• Tidak ada hasil yang ditemukan

diinginkan dapat tercapai. Ketentuan ini tidaklah mudah atau sederhana, para peneliti diharuskan melakukan penelitian yaitu dengan beberapa tahap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "diinginkan dapat tercapai. Ketentuan ini tidaklah mudah atau sederhana, para peneliti diharuskan melakukan penelitian yaitu dengan beberapa tahap"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dan dapat menjadi penentu keberhasilan suatu organisasi. Meskipun suatu organisasi memiliki sarana dan prasarana yang mendukung namun sumber daya manusia yang ada tidak bermoral baik, dinamis, disiplin, dan bersatu, maka keberlangsungan hidup dari organisasi tersebut akan berjalan lambat dan bahkan mungkin tidak beroperasi lagi. Kemajuan suatu organisasi tidak hanya bergantung pada teknologi mesin namun juga dilihat dari kualitas sumber daya manusia yang berperan penting dalam organisasi tersebut (Sihotang, 2004: 10).

SDM diberikan kepercayaan untuk ikut serta dalam tujuan organisasi sehingga SDM diharapkan bertanggung jawab atas tugas dan kewajiban yang diperhadapkan kepadanya.

Walaupun demikian suatu organisasi juga sebaiknya mengetahui kebutuhan maupun permasalahan atau kesulitan yang dialami oleh tenaga kerja atau SDM sehingga mampu menjalankan aktifitas dalam organisasi dengan baik.

Dosen merupakan sumber daya manusia yang ada di perguruan tinggi dengan kemampuan akademik dan profesional dimana dapat mendorong pembangunan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut sesuai dengan misi Perguruan Tinggi sebagai pengemban Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu mampu menyelenggarakan pendidikan, melakukan penelitian dan pengkajian di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memberikan pengabdian kepada masyarakat yang bermanfaat dan kebutuhan pembangunan disegala bidang (Tagela, 2013: 6). Dari ketiga misi tersebut, melakukan penelitian dan publikasi merupakan hal yang penting dilakukan oleh dosen karena dapat membantu mengangkat reputasi perguruan tinggi dan memenuhi akreditasi suatu fakultas serta mendorong dosen untuk berkontribusi dan berpartisipasi di bidang penelitian dan publikasi (Rebiati, 2014: 2).

Dosen yang melakukan penelitian dan publikasi secara berkelompok menggunakan dana eksternal selama proses kegiatan tersebut. Dana eksternal tersebut dapat berasal dari pihak-pihak seperti DIKTI, Pemerintah non DIKTI ataupun pihak Perusahaan Swasta lainnya. Dengan adanya dana atau anggaran yang diberikan, dosen dituntut untuk mampu mengelola beban administrasi dan melaporkan setiap kegiatan atau aktivitas yang dilakukan dengan waktu yang telah ditetapkan selama melaksanakan penelitian. Hal tersebut mengakibatkan pelaporan menjadi rumit dan sulit bagi peneliti (dosen). Menurut buku panduan pelaksanaan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dijelaskan tentang berbagai ketentuan yang wajib dilakukan dalam penelitian agar proses dan hasil yang

(2)

2

diinginkan dapat tercapai. Ketentuan ini tidaklah mudah atau sederhana, para peneliti diharuskan melakukan penelitian yaitu dengan beberapa tahap kegiatan yang disetujui untuk didanai meliputi pengumuman, pengusulan, penyeleksian/penunjukan, penetapan, pelaksanaan, pengawasan, pelaporan, dan penilaian keluaran. Dapat dinyatakan juga dengan tahapan dalam penelitian dan publikasi meliputi pengusulan proposal, penetapan/proposal diterima, pelaksanaan penelitian di lapangan, laporan penelitian, mengubah laporan menjadi jurnal (publikasi ilmiah) dan beban administrasi. Salah satu tahapan yang menyulitkan para peneliti (dosen) adalah pelaporan. Contohnya adalah menyiapkan bahan monitoring dan evaluasi oleh penilai internal dan eksternal dengan mengunggah laporan kemajuan yang telah disahkan oleh lembaga penelitian. Hal tersebut tidak hanya dilakukan sekali namun dalam jangka waktu yang panjang selama menjabat sebagai dosen guna memenuhi tanggung jawab.

Adanya tanggung jawab yang besar tersebut jika tidak dapat dikendalikan dengan baik maka akan menjadi beban bagi dosen. Tuntutan tugas yang diperhadapkan pada dosen dapat menyebabkan stres kerja, dimana dalam kasus ini dosen atau tenaga pengajar masuk dalam 10 besar profesi yang rentan terkena depresi (Maya, 2012) dalam (Moedy, 2013). Dari permasalahan yang dihadapi oleh dosen dalam melakukan kewajibannya, ada dampak yang ditimbulkan dimana dosen mengalami kelelahan secara psikis dan fisik sebagaimana terjadi karena situasi kerja yang tidak mendukung atau tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan atau biasa disebut burnout (Putra dan Mulyadi, 2010: 48). Pines dan Aronson (1989) dalam Saputro (2014: 13) mengemukakan bahwa burnout didefinisikan sebagai hasil yang dialami dari tahap-tahap kelelahan emosional, fisik dan mental dalam keterlibatan yang berkepanjangan dengan situasi yang menuntut secara emosional. Hal inilah yang menjadi permasalahan yang dihadapi oleh dosen dimana terjadi di Universitas Kristen Satya Wacana.

Dalam penelitian sebelummya Mikhriani dan Rahmawati (2016) meneliti tentang kepuasan kerja dan burnout terhadap intensitas turnover pada karyawan dimana hasil penelitian menunjukkan intensitas turnover terjadi apabila individu tidak dapat mengendalikan burnout saat mendapatkan tugas atau mengejar target. Sedangkan dalam penelitian ini mengidentifikasi job burnout pada dosen (kelompok) yang melakukan penelitian dan publikasi dengan dana eksternal di Universitas Kristen Satya Wacana.

Kemudian, penelitian yang dilakukan Pangesti (2012) tentang pengaruh konflik peran terhadap terjadinya burnout memberikan hasil penelitian yaitu mahasiswa Koass sebagai objek penelitian, yang tidak mampu menjalankan dua peran sekaligus akan berpengaruh positif terjadinya burnout, sedangkan dalam penelitian kali ini objek yang digunakan ialah dosen di Universitas Kristen Satya Wacana. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Putra dan

(3)

3

Mulyadi (2010) yaitu tentang pengaruh faktor Job Demand terhadap kinerja dengan burnout sebagai variabel moderating sedangkan penelitian kali ini berfokus pada job burnout (kelelahan kerja) yang dialami oleh dosen (kelompok) dalam melakukan penelitian dan publikasi pada jangka waktu tertentu dengan menggunakan anggaran atau dana dari eksternal. Sama halnya dengan Satriyo dan Survival (2014) objek yang digunakan ialah dosen namun dalam penelitian yang dilakukan berfokus pada stress kerja terhadap burnout serta implikasinya pada kinerja. Sedangkan dalam penelitian ini mengidentifikasi job bornout yang ada pada dosen (kelompok) dalam melakukan penelitian dan publikasi dengan dana eksternal.

Adapun persoalan dalam penelitian ini adalah 1) bagaimana tingkat job burnout (kelelahan kerja) pada dosen (kelompok) yang melakukan penelitian dan publikasi dengan dana eksternal di Universitas Kristen Satya Wacana? 2) indikator atau dimensi job burnout apa saja yang terjadi pada dosen (kelompok) dan terdapat pada tahapan yang mana dalam melakukan penelitian dan publikasi dengan dana eksternal? 3) manakah indikator atau dimensi job burnout (kelelahan kerja) yang sering muncul pada dosen (kelompok) dalam penelitian dan publikasi dengan dana eksternal?

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengidentifikasi tingkat job burnout (kelelahan kerja) pada dosen (kelompok) yang melakukan penelitian dan publikasi dengan dana eksternal di Universitas Kristen Satya Wacana. 2) mengidentifikasi indikator atau dimensi job burnout apa saja yang terjadi pada dosen (kelompok) dan mengidentifikasi pada tahapan mana terjadi job burnout dalam melakukan penelitian dan publikasi dengan dana eksternal. 3) mengidentifikasi indikator atau dimensi job burnout (kelelahan kerja) yang sering muncul pada dosen (kelompok) dalam penelitian dan publikasi dengan dana eksternal.

Manfaat penelitian ini terbagi dua, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam menambah wawasan ilmu dan pengetahuan tentang manajemen sumber daya manusia (SDM) khususnya dalam masalah job burnout (kelelahan kerja) sebagaimana kemungkinan besar dalam melaksanakan penelitian dan publikasi dapat muncul atau teridentifikasi collective job burnout pada dosen seperti halnya collective efficacy. Secara praktis, manfaat penelitian ini bagi pihak eksternal yang merupakan sumber dana dalam penelitian ini adalah untuk memperlihatkan indikator atau dimensi job burnout apa saja yang dialami dosen di UKSW dan pada tahapan mana ketika melakukan penelitian dan publikasi dalam bentuk kelompok. Bagi dosen di Universitas Kristen Satya Wacana ialah untuk dapat mengendalikan tugas dan tanggung jawab sebagai pengampu dibidangnya dalam melakukan

(4)

4

penelitian dan publikasi serta mengetahui cara yang baik dan tepat dilakukan selama melaksanakan penelitian dan publikasi agar tidak mengalami job burnout.

KAJIAN PUSTAKA

Burnout

Burnout adalah kondisi yang dialami seseorang dimana terjadi penurunan energi psikis atau fisik setelah waktu stres yang berkepanjangan dan berkaitan dengan pekerjaan.

(Perry & Potter , 2005) dalam (Asi, 2013). Sedangkan Cherniss (1987) dalam Arifianti (2008) mengatakan bahwa burnout merupakan perilaku yang menghindari situasi pekerjaan secara psikologis sebagai reaksi dari stres dan ketidakpuasan yang berlebihan dan berkepanjangan.

Selanjutnya, Fredeunberger dalam Hera et.al., (2016) menyatakan bahwa burnout adalah suatu bentuk dari kelelahan sebagai akibat dari bekerja secara berlebihan yang dialami seseorang, berdedikasi dan berkomitmen, dan berpendapat tentang kebutuhan dan keinginan ialah bukan prioritas utama. Dalam hal ini, seseorang akan merasa tertekan untuk memberikan partisipasi yang lebih besar terhadap organisasinya. Jadi, dari pernyataan di atas, burnout adalah kelelahan yang dialami seseorang dalam suatu pekerjaan dimana terjadi penurunan energi psikis atau fisik dari reaksi stres kerja yang berlebihan dan berkepanjangan yang dapat disebabkan oleh adanya dedikasi dan komitmen pada organisasinya.

Gejala-gejala burnout dapat diidentifikasi oleh berbagai indikator dalam lingkup pekerjaan, adapun indikator yang mengidentifikasi terjadinya burnout menurut George (2005) dalam Tawale et.al., (2011) ialah 1) Kelelahan fisik. Dicerminkan dengan adanya kekurangan energi dan kelelahan dalam kurun waktu yang panjang dan mengarah pada keluhan fisik dan perubahan pola makan yang diekspresikan dengan kurang bersemangat bekerja, sering melakukan kesalahan dan mengalami sakit walaupun tidak terdapat kelainan fisik. 2) Kelelahan mental. Sikap yang memiliki dampak negatif pada orang lain seperti bersikap sinis terhadap orang lain dan pada umumnya mudah curiga pada orang lain serta menunjukkan sikap masa bodoh terhadap orang lain serta dapat sengaja menyakiti diri sendiri. 3) Kelelahan emosional. Menunjukkan gejala-gejala seperti depresi, sering merasa cemas dalam bekerja, mudah putus asa, merasa tersiksa dalam melakukan pekerjaan, mengalami rasa bosan atau jenuh dalam bekerja. 4) Penghargaan diri yang rendah. Adanya pemikiran bahwa dirinya tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik di masa lalu dan di masa yang akan datang dengan beranggapan jika dia tidak pernah melakukan sesuatu yang

(5)

5

bermanfaat dan menganggap dirinya tidak memiliki masa depan di perusahaan atau organisasi.

Leiter & Maslach (1997) dalam Jaya & Rahmat (2005) mengungkapkan tentang dimensi burnout yang terdiri dari: 1) Kelelahan (exhaustion). Saat seseorang merasa bahwa pekerjaannya terlalu berlebihan dan berat baik secara fisik, psikis dan emosional. 2) Cynicism (depersonalisasi). Seseorang akan bersikap sinis dan menjaga jarak dengan orang-orang yang terlibat dengan pekerjaannya. Dalam hal ini, perilaku seseorang akan menjadi acuh tak acuh khususnya berkaitan dengan ketidakjelasan masa depan . 3) Ineffectiveness (Low Personal Accomplishment). Individu akan merasa terbebani jika ada pekerjaan baru yang diberikan kepadanya dan merasa tidak efektif ketika kurang telaten dalam bekerja. Dengan seperti itu, kepercayaan diri akan hilang dalam melaksanakan sesuatu.

Dari gejala maupun dimensi yang dijelaskan di atas, terdapat beberapa persamaan dan perbedaan sehingga dapat dinyatakan bahwa dimensi burnout, yaitu:

1) Kelelahan fisik. Dalam melakukan penelitian dan publikasi tentunya dosen akan mengalami kelelahan secara fisik seperti melakukan perjalanan ke lokasi penelitian yang terkadang jauh dari tempat peneliti berada, melakukan wawancara dengan lebih dari 1 (satu) narasumber dan tempat yang berbeda-beda.

2) Kelelahan psikis/mental. Saat melakukan penelitian dalam kelompok, terkadang anggota saling mencurigai satu sama lain tentang tugas yang diberikan tidak dapat diselesaikan sebagaimana mestinya, terkadang merasa masa bodoh dengan anggota kelompoknya apakah mampu melakukan tugasnya ataukah tidak.

3) Kelelahan emosional. Peneliti (dosen) dapat merasa lelah secara emosional seperti depresi dan cemas saat bekerja karena takut tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan, merasa bosan dengan apa yang dilakukan karena terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama

4) Cynicism (depersonalisasi). Dimensi ini berkaitan erat dengan stres dan dalam hal ini, kelelahan mental diformulasikan ke dalam konsep depersonalisasi karena memiliki ciri- ciri yang mirip seperti memberikan dampak negatif bagi orang-orang disekitarnya (Lailani et.al., 2005). Depersonalisasi juga ditemukan hasil yang konsisten dalam penelitian burnout di berbagai organisasi dan pekerjaan (Maslach et. a l., 2001) dalam (Saputro, 2005).

5) Ineffectiveness (Low Personal Accomplishment). Dalam dimensi ini kurang berkaitan dengan penelitian dan publikasi yang dilakukan oleh dosen karena hal tersebut telah dilakukan terus menerus dan juga dalam waktu yang relatif lama bukan pekerjaan baru dan

(6)

6

pada hakikatnya dosen telah mengetahui kewajibannya dan telah terbiasa serta mengetahui cara-cara dalam melaksanakan tugasnya

6) Penghargaan diri yang rendah. Untuk dimensi ini kurang tepat dalam penelitian dan publikasi yang dilakukan dosen karena menganggap bahwa hal yang dikerjakan itu tidak bermanfaat sedangkan jika menjadi dosen, dituntut melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu tugas pokok yang tidak hanya baik bagi dosen namun juga Perguruan Tinggi dan pihak-pihak yang bersangkutan.

Penelitian dan Publikasi

Penelitian dan publikasi merupakan kewajiban bagi perguruan tinggi disamping melaksanakan pendidikan sebagaimana telah tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 20. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi memiliki tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang riset, teknologi dan pendidikan tinggi untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara maka Kemenristekdikti menetapkan visi tahun 2015-2019 sebagai berikut: “Terwujudnya pendidikan tinggi yang bermutu serta kemampuan iptek dan inovasi untuk mendukung daya saing bangsa”. Untuk mewujudkan visi tersebut, Kemenristekdikti memiliki misi, yaitu: 1) meningkatkan akses, relevansi, dan mutu pendidikan tinggi untuk menghasilkan SDM yang berkualitas, 2) meningkatkan kemampuan iptek dan inovasi untuk menghasilkan nilai tambah produk inovasi.

Secara umum tujuan penelitian di perguruan tinggi adalah: 1) menghasilkan penelitian yang sesuai dengan prioritas nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah dan mengacu pada Permenristekdikti Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Tahun 2015-2019. 2) menjamin pengembangan penelitian unggulan spesifik berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitif. 3) mencapai dan meningkatkan mutu sesuai target dan relevansi hasil penelitian bagi masyarakat Indonesia;

dan 4) meningkatkan diseminasi hasil penelitian dan perlindungan kekayaan intelektual secara nasional dan internasional. (http://simlitabmas.ristekdikti.go.id)

Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan dalam penelitian dan publikasi, diantaranya sebagai berikut: 1) Pengumuman, 2) Pengusulan, 3) Penyeleksian/penunjukan, 4) Penetapan, 5) Pelaksanaan, 6) Pengawasan, 7) Pelaporan, 8) Penilaian keluaran.

(http://simlitabmas.ristekdikti.go.id). Beberapa tahapan tersebut akan ditiadakan karena

(7)

7

terdapat tahapan dimana burnout kemungkinan besar belum muncul/dialami oleh dosen.

Maka tahapan dalam penelitian dan publikasi yang digunakan, ialah:

1) Pengusulan proposal. Pada tahapan ini, para peneliti dosen (kelompok) harus bisa menyusun proposal penelitian yang baik dan sesuai aturan Kemenristek Dikti, dimana penelitian tersebut dapat menghasilkan output tertentu. Seorang dosen harus bisa membuat proposal yang menyakinkan dengan tujuannya yang jelas. Dengan ketentuan tersebut dosen memerlukan waktu, pikiran, dan tenaga agar proposal dapat selesai dengan baik sebagaimana sesuai dengan yang diharapkan namun dosen kemungkinan besar mengalami kelelahan baik secara fisik, pisikis maupun emosional (Herlambang, 2017).

2) Pelaksanaan penelitian di lapangan. Pada tahapan ini kecenderungan peneliti (dosen) sudah dapat terlihat dimensi bornout yang muncul karena peneliti akan menemui para narasumber atau responden untuk mendapatkan data yang dibutuhkan namun prosesnya tidak mudah dimana terkadang sulit menemui narasumber atau responden karena sebagian dari informan memiliki kesibukan lain diluar jam kerja sehingga intensitas pertemuan antara peneliti dengan informan harus menyesuaikan waktu luang yang dimiliki oleh informan tersebut. Lokasi penelitian yang tidak selalu dekat mengakibatkan jarak tempuh yang lama untuk sampai di tujuan. Hal tersebut dapat mengarah pada kecenderungan mengalami kelelahan fisik yang terjadi di lapangan. Terkadang ada perbedaan pendapat dan pemahaman antara informan dan peneliti tentang pertanyaan yang diberikan sehingga informasi yang didapat kurang efektif. Ini juga dapat memberikan kelelahan secara emosional bagi peneliti (Hutabarat, 2012).

3) Laporan penelitian. Pada tahapan ini, dosen atau peneliti diwajibkan untuk membuat laporan penelitian setelah melaksanakan suatu penelitian yang dapat terjadi melalui proses panjang atau pendek kemudian menghasilkan deskripsi sementara ataupun terakhir dan disusun secara sistematis. Membuat laporan penelitian tidak hanya sekedar menulis hasil dari awal sampai selesainya penelitian namun seorang penulis juga perlu kemampuan dalam menyusun kata-kata yang dapat menarik pembaca untuk masuk ke dalam suatu isi atau makna dari laporan penelitian yang ada. Dalam menulis laporan terdapat syarat-syarat yaitu pertama, laporan harus lengkap dan objektif. Kedua, laporan harus jelas. Ketiga, laporan harus langsung mengenai sasaran. Dengan banyaknya syarat tersebut kemungkinan besar peneliti atau dosen akan mengalami kelelahan emosional dengan merasa cemas dan kesulitan dalam penulisan laporan. Terdapat kelemahan-kelemahan peneliti dalam membuat laporan yang diungkapkan John W. Best seperti gaya penulisan yang tidak bagus, menggunakan sumber-sumber data sekunder atau sumber informasi yang tidak akurat dan terlalu

(8)

8

memandang enteng terhadap seseorang atau gagasan. Hal ini dapat dipicu oleh kelelahan mental dan depersonalisasi (Ruliyanti, 2014).

4) Menerbitkan artikel di suatu jurnal (publikasi ilmiah). Dosen memiliki kewajiban melakukan publikasi ilmiah dimana publikasi dibuat berdasarkan laporan penelitian yang telah dilakukan. Hal ini menjadi tuntuan ataupun paksaan bagi dosen karena adanya Beban Kerja Dosen (BKD) atau tugas khusus Guru Besar. Dalam melakukan publikasi pula terdapat kriteria mutu yang harus dimiliki sehingga tidak sembarangan memublikasikannya. Dengan adanya kriteria tersebut, dosen cenderung lebih berhati-hati dan teliti dalam publikasi ilmiah agar tidak bersangkutan pada plagiarisme. Inilah yang kemungkinan besar dapat membuat dosen menjadi lelah secara fisik dan emosional.

5) Beban administrasi. Dalam tahapan ini dosen (kelompok) akan menyusun beban- beban administrasi saat melakukan penelitian dan publikasi dimana terdapat persyaratan administrasi dan perpajakannya yang kadang tidak jelas, atau membingungkan bagi sebagian besar dosen. Hal ini dapat menyebabkan sebagian besar dosen mengalami kebingungan dan cenderung khawatir atau terjadi kelelahan emosional oleh karena tidak dapat memenuhi persyaratan tersebut (Hermana, 2015).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan ialah deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman terhadap apa yang menjadi kenyataan sosial melalui cara pandang informan. Jadi, penelitian deskriptif yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi apa saja job burnout yang dialami pada dosen dalam melakukan penelitian dan publikasi secara berkelompok dengan dana eksternal di Universitas Kristen Satya Wacana.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dosen yang telah melakukan penelitian dan publikasi secara berkelompok dengan dana eksternal pada tahun 2016-2017 yang berjumlah 90 dosen dan tersebar pada beberapa fakultas di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) namun dua diantaranya berasal dari luar UKSW. Total fakultas yang melakukan penelitian dan publikasi tahun 2016-2017 adalah 12 fakultas dan diantaranya terdapat dosen dari luar UKSW sebanyak dua orang. Ketika menyebarkan kuesioner di lapangan, terdapat dua dosen dari Fakultas Teologi yang telah pindah atau tidak mengabdi lagi di UKSW. Dua dosen yang penulis ketahui sedang melakukan studi lanjut. Empat dari 12 fakultas yang melakukan penelitian dan publikasi, terdapat lebih dari 10 dosen yang aktif dari tahun 2016-

(9)

9

2017 untuk setiap fakultas. Sisanya hanya ada tujuh sampai satu dosen yang pernah melakukan penelitian dan publikasi pada tahun tersebut. Dengan kata lain, terdapat lima fakultas yang memiliki satu sampai dua dosen saja yang melakukan penelitian dan publikasi dengan dana eksternal tahun 2016-2017. Maka dalam penelitian ini, data yang digunakan berasal dari enam fakultas saja karena jumlah dosen yang memungkinkan kuesioner untuk kembali. Margono (2007: 123) dalam Saputra (2014) menyatakan bahwa dalam menetapkan besar-kecilnya sampel tidak terdapat suatu ketetapan yang mutlak sehingga tidak ada suatu ketentuan berapa persen suatu sampel harus diambil. Maka dari itu, penulis mengambil sampel sebesar 35% dari jumlah populasi sehingga jumlah sampelnya adalah 90 x 35% = 32 dosen. Akan tetapi, karena beberapa dosen yang disebutkan sebelumnya tidak dapat atau sulit ditemui maka sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 28 dosen.

Penelitian ini dilakukan kurang lebih tiga bulan, mulai dari bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2018. Penulis memberikan kuesioner setengah terbuka melalui Tata Usaha fakultas dan secara langsung kepada dosen sesuai kebijakan setiap fakultas. Penulis juga mendapat kesempatan untuk mendengar jawaban dari informan secara langsung sehingga memperluas informasi mengenai job burnout yang dialami oleh dosen. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah stratified random sampling. Teknik ini digunakan karena cara pengambilan sampel dengan memperhatikan strata (tingkatan) di dalam populasi dimana dalam penelitian ini menggunakan strata dari berbagai fakultas di UKSW. Data primer yang didapat oleh peneliti mengenai identifikasi job burnout pada dosen (kelompok) yang melakukan penelitian dan publikasi dengan dana eksternal di Universitas Kristen Satya Wacana akan dianalisis menggunakan statistik deskriptif, yaitu distribusi frekuensi dan persentase dimana dapat membantu menjawab daftar pertanyaan terlampir.

Tabel 3.1 Rincian sampel dari fakultas yang melakukan penelitian dan publikasi dengan dana eksternal pada tahun 2016-2017

No. Fakultas Jumlah

Absolut %

1. Fakultas Ekonomika dan Bisnis 5 17.86

2. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi 4 14.28

3. Fakultas Teknologi Informasi 12 42.86

4. Fakultas Sains dan Matematika 1 3.57

5. Fakultas Pertanian dan Bisnis 5 17.86

6. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 1 3.57

Jumlah 28 100

Sumber: Data Primer, Mei – Juli 2018

(10)

10

Tabel 3.2 Persentase jumlah sampel dari populasi setiap fakultas yang melakukan penelitian dan publikasi dengan dana eskternal tahun 2016-2017

Fakultas Sampel/populasi %

Fakultas Ekonomika dan Bisnis 5/11 45.45

Fakultas Sains dan Matematika 1/17 5.88

Fakultas Teknologi Informasi 12/23 52.17

Fakultas Pertanian dan Bisnis 5/12 41.67

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi 4/7 57.14

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 1/3 33.33

Sumber: Data Primer, Mei – Juli 2018

Dari tabel 3.2, dapat dilihat bahwa hanya dua fakultas yang berpatisipasi lebih dari 50% dalam penelitian ini yaitu Fakultas Teknologi Informasi dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi. Walaupun begitu, terdapat dua fakultas lain yang cukup banyak berpartisipasi dalam penelitian ini yaitu Fakultas Ekonomika dan Bisnis dan Fakultas Pertanian dan Bisnis dengan masing-masing 45.45% dan 41.67%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini, hal yang menjadi fokus dalam penelitian ialah mengidentifikasi job burnout pada dosen (kelompok) yang melakukan penelitian dan publikasi dengan dana eksternal di Universitas Kristen Satya Wacana. Sebelumnya telah dijelaskan pada bab III bahwa penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan deskriptif dimana peneliti dituntut untuk dapat mengidentifikasi data berdasarkan apa yang dirasakan dan dialami oleh sumber data kemudian akan dianalisis menggunakan distribusi frekuensi dan persentase. Agar lebih sistematis dan terarah maka pada bab IV dibagi menjadi dua bagian yaitu deskripsi profil informan, hasil penelitian dan pembahasan.X

PROFIL INFORMAN PENELITIAN

Informan dalam penelitian ini adalah dosen dari berbagai fakultas di Universitas Kristen Satya Wacana yang melakukan penelitian dan publikasi secara berkelompok dengan dana eksternal pada tahun 2016-2017. Peneliti memberikan kuesioner terbuka pada informan yang dapat membantu mengidentifikasi job burnout yang dialami oleh dosen. Dalam satu kelompok, informan tidak hanya melakukan penelitian dan publikasi dengan dosen yang

(11)

11

berasal dari program studi yang sama namun juga dengan dosen dari program studi yang berbeda. Terdapat informan yang hanya melakukan penelitian dan publikasi satu kali dan adapula yang lebih dari satu kali selama dua tahun. Informan dalam penelitian ini, ada yang hanya pernah menjadi ketua dan anggota saja namun terdapat informan yang juga keduanya mendapat tanggung jawab menjadi ketua dan anggota. Karena fokus dalam penelitian ini ialah informan atau dosen yang melakukan penelitian secara berkelompok maka terdapat informan yang berada dalam satu kelompok yang sama.

Ditampilkan pada tabel 4.1 bahwa hanya sedikit informan atau dosen yang melakukan penelitian dan publikasi selama tahun 2016-2017, hanya ada empat dari 28 informan yang melakukan penelitian dan publikasi lebih dari dua kali. Dengan begitu, informan yang melakukan penelitian dan publikasi sekitar satu sampai dua kali cenderung menjadikan hal tersebut sebagai salah satu kewajiban saja dan masih banyak informan yang belum menikmati dan menyenangi penelitian dan publikasi terlepas dari berbagai alasan yang diungkapkan beberapa informan pada persoalan penelitian pertama. Dari data yang ditampilkan, jumlah yang melakukan penelitian dan publikasi dengan progdi yang sama lebih banyak yaitu 23 informan dibandingkan dengan progdi berbeda sebanyak 11 informan. Pada penelitian ini, informan lebih menyukai melakukan penelitian dan publikasi dengan rekan yang memiliki latar belakang dan ketertarikan pada bidang yang sama. Dapat pula dikatakan, informan masih berada pada zona nyaman dan lebih ingin memperdalam pengetahuan yang telah didapatkan sebelumnya.

Pada kolom menjadi ketua dan anggota, terdapat 14 informan yang pernah menjadi ketua dengan jumlah frekuensi sebesar 18 kali sedangkan yang pernah menjadi anggota adalah sebanyak 21 informan dengan jumlah frekuensi sebesar 27 kali. Jika dilihat dari jumlah informan maka lebih banyak yang menjadi anggota dibandingkan ketua. Sama halnya dengan jumlah frekuensi dimana jarak keduanya terlampau jauh dengan perbedaan frekuensi sebesar sembilan. Dengan begitu, keinginan menjadi ketua lebih sedikit dibanding menjadi anggota. Walaupun demikian, terdapat informan yang senang mendapat tanggung jawab menjadi ketua.

(12)

12

Adapun rincian informan penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 4.1 Profil Informan yang Melakukan Penelitian dan Publikasi dengan dana eksternal tahun 2016-2017

Kode Informan

Melakukan Penelitian dan Publikasi

Jumlah Penelitian

dan Publikasi Dengan

progdi yang sama

Dengan progdi

yang berbeda

Frekuensi menjadi

ketua

Frekuensi menjadi anggota

Informan 1  - 2 1 3

Informan 2  - 0 1 1

Informan 3 -  1 0 1

Informan 4 -  3 1 4

Informan 5   2 0 2

Informan 6   1 1 2

Informan 7  - 0 1 1

Informan 8 -  0 1 1

Informan 9  - 1 0 1

Informan 10  - 1 0 1

Informan 11  - 0 1 1

Informan 12  - 0 1 1

Informan 13   0 2 2

Informan 14  - 0 1 1

Informan 15   1 1 2

Informan 16 -  0 1 1

Informan 17 -  0 1 1

Informan 18  - 1 0 1

Informan 19  - 1 0 1

Informan 20  - 0 1 1

Informan 21  - 1 1 2

Informan 22   1 2 3

Informan 23  - 1 0 1

Informan 24  - 0 1 1

Informan 25  - 1 1 2

Informan 26  - 0 3 3

Informan 27   0 2 2

Informan 28  - 0 2 2

Total 23 11 18 27 45

Sumber: Data primer, Mei – Juli 2018

(13)

13

Tabel 4.2 Daftar Informan yang berada pada satu kelompok yang sama Kelompok Posisi

Informan 1

Posisi

Informan 2 Fakultas Job Burnout yang dialami

1. Ketua Anggota Sama

Masing-masing informan tidak memiliki kelelahan kerja yang berhubungan dengan rekan kerja.

2. Anggota Anggota Sama

Pada kelompok ini, kedua informan tidak mengalami kelelahan kerja yang dipengaruhi oleh rekan kerja.

3. Anggota Ketua Sama

Salah satu informan yaitu ketua mengalami job burnout yang terkait dengan hubungan antar rekan kerja.

4. Ketua Anggota Sama Tidak mengalami job burnout karena pengaruh dari rekan kerja.

5. Ketua Anggota Sama

Ketua mengalami job burnout akibat anggota kelompok tidak mendukung dalam penulisan laporan.

6. Anggota Anggota Sama

Tidak mengalami job burnout yang disebabkan oleh hubungan dalam kelompok.

Sumber: Data primer, Mei - Juli 2018

Pada tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa informan yang berada pada satu kelompok yang sama dengan informan lain berasal dari fakultas yang sama pula. Sebagian besar dosen tidak mengalami job burnout disebabkan oleh hubungan antar rekan kerja. Walaupun demikian, penulis tetap menemukan dua kelompok yang mengalami masa sulit bersama rekan kerja dan mengalami gejala/ciri job burnout dan keduanya merupakan ketua kelompok yang mengalami hal tersebut.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bagian ini, dipaparkan setiap jawaban dari persoalan penelitian yang telah ditetapkan pada bab I kemudian dibahas sesuai urutan serta dilakukan perbandingan dengan bab II. Setiap tabel yang ditampilkan mewakili persoalan penelitian dan dilakukan kategorisasi sesuai dengan job burnout yang dialami oleh informan atau jawaban pada kuesioner terbuka yang telah diberikan pada informan.

Para informan bebas dalam memilih jawaban sesuai dengan apa yang dialami sehingga terdapat informan yang memilih kategori gejala yang sama pada beberapa tahapan penelitian, oleh karena itu tabel jumlah informan yang menjawab suatu gejala/ciri atau kategori jawaban lain tidak dapat dibandingkan dengan tabel frekuensi kejadian mengenai gejala/ciri yang dialami saat penelitian dan publikasi. Kemudian terdapat beberapa gejala/ciri

(14)

14

yang tidak dipilih oleh informan sehingga frekuensi yang ditampilkan dapat sedikit dari jumlah informan. Informan dapat menambahkan pilihan pada suatu gejala atau ciri job burnout yang dialami jika pilihan yang tersedia tidak sesuai dengan apa yang terjadi saat melakukan penelitian dan publikasi.

Tingkat Job Burnout pada dosen (kelompok) yang melakukan penelitian dan publikasi dengan dana eksternal

Pada sub judul ini, penulis menjelaskan tingkat job burnout pada dosen (kelompok) yang melakukan penelitian dan publikasi dengan dana eksternal dimana terdapat tabel yang berisi jawaban untuk persoalan penelitian pertama. Setiap tabel menyajikan penjelasan dan keterangan agar lebih mudah dipahami.

Tabel 4.3 Tingkat Job Burnout pada dosen (kelompok) yang melakukan penelitian dan publikasi dengan dana eksternal

Kategori Tingkat Job Burnout Frekuensi %

1= sangat rendah 0 0

2= cukup rendah 3 10.7

3= sedang 7 25

4= cukup tinggi 15 53.6

5= sangat tinggi 3 10.7

Jumlah 28 100

Sumber: Data primer, Mei – Juli 2018

Untuk mengukur tingkat job burnout pada dosen, maka dibuat skala ordinal satu sampai lima yang telah tersaji pada tabel 4.3 beserta berapa banyak frekuensi yang terjadi.

Sebanyak tujuh informan memilih kategori tingkat job burnout sedang kemudian sebanyak 15 informan memilih ketegori cukup tinggi atau sama dengan 53.6% dan terendah ialah nol dengan kategori tingkat job burnout yaitu sangat rendah mewakili nilai satu. Dengan begitu dapat diartikan bahwa tidak ada satupun yang memilih kategori tingkat job burnout tersebut atau semua informan dalam penelitian ini mengalami job burnout pada kategori dengan tingkat cukup rendah, sedang, cukup tinggi dan sangat tinggi. Pada tabel tersebut pula, kategori tingkat job burnout sedang menempati urutan kedua yang paling banyak dipilih oleh informan sebanyak tujuh atau sebesar 25%. Kemudian untuk kategori cukup rendah dan sangat tinggi berada pada frekuensi yang sama sebesar 10.7%.

(15)

15

Gambar 4.1 dan 4.2 Rata-rata (average) tingkat job burnout pada dosen (kelompok) yang melakukan penelitian dan publikasi dengan dana eksternal

Gambar 4.1 Gambar 4.2

Dari tabel di atas yang dibuat melalui bantuan Microsoft Excel, maka rumus untuk menghitung rata-rata tingkat job burnout pada dosen yang melakukan penelitian dan publikasi dengan dana eksternal ialah setelag rumus =average(, seluruh data ditandai dari kolom C sampai F baris ketiga kemudian sampai baris 30 dan tutup kurung lalu enter.

Dengan demikian, hasil dari perhitungan tersebut ialah sebesar 3.64.

Persoalan penelitian pertama telah terjawab yaitu rata-rata tingkat job burnout yang dialami dosen (kelompok) yang melakukan penelitian dan publikasi dengan dana eksternal ialah sebesar 3.64 dimana berada diantara tingkat yang sedang atau hampir mendekati tingkat cukup tinggi. Job burnout yang dialami dosen tidak ringan karena dilihat pada tabel 4.3, jumlah yang memilih cukup tinggi adalah sebanyak 53.6% informan atau lebih dari setengah keseluruhan informan. Menurut Satriyo dan Survival (2014) dalam studi terhadap dosen tentang stres kerja terhadap burnout serta implikasinya pada kinerja menyatakan bahwa rata- rata burnout ialah sebesar 3.08 yang berarti masuk dalam klasifikasi penilaian tinggi. Pada penelitian ini lebih memfokuskan pada dosen saat melakukan penelitian dan publikasi sedangkan penelitian sebelumnya mengukur secara menyeluruh tingkat burnout pada kinerja dosen.

(16)

16

Untuk mengetahui secara lebih rinci alasan dari informan memilih salah satu tingkat job burnout tersebut maka dapat dilihat pada tabel 4.4 (dalam lampiran). Terdapat lima informan yang mengungkapkan bahwa adanya masalah alokasi waktu saat melakukan penelitian dan publikasi. Sebanyak enam informan yang memilih pelaporan dan kelengkapan administrasi yang rumit selama melakukan penelitian maupun publikasi sehingga pada bagian ini merupakan yang paling banyak dipilih oleh informan atau dapat dikatakan sebagai salah satu penyebab job burnout. Fokus dalam penelitian ini ialah dosen yang melakukan penelitian secara berkelompok maka dapat memungkinkan terjadinya job burnout disebabkan oleh tindakan atau perilaku dari ketua maupun anggota. Kemudian, hasil penelitian yang dilakukan juga menunjukkan terdapat dua informan yang mengatakan bahwa partner kelompok tidak bekerja sama dengan baik. Hal lain yang menjadi penyebab terjadinya job burnout ialah kesulitan yang berkaitan dengan publikasi menurut dua informan. Penulis menemukan bahwa terdapat satu dosen yang mengalami kelelahan kerja selain indikator yang ada pada penelitian ini yaitu adanya kelelahan intelektual dimana informan dengan frekuensi yang sering mengeluarkan ide dan gagasan pada suatu hal yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.

Indikator atau dimensi Job Burnout apa saja yang terjadi pada dosen (kelompok) dan terdapat pada tahapan yang mana dalam melakukan penelitian dan publikasi dengan dana eksternal

Pada bagian ini dipaparkan indikator atau dimensi job burnout macam apa yang terjadi pada dosen (kelompok) dan terdapat pada tahapan yang mana dalam melakukan penelitian dan publikasi dengan dana eksternal. Terdapat tabel yang membahas mengenai gejala/ciri job burnout yang digunakan dalam penelitian ini dan jumlah informan yang memilih kemudian gejala/ciri baru yang ditambahkan oleh informan. Untuk sub judul ini pula, terdapat tabel gejala/ciri yang digunakan dalam penelitian ini maupun baru ditambahkan oleh informan yang muncul pada tahapan penelitian dimana ditampilkan frekuensi seberapa banyak informan yang merasakan atau mengalami gejala/ciri tersebut. Setiap tabel menjelaskan keterangan pada kolom dan baris yang tersedia sehingga mudah dipahami. Hal lain yang juga dibahas dalam bagian ini yaitu penyebab job burnout yang ditambahkan oleh informan serta penjelasan singkat tentang keterkaitan job burnout dengan gejala/ciri dan penyebab.

(17)

17

Tabel 4.5 Rincian gejala/ciri dari indikator atau dimensi job burnout dan jumlah informan yang memilih

No. Gejala/ciri Jumlah Informan

1. Kekurangan Energi 15

2. Keluhan Fisik 14

3. Perubahan pola makan 14

4. Kurang bersemangat dalam bekerja 8

5. Sering melakukan kesalahan 9

6. Merasa cemas dalam bekerja 13

7. Merasa bosan dalam bekerja 8

8. Acuh tak acuh 2

9. Merasa tersiksa dalam melakukan pekerjaan 11

10. Menjaga jarak dengan orang yang terlibat dalam pekerjaan 4

11. Mudah curiga pada orang lain 4

12. Mudah putus asa 3

13. Bersikap masa bodoh 5

14. Bersikap sinis terhadap orang lain 2

15. Dapat sengaja menyakiti diri sendiri 0

Sumber: Data primer, Mei - Juli 2018

Pada tabel 4.5 terdapat data yang menampilkan rincian gejala/ciri dari indikator job burnout yang digunakan dalam penelitian ini beserta jumlah informan yang memilih diantara 15 gejala/ciri tersebut. Tabel tersebut menunjukkan bahwa kekurangan energi dipilih paling banyak oleh 15 informan dan termasuk gejala/ciri dari indikator atau dimensi kelelahan fisik, diantara gejala/ciri dari indikator atau dimensi kelelahan mental, yang paling banyak dipilih oleh informan ialah mudah curiga pada orang lain dan bersikap masa bodoh, merasa cemas dalam bekerja merupakan gejala/ciri dari indikator atau dimensi kelelahan emosional yang paling dipilih sebanyak 13 informan sedangkan gejala/ciri dari indikator atau dimensi depersonalisasi yang paling banyak dipilih ialah menjaga jarak dengan orang yang terlibat dalam pekerjaan dengan jumlah sebanyak empat informan. Untuk gejala/ciri sengaja menyakiti diri sendiri tidak dialami oleh semua informan dalam penelitian ini sehingga tidak dibahas pada persoalan penelitian kedua. Penulis menggunakan indikator job burnout dalam lingkup pekerjaan dari George (2005) dalam Tawale, dkk (2011) dan Leiter & Maslach (1997) dalam Jaya dan Rahmat (2005) yang telah dijelaskan pada bab II untuk membantu mengidentifikasi job burnout pada dosen (kelompok) yang melakukan penelitian dan publikasi dengan dana eksternal.

(18)

18

Tabel 4.6 Gejala/ciri job burnout yang ditambahkan oleh informan di kuesioner beserta jumlah informan yang memilih

No. Gejala/ciri Jumlah

Informan

1. Susah tidur 1

2. Marah 1

3. Tidak fokus 2

4. Tegang 1

5. Kurang Istirahat 3

6. Gangguan fisik ringan 1

7. Mudah merasa kesal dalam hal-hal sepele 1

8. Masuk angin, flu, tensi turun 1

9. Kadang jadi mudah lupa 1

10. Merasa tidak enak mengganggu responden dan atau partisipan 1

11. Mengantuk 1

Sumber: Data primer, Mei-Juli 2018

Selain menampilkan gejala/ciri job burnout pada tabel 4.5, terdapat gejala/ciri baru yang dialami oleh informan selama melaksanakan penelitian dan publikasi dengan dana eksternal.. Dilihat dari gejala/ciri yang ditambahkan oleh informan pada tabel 4.6, sebagian besar masuk ke dalam indikator atau dimensi kelelahan fisik seperti susah tidur, tidak fokus, tegang, kurang istirahat, gangguan fisik ringan, menagantuk, masuk angin, flu, tensi turun dan kadang mudah lupa. Kemudian yang termasuk kelelahan emosional ialah seperti marah dan mudah kesal dalam hal-hal sepele serta merasa tidak enak mengganggu responden dan atau partisipan.

Tabel 4.7 Gejala/ciri yang muncul pada tahapan penelitian (Frekuensi informan yang merasakan)

Gejala/ciri

Tahapan Penelitian Pengusulan

Proposal

Pelaksanaan Penelitian

Penulisan laporan

Publikasi Ilmiah

Beban administasi

Kekurangan energi 11 10 6 7 8

Informan yang memilih

Informan 15, 3, 7, 8,

17, 10, 2, 26-28, 21,

Informan 15, 7, 2, 1, 18, 26, 28, 17, 21, 24

Informan 15, 12, 1, 18, 27, 21,

Informan 15, 12, 8, 10, 2, 22,

21,

Informan 15, 12, 8, 10, 18, 26,

27, 6 Keluhan

Fisik 7 12 10 3 3

Informan yang

memilih Informan

15, 25, 12, 2, 1, 28, 21

Informan 15, 12, 13,

1, 18, 26- 28, 23, 21,

24, 5

Informan 15, 25, 12, 13, 18, 28, 26, 23, 21,

5

Informan 15, 12, 11

Informan 15, 12, 27

(19)

19 Perubahan pola

makan 6 10 5 4 4

Informan yang

memilih Informan

11, 12, 4, 26, 27, 21

Informan 15, 11, 9, 14, 2, 4, 1,

18, 26, 24

Informan 9, 12 , 4, 18, 21

Informan 11, 25, 12,

4

Informan 11, 12, 4, 26 Kurang

bersemangat dalam bekerja

2 3 3 5 5

Informan yang

memilih Informan 4,

18

Informan 15, 3, 4

Informan 12, 4, 26

Informan 15, 4, 26-

28

Informan 15, 25, 12,

4, 18 Sering melakukan

kesalahan 1 0 2 0 6

Informan yang

memilih Informan 28 - Informan

3, 24 -

Informan 15, 25, 13,

16, 27, 21 Merasa cemas

dalam bekerja 2 6 6 8 5

Informan yang

memilih Informan

20, 4

Informan 15, 11, 20,

4, 27, 21

Informan 11, 2, 4, 1,

28, 24

Informan 17,20, 4 ,1,

18, 27, 21, 24

Informan 11, 4, 1, 23,

21 Merasa tersiksa

dalam melakukan pekerjaan

1 0 2 7 9

Informan yang

memilih Informan 15 - Informan

18, 8

Informan 15, 18, 26- 28, 21, 24

Informan 15, 17, 20, 24-28, 21, Merasa bosan dalam

bekerja 0 1 5 5 3

Informan yang

memilih - Informan 15

Informan 15, 12, 26,

27, 21

Informan 15, 13, 26,

28, 21

Informan 15, 13, 16

Acuh tak acuh 0 0 0 0 2

Informan yang

memilih - - - - Informan

25, 2 Menjaga jarak

dengan orang yang terlibat dalam pekerjaan

0 0 1 1 3

Informan yang

memilih - - Informan

18

Informan 15

Informan 15, 25, 27

Mudah putus asa 1 0 0 1 2

Informan yang

memilih Informan 18 - - Informan

18

Informan 15, 28

(20)

20 Mudah curiga pada

orang lain 0 0 0 0 4

Informan yang

memilih - - - -

Informan 15, 18, 26,

28 Bersikap masa

bodoh 0 0 0 0 5

Informan yang

memilih - - - -

Informan 15, 24-26,

21, Bersikap sinis

terhadap orang lain 0 0 0 0 2

Informan yang

memilih - - - - Informan

18, 24 Sumber: Data Primer, Mei - Juli 2018

Tabel 4.8 Gejala/ciri baru yang muncul pada tahapan penelitian (Frekuensi yang dirasakan)

Gejala/ciri

Tahapan penelitian Pengusulan

proposal

Pelaksanaan penelitian

Penulisan laporan

Publikasi ilmiah

Beban administrasi

Susah Tidur 0 0 0 0 1

Marah 0 0 0 1 0

Tidak fokus 0 1 2 0 0

Tegang 1 0 0 1 1

Kurang istirahat 1 1 1 1 0

Gangguan fisik ringan 0 1 0 0 0

Mudah merasa kesal

untuk hal-hal sepele 0 0 0 0 1

Masuk angin, flu, tensi

turun 0 1 0 0 0

Merasa tidak enak mengganggu responden atau partisipan

0 1 0 0 0

Sumber: Data primer, Mei – Juli 2018

Pada tabel 4.7 ditampilkan frekuensi informan yang merasakan atau mengalami 14 gejala/ciri beserta keterangan mengenai siapa saja informan yang memilih gejala/ciri tersebut.

Penulis memberikan keterangan sesuai dengan profil informan yang terdapat pada tabel 4.1.

Informan 15 memilih gejala/ciri kekurangan energi dan keluhan fisik pada semua tahapan sehingga dapat dikatakan bahwa informan tersebut mengalami kelelahan fisik yang cukup tinggi kemudian lain halnya dengan informan empat memilih gejala/ciri perubahan pola

(21)

21

makan dan kurang bersemangat dalam bekerja namun juga tergolong kelelahan fisik dimana terjadi pada semua tahapan. Dari penjelasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar informan memilih gejala/ciri yang sama pada beberapa atau semua tahapan, dapat diartikan pula bahwa informan tersebut mengalami gejala/ciri job burnout selama melakukan penelitian dan publikasi.

Pada kelima tahapan penelitian dan publikasi yang ditampilkan di tabel 4.7, frekuensi yang paling banyak berada pada gejala/ciri keluhan fisik yaitu sebanyak 12 pada tahapan pelaksanaan penelitian sedangkan untuk kekurangan energi memiliki frekuensi sebesar 11 pada tahapan pengusulan proposal. Berada pada tahapan yang sama yaitu pelaksanaan penelitian, perubahan pola makan memiliki frekuensi sebesar 10. Kemudian, pada tahapan publikasi ilmiah terdapat gejala/ciri yang paling banyak dipilih yaitu merasa cemas dalam bekerja dengan frekuensi sebesar tujuh sedangkan untuk gejala/ciri merasa tersiksa dalam melakukan pekerjaan memiliki frekuensi sebanyak tujuh dan sembilan pada publikasi ilmiah dan beban administrasi.

Pada persoalan penelitian kedua ini, terdapat tabel 4.7 dan 4.8 yang memperlihatkan frekuensi gejala yang dialami oleh dosen dan pada tahapan mana saja serta penyebabnya, gejala-gejala tersebut mewakili indikator kelelahan kerja sehingga dapat membantu mengidentifikasi job burnout macam apa yang dialami oleh dosen. Pertama, pada tahapan pengusulan proposal, beberapa dosen memilih adanya perubahan pola makan, keluhan fisik, kekurangan energi, kurang bersemangat dalam bekerja dan sering melakukan kesalahan yang merupakan job burnout dengan gejala kelelahan fisik, merasa cemas dalam bekerja, mudah putus asa dan merasa tersiksa dalam melakukan pekerjaan termasuk job burnout dengan gejala kelelahan emosional. Pada tahapan ini pula, gejala/ciri yang menonjol ialah kekurangan energi dengan frekuensi sebesar 11. Selain gejala tersebut, informan mengungkapkan gejala lain yang dialami seperti tegang dan kurang istirahat termasuk dalam kelelahan fisik. Kemudian terdapat jawaban lain yang dianggap menjadi penyebab job burnout seperti lembur saat bekerja dan lebih banyak membaca literatur yang dikemukakan oleh informan.

Kedua, pada tahapan pelaksanaan penelitian, berbagai gejala job burnout dialami seperti kekurangan energi, keluhan fisik, perubahan pola makan, kurang bersemangat dalam bekerja, yang diidentifikasi ke dalam kelelahan fisik, kemudian merasa cemas dalam bekerja dan merasa bosan dalam bekerja termasuk indikator atau dimensi kelelahan emosional.

Gejala/ciri yang memiliki frekuensi paling menonjol ialah keluhan fisik sebesar 12. Terdapat gejala/ciri job burnout lain yang dialami dosen yaitu masuk angin, flu, tensi turun, tidak

(22)

22

fokus, dan kurang istirahat sebagaimana termasuk ke dalam kelelahan fisik kemudian merasa tidak enak mengganggu responden atau partisipan dapat diidentifikasikan ke dalam kelelahan emosional. Kemudian jawaban lain yang dikemukakan informan dan dianggap menjadi penyebab seperti masalah alokasi waktu, lembur saat bekerja, dan menjadi lebih sering berkumpul atau rapat dengan tim penelitian.

Ketiga, pada tahapan penulisan laporan penelitian, beberapa dosen mengungkapkan bahwa gejala job burnout yang dialami dari kelelahan fisik yaitu keluhan fisik, kekurangan energi, perubahan pola makan, kurang bersemangat dalam bekerja, dan sering melakukan kesalahan, kemudian merasa tersiksa dengan pekerjaan, merasa cemas dalam bekerja, dan merasa bosan dalam bekerja yang diindentifikasi dalam kelelahan emosional, menjaga jarak dengan orang yang terlibat dalam pekerjaan termasuk dalam depersonalisasi. Sama halnya dengan tahapan pelaksanaan penelitian, keluhan fisik merupakan gejala/ciri yang menonjol dalam tahapan ini dengan frekuensi sebesar 10. Terdapat gejala/ciri lain yang dialami oleh dosen yaitu tidak fokus dan kurang istirahat termasuk ke dalam kelelahan fisik. Kemudian masalah alokasi waktu, lembur saat bekerja, lebih banyak membaca literatur dan lebih sering berkumpul atau rapat dengan tim penelitian serta rekan kelompok yang tidak bekerja sama dengan baik dianggap menjadi penyebab job burnout.

Keempat, ketika melakukan publikasi ilmiah, terdapat gejala/ciri job burnout yang dialami oleh beberapa dosen seperti perubahan pola makan, sering melakukan kesalahan, kekurangan energi, dan keluhan fisik serta kurang bersemangat dalam bekerja yang merupakan gejala/ciri dari kelelahan fisik kemudian merasa cemas dalam bekerja, mudah putus asa, merasa tersiksa dalam melakukan pekerjan, dan merasa bosan dalam bekerja termasuk dalam kelelahan emosional. Menjaga jarak dengan orang yang terlibat dalam pekerjaan merupakan gejala/ciri dari indikator atau dimensi depersonalisasi. Untuk tahapan ini, gejala/ciri yang menonjol ialah merasa cemas dalam bekerja dengan frekuensi sebesar delapan. Selain itu terdapat gejala/ciri yang dialami oleh dosen seperti tegang dan kurang istirahat yang termasuk ke dalam kelelahan fisik. Kemudian gejala/ciri marah diidentifikasi ke dalam kelelahan emosional. Masalah alokasi waktu, lembur saat bekerja, lebih banyak membaca literatur dianggap menjadi penyebab job burnout yang dialami oleh dosen dalam melakukan publikasi ilmiah.

Kelima, pada bagian beban administrasi, beberapa dosen mengalami gejala/ciri seperti kekurangan energi, keluhan fisik, perubahan pola makan, kurang bersemangat dalam bekerja, dan sering melakukan kesalahan merupakan gejala/ciri dari kelelahan fisik. Merasa cemas dalam bekerja, merasa tersiksa dalam melakukan pekerjaan, dan merasa bosan dalam bekerja

(23)

23

serta mudah putus asa ialah gejala/ciri kelelahan emosional yang dialami oleh dosen. Mudah curiga pada orang lain, bersikap masa bodoh, bersikap sinis terhadap orang lain merupakan gejala dari kelelahan mental. Gejala depersonalisasi yang memiliki gejala/ciri yaitu acuh tak acuh dan menjaga jarak dengan orang yang terlibat dalam pekerjaan juga dialami oleh dosen.

Sama halnya dengan tahapan pengusulan proposal, gejala/ciri yang menonjol ialah merasa tersiksa dalam melakukan pekerjaan dengan frekuensi sebesar sembilan. Terdapat gejala lain yang dirasakan dosen pada bagian beban administrasi yaitu tegang dan susah tidur termasuk ke dalam kelelahan fisik. Dari hasil penelitian yang didapatkan, dosen juga mengungkapkan bahwa pelaporan beban administrasi yang dirasa rumit, lembur saat bekerja, lebih sering berkumpul atau rapat dengan tim penelitian dan berusaha lebih teliti dianggap menjadi penyebab job burnout. Untuk rincian penyebab job burnout yang dikemukakan informan dapat dilihat pada tabel 4.9 (dalam lampiran). Jumlah informan yang memilih pada tabel 4.4 tidak dapat dibandingkan dengan tabel 4.9 karena terdapat informan yang mengemukakan penyebab pada persoalan penelitian pertama dan pada persoalan penelitian kedua sehingga jumlah keduanya tidak sama atau terdapat informan yang tidak menjawab pada tahapan tertentu sehingga tidak diidentifikasi. Pada tabel 4.9, penulis hanya menampilkan jawaban dari informan yang menulis mengenai penyebab dalam tahapan tertentu.

Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa semua gejala/ciri job burnout yang dipilih dalam penelitian ini dialami oleh informan pada bagian beban administrasi atau semua kolom beban administrasi terisi penuh seperti yang terlihat pada tabel 4.8. Terdapat lima gejala/ciri yang muncul pada semua tahapan yaitu kekurangan energi, keluhan fisik, perubahan pola makan, kurang bersemangat dalam bekerja, dan merasa cemas dalam bekerja.

Ada tiga gejala/ciri yang berada pada satu tahapan saja yaitu mudah curiga pada orang lain, bersikap masa bodoh dan bersikap sinis terhadap orang lain dimana gejala/ciri tersebut hanya terdapat pada bagian beban administrasi.

Selain gejala/ciri yang ditampilkan pada tabel 4.8 dan 4.9, terdapat informan yang tidak memilih gejala/ciri tersebut namun menuliskan hal lain yang dirasakan atau dialami saat melakukan penelitian dan publikasi dengan dana eksternal sebagaimana pada tabel 4.10 menunjukkan berbagai penyebab job burnout yang dikemukakan oleh informan. Penyebab tersebut mencakup pada masalah alokasi waktu dan kerumitan dalam pelaporan administrasi.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa job burnout saat melakukan penelitian dan publikasi tidak hanya dilihat melalui gejala/ciri saja namun perlu mencari tahu penyebab yang terjadi. Hal tersebut dikarenakan penyebab job burnout dan gejala/ciri job burnout memiliki keterkaitan satu sama lain. Ketika seseorang mengalami job burnout maka langkah

(24)

24

yang sebaiknya dilakukan ialah mencari penyebabnya agar dapat diatasi sedangkan gejala/ciri ialah untuk mengetahui job burnout macam apa yang dialami oleh seseorang. Kedua hal tersebut sangat membantu dalam mengidentifikasi job burnout dan memberikan penanganan bagi seseorang yang mengalami job burnout karena telah mengetahui penyebabnya serta sebagai pertimbangan dalam memutuskan beberapa hal yang menyangkut penelitian dan publikasi. Untuk lebih jelasnya, terdapat bagan 4.1 tentang keterkaitan job burnout dengan penyebab dan gejala/ciri.

Dari beberapa penjelasan tentang indikator maupun dimensi job burnout, terdapat alasan lain yang diungkapan informan dimana masalah alokasi waktu serta lembur saat bekerja berhubungan dengan beban pekerjaan. Ketika beban pekerjaan berlebihan, dosen akan mengalami masalah alokasi waktu sebagaimana ketersediaan waktu tidak seimbang dengan jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan. Hal itu dapat mempengaruhi kinerja dosen dan juga mengakibatkan job burnout, pernyataan tersebut sama dengan hasil penelitian yang didapatkan oleh Fajriani dan Septiari (2015) bahwa kelebihan beban kerja akan menyebabkan individu menjadi burnout dan pada akhirnya menurunkan kinerja.

Bagan 4.1 Keterkaitan Job Burnout dengan Penyebab dan gejala/ciri

Pada bab II dipaparkan beberapa kemungkinan besar penyebab job burnout yang dialami oleh dosen saat melakukan penelitian dan publikasi berdasarkan pada masing-masing tahapan. Untuk tahapan pengusulan proposal, penyebab yang cenderung terjadi ialah tuntutan untuk membuat proposal yang baik dengan tujuan yang jelas dapat mengakibatkan kelelahan secara fisik maupun emosional sedangkan pada penelitian ini, satu informan mengungkapkan penyebab seperti lembur saat bekerja dan lebih sering membaca literatur. Pada penelitian ini pula, tahapan pengusulan proposal mendapatkan total frekuensi paling sedikit dibanding tahapan lainnya atau dapat dikatakan tahapan ini tidak menjadi penyebab job burnout yang paling utama saat melakukan penelitian dan publikasi.

Di pelaksanaan penelitian, dijelaskan beberapa penyebab yang kemungkinan besar dapat menimbulkan job burnout yaitu ketika dosen melakukan penelitian dengan metode yang sudah ditentukan, misalnya menggunakan teknik wawancara maka dosen harus bertemu

JOB BURNOUT (DIMENSI ATAU

INDIKATOR)

GEJALA/CIRI PENYEBAB

(25)

25

dengan narasumber agar mendapatkan informasi yang dibutuhkan pada penelitian tersebut dimana untuk melakukan pertemuan, narasumber dan dosen harus membuat janji dan meluangkan waktu satu sama lain kemudian menentukan lokasi yang tepat untuk melakukan wawancara. Narasumber yang ditemui kemungkinan tidak hanya satu dan berada di lokasi yang berbeda-beda. Dengan begitu, dosen dapat mengalami job burnout seperti kelelahan fisik sedangkan pada penelitian ini penyebab yang terjadi ialah adanya masalah alokasi waktu yang diungkapkan oleh dua informan.

Untuk penulisan laporan, ada tiga hal yang menjadi alasan atau penyebab terjadinya job burnout pada dosen yaitu pertama saat menulis laporan penelitian maka laporan harus lengkap dan objektif. Kedua, laporan harus jelas. Ketiga, laporan harus langsung mengenai sasaran. Dengan demikian, untuk membuat suatu laporan perlu ketelitian dan keahlian agar laporan tersebut dapat dimengerti orang lain dan memiliki tujuan yang jelas. Karena adanya tuntutan tersebut maka dosen harus mampu melaksanakannya sampai mendapat hasil yang diharapkan. Namun dalam penelitian ini, terdapat masing-masing satu informan yang mengungkapkan penyebab job burnout seperti lebih banyak membaca literatur dan rekan dalam kelompok tidak bekerja sama dengan baik saat penulisan laporan.

Dosen memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah sesuai dengan laporan penelitian yang telah dibuat. Namun, terdapat ketentuan atau kriteria yang harus dimiliki sehingga tidak sembarang dalam melakukan publikasi. Dosen cenderung berhati-hati dan teliti agar tidak tersangkut pada plagiarisme. Dalam penelitian ini, terdapat dua informan mengalami hal yang hampir sama yaitu terdapat kesulitan atau permasalahan pada bagian publikasi dan lebih banyak membaca literatur.

Dalam bagian beban administrasi, dosen diwajibkan menyusun segala beban administrasi selama penelitian dan publikasi dimana memiliki persyaratan atau ketentuan yang harus dipenuhi. Sama halnya dalam penelitian ini, sebanyak enam informan mengungkapkan bahwa pelaporan administrasi dianggap rumit dan menyulitkan informan.

(26)

26

Indikator atau dimensi Job Burnout (kelelahan kerja) yang sering muncul (modus) pada dosen (kelompok) yang melakukan penelitian dan publikasi dengan dana eksternal

Tabel 4.10 Indikator Job Burnout yang sering muncul (modus) saat melakukan penelitian dan publikasi

No. Indikator atau dimensi Job Burnout

Tahapan Penelitian dan Publikasi Pengusulan

proposal

Pelaksanaan penelitian

Penulisan laporan

Publikasi ilmiah

Beban administrasi 1. Kelelahan

fisik 28 38 27 21 28

Gejala/ciri baru dalam indikator kelelahan fisik

2 3 4 2 2

2. Kelelahan

emosional 5 9 15 23 21

Gejala/ciri baru dalam indikator kelelahan emosional

0 0 0 1 1

3. Kelelahan

mental 0 0 0 0 12

4. Depersonalisasi 0 1 1 2 5

Total 35 51 47 49 69

Sumber: Data primer, Mei – Juli 2018

Pada tabel 4.10, penulis membuat tabel yang berisi indikator atau dimensi job burnout yang digunakan dalam penelitian beserta seberapa banyak frekuensi yang ada pada setiap indikator atau dimensi. Gejala/ciri yang sudah dipaparkan pada tabel 4.8 dan 4.9 dimasukkan dan dijumlahkan ke dalam masing-masing indikator dan dimensi sehingga memudahkan dalam mengidentifikasi job burnout yang dialami oleh dosen. Kemudian terdapat kolom yang berisi seberapa banyak frekuensi untuk gejala/ciri baru yang muncul dalam penelitian ini.

Pertama, kelelahan fisik merupakan indikator atau dimensi dari gejala/ciri berikut yaitu kekurangan energi, keluhan fisik, perubahan pola makan, kurang bersemangat dalam bekerja, dan sering melakukan kesalahan. Kedua, kelelahan emosional merupakan indikator atau dimensi dari gejala/ciri seperti merasa cemas dalam bekerja, merasa bosan dalam bekerja, mudah putus asa, dan merasa tersiksa dalam melakukan pekerjaan. Ketiga, bersikap sinis terhadap orang lain, mudah curiga pada orang lain, dan bersikap masa bodoh adalah

(27)

27

gejala/ciri dari indikator atau dimensi kelelahan mental. Keempat, depersonalisasi merupakan indikator atau dimensi dari gejala/ciri seperti menjaga jarak dengan orang terlibat dalam pekerjaan dan acuh tak acuh.

Secara keseluruhan, indikator atau dimensi job burnout (kelelahan kerja) yang sering muncul pada dosen (kelompok) dalam penelitian dan publikasi dengan dana eksternal ialah kelelahan fisik. Masing-masing tahapan yang ada menunjukkan adanya kelelahan fisik yang dialami oleh dosen. Namun, kelelahan fisik yang paling sering muncul berada pada tahapan pelaksanaan penelitian dengan frekuensi sebesar 38 sedangkan kelelahan emosional paling sering muncul pada tahapan publikasi ilmiah dengan frekuensi sebesar 23. Kelelahan mental menjadi satu-satunya indikator yang sering muncul diantara lima tahapan yaitu pada bagian beban administrasi dengan frekuensi sebesar 12. Indikator atau dimensi depersonalisasi juga sering muncul pada bagian beban administrasi dengan frekuensi sebanyak lima. Jika dilihat pada kolom tahapan penelitian maka bagian beban administrasi memiliki total frekuensi terbanyak sebesar 69 dibandingkan dengan tahapan lainnya. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa sebagian besar informan mengalami job burnout pada bagian beban administrasi dan indikator atau dimensi job burnout dengan frekuensi paling banyak dipilih oleh informan ialah kelelahan fisik.

Lain halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maharani dan Triyoga (2012) yaitu mengungkapkan bahwa domain burnout yang paling menonjol ialah kelelahan emosional dimana mengarah pada perasaan lelah dalam segi psikologis maupun fisik.

Perbedaan hasil tersebut dapat disebabkan oleh jenis pekerjaan yang dimiliki yaitu dosen yang melakukan penelitian dan publikasi hanya pada waktu tertentu atau telah ditetapkan sedangkan perawat yang memiliki intensitas waktu kerja yang hampir setiap hari tergantung pada giliran kerjanya sekaligus kuantitas perawat yang lebih sering bertemu dengan orang- orang dibanding dosen saat melakukan penelitian dan publikasi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan kuesioner terbuka yang dilaksanakan di Universitas Kristen Satya Wacana tentang Identifikasi Job Burnout pada Dosen (kelompok) yang melakukan Penelitian dan Publikasi dengan Dana Eksternal dapat diambil kesimpulan yaitu sebagai berikut:

(28)

28

1. Sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti, Identifikasi Job Burnout Pada Dosen (Kelompok) Yang Melakukan Penelitian Dan Publikasi Dengan Dana Eksternal adalah menyatakan bahwa tingkat job burnout yang dialami dosen ialah sebesar 3.64 dimana hampir mendekati cukup tinggi dan dapat berpotensi mengalami job burnout yang sangat tinggi. Dari kesimpulan tersebut, terdapat beberapa penjelasan yang berkaitan dengan persoalan penelitian pertama yaitu sebagai berikut:

 Terdapat alasan dari dosen ketika memilih tingkat job burnout yang dikemukakan sebagai penyebab job burnout dan paling banyak dipilih yaitu masalah alokasi waktu dan pelaporan administrasi yang rumit. Dari hasil penelitian yang didapat, dosen terkendala waktu dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan laporan serta publikasi ilmiah.

 Sebagian besar dosen menjadikan penelitian dan publikasi sebagai kewajiban saja untuk memenuhi tugas yang diberikan sehingga masih banyak dosen yang tidak begitu menyenangi dan menikmati penelitian dan publikasi dilihat dari jumlah penelitian dan publikasi yang dilakukan sepanjang tahun 2016- 2017.

 Sebagian besar dosen yang melakukan penelitian dan publikasi secara berkelompok lebih menyenangi melakukan penelitian dan publikasi dengan rekan kerja yang memiliki latar belakang yang sama. Dengan begitu, dosen dapat memperdalam ilmu dan pengetahuan yang telah didapatkan sebelumnya.

 Informan yang berada pada kelompok yang sama dan berasal pada rumpun ilmu yang sama, sebagian besar tidak mengalami job burnout yang disebabkan oleh rekan kerja. Walaupun demikian, terdapat dua informan yaitu ketua yang mengalami job burnout karena hubungan dengan anggota yang tidak terjalin dengan baik saat melakukan penelitian dan publikasi.

2. Untuk menjawab kesimpulan pada persoalan penelitian kedua maka terdapat beberapa bagian yang dipaparkan sebagai berikut:

 Pada tahapan pengusulan proposal, indikator atau dimensi job burnout yang muncul ialah kelelahan fisik dan kelelahan emosional. Pada tahapan pelaksanaan penelitian, penulisan laporan dan publikasi ilmiah, indikator atau dimensi job burnout yang dialami oleh informan ialah kelelahan fisik,

Referensi

Dokumen terkait

Pada tanaman kelapa sawit muda, jumlah bunga jantan lebih sedikit dibandingkan dengan bunga betina, tetapi perbandingan tersebut akan berubah sesuai dengan

Kasus bila ternyata alamat hasil fungsi hash tidak berisikan kunci yang sama (artinya terjadi collision saat penyisipan), berarti kita harus mencari alamat record

Dari beberapa definisi di atas, maka definisi Work From Home atau bekerja dari rumah dalam tugas akhir ini adalah sama dengan definisi dari Mungkasa, (2020)

Buka program Surfer8, kemudian Post Map dengan menginput data pada lampiran 2 berupa nilai resistivitas sebenarnya dan kedalaman (langkah ini hanya titik ves

Setelah dilakukan analisis data penelitian variabel UTAUT yang mempengaruhi minat mahasiswa melakukan akses ke dalam sistem informasi Akper Alkautsar dan variabel

INVESTMENTS (MAURITIUS) LIMITED, qualitate qua (q.q.) Saudara ROBERT BUDI HARTONO dan Saudara BAMBANG HARTONO, selaku pemegang saham mayoritas BCA pada saat ini, untuk

Hasil: Uji hipotesis I dan II menggunakan paired sample t-test diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05), yang berarti kedua kelompok perlakuan memiliki pengaruh

Melakukan revisi kedua terhadap produk (sesuai dengan data yang sudah dianalisis dari hasil uji coba kelompok kecil). Data wawancara, obeservasi dan kuesioner