• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERANAN KEPEMIMPINAN DENGAN KEDISIPLINAN KERJA STAF PUSKESMAS NAMU NUKUR KECAMATAN SEI BINGAI TAHUN 2017 SKRIPSI OLEH :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN PERANAN KEPEMIMPINAN DENGAN KEDISIPLINAN KERJA STAF PUSKESMAS NAMU NUKUR KECAMATAN SEI BINGAI TAHUN 2017 SKRIPSI OLEH :"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH :

CHAIRUNNYSA NIM. 111000262

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

(2)

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

CHAIRUNNYSA NIM. 111000262

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

(3)

PERANAN KEPEMIMPINAN DENGAN KEDISIPLINAN KERJA STAF PUSKESMAS NAMU NUKUR KECAMATAN SEI BINGAI TAHUN 2017”

beserta isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Januari 2018 Yang Membuat Pernyataan

(Chairunnysa)

(4)

HUBUNGAN PERANAN KEPEMIMPINAN DENGAN KEDISIPLINAN KERJA STAF PUSKESMAS NAMU NUKUR KECAMATAN

SEI BINGAI TAHUN 2017

Yang disiapkan dan dipertahankan oleh :

CHAIRUNNYSA NIM. 111000262

Disahkan oleh :

Komisi Pembimbing Skripsi

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Zulfendri, M.Kes dr.Fauzi,SKM

NIP. 19641004 199103 1 005 NIP. 140052649

Medan, Januari 2018 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si

(5)

sesuai kedudukannya sebagai seorang pemimpin. Seseorang yang menduduki jabatan pemimpin dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat penting, tidak hanya secara internal bagi organisasi yang bersangkutan, akan tetapi juga dalam menghadapi berbagai pihak luar organisasi yang kesemuanya dimaksudkan untuk mengingatkan kemampuan organisasi mencapai tujuannya.

Peranan kepemimpinan antara lain : pengambilan keputusan, perencanaan, pengawasan dan kepemimpinan. Rendahnya kedisiplinan staf di puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai dikarenakan pemimpin yang sering datang terlambat, tidak tegas dalam pengambilan keputusan, staf yang salah masih ada yang tidak tegur karena masih ada hubungan saudara, masih kurangnya pengawasan serta masih kurang perduli terhadap bawahannya.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara peranan kepemimpinan kepala puskesmas dengan kedisplinan kerja staf puskesmas terhadap kegiatan kepemimpinan yang dilakukan kepala puskesmas pada puskesmas Namu Ukur, Kecamatan Sei Bingai.

Jenis penelitian survey tipe explanatory research (penelitian penjelasan), populasi adalah 41 staf puskesmas yang dijadikan sampel.Data dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis menggunakan uji statisik Chi-Square dengan signifikan P value <0,05.

Hasil penelitian dari 30 responden dengan kategori kepemimpinan baik sebanyak 13 responden (31,7%) yang kedisiplinan kerjanya baik dan 17 responden (41,5%) yang kedisiplinan kerjanya buruk. Sedangkan dari 11 responden dengan kategori kepemimpinan buruk sebanyak 1 responden (2,4%) yang kedisiplinan kerjanya baik dan 10 responden (24,4%) yang kedisiplinan kerjanya buruk. sehingga secara statistik dapat diartikan bahwa ada hubungan secara signifikan antara variabel kepemimpinan dengan kedisiplinan dengan nilai ρ<0,05.

Disarankan kepada puskesmas Namu Ukur untuk lebih meningkatkan kedisiplinan staf terutama pada ketepatan waktu masuk kantor dengan cara lebih rutin memberi teguran secara langsung kepada staf yang tidak tepat waktu masuk kantor maupun tidak tepat waktu pulang kantor.

Kata Kunci : Peranan Kepemimpinan, Kedisiplinan Kerja

(6)

The role of leadership is the behavior undertaken by a person according to his position as a leader. A person who occupies the position of leader in an organization plays a very important role, not only internally for the organization concerned, but also in the face of various parties outside the organization which all intended to remind the ability of the organization to achieve its goals.

Leadership roles include: decision making, planning, supervision and leadership.

The low discipline of staff at the Namu Ukur Sub-district of Sei Bingai Sub-district due to the leader who often arrives late, is not firm in decision making, the wrong staff are still there who do not scold because there are still relation of brother, still lack of supervision and still less care to subordinate.

The purpose of this study was to determine the relationship between the leadership role of puskesmas head and the discipline of puskesmas staff work on the leadership activities performed by the head of puskesmas at Namu Ukur health center, Sei Bingai subdistrict.

The type of survey research is explanatory research, population is 41 puskesmas staff sampled. Data collected through questionnaires and analyzed using Chi-Square static test with significant P value <0,05.

Result of research from 30 respondents with good leadership category as many as 13 respondents (31,7%) with good work discipline and 17 respondent (41,5%) with bad work discipline. While from 11 respondents with bad leadership category as much as 1 respondent (2,4%) with good work discipline and 10 respondents (24,4%) with bad work discipline. so statistically it can be interpreted that there is a significant relationship between leadership variables with discipline with a value of ρ <0.05.

It is recommended to Namu Ukur Community Health Center to further improve staff discipline, especially on the accuracy of time to enter the office by routinely giving direct reprimands to staff who are not in time to enter the office or not on time home office.

Keywords : Role of Leadership, Work Discipline

(7)

telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Hubungan Peranan Kepemimpinan dengan Kedisiplinan Kerja Staf Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai Tahun 2017”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyusunan skripsi mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, dukungan, nasehat serta pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. dr. Fauzi SKM selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran, dukungan, nasehat dan pengarahan serta telah banyak

(8)

waktunya untuk memberikan masukan serta saran-saran kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

6. dr. Rusmalawaty, M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini, serta sebagai Dosen Pembimbing Akademik selama penulis menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

7. Seluruh Dosen Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, seluruh Dosen dan Staf FKM USU yang telah memberikan ilmu, bimbingan serta dukungan moral kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di FKM USU.

8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat dan seluruh Staf yang telah banyak membantu penulis selama masa penelitian.

9. Kepala Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat dr. Rawi Chandra dan seluruh rekan-rekan Staf Puskesmas yang telah banyak membantu penulis selama masa penelitian.

10. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta Ayahanda Alm. Gumawan dan Ibunda Mbabasa Br. Sitepu, S.Pd., yang senantiasa memberikan doa, dukungan, nasihat, dan kasih sayang kepada penulis selama menjalani pendidikan hingga menyelesaikan skripsi ini.

(9)

12. Untuk sahabat dan teman terbaikku Aisyah, Intan, Dwi, Ruslaini, Wenny, Ismi, Raffi, Meri dan Radiatun terima kasih atas doa dan dukungannya yang senantiasa membantu selama proses penyelesaian skripsi ini.

13. Seluruh teman- teman di Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas segala bantuan dan semangat yang diberikan.

14. Pihak-pihak dan sahabat-sahabat yang lainnya yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu, semoga tak mengurangi rasa hormat dan rasa terima kasih saya atas segala semangat, bantuan, dan dukungan yang diberikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna.

Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis butuhkan untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Medan, Januari 2018 Penulis

Chairunnysa

(10)

ABSTRAK ... iii

ABSTRACK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ………... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 6

1.3 Tujuan penelitian... 6

1.4 Manfaat penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 7

2.1 Kepemimpinan... 7

2.1.1 Pengertian Kepemimpinan... 7

2.1.2 Ciri-Ciri Pemimpin yang Efektif dan Efisien... 8

2.1.3 Fungsi Kepemimpinan... 9

2.1.4 Peranan Kepemimpinan... 10

2.1.5 Konsep Peranan Kepemimpinan... 18

2.2 Kedisiplinan Kerja... 20

2.2.1. Pengertian Kedisiplinan Kerja... 20

2.2.2 Indikator - Indikator Kedisiplinan Kerja... 21

2.2.3 Jenis – Jenis Kedisplinan Kerja... 23

2.2.4 Bentuk dan Pelaksanaan Sanksi Kedisiplin Kerja... 26

2.3 Puskesmas... 30

2.3.1 Pengertian Puskesmas... 30

2.3.2 Susunan organisasi Puskesmas... 31

2.3.3. Tujuan dan Tugas Puskesmas... 32

2.3.4 Fungsi Puskesmas... 33

2.4 Kerangka Konsep Penelitian... 34

2.5 Hipotesa Penelitian... 34

BAB III METODE PENELITIAN ……… 35

3.1 Jenis Penelitian... 35

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 35

3.2.1 Lokasi Penelitian... 35

3.2.2 Waktu Penelitian... 35

3.3 Populasi dan Sampel... 35

3.3.1 Populasi ……… 35

3.3.2 Sampel ……….. 35

(11)

3.7 Teknik Analisis Data... 38

3.7.1. Analisis Univariat... 39

3.7.2. Analisis Bivariat... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN ………. 40

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 40

4.1.1 Wilayah Kerja Puskesmas... 40

4.2 Karakteristik Responden... 40

4.3 Perananan Kepemimpinan... 41

4.3.1 Distribusi Proporsi Pengambilan Keputusan di Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai... 41

4.3.2 Distribusi Proporsi Perencanaan di Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai... 42

4.3.3 Distribusi Proporsi Pengawasan di Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai... 42

4.3.4 Distribusi Proporsi Kepemimpinan di Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai... 43

4.3.5 Distribusi Proporsi Kedisiplinan di Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai... 43

4.4 Hubungan Peranan Kepemimpinan dengan Kedisiplinan Kerja di Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai... 44

4.4.1 Hubungan Pengambilan Keputusan dengan Kedisiplinan Kerja di Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai... 44

4.4.2 Hubungan Perencanaan dengan Kedisiplinan Kerja di Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai... 46

4.4.3 Hubungan Pengawasan dengan Kedisiplinan Kerja di Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai ... 47

4.4.4 Hubungan Kepemimpinan dengan Kedisiplinan Kerja di Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai ... 48

BAB V PEMBAHASAN ………. 49

5.1 Hubungan Pengambilan Keputusan dengan Kedisiplinan Kerja di Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai... 49

5.2 Hubungan Perencanaan dengan Kedisiplinan Kerja di Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai... 50

5.3 Hubungan Pengawasan dengan Kedisiplinan Kerja di Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai... 51

5.4 Hubungan Peranan Kepemimpinan dengan Kedisiplinan Kerja di Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai... 52

(12)

LAMPIRAN

(13)

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Pengambilan Keputusan di Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai ………...……….41 Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Perencanaan di Puskesmas Namu Ukur Kecamatan

Sei Bingai ………...………... 42 Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Pengawasan di Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai ………...………43 Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Kepemimpinan di Puskesmas Namu Ukur

Kecamatan Sei Bingai ………...…….43 Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Kedisiplinan Staff di Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai ………...……… 44 Tabel 4.7 Hubungan Pengambilan Keputusan dengan Kedisiplinan Kerja di

Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai ………...………….. 45 Tabel 4.8 Hubungan Perencanaan dengan Kedisiplinan Kerja di Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai ………..………. 46 Tabel 4.9 Hubungan Pengawasan dengan Kedisiplinan Kerja di Puskesmas

Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai ………... 47 Tabel 4.10 Hubungan Kepemimpinan dengan Kedisiplinan Kerja di Puskesmas

Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai ………..…..………... 48

(14)
(15)

Lampiran 2 : Master Data Penelitian ...………... 66 Lampiran 3 : Hasil Output Penelitian ……….…. 68

Lampiran 4 : Hasil Jawaban Kuesioner ……….……... 75 Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Langkat ………... 80 Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian dari Puskesmas Namu Ukur

Kecamatan Sei Bingai ………. 81 Lampiran 7 : Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai ………...….. 81

(16)

Oktober 1993. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Gunawan (Alm.) dengan Ibu Mbabasa Br.Sitepu, S.Pd., yang bertempat tinggal di Jalan Amir Hamzah, Kota Tanjung Balai. Penulis beragama Islam dan bersuku Melayu, dan saat ini berdomisili di Jalan Jamin Ginting Gang Malaysia Pasar VII Padang Bulan, Medan.

Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri 5 Tanjung Balai pada tahun 1999 – 2005, SMP Negeri 10 Tanjung Bali pada tahun 2005 – 2008, dan SMA Negeri 1 Tanjung Balai pada tahun 2008 – 2011. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) pada tahun 2011 – 2018.

(17)

Pembangunan kesehatan 2005-2025 diselenggarakan dengan meningkatkan sumber daya manusia kesehatan. Sumber daya manusia merupakan elemen organisasi yang sangat penting diperhatikan oleh organisasi, karena sumber daya manusia dengan kinerja yang baik diperlukan dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan kegiatan organisasi serta dapat menghasilkan pelayanan kesehatan yang baik terhadap masyarakatnya serta penggerak roda organisasi dalam upaya mewujudkan visi dan misinya (KepmenkesRI No. 857,2009).

Upaya pembangunan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan meliputi : upaya perencanaan, pengadaan,pendayagunaan serta pembinaan dan pengawasan sumber daya manusia kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Kepmenkes No. 857,2009), karenanya harus dipastikan sumber daya manusia ini dikelola dengan sebaik mungkin agar mampu memberi kontribusi secara optimal. Oleh karena itu diperlukan sebuah pengelolaan secara sistematis dan terencana agar tujuan yang diinginkan dimasa sekarang dan masa depan bisa tercapai.

Peran seorang pemimpin adalah penggerak sumber daya manusia dalam mencapai tujuan suatu organisasi. Suatu organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif, yang mempunyai kemampuan mempengaruhi prilaku anggotanya.

Seorang pemimpin suatu organisasi akan diakui sebagai seorang pemimpin

(18)

apabila ia dapat mempunyai pengaruh dan mampu mengarahkan bawahannya kearah pencapaian tujuan organisasi (Sutrisno,2009)

Sumber daya manusia yang berkualitas adalah manusia yang mempunyai keterampilan, kemampuan, dan etos kerja yang tinggi. Setiap lembaga atau instansi memerlukan staf yang memiliki kepribadian tinggi dan memiliki kemampuan serta kecakapan dalam mengambil keputusan.Penerapkan disiplin bertujuanagar kedisiplinan dapat ditingkatkan oleh para staf dilembaga atau instansi tersebut memiliki produktivitas yang tinggi. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peran sumber daya manusia tidakmungkin dipisahkan daritujuan perusahaan atau intansi, baik pemerintah maupun swasta.

Menurut Siagian (2009) Peranan kepemimpinan adalah perilaku yang dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang pemimpin.

Seseorang yang menduduki jabatan pemimpin dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat penting, tidak hanya secara internal bagi organisasi yang bersangkutan, akan tetapi juga dalam menghadapi berbagai pihak luar organisasi yang kesemuanya dimaksudkan untuk mengingatkan kemampuan organisasi mencapai tujuannya. Peranan kepemimpinan antara lan : pengambilan keputusan, perencanaan, pengawasan dan kepemimpinan.

Kedisiplinan merupakan fungsi manajemen sumber daya manusia yang terpenting dan kunci terwujudnya karena suatu disiplin yang baik sulit terwujud tujuan yang maksimal. Dalam meningkatan mutu dan keterampilan staf serta memupuk kegairahan kerja staf maka pimpinan harus dapat ditingkatkan.

(19)

Keteladanan seorang pemimpin sangat berperan dalam meningkatkan kedisiplinan karena pemimpin dijadikan panutan oleh bawahannya.

Kedisiplinan adalah fungsi operatif keenam dari manajemen sumber daya manusia, Kedisiplinan merupakan fungsi operatif manajemen sumber daya manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin staf, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin staf yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal( Handoko, 2001).

Penggerak sumber daya manusia dalam mencapai tujuan suatu organisasi tidak luput dari peran serta pemimpin. Keberadaan kepemimpinan menjadi lebih penting untuk mengembangkan visi dan misi organisasi masa depan. Organisasi yang berhasil dalam mencapai tujuan serta mampu memenuhi tanggung jawab sosialnya akan sangat tergantung pada pemimpin, bila pemimpin mampu melaksanakan dengan baik, sangat mungkin organisasi tersebut akan mencapai sasarannya. Suatu organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif, yang mempunyai kemampuan mempengaruhi perilaku anggotanya. Seorang pemimpinan atau kepala suatu organisasi akan diakui sebagai seorng pemimpin apabila ia dapat mempunyai pengaruh dan mampu mengarahkan bawahannya kearah pencapain tujuan organisasi. (Sutrisno,2009).

Di antara semua masalah yang tersebut di atas, bidang manajemen memegang peranan penting dalam peranan kepemimpinan. Tanpa adanya pengetahuan SDM dalam hal manajemen terutama kemampuan teknis dan kemampuan konseptual, aparat puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah tingkat II akan sulit mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu tercapainya

(20)

derajat kesehatan yang optimal. Kemudian masih dijumpainya pelaksanaan program kesehatan yang direncanakan umumnya masih menggunakan kepentingan politik dan sekelompok tertentu. Masyarakat modern sekarang ini sangat membutuhkan kepemimpinan yang baik, yang mampu menuntun organisasi sesuai dengan asas- asas manajemen modern, sekaligus bersedia memberikan kesejahteran dan kebahagian kepadabawahan dan masyarakat luas.

Karena itu keberhasilan seorang pemimpin selain dapat dinilai dari produktivitas dan prestasinya, juga harus dinilai dari kebaikannya, dan tidak boleh melakukan penghisapan atau eksploitasi oleh manusia terhadap manusia. (Kartono,2010).

Pemimpin dalam suatu organisasi memegang peranan yang utama dalam menjalankan organisasi penyelenggaraan kesehatan agar tercapai tujuan pembangunan kesehatan yang optimal dan berkesinambungan. Maksudnya adalah kepemimpinan merupakan masalah sentral dalam kepengurusan organisasi.

Tuntunan pada masa kini, mengharuskan organisasi dan orang yang terlibat di dalamnya bekerja dengan integritas yang tinggi. Begitu pula dengan organisasi pelayan dan orang yang terlibat di dalamnya bekerja dengan integritas yang tinggi. Begitu pula dengan organisasi pelayanan kesehatan yakni puskesmas.

Puskesmas sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat dan memililki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu Puskesmas dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu yang memuaskan bagi pasiennya sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakatnya. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan

(21)

puskesmas antara lain dilakukan dengan meningkatkan kedisiplinan kerja staf puskesmas.

Puskesmas Namu Ukur terletak di Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat merupakan salah satu puskesmas rawat inap. Puskesmas Namu Ukur memililki 41 tenaga kesehatan. Berdasarkan hasil survei pendahuluan terdapat adanya permasalahan kedisplinan staf seperti keterlambatan datangnya staf tenaga kesehatan, kurangnya keikutsertaan staf tenaga kesehatan dalam mengikuti apel pagi,yang menurunnya tingkat kehadiran staf tenaga kesehatan karena itu banyak masyarakat yang mengeluhkan pengobatan yang tidak bisa dilakukan di pagi hari sebab belum datangnya staf tenaga kesehatan puskesmas dan masih banyak staf tenaga kesehatan yang tidak menjalankan tugasnya secara maksimal dan tepat waktu karena masih banyak staf tenaga kesehatan yang datang hanya untuk membahas hal yang diluar pekerjaan sehingga banyak tugas staf tenaga kesehatan yang terabaikan. Rendahnya kedisiplinan staf kemugkinan dikarenakan pemimpin yang sering datang terlambat, tidak tegas dalam pengambilan keputusan, staf yang salah masih ada yang tidak tegur karena masih ada hubungan saudara, masih kurangnya pengawasan serta masih kurang perduli terhadap bawahannya.

Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ferdian (2003) tentang hubungan peranan kepemimpinan terhadap peningkatan disiplin kerja karyawan PT. Indah Jaya terdapat adanya pengaruh kepemimpinan dengan disiplin kerja.

Dari hasil penelitian Purba (2011) tentang peranan kepemimpinan dalam meningkatkan disiplin kerja staf dan karyawan pada Fakultas Ekonomi

(22)

Universitas Sumatera Utara terdapat adanya pengaruh peranan kepemimpinan dengan disiplin kerja.

Dari latar belakang diatas penulis berminat dan tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan peranan kepemimpinan dengan disiplin kerja staf di Puskesmas Namu Ukur, Kecamatan Sei Bingai.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan penelitian sebagai berikut: Bagaimana hubungan peranan kepemimpinan dengan kedisplinan kerja staf puskesmaspada puskesmas Namu Ukur, Kecamatan Sei Bingai.

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan antara peranan kepemimpinan kepala puskesmas dengan kedisplinan kerja staf puskesmas terhadap kegiatan kepemimpinan yang dilakukan kepala puskesmas pada puskesmas Namu Ukur, Kecamatan Sei Bingai.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan kepada kepala puskesmas Namu Ukur, Kecamatan Sei Bingai dalam rangka peningkatan peranan kepemimpinan yang menjadi sumber daya manusia untuk dapat meningkatkan disiplin kerja dan produktivitas kinerja para stafnya.

2. Memberikan masukan kepada pihak puskesmas Namu Ukur, Kecamatan Sei Bingai untuk meningkatan mutu pelayanan kesehatan dengan pendekatan peranan kepemimpinan yang efektif.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepemimpinan

2.1.1 Pengertian Kepemimpinan

Dalam perkembangan zaman, kepemimpinan itu secara ilmiah kemudian berkembang, bersamaan dengan pertumbuhan scientific management (manajemen ilmiah), yang dipelopori oleh ilmuan Frederick W.Taylor pada awal abad ke-20 dan kemudian hari berkembang menjadi satu ilmu kepemimpinan (Kartono, 2010).

Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang di dasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok (Kartono,2010). Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat dan kekuatan moral yang kreatif yang mampu mempengaruhi para anggota untuk mengubah sikap, sehingga mereka menjadi paham keinginan pemimpinan.

Kepemimpinan adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan Hasibuan (2010).

Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat dan kekuatan moral yang kreatif yang mampu mempengaruhi para anggota untuk mengubah sikap, sehingga mereka menjadi paham keinginan pemimpin.

(24)

Kepemimpinan mempunyai fungsi penggerak dan koordinator dari sumber daya manusia.

Dari defenisi tersebut di atas dapat diambil implikasi sebagai berikut : 1. Kepemimpinan menyangkut orang lain dalam hal ini bawahan atau

pengikut, tanpa bawahan semua kualitas kepemimpinan menjadi tidak relevan.

2. Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang antara pimpinan dan anggota kelompok. Dalam hal ini, kepemimpinan mempunyai wewenang dalam mengarahkan pekerjaan untuk tercapainya tujuan.

3. Pimpinan harus mampu mengendalikan orang-orang dalam organisasi agar perilaku mereka sesuai dengan perilaku yang diinginkan oleh pimpinan.

Tujuan kepemimpinan adalah pencapaian tujuan, dimana pemimpin berurusan dengan tujuan-tujuan yaitu : (1) tujuan individu, (2) tujuan kelompok, (3) tujuan organisasi. Pemimpin dipandang indvidu menurut kepuasaan indvidu dalam melaksanakan perintahnya dan pemimpin harus dapat mengusahakan keseimbangan antara tujuan organisasi dengan keinginan bawahan/pengikut dari hasil yang menyenangkan agar lebih bergairah untuk bekerja (Soekarso,2015).

2.1.2 Ciri- Ciri Pemimpin yang Efektif dan Efisien

Sifatnya peka terhadap permasalahan lingkungan yang di pimpinannya 1) Mempunyai kepribadian yang terkontrol tidak emosional, inteligensi tinggi.

2) Sifat pemberani, tidak egoistis atau individualistis, bertanggungjawab, komunikatif.

(25)

3) Tidak curiga dan berprasangka buruk pada aspek teknis dar tugasnya

4) Memililki sikap terbuka, idenya luas, rendah hati, tidak sombong, mau mendengar aspirasi bawahannya.

5) Berfungsi sebagai wasit-pemisah, bersikap adil, bijaksana agar setiap individu rela berpartisipasi dalam setiap kegiatan, dalam iklim psikologis yang menyenangkan.

6) Berfungsi sebagai penyalur komunikasi (Kartono,2010) 2.1.3 Fungsi Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan relasi dan pengaruh antara pimpinan dan yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi antara pemimpin dan individu-individu yang dipimpin. Kepemimpinan dapat berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi dan menggerakkan orang lain guna melakukan sesuatu demi pencapaian tujuan tertentu. Dengan begitu pemimpin tersebut ada bila terdapat kelompok atau organisasi. Maka keberadaan pemimpin itu selalu ada ditengah-tengah bawahannya (Kartono,2010).

Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif,maka kepemimpinan tersebut harus dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam buakan diluar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial kelompok atau organisasi nya.

(26)

Menurut Kartono (2010) fungsi kepemimpinan adalah usaha untuk memandu, menuntun, memimpin, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi kerja yang baik dalam memberikan pengawasan yang efisien dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan yang telah ditetapkan.

Fungsi yang berhubungan dengan pemeliharaan kelompok atau sosial mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok atau organisasi berjalan lebih baik atau efektif, persetujuan dengan kelompok lain (Soekarso,2015).

2.1.4 Peranan Kepemimpinan

Peranan kepemimpinan adalah perilaku yang dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang pemimpin. Seseorang yang menduduki jabatan pemimpin dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat penting, tidak hanya secara internal bagi organisasi yang bersangkutan, akan tetapi juga dalam menghadapi berbagai pihak luar organisasi yang kesemuanya dimaksudkan untuk mengingatkan kemampuan organisasi mencapai tujuannya (Siagian, 2009).

Peranan atau fungsi kepemimpinan dikategorikan dalam tiga bentuk, yaitu:

yang bersifat pengambilan keputusan, interpersonal, informasional, kemudian dijabarkan dalam sepuluh kriteria diantaranya yaitu: pengambilan keputusan, pimpinan, perencanaan dan pengawasan (Siagian, 2009).

Di bawah ini akan dikemukakan peranan kepemimpinan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, yaitu :

(27)

1. Peranan pengambilan keputusan

Seseorang yang mendapat kepercayaan untuk menduduki jabatan pemimpin dituntut memiliki dalam hal pengambilan keputusan yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan organisasi.

Ada tiga proses dalam pengambilan keputusan, yaitu:

1. Inteligence activity, yaitu proses penelitian situasi dan kondisi dengan wawasan yang inteligent.

2. Design activity,yaitu proses menemukan masalah, mengembangkan pemahaman dan menganalisis kemungkinan pemecahan masalah serta tindakan lebih lanjut, jadi ada perencanaan pola kegiatan.

3. Choice activity, yaitu memilih salah satu tindakan dari sekian banyak alternatife atau kemungkinan pemecahan masalah (Kartono, 2010).

Menurut Kartono (2010) peranan pimpinan dalam pengambilan keputusan adalah dengan tahapan-tahapan:

1. Diagnosa dan mengidentifikasikan masalah.

2. Mengumpulkan dan menganalisis fakta.

3. Mengembangkan beberapa alternatif pemecahan.

4. Mengevaluasi alternatif.

5. Memilih satu alternatif yang terbaik.

6. Menganalisis meramalkan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin terjadi.

7. Menentukan keputusan terakhir (Kartono, 2010) 2. Perencanaan

(28)

Perencanaan adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif serta efesien agar sesuai dengan kebutuhan puskesmas dalam membantu terwujudnya tujuan.

Perencanaan dilakukan dengan menetapkan program kepegawaian.

(Hasibuan,2010).

a. Ciri-ciri perencanaan

Perencanaan yang baik mempunyai bebrapa ciri yang harus diperhatikan.Ciri-ciri yang dimaksud secara sederhana dapat diurakaikan sebagai berikut :

1) Bagian dari sistem administrasi.

Suatu perencanaan yang baik adalah yang berhasil menempatkan pekerjaan perencanaan sebagai bagian dari sistem administrasi secara keseluruhan.

2) Dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan.

Suatu perencanaan yang baik adalah yang dilakukan secara terus- menerus dan berkesinambungan

3) Berorientasi pada masa depan.

Suatu perencanaan yang baik adalah yang berorientasi pada masa depan.

Artinya, hasil dari pekerjaan perencanaan tersebut, apabila dapat dilaksanakan, akan mendatangkan berbagai kebaikan tidak hanya saat ini, tetapi juga pada masa yang akan datang

4) Mampu menyelesaikan masalah.

Suatu perencanaan yang baik adalah yang mampu menyelesaikan berbagai masalah dan ataupun tantangan yang dihadapi. Penyelesaiaan

(29)

masalah ataupun tantangan yang dimaksudkan di sini tentu harus disesuaikan dengan kemampuan.

5) Mempunyai tujuan

Suatu perencanaan yang baik adalah yang mempunyai tujuan yang dicantumkan secara jelas. Tujuan yang dimaksudkan di sini biasanya dibedakan atas dua macam, yakni tujuan umum yang berisikan uraian secara garis besar, serta tujuan khusus yang berisikan uraian lebih spesifik.

b. Elemen - elemen perencanaan.

Ada empat elemen dasar perecanaan, yaitu 1. Tujuan

Tujuan menetapkan kondisi masa depan yang diharapkan seorang pemimpin untuk dicapai.

2. Tindakan

Tindakan adalah sarana, atau aktivitas-aktivitas khusus, yang direncanakan untuk mencapai tujuan.

3. Sumber daya

Sumber daya terdiri dari: manusia, keuangan, material, metode, pasar, informasi, waktu. Dan sumberdaya merupakan hambatan-hambatan pada rangkaian tindakan.

4. Implementasi

Implementasi melibatkan penugasan dan arahan personel untuk melaksanakan rencana tersebut.

(30)

c. Unsur-unsur perencanaan

1. Misi adalah langkah-langkah yang bisa diambil untuk merangsang adanya pencapain visi utama yang meliputi : latar belakang, cita-cita, tujuan pokok, dan ruang lingkup kegiatan

2 Perumusan masalah digunakan untuk menggambarkan kualitas dan kuantitas masalah yang ditemukan dan gambaran ini dapat diukur

3 Tujuan yaitu tujuan umum tidak ada tolak ukur dan tujuan khusus ada tolak ukur (4W+1H)

4 Kegiatan pokok tambahan yaitu kegiatan pada tahap persiapan, kegiatan pada tahap persiapan dan kegiatan pada tahap penelitian

5 Asumsi adalah perkiraan ataupun kemungkinan yang akan dihadapi jika rencana tersebut dilaksanakan yang meliputi :

 Asumsi positif adalah berbagai faktor penunjang yang akan ditemukan pada waktu pelaksanaan membantu keberhasilan program

 Asumsi negatif adalah berbagai faktor penghambat yang akan ditemukan pada waktu pelaksanaan dapat mengagalkan program

6 Strategi pendekatan

Pendekatan Institusi yaitu pelaksaan program sangat tergantung dengan ada tidaknya dukungan dan lebih banyak digunakan wewenang/kekuasaan peraturan, perundang-undangan dan pendekatan kemasyarakatan itu lebih diutamakan timbulnya motivasi dalam diri masyarakat sendiri

(31)

7. Sasaran yaitu kepada siapa program kesehatan tersebut diperuntukan yang meliputi : Sasaran langsung, sasaran utama yang ingin dituju dan Sasaran tambahan yang ingin dituju

8. Waktu dipengaruhi oleh faktor : sumber daya, besarnya masalah, rumusan tujuan dan strategi pendekatan.

9. Organisasi dan tenaga pelaksana meliputi struktur organisasi yang sesuai dan hak , kewajiban mensertakan tugas masing-masing personalia

10. Biaya

Beberapa patokan untuk memperkirakan besarnya biaya : Jumlah sasaran, jumlah dan jenis kegiatan, jumlah dan jenis personalia, waktu pelaksanaan program dan jumlah dan jenis sasaran/ peralatan yang diperlukan

3. Pengawasan

Pengawasan ialah proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. (Siagian 2009).

Menurut Sulaiman (2011) pengawasan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan- penyimpangan,serta mengambil tindakan koreksi yang di perlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya organisasi dipergunakan dengan cara yang paling efesien dan efektif dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.

(32)

Pengawasan sebagai salah satu kegiatan untuk memperoleh kepastian apakah pelaksanaan pekerjaan/kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana semula.

Kegiatan pengawasan pada dasarnya membandingkan kondisi yang ada dengan yang seharusnya terjadi.

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan pengawasan yang baik yaitu:

1. Objek pengawasan

Yang dimaksud dengan objek pengawasan di sini ialah hal-hal yang harus diawasi dari pelaksanaan suatu rencana kerja. Dan objek pengawasan tersebut banyak macamnya, yaitu:

1) Objek yang menyangkut kualitas dan kuantitas barang atau jasa. Artinya pengawasan model ini menitik beratkan pandangannya pada barang atau jasa yang dihasilkan oleh program dan bersifat fisik misalnya: cakupan imunisasi, jumlah dan jenis vaksin yang tersedia baik kualitas maupun kuantitas vaksinnya, kualitas pelayanan (komunikasi pada saat pemberian pelayanan).

2) Objek keuangan misalnya tentang penggunaan dan pemasukan keuangan.

Pengawasan terhadap keuangan orgaisasi memerlukan keterampilan khusus. Pengawasan keuangan disebut internal audit. Objeknya adalah kas harian, neraca laporan keuangan, pemanfaatan dana sesuai dengan alokasi, Peraturan Daerah (Perda) tentang penggunaan anggaran

3) Pelaksanaan program di lapangan sesuai dengan RKO (Rencana Kerja Operasional) yang dibuat oleh tiap-tiap staf. Dan pengawasan pelaksanaan

(33)

dapat ditinjau dari segi waktu, proses, ruang dan tempat serta standar yang dipakai.

4) Hal-hal yang bersifat khusus. Pengawasan dapat dilakukan terhadap hal- hal khusus yang ditetapkan sendiri oleh administrator.

5) Objek yang bersifat strategis. Pengawasan terhadap penerapan instruksi Dirjen Binkesmas.

6) Pelaksanaan kerja sama dengan sektor lain di tingkat Kabupaten/ Kota atau Kecamatan (Muninjaya, 2004).

2. Metode pengawasan

Yang dimaksud dengan metode pengawasan di sini ialah teknik/cara melakukan pengawasan terhadap objek pengawasan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 2004).

3. Proses pengawasan

Yang dimaksud dengan proses di sini ialah langkah-langkah yang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga pengawasan tersebut dapat dilakukan (Muninjaya, 2004).

4. Manfaat pengawasan

Jika pengawasan dapat dilakukan dengan cermat akan diperoleh beberapa manfaat. Manfaat yang dimaksud antara lain:

1) Tujuan yang ditetapkan dapat diharapkan pencapaiannya dan selanjutnya pencapaian tersebut adalah dalam kualitas dan kuantitas tertinggi yang direncanakan.

(34)

2) Pembiayaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut tidak melebihi apa yang telah ditetapkan, dan bahkan mungkin dapat ditekan, sehingga efisiensi dapat lebih ditingkatkan.

3) Pengawasan yang baik, akan dapat memacu karyawan berprestasi dan berkreasi sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya

4) Dapat mengetahui sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan oleh staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumber dayanya (staf, sarana, dana dsb) sudah digunakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, fungsi pengawasan dan pengendalian bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi kegiatan program.

5) Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.

6) Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan, atau diberikan pelatihan lanjutan (Muninjaya, 2004).

2.1.5 Konsep Peranan Kepemimpinan

Peranan berasal dari kata peran. Peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu.

Sedangkan didalam kamus besar bahasa Indonesia peran ialah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (Sastrohadiwiryo, 2003).

Sedangkan makna peran yang dijelaskan dalam Status, Kedudukan dan Peran dalam masyarakat, dapat dijelaskan melalui beberapa cara yaitu pertama penjelasan historis. Menurut penjelasan historis, peran berarti karakter yang

(35)

dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah penampilan dengan peran tertentu.kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya tersebut.

Ada beberapa dimensi peranan ini, Horoepoetri,(2003) mengemukakan beberapa dimensi peran yaitu sebagai berikut :

1. Peran sebagai suatu kebijakan. Penganut paham ini berpendapat bahwa peran merupakan suatu kebijaksanaan yang tepat dan baik dilaksanakan.

2. Peran sebagai strategi. Penganut paham ini mendalilkan bahwa peran merupakan strategi untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat. pendapat ini didasarkan pada suatu paham bahwa keputusan dan kepedulian masyarakat pada tiap tingkatan keputusan didokumentasikan dengan baik, maka keputusan tersebut memiliki kredibilitas.

3. Peran sebagai alat komunikasi. Peran didayagunakan sebagai instrument atau alat untuk mendapatkan masukan berupa informasi dalam proses

4. Peran dalam pengambilan keputusan. Persepsi ini dilandaskan oleh suatu pemikiran bahwa pemerintah dirancang untuk melayani masyarakat, sehingga pandangan dan referensi dari masyarakat tersebut adalah masukan yang bernilai, guna mewujudkan keputusan yang responsif dan responsibel

5. Peran sebagai alat penyelesaian sengketa. Peran didayagunakan sebagai suatu cara untuk mengurangi dan meredam konflik melalui usaha pencapaian konsesus dari pendapat yang ada. Asumsi yang melandasi persepsi ini adalah

(36)

bertukar pikiran dan pandangan dapat meningkatkan pengertian dan toleransi serta mengurangi rasa ketidakpercayaan.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan dapat berperan dengan baik, antara lain:

1. Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan pengangkatan atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang bersangkutan

2. Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang

3. Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi 4. Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui

pertumbuhan dan perkembangan

5. Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap anggota mau menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk mencapai tujuan organisasi.

2.2 Kedisplinan Kerja

2.2.1 Pengertian Kedisiplinan Kerja

Kedisiplinan adalah fungsi organisasi yang terpenting dan menjadi tolak ukur untuk mengukuratau mengetahui apakah fungsi-fungsi organisasi lainnya secara keseluruhan telah dilaksanakan dengan baik atau tidak. Kedisiplinan staf yang baik, mencerminkan bahwa fungsi-fungsi organisasi lainnya telah dilaksanakan sesuai dengan rencanannya. Sebaliknya jika kedisiplinan staf yang baik,berarti penerapan fungsi-fungsi organisasi kurang baik.

(37)

Kedisiplinan Kerja adalah sikap kesediaan dan kerelaan seorang staf untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya. Displin kerja staf yang baik akan mempercepat tujuan puskesmas, sedangkan disiplin yang merosot akan menjadi penghalang dan memperlambat pencapaian tujuan puskesmas.Disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri staf terhadap peraturan dan keterapan di puskesmas. Dengan demikian bila peraturan atau ketetapan yang ada dalam puskesmas di abaikan, atau sering dilanggar, maka staf mempunyai displin yang buruk. Sebaliknya jika staf tunduk pada ketetapan puskesmas, menggambarkan adanya kondisi disiplin yang baik.

Dalam arti yang lebih sempit dan lebih banyak dipakai, displin berarti tindakan yang diambil dengan penyeliaan untuk mengoreksi perilaku dan sikap yang salah pada sementara staf (Siagian,2009).

2.2.2 Indikator - Indikator Kedisiplinan Kerja

Menurut Hasibuan (2010) ada beberapa indikator yang dapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi diantaranya : 1. Tujuan dan Kemampuan

Tujuan dan Kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisplinan staf.

Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan staf. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada masyarakat harus sesuai dengan kemampuan staf bersangkutan, agar dia sungguh-sungguh dan displin dalam mengerjakannya.

(38)

2. Teladan Pimpinan

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.

Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplinan baik, jujur, adil, serta sesuai kata danperbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang baik (kurang disiplin), para bawahan pun akan kurang disiplin.

3. Balas Jasa

Balas Jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan staf karena balas jasa akan memberikan kepuasaan dan kecintaan staf terhadap pekerjaannya. Jika kecintaan staf semakin baik terhadap pekerjannya, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula.

4. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisplinan staf, karena ego dan sifat manusia yang slalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Dengan keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula. Jadi, keadilan harus diterapkan dengan baik pada setiap puskesmas supaya kedisplinan staf puskesmas yang baik.

5. Waskat

Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisplinan staf puskesmas.waskat efektif merangsang kedisplinan staf. Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja dan prestasi kerja bawahaannya.

(39)

6. Ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisplinan staf puskesmas.pimpinan harus berani dan tegas,bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang indispliner sesuai dengan sanksi hukum yang telah ditetpkan.ketegasan pimpinan menegur dan menghukum setiap karyawan yang indispliner akan mewujudkan kedisplinan yang baik pada perusahaan tersebut.

7. Sanksi hukuman

Sanksi berperan penting dalam memilihara kedisplinan staf. Dengan sanksi hukuman yang berat, staf akan semakin takut melanggar peraturan- peraturan puskesmas, sikap, perilaku, indisipliner staf akan berkurang.

8. Ketepatan waktu

Ketepatan waktu yaitu Para staf datang ke puskesmas tepat waktu, tertib dan teratur, dengan begitu dapat dikatakan disiplin kerja yang baik.

9. Ketaatan

Ketaatan terhadap aturan puskesmas yaitu Staf memakai seragam puskesmas, menggunakan kartu tanda pengenal/identitas, membuat izin bila tidak masuk puskesmas, juga merupakan cerminan dari disiplin yang tinggi.

2.2.3 Jenis – Jenis Kedisplinan Kerja

Pemimpin perusahaan harus mampu mengenal dan mempelajari perilaku dan sifat karyawannya. Hal ini dapat membantu pemimpin dalam memilih jenis motivasi kerja mana yang sesuai dengan karyawannya. Selain itu, perilaku dan

(40)

sifat karyawan juga berpengaruh terhadap pemilihan jenis kedisiplinan mana yang dapat diterapkan kepada karyawan.

Terdapat beberapa tipe kegiatan kedisiplinan menurut Handoko (2007), antara lain:

1. Disiplin Preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah.

2. Disiplin Korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran- pelanggaran lebih lanjut.

3. Disiplin Progresif adalah memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terulang.

Sasaran pokok dari disiplin preventif adalah untuk mendorong disiplin diri diantara para karyawan. Dengan cara ini para karyawan dapat menjaga disiplin diri mereka bukan semata-mata karena dipaksa manajemen. Manajemen harus mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan suatu iklim disiplin preventif dimana berbagai standar diketahui dan dipahami. Bila para karyawan tidak mengetahui standar-standar apa yang harus dicapai, mereka cenderung menjadi salah arah. Disamping itu, manajemen hendaknya menetapkan standar-standar secara positif dan bukan secara negatif. Para staf biasanya perlu mengetahui alasan-alasan yang melatarbelakangi suatu standar agar mereka dapat memahami dan menjalankannya. Sedangkan para disiplin korektif kegiatannya biasanya dapat diaplikasikan dalam suatu bentuk hukuman atau disebut juga sebagai tindakan

(41)

pendisiplinan. Tindakan pendisiplinan ini dapat berupa peringatan maupun skorsing.

Adapun sasaran tindakan pendisiplinan dapat dibagi menjadi tiga menurut Handoko (2007), antara lain sebagai berikut :

1. Untuk memperbaiki pelanggar

2. Untuk menghalangi para staf yang lain melakukan kegiatan-kegiatan yang serupa.

3. Untuk menjaga berbagai standar kelompok tetap konsisten dan efektif..

Sasaran-sasaran tindakan pendisiplinan hendaknya bersifat positif, bersifat mendidik dan mengoreksi. Sasaran tindakan pendisiplinan bukan merupakan tindakan negatif yang dapat menjatuhkan staf yang berbuat salah. Maksud pendisiplinan itu sendiri adalah bentuk memperbaiki kegiatan di waktu yang akan datang bukannya malah menghukum kegiatan di masa lalu. Pendekatan negatif dalam menerapkan disiplin kerja staf yang bersifat menghukum biasanya mempunyai berbagai pengaruh sampingan yang merugikan, seperti hubungan emosional terganggu, absensi staf meningkat, apati atau kelesuan, dan juga ketakutan yang dapat menggangu kinerja staf.

Disiplin progresif dijalankan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada staf untuk mengambil tindakan korektif sebelum hukuman yang lebih serius diberikan. Disiplin progresif memungkinkan manajemen untuk membantu staf memperbaiki kesalahannya. Tindakan pendisiplinan dapat diberikan berurutan misalnya : teguran lisan oleh pimpinan, setelah itu teguran tertulis, dengan catatan dalam file personalia, skorsing dari pekerjaan dalam

(42)

jangka waktu tertentu, penurunan jabatan, dan yang terakhir pemecatan. Bentuk tindakan pendisiplinan terakhir yang dapat diambil oleh manajemen perusahaan adalah pemecatan. Tindakan ini sering dikatakan sebagai kegagalan manajemen sumber daya manusia, tetapi pandangan tersebut tidaklah realistik. Tidak ada manajer maupun staf yang sempurna, sehingga hampir pasti ada saja berbagai masalah yang tidak dapat dipecahkan.

Urutan tindakan pendisiplinan tersebut di atas disusun berdasarkan atas dasar tingkat berat atau kerasnya hukuman. Untuk pelanggaran-pelanggaran serius tertentu, dapat dikecualikan dari disiplin progresif, dan staf tersebut dapat langsung dipecat, tanpa harus lagi melalui susunan tindakan pendisiplinan yang ditetapkan perusahaan.

2.2.4 Bentuk dan Pelaksanaan Sanksi Kedisiplinan Kerja

Disiplin yang baik adalah disiplin diri. Kecenderungan orang normal adalah melakukan apa yang menjadi kewajibannya dan menempati aturan permainan. Suatu waktu orang mengerti apa yang dibutuhkan dari mereka, dimana mereka diharapkan untuk selalu melakukan tugasnya secara efektif dan efisien dengan senang hati. Kini banyak orang mengetahui bahwa kemungkinan yang terdapat di balik disiplin adalah meningkatkan diri dari kemalasan.

Pengenaan sanksi kepada para pelanggar disiplin tergantung pada tingkat pelanggar yang telah dilakukan. Pelanggar disiplin berupa sering terlambat tentu lebih ringan sanksinya daripada sanksi yang dikenakan kepada staf yang sering mangkir tidak masuk kerja. Sanksi bagi karyawan yang tidak mau bekerja tentu

(43)

lebih berat daripada sanksi bagi pelanggar disiplin yang tidak mau memakai pakaian seragam dengan rapi dan sebagainya.

Dengan demikian, penerapan sanksi itu sebaiknya diatur dengan menampung usulan atau masukan yang berasal dari para karyawan sendiri.

Sehingga bila mereka diikutsertakan dalam menyusun sanksi itu sedikit banyak akan dapat mengurangi ketidakdisiplinan itu sendiri. Sanksi yang paling tepat dan biasa diterapkan adalah sanksi berupa pengurangan hak-hak imbalan karyawan itu sendiri, seperti pengurangan gaji, penurunan gaji, dan sebagainya sehingga bagi mereka benar-benar akan terasa pengaruh sanksi itu bagi dirinya atas pelanggaran yang dilakukannya.

Menurut Sutrisno (2009) dengan adanya bentuk disiplin kerja yang baik akan tergambar pada suasana :

1) Tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap pencapaian tujuan

2) Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para karyawan dalam melakukan pekerjaan.

3) Besarnya rasa tanggungjawab para karyawan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

4) Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi di kalangan karyawan.

5) Peningkatnya efisiensi dan produktivitas para staf.

Menurut Sastrohadiwiryo (2003), maksud dan sasaran dari disiplin kerja adalah terpenuhinya beberapa tujuan seperti :

(44)

1. Tujuan umum disiplin kerja adalah demi kelangsungan perusahaan sesuai dengan motif perusahaan yang bersangkutan, baik hari ini maupun hari esok.

2. Tujuan khusus disiplin kerja

Agar para tenaga kerja menepati segala peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan maupun peraturan dan kebijakan perusahaan yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen.

Dapat melaksanakan pelaksanaan sebaik-baiknya serta mampu memberikan servis yang maksimum kepada pihak tertentu yang berkepentingan dengan perusahaan sesuai dengan bidang pekerjaan yang diberikan kepadanya. Dapat mengunakan dan memelihara sarana dan prasarana dengan sebaik-baiknya, dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku pada perusahaan. Tenaga kerja mampu memperoleh tingkat produktivitas yang tinggi sesuai dengan harapan perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Menurut Sastrohadiwiryo (2003) bahwa sanksi disiplin kerja terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Sanksi Disiplin Berat misalnya:

a) Demosi jabatan yang setingkat lebih rendah dari jabatan/pekerjaan yang diberikan sebelumnya.

b) Pembebasan dari jabataan/pekerjaan untuk dijadikan sebagai tenaga kerja biasa bagi yang memegang jabatan.

(45)

c) Pemutusan hubungan kerja dengan hormat atas permintaan sendiri oleh tenaga kerja yang bersangkutan.

d) Pemutusan hubungan kerja tidak dengan hormat sebagai tenaga kerja di puskesmas

2. Sanksi Disiplin Sedang misalnya:

a) Penundaan pemberian kompensasi yang sebelumnya telah dirancangkan sebagaimana tenaga kerja lainnya.

b) Penurunan upah sebesar satu kali upah yang biasanya diberikan, harian, mingguan atau bulanan.

c) Penundaan program promosi bagi tenaga kerja yang bersangkutan pada jabatan yang lebih tinggi.

3. Sanksi Disiplin Ringan misalnya:Teguran lisan kepada tenaga kerja yang bersangkutan, Teguran tertulis dan Pernyataan tidak puas secara tertulis.

Menurut Sastrohadiwiryo , 2003 bahwa pelaksanaan sanksi terhadap pelanggar disiplin dengan memberikan yaitu :

1. Pemberian Peringatan

Staf yang melanggar disiplin kerja perlu diberikan surat peringatan agar karyawan yang bersangkutan menyadari pelanggaran yang telah dilakukannya.

2. Pemberian Sanksi Harus Segera

Staf yang melanggar disiplin kerja harus segera diberikan sanksi sesuai dengan peraturan perusahaan yang berlaku. Kelalaian sanksi akan memperlemah disiplin yang ada.

(46)

3. Pemberian Sanksi Harus Konsisten

Pemeberian sanksi kepada karyawan tidak disiplin harus konsisten agar pegawai sadar dan menghargai peraturan-peraturan yang berlaku di perusahaan. Setiap orang yang melakukan pelanggaran yang sama akan dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku.

4. Pemberian Sanksi Harus Impersonal

Pemberian sanksi pelanggar disiplin harus tidak membeda - bedakan karyawan, tua-muda,pria-wanita tetap diberlakukan sama sesuai denganperaturan yang berlaku.

2.3 Puskesmas

2.3.1 Pengertian Puskesmas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014, Puskesmas sebagai salah satu jenis pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki peranan dalam sistem kesehatan nasional,khususnya sistem upaya kesehatan. Bahwa penyelenggaraan puskesmas ditata ulang untuk meningkatkan aksebilitas,keterjangkauan dan kualitas pelayanan dalam rangka meningkatkan derajat masyarakat serta mensukseskan program jaminan sosial nasional.

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerja.

(47)

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan dipuskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang :

a) memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran,kemauan dan kemampuan hidup sehat

b) mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu c) hidup dalam lingkungan sehat,dan

d) memiliki derajat kesehatan yang optimal,baik individu,keluarga,kelompok dan masyarakat.

2.3.2. Susunan Organisasi Puskesmas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014, Organisasi puskesmas disusun oleh dinas kesehatan kabupaten/kota berdasarkan kategori,upaya kesehatan dan beban kerja puskesmas.

Organisasi puskesmas meliputi :

a) Kepala Puskesmas bertanggung jawab atas seluruh kegiatan dipuskesmas b) Kepala Sub Bagian Tata Usaha, membawahi beberapa kegiatan diantaranya

sistem informasi puskesmas dan kepegawaian

c) Penanggung jawab UKM dan keperawatan kesehatan masyarakat yang membawahi:

1. Pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS 2. Pelayanan kesehatan lingkungan

3. Pelayanan KIA-KB 4. Pelayanan gizi

5. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit

(48)

d) Penanggung jawab UKP, kefarmasian dan laboratorium, yang membawahi beberapa kegiatan yaitu :

1. Pelayanan pemeriksaan umum 2. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut 3. Pelayanan KIA/KB

4. Pelayanan gawat darurat 5. Pelayanan gizi

6. Pelayanan persalinan 7. Pelayanan kefarmasian 8. Pelayanan laboratorium

e) Penanggung jawab jaringan pelayanan puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan yang membawahi : Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling dan Bidan desa.

2.3.3 Tujuan dan Tugas Puskesmas

1. Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang :

a) Memiliki prilaku sehat yang meliputi kesadaran,kemauan dan kemampuan hidup sehat

b) Mampu menjangkau pelayan kesehatan bermutu c) Hidup dalam lingkungan yang sehat,dan

d) Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.(PMK RI,2014).

(49)

2. Tugas Puskesmas

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.(PMK RI,2014)

Prinsip penyelenggaraan puskesmas

Prinsip penyelenggaraan puskesmas meliputi:

a. Paradigma sehat

b. Pertanggung jawaban wilayah c. Kemandirian masyarakat d. Pemerataan

e. Teknologi tepat guna

f. Keterpaduan dan kesinambungan(PMK RI,2014) 2.3.4 Fungsi puskesmas

Adapun fungsi puskesmas terdiri dari:

a) Melaksanakan perencanaan berdasaran analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan

b) melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

c) melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan

d) menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikanmasalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait

(50)

e) melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat

f) melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusiaPuskesmas g) memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan

h) melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan dan

i) memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit

2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel bebas Variabel Terikat

Peranan Kepemimpinan Kedisiplinan Kerja 1. Tanggung jawab 2. Ketepatan waktu 3. Ketaatan

4. Keadilan 1. Pengambilan keputusan

2. Perencanaan 3. Pengawasan 4. Kepemimpinan

Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian

(51)

2.5. Hipotesa penelitian

Berdasarkan kerangka konsep penelitian, maka hipotesis penelitian ini adalah adanya hubungan peranan kepemimpinan dengan kedisplinan kerja staf di puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai tahun 2017.

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah survey tipe explanatory research (penelitian penjelasan), yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan peranan kepemimpinan dengan kedisiplinan kerja staf di Puskesmas NamuUkur, Kecamatan Sei Bingai.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai

3.2.2 WaktuPenelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari tahun 2017 s/d Januari 2018 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staf Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai yang berjumlah 41 orang

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti. Sampel diambil berdasarkan teknik sampling. Dimana sampling ini digunakan apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh staf Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai yang berjumlah 41 orang.

(53)

3.4 Metode Pengambilan Data

1. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan tenaga Puskesmas Namu Ukur Kecamatan Sei Bingai yang berpedoman pada kuesioner

2. Data sekunder diperoleh dengan cara mengadakan pencatatan data laporan dari staf puskesmas

3.5 Definisi Operasional

Untuk memudahkan penelitian serta memperoleh pandangan yang sama, maka definisi operasional variabel penelitian adalah :

3.5.1 Variabel Bebas

Peranan Kepemimpinan adalah suatu fungsi kegiatan dalam rangka mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuanorganisasi yang dapat diukur dari pengambilan keputusan, perencanaan, pengawasan, kepemimpinan. Dengan definisi sebagai berikut:

1. Pengambilan keputusan adalah kegiatan pimpinan untuk mengambil berbagai keputusan atau kebijakan berupa peraturan untuk menjadi pedoman bagi bawahannya untuk melaksanakan tugas dan fungsinya

2. Perencanaan adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif serta efesien agar sesuai dengan kebutuhan puskesmas dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan program kepegawaian. 3. Pengawasan adalah proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan

organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

(54)

4. Kepemimpinan adalah kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok

3.5.2 Variabel Terikat

Kedisplinan Kerja adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya. Displin staf yang baik akan mempercepat tujuan puskesmas, sedangkan displin yang merosot akan menjadi penghalang dan memperlambat pencapaian tujuan puskesmas. Yang dapat di ukur dari tanggung jawab, ketepatan waktu, ketaatan, keadilan, sebagai berikut :

1. Tanggung jawab adalah perasaan peduli didalam diri individu terhadap tuntutan tugas dan fungsinya selaku petugas

2. Ketepatan waktu adalah yaitu Para staf datang kepuskesmas tepat waktu, tertib dan teratur, dengan begitu dapat dikatakan disiplin kerja yang baik.

3. Ketaatan adalah aturan terhadap puskesmas yaitu Staf memakai seragam puskesmas, menggunakan kartu tanda pengenal/identitas, membuat izin bila tidak masuk puskesmas, juga merupakan cerminan dari disiplin yang tinggi.

4. Keadilan adalah suatu hal yang tidak berat sebelah atau tidak memihak serta tidak sewenang-wenang. Dengan keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula. Jadi, keadilan harus diterapkan dengan baik pada setiap puskesmas supaya kedispilinan staf puskesmas yang baik.

Referensi

Dokumen terkait

13.4 In case of Application Document is submitted by mail/courier, the sealed envelope is inserted into the outer envelope bearing the name of the procurement package and

jawaban responden untuk variabel karakteristik individu, pernyataan atau pertanyaan yang mempunyai nilai tertinggi adalah mengenai saya mempunyai stamina yang cukup baik

Catatan tersebut kemudian dibukukan dan diserahkan kepada kita (QS. Allah SWT melakukan pengawasan melalui diri kita sendiri. Ketika kelak nanti meninggal maka anggota

The paper deals with the use of mixed Eulerian - Lagrangian displacement in geometrically nonlinear analysis of structural system, in which displacement and deformation are

Namun religiusitas dalam perspektif Islam jauh lebih jauh kompleks, tidak cukup dengan amal dhahir tapi juga harus dapat mengetahui, memahami ajaran islam dan memaknai

Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Adriansyah (2011), yang menyatakan terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa yang telah dan belum menempuh mata kuliah

ACTION KONVEN SIONAL Perguruan Tinggi harus mengumpulka n HARDCOPY dan HANYA SOFTCOPY IDENTITAS PENELITI Reviewer dan Tim Ditlitabmas harus berkumpul untuk melakukan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP BAKAL CALON ANGGOTA DPR RI.. I Nonror Urut Panai