ANALISIS WACANA NARATIF DARI ASPEK ISI PADA
KISAH NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM DALAM SURAH ALI IMRAN
SKRIPSI SARJANA OLEH
POPI OCTAVIANI 150704049
PROGRAM STUDI SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2019
ANALISIS WACANA NARATIF DARI ASPEK ISI PADA KISAH NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM DALAM SURAH ALI IMRAN
SKRIPSI SARJANA DISUSUN
O L E H
POPI OCTAVIANI NIM. 150704049
Pembimbing
Dra. Murniati, M.Hum NIP. 19590720 198903 2 002
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam Bidang Ilmu Bahasa Arab
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI SASTRA ARAB MEDAN
2019
Disetujui oleh:
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PROGRAM STUDI SASTRA ARAB
Ketua Sekretaris
Dra. Rahlina Muskar Nst, M.Hum., Ph.D Drs. Bahrum Saleh, M.Ag NIP. 19611216 198703 2 001 NIP. 19620919 199003 1 003
PENGESAHAN :
Diterima oleh:
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA
dalam Ilmu Bahasa Arab pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, pada:
Tanggal : Hari :
Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,
Dr. Budi Agustono, M.S NIP. 19600805 198703 1 001
Panitia Ujian
No. Nama Tanda Tangan
1. Drs. Suwarto, M.Hum ( )
2. Andi Pratama Lubis, S.S., M.Hum ( )
3. Dra. Murniati, M.Hum ( )
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.
Apabila pernyataan yang saya perbuat tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Medan,
Popi Octaviani NIM. 150704049
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehinga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS WACANA NARATIF DARI ASPEK ISI PADA KISAH NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM DALAM SURAH ALI IMRAN”, sebagai suatu karya tulis dalam memenuhi tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya USU, Medan. Shalawat beriring salam kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang telah membawa manusia dari zaman jahiliyyah kepada zaman yang terang benderang yang dipenuhi iman dan taqwa.
Peneliti menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang harus dibenahi, disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan peneliti. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritikan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan para pembaca khususnya para peminat Bahasa Arab.
Medan, Peneliti,
POPI OCTAVIANI 150704049
UCAPAN TERIMA KASIH Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
Tidak lupa salawat dan salam peneliti sampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang telah memberikan petunjuk ke jalan yang Allah ridhai. Pada kesempatan ini, perkenankanlah peneliti mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Bapak Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D selaku Wakil Dekan I, Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd selaku Wakil Dekan II, Bapak Prof. Ikhwanuddin Nasution, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, dan kepada sivitas akademika yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
3. Ibu Dra. Rahlina Muskar Nst, M.Hum., Ph.D selaku Ketua Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs.
Bahrum Saleh, M.Ag selaku Sekretaris Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara atas dorongan yang diberikan kepada peneliti terhadap penulisan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Murniati, M.Hum selaku dosen pembimbing yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan, dan pengarahan bagi peneliti sehingga skripsi ini dapat peneliti rampungkan.
5. Bapak Drs. Suwarto, M.Hum dan Bapak Andi Pratama Lubis, S.S., M.Hum selaku dosen penguji dan pengajar dengan penuh perhatian, serta kasih sayang, yang telah membantu dalam proses penelitian ini hingga selesai tepat pada waktunya.
6. Ibu Dr. Rahimah, M.Ag selaku dosen penasehat akademik yang dengan penuh perhatian telah memberikan semangat, motivasi dan nasihat bagi peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
7. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara pada khususnya dan Staf Pengajar Universitas Sumatera Utara pada umumnya yang telah mendidik dan menuangkan ilmunya kepada peneliti selama masa perkuliahan, serta kak Fitri selaku Staf Administrasi Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu peneliti dalam hal administrasi.
8. Teristimewa dengan penuh kasih sayang dan rasa cinta peneliti ucapkan kepada Ayahanda Safriwal Piliang dan Ibunda Emi Fitri atas pengorbanan dan ketulusannya dalam menasehati dan memberikan dukungan moril ataupun materil yang tidak terhingga nilainya hingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar Sarjana. Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan ridha-Nya. Aamiin.
9. Tersayang kakanda Mona Arizona dan Maharani dan abangda Rudi Syahputra, dan seluruh keluarga serta kerabat dekat peneliti yang telah memberikan doa, bantuan dan semangat kepada peneliti sehingga skripsi ini selesai dan peneliti mencapai gelar sarjana.
10. Seluruh keluarga besar Sastra Arab 2015, Dedek, Rauda, Lisa, Ade, Nina, Farah, Shakila, Lecha, Saila, Fitri Ayu, Suwardini, Rani, Jannah, Puja, Fitriani, Nur Fadhillah, Dimas, Rico, Sangkot, Kholiq, Rijal, Yaqin, Iqbal, Fadlan, Khair, Arham, Fariz, Nazir, Yusuf, dan teman-teman seperjuangan lainnya yang tidak bisa dituliskan satu persatu, semoga kita semua sukses dan persaudaraan kita selalu terjaga.
11. Seluruh elemen Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA), abangda Zulfan, abangda Supri, abangda Apriandi, abangda Faris, abangda Wira, abangda Febri, abangda Ilyas, abangda Iyan, abangda Khairil, abangda Ridwan, abangda Reza, kak Weny, kak Nindi, kak Nisa, kak Ade, kak Gea, kak Mega, kak Ainun, kak Sarah, kak Nurul, kak Reni, kak Henny, kak Maya, kak Iis, kak Mawaddah, kak Oca, serta adik-adik, Zai, Lian, Ahmad, Fachry, Dedek,
Lily, Vira, Yuli, Bila, Rizky, Fatih, Munir, Afdhal, Abib, Wiranta, Sahrul, Agung, Raffi, Egi, Winda, Vivi, Asmina, Sariani, Maoedy, Rinda, Raudha, Fitri, Marlina, Putri, Tasya, Nurhidayati, Hani, Dea Sophia, Ayu, Nasya, Izzah, Lija, Sri, Widya, Tio, Budi, Fandy, Alwi, Hadi, Ok, Faza, Gopinda, Fachri, Debby, Sophie, Indy, Dinda, Adinda Atikah, Ummi, Lilis, Laras, Thayya, Mita, Dini, Nurjannah, Melana, dan lainnya yang tidak bisa dituliskan satu persatu yang telah bersedia memberikan bantuan dan dukungan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Keluarga KBP An-Nahlu Asahan dan Fa’alu Medan, bg Zul, kak Bayu, kak Sandro, kak Guntur, bg Arif, kak Beny, kak Imam, kak Zulham, bg Fikar, kak Kiky, kak Dita, kak Fitri, kak Juwita, kak Waroh, kak Junita, Dinda Rahma, Tari, serta adik-adik, Rahmadi, Habibi, Ramanda, Amin, Very, Imam, Nurul, Susi, Dinda Lubis, Anggi Sri Utari, Windha, Ema, Sri Handayani, dan lainnya yang tidak bisa dituliskan satu persatu yang telah memberikan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan pendidikan ini.
13. Keluarga Pramuka SMAN 1 Pulau Rakyat Ambalan Sisingamangaraja dan R.A Kartini, kak Diana, kak Abdi dan kak Leli selaku pembina, kak Suci, kak Frans, kak Laili, kak Nurul, kak Beni, kak Fachri, kak Basri, kak Mida, kak Arif, kak Risna, kak Ica, kak Mei, Wahyu, Sorato, Frendi, Deliatri, serta adik- adik, Nanda, Allaili, Zuhud, Fauziah, Zikri, Dinda Tiara, Yusuf, Iqbal, May Riska, Wanda, Suci, Fatma, Rinaldi, Jannah, Lely, dan lainnya yang tidak bisa dituliskan satu persatu yang telah membina peneliti.
14. Kawan-kawan XII IPA-2 Angkatan 2015, Dian, Bahri, Yoga, Ilham, Irsyad, Fachri, Roni, Fahmi, Vivi, Anggi, Pegi, Jiah, Ummi, Ulan, Sarah, Desi, Tri Utami, dan lainnya yang tidak bisa dituliskan satu persatu yang telah mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
15. Sahabat terbaik, Nabila Sarah Aini dan Devira Annisa yang selalu memberikan semangat, nasihat, dukungan, dan motivasi selama ini kepada peneliti baik dalam hal pendidikan, organisasi maupun dalam menyelesaikan masalah.
16. Kawan-kawan kos, kak Dini, kak Yoni, kak Lia, kak Enti, Ai, Ika, dan Sabila yang selalu menemani dan membantu dalam menyelesaikan pendidikan ini.
17. Kawan-kawan KKN, Jhon, Baginda, Evans, Andreas, Ericha, Ina, Ira, Niat, Devi, Ghisca, Nadilla, Agustina, Tamara, dan Angra, yang telah membantu melancarkan kegiatan KKN dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
18. Ibu Dr. Amnah beserta keluarga yang telah berbaik hati memberikan bantuan berupa tempat tinggal, pengalaman, dan lainnya yang bermanfaat, serta warga Kelurahan Bantan untuk peneliti beserta kawan-kawan KKN lainnya selama masa KKN berlangsung.
19. Remaja Masjid Al-Musyawarah yang sudah seperti keluarga bagi peneliti, Sonny sebagai sahabat yang selalu memberikan semangat dan motivasi, bang Siddiq, bang Bobby, bang Sapta, bang Ari, mas Nanda, bang Fahmi, bang Teguh, bang Andri, yang sudah seperti abang kandung, mbak Endah dan mbak Ria yang sudah seperti kakak kandung, adik Tia dan adik Vira yang sudah seperti adik kandung, Syai sebagai sahabat dan penyemangat untuk peneliti, serta anggota lainnya yang tidak bisa dituliskan satu persatu yang selalu memberikan semangat, motivasi, nasihat, dan pengalaman kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
20. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Jazākumullāhu khairan.
Medan, Peneliti,
POPI OCTAVIANI 150704049
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMAKASIH... ii
DAFTAR ISI ... vi
ABSTRAK ... vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
1.5. Metode Penelitian... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Kajian Terdahulu ... 6
2.2. Wacana ... 10
2.2.1. Wacana Naratif ... 12
2.2.2. Wacana Berdasarkan Isi ... 13
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15
3.1. Hasil ... 15
3.2. Pembahasan ... 15
3.2.1. Isi Wacana Naratif... 15
BAB IV PENUTUP ... 72
4.1. Kesimpulan ... 72
4.2. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN
ABSTRAK
Popi Octaviani. 2019. Analisis Wacana Naratif Dari Aspek Isi Pada Kisah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Dalam Surah Ali Imran. Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini membahas apa saja isi wacana Naratif pada kisah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dalam surah Ali Imran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui isi wacana naratif pada kisah Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam dalam surah Ali Imran. Penelitian ini menggunakan teori Mulyana dan buku pendukung lainnya. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode analisis naratif.
Hasil dari penelitian ini terdapat 58 ayat yang mengisahkan tentang Nabi Muhammad dalam surah Ali Imran. Diantaranya terdapat 17 wacana politik ditemukan pada ayat 7, 26, 28, 31, 61, 73, 93, 100, 121, 154, 166, 167, 175, 181, 183, 187, dan 188, 22 wacana sosial ditemukan pada ayat 3, 12, 18, 20, 58, 59, 60, 62, 64, 77, 81, 84, 86, 95, 100, 121, 122, 124, 128, 152, 159, 173, dan 199, 2 wacana ekonomi ditemukan pada ayat 77 dan 187, 5 wacana budaya ditemukan pada ayat 90, 169, 181, 184, dan 188, dan 28 wacana hukum dan kriminalitas ditemukan pada ayat 7, 12, 23, 32, 77, 87, 88, 89, 90, 93, 98, 99, 128, 152, 153, 154, 155, 161, 165, 168, 169, 170, 171, 172, 174, 176, 188, dan 199.
ةيديرجت ةروص
ينايفاتكوأ يفوف .
۹۱۰۲ . يلحت نم يدرسلا باطخلا ل وتحملا بناوج
تاي ع ن يبنلا ةصق
ةروس يف ملسو هيلع للها ىلص دمحم نارمع لآ
. برعلا بدلأا مسق
لع ةيلك و
ةفاقثلا م
.ةيلامشلا ةرطموس ةعماجب ذه يأ نع ثحبي ثحبلا ا يدرسلا باطخ
نع تايوتمح بناولج مح بينلا ةصق
هيلع للها ىلص دم
في ملسو ةروس
نارمع لآ .
أ امأ ه دا ف ثحبلا ةفرعلم يدرسلا باطخ نع تايوتمح بناولج
ةصق
في ملسو هيلع للها ىلص دممح بينلا ةروس
نارمع لآ ثحبلا اذه .
ثوبح ىمسي لما
بتكت ي مادختساب ة
ةقيرط يدرسلا ة.
نأ جئاتن ثحبلا لدي
85 ةيآ ل ةصق ةروس في دممح بينلا لآ
.نارمع ىمست
باطخ لا
يسايس ديج
71 يآ في نىعي ة يآ
ة 1
، 62
، 65
، 17
، 27 ، 11 ، 31
، 711 ، 767
،
781
، 722
، 721
، 718
، 757
، 751
، 751 و 755 و ، باطخ لإا
يعامتج يسايسلا
ديج 66 يآ في نىعي ة يآ
ة 1 ، 76
، 75
، 61 ، 85 ، 83
، 21
، 26 ، 21 ، 11 ، 57 ، 51 ،
52
، 38
، 711
، 766 ، 761 ، 765 ، 786 ، 783 ، 711
، و 733
، و ناباطخ
لإا يداصتق ديج
يآ في في نىعي ناتا يآ
ة 11 و 751 ، و ا باطخ فياقثل
يج د ۵ تايآ في نىعي يآ
ة
31
، 723
، 757
، 751 و 755 و ، يئانلجاو نيوناقلا باطخ يج
د ۲5 يآ في نىعي ة يآ
ة 1
،
76
، 61
، 16
، 11
، 51
، 55
، 53
، 31
، 31
، 35
، 33
، 765
، 786
، 781 ، 781 ،
788
،
727
،
728
،
725
،
723
،
711
،
717
،
716
،
711
،
712
،
755
و
733
.
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab- Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ا
Alif - tidak dilambangkanب
bā` B -ت
tā` T -ث
ṡā` ṡ es (dengan titik diatas)
ج
Jīm J -ح
ḥā` ḥ ha (dengan titik dibawah)
خ
khā` Kh -د
Dāl D -ذ
Żāl Ż zet (dengan titik diatas)
ر
rā` R -ز
Zai Z -س
Sīn S -ش
Syīn Sy -ص
ṡad ṣ es (dengan titik di bawah)ض
ḍad ḍ de (dengan titik dibawah)
ط
ṭā` ṭ t (dengan titik dibawah)
ظ
ẓa ẓ zet (dengan titik dibawah)
ع
ʻain ‘ koma terbalik (diatas)
غ
Gain g -ف
fā` f -ق
Qāf q -ك
kāf` k -ل
Lām l -م
Mīm m -ن
Nūn n -و
Wāwu w -ه
hā` h -ء
Hamzah ` Apostrofي
yā` y -B. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap.
Contoh :
نحبحسْحتَ
ditulis tahsabannaC. Tā` marbutāh di akhir kata
1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya.
Contoh:
ةنس
ditulis sanah 2. Bila dihidupkan ditulis tContoh:
لىولأا ةسردم
ditulis madrasatu al-ūlaD. Vokal Pendek
Fathah ditulis “a” contoh:
سنك
ditulis kanasa Kasrah ditulis “i” contoh:حرف
ditulis fariḥa Dhammah ditulis “u” contoh:بتك
ditulis kutubunE. Vokal Panjang
a panjang ditulis “ā”: contoh:
مان
ditulis nāma i panjang ditulis “ī” : contoh:بيرق
ditulis qarībun u panjang ditulis “ū”: contoh:روطف
ditulis fuṭūrun F. Vokal RangkapVokal rangkap
ي
(fathah dan ya`) ditulis “ai”.Contoh:
نيب
ditulis bainaVokal Rangkap
و
(fathah dan waw) ditulis “au”.Contoh:
موص
ditulis ṣaumunG. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata Dipisahkan dengan apostrof (`)
Contoh:
متنأأ
ditulis a`antumH. Hamzah
Huruf hamzah (ء) di awal kata ditulis dengan vokal tanpa didahului oleh tanda apostrof (‘)
Contoh :
ناميإ
ditulis īmānuI. Lafzul- Jalalah
Lafzul- jalalah (kata للها) yang berbentuk frase nomina ditransliterasikan tanpa hamzah
Contoh:
للها بتك
ditulis kitabullahJ. Kata Sandang Alif + Lām
1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al- Contoh :
نارقلا
ditulis Al- Qur`ān2. Bila diikuti huruf syamsiah, huruf pertama diganti dengan huruf syamsiah yang mengikutinya.
Contoh:
سمشلا
ditulis asy-syamsuBAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kalam Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang merupakan mukjizat yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Al-Qur’an diturunkan Allah menggunakan Bahasa Arab agar mudah dipahami sebagaimana diungkapkan firman Allah :
نَأ اَّنِإ َنوُلِق عَ ت مُكَّلَعَل اًّيِبَرَع اًنآ رُ ق ُهاَن لَز
/innā anzalnāhu qur`ānān ‘arabiyyān la’allakum ta’qilūna/ “Sesungguhnya Kami menurunkannya Qur’an berbahasa Arab, agar kamu mengerti.” (Q.S. Yusuf: 2)
Keunikan dan keistimewaan Al-Qur’an dari segi bahasa merupakan kemukjizatan paling utama yang ditunjukkan kepada masyarakat Arab 15 abad yang silam dan terus dikaji hingga kini. Kemukjizatan itu bukan semata dilihat dari segi isyarat ilmiah dan pemberitaan gaibnya, melainkan dari keindahan sastranya dan keunggulan retorikanya.
Bila dicermati dari isi Al-Qur’an yang memuat tentang hukum syar’i, kisah-kisah masa lalu yang berupa sejarah serta muamalah dan keilmuan, maka surah demi surah Al-Qur’an dapat dianalisis sebagai wacana.
Wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis (HG Tarigan dalam Mulyana, 2005: 6).
Harimurti dalam buku Mohd Azidan Abdul Jabar (2011: 29) mengatakan wacana adalah kesatuan bahasa yang harus melebihi batasan fonologi, morfologi, dan sintaksis seperti yang berikut :
“Satuan bahasa yang lengkap bukanlah kata atau kalimat sebagaimana yang dianggap oleh beberapa kalangan dewasa ini, melainkan wacana. Oleh sebab itu penyelidikan dan deskripsi sintaksis tidak boleh dibatasi pada satuan kalimat,
melainkan harus dilanjutkan ke satuan-satuan yang lebih besar seperti dialog, paragraf, bab dan seterusnya sampai ke wacana.”
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa tertinggi dan terlengkap dibandingkan dengan satuan bahasa lainnya dan dapat dianalisis dalam berbagai aspek.
Mulyana (2005: 47-63) menyatakan klasifikasi atau pembagian wacana dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu :
1. Berdasarkan bentuk, terdapat 7 jenis wacana diantaranya : wacana naratif, wacana prosedural, wacana ekspositori, wacana hortatori, wacana dramatik, wacana epistoleri, dan wacana seremonial
2. Berdasarkan media penyampaian, terdapat 2 jenis wacana diantaranya : wacana tulis dan wacana lisan
3. Berdasarkan jumlah penutur, terdapat 2 jenis wacana diantaranya : wacana monolog dan wacana dialog
4. Berdasarkan sifat, terdapat 2 jenis wacana diantaranya : wacana fiksi dan wacana nonfiksi
5. Berdasarkan isi, terdapat 7 jenis wacana diantaranya : wacana politik, wacana sosial, wacana ekonomi, wacana budaya, wacana militer, wacana hukum dan kriminalitas, dan wacana olahraga dan kesehatan
6. Berdasarkan gaya dan tujuan, terdapat 1 jenis wacana diantaranya : wacana iklan
Dilihat dari pembagian wacana, peneliti hanya memfokuskan pembahasan pada wacana naratif dari aspek isi. Menurut Mulyana (2005: 48), wacana naratif adalah bentuk wacana yang banyak dipergunakan untuk menceritakan suatu kisah.
Peneliti memilih wacana naratif dari aspek isi karena di dalam Al-Qur’an terdapat kisah-kisah para nabi dan rasul serta kaum terdahulu yang menjadi teladan bagi umat manusia dalam kehidupan dunia dan akhirat dan agar dapat mengklasifikasikan kisah yang terkandung di dalamnya.
Adapun objek penelitian tentang wacana naratif dikhususkan pada kisah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Peneliti memilih kisah Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam karena beliau merupakan nabi terakhir yang diutus Allah sebagai rahmatan lil ‘alamin dan nabi yang dapat memberi syafa’at di hari akhir. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam adalah nabi yang diberi mukjizat oleh Allah berupa kitab Al-Qur’an. Ceritanya sangat populer dan masih murni, serta belum ada perubahan dalam cerita tersebut.
Contoh wacana naratif dari aspek isi pada kisah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dalam surah Ali Imran yaitu :
ْفُك اْوُداحدْزا نُثُ ْمِِنِاحْيِْا حدْعح ب اْوُرحفحك حنْيِذنلا ننِا ْمُهُ تح بْوح ت حلحبْقُ ت ْننل اًر
ۚ حنْوُّل ۤانضلا ُمُه حكِئٰلوُاحو (
۰۹ )
/inna al-lażīna kafarū ba’da īmānihim ṡumma izdādū kufran lan tuqbala tawbatuhum. Wa ulāika humu al-ḍāllūna/ “Sungguh, orang-orang yang kafir setelah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, tidak akan diterima tobatnya, dan mereka itulah orang-orang yang sesat.” (Q.S. Ali Imran: 90)
Wacana naratif yang terdapat dalam ayat ini adalah suatu ketika, banyak orang yang jika masuk Islam, mereka kemudian murtad. Lalu mereka masuk Islam lagi dan murtad kembali, mereka melakukan hal itu berulang kali. Lalu mereka mengutus beberapa orang untuk bertanya kepada Rasulullah tentang masalah tersebut. Allah menurunkan ayat ini (HR. Abu Bakar Al-Bazzar).
Dilihat dari isi, ayat ini termasuk wacana budaya serta wacana hukum dan kriminalitas. Termasuk wacana budaya karena kebiasaan mereka yang masuk Islam kemudian murtad, serta termasuk wacana hukum dan kriminalitas, karena Allah yang menghukum mereka (orang-orang yang kafir), dengan tidak menerima tobatnya dan menjadikan mereka orang-orang yang sesat.
Dari contoh ayat di atas, dapat dilihat bahwa dalam satu ayat mengandung pesan atau isi wacana yang bermacam-macam, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti wacana naratif dari aspek isi khususnya kisah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dalam surah Ali Imran.
Peneliti memilih surah Ali Imran karena surah ini banyak membahas kisah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Penelitian ini akan mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an yang ada dalam surah Ali Imran yang mengandung kisah hidup Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Dengan menganalisis ayat-ayat Al-Qur’an yang ada dalam surah tersebut, penelitian ini diharapkan
mampu menghadirkan narasi dan kronologis tentang kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dalam surah Ali Imran.
1.2. Rumusan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari pokok pembahasan, maka peneliti memberikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja isi wacana naratif pada kisah Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam dalam surah Ali Imran?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah adalah:
1. Untuk mengetahui isi wacana naratif pada kisah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dalam surah Ali Imran.
1.4. Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas akhir pada prodi Sastra Arab FIB USU guna mendapatkan gelar sarjana. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan penambahan pengetahuan dan wawasan tentang isi wacana naratif dalam surah Ali Imran, khususnya kisah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam kepada pembaca,
2. Penelitian ini dapat menambah bahan rujukan ilmiah bagi akademisi khususnya di Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,
3. Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang kisah hidup Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dalam surah Ali Imran.
1.5. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang mengambil bahan-bahan penelitian dari beberapa referensi yang ada sehingga dapat membantu penelitian ini. Metode analisis yang digunakan
adalah metode naratif. Menurut Webster dan Metrova dalam Rika, narasi (narrative) adalah suatu metode penelitian di dalam ilmu-ilmu sosial. Inti dari metode ini adalah kemampuannya untuk memahami identitas dan pandangan dunia seseorang dengan mengacu pada cerita-cerita (narasi) yang ia dengarkan ataupun tuturkan di dalam aktivitasnya sehari-hari.
Sumber data diambil dari Al-Qur’an surah Ali Imran. Penelitian ini mengkhususkan pada kisah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori yang dikemukakan oleh Mulyana (2005).
Dalam memindahkan tulisan Arab ke tulisan latin, digunakan pedoman berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987. Sumber data dalam penelitian ini diambil dari Al-Qur’an sebagai data primer dan berbagai literatur seperti skripsi, jurnal, artikel, dan buku yang berhubungan dengan penelitian ini sebagai data sekunder.
Adapun tahapan yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah : 1. Mengumpulkan data referensi dan buku-buku yang berkaitan dengan judul
penelitian, dan dari Al-Qur’an sebagai objek,
2. Mengklasifikasikan dan menganalisis data yang telah dikumpulkan, 3. Menyusun hasil studi secara sistematis dalam bentuk laporan awal, 4. Menyusun laporan akhir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu
Analisis wacana naratif dalam Al-Qur’an sudah pernah dikaji, yaitu:
a. Toto Edidarmo (2014) mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah telah menganalisis “Wacana Naratif Kehidupan Nabi Isa Dalam Al-Qurʼan”.
Penelitiannya mengkaji seluruh teks ayat Al-Qur’an yang mengandung kisah hidup Nabi Isa dalam Al-Qur’an. Hasil penelitiannya, kelahiran Nabi Isa merupakan suatu mukjizat karena dilahirkan tanpa bapak. Kisahnya dimulai dari kunjungan malaikat kepada Maryam atas perintah Allah.
Ketika itu, malaikat menyerupai manusia yang sempurna.
Kemunculan malaikat membuat Maryam ketakutan lalu berkata:
“Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dari (keburukan) kamu, jika kamu seorang yang bertakwa”. Ia (Jibril) berkata:
“Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.” (QS Maryam [19]: 18-19).
Nabi Isa dan beberapa orang rasul telah dilebihkan Allah dari rasul-rasul lain. Firman-Nya: Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata (langsung dengannya) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada Isa Putra Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus…. (QS al-Baqarah [2]: 253) diberi kitab Injil sebagai petunjuk bagi Bani Israil.
Selain menyuruh Bani Israil menyembah Allah dengan menaati Injil, Nabi Isa a.s. mengesahkan kitab Taurat yang diturunkan sebelumnya. Dua firman Allah yang menjelaskan hal ini adalah: Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israil) dengan Isa putra Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil yang mengandung petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab sebelumnya, yaitu Taurat, serta
menjadi petunjuk dan pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa. (QS al-Mâ’idah [5]: 46) mempunyai pengikut-pengikut yang setia dan juga yang tidak setia atau yang menentang. Pengikut-pengikutnya yang setia selalu percaya kepada Allah dan kepada Isa. Mereka adalah orang-orang muslim. Firman Allah: “Dan ketika Aku mewahyukan pengikutpengikut yang setia, ʻPercayalah kepadaKu dan rasul-Kuʼ; mereka berkata, ʻKami percaya, dan saksikanlah (wahai rasul) akan kemusliman kami.” (QS al- Mâ’idah [5]: 111). Selain kelahiran yang luar biasa dan turunnya hidangan dari langit, Nabi Isa telah dikaruniai beberapa mukjizat lain. Ayat berikut menjelaskannya: “Ingatlah ketika Allah berkata, ʻWahai Isa Putra Maryam. Ingatlah akan rahmatKu kepadamu, dan kepada ibumu, ketika Aku mengukuhkan kamu dengan Roh Qudus (Suci), untuk berkata-kata kepada manusia di dalam buaian dan setelah dewasa ... dan apabila kamu mencipta daripada tanah liat, dengan izin-Ku, seperti bentuk burung, dan kamu mengembuskan ke dalamnya, lalu jadilah ia seekor burung, dengan izin-Ku, dan kamu menyembuhkan orang buta, dan orang sakit kusta, dengan izin-Ku, dan kamu menghidupkan orang yang mati, dengan izinKuʼ ... lalu orang-orang yang tidak percaya dari mereka berkata, ‘Ini hanyalah sihir yang nyata.ʼˮ (QS al-Ma’idah [5]: 110).
Sebagian umat Kristen percaya bahwa Nabi Isa tidak wafat semasa disalib tetapi diangkat naik ke langit. Akan tetapi, banyak pendapat mengatakan bahwa Nabi Isa telah wafat di bumi, tetapi bukan disalib. Nabi Isa wafat setelah peristiwa penyaliban terhadapnya di sebuah tempat lain yang tidak diceritakan di dalam al-Qurʼan. Besar kemungkinan, Nabi Isa melarikan diri dari tempat penyaliban dan kemudian wafat. Bukti wafat Nabi Isa adalah firman-Nya berikut: (Ingatlah), ketika Allah berfirman: “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu di atas orang- orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu
kamu perselisihkanˮ. (QS Ali ʻImrân [3]: 55). Penelitian ini menggunakan teori Sumarlam (2009) sebagai landasan teori.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama meneliti wacana naratif kisah nabi dalam Al-Qur’an. Perbedaannya yaitu, penelitian ini dilihat dari segi isi, objeknya nabi Muhammad, dan menggunakan teori Mulyana. Sedangkan penelitian sebelumnya objek yang digunakan adalah kisah nabi Isa dan menggunakan teori Sumarlam.
b. Setyani Wardhaningtyas (2011) mahasiswa Universitas Negeri Semarang telah menganalisis “Wacana Naratif Short-Short Story Bokkochan Karya Hoshi Shin’ichi”. Hasil penelitiannya, peristiwa yang muncul dalam wacana ini adalah peristiwa tentang seorang pemilik bar yang membuat robot cantik dan seksi.
Robot tersebut dipekerjakan di barnya dan bertugas untuk menemani tamu yang datang untuk minum sake. Karena robot itu cantik dan betul-betul mirip manusia, maka banyak pembeli berdatangan ke bar itu untuk bisa mentraktir dan ngobrol dengan robot yang bernama bokoochan tersebut.
Air yang diminum oleh robot tersebut kemudian dikumpulkan oleh pemilik bar dan kemudian dijual kembali kepada tamu.
Cerita itu berakhir dengan tragis karena akhirnya ada salah satu tamu yang patah hati dengan robot tersebut dan kemudian memberi racun pada sake yang diminum oleh robot itu. Pada akhirnya, sake yang diminum itu dijual kembali kepada para tamu sehingga tamutamu menjadi minum sake yang sudah diberi racun. Adapun tokoh yang muncul dalam cerita tersebut adalah pemilik bar atau disebut bamasuta, bokkochan (robot cantik), seinen (lelaki muda yang tergila-gila kepada robot cantik itu), okyaku (para tamu yang juga menyukai robot cantik itu). Penelitian ini menggunakan teori Yuwono (2005) sebagai landasan teori.
Persamaan penelitian ini dengan sebelumnya yaitu sama-sama meneliti wacana naratif. Perbedaannya yaitu, penelitian ini dilihat dari segi isi, mengambil data dari surah Ali Imran, dan menggunakan teori Mulyana. Sedangkan penelitian sebelumnya mengambil data dari Novel Short-Short Story Bokkochan Karya Hoshi Shin’ichi dan menggunakn teori Yuwono.
c. Jauharotul Ulumiyah telah menganalisis “Narasi Peran Domestik Dalam Film Ki & Ka (Analisis Naratif dalam Film Bollywood Ki & Ka)”. Hasil penelitiannya, Berdasarkan cerita mengenai peran domestik dapat dilihat melalui, Pertama Setting tempat yang ditampilkan oleh sutradara adalah setting tempat apartemen. Konstruksi apartemen yang ditampilkan dalam film Ki dan Ka oleh sutradara dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa telah terjadi perubahan sosiologis budaya India yaitu dahulu wanita India tinggal di rumah dengan tipe extended family sekarang sudah boleh tinggal di apartemen.
Setting waktu yang dipilih oleh sutradara film Ki dan Ka adalah setting waktu India jaman sekarang (saat ini), dimana digambarkan keadaan kota di India yang sudah maju yaitu banyak terdapat gedunggedung bertingkat, jalan raya sudah beraspal, taman kota yang indah, mobil-mobil mewah lalu lalang di jalan raya, banyak terdapat hotel termasuk juga apartemen, restoran, supermarket, tempat-tempat hiburan, dan bandara.
Kedua, karakter Kia dikonstruksi oleh sutradara sebagai seorang perempuan yang modern dimana Kia sudah melupakan tradisi wanita yang sudah menikah harus menggunakan pakaian tradisional seperti menggunakan pakaian sari. Sutradara mengkonstruksi sosok Kia seperti tersebut di atas dengan alasan bahwa sutradara bermaksud menggambarkan bahwa telah terjadi pergeseran dalam adat kebiasaan perempuan India sebagai akibat dari globalisasi dan pembagian peran antara laki-laki dan perempuan.
Ketiga, Point of view dalam film “Ki & Ka” yang menjadi narator adalah sang pemeran utama yaitu Kia dan Kabir. Mereka merupakan narator
subyektif yang menceritakan pembagian peran domestik publik dalam keluarga dari kalangan menengah di India. Kia bekerja untuk mencari nafkah di sektor publik sedangkan Kabir memilih untuk berperan di sektor domestik. Perbedaan peran kedua tokoh tersebut berdasarkan gender yang berfungsi untuk membedakan peran antara laki-laki dan perempuan.
Perempuan adalah sosok yang bersifat domestik, sosok yang berada dalam ruangan (rumah) dan punya sifat melayani. Sedangkan laki-laki memiliki sifat sebagai sosok yang berada di lingkungan publik dan dilayani. Pada film Ki & Ka, penulis menemukan beberapa scene yang menggambarkan tentang peran domestik yaitu pasa scene Kia bekerja di luar rumah sedangkan Kabir bertugas di rumah. Kabir mendekorasi rumah, Kabir membeli bahan makanan ke supermarket, Kabir tampil sebagai iklan masak, dan Kabir memasak untuk Kia dan ibunya Kia.
Persamaan penelitian ini dengan sebelumnya yaitu sama-sama meneliti wacana naratif. Perbedaannya yaitu, penelitian ini dilihat dari segi isi, mengambil data dari surah Ali Imran. Sedangkan penelitian sebelumnya mengambil data dari Film Bollywood Ki & Ka.
2.2. Wacana (ثيدح
)/
ḥadīṡun/Wacana (discourse) adalah satuan bahasa terlengkap; dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar (Kridalaksana dalam Rusminto, 2015: 2).
Al-Khuli (1982: 76) mengistilahkan wacana dengan kata (ثيدح
)/
ḥadīṡun/, yaitu:ملاكتلا قيرط نع عماسلا لىإ نىعلما لاصيإ : ثيدح
/h}adīṡun: īṣālu al-ma’nā ilā as-sāmi’i ‘an ṭarīqi al-kalāmi/ “Wacana adalah menyampaikan pesan yag bermakna kepada pendengar (pembaca) melalui bahasa atau kata-kata”.
HG Tarigan (Mulyana, 2005: 6) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.
Mulyana (2005: 47-63) menyatakan klasifikasi atau pembagian wacana dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu:
1. Berdasarkan bentuk, terdapat 7 jenis wacana yaitu: wacana naratif, wacana prosedural, wacana ekspositori, wacana hortatori, wacana dramatik, wacana epistoleri, dan wacana seremonial
2. Berdasarkan media penyampaian, terdapat 2 jenis wacana yaitu: wacana tulis dan wacana lisan
3. Berdasarkan jumlah penutur, terdapat 2 jenis wacana yaitu: wacana monolog dan wacana dialog
4. Berdasarkan sifat, terdapat 2 jenis wacana yaitu: wacana fiksi dan wacana nonfiksi
5. Berdasarkan isi, terdapat 7 jenis wacana yaitu: wacana politik, wacana sosial, wacana ekonomi, wacana budaya, wacana militer, wacana hukum dan kriminalitas, dan wacana olahraga dan kesehatan
6. Berdasarkan gaya dan tujuan, terdapat 1 jenis wacana yaitu: wacana iklan
2.1. Wacana Naratif
Kata naratif berasal dari bahasa Inggris narration (cerita) dan narrative (yang menceritakan). Wacana naratif berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis) dengan maksud memberikan arti kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik himah dari cerita itu (Rusminto, 2015: 18).
Rani dkk (Rusminto, 2015: 18) menyatakan bahwa wacana naratif merupakan salah satu jenis wacana yang berisi cerita.
Wacana naratif adalah bentuk wacana yang banyak dipergunakan untuk menceritakan suatu kisah. Uraiannya cenderung ringkas. Bagian-bagian yang dianggap penting sering diberi tekanan atau diulang. Bentuk wacana naratif
umumnya dimulai dengan alinea pembuka, isi, dan diakhiri dengan penutup (Mulyana, 2005: 48).
Contoh wacana naratif dalam surah Ali Imran:
ْمُحلَ حتْنِل ِهٰ للا حنِّم ٍةحْحْحر احمِبحف ۚ
ْلحقْلا حظْيِلحغ اًّظحف حتْنُك ْوحلحو حكِلْوحح ْنِم اْوُّضحفْ ن حلَ ِب
ۚ ُفْعاحف ْمُهْ نحع
ِرْمحْلَا ِفِ ْمُهْرِواحشحو ْمُحلَ ْرِفْغح تْساحو ۚ
حزحع احذِاحف ِهٰ للا ىحلحع ْلنكحوح تح ف حتْم ۚ
حْيِلِّكحوح تُمْلا ُّبُِيُ حهٰ للا ننِا (
783 )
/Fabimā raḥmatin mina Allāhi linta lahum. Wa law kunta faẓẓan galīẓa al-qalbi lā anfaḍḍū min ḥawlika. Fa’fu ‘anhum wa astagfir lahum wa syāwirhum fī al-amri.
Faiżā ‘azamta fatawakkal ‘ala Allāhi. Inna Allāha yuḥibbu al-mutawakkilīna/
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal” (Q.S. Ali Imran: 159)
Berdasarkan contoh di atas, wacana naratif yang terdapat dalam ayat tersebut adalah setelah terjadinya perang badar, Rasulullah mengadakan musyawarah dengan Abu Bakar RA dan Umar bin Khattab RA untuk meminta pendapat mereka tentang para tawanan perang, Abu Bakar RA berpendapat mereka sebaiknya dikembalikan kepada keluarganya dan keluarganya membayar tebusan. Namun, Umar RA berpendapat mereka sebaiknya dibunuh. Yang diperintah membunuh adalah keluarganya dan Rasulullah sulit dalam memutuskan. (H.R. Kalabi).
2.2. Wacana Berdasarkan Isi
Berdasarkan isi, Mulyana (2005: 56-62) membagi wacana menjadi 7, yaitu wacana politik, wacana sosial, wacana ekonomi, wacana budaya, wacana militer, wacana hukum dan kriminalitas, dan wacana olahraga dan kesehatan.
1. Wacana Politik
Sebagian orang memandang dunia politik sebagai dunia siasat, penuh strategi, dan mungkin kelicikan. Lingkungan politik yang demikian itu pada gilirannya melahirkan istilah-istilah tertentu yang maknanya sangat terbatas.
2. Wacana Sosial
Wacana sosial berkaitan dengan kehidupan sosial dan kehidupan sehari- hari masyarakat.
3. Wacana Ekonomi
Wacana ekonomi berkaitan dengan persoalan ekonomi. Dalam wacana ekonomi, ada beberapa register yang hanya dikenal di dunia bisnis dan ekonomi.
4. Wacana Budaya
Wacana budaya berkaitan dengan aktivitas kebudayaan. Meskipun sampai saat ini ‘kebudayaan’ masih terus diperdebatkan, namun pada wilayah kewacanaan ini, kebudayaan lebih dimaknai sebagai wilayah ‘kebiasaan atau tradisi, adat, sikap hidup, dan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia sehari-hari’.
5. Wacana Militer
Wacana jenis ini hanya dipakai, dikembangkan di dunia militer. Instansi militer dikenal sangat suka menciptakan istilah-istilah khusus yang hanya dikenal oleh kalangan militer. Istilah tersebut umumnya dibentuk dengan cara disingkat dan diakronimkan (baik secara silabik maupun alfabetis).
6. Wacana Hukum dan Kriminalitas
Persoalan hukum dan kriminalitas, sekalipun bisa dipisahkan, namun keduanya bagaikan dua sisi dari mata uang : berbeda tetapi menjadi satu kesatuan.
Kriminalitas menyangkut hukum, dan hukum mengelilingi kriminalitas.
7. Wacana Olahraga dan Kesehatan
Sebagaimana halnya wacana hukum dan kriminalitas dunia olahraga dan kesehatan juga bisa dibedakan, meski sebenarnya tetap berkaitan secara padu dan bersifat timbal balik. Dalam hal ini, pilihan kata atau istilah khusus dan bermakna
tertentu baru dapat ditafsirkan dengan benar sepanjang terlebih dahulu diketahui konteks terjadinya wacana tersebut.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, diklasifikasikan, kemudian dianalisis, maka diperoleh hasil sebagai berikut
1. Wacana politik terdapat 17 yaitu pada ayat 7, 26, 28, 31, 61, 73, 93, 100, 121, 154, 166, 167, 175, 181, 183, 187, dan 188.
2. Wacana sosial terdapat 22 yaitu pada ayat 3, 12, 18, 20, 58, 59, 60, 62, 64, 77, 81, 84, 86, 95, 100, 121, 122, 124, 128, 152, 159, 173, dan 199.
3. Wacana ekonomi terdapat 2 yaitu pada ayat 77 dan 187.
4. Wacana budaya terdapat 5 yaitu pada ayat 90, 169, 181, 184, dan 188.
5. Wacana militer tidak ditemukan.
6. Wacana hukum dan kriminalitas terdapat 28 pada ayat 7, 12, 23, 32, 77, 87, 88, 89, 90, 93, 98, 99, 128, 152, 153, 154, 155, 161, 165, 168, 169, 170, 171, 172, 174, 176, 188, dan 199.
7. Wacana olahraga dan kesehatan tidak ditemukan.
3.2. Pembahasan
3.2.1. Isi Wacana Naratif
7 حلحزْ نحاحو ِهْيحدحي حْيح ب احمِّل اًقِّدحصُم ِّقحْلْاِب حبٰتِكتْلا حكْيحلحع حلنزح ن . حلْيِْنِْْلَاحو حةىٰرْون تلا
( ۚ 1 )
/nazzala 'alaika al-kitāba bi al-ḥaqqi muṣaddiqan al-limā baina yadayhi wa anzala at-taurāta wa al-injīl/ “Dia menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) yang mengandung kebenaran, membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya, dan menurunkan Taurat dan Injil” (Ali Imran: 3)
Wacana naratif dalam ayat di atas adalah :
Allah menurunkan kepadamu, wahai Muhammad, Al-Qur’an dengan berbagai bukti dan argumen yang nyata, Allah membenarkan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya yang sesuai dengan apa yang ada pada Al-Qur’an, menurunkan dua kitab agung, yaitu Taurat dan Injil, sebelum turunnya Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi Bani Israil (Ash-Shabuni: 395).
Isi wacana naratif pada ayat 3 yaitu:
Termasuk wacana sosial karena Allah memberikan petunjuk bagi Bani Israil berupa kitab-kitab yang diturunkan.
6 ْيِذنلا حوُه . ٌتٰهِبٰشحتُم ُرحخُاحو ِبٰتِكتْلا ُّمُا ننُه ٌتٰمحكتُّْمح ٌتٰيٰا ُهْنِم حبٰتِكتْلا حكْيحلحع حلحزْ نحا ۚ
انمحاحف ۚ حنْيِذنلا
هِلْيِوْأحت حءۤاحغِتْباحو ِةحنْ تِفْلا حءۤاحغِتْبا ُهْنِم حهحباحشحت احم حنْوُعِبنتحيح ف ٌغْيحز ْمِِبِْوُلُ ق ِْفي هحلْ يِوْأحت ُمحلْعح ي احمحو ۚ
ُهٰ للا نلَِا ۚ
هِب اننحمٰا حنْوُلْوُقح ي ِمْلِعْلا ِفِ حنْوُخِسانرلاحو ۚ ۚ
احنِّ بحر ِدْنِع ْنِّم ٌّلُك نلَِا ُرنكنذحي احمحو ۚ
ِباحبْلحْلَا اوُلوُا ۚ (
1 )
/huwa allażī anzala 'alaika al-kitāba minhu āyātun muḥkamātun hunna ummu al- kitābi wa ukharu mutasyābihātun, fa amma> allażīna fī qulu>bihim zaigun fayattabi’u>na mā tasyābaha minhu ibtigā`a al-fitnati wa ibtigā`a ta`wīlihī, wa mā ya'lamu ta`wīlahū illā allāhu, wa ar-rāsikhụna fi al-'ilmi yaqụlụna āmannā bihī kullun min 'indi rabbinā, wa mā yażżakkaru illā ulu al-albāb/ “Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat- ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur'an), semuanya dari sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal” (Ali Imran: 7).
Wacana naratif yang terdapat dalam ayat di atas adalah:
Allah-lah yang menurunkan Al-Qur’an kepada engkau, wahai Muhammad.
Di dalamnya terdapat ayat-ayat yang jelas dan nyata keterangannya, tidak bercampur aduk dan tidak pula samar, seperti ayat-ayat tentang halal dan haram, itulah pokok dan inti kandungan Al-Qur’an. Di dalamnya terdapat ayat lain yang bagi kebanyakan manusia, pemahamannya cukup samar. Barangsiapa mengembalikan pemahaman ayat mutasyabih kepada makna yang jelas (muhkam), maka dia mendapat petunjuk. Dan barangsiapa melakukan sebaliknya, maka dia tersesat. Karena itu Allah berfirman, adapun orang yang di dalam hatinya melenceng dari petunjuk menuju kesesatan, maka dia mengikuti ayat-ayat mutasyabih dan menafsirkan sekehendak hawa nafsunya. Mereka menafsirkan ayat-ayat mutasyabih sekehendak mereka untuk menebarkan fitnah
(penyimpangan) dalam agama, dan untuk memberikan keraguan kepada para pengikutnya. Mereka melakukan hal itu dengan dalih menafsirkan kalam Allah, sebagaimana yang dilakukan orang Nasrani yang tersesat (Ash-Shabuni: 396).
Isi wacana naratif pada ayat 7 yaitu:
Termasuk wacana politik karena orang-orang yang telah menafsirkan ayat- ayat mutasyabih sekehendak mereka untuk menebarkan fitnah (penyimpangan) dalam agama dan untuk memberikan keraguan kepada para pengikutnya serta termasuk wacana hukum dan kriminalitas karena Allah memberikan petunjuk kepada orang yang mengembalikan pemahaman ayat mutasyabih kepada makna yang jelas (muhkam) dan memberikan kesesatan kepada orang yang melakukan sebaliknya.
1 حمننحهحج ٰلىِا حنْوُرحشُْتَحو حنْوُ بحلْغُ تحس اْوُرحفحك حنْيِذنلِّل ْلُق . ُداحهِمْلا حسْئِبحو ۚ
( 76 )
/qul lillażīna kafarū satuglabūna wa tuḥsyarūna ilā jahannama, wa bi`sa al- mihādu/ “Katakanlah (Muhammad) kepada orang-orang yang kafir, “Kamu (pasti) akan dikalahkan dan digiring ke dalam neraka Jahanam. Dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal” (Ali Imran: 12).
Wacana naratif yang terdapat dalam ayat di atas adalah:
Tatkala Rasulullah menimpakan kekalahan kepada kaum Quraisy dalam Perang Badar, lalu kembali ke Madinah, beliau mengumpulkan orang-orang Yahudi, dan berseru kepada mereka, “Wahai orang-orang Yahudi, masuk Islamlah kalian sebelum Allah menimpakan kalian dengan apa yang telah ditimpakan kepada orang-orang musyrik Quraisy. Kalian telah mengetahui bahwasannya aku adalah seorang nabi yang diutus.”
Mereka menjawab: “Wahai Muhammad, janganlah engkau merasa sombong dengan dirimu hanya karna engkau telah memerangi sekelompok orang- orang Quraisy yang bodoh. Mereka tidak memiliki pengetahuan berperang. Demi Allah, seandainya engkau berperang dengan kami, engkau akan mengetahui bahwa kami adalah para laki-laki ksatria. Engkau tidak sebanding dengan kami.”
(Ash-Shabuni: 404-405).
Maka Allah berfirman, wahai Muhammad, katakanlah kepada orang-orang Yahudi dan semua orang kafir, bahwa kalian pasti akan dikalahkan di dunia ini.
Di akhirat, kalian kelak akan dikumpulkan lalu digiring menuju neraka Jahannam.
Itulah tempat tinggal dan pembaringan yang seburuk-buruknya yang disediakan untuk mereka di neraka Jahannam (Ash-Shabuni: 406).
Isi wacana naratif pada ayat 12 yaitu:
Termasuk wacana sosial karena sikap bersosial Rasulullah dengan mengajak orang-orang Yahudi untuk masuk Islam serta termasuk wacana hukum dan kriminalitas karena Yahudi dan semua orang kafir pasti akan dikalahkan di dunia dan di akhirat akan dikumpulkan lalu digiring menuju neraka Jahannam.
1 هننحا ُهٰ للا حدِهحش . حلَ
حوُه نلَِا حهٰلِا ۚ اًمِٕىۤاحق ِمْلِعْلا اوُلوُاحو ُةحكتِٕىٰۤلحمْلاحو ۚ
ِطْسِقْلاِب ۚ حلَ ۚ
ُزْ يِزحعْلا حوُه نلَِا حهٰلِا ۚ
ُمْيِكتحْلْا ( 75 )
/syahida allāhu annahū lā ilāha illā huwa wa al-malāikatu wa ulu al-'ilmi qā`iman bi al-qisṭi, lā ilāha illā huwa al-'azīzu al-ḥakīmu/ “Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahaperkasa, Maha-bijaksana” (Ali Imran: 18).
Wacana naratif yang terdapat dalam ayat di atas adalah:
Tatkala Rasulullah menetap di Madinah, dua orang pendeta datang dari Syam datang kepada beliau. Ketika keduanya menemui Rasulullah, mereka berdua langsung mengerti sifat-sifat Rasulullah. Keduanya bertanya, “Engkau Muhammad?” Nabi menjawab, “Ya.” Keduanya bertanya kembali, “Apakah engkau Ahmad?” Nabi menjawab, “Ya.”
Keduanya melanjutkan, “Kami bertanya kepadamu tentang sebuah persaksian, jika engkau memberitahu kami mengenai hal itu, maka kami beriman kepadamu dan kami membenarkanmu.” Lalu Rasulullah berkata kepada keduanya, “Bertanyalah kepadaku.” Keduanya bertanya, “Informasikanlah kepada kami tentang persaksian paling dahsyat dalam kitab Allah.”
Lalu turunlah ayat: “Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Dia.” Kemudian kedua orang itu masuk Islam dan meyakini kebenaran Rasulullah (Ash-Shabuni: 414).
Isi wacana naratif pada ayat 18 yaitu:
Termasuk wacana sosial karena mereka (dua orang pendeta) yang tidak meyakini kebenaran Rasulullah sebelum datang kebenaran kepada mereka kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah untuk mencari kebenaran tentang Rasulullah.
8 ِنحعح بن تا ِنحمحو ِهٰ لِل حيِهْجحو ُتْمحلْسحا ْلُقح ف حكْوُّجۤاحح ْنِاحف . ِكتْلا اوُتْوُا حنْيِذنلِّل ْلُقحو ۚ
ْمُتْمحلْسحاحء ح يِّمُْلَاحو حبٰت
اْوحدحتْها ِدحقح ف اْوُمحلْسحا ْنِاحف ۚ ُغٰلح بْلا حكْيحلحع احننَِّاحف اْونلحوح ت ْنِاحو ۚ
ۚ ٌرْ يِصحب ُهٰ للاحو ِداحبِعْلاِب ۚ
( 61 )
/fa in ḥājjūka fa qul aslamtu wajhiya lillāhi wa mani ittaba'ani, wa qul lillażīna ūtu al-kitāba wa al-ummiyyīna a aslamtum, fa in aslamū fa qadi ihtadau, wa in tawallau fa innamā 'alaika al-balāg, wa allāhu baṣīrum bi al-'ibād/ “Kemudian jika mereka membantah engkau (Muhammad) katakanlah, “Aku berserah diri kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku.” Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Kitab dan kepada orang-orang buta huruf, ”Sudahkah kamu masuk Islam?” Jika mereka masuk Islam, berarti mereka telah mendapat petunjuk, tetapi jika mereka berpaling, maka kewajibanmu hanyalah menyampaikan. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” (Ali Imran: 20)
Wacana naratif yang terdapat dalam ayat di atas adalah:
Wahai Muhammad, jika mereka mendebat engkau tentang kebenaran agama Islam, maka katakanlah kepada mereka: “Aku adalah hamba Allah, aku telah menyerahkan diriku secara total kepada Allah, dan aku memurnikan ibadahku hanya untuk-Nya, tiada sekutu, anak dan teman bagi-Nya. Aku dan para pengikutku meyakini agama Islam, semua tunduk dan patuh kepada perintah Allah. Katakanlah kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani serta orang-orang pagan dari Arab, maksudnya apakah kamu mau masuk Islam ataukah kalian tetap dalam kekafiran, padahal telah didatangkan kepada kalian bukti-bukti nyata yang menuntut kalian memeluk Islam. Jika mereka masuk Islam, sebagaimana kalian
masuk Islam, maka mereka telah memberi kebaikan kepada diri mereka dengan keluarnya mereka dari kesesatan menuju petunjuk, dan dari kegelapan menuju cahaya. Jika mereka berpaling, maka sekali-kali mereka tidak akan memberikan kemudharatan kepada engkau, wahai Muhammad. Karena Allah tidak membebankan kalian untuk memberi hidayah kepada mereka, tugas kalian hanyalah menyampaikan saja (Ash-Shabuni: 415).
Tujuan dari kalimat tersebut adalah untuk menghibur Nabi
ﷺ.
Allahmengetahui segala tingkah laku mereka, lalu Allah-lah yang akan membalas mereka. Diriwayatkan bahwasannya tatkalah Rasulullah membacakan ayat ini kepada Ahli Kitab, mereka berkata, “Kami masuk Islam.” Lalu Rasul berkata kepada orang Yahudi, “Apakah kalian bersaksi bahwa Isa adalah hamba Allah dan rasul-Nya?” Mereka menjawab, “Tidak, semoga Allah melindungi kami dari hal itu.” Kemudian Rasulullah bertanya kepada orang Nasrani, “Apakah kalian bersaksi bahwa Isa adalah hamba Allah dan Rasul-Nya?” Mereka menjawab,
“Kami berlindung kepada Allah jika Isa adalah hamba-Nya.” Karena itu firman- Nya disertai dengan: “Jika mereka berpaling.” (Ash-Shabuni: 416).
Isi wacana naratif pada ayat 20 yaitu:
Termasuk wacana sosial karena ayat di atas berkaitan dengan kehidupan masyarakat Arab.
2 نلَِا ُراننلا احننسححتَ ْنحل اْوُلاحق ْمُهن نحاِب حكِلٰذ . ٍتٰدْوُدْعنم اًمانيحا ۚ
حنْوُرح تْفح ي اْوُ ناحك انم ْمِهِنْيِد ِْفي ْمُهنرحغنو ۚ
( 61 )
/żālika bi annahum qālū lan tamassanā an-nāru illā ayyāman ma'dūdātin, wa garrahum fī dīnihim mā kānū yaftarūna/ “Hal itu adalah karena mereka berkata,
“Api neraka tidak akan menyentuh kami kecuali beberapa hari saja.” Mereka teperdaya dalam agama mereka oleh apa yang mereka ada-adakan.” (Ali Imran:
23)
Wacana naratif yang terdapat dalam ayat di atas adalah:
Menurut ahli tafsir, ayat tersebut menunjukkan kepada cerita orang Yahudi yang meminta penetapan hukum kepada Nabi
ﷺ
tentang dua orang diantaramereka yang berzina, lalu Nabi menghukum rajam keduanya. Lalu mereka menolak, seraya berkata, “Kami tidak mendapati dalam kitab kami melainkan menghukum dengan dipanaskan diterik matahari (at-tahmim).” Kemudian didatangkanlah Taurat, dan Rasulullah mendapati hukuman rajam di dalam Taurat. Maka keduanya pun dirajam. Lantas mereka marah, lalu Allah mengecam mereka dengan ayat ini (Ash-Shabuni: 417-418).
Isi wacana naratif pada ayat 23 yaitu:
Termasuk wacana hukum dan kriminalitas karena dua orang Yahudi yang berzina dihukum rajam oleh Rasulullah dan hukuman itu terdapat dalam Taurat.
1 ُءۤاحشحت ْننِمِ حكْلُمْلا ُعِزْنح تحو ُءۤاحشحت ْنحم حكْلُمْلا ىِتْؤُ ت ِكْلُمْلا حكِلٰم مهللا ِلُق . ُّلِذُتحو ُءۤاحشحت ْنحم ُّزِعُتحو ۚ
ُءۤاحشحت ْنحم ُرْ يحْلْا حكِدحيِب ۚ
ْ يِدحق ٍءْيحش ِّلُك ىٰلحع حكننِا ۚ ٌر (
62 )
/quli allāhumma mālika al-mulki tu`ti al-mulka man tasyā`u wa tanzi'u al-mulka mimman tasyā`u, wa tu'izzu man tasyā`u wa tużillu man tasyā`u, biyadika al- khaīru, innaka 'alā kulli syai`in qadīrun/ “Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Ali Imran: 26) Wacana naratif yang terdapat dalam ayat di atas adalah:
Tatkalah Rasulullah menaklukkan kota Makkah dan berjanji kepada umat untuk mengalahkan Raja Persia dan Romawi, orang-orang munafik dan Yahudi mencibir, “Tidak mungkin! Tidak mungkin! Dimana kedudukan Muhammad dibandingkan Raja Persia dan Raja Romawi? Mereka lebih perkasa dan kuat daripadanya. Belum cukupkah baginya kota Makkah saja, sampai-sampai dia begitu tamak mengalahkan Raja Persia dan Raja Romawi?” lalu Allah menurunkan ayat: “Katakanlah: “Wahai Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki.” (Ash-Shabuni: 422).
Isi wacana naratif pada ayat 26 yaitu:
Termasuk wacana politik karena perkatan orang-orang munafik dan Yahudi yang tidak mau kalah dari Rasulullah.
5 حْيِنِمْؤُمْلا ِنْوُد ْنِم حءۤاحيِلْوحا حنْيِرِفٰكتْلا حنْوُ نِمْؤُمْلا ِذِخنتح ي حلَ . ٍءْيحش ِْفي ِهٰ للا حنِم حسْيحلح ف حكِلٰذ ْلحعْفن ي ْنحمحو ۚ
نلَِا ًةىٰقُ ت ْمُهْ نِم اْوُقن تح ت ْنحا ۚ ُهحسْفح ن ُهٰ للا ُمُكُرِّذحُيُحو ۚ
حمْلا ِهٰ للا حلىِاحو ۚ ُرْ يِص
( 65 )
/lā yattakhiżi al-mu`minūna al-kāfirīna auliyā`a min dūni al-mu`minīna, wa man yaf'al żālika fa laisa mina allāhi fī syai`in illā an tattaqū minhum tuqātan, wa yuḥażżirukumu allāhu nafsahu, wa ila allāhi al-maṣīru/ “Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai pemimpin, melainkan orang-orang beriman. Barang siapa berbuat demikian, niscaya dia tidak akan memperoleh apa pun dari Allah, kecuali karena (siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu akan diri (siksa)-Nya, dan hanya kepada Allah tempat kembali.” (Ali Imran: 28)
Wacana naratif yang terdapat dalam ayat di atas adalah:
Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Ubadah bin Ash-Shamit salah seorang yang berpartisipasi dalam Perang Badar dan sangat bertakwa, mempunyai perjanjian dengan orang Yahudi. Tatkala Nabi berangkat untuk berperang pada Perang Ahzab, Ubadah berkata kepada beliau, “Wahai Nabi Allah, sesungguhnya aku mempunyai 500 teman orang Yahudi, aku melihat mereka hendak berangkat bersamaku. Aku hendak memohon bantuan mereka untuk mengalahkan musuh.”
Maka Allah menurunkan ayat: “Janganlah orang-orang beriman mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin.”
(Ash-Shabuni: 422-423).
Isi wacana naratif pada ayat 28 yaitu:
Termasuk wacana politik karena Ubadah yang mempunyai perjanjian dengan orang Yahudi menawarkan 500 teman orang Yahudi kepada Rasulullah dan mengajak mereka untuk ikut Perang Ahzab agar Rasulullah meninggalkan orang-orang mukmin.
3 ْمُكتحبْوُ نُذ ْمُكتحل ْرِفْغح يحو ُهٰ للا ُمُكتْبِبُْيُ ْ ِنيْوُعِبنتاحف حهٰ للا حنْوُّ بُِتَ ْمُتْنُك ْنِا ْلُق . ۚ
ٌمْيِحنر ٌرْوُفحغ ُهٰ للاحو (
17 )
/qul in kuntum tuḥibbūna allāha fattabi'ūnī yuḥbibkumu allāhu wa yagfir lakum żunūbakum, wa allāhu gafūrun raḥīm/ “Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa- dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Ali Imran: 31)
Wacana naratif yang terdapat dalam ayat di atas adalah:
Sekelompok orang di masa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang mengaku mencintai Allah. Kisah ini diriwayatkan Ibnu Munzir dari Hasan: Sekelompok orang di masa Rasulullah berkata kepada beliau: Demi Allah, Wahai Muhammad! Kami sungguh mencintai Tuhan Kami.
Kisah sekelompok orang di atas berkaitan dengan peristiwa saat Nabi Muhammad mengajak Ka'ab bin Asyraf dan pengikutnya dari kelompok Yahudi.
Pada waktu itu, mereka abai dengan ajakan Rasulullah, karena mereka merasa kekasih Allah, "Kami ini anak-anak Allah dan kekasih Nya."
Melihat respon dari Ka'ab bin Asyraf, Rasulullah pun menyampaikan surah Ali Imran ayat 31 yang diwahyukan kepada beliau sebagai jawaban atas pernyataan Ka'ab. Allah mengingatkan kepada kaum Yahudi bahwa ucapannya tidak berdasar. Mereka hanya mengklaim sebagai kekasih Allah. Kecintaan mereka tidak disertai bukti dan pengorbanan. Bukti kecintaan kepada Allah adalah dengan menjalankan perintah-perintah-Nya, yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah. Yakni, mengakui kerasulan Nabi Muhammad dengan dibuktikan menjalankan apa yang diwahyukan kepadanya.
Mengakui kerasulan Nabi Muhammad merupakan gerbang awal dalam menggapai ridha Allah Ta’ala. Kesalahan-kesalahan di masa lampau terhapuskan.
Dengan mengikuti Nabi Muhammad, mereka membuka lembaran baru dimensi keimanannya. Lembaran baru yang membawa pada sikap dan perilaku yang diridhai Allah Ta’ala. Sehingga, apa yang dilakukannya mampu menghantarkan pada keteguhan hati seorang muslim sejati.
Surah Ali Imran ayat 31 merupakan teguran keras kepada orang-orang yang mengaku mencintai Allah Ta’ala, akan tetapi sikap dan perilakunya tidak mencerminkan kata-katanya, ucapannya bertentangan dengan apa yang