanaman sikap sosial melalui pembelajaran IPS di kela SDN 2 Telagawaru, maka peneliti langsung mereduksi data tersebut, sehingga data yang terkumpul terfokus pada indikator-indikator variabel yang telah peneliti jabarkan pada kisi-kisi instrumen.

c. Penyajian data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data. Display data dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman menyatakan “yang paling sering digunakan untuk

38Ibid. hlm. 338.

(66)

48

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif”. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.39

Kaitannya dalam hal ini, setelah mereduksi data penelitian yang tidak berkaitan langsung dengan variabel penelitian, selanjutnya penelitan menjabarkan data penelitian secara naratif. Dalam deskripsi ini, data dipaparkan secara sistematis dan logis. Guna memperkuat paparan atau deskripsi, peneliti mengemukakan beberapa teori pendidikan yang relevan.

d. Penarikan Kesimpulan dan Verification Data Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Kesimpulan awal yang

39 Ibdi, h. 341.

(67)

49

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti- bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang

(68)

50

sebelumnya masih remeng-remeng atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.Berkaitan dengan penelitian ini, maka setelah peneliti mendeskripsikan data hasil penelitian, selanjutnya peneliti melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi atau uji keabsahan terhadap hasil kesimpulan yang peneliti buat. Dengan begitu, tentu saja kesimpulan akhir yang peneliti buat, belumlah final, karena perlu diuji keabsahannya kembali dengan cara memverifikasi data. Terlebih jika ditemukan bukti-bukti yang kuatyang mendukung atau melemahkan kesimpulan tersebut. Untuk itu, maka peneliti harus kembali ke lapangan untuk meyakinkan data yang telah peneliti simpulkan, benar adanya, tidak ada perubahan, dan dapat dibuktikan oleh siapapun yang menelitinya.

Dalam artian singkatnya kesimpulan penelitian yang peneliti buat bersifat ajeg, valid dan konsisten.

(69)

51

Dengan demikian rumusan penelitian terkait penanaman sikap sosial melalui pembelajaran IPS pada siswa Kelas V SDN 2 Telagawaru, yang telah peneliti rumuskan di awal penelitian, mungkin saja akan lebih berkembang sesuai dengan temuan data di lapangan.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitian, setiap temuan penelitian harus dicek keabsahanya agar hasil peneliti dapat dipertanggung jawabkan kebneranya dan dapat dibuktikan keabasahanya.

Pengecekan keabsahan data merupakan pembuktian bahwa apa yang telah dialami oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada.

Untuk mengetahui keabsahan data yang diperoleh tedapat 4 pengecekan keabsahan data antara lain:

a. Kreadibility

1) Peningkatan Pengamatan

(70)

52

Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, peneliti masih dianggap sebagai orang asing, masih dicurigai, sehingga informasi yang diberikan belum lengkap, tidak mendalam, dan masih memungkinkan banyak hal yang dirahasiakan. Dengan peningkatan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Apabila telah berbentuk rapport, maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian, dimana kehadiran peneliti tidak lagi menggangu perilaku yang dipelajari. Dalam peningkatan pengamatan untuk menguji kreadibility yaitu dengan cara melakukan pengamatan apakah data yang diperoleh sebelumnya itu atau

(71)

53

tidak ketika dicek kembali ke lapangan. Bila dicek kembali ke lapangan sudah benar, berarti sudak kredibel, maka waktu peningkatan pengamatan dapat diakhiri oleh peneliti. Sebagai bentuk pembuktian bahwa peneliti telah melakukan uji kreadibility, maka peneliti dapat melampirkan bukti dalam bentuk surat keterangan peningkatan pengamatan dalam laporan penelitian.40 2) Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data berdasarkan

“seberapa tinggi derajat ketekunan peneliti dalam melakukan kegiatan pengamatan”

adalah sikap mental yang di sertai dengan ketelitian dan keteguhan di dalam melakukan pengamatan untuk memperoleh data penelitian. Dengan cara tersebut maka

40Nursapia Harahap, Penelitian Kualitatif, (Medan; Wal ashri Publishing, 2020), hlm. 88-89.

(72)

54

kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara sistematis.41

3) Triangulasi

Triangulasi adalah “teknik pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data dengan menggunakan banyaknya sumber data, banyak metode/teknik pengumpulan untuk konfirmasi data, banyak waktu dan banyak penyidik atau investigator”.42Berikut akan dipaparkan beberapa jenis triangulasi, sebagai berikut:

a. Triangulasi Sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang prilaku murid, maka

41Umar Sidiq dan Moh.Miftachul, Metode Penelitian Kualitatif di bidang pendidikan (Ponorogo; CV. Nata karya, 2019), hlm. 92-93.

42 Nurul Ulfatin, Metode Kualitatif di Bidang Pendidikan: Toeri dan Aplikasinya, (Malang: Bayumedia Publishing, 2013), h. 271.

(73)

55

pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dapat dilakukan ke guru, teman murid yang bersangkutan dan orangtuanya. Data dari ketiga sumber tersebut, tidak bisa diratakan seperti dalam penelitian kuantitaif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber tersebut. Data yang telah dianalisis oleh penelitian sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data tersebut.

b. Trangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Misalnya data diperoleh dengan

(74)

56

wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, mengahasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanyabenar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.

c. Triangulasi Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar, belum banyak masalah, akan memebrikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.

Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan

(75)

57

cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.

Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian, dari tim penelitian lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.43

Jadi dari ketiga jenis triangulasi ini, peneliti menggunakan dua saja yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Alasannya adalah karna dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa sumber oleh karnanya peneliti akan membandingkan sumber yang telah di gunakan dengan

43 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan ..., hlm. 372-374

(76)

58

sumber-sumber yang lain. Selanjutnya dalam penelitian ini peneliti menggunakan prosedur pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi, jadi dari ketiga ini peneliti akan mengecek atau membandingkan masing-masing data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi tersebut.

4) Coding Data

Coding data atau pengkodean data merupakan kata atau frasa pendek yang secara simbolis bersifat meringkas, menonjolkan pesan, menangkap esensi dari suatu porsi data, baik itu data berdasarkan bahasa atau data visual. Ketika peneliti melakukan analisis, yang dikodekan adalah makna pernyataan, perilaku, peristiwa, perasaan, tindakan dari informan, dan lain-lain

(77)

59

tergantung apa yang terkandung dalam segmen data yang dihadapi.44

b. Transferability

Transferability ini peneliti akan melaporkan hasil penelitian dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan dengan mengacu pada fokus penelitian. Dengan uraian rinci ini terungkap segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh peneliti. Harus diakui bahwa hasil penelitian dapat ditransfer atau tidak adalah merupakan pertanyaan empiris yang tidak dapat dijawab oleh peneliti itu sendiri. Agar dapat disimpulkan bahwa penelitian dapat ditrasfer ke dalam konteks lain maka calon penggunaan hasil penelitian harus

44Sirajuddin Saleh, Analisis Data Kualitatif, (Bandung; Pustaka Ramadhan, 2017), hlm. 80.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal produk yang ditawarkan misal unit link , tertanggung harus meminta informasi yang sejelas-jelasnya tentang ketentuan-ketentuan yang menjadi bagian dari

Tajuk yang rapat menghambat matahari untuk sampai ke tanah, sehingga intensitas cahaya matahari di bawah pohon kelapa sawit menjadi rendah.Tidak semua jenis tumbuhan

kelompok tetapi masih kelompok tetapi masih  *elum ajeg/konsisten0  *elum ajeg/konsisten0 Sudah *ekerjasama Sudah *ekerjasama dalam kegiatan dalam kegiatan kelompok se-ara

Kekuatan pengaruh aspek kontekstual terutama faktor sosial budaya masyarakat setempat, menunjukkan kemampuan masyrakat mengolah dan menyelaraskan hakekat agama Katolik yang

Akan tetapi penambahan sari buah tomat melebihi 20% dalam pengencer natrium sitrat kuning telur pada penelitian ini, justru menurunkan persentase spermatozoa hidup

DAF"TAR RINCIAN NILAI PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA KE DALAM MODAL SAHAM PERSEROAN TERBATAS (PT). PERKEBUNAN SUMATERA UTARA YANG

1) Usul penelitian dan pengabdian kepada masyarakat kegiatan disampaikan kepada ketua jurusan/bagian. 2) Ketua jurusan/bagian menugasi tim reviewer yang sesuai

Fi’il madhi (kata kerja bentuk lampau) khumasi dan sudasi. Masdar khumasi dan sudasi. Selain itu, hamzahtul was  l memiliki satu posisi dalam huruf, yaitu لا takrif.