• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MENURUT KIHAJAR DEWANTARA DAN MARIA MONTESSORI Saiful Badar, Devy Habibi Muhammad, Ari Susandi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MENURUT KIHAJAR DEWANTARA DAN MARIA MONTESSORI Saiful Badar, Devy Habibi Muhammad, Ari Susandi"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MENURUT KIHAJAR DEWANTARA DAN MARIA MONTESSORI

Saiful Badar, Devy Habibi Muhammad, Ari Susandi

Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiah Probolinggo.

saifulbadar@mail.com,hbbmuch@gmail.com,pssandi87@gmail.com

ABSTRACT

This paper aims to examine the character education of early childhood according to the thoughts of Ki Hajar Dewantara and Maria Montessori.

Character education is needed to produce a quality generation. It is important in the formation of children's character from an early age, so that their attention to education is prioritized for early childhood. Characteristics applied by Ki Hajar Dewantara in applying teaching methods using games and culture. The education system proposed by Ki Hadjar Dewantara is ing ngarsa sung tuladha, ingmadya mangun karsa, and tut wuri handayani. Maria Montessori is an Italian educator, scientist and doctor. He developed a method of educating children by giving them the freedom to do activities and organize daily activities. This research uses literature research. literature The type of research used is the thoughts of Ki Hajar Dewanara and Maria Montessori from journals, theses that have been published.

The method of data analysis is descriptive analysis. According to Maria Montessori, the place where early childhood education takes place is more focused on classrooms and playgrounds for children, and has been designed in such a way.

Meanwhile, according to Ki Hajar Dewantara, he has a broader thought than Maria Montessori's, namely that the place where education takes place for early childhood is not only in the children's school environment. But in the family environment and the community environment.

Keywords: Character education, Kihajar Dewantara, Maria Montessori

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji tentang pendidikan karakter anak usia dini menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara dan Maria Montessori.

Pendidikan karakter sangatlah diperlukan untuk mencetak generasi yang berkualitas. Pentingnya dalam pembentukan karakter anak sejak dini, sehingga perhatiannya terhadap Pendidikan diprioritaskan kepada anak usia dini. Ciri khas yang diterapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam menerapkan metode pengajaran dengan menggunakan permainan dan kebudayaan. Sistem pendidikan yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara adalah ing ngarsa sung tuladha, ingmadya mangun karsa, dan tutwuri handayani. Maria Montessori ialah seorang pendidik ilmuan dan seorang dokter berkebangsaan italia. Dia mengembangkan sebuah metode pendidikan anak-anak dengan memberi

(2)

kebebasan bagi mereka untuk melakukan kegiatan dan mengatur acara harian.

Penilitian ini menggunakan penilitian literatur. Jenis penilitian yang digunakan adalah pemikiran Ki Hajar Dewantara dan Maria Montessori yang berasal dari jurnal, skripsi yang sudah dipublikasikan. Metode analisis data adalah analisis deskriptif. Menurut Maria Montessoribahwa tempat berlangsungnya pendidikan anak usia dinilebih difokuskan pada ruang kelas dan halaman bermain bagi anak, serta sudah dirancang sedemikian rupa. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara memiliki pemikiran yang lebih luas dari pemikiran Maria Montessori yaitu bahwa tempat berlangsungnya pendidikan bagi anak usia dini bukan hanya dilingkungan sekolah anak. Melainkan dilingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.

Kata kunci: Pendidikan karakter, Kihajar dewantara, Maria montessori

PENDAHULUAN

Pembentukan karakter sangatlah penting bagi anak usia dini untuk menumbuhkan nilai-nilai keperibadian yang baik karena masih dalam masa golden age, perkembangan otaknya mencapai 80% pertumbuhannya 100-200 milyard jumlah sel otak, pada masa ini sangat baik dan banyak sekali potensi yang mereka punya. Anak usia dini pendidikan karakternya harus ditanamkan untuk memupuk nilai-nilai yang positif sehingga pada saat dewasa menjadi bekal pengetahuan untuk menempuh Pendidikan selanjutnya. (Wijayanti, 2021) Pendidikan (Susandi et al., 2021) merupakan proses penanaman ilmu bagi anak didik. Orang tua dan pendidik sangat penting untuk menjadi teladan dan menanamkan akhlak dan juga karakter. Karena pada zaman ini banyak penyimpangan moral, Pendidikan ini harus segera dibenahi agar penerus bangsa ini bisa menjaganya. (Harimulyo et al., 2021)

Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan (Prasetiya, 2018). Anak merupakan generasi penerus bangsa ini. Mereka butuh pendidikan yang lebih baik sampai memiliki kemampuan dan keterampilan. Orang tua dan pendidik punya tanggung jawab membimbing agar menjadi anak yang tangguh. (Ananda, 2017)

(3)

Pada saat ini indonesia mengalami krisis karakter dan kerusakan moral.

Nilai-nilai agama, falsafah bangsa dan budaya sangat merosot peyebabnya adalah berkembangnya teknologi yang modern yang membuat masyarakat gelisah. Berhasilnya pendidikan bagi anak usia dini adalah bagaimana orang tuanya serta pendidik dalam memberikan pendidikan. Menyelenggarakan pendidikan seuai pandangan hidup serta sosial budaya masyarakat. (Adpriyadi, 2018)

Untuk memperluas wawasan dan teori maka harus mempelajari berbagai tokoh untuk mengetahui pemikirannya masalah anak usia dini, bukan hanya satu tokoh saja. Maka butuh dalam melakukan komparasi pemikiran anak diusia dini. Dua tokoh yang latar belakangnya berbeda baik asal negaranya, pemikirannya dan juga pendidikannya masih digunakan sampai saat ini.

Keduanya adalah Maria Montessori dan Ki hajar Dewantara.

Kualitas karakter suatu bangsa dapat menentukan keinginan bangsa karena karakter adalah aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat. (Rofi et al., 2019) Para pejuang dari dulu membangun dan mengembangkan pendidikan di indonesia diantaranya Ki Hajar Dewantara.Beliau adalah termasuk pejuang di indonesia dibidang pendidikan.

(Audi, 2020). Banyak solusi alternatif untuk problematika yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara. Maksud serta tujuannya pendidikan karakter yaitu menyampaikan materi, anjuran dan nasehat untuk mengarahkan anak supaya berbuat baik, sadar dan insyaf.

Pendidikan karakter atau budi pekerti dapat mencetak manusia menjadi manusia yang merdeka atau berpribadi yang mampu menguasai dirinya dan mampu memerintah. Konsep Pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara yaitu pendidikan budi pekerti dan juga disebut pendidian adab Dewantara. Menurut perspektif Ki Hajar Dewantara Pendidikan karakter anak usia dini yaitu memberikan teladan, cerita dan juga permainan. Guru harus kreatif dan inofatif

(4)

untuk memberikan pendidikan dalam membentuk sikap pada saat memberi pelajaran. (Adpriyadi, 2018)

Metode Montessori adalah suatu strategi dalam belajar supaya mengalami berbagai aktifitas yang nyata dan secara langsung. (Sunarti et al., 2018) Maria Montessori melakukan pengembangan metode pendidikan terhadap anak-anak dengan cara memberikan kebebasan dalam melakukan kegiatan. Ia juga merupakan ilmuan dan seorang pendidik dan juga seorang dokter dari Italia.

Metodenya dikenal dengan Metode Montessori. (Bohm, 2019)

Untuk mencetak generasi berkualitas terutama Pendidikan karakter sangatlah penting bagi anak diusia dini. Penerapan pendidikan karakter yang dilakukan pada anak oleh Ki Hajar Dewantara dengan penerapan pembiasaan dan teladan yang baik. Ciri khas ini yang dilakukan dalam penerapan oleh Ki Hajar Dewantara strategi untuk pendidikan bagi anak diusia dini.

Melihat latar belakang tersebut penulis ingin mengetahui bagaimana konsep dari pendidikan karakter anak diusia dini pendapat Ki Hajar Dewantara dan Maria Montessori. Pada saat ini banyak digunakan. Dalam hal ini muncullah pertanyaan penulis yaitu (1) Bagaimana konsep Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara? (2) Apa saja persaman dan perbedaan Pendidikan anak usia dini menurut Ki Hajar Dewantara? Berdasarkan latar belakangnya tersebut, Peneliti mempunyai tujuan (1) Untuk mengetahui bagaimana konsep pendidikan karakter pendapat Ki Hajar Dewantara. (2) Untuk dapat mengetahui apa saja perbedaan dan persamaan pendidikan karakter menurut Ki Hajar Dewantara KAJIAN TEORI

Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan suatu pendidikan yang dapat membuat pribadi seseorang dengan didikan budi pekerti. Hasilnya bisa di ketahui dari tindakannya seperti bertingkah baik, bertanggung jawab dan jujur, memulyakan sesama. Pada dasarnya kebijakan yg menjadi tanda suatu karakter yaitu nilai.

(5)

(Ibrahim, 2018) Menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan karakter yaitu daya upaya dalam mewujudkan berkembangnya budi pekerti. Watak seseorang dapat diketahui dengan pasti karena sifatnya memang tetap dan dapat di bedakan dengan yang lainnya. (Anisah, 2009)

Makna dari pendidikan karakter mempunyai arti yang sama dengan Pendidikan akhlak dan karakter yang bertujuan untuk membentuk pribadinya supaya menjadi orang baikdengan membiasakan. (Munif, 2017)

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian artikel ini peneliti menulis ini berdasarkan penelitian literatur. Penelitian literatur merupakan suatu rangkaian kegiatan penelitian mengenai bagaimana dan cara yang tepat untuk mendapatkan data studi, mendaftar, merekam dan juga menyiapkan komposisi yang akan ditinjau. (Suna, Ari Susandi, 2022)

Sumber Data

Dalam penelitian ini merupakan studi yang telah menggunakan sumber literatur supaya memperoleh data peneliti. (Muhammad et al., 2021)

Teknik Analisis Data

Dalam meneliti, Penulis disini memakai metode kualitatif deskriptif kritis. Mengenai metode ini menekankan terhadap kemampuan dalam menganalisis data serta sumber yang cocok dengan teks dan teori yang telah tersedia serta berdasar terhadap dasar-dasar yang tertulis dan mengarah kediskusi. Mengenai dasar-dasarnya berasal dari karya yang intelektual dan kompeten. (Muhammad & Susandi, 2022)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Anak Usia Dini

Anak usia dini merupakan anak yang masih berusia 4-6 tahun yang masih dalam proses berkembang.dan tumbuh sangat pesat bagi kehidupan

(6)

selanjutnya. Penelitian membuktikan sekitar 80% otaknya berkembang. Masa inilah yang disebut keemas an atau golden age. Anak diusia ini beraneka ragam karakteristiknya dan tidak sama pada setiap anak yang lahir, sehingga dapat dikatakan anak merupakan individu yang unik. Karakteristik pada anak yang paling nampak adalah aktif dan bahkan ada beberapa yang sangat aktif, dinamis, serta antusias terhadap sesuatu sehigga nampak tidak ingin berhenti belajar terutama saat melihat mendengar sesuatu yang baru dikenalnya. (Dheasari, 2020).

Jenjang Pendidikan Bagi Anak Usia Dini

Layanan pendidikannya untuk anak diusia dini atau jenjang pendidikan pada anak seperti yang sudah terkenal banyak dimasyarakat. pendidikan disini diberikan pada usia 0 – 6 tahun. Jalur pendidikan anak di bagi menjadi dua yaitu formal serta non formal, juga banyak yang kita ketahui jalur pendidikan formal terhadap anak diusia dini diusia 4- 6 tahun yang diselenggarakan yaitu RA atau TK. Anak pada usia 0-6 tahun dilembaga RA atau TK di bagi menjadi dua, yang pertama kelompok A usia 4-5 tahun dan yang kedua usia kelompok usia 5-6 tahun.

Berikutnya mengenai jenjang pendidikan dijalur non formal bagi anak dengan berusia 2-4 tahun seperti ply group dan kb (kelompok bermain).

Pendidikan non formal dengan cara menitipkan anak dengan batasan waktu yang sudah ditentukan oleh guru atau tempat penitipan anak (TPA) pada anak usia 0-6 tahun. TPA adalah satuan pendidikan untuk pembinaan kesejahteraan bagi anak sebagai pengganti keluarga yang tida memiliki waktu untuk anak yang cukup karna bekerja dan sebagainya. (Literate & Indonesia, 2020)

Ki Hajar Dewantara Dalam Pendidikan Karaker Anak Usia Dini

Di era modern saat ini penting untuk menerapkan pendidikan karakter pada anak untuk perbaikan kehidupannya. Selama ini Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa pendidikan umum adalah daya upaya dalam menumbuhkan

(7)

budi pekerti atau karakter. Pendidikan dibutuhkannya perubahan dalam diri anak untuk seluh aspek kehidupan dimasa depan anak dengan kepribadian yang tentunya baik. (Nugroho, 2018)

Pendidikan Ki Hajar Dewantara menurutnya bersifat nasional dengan tidak menghilangkan budaya lokal karena di indonesia sendiri luas terdiri dari bermacam-macam suku ras serta agama hal ini menumbuhkan dan mengembangkan karakter pada anak ada kesamaan dalam Pendidikan. Ki Hajar Dewantra mengemukakan Tut wuri handayani, ing ngarsa sung tuladha dan ingmadya mangun karsa dalam sistem pendidikannya. Penanaman karakter pada anak jangan hanya target dalam pengetahuan tetapi bagaimana mengupayakan nilai pembentukan karakter pada anak usia dini.

Lingkungan keluarga (Prasetiya et al., 2018), sekolah dan juga masyarakat dalam pembentukan karakter anak sangat penting bekerja sama dalam pengembangan serta pembentukan karakter, untuk membangun karakter anak bangsa Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa Pendidikan pada anak juga perlu memperhatikan perkembangan pada budaya tanpa mengabaikan budaya asing untuk perkembangan karakter anak usia dini. (Mudana, 2019)

Taman indiria yaitu sekolah pertama yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara sekaligus sekolah pertama yang didirikan secara nasional. Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa istilah pada taman yaitu bunga, pohon yang rindang, menggambarkan udara yang sejuk, halaman yang luas untuk tempat bermain anak sebagai pembelajaran pada anak secara alamiah.

Biografi Ki hajar Dewantara

Yogyakarta adalah tempat lahir Ki Hajar Dewantara tepatnya pada hari kamis tanggal 2 mei 1889. Ketika lahir nama Ki Hajar Dewantara ialah Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ki Hajar Dewantara mengganti namanya pada saat usia 40 tahun alasannya karena Ki Hajar Dewantara dapat bebas dekat bersama rakyat dan ia juga berasal dari keluarga kraton Yogyakarta. Hal ini dapat dilihat

(8)

dari gelar yang dimiliki kedua orang tua Ki Hajar Dewantara yaitu ayahnya yang keturunan Kanjeng Hadipati Harjo Surjo Sasraningrat yang bernama G.P.H Surjanigrat sedangkan ibunya keturunan kraton lansung dari Sunan Kalijogo.

(Sugiarta et al., 2019)

Tanggal lahirnya Ki Hajar Dewantara telah dijadikan sebagai hari pendidikan nasional yang banyak dikenal. Ia juga disebut bapak pendidikan nasional karena pengabdiannya terhadap bangsa indonesia sangat besar tanpa tanda jasa. Ki Hajar Dewantara dengan kecerdasan dan kebijakannya berani melawan penjajah dan memerdekakan hak orang lain.

Pendidikan karakter menurut Maria Montessori

Pada saat ini sudah banyak berdiri lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) hal tersebut berarti sudah ada kesadaran masyarakat bahwa pentingnya pendidikan bagi anak dengan tercapainya suatu tujuan dalam pendidikan nasional sedangkan pendidikan Raudlatul Athfal (RA) merupakan lingkup lembaga pendidikan pada anak secara islami

Dalam dunia (Abil, 2021) pendidikan masalah mengenai metode sangatlah penting dan harus diperhatikan, karna metode adalah salah satu unsur pendidikan yang selalu berhubungan secara langsung dengan peserta didik disetiap harinya. Dalam pendidikan peserta didik itu membutuhka suasana yang baru. Dengan hal itu mereka akan memperoleh suatu hal yang nyaman dan tidak membosankan. Untuk penerapan pembiasan dalam metode pendidikan juga dengan menyelingi dengan metode yang lain supaya bisa menambah semangatnya peserta didik dalam belajar. Salah satu metode montessori yang sering digunakan terhadap anak yaitu kebebasan dengan mempertahankan nilai nilai kedisiplinan. (Irsad, 2018)

Metode pendidikan yang dikemukakan oleh Maria Montessori merupakan tren pendidikan yang pada saat ini masih digunakan dan diamati dinegara maju atau berkembang. (Syafri, 2013)

(9)

Banyak sekolah-sekolah swasta atau sekolah privat menggunakan Metode Montessori banyak digunakan di negara amerika serikat. Adapun tujuannya seluruh metode dalam belajar maupun semua teori-teori dalam pendidikan yang ada yaitu sebagai penunjang anak untuk menpunyai kemandirian dan juga lebih produktif pada saat mereka beranjak dewasa. Metode Montessori menekan untuk kegiatan yang mampu untuk memberikan rangsangan pada anak supaya belajar mandiri mulai sejak dini, sehingga dapat mencetak anak lebih percaya diri, bertanggung jawab, mempunyai kedisiplinan, dan penuh kemandirian.

Mengnai program-program yang ditekankan dan yang diterapkan akan lebih mendekati pada kegiatan sehari-hari.

Pendidikan anak (Maharany et al., 2021) disesuaikan dengan pada tahap- tahap perkembangannya yang tidak sama dan juga budaya yang tidak sama menurut gambaran idenya Maria Montessori. Dia yakin bahwasanya anak akan mengalami perubahan kemajuan melalui tahapan-tahapan perkembangannya yang masing-masing tahapan memerlukan berbagai macam jenis pembelajaran yang rancangannya sudah baik, tepat dan juga spesifik. (Elytasari, 2017)

Montessori pada awal mulanya adalah sebagai asisten dokter disalah satu klinik penyakit jiwa di salah satu universitas yaitu roma. Ia banyak mempunyai kesempatan dan meluangkan waktu untuk datang ketempat asilum-asilum orang gila dengan tujuan mempelajari mereka. Pada akhirnya Montessori tertarik terhadap anak yang idiotdan pada waktu itu pula menempatkan pada asilum umum khusus orang gila. Dengan ketertarikannya Montessori membuatnya akrab dengan anak-anak yang idiot tersebut dengan metode khusus yang telah dirancang untuk anak kecil. (Elytasari, 2017) Masalah mental adalah merupakan masalah yang berhubungan dengan pedagogik menurut keyakinan Montessori. Montessori berpikir yang berhubungan dengan beberapa anak yang cacat mental pada akhirnya meninjak lanjuti dengan mendirikan Casai dei Bambini atau rumah untuk anak yang berada di daerah kumuh yang

(10)

ada di Roma pada tahun 1907. Rumah tersebut dijadikan tempat bagi Montessori dalam melakukan berbagai macam eksperimen mengenai metode yang efektif dan juga tepat bagi anak yang mentalnya kurang.

Biografi Maria Montessori

Maria Montessori dilahirkan di Chiaravalle provinsi ancona di italia pada tanggal 31 agustus tahun 1870. Maria Montessori berasal dari keluarga berada.

Pendidikan Maria Montessori disekolah teknik negri pada tahun 1870, lalu pada tahun 1890 Maria Montessori pindah ke bidang kedokteran, di sekolah kedokteran Maria Montessori adalah salah satu perempuan pertama di universitas roma. (Elytasari, 2017)

Casa Dei Bambini adalah sekolah yang didirikan oleh Maria Montessori.

Maria Montessori bekerja selama 2 tahun di sekolah Orthophrenic dana ia juga menerapkan metodenya. Ia melatih guru menggunakan metode yang digunakan untuk observasi dan juga melatih metode pendidikan keterbelakangan mental.

Anak-anak bersamanya selama masa tersebut, mengadakan percobaan memakai metode, materi dan juga menggunakan pemikiran yang beda. Dalam penyelidikan ia sudah banyak mengumpulkan dengan cara sedikit demi sedikit.

Ia mengajari anak yang sulit dididik supaya belajar menulis dan juga belajar membaca meskipun mereka menurut hakikatnya mereka tidak dapat dididik.

PEMBAHASAN

Perbandingan Pemikiran Maria Montessori dan Ki Hajar Dewantara Dari pembahasan dan hasil penilitian tentang pembentukan karakter melaui jenjang pendidikan anak diusia dini berdasarkan pemikiran dari tokoh Ki Hajar Dewantara dan menurut Maria Montessori. Hasil perbandingan kedua tokoh tersebut akan dibahas selanjutnya. Diawali dengan kepeduliannya terhadap pendidikan khususnya pendidikan pada anak diusia dini keduanya ini mempunyai latar belakang pemikiran bagi anak diusia dini tentang bagaimana penerapan terhadap mereka.

(11)

no Pendidikan Ki hajar dewantara Maria Montessori 1 Nama sekolah Taman idria Casa Dei Bambini 2 Pemikiran

PAUD

- Supaya anak pada saat belajar tidak terlepas dari unsur alamiyah.

- Pendidikan PAUD hanya bagi anak berumur 0-7 tahun

- Cara mendidik anak menyesuaikan usia.

- Lingkungan Pendidikan (keluarga, sekolah, masyarakat)

- Memberikan

lingkungan yang

hangat dan

menyenangkan - Pendidikan PAUD

bagi anak pada usia 0-6 tahun.

- Mendidik anak harus sesuai perkembangannya.

- Butuh pada interaksi yang langsung antara lingkungan dan anak

3 Metode pembelajaran

- Metode Sistem among - metode pembiasaan

- Metode memberi kebebasan

- Metode eksperimen

Perbedaan dan persamaan

Tokoh pendidikan yang berkelainan keluarga, berkelainan asal negara yaitu Maria Montessori dan Ki Hajar Dewantara. Keduanya merupakan beberapa tokoh pendidikan bagi anak diusia dini. Tempat kelahiran Ki Hajar Dewantara tepatnya yaitu di Jogakarta. Ia lahir dari keluarga bangsawan. Semenjak keci Ki Hajar Dewantara mengenyam Pendidikan sekolah dasar Belanda kemudian melanjutkan di sekolah dokter stovia. Ia menderita sakit keras sehingga tidak dapat melanjutkan sekolahnya. Tempat kelahiran Maria Montessori tepatnya di Chiaravalle Italia. Ia berasal dari keluarga yang berlatar belakang sebagai abdi negara. Ia pernah mengenyam Pendidikan kedokteran di Italia dan pada tahun 1896 lulus dari pendidikannya. Pembahasan dibagian ini tentang masalah perbedaan dan persamaan pemikiran menurut Ki Hajar Dewantara dan Maria Montessori mengenai pendidikan anak diusia dini melalui pendidikan.

(12)

Mengenai perbedaan dan persamaan Maria Montessori dan Ki Hajar Dewantara mempunyai perbedaan dalam pemikiran. Dari beberapa aspek seperti filosofi sekolahnya dan juga aspek nama terdapat perbedaannya. Taman Indria dan Casa Dei Bambini dapat dilihat dari segi penamaannya. Melihat arti dari penamaan sekolah ini sangatlah jelas dan dapat dilihat perbedaan konsep pendidikannya untuk anak diusia dini yang diterapkan adalah taman Indria yang menekan anak supaya belajar dengan tiga lingkungan dan juga belajar dengan cara alami diantaranya lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat (bukan disekolah saja). Keluarga merupakan Pendidikan yang utama bagi anak-anak untuk memperoleh Pendidikan yang maksimal.

(Setyowahyudi, 2020). Anak didik itu juga memerlukan kesenangan pada saat belajar. Terkadang mereka bosan belajar didalam kelas. Mereka ingin belajar di luar kelas seperti dihalaman sekolah, lapangan, dan juga ditaman, namun di Casa Dei Bambini sudah terancang sedemikian rupa. Akan tetapi disekolah tersebut menekankan untuk belajar didalam kelas. Diantara kedua tokoh ini mempunyai perbedaan seperti taman indria yang mengajarkan berbagai materi yang bisa mengoptimal panca indranya anak didik. Sedangkan Casa Dei Bambini memberikan berbagai materi pelajaran keterampilan dalam kesehariannya.

Konsep Pendidikan anak usia dini menurut kedua tokoh pendidikan tersebut juga memiliki kesamaan dan perbedaan. Taman Casa Dei Bambini juga berpendapat bahwasanya media pembelajaran menggunakan pembelajaran yang nyata dan alamiyah karena pembelajaran alamiyah menurutnya menarik dibandingkan dengan menggunakan media pembelajaran yang di buat atau buatan. Berdasarkan pendapat kedua tokoh pendidikan tersebut sama-sama memberikan pendapat bahwasanya anak didik itu memerlukan perkenalan terhadap lingkungan yang alami supaya mereka bisa melihat serta menyentuh benda yang digunakan untuk media pembelajaran dan media alam secara langsung dan nyata.

(13)

Perbedaan juga dimiliki oleh Maria Montessori Dan Ki Hajar Dewantara adalah pemikiran mengenai lingkungan sekolah untuk anak diusia dini yang oleh oleh Kedua tokoh tersebut diterapkan kepada mereka dan juga dan juga mengenai tempat yang dilaksanakannya pendidikan untuk anak diusia dini. Jadi kedua tokoh tersebut tidak hanya mempunyai perbedaan akan tetapi juga mempunyai persamaan mengenai masalah pendidikan. Tempatnya dilaksanakannya pendidikan. Berdasarkan pemikiran Maria Montessori adalah memfokuskan anak didik belajar di ruang kelas dan juga di tempat bermain yang telah terancang sedemikian rupa. Pemikiran berdasarkan Ki Hajar dewantara lebih meluas dibandingkan pemikirannya Maria Montessori bahwasanya tempat dilaksanakannya pendidikan tidak hanya dilaksanakan di lingkungan sekolah akan tetapi bisa melangsungkan di lingkungan yang berada di tengah tengah masyarakat, keluarga dan juga dilingkungan sekolah. Dari tiga lingkungan ini harus mendukung artinya selalu saling mendukung bagi pendidikan karakter terhadap anak diusia dini.

Berbicara mengenai perbedaan berdasarkan pemikiran tokoh Ki Hajar Dewantara bahwasanya Ia mempunya pemikiran mengenai metode yang berbeda dalam membentuk anak diusia dini dalam segi karakter. Ia memberikan teladan dan juga memakai metode pembiasaan pada anak didiknya. Ia juga mempunyai metode system yaitu among yang man bagi pendidikan di Indonesia dijadikan semboyan. Kedua tokoh ini Maria Montessori dan Ki Hajar Dewantara mempunyai kesamaan dalam pemikiran mengenai pendidikan diantaranya sama-sama mempunyai pemikiran memakai metode batiniah bertujuan untuk mengenal tuhannya dan juga mendekatkan. Kedua Tokoh tersebut juga memakai metode lahiriah bertujuan untu melatih aspek dalam segi fisik anak didik.

KESIMPULAN

(14)

Tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang bersifat nyata itu merupakan makna dari hasil pendidikan karakter yang dapat membentuk kepepribadiannya seseorang. Hal tersebut dilalui dengan pendidikan budi pekerti sehingga terbentuknya keperibadian di dalam diri seseorang. Seseorang akan bertinh laku dengan baik, bertanggung jawab, jujur, kerja keras, lemah lembut menghormati sesama dan juga penuh kasih saying. Hal itu dapat dilihat secara nyata pada tingkah laku seseorang. Konsep Pendidikan yang dimiliki oleh Ki Hajar Dewantara adalah bersifat pribumi. Sistem pendidikannya adalah system among dengan artian bersendikan kodrat alam dan merupakan system pendidikan yang bersifat kekeluargaan dan kemerdekaan terhadap anak supaya mereka dapat berkembang dan tumbuh dengan dasar kekuatannya sendiri Penyusunan metodenya Montessori merupakan sebuah metode pendidikan bagi anak-anak yang berdasar pada teori terhadap perkembangannya anak. Adapun metode tersebut berkarakteristik menekankan terhadap aktifitas anak dan adaptasi dilingkungan tempat belajarnya serta menyesuaikan terhadap level berkembangnya anak. Aktifitas fisik dan peran dalm menyerap kemampuan yang praktis dan konsep pembelajaran.

Dari lingkungan sekolah konsep untuk Pendidikan anak diusia dini menurut Maria Montessori dan Ki Hajar dewantara juga ditemukan kesamaan dan juga ditemukan perbedaannya. Melihat persamaannya dilingkungan sekolah sama-sama mempunyai pendapat. Seprti halnya disekolah Casa Dei Bambini dan juga taman indria. Keduanya tersebut berpendapat sama bahwasanya media dalam pembelajaran menggunakan media dalam belajar yang bersifat alamiah dan pembelajaran nyata dari alam itu lebih menarik dibandingkan menggunakan media yang dibuat. Tempat dilaksanakannya pendidikan terhadap anak diusia dini dalam pemikiran Maria Montessori anak didik dfokuskan diruang kelas dan juga diditempatnya anak-anak pada saat bermain yang telah dirancangnya. Berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara

(15)

bahwasanya tempat untuk dilaksanakannya Pendidikan terhadap anak tidak hanya dilingkungan sekolah. Mereka dapat melaksanakan pembelajarannya dilingkungan masyarakat dan juga dilingkungan keluarga. Jadi pemikirannya lebih meluas Pendidikan terhadap anak itu harus saling didukung oleh tiga lingkungan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Abil, I. (2021). 2021. 5(02), 53–64.

Adpriyadi. (2018). Pendidikan Karakter Anak Usia dini Persepektf Ki hjar Dewantara. 1(1).

Ananda, R. (2017). Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini

Implementasi Nilai-nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini. 1(1), 19–31.

https://doi.org/10.31004/obsesi.v1i1.28

Anisah, N. (2009). Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara.

MUDARRISA: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, 1(1), 117.

https://doi.org/10.18326/mdr.v1i1.117-160 Audi, J. (2020). Jurnal audi. 3359(15).

Böhm, W. (2019). Maria Montessori. Maria Montessori.

https://doi.org/10.30965/9783657767601

Dheasari, A. E. (2020). Al-Athfal : Jurnal Pendidikan Anak Abstrak. 1(1), 21–27.

Elytasari, S. (2017). Esensi Metode Montessori dalam Pembelajaran Anak Usia Dini. Jurnal Arraniry, 3(1), 59–73.

Harimulyo, M. S., Prasetiya, B., & Muhammad, D. H. (2021). Nilai-Nilai

Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Risalatul Mu’awanah Dan Relevansinya.

Jurnal Penelitian IPTEKS, 6(1), 72–89.

https://doi.org/10.32528/ipteks.v6i1.5253

Ibrahim, M. (2018). Relevansi Konsep Pendidikan Karakter Menurut Ki Hajar Dewantara dengan Kurikulum 2013. 1, 19.

Irsad, M. (2018). Metode Maria Montessori Dalam Perspektif Filsafat

(16)

Pendidikan. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 1(1), 51.

https://doi.org/10.32585/jkp.v1i1.16

Literate, S., & Indonesia, J. I. (2020). View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk. 274–282.

Maharany, S., Kasiari, N., Firdaus, W., Pendidikan, J., Islam, A., Tinggi, S., Islam, A., & Probolinggo, K. (2021). Qurrota A’yuni ,. 5(02), 64–76.

Mudana, I. G. A. M. G. (2019). Membangun Karakter Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Jurnal Filsafat Indonesia, 2(2), 75.

https://doi.org/10.23887/jfi.v2i2.21285

Muhammad, D. H., Deasari, A. E., & Dirgayunita, A. (2021). Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Psikologi Islam. Jurnal Pendidikan Islam Al-Ilmi, 4(1), 21–33. https://doi.org/10.32529/al-ilmi.v4i1.821

Muhammad, D. H., & Susandi, A. (2022). The Role of Islamic Religious Education Subject Teachers in Instilling Students ’ Religious Values The Role of Islamic Religious Education … A . Pendahuluan Kultur bangsa Indonesia , dalam penjelasan Hary ( Hary , 2013 ), menempatkan profesi guru pada pos. Journal of Contemporary Islamic Education, 2(1), 63–74.

Munif, M. (2017). Strategi Internalisasi Nilai-Nilai Pai Dalam Membentuk Karakter Siswa. Edureligia; Jurnal Pendidikan Agama Islam, 1(2), 1–12.

https://doi.org/10.33650/edureligia.v1i2.49

Nugroho, G. (2018). Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Muhammadiyah Cirebon.

Prasetiya, B. (2018). Peningkatan Kemampuan Guru Madrasah Dalam Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas Di Probolinggo. 441–465.

Prasetiya, B., Hadi, S., & Khoiriyah. (2018). Analisis Kuantitatif Korelasi Pendidikan Agama dalam Keluarga dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam. Jurnal Al-Ta’dib, 11(2), 91–108.

Rofi, S., Prasetiya, B., & Agus Setiawan, B. (2019). Pendidikan Karakter Dengan

(17)

Pendekatan Tasawuf Modern Hamka dan Transformatif Kontemporer.

Intiqad: Jurnal Agama Dan Pendidikan Islam, 11(2), 396–414.

https://doi.org/10.30596/intiqad.v11i2.2658

Setyowahyudi, R. (2020). Pemikiran Ki Hajar Dewantara dan Maria Montessori tentang Pendidikan Anak Usia Dini. PAUDIA : Jurnal Penelitian Dalam Bidang Pendidikan Anak Usia Dini, 9(1), 17–35.

https://doi.org/10.26877/paudia.v9i1.5610

Sugiarta, I. M., Mardana, I. B. P., Adiarta, A., & Artanayasa, W. (2019). Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara (Tokoh Timur). Jurnal Filsafat Indonesia, 2(3), 124. https://doi.org/10.23887/jfi.v2i3.22187

Suna, Ari Susandi, D. H. M. (2022). JPDK : Volume 4 Nomor 1 Tahun 2022 Research & Learning in Primary Education. 4, 1–7.

Sunarti, C., Uwie, W., & Sumitra, A. (2018). Pembentukan Karakter Mandiri Pada Anak Usia Dini Melalui Metode Montessori Di Tk Almarhamah Cimahi. CERIA (Cerdas Energik Responsif Inovatif Adaptif), 1(2), 47.

https://doi.org/10.22460/ceria.v1i2.p47-57

Susandi, A. S., Luayyin, R. H., & Dirgayunita, A. (2021). Aktualisasi Diri Untuk Mengurangi Perilaku Bullying Pada Anak. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan, 13(2), 72. https://doi.org/10.26418/jvip.v13i2.45698

Syafri, F. (2013). Maria Montessori, (Gerald Lee Gutek, ed.)., Metode Montessori . (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2013). H.1-5. PENDIDIKAN ANAK USIA DINI MENURUT MARIA MONTESSORI Fatrica, 1–13.

Wijayanti, A. (2021). Pendidikan Karakter Anak Usia Dini di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan Modern, 6(03), 130–140.

https://doi.org/10.37471/jpm.v6i03.248

Referensi

Dokumen terkait

Kecamatan Sumobito memang menjadi lokasi kegiatan Lingkungan Industri Kecil (LIK) Daur Ulang Slag Alumunium. Yang pengawasannya menjadi kewenangan Dinas Lingkungan Hidup

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) mengetahui kesesuaian pola distribusi nilai-nilai peramalan penjualan produk brand Dadung dengan pola historis

Dengan demikian, budaya korporat berfungsi sebagai perekat sosial dalam mempersatukan anggota-anggota dalam mencapai tujuan organisasi berupa ketentuan- ketentuan atau nilai-nilai

Hasil yang diperoleh dari proses analisa websiteyang dibangun oleh Kementrian koperasi dan UKM pada Deputi IV bidang pemasaran dan jaringan usaha sebagai tools

• Siswa mampu dan mengerti tentang Sistem Operasi Berbasis TEXT • Siswa mampu dan mengerti tentang prosedur Instalisasi S/O TEXT • Siswa dapat mengetahui proses instalisasi

Periodontitis kronis adalah suatu peradangan kronik yang terjadi pada jaringan periodontium yang disebabkan oleh penumpukan plak pada gigi yang nantinya akan menyebabkan

Dengan kata lain, hasil analisis data dalam penelitian ini yang menyebutkan bahwa kepuasan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap