• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PERKEMBANGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH. Rifaldo Armando Tandris

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISA PERKEMBANGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH. Rifaldo Armando Tandris"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PERKEMBANGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE DALAM MENDUKUNG

PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

Rifaldo Armando Tandris1

Alvinson Sentinuwo 2

12Akademi Keuangandan Perbankan GMIST Tahuna Program Studi Keuangan dan Perbankan

rifaldo.tandris@akptahuna.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan Keuangan Daerah dengan menggunakan metode analisa yangdigunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif, yaitu menguraikan, menggambarkan suatu data atau keadaan, serta melukiskan dan menerangkan suatu keadaan sedemikian rupa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dari hasil perhitungan rasio kemandirian pada tahun 2016 sampai 2018 Kabupaten Kepulauan Sangihe memperoleh rasio kemandirin sebesar 7,25%, 7,93%, 9,18%. Ini menunjukan pola hubungan rasio kemandirian yang ada di kabupaten kepualauan sangihe dari tahun 2016 sampai 2018 adalah instruktif (rendah sekali). Keadaan ini menunjukan bahwa kapasitas fiscal Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe sangat kecil atau sangat rendah, ketergantungan terhadap pemberian dana perimbangan masih sangat besar.

Kata Kunci:Keuangan Daerah, Rasio Kemandirian.

Halaman 95 Jurnal Ekbank Volume 2 Nomor 2 Desember 2019

2

(2)

LATAR BELAKANG

Organisasi Pemerintah merupakan salah satu bentuk organisasi non profit yang bertujuan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat umum yang dapat berupa peningkatan keamanan, peningkatan mutu pendidikan atau peningkatan mutu kesehatan dan lain-lain. Selain itu organisasi non profit ini merupakan organisasi yang orientasi utamanya bukan untuk mencari laba.

Organisasi pemerintah memiliki karakteristik tersendiri yang lebih terkesan sebagai lembaga politik daripada lembaga ekonomi. Akan tetapi, sebagaimana bentuk-bentuk kelembagaan lainnya, lembaga/organisasi pemerintah juga memiliki aspek sebagai lembaga ekonomi.

Lembaga pemerintah melakukan berbagai bentuk pengeluaran guna membiayai kegiatan- kegiatan yang dilakukan di satu sisi, dan di sisi lain lembaga ini harus melakukan berbagai upaya untuk memperoleh penghasilan guna menutupi seluruh biaya tersebut.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dan belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

Dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa untuk melaksanakan Pasal 182 dan Pasal 194 Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 69 dan Pasal 86 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (5). Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Berkaitan dengan hal tersebut peranan pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe sangat menentukan berhasil tidaknya menciptakan kemandirian yang selalu didambakan Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISA

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN

KEUANGAN DAERAH KABUPATEN

KEPULAUAN SANGIHE DALAM

MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH”.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas dapat dirumuskan masalahnya adalah 1. Bagaimana perkembangan Keuangan Daerah

yang ada di Kabupaten Kepulauan Sangihe ? 2. Apakah Keuangan Daerah mampu mendukung

kebutuhan otonomi daerah?

TUJUAN PENELITIAN

Dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perkembangan Keuangan Daerah yang ada di Kabupaten Kepulauan Sangihe

2. Untuk mengetahui kemampuan keuangan daerah dalam mendukung Otonomi Daerah.

MANFAAT PENELITIAN

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun bagi instansi :

1. Bagi Penulis

Bagi penulis diharapkan dapat menambah referensi tentang tingkat perkembangan kemampuan keuangan di Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah.

2. Bagi Pemerintah Daerah

Dari hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam Halaman 96 Jurnal Ekbank Volume 2 Nomor 2 Desember 2019

(3)

membuat kebijakan yang berkaitan dengan pendapatan asli daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe, serta dapat menjadi bahan masukan bagi perencanaan pembangunan dan pengambilan keputusan pembangunan dalam rangka meningkatkan pelaksanaan otonomi daerah.

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS A. Pengertian Otonomi Daerah

Dalam

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/penger tian-otonomi-daerah.html diakses 17 Agustus 2019, adapun definisi otonomi daerah yaitu sebagai berikut :

a. Menurut Benyamin Hoesein, pengertian otonomi daerah adalah pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional Negara secara informal berada diluar pemerintah pusat.

b. Definisi menurut Ateng Syarifuddin, otonomi daerah adalah kebebasan atau kemandirian yang terbatas dimana kemandirian itu terwujud sebagai suatu pemberian kesempatan yang harus dapat dipertanggungjawabkan.

c. Sedangkan menurut Sugeng Istianto, otonomi daerah adalah suatu Hak dan Wewenang guna untuk mengatur serta mengurus sebuah rumah tangga daerah.

B. Tujuan Otonomi Daerah Dalam

https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah diakses 17 Agustus 2019 Adapun tujuan pemberian otonomi daerah adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik.

2. Pengembangan kehidupan demokrasi.

3. Keadilan nasional.

4. Pemerataan wilayah daerah.

5. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam rangka keutuhan NKRI.

6. Mendorong pemberdayaan masyarakat.

7. Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Secara konseptual, Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama yang meliputi : tujuan politik, tujuan administratif, dan tujuan ekonomi. Hal yang ingin diwujudkan melalui tujuan politik dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah upaya untuk mewujudkan demokratisasi politik melalui partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Perwujudan tujuan administrative yang ingin dicapai melalui pelaksanaan otonomi daerah adalah adanya pembagian urusan pemerintahan antara pusat dan daerah, termasuk sumber keuangan, serta pembaharuan manajemen birokrasi pemerintahan di daerah. Sedangkan tujuan ekonomi yang ingin dicapai dalam pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah terwujudnya peningkatan indeks pembangunan manusia sebagai indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

C. Asas Otonomi Daerah Dalam

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/penger tian-otonomi-daerah.html diakses 17 Agustus 2019, Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah daerah, terdapat 3 jenis penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan Otonomi Daerah, yaitu asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan.

1. Desentralisasi

Desentralisasi Adalah pemberian wewenang oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurus urusan daerahnya sendiri berdasarkan asas otonom.

2. Dekonsentrasi

Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi Halaman 97 Jurnal Ekbank Volume 2 Nomor 2 Desember 2019

(4)

kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada guberbur dan bupati/wali kota sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum.

3. Tugas Pembantuan

Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah otonom untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah provinsi kepada Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi.

D. Prinsip Otonomi Daerah Dalam

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/penger tian-otonomi-daerah.html diakses 17 Agustus 2019, mengacu pada penjelasan di atas, berikut ini adalah beberapa prinsip dalam pelaksanaan otonomi daerah :

1. Prinsip Otonomi Seluas-Luasnya

Ini merupakan prinsip otonomi dimana daerah yang mendapat kewenangan dalam mengatur dalam hal pemerintahan dan mengatur kepentingan masyarakatnya.

Namun, otonomi tersebut tidak memiliki kewenangan dalam hal politik luar negeri, agama, moneter, keamanan, peradilan, serta fiskan nasional.

2. Prinsip Otonomi Nyata

Ini adalah prinsip otonomi dimana daerah otonom memiliki kewenangan dalam menjalankan pemerintahan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang secara nyata telah ada.

3. Prinsip Otonomi Bertanggungjawab Ini adalah prinsip otonom dimana system penyelenggaraan harus sesuai dengan maksud dan tujuan dari pemberian otonomi. Pada dasarnya otonomi bertujuan agar daerah tersebut dapat berkembang dan masyarakatnya lebih sejahtera.

Ciri-Ciri Otonomi Daerah Dalam

https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah diakses 17 Agustus 2019, adapun ciri-ciri otonomi daerah yaitu sebagai berikut :

1. Negara kesatuan

a. Setiap daerah memiliki perda (dibawah UU) b. Perda terikat dengan UU

c. Hanya Presiden/Raja berwenang mengatur hukum

d. DPRD (provinsi/negara bagian/dst) tidak punya hak veto terhadap UU negara yang disahkan DPR

e. Perda dicabut pemerintah pusat f. Sentralisasi

g. Bisa interversi dari kebijakan pusat

h. Perjanjian dengan pihak asing/luar negeri harus melalui pusat

i. APBN dan APBD tergabung

j. Pengeluaran APBN dan APBD dihitung perbandingan

2. Negara federal

a. Setiap daerah mempunyai UUD daerah yang tidak bertentangan dengan UUD negara (hukum sendiri)

b. UUD daerah tidak terikat dengan UU negara c. Presiden/Raja berwenang mengatur hukum

untuk negara sedangkan kepala daerah untuk daerah

d. DPRD (provinsi/negara bagian/dst) punya hak veto terhadap UU negara yang disahkan DPR e. Perda dicabut DPR dan DPD setiap daerah f. Desentralisasi

g. Tidak bisa interversi dari kebijakan pusat h. Perjanjian dengan pihak asing/luar negeri

harus melalui pusat

i. APBD untuk setiap daerah dan APBN hanya untuk negara

j. Pengeluaran APBN dan APBD dihitung pembagian

3. Otonomi Daerah

a. Setiap daerah memiliki perda (dibawah UU) b. Perda terikat dengan UU

Halaman 98 Jurnal Ekbank Volume 2 Nomor 2 Desember 2019

(5)

c. Hanya Presiden/Raja berwenang mengatur hukum

d. DPRD (provinsi/negara bagian/dst) tidak punya hak veto terhadap UU negara yang disahkan DPR e. Perda dicabut pemerintah pusat

f. Semi sentralisasi

g. Bisa interversi dari kebijakan pusat

h. Perjanjian dengan pihak asing/luar negeri harus melalui pusat

i. APBN dan APBD tergabung

j. Pengeluaran APBN dan APBD dihitung perbandingan

E. Pengertian Keuangan Daerah

Menurut mardiasmo 2002 dalam buku Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah,.

Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Pasal 1 ayat 5 PP No. 58 Tahun 2005 dalam Abdul Halim, 2007).

Keuangan Daerah dapat juga diartikan sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, juga dengan segala satuan, baik yang berupa uang maupun barang, yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki atau dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan/peraturan perundangan yang berlaku.

F. Kinerja Keuangan Daerah

Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah menegaskan bahwa pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan dan

kepatuhan. Pelaporan keuangan pemerintah pada umumnya hanya menekankan pada pertanggung jawaban apakah sumber yang diperoleh sudah digunakan sesuai dengan anggaran atau perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian pelaporan keuangan yang ada hanya memaparkan informasi yang berkaitan dengan sumber pendapatan pemerintah, bagaimana penggunaannya dan posisi pemerintah saat itu. Alat untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya dengan melaksanakan analisis rasio terhadap APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakannya.

Hasil analisis rasio keuangan ini selanjutnya digunakan untuk tolak ukur dalam :

1. Menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerah.

2. Mengukur efektifitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah.

3. Mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam membelanjakan pendapatan daerahnya.

4. Mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam pembentukan pendapatan daerah.

5. Melihat pertumbuhan atau perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu.

G. Asas Keuangan Daerah

Berdasarkan pasal 66 UU No. 33/2004, asas umum pengelolaan keuangan daerah adalah sebagai berikut :

1. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan keadilan, kepatuhan, dan manfaat untuk masyarakat.

2. APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

Halaman 99 Jurnal Ekbank Volume 2 Nomor 2 Desember 2019

(6)

setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

3. APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, dan distribusi.

4. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD.

5. Surplus APBD dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran daerah tahun anggaran berikutnya.

6. Penggunaan surplus APBD dimaksudkan untuk membentuk dana cadangan atau penyertaan dalam perusahaan daerah harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari DPRD.

H. Tujuan Pengolahan Keuangan Daerah Dalam http://pekikdaerah.wordpress.com diakses 13 september 2019, Tujuan pengelolaan keuangan daerah sangat vital. Pengelolaan keuangan daerah berarti mengurus dan mengatur keuangan daerah itu sendiri dengan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah adalah sebagai berikut :

1. Tanggung Jawab

2. Mampu memenuhi kewajiban keuangan 3. Kejujuran

4. Hasil guna dan Daya guna 5. Pengendalian

J. Fungsi Keuangan Daerah Dalam

http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/10/fungsi- keuangan-daerah-dan-sumber.html diakses 13 september 2019 fungsi keuangan daerah adalah sebagai berikut :

1. Sebagai alat perencana 2. Sebagai alat pengendalian 3. Sebagai alat kebijakan fiscal 4. Sebagai alat politik

5. Sebagai alat koordinasi dan komunikasi 6. Sebagai alat penilaian kinerja

7. Sebagai alat motivasi

METODOLOGI PENELITIAN A. DATA DAN SUMBER DATA

1. Data

Data adalah sesuatu yang diketahui dan dianggap. Pada dasarnya kegunaan data adalah sebagai dasar yang objektif dalam proses pembuatan keputusan/kebijakan dalam rangka untuk memecahkan persoalan atau masalah. Data baik adalah data yang dipercaya kebenarannya, tepat waktu dan mencangkup ruang lingkup yang luas atau bisa memberikan gambaran tentang suatu masalah secara umum dan menyentuh.

Penelitian pada dasarnya adalah usaha untuk mencari data yang akan dipergunakan untuk menguji suatu hipotesa, untuk memecahkan suatu persoalan tertentu atau hanya ingin mengetahui apakah ada persoalan atau tidak.

Data didapat dari beberapa sumber data yang dikelompokkan, dan data yang telah dikelompokkan akan diolah dan berubah menjadi sebuah informasi yang dapat digunakan untuk menambah pengetahuan bagi yang menerimanya.

Sumber Data adalah tempat data diperoleh dengan menggunakan metode tertentu baik berupa manusia, artefak, ataupun dokumen-dokumen. Adapun sumber data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu dari Badan Keuangan Kabupaten Kepulauan Sangihe

B. Jenis-Jenis Data

Adapun jenis-jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data menurut sifatnya, yaitu menggunakan data kualitatif

Data kualitatif adalah data yang dapat mencakup hampir semua data non numerik. Data ini dapat menggunakan kata-kata untuk menggambarkan fakta dan fenomena yang diamati. Dalam penelitian ini data yang dimaksud adalah data perkembangan kemampuan keuangan daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe Halaman 100 Jurnal Ekbank Volume 2 Nomor 2 Desember 2019

(7)

dalam medukung pelaksanaan otoniomi daerah.

2. Data menurut cara memperolehnya dibagi menjadi dua yaitu:

a. Data Primer (Primary Data)

Data Primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan/suatu organisasi secara langsung dari objek yang diteliti. Data ini diperoleh melalui wawancara di Badan Keuangan Kabupaten Kepulauan Sangihe.

b. Data Sekunder (Secondary Data) Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh langsung dari sumber pertama. Data ini diperoleh dari literatur Buku dan Internet.

C. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengupulkan data lapangan digunakan metode sebagai berikut :

a. Interview

Interview sering disebut wawancara, dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanya sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. Pada umumnya dua orang atau lebih hadir secara fisik dalam proses tanya jawab itu, masing- masing pihak dapat menggunakan saluran- saluran komunikasi secara wajar dan lancar.

Peneliti melakukan interview khusus dengan Sekretaris Badan Keuangan Kabupaten Kepulauan Sangihe.

b. Studi Literatur

Studi literatur adalah mencari referensi teori yang relevan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan. Referensi ini dapat dicari dari buku, jurnal, artikel laporan penelitian, dan situs-situs di internet.kegiatan pencarian ini dilakukan oleh peneliti di perpustakaan Kampus Akademi Keuangan dan Perbankan Tahuna dan juga melalui internet.

c. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari respoden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Melalui metode ini peneliti mengumpulkan informasi atau data Perkembangan Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe dalam mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah.

D. Metode Analisa

Metode Analisa yang digunakan dalam pembahasan Karya Tulis Ilmiah ini adalah analisa deskriptif, yaitu adalah suatu metode perubahan yang sifatnya menguraikan, menggambarkan suatu data atau keadaan, serta melukiskan dan menerangkan suatu keadaan sedemikian rupa.

Data yang diperoleh dari wawancara khusus dianalisa secara menyeluruh berdasarkan rumusan masalah. Sehingga Penulis dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai Analisa Perkembangan Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe dalam mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah.

Untuk mengukur kemampuan Keuangan Daerah dalam mendukung Otonomi Daerah peneliti membuat Rasio Kemandirian

1. Rasio Kemandirian

Rasio Kemandirian digunakan untuk menunjukan tingkat kemampuan suatu daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah dan dapat diformulasikan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Halaman 101 Jurnal Ekbank Volume 2 Nomor 2 Desember 2019

(8)

PEMBAHASAN

Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Pasal 1 ayat 5 PP No. 58 Tahun 2005 dalam Abdul Halim, 2007). Otonomi daerah adalah kebebasan atau kemandirian yang terbatas dimana kemandirian itu terwujud sebagai suatu pemberian kesempatan yang harus dapat dipertanggungjawabkan.

Berikut akan diuraikan mengenai perkembangan kemampuan keuangan daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe pada periode 2016 s/d 2018. Jumlah keuangan daerah diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari Pendapatan Pajak Daerah, Pendapatan Retribusi Daerah, Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Dipisahkan, Lain- Lain PAD yang sah.

Tabel 4.1 Data Olahan Keuangan Daerah Periode 2016 s/d 2018

Tahun Jumlah Keuangan Daerah 2016 Rp.815.390.622.562

2017 Rp.924.191.965.351 2018 Rp.744.063.020.886

Sumber data : Badan Keuangan Kabupaten Kepulauan Sangihe

Pada tabel 4.1 diuraikan mengenai Keuangan Daerah yang terealisasi selama tiga tahun terakhir yaitu dari tahun 2016 s/d 2018. Pada Tahun 2016 jumlah Keuangan Daerah yaitu sebesar Rp.815.390.622.562, sedangkan pada tahun 2017

mengalami peningkatan sejumlah

Rp.924.191.965.351, sementara pada tahun 2018

mengalami penurunan sejumlah

Rp.744.063.020.886.

Pada Otonomi daerah yang diteliti mengenai Belanja Daerah yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja subsidi, belanja hibah, dan belanja bantuan sosial yang akan diuraikan sebagai berikut :

Tabel 4.2 Data Olahan Belanja Daerah periode 2016 s/d 2018

BELANJA OPERASI

2016 2017 2018

Belanja Pegawai

Rp.418.994.540.188 Rp.373.380.270.726 Rp.387.058.443.101

Belanja Barang dan Jasa

Rp.178.503.712.174 Rp.182.741.508.203 Rp.221.700.503.042

Belanja Subsidi

Rp. 40.000.000 - Rp. 570.000.000

Belanja Hibah

Rp. 31.680.740.000 Rp. 53.590.621.865 Rp. 14.568.400.000

Belanja Bantuan Sosial

Rp. 1.523.932.548 Rp. 2.351.436.723 Rp. 8.336.208.172

Jumlah Belanja Daerah

Rp.630.742.924.910 Rp.612.063.837.517 Rp.632.233.554.315

Sumber data : Badan Keuangan Kabupaten Kepulauan Sangihe

Pada tabel 4.2 diuraikan mengenai Belanja Daerah. Pada tahun 2016 jumlah belanja daerah sejumlah Rp.630.742.924.910, sementara pada tahun 2017 terjadi penurunan yang signifikan yang terjadi pada belanja subsidi tidak terjadi transaksi dan jumlah belanja daerah pada tahun 2017 sebesar Rp.612.063.837.517, sedangkan pada tahun 2018 terjadi peningkatan yang signifikan sejumlah Rp.632.233.554.315.

1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Rasio kemandirian keuangan daerah menunjukan tingkat kemampuan suatu daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, Pembangunan dan Pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah.

Rasio Kemandirian ditunjukan oleh besarnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain (pihak ekstern) antara lain : bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak sumber alam, dana alokasi umum dan alokasi khusus, dana darurat dan pinjaman.

Tabel 4.3. Rasio Kemandirian, Kemampuan Keuangan, Pola Hubungan

Rasio

Kemandirian (%)

Kemampuan Keuangan

Pola Hubungan 0-25 Rendah Sekali Instruktif

>25-50 Rendah Konsultatif

>50-75 Sedang Partisipatif

>75-100 Tinggi Delegatif

Halaman 102 Jurnal Ekbank Volume 2 Nomor 2 Desember 2019

(9)

a. Rasio Kemandirian tahun 2016

%

b. Rasio Kemandirian tahun 2017

%

c. Rasio Kemandirian tahun 2018

%

Dari perhitungan rasio kemandirian menggunakan rumus diatas maka dapat juga dibuat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.4 Perhitungan Rasio Kemandirian Kabupaten Kepulauan Sangihe Periode 2016 s/d 2018

NO

Sumber Pendapatan dari pihak ekstern

2016 2017 2018

1 Dana Bagi

Hasil Pajak

Rp.11.109.297.288 Rp.8.790.409.893 Rp.8.559.288.800

2 Dana Alokasi Umum

Rp.520.936.208.000 Rp.511.785.034.000 Rp.517.617.418.000

3 Dana Alokasi Khusus

Rp.228.196.487.088 Rp.335.681.083.913 Rp.155.312.267.535

Total sumber

pendapatan dari pihak ekstern

Rp.760.241.992.376 Rp.856.256.527.806 Rp.681.488.974.335

Pendapatan Asli Daerah

Rp.55.148.630.186 Rp.67.935.437.545 Rp.62.574.046.551

Rasio Kemandirian 7,25 % 7,93 % 9,18 %

Pola Hubungan Instruktif Instruktif Instruktif

Tabel diatas menunjukan bagaimana perhitungan rasio kemandirian Kabupaten Kepulauan Sangihe dari tahun 2016 sampai 2018. Seperti yang dilihat pada tabel diatas dimana rasio kemandirian pada tahun 2016 sebesar 7,25%, tahun 2017 sebesar 7,93%, sedangkan tahun 2018 sebesar 9,18%, ini menunjukan pola hubungan rasio kemandirian yang

ada di Kabupaten Kepulauan Sangihe dari tahun 2016 sampai 2018 adalah instruktif (rendah sekali).

Tabel 4.5 Data perhitungan Keuangan Daerah dan Belanja Daerah Periode 2016 s/d 2018

Tahun Keuangan Daerah Belanja Daerah 2016 Rp.815.390.622.562 Rp.630.742.924.910 2017 Rp.924.191.965.351 Rp.612.063.837.517 2018 Rp.744.063.020.886 Rp.632.233.554.315

Pada tabel ini telah diuraikan mengenai Keuangan Daerah dan Belanja Daerah dari tahun 2016 s/d 2018. Dapat dilihat jumlah Keuangan Daerah lebih besar dari jumlah Belanja Daerah. Jumlah Keuangan Daerah yang diperoleh Kabupaten Kepulauan Sangihe besar karena dilihat dari jumlah Pendapatan Asli Daerah ditambah dengan Sumber Pendapatan dari Pihak Ekstern. Sedangkan untuk Belanja daerah jumlah yang dikeluarkan dilihat dari Belanja Pegawai dan Belanja Barang dan Jasa. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Keuangan Daerah yang ada di Kabupaten Kepulauan Sangihe mampu Mendukung serta membiayai Otonomi Daerah atau Belanja Daerah yang ada di Kabupaten Kepulauan Sangihe.

Persamaan Garis Trend Linear Y = a + b X

Dimana :

a =

∑ Y / N

a = 1.875.040.316.742 / 3 a =625.013.438.914 b =

∑ XY / ∑

b =1.550.387.955.463.170.000.000.000/

6.168.495.510.106.560.000.000.000

b = 0,25

maka Y = 625.013.438.914 + 0,25 X

2. Perkiraan data Keuangan Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe untuk tahun 2019 sampai 2023

a. Tahun 2019 : nilai X adalah (4) maka Y = 625.013.438.914 + 0,25 (4) Y = 625.013.438.914 + 1 Y = 625.013.438.915

Halaman 103 Jurnal Ekbank Volume 2 Nomor 2 Desember 2019

(10)

b. Tahun 2020 : nilai X adalah (5) maka Y = 625.013.438.914 + 0,25 (5) Y = 625.013.438.914 + 1,25 Y = 625.013.438.915

c. Tahun 2021 : nilai X adalah (6) maka Y = 625.013.438.914 + 0,25 (6) Y = 625.013.438.914 + 1,5 Y = 625.013.438.916

d. Tahun 2022 : nilai X adalah (7) maka Y = 625.013.438.914 + 0,25 (7) Y = 625.013.438.914 + 1,75 Y = 625.013.438.916

e. Tahun 2023 : nilai X adalah (8) maka Y = 625.013.438.914 + 0,25 (8)

Y = 625.013.438.914 + 2 Y = 625.013.438.916

Kesimpulan

Dari hasil yang telah diperoleh dari pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Dari hasil perhitungan rasio kemandirian pada tahun 2016 sampai 2018 Kabupaten Kepulauan Sangihe memperoleh rasio kemandirin sebesar 7,25%, 7,93%, 9,18%. Ini menunjukan pola hubungan rasio kemandirian yang ada di kabupaten kepualauan sangihe dari tahun 2016 sampai 2018 adalah instruktif (rendah sekali).

2. Jumlah Keuangan Daerah lebih besar dari jumlah Belanja Daerah. Jumlah Keuangan Daerah yang diperoleh Kabupaten Kepulauan Sangihe besar karena dilihat dari jumlah Pendapatan Asli Daerah ditambah dengan Sumber Pendapatan dari Pihak Ekstern.

Sedangkan untuk Belanja daerah jumlah yang dikeluarkan dilihat dari Belanja Pegawai dan Belanja Barang dan Jasa.

Dari uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Keuangan Daerah yang ada di Kabupaten Kepulauan Sangihe mampu Mendukung serta membiayai Otonomi Daerah atau Belanja Daerah yang ada di Kabupaten Kepulauan Sangihe namun ketergantungan dan perimbangan dari Pemerintah Pusat sangat besar.

A. Saran

Adapun beberapa saran yang akan penulis sampaikan yaitu sebagai berikut :

1. Untuk Badan Keuangan Kabupaten Kepulauan Sangihe untuk lebih ditingkatkan lagi Pendapatan Asli Daerah contohnya seperti peningkatan Pendapatan Pajak Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah.

2. Untuk masyarakat perlu adanya kesadaran membayar pajak sehingga kedepannya kemampuan keuangan daerah lebih bisa ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah (diakses 17 Agustus 2019)

2. http://pekikdaerah.wordpress.com (diakses 13 September 2019)

3. http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/10/fungsi -keuangan-daerah-dan-sumber.html (diakses 13 September 2019).

4. https://www.maxmanroe.com/vid/umum/penge rtian-otonomi-daerah.html (diakses 17 Agustus 2019)

Halaman 104 Jurnal Ekbank Volume 2 Nomor 2 Desember 2019

Gambar

Tabel  4.1  Data  Olahan  Keuangan  Daerah  Periode                    2016 s/d 2018

Referensi

Dokumen terkait

Servis atas bolavoli memiliki unsur gerakan yang cukup kompleks. Ditinjau dari gerakannya servis atas merupakan gabungan dari beberapa gerakan yang

Metode Penelitian meliputi pembuatan Nutrient Agar Plate, identifikasi bakteri Pseudomonas aeruginosa, perbenihan cair, uji antimikroba getah pelepah pisang terhadap

bahwa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang

Menjamurnya kendaraan pribadi yang beroperasi menjadi angkutan umum atau yang trendnya disebut taxi gelap, memicu persaingan tidak sehat antara pihak angkutan resmi

Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, penulis memilih dasar dari judul skripsi ini adalah mengenai masalah tentang tinjauan yuridis terhadap pelepasan hak ganti rugi atas

Bank Indonesia (BI) mencatat nilai cadangan devisa Indonesia pada akhir April sebesar USD123,2 miliar, naik dari posisi di akhir Maret sebesar USD121,8 miliar.. Posisi cadangan

Penurunan (YoY) surplus perdagangan non-migas dipicu oleh meningkatnya defisit perdagangan Indonesia dengan beberapa negara mitra dagang utama antara lain China,

Nama Kegiatan Sasaran/peserta Jumlah Peserta Tempat Kegiatan Jumlah Pertemuan A. Pemanfaatan Pekarangan Rumah