• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TARIF PELAYANAN KAPAL PADA PELABUHAN PAREPARE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN TARIF PELAYANAN KAPAL PADA PELABUHAN PAREPARE"

Copied!
190
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN TARIF PELAYANAN KAPAL PADA PELABUHAN PAREPARE

THE STUDY OF SHIP SERVICE TARIFF IN PAREPARE PORT

RAHMAWATI DJUNUDA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

(2)

PADA PELABUHAN PAREPARE

Tesis

Sebagai Salah satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi Teknik Perkapalan

Disusun dan diajukan oleh

RAHMAWATI DJUNUDA

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

(3)
(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Rahmawati Djunuda

Nomor Mahasiswa : P3100215001 Program Studi : Teknik Perkapalan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan Tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 25 November 2017 Yang Menyatakan

Rahmawati Djunuda

(5)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan selesainya Tesis ini.

Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka penyusunan Tesis ini. Dengan bantuan beberapa pihak, maka Tesis ini bisa terselesaikan. Dalam kesempatan ini, penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Syamsul Asri, M.T sebagai Ketua Komisi Penasehat dan Dr. Andi Sitti Chaerunnisa M, S.T, M.T sebagai Anggota Komisi Penasehat atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan mulai dari awal sampai dengan selesainya Tesis ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak PT Pelindo IV (Persero) Cabang Parepare yang telah banyak memberikan bantuan data yang diperlukan dalam penyelesaian Tesis ini.

Terima kasih kepada teman-teman Pasca Unhas jurusan pekapalan angkatan 2015 atas kekompakannnya selama ini dan terkhusus saya sampaikan terima kasih kepada orang tua dan saudara-saudara saya yang tiada hentinya membantu dan mensupport saya.

Makassar, 25 November 2017 Rahmawati Djunuda

(6)
(7)
(8)

DAFTAR ISI

halaman HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGAJUAN ii

HALAMAN PERSETUJUAN iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN iv

PRAKATA v

ABSTRAK BAHASA INDONESIA vi

ABSTRAK BAHASA INGGRIS vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN xvii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 8

C. Tujuan Penelitian 8

D. Manfaat Penelitian 9

E. Batasan Masalah 10

F. Sistematika Penulisan 10

(9)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12

A. Pelabuhan 12

B. Tarif Jasa Pelabuhan 15

C. Pelayanan Kapal 28

D. Biaya Kapal 28

E. Perhitungan Biaya Kapal 28

F. Formulasi dan Tata Cara Perhitungan Tarif 38

G. Metode Required Freight Rate 42

H. Metode Ability To Pay dan Willingness To Pay 43

I. Dimenai kualitas Jasa 51

J. Kerangka Konseptual 53

K. Defenis Operasional 55

BAB III METODE PENELITIAN 59

A. Rancangan Penelitian 59

B. Waktu dan Lokasi Penelitian 60

C. Populasi dan Sampel Penelitian 60

D. Pengumpulan Data 60

E. Analisis Data 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 66

A. Gambaran Umum Pelabuhan Parepare 66 B. Fasilitas Eksisting Pelabuhan Parepare 68 C. Sistem dan Prosedur Pelayanan Kapal 71

(10)

D. Perhitungan Frekuensi Layanan Kapal di Pelabuhan 76 E. Perhitungan Biaya Operasional Kapal 82 F. Perhitungan Tarif Pelayanan Kapal 94 G. Analisa Tingkat Tarif Yang Dibutuhkan (RFR) 103

H. Analisis ATP dan WTP 104

BAB V PENUTUP 136

A. Kesimpulan 136

B. Saran 138

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

nomor halaman

1. Perbandingan tarif pelayanan kapal yang berlaku saat ini dengan tarif sebelumnya (Sumber, PT Pelindo IV

Cabang Parepare 6

2. Satuan Waktu Dan Tatanan Pelayanan Jasa Kapal 18 3. Kondisi fasilitas pelabuhan Parepare 69 4. Waktu Pelayanan Kapal di Pelabuhan Parepare 76 5. Kapasitas Pelayanan Pandu, Tunda dan Tambat 78 6. Tonase pelayanan pandu, tunda dan tambat 80 7. Nama dan Ukuran Kapal yang masuk ke Pelabuhan Parepare81 8. Biaya Investasi Kapal Pandu dan Kapal Tunda 82 9. Biaya Crew Kapal Pandu BANDAR MADANI 83

10. Biaya ABK TB. HECTOR 178 83

11. Biaya Pegawai Pelayanan Tambat dan Pelayanan Air 84

12. Biaya Depresiasi dan Asuransi 85

13. Biaya Asuransi kecelakaan Kerja 85

14. Biaya pakaian dinas 86

15. Biaya Insentif 87

16. Biaya bahan bakar dan minyak pelumas 88

17. Biaya air tawar 89

18. Biaya Staff Adm Operasi untuk Pelayanan Kapal 90

19. Biaya pemeliharaan kapal 91

(12)

20. Biaya Pendidikan dan Latihan 91

21. Biaya Perjalanan Dinas 92

22. Biaya sumbangan dana Pensiun 92

23. Biaya pengelolaan kantor 93

24. Total biaya operasional pelayanan Pandu 93 25. Total Biaya Operasional Pelayanan Tunda 94 26. Total Biaya Operasional Pelayanan Tambat 94 27. Total Biaya Operasional Pelayanan Air Kapal 94

28. Tarif Pelayan Pandu 96

29. Tarif Pelayan Tunda 98

30. Tarif Pelayan Tambat 100

31. Perbandingan antara tarif pelayanan kapal yang berlaku

sekarang dengan tarif RFR 102

32. Perhitungan Nilai ATP Pelayanan Pandu 107 33. Perhitungan Nilai ATP tarif variabel Pelayanan Tunda 109 34. Perhitungan nilai ATP tarif Tetap Pelayanan tunda 109 35. Perhitungan Nilai ATP Pelayanan Tambat 111 36. Perhitungan Nilai ATP Pelayanan Air 113 37. Perhitungan Nilai WTP Tarif Variabel Pelayanan Pandu 115 38. Perhitungan Nilai WTP Tarif Tetap Pelayanan Pandu 116 39. Perhitungan Nilai WTP Tarif Variabel Pelayanan Tunda 117 40. Perhitungan Nilai WTP Tarif Tetap Pelayanan Tunda 119 41. Perhitungan Nilai WTP Pelayanan Tambat 120 42. Perhitungan Nilai WTP Pelayanan Air 122

(13)

43. Perbandingan antara nilai ATP, WTP, RFR dan

tarif yang berlaku sekarang 130

44. Perbandingan antara nilai ATP, WTP dan tarif yang

berlaku sekarang 133

(14)

DAFTAR GAMBAR

nomor halaman

1. Alur pelayaran Kapal 15

2. Faktor-Faktor ATP 45

3. Faktor-Faktor WTP 48

4. Kurva ATP dan WTP 49

5. Kondisi ATP Lebih Rendah dari Tarif Berlaku 51

6. Kerangka Konseptual 55

7. Kerangka Alur Penelitian 65

8. Lokasi Pelabuhan Yang Berada Di Kota Parepare 67 9. Peta Lokasi Parepare di Propinsi Sulawesi Selatan 68 10. Lay Out Eksisting Pelabuhan Nusantara 2016 70 11. Lay Out Eksisting Pelabuhan Cappa Ujung 2015 70 12. Sistem dan Prosedur Pelayanan Kapal Masuk 73 13. Sistem dan Prosedur Pelayanan Kapal Keluar 74 14. Proes pelayanan kapal di pelabuhan Parepare 75

15. Grafik tarif pelayanan pandu 97

16. Grafik tarif pelayanan tunda 99

17. Grafik tarif pelayanan tambat 100

18. Diagram Analisis Tingkat Pelayanan Kapal 103 19. Diagram distribusi pendapatan kapal responden 106 20. Diagram ATP responden untuk pelayanan pandu 108

(15)

21. Diagram ATP responden untuk pelayanan tunda 110 22. Diagram ATP responden untuk tarif pelayanan tambat 112 23. Diagram ATP responden untuk pelayanan air 114 24. Diagram tarif pelayanan pandu yang diharapkan 117 25. Tarif variabel pelayanan tunda yang diharapkan responden 118 26. Diagram tarif pelayanan tunda yang diharapkan 120 27. Diagram tarif pelayanan tambat yang diharapkan 121 28. Tarif pelayanan air yang diharapkan responden 122 29. Diagram prioritas pelayanan harapan responden 123 30. Diagram persentase responden yang mau membayar

lebih untuk peningkatan pelayanan kapal 124 31. Diagram biaya yang ditambahkan untuk peningkatan

Pelayanan 125

32. Diagram WTP pelayanan pandu 126

33. Diagram WTP pelayanan tunda 127

34. Diagram WTP pelayanan tambat 128

35. Diagram WTP pelayanan air 129

36. Grafik perbandingan nilai ATP, WTP, RFR dan tarif

yang berlaku sekarang 131

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

nomor halaman

1. Tarif Pelayanan Kapal 141

2. Perhitungan Frekuensi Pelayanan Dan Tonase Kapal 142 3. Perhitungan Frekuensi Pelayanan Kapal (Yang Bisa Dilayani) 143 4. Perhitungan Biaya-Biaya Operasional Kapal 145 5. Gaji Pegawai Tambat, Gaji Pegawai Air Kapal 146

6. Biaya Depresiasi dan Biaya Asuransi 147

7. Biaya Operasonal Pemanduan 149

8. Perhitungan Biaya Operasi Mesin TB. HECTOR 178 150

9. BBM Pelayanan Air 152

10. Biaya Air Tawar Kapal Tunda 152

11. Biaya RMS 153

12. Biaya Operasional Pelayanan Pandu 154

13. Biaya Operasioanl Kapal Tunda 155

14. Biaya Operasional pelayanan Tambat 156

15. Biaya Operasional pelayanan Air 157

16. Perhitungan Tarif Pelayanan Kapal 158

17. Perhitungan RFR 161

18. ATP Variabel Pelayanan Tunda, ATP Tetap Pelayanan Tunda 163

(17)

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang/Singkatan Arti dan Keterangan

T Tarif;

Cu Cost per unit;

Ls Level of service

SLA Service Level Agreement

SLG Service Level Guarantee

GRT Gross Registered Ton

BOL Biaya Operasi Langsung

BOTL Biaya Operasi Tidak Langsung

BPO Biaya Penunjang Operasi

BPKP Biaya Pengelolaan Kantor Pusat

ATP Ability To Pay

WTP Willingness To Pay

It Total pendapatan keluarga per bulan

(Rp/Kel/Bulan)

Pp Persentase pendapatan untuk transportasi per bulan dari total Pendapatan keluarga

P Persentase untuk angkutan dari Pendapatan transportasi keluarga per bulan

(18)

Tt Total panjang perjalanan keluarga per bulan per trip

ATPresp ATP responden berdasarkan jenis

pekerjaan (Rp/Resp/Trip)

Irs Pendapatan responden per bulan

(Rp/bulan)

Pp Persentase pendapatan untuk

transportasi per bulan dari Pendapatan responden

Pt Persentase untuk angkutan dari pendapatan untuk transportasi

Trs Total panjang perjalanan per bulan per trip (Trip/Resp/bulan)

MWTP Rata-rata WTP

n Ukuran sampel

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut UU No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran pasal 1, pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang digunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang dan bongkar muat barang, berupa terminal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.

Pelabuhan mempunyai peran penting dan strategis untuk pertumbuhan industri dan perdagangan serta dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan nasional. Hal ini membawa konsekuensi terhadap pengelolaan segmen usaha pelabuhan agar pengoperasiannya dapat dilakukan secara efektif, efisien dan profesional sehingga pelayanan pelabuhan menjadi lancar, aman, dan cepat dengan biaya yang terjangkau (Simarmata, 2015).

PP Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan membagi jenjang pelabuhan menjadi tiga tingkatan yaitu pelabuhan utama,

(20)

pelabuhan pengumpul dan pelabuhan pengumpan. Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan KP 725 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 414 Tahun 2013 Tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional bahwa pelabuhan Parepare merupakan pelabuhan pengumpul hingga tahun 2030.

Pelabuhan Parepare terletak di kota Parepare Propinsi Sulawesi Selatan, berjarak sekitar 170 Km sebelah Utara kota Makassar. Merupakan pelabuhan alam yang terbagi atas 3 lokasi pelabuhan, yaitu: pelabuhan Nusantara berfungsi sebagai pelabuhan penumpang, Cappa Ujung berfungsi sebagai pelabuhan barang/petikemas dan Lontange sebagai pelabuhan rakyat ditambah pelabuhan Khusus Pertamina. Pelabuhan ini sangat ramai karena menjadi pelabuhan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tujuan Tawau, Malaysia. Beberapa perusahaan pelayaran memiliki akses langsung ke Nunukan-Tawau, Malaysia.

Fasilitis pokok pelabuhan terdiri dari alur pelayaran sebagai jalan kapal sehingga dapat memasuki daerah pelabuhan dengan aman dan lancar, kolam pelabuhan berupa perairan untuk bersandarnya kapal-kapal yang berada di pelabuhan serta dermaga merupakan sarana dimana kapal-kapal bersandar untuk memuat dan menurunkan barang atau untuk mengangkut dan menurunkan penumpang. Sedangkan fasilitas penunjang diantaranya lapangan penumpukan untuk petikemas, terminal dan jalan untuk memperlancar perpindahan kendaraan di pelabuhan.

(21)

Pelayanan jasa pelabuhan Parepare antara lain pelayanan jasa kapal, barang, dan penumpang. Untuk pelayan jasa kapal terdiri atas jasa labuh, jasa pandu, jasa tunda, jasa tambat dan jasa air. Pelayanan jasa barang teridiri atas jasa dermaga. Pelayanan jasa penumpang yaitu pelayanan terminal.

Fasilitas pelayanan jasa kapal yang dimiliki pelabuhan Parepare saat ini yaitu satu unit kapal pandu yang berupa Speed Boat, dermaga tempat kapal bersandar dan pengisian air tawar. Sedangkan untuk kapal tunda saat ini belum ada, kapal tunda yang sekarang ini beroperasi adalah kapal milik swasta dan hasilnya dibagi dengan pihak Pelindo.

Pelabuhan Nusantara merupakan pelabuhan penumpang yang berukuran 280 m x 15 m. Pemanfaatan dermaga Nusantara ini sudah ramai, dalam sebulan rata-rata kunjungan kapal sampai 55 call yang terdiri dari 2 kapal Pelni dan 10 kapal swasta yaitu kapal penumpang dan kapal Roro dengan rute pelayaran Parepare-Tarakan, Parepare-Nunukan, Parepare- Samarinda, Parepare-Bontang dan Parepare-Balikpapan.

Fasilitas penunjang di pelabuhan Nusantara saat ini masih sangat minim seperti tangga untuk naik turun penumpang dari/ke kapal serta jembatan untuk memudahkan kendaraan naik dan turun kapal belum tersedia. Contoh, salah satu kapal yang masuk ke pelabuhan Nusantara memuat kendaraan roda dua. Kendaraan roda dua tersebut harus diangkat menggunakan tenaga manusia pada saat akan naik dan turun kapal.

(22)

Pelabuhan Cappa Ujung merupakan pelabuhan yang khusus melayani kapal barang dan kapal petikemas yang terbagi atas dermaga lama yang berukuran 35 m x 15 m dan dermaga baru yang dibangun pada tahun 2015 karena rubuh dengan ukuran 70 m x 20 m. Dimana dermaga baru ini dibuat khusus untuk melayani kapal petikemas. Pemanfaatan jasa pengiriman barang menggunakan petikemas (container) di pelabuhan Cappa Ujung hingga saat ini masih minim. Dalam sebulan rata-rata hanya sampai tiga kali kunjungan kapal. Pengguna jasa pelabuhan khusus petikemas lebih banyak dimanfaatkan oleh perusahaan distributor beraneka ragam barang dan untuk kegiatan bongkar muat hanya mengandalkan peralatan yang dimiliki oleh kapal itu sendiri. Dalam sebulan rata-rata kunjungan General Cargo sampai dengan 12 call.

Fasilitas penunjang aktivitas jasa kontainer di pelabuhan Cappa Ujung masih minim. Mobile crane yang bisa memindahkan container ukuran besar dari kapal ke tempat penimbunan container belum tersedia. Petikemas (container) yang di bongkar dan di muat hanya petikemas yang berukuran 20 feet. Selama ini untuk kegiatan bongkar muat petikemas hanya mengandalkan peralatan (crane) dengan kapasitas 80 Ton dan Forklif dengan kapasitas 32 Ton dan 7 Ton yang dimiliki oleh pihak swasta yaitu PT Mentari Sejati Perkasa. Trailer yang digunakan untuk mengangkut petikemas dari kapal ke lapangan penumpukan (container yard) atau sebaliknya juga milik swasta yaitu PT Sriwijaya. Pihak Pelindo IV Cabang

(23)

Parepare hanya menyediakan dermaga untuk kapal bersandar dan hanya melakukan pengawasan.

Menurut pihak pemilik kapal/Agent bahwa untuk pelayanan jam kerja di pelabuhan Cappa Ujung sering terlambat karena terkadang TKBM yang kurang tepat waktu. Dimana TKBM ini disediakan oleh Pelindo. Pada umumnya Kapal petikemas yang masuk ke pelabuhan Cappa Ujung Parepare sering mengalami kerugian karena muatan dari Parepare kurang atau bahkan tidak ada sehingga petikemas kembali dalam keadaan kosong.

Pihak pelabuhan berharap pemerintah bisa meningkatkan fasilitas pendukung guna menunjang pertumbuhan ekonomi kota Parepare dan perusahaan jasa kontainer semakin dibutuhkan guna menopang aktivitas ekonomi Parepare.

Beberapa tahun terakhir PT Pelindo IV Cabang Parepare banyak melakukan investasi. Pada tahun 2014 di pelabuhan Nusantara telah dilakukan investasi penambahan bak penampungan air bersih. Tahun 2015 melakukan investasi pengaspalan lapangan parkir dan perbaikan jalan dengan pemasangan Paving blok, serta pembangunan dermaga di pelabuhan Cappa Ujung yang rusak akibat rubuh di sebelah barat pelabuhan dengan ukuran 70 meter x 20 meter. Tahun 2016 penyediaan lampu penerangan serta penataan pelabuhan Nusantara melalui pembongkaran kantor KSOP dan kantor Polisi (KPN) serta melakukan perbaikan jalan di pelabuhan Cappa Ujung seluas 1850 m2.

(24)

PT Pelindo IV Cabang Parepare bertekad dan komitmen mengutamakan pelayanan jasa kepelabuhanan dan memberikan kepuasan terhadap pengguna jasa. Pihak pelabuhan Parepare berjanji akan segera membenahi masalah-masalah yang terjadi dalam lingkungan pelabuhan.

Sehingga di awal tahun 2017 pihak pelabuhan Parepare telah menaikkan tarif pelayanan jasa kepelabuhanan untuk menunjang peningkatan pelayanan terhadap pengguna jasa. Tarif jasa kepelabuhanan harus ada keseimbangan antara besaran tarif dengan tingkat pelayanan yang diterima oleh pengguna jasa, meliputi keselamatan, keamanan, kelancaran dan kenyamanan. Perbandingan tarif pelayanan kapal yang berlaku saat ini dengan tarif sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Perbandingan tarif pelayanan kapal yang berlaku saat ini dengan tarif sebelumnya (Sumber, PT Pelindo IV Cabang Parepare

(25)

Untuk tarif pelayanan labuh tidak ada karena pada pertengahan tahun 2014, pelayanan labuh telah diambil alih oleh Kesyahbandar dan Otoritas Pelabuhan Parepare (KSOP Parepare).

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengguna jasa bahwa beberapa tahun terakhir mereka tidak mendapatkan pelayanan yang maksimal sesuai dengan tarif yang dibayarkan. Seperti pelayanan jasa kapal, meskipun pemilik kapal telah membayar tarif jasa tunda yaitu untuk tarif variabel sebesar Rp. 59,06 per GT/gerakan dan tarif tetap yang disesuaikan dengan GT kapal tetapi terkadang kapal mereka tidak mendapatkan pelayanan. Tarif jasa barang yang dianggap tinggi yaitu Rp.

5000/m3 tapi pengguna jasa tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai.

Pas pelabuhan untuk penumpang yang dianggap terlalu mahal yaitu Rp.

15.000/penumpang, serta pick up dan truck masing-masing Rp. 30.000/unit dan Rp. 70.000/unit.

Besaran tarif jasa kepelabuhanan ditetapkan (diatur dalam PP 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan pasal 146): Kepentingan pelayanan umum, peningkatan mutu pelayanan jasa kepelabuhanan, kepentingan pengguna jasa, peningkatan kelancaran pelayanan jasa, pengembalian investasi serta pengembangan usaha. Tarif jasa kepelabuhanan harus ada keseimbangan antara besaran tarif dengan tingkat pelayanan yang diterima oleh pengguna jasa, meliputi keselamatan, keamanan, kelancaran dan kenyamanan.

(26)

Untuk menilai kelayakan tarif yang berlaku atau tarif yang ditawarkan kepada pihak pemakai jasa digunakan metode RFR (Required Freight Rate), sedangkan untuk mengetahui tingkat kemampuan dan kemauan/keinginan membayar pengguna jasa di gunakan analisis ATP (Ability To Pay) dan WTP (Willingness To Pay). Kemampuan bayar, dalam konteks ini menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terkait dengan nilai tarif yang berlaku. Secara langsung, perubahan tarif akan berpengaruh terhadap pilihan seseorang terhadap moda transportasi.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian saat ini adalah

“Kajian Tarif Pelayanan Kapal Pada Pelabuhan Parepare”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah tarif pelayanan kapal yang berlaku saat ini sudah layak jika ditinjau dari pihak operator?

2. Apakah tarif yang berlaku saat ini sudah sesuai dengan kemampuan dan keinginan pengguna jasa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis tarif pelayanan kapal yang berlaku saat ini, apakah sudah layak jika ditinjau dari pihak operator.

(27)

2. Untuk menentukan tarif yang berlaku saat ini, apakah sudah sesuai dengan kemampuan dan keinginan pengguna jasa

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis a. Bagi pengguna

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan kemampuan dan keinginan membayar pengguna jasa membayar tarif jasa pelayanan kapal dapat tersampaikan kepada pihak penyedia jasa/operator.

b. Bagi pihak operator

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberi masukan ke pihak operator tentang tarif minimal pelayanan kapal dan dapat mempertimbangkan tarif yang sesuai dengan kemampuan dan keinginan pengguna jasa.

c. Bagi pihak pemerintah

Sebagai masukan kepada pihak pemerintah dalam menyusun peraturan/kebijakan tentang tarif pelayanan kapal.

2. Manfaat Teoritis

Hasil Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan pengembangan ilmu perkapalan dan memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan tentang tarif pelayanan kapal.

(28)

E. Batasan Masalah

Penulis membatasi ruang lingkup masalah untuk lebih menyederhanakan dan memudahkan penelitian ini. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Wilayah penelitian adalah pelabuhan Nusantara dan pelabuhan Cappa Ujung.

2. Pengguna jasa yang dijadikan objek penelitian adalah pemilik kapal (perusahaan pelayaran)/agen yang kapalnya masuk ke pelabuhan Nusantara dan Cappa Ujung.

3. Pelayanan kapal yang dianalisis yaitu pelayanan pandu, tunda, tambat dan pelayanan air.

4. Pelayanan jasa labuh tidak dianalisis.

F. Sistematika Penulisan

Tesis ini disusun menjadi beberapa bagian untuk mendapatkan alur penulisan yang jelas dan sistematis, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini peneliti menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, manfaat yang ingin dicapai, tujuan dilakukannya penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini peneliti menjelaskan tentang pelabuhan, infrastruktur pelabuhan, dimensi kualitas Jasa, tarif jasa pelabuhan, frekuensi pelayanan

(29)

kapal, perhitungan biaya kapal, metode RFR, formulasi dan tata cara perhitungan tarif pelayanan jasa pelabuhan yang diusahakan oleh badan usaha pelabuhan berdasarkan Menteri Perhubungan Nomor PM 6 tahun 2013, ATP dan WTP, kerangka konseptual dan defenisi operasional.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini peneliti menjelaskan rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan teknik sampel, instrumen pengumpulan data serta analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti menganalisa tentang frekuensi pelayanan kapal dan GT kapal, biaya operasional kapal, tarif pelayanan kapal, RFR serta ATP dan WTP.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini peneliti menyimpulkan secara keseluruhan hasil penelitian dan saran.

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelabuhan

1. Fungsi Pelabuhan

Fungsi pelabuhan terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Fungsi perpindahan muatan (transhipment): melayani perpindahan muatan, (barang dan penumpang), baik angkutan laut dalam negeri maupun luar negeri.

b. Fungsi industri: pelabuhan laut merupakan industri jasa dan dapat memadu dengan industri-industri pabrik sekitarnya, dengan adanya fasilitas pelabuhan yang baik akan mengundang pertumbuhan industri di sekitar pelabuhan sehingga kawasan pelabuhan akan berkembang.

2. Peran Pelabuhan

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009, Bab II Pasal 4 tentang Kepelabuhanan, peran pelabuhan yaitu:

a. Simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hierarkinya b. Pintu gerbang kegiatan perekonomian

c. Tempat kegiatan alih moda transportasi

d. Penunjang kegiatan industri dan atau perdagangan

e. Tempat distribusi, produksi, konsolidasi muatan atau barang

(31)

f. Mewujudkan wawasan nusantara dan kedaulatan Negara

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan membagi jenjang pelabuhan menjadi tiga tingkatan yaitu:

1) Pelabuhan utama

Pelabuhan utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan atau barang serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antar provinsi.

2) Pelabuhan pengumpul

Pelabuhan pengumpul adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah menengah dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan atau barang serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antar provinsi.

3) Pelabuhan pengumpan

Pelabuhan pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan atau barang serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan dalam provinsi.

(32)

Kegiatan dalam pengusahaan pelabuhan terdiri atas penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan dan jasa terkait dengan kepelabuhanan yang meliputi penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal, penumpang dan barang. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal, penumpang dan barang terdiri atas:

1) Kegiatan pengusahaan di pelabuhan terdiri atas penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan dan jasa terkait dengan kepelabuhanan.

2) Penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan sebagaimana dimaksud di atas meliputi penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal, penumpang, dan barang.

3) Penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal terdiri atas:

Penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk bertambat;

Penyediaan dan/atau pelayanan air bersih;

Penyediaan dan/atau pelayanan pelayanan jasa penundaan kapal.

4) Kegiatan jasa terkait dengan kepelabuhanan sebagaimana dimaksud meliputi kegiatan yang menunjang kelancaran operasional dan memberikan nilai tambah bagi pelabuhan.

Pelayanan kapal dimulai dari kapal masuk ke perairan pelabuhan, berada di kolam pelabuhan, ketika akan bersandar di tambatan, sampai saat kapal meninggalkan pelabuhan. Dalam rangka menjaga keselamatan kapal, penumpang dan muatannya sewaktu memasuki alur pelayaran menuju dermaga atau kolam pelabuhan untuk berlabuh, maka untuk

(33)

pelabuhan-pelabuhan tertentu dengan kapal-kapal tertentu harus dipandu oleh petugas pandu yang disediakan oleh Pelabuhan. Pemerintah telah menetapkan perairan-perairan yang termasuk dalam kategori perairan wajib pandu, perairan pandu luar biasa dan perairan di luar batas perairan pandu. Untuk mengantar petugas pandu ke/dan kapal diperlukan peralatan kapal yang disebut kapal pandu. Terhadap kapal yang keluar masuk pelabuhan dan mempunyai panjang kapal lebih dari 70 meter, harus menggunakan kapal tunda. Sedangkan terhadap kapal yang panjangnya (LoA = Length of All) lebih dari 30 meter, sebagai pertimbangan keselamatan, diharuskan menggunakan kapal kepil. Adapun gambar alur pelayanan kapal mulai masuk sampai keluar pelabuhan dapat dilihat pada gambar 1 berikut:

Sumber: Google

Gambar 1. Alur pelayanan kapal

B. Tarif Jasa Pelabuhan

Tarif adalah harga jasa dari setiap jenis pelayanan yang terdapat didalam pelabuhan (port pricing). Tarif jasa pelabuhan terjadi karena ada

(34)

pihak yang memberikan/menyediakan pelayanan (oleh penyelenggara pelabuhan) oleh sebab itu tarif harus jelas besarannya, jenis pelayanan yang diberikan/disediakan dan bagaimana pemberlakuannya.

Dalam penetapan besaran tarif, biasanya didasarkan pada seberapa besar produksi telah/akan dibentuk, sehingga perlu mempertimbangkan beberpa prinsip pokok untuk dijadikan dasar sebagai kerangka pungutan kepada pengguna jasa.

1. Jenis, Struktur Dan Golongan Tarif

Berdasrkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran mengenai ketentuan pentarifan:

“Ketentuan mengenai jenis, struktur dan golongan tarif jasa pelabuhan yang diberikan di pelabuhan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah”

Dalam pelaksanaanya berbunyi:

“Dengan berdasarkan pada jenis, struktur dan golongan tarif yang ditetapkan oleh pemerintah, penyelenggara pelabuhan menetapkan tarif dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan untuk kelangsungan dan penyeimbangan usaha pelabuhan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan kepentingan pengguna jasa pelabuhan”.

a. Jenis Tarif

Jenis tarif pelayanan jasa kepelabuhanan dikelompokan menjadi:

1) Tarif Pelayanan Jasa Kapal a) Tarif jasa labuh

(35)

b) Tarif jasa tambat

c) Tarif jasa pemanduan, dan d) Tarif jasa penundaan 2) Tarif Pelayanan Jasa Barang

a) Tarif jasa dermaga b) Tarif jasa penumpukan

3) Tarif Pelayanan Jasa Penumpang 4) Tarif Pelayanan Jasa Alat

a) Tarif jasa penggunaan alat-alat mekanis b) Tarif jas penggunaan alat-alat non mekanik

5) Tarif Pelayanan Jasa Kepelabuhan lainnya, antara lain:

a) Tarif pelayanan terminal penumpang

b) Tarif tanda masuk (pas) orang dan kenderaan c) Tarif listrik

d) Tarif persewaan tanah e) Tarif persewaan ruangan

f) Tarif persewaan peraiaran pelabuhan g) Tarif pelayanan air bersih

h) Tarif pelayanan telepon’

i) Tarif pelayanan lainnya sesuai dengan jasa yang diberikan oleh Badan Usaha Pelabuhan.

b. Struktur Tarif

1. Pengertian struktur tarif

(36)

Struktur tarif pelayanan jasa kepelabuhanan merupakan kerangka perhitungan biaya pokok dikaitkan dengan tatanan waktu dan satuan ukuran atas pengenaan tarif setiap pelayanan yang diberikan.

2. Pengertian Biaya Pokok

Biaya pokok setiap jenis jasa kepelabuhanan merupakan hasil pembagian antara total biaya dengan produksi pada tingkat normal, meliputi :

a) Biaya operasi langsung b) Biaya operasi tidak langsung c) Biaya penunjang operasi, dan d) Biaya pengelolaan

Biaya sebagaimana dimaksud di atas terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap.

3. Pengertian tatanan waktu dan satuan pelayanan

Tabel 2. Satuan Waktu Dan Tatanan Pelayanan Jasa Kapal

No. Jenis Pelayanan Tatanan Waktu &

Satuan Ukuran

Contoh Dasar Pembedaan Tarif

1. Pelayanan terhadap

kapal :

a. Jasa Labuh GRT/10 Hari  Ukuran kapal (GRT)

 Kapal niaga dan bukan niaga

 Untuk beberapa

kunjungan dalam 10 hari

 Kapal pelayaran dalam negeri dan luar negeri

 Khusus :

 Bebas (kapal Perang RI, kapal Negara, navigasi)

 Keringanan missal floating repair terkenan 75%)

 Klasifikasi kapal (GRT)

(37)

b. Jasa Pandu

c. Jasa Tunda

d. Jasa Tambat

GRT/Kapal

GRT/Jam

GRT/Etmal

 Kelompok pelabuhan

 Kapal LNG, LPG, Condensate

 Khusus :

 Bebas (kapal Rumah Sakit, kapal Perang RI)

 Klasifikasi ukuran kapal (GRT dan waktu)

 Lokasi Tunda (dalam daerah perairan) pelabuhan atau luar pelabuhan

 Sifat pekerjaan (keadaan

menggandeng/menunda kapal isi atau keadaan menggandeng menunda kapal kosong)

Ukuran kapal (GRT)

Masa/waktu tambat (1/4 etmal, ½ etmal, ¾ etmal, 1 etmal = 24 jam)

Jenis dermaga (beton, besi/kayu, pelampung, breasting/dolphin dan pinggiran)

Kapal pelayaran dalam negeri, luar negeri)

Batas waktu, bila melebihi waktu

Posisi tambat (tambat lampung)

 Jenis kapal (Ferry/Roro)

2. Pelayanan Terhadap Barang dan

Penumpang a. Jasa Dermaga

b. Jasa Penumpukan

Ton/M3 Ekor Per Box

Ton/M3 (Barang Umum)

Barang (ekspor, impor, antar pulau)

Barang BULOG, transshipment

Jenis (hewan besar kerbau dan sejenisnya, hewan kecil kambing dan sejenisnya)

Ukuran (petikemas 20’

atau diatasnya)

Tempat

(gudangbtertutup, gudang

(38)

c. Jasa Penumpang

d. Pas Pelabuhan

Box/Hari (Petikemas)

Per Orang

Lembar

terbuka/lapangan, penyimpanan hewan)

Lokasi (Lini I, Lini II)

Masa/ waktu (masa I, masa II, masa III)

Jenis sifat (barang umum, transshipment)

Ukuran petikemas 20’

dan diatas 20’

Jenis/status (kosong, isi, over height, over weight, over length) Khusus :

Bebas

Likasi (Pel. Utama &

Cargo)

Jenis (harian, bulanan, tahunan)

Jenis Kelas Terminal A, B dan C

Tempat (penumpang, pengantar/penjemput)

c. Golongan Tarif

1) Tarif yang berlaku di pelabuhan yang diselenggarakan oleh pemerintah

2) Tarif yang berlaku di pelabuhan yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Pelabuhan (dalam hal ini PT Pelabuhan Indonesia (Persero), meliputi:

a) Pelabuhan utama (pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak dan Makassar)

b) Pelabuhan lainnya

(39)

2. Kebijakan Pentarifan a. Peraturan yang berlaku:

INPRES Nomor 4 Tahun 1985

Arah kebijaksanaan INPRES Nomor 4 Tahun 1985 dijabarkan lebih lanjut melalui SK Menhub dan SKB beberapa Menteri yang terkait.

Arah kebijaksanaan tersebut menyangkut masalah:

a) Tatalaksana angkutan barang antar pulau b) Biaya pelabuhan

c) Biaya angkutan laut antar pulau d) Tatalaksana bongkar muat

e) Ongkos pelabuhan muatan dan ongkos pelabuhan tujuan

f) Pengurusan barang dan dokumen angkutan laut serta angkutan darat

g) Keagenan Umum

b. INPRES Nomor 3 Tahun 1991

INSTRUKSI Presiden Nomor 3 tahun 1991 antara lain berisi sebagai berikut:

1) Tarif jasa pelabuhan

Tarif jasa pelabuhan ditetapkan sebagai berikut:

a. Tarif jasa labuh, jasa pandu, jasa tunda, jasa tambat dan jasa pelayanan air,

b. bagi kapal pelayaran luar negeri berbendera Indonesia dan berbendera Asing diberlakukan sama.

(40)

c. Tarif jasa pandu dihitung atas dasar GRT (Gross Registered Ton)

d. Tarif jasa tunda dihitung atas dasar GRT per jam.

e. Struktur tarif jasa dermaga ditata kembali

f. Besarnya tarif jasa penumpukan dan masa penumpukan di pelabuhan ditata kembali dengan memperhatikan kepentingan penyedia jasa, pengguna jasa dan kepentingan umum.

2) Tarif Angkutan Laut Antar Pulau

Tarif angkutan laut barang antar pulau ditetapkan oleh penyedia jasa berdasarkan kesepakatan bersama dengan pengguna jasa.

3) Kebijakan umum Pemerintah/Menteri Perhubungan mengenai penetapan besaran tarif adalah:

a) Penetapan tarif dimaksudkan untuk mendorong terciptanya penggunaan prasarana dan sarana perhubungan secara maksimal dan efekif.

b) Pemerintah menetapkan tarif jasa perhubungan demi menjamin kelangsungan penyelenggaraan perhubungan dengan mempertimbangkan daya beli masyarakat dan pengaruhnya terhadap harga produksi serta terjaminnya tingkat keselamatan.

c) Pada prinsipnya tarif yang dipungut atas pelayanan jasa yang diberikan adalah untuk memperoleh kembali investasi yang telah dikeluarkan.

(41)

c. Arah kebijakan Menteri Perhubungan dalam RKM tentang Jenis dan Struktur Tarif Jasa Kepelabuhanan pada pelabuhan laut yang diusahakan, bahwa besaran tarif jasa kepelabuhanan ditetapkan dengan memperhatikan:

1) Kepentingan pelayanan umum 2) Kepentingan pemakai jasa 3) Mendorong kelancaran 4) Pengembalian biaya 5) Pengembangan usaha 3. Filosofi Dan Fungsi Tarif

a. Filosofi Tarif

1) Tarif jasa kepelabuhanan merupakan harga dari pelayanan jasa yang diberikan kepada pengguna jasa dengan memperhatikan daya beli, segmentasi pasar serta kemampuan memproduksi jasa kepelabuhanan secara efisien dan berkesinambungan.

2) Tarif jasa kepelabuhanan harus dapat menutup seluruh biaya (cost recovery)

3) Tarif jasa kepelabuhanan dengan memperhitungkan cost recovery ditambah keuntungan yang wajar agar mampu mengembalikan investasi sehingga dapat menumbuh kembangkan perusahaan.

4) Tarif jasa kepelabuhanan harus mampu mendorong peningkatan pelayanan dan produktivitas pelabuhan.

(42)

5) Tarif jasa kepelabuhanan harus dapat menunjang pertumbuhan ekonomi dan mengantisipasi globalisasi serta mampu mendorong persaingan perdagangan yang semakin ketat.

b. Fungsi Tarif

1) Tarif jasa kepelabuhanan merupakan jantung bagi kelangsungan hidup pengusahaan pelabuhan.

2) Tarif jasa kepelabuhanan berfungsi sebagai alat pengendali untuk menjamin dan mendorong penggunaan sumber daya secara optimal.

3) Tarif jasa kepelabuhanan sebagai alat menajemen untuk pengendalian operasional dan pengembangan usaha pengusahaan pelabuhan.

4) Tarif jasa kepelabuhanan berfungsi menjamin pengguna jasa untuk mendapatkan pelayanan dan kepastian usaha.

4. Pola Perhitungan Tarif a. Dasar Penentuan Tarif

1) Prinsip penetapan tariff harus konsisten dengan visi perusahaan (corporate vision) dan tujuan umum perusahaan (corporate objective) sesuai yang termaksud pada rencana jangka panjang perusahaan (corporate plan)

2) Tarif sebagai pungutan terkait dengan kondisi pasar, dimana tariff jasa kepelabuhanan merupakan bagian/unsur transportasi yang pada gilirannya merupakan pembentuk biaya pokok (harga jual)

(43)

barang yang harus ditanggung oleh konsumen akhir (end consumer)

b. Pendekatan dalam perhitungan tarif 1) Pendekatan financial

a) Untuk menjamin kelangsungan hidup dan pengembangan usaha pelabuhan, tariff harus dapat menutup pengembalian fasilitas/peralatan (replacement cost) dengan perhitungkan nilai uang sekarang (present value of money) waktu penyusutan dan bunga bank.

b) Alokasi setip rupiah yang dikeluarkan ke dalam perhitungan biaya pokok secara realistis perlu penetapan pola pembebanan biaya dan penggunaan metode akutansi biaya yang relevan dan tepat.

2) Pendekatan sosio-ekonomi

Dapat dilakukan dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Memperhatikan manfaat yang sudah dicapai masyarakat dan sektor lain, kemampuan daya beli masyarakat, persaingan regional antar pelabuhan dan pertimbangan kondisi ekonomi daerah.

b) Menjamin dan mendorong penggunaan sumber daya manusia secara maksimal.

c) Mengembangkan distribusi pemasaran dengan mempercepat lalu lintas arus barang di pelabuhan.

(44)

3) Pendekatan operasional

Untuk menunjang peningkatan pelayanan jasa kepelabuhanan/angkutan laut, efisien dan produktivitas pelabuhan, perlu diwujudkan tarif sesuai kemampuan segmentasi pasar disertai penerapan system reward dan penalty.

c. Pola perhitungan biaya pokok

Biaya pokok jasa kepelabuhanan merupakan hasil pembagian antara total biaya dengan produksi pada tingkat normal, dengan struktur biaya meliputi:

a) Biaya Operasi Langsung (BOL)

b) Biaya Operasi Tidak Langsung (BOTL) c) Biaya Penunjang Operasi (BPO)

d) Biaya Pengelolaan Kantor Pusat (BPKP) Sedangkan jenis biaya terdiri dari:

a) Biaya pegawai terdiri dari biaya pembayaran gaji, tunjangan, lembur, uang muka dan lain-lain.

b) Biaya bahan terdiri dari bahan bakar/makanan/medis/pas pelabuhan/pemadam kebakaran, air, listrik, telpon, obat-obatan, perlengkapan relokasi aktiva tetap dan lain-lain.

c) Biaya penyusutan terdiri dari biaya penyusutan bangunan/alat/

instalasi pelabuhan, jalan dan bangunan, peralatan, kendaraan, emplasemen, amortisasi dan lain-lain.

(45)

d) Biaya asuransi terdiri dari biaya asuransi bangunan/alat/instalasi fasilitas pelabuhan, jalan dan bangunan, peralatan, kendaraan, emplasemen, kecelakaan kerja dan lain-lain.

e) Biaya pemeliharaan terdiri dari biaya untuk pemeliharaan bangunan/alat/instalasi fasilitas pelabuhan, jalan dan bangunan, peralatan, kendaraan, emplasemen, tanah dan lain-lain.

f) Biaya sewa terdiri dari bangunan/alat/instalasi fasilitas pelabuhan, jalan dan bangunan, peralatan, kendaraan, emplasemen, tanah, upah buruh/ tenaga kerja dan lain-lain.

g) Biaya administrasi terdiri dari biaya untuk perjalanan dinas, pajak kendaraan, pesangon, ganti rugi, perawatan kesehatan, pakaian dinas, pajak bumi dan bangunan dan lain-lain.

Daftar fasilitas yang digunakan untuk menghitung biaya pokok pelayanan jasa pelabuhan, meliputi:

a) Jasa labuh, diperlukan penahan gelombang, kolam pelabuhan dan fasilitas penampung limbah.

b) Jasa tambat, diperlukan dermaga, pelampung dan kepil.

c) Jasa pandu, diperlukan kapal pandu, stasiun pandu dan alat komunikasi.

d) Jasa penundaan, diperlukan kapal tunda dan alat komunikasi.

e) Jasa dermaga, diperlukan dermaga.

f) Jasa penumpukan, diperlukan lapangan penumpukan dan gudang penumpukan.

(46)

g) Pas masuk pelabuhan, diperlukan halaman, lapangan parkir, jalan, pagar dan roil.

h) Bongkar muat petikemas, diperlukan Container Crane, Transtainer, Head Truck, Chasis, Forklift, Top Loader atau sejenisnya.

C. Pelayanan Kapal

Pelayanan kapal dapat dihitung dengan menggunakan persaamaan:

Frek. Pel. Kapal = 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑆𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 𝑗𝑚𝑙.𝑘𝑎𝑝𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑙 ....(1)

Dimana :

Waktu pelayanan kapal = Wpt + Wt + Wl

Wpt = Waktu pelayanan pandu dan tunda (jam) Wt = Waktu tambat (Jam)

Wl = Waktu labuh (Jam)

Untuk menghitung rata-rata GT kapal yang masuk ke pelabuhan yaitu dengan menggunakan persamaan berikut:

GTrata-rata = Ʃ (𝐺𝑇1 𝑥 𝐹𝑟𝑒𝑘.𝐾1)+(𝐺𝑇2 𝑥 𝐹𝑟𝑒𝑘.𝐾2)+((𝐺𝑇𝑛 𝑥 𝐹𝑟𝑒𝑘.𝐾𝑛)

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖/𝑝𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 ...(2)

D. Biaya Kapal

Biaya kapal adalah banyaknya pengeluaran mulai dari harga kapal itu sendiri serta biaya operasional kapal pada saat berlayar dan berlabuh.

Unsur-unsur biaya terdiri atas biaya tetap dan biaya variable serta biaya langsung dan tidak langsung, maksud ini adalah untuk mengetahui

(47)

perbandingan antara kelompok-kelompok di dalam biaya secara keseluruhan:

1. Kelompok biaya tetap dan biaya variable, patokan yang dipakai dalam klasifikasi biaya ini adalah reaksi suatu unsur perubahan yang terjadi pada tingkat operasi/produksi. Pada tingkat produksi ada unsur biaya yang besarnya berubah sejalan dengan perubahan tingkat produksi.

2. Kelompok biaya langsung dan tidak langsung, patokan yang dipakai dalam klasifikasi biaya ini ditinjau dari segi operasional, apakah suatu unsur biaya ini terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam proses produksi.

Biaya operasional kapal adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pengoperasian kapal dalam sebuah pelayaran, yang dikelompokkan atas komponen biaya-biaya selama kapal berada di pelabuhan dan biaya kapal selama kapal melakukan kegiatan pelayaran yang terdiri atas:

A. Biaya Langsung - Biaya tetap

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 57 tahun 2006 tentang Mekanisme Penetapan dan Formulasi Perhitungan Tarif Angkutan Penumpang Laut Dalam Negeri, biaya tetap terdiri dari:

a. Biaya Anak Buah Kapal (ABK) Biaya ABK, terdiri dari:

 Gaji Upah

(48)

Gaji rata-rata / orang / bulan x Jumlah ABK x 12 bulan ...(3)

 Tunjangan

Tunjangan rata-rata ABK / Orang / Tahun ...(4)

 Makan

Uang makan/orang/hari x Jumlah hari x Jumlah ABK

x 12 bulan ...(5)

 Premi Layar

Premi layar/orang/hari x jumlah hari x jumlah ABK x 11 bulan ..(6)

 Kesehatan

Tunjangan kesehatan/orang/bulan x jumlah ABK x 12 bulan.. (7)

 Pakaian Dinas

Biaya PD = Jumlah pegawai x Harga pakaian ...(8)

 JAMSOSTEK = 1,7% x Gaji ABK ...(9)

 Tunjangan Hari Raya diberikan 1(satu) bulan gaji b. Biaya Penyusutan Kapal (depresiasi)

Dalam Nababan (2017), metode untuk menghitung penyusutan yang paling banyak dipakai dan relative sederhana adalah metode garis lurus (straight line methode) dengan rumus:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖 = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑙−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢

𝑈𝑚𝑢𝑟 𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑙 ...(10) Dimana :

Nilai Residu 5% dari harga kapal

Masa penyusutan 25 tahun untuk kapal baru dan 20 tahun untuk kapal bekas

(49)

c. Biaya Asuransi

Biaya asuransi adalah uang premi tahunan yang dibayarkan kepada lembaga asuransi untuk pertanggungan atas resiko kerusakan atau musnahnya kapal atau resiko-resiko lainnya. Menurut Purba (1998), pertanggungan yang diperlukan oleh pemilik kapal dalam kegiatannya mengoperasikan kapal sebagai alat pengangkut muatan adalah:

1) Hull and machinery insurance, yaitu jaminan terhadap partia loss (resiko kerusakan lambung, permesinan dan perlengkapan kapal) serta total loss atau resiko musnahnya kapal.

2) Increased value insurance, yaitu jaminan terhadap kerugian abstrak seperti hilangnya pekerjaan anak buah kapal sebagai dampak dari musnahnya kapal.

3) Freight insurance, yaitu jaminan terhadap resiko kehilangan penghasilan (uang tambang) sebagai akibat dari kerusakan atau kehilangan kapal.

4) Protection and indemnity insurance, yaitu jaminan terhadap resiko kerugian yang diderita atas kerugian yang tidak dijamin oleh penanggung.

Besarnya premi asuransi kapal/tahun adalah sebagai berikut:

BA = 0,7 % x Investasi ...(11) - Biaya tidak tetap

a. Biaya Bahan Bakar

(50)

Pemakaian bahan bakar, berangkat dari performance tenaga penggerak kapal (HP), yaitu besar daya yang diperlukan kapal dengan kecepatan tertentu pada kondisi displacement perencanaan kapal. Komposisi pemakaian bahan bakar pada mesin bantu kapal untuk pemakaian penerangan, pompa-pompa, mesin jangkar, mesin kemudi, dan lain-lain. Besar pemakaian bahan bakar kapal ditentukan oleh lamanya waktu kapal di laut dan di pelabuhan, dan besar tenaga penggerak kapal dan mesin bantu, pemakaian bahan bakar di laut digunakan untuk mesin penggerak utama kapal dan mesin bantu kapal, sedangkan untuk pemakaian bahan bakar di pelabuhan digunakan untuk mesin bantu kapal.

Menurut Poelsh (1979) besarya konsumsi bahan bakar minyak dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:

WFL = (Pbme . bme + Pae. bae) S /V. 10-6. Add ...(12) WFp = (Pae . bme) . Wp . 10-6 ...(13) Dimana :

WFL = Besar konsumsi bahan bakar di laut (ton)

WFp = Besar konsumsi bahan bakar di pelabuhan (ton) Pbme = Daya mesin utama (HP)

Pae = Daya mesin Bantu (HP)

Bme = Tingkat komsumsi bahan bakar mesin utama (196 – 209 gr/Kwh)

(51)

Bae = Tingkat komsumsi bahanbakar mesin bantu (196 – 209 gr/Kwh)

S = Jarak pelayaran (Mile) V = Kecepatan kapal (Knot) Add = Faktor cadangan (1,3 – 1,5) Wp = Waktu di pelabuhan (Jam)

Konsumsi bahan bakar per tahun (KB) adalah total konsumsi bahan bakar dikali frekuensi pelayaran dalam setahun (f).

KB = ( WFL + WFp) x f ...(14) Biaya bahan bakar pertahun (BB) adalah total konsumsi bahan bakar per tahun (KB) dikali dengan harga bahan bakar diesel (HB).

BB = HB x KB ...(15) b. Biaya Minyak Pelumas

Pemakaian minyak lumas adalah untuk penggantian secara periodik atau jarak pelayaran untuk pemeliharaan terhadap mesin- mesin. Jumlah kebutuhan minyak lumas tergantung dari jenis dan besarnya tenaga penggerak. Jangka waktu penggantian biasanya berdasarkan waktu atau jam kerja mesin-mesin itu merata terhadap umur teknis kapal 25 tahun, dan nilai sisa kapal diperhitungkan sama dengan nol. Menurut Poelsh besarnya konsumsi minyak pelumas dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

WLI = Pbme x bme x S/V x 10-6 + Add ...(16)

(52)

WLp = Pae x bae x wp x 10-6 + Add ...(17) Dimana:

Pbme = Daya Mesin Utama Pae = Daya Mesin Bantu

bme = Tingkat komsumsi minyak lumas mesin utama (1,2 – 1,6 gr/Kwh)

bae = Tingkat komsumsi minyak lumas mesin bantu (1,2 – 1,6 gr/Kwh)

Add = Faktor cadangan (10 – 20)%

Konsumsi minyak pelumas pertahun (ML) adalah jumlah pemakaian minyak pelumas dikali dengan frekuensi pelayaran pertahun (f).

ML = (WLI + WLp ) x f ...(18) Biaya minyak pelumas pertahun (BL) adalah jumlah pemakaian minyak pelumas pertahun (ML) dikali harga minyak pelumas (HL).

BL = HL x ML ...(19) c. Biaya Air Tawar

Pemakaian air tawar pada kapal adalah untuk pendingin mesin utama, mesin bantu dan untuk konsumsi, mandi dan mencuci.

Menurut Poehls besarnya konsumsi air tawar dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

 Air tawar untuk pendingin mesin utama

Wop = Pbme x me x S/V x 10-3 ... (20)

(53)

Dimana:

me = besarnya air untuk boiler (ketel uap) = 0,14 kg/Kwh

 Air tawar untuk pendingin mesin bantu

Wop' = Pae x me x S/V x 10-3 ... ...(21)

 Air tawar untuk konsumsi dan mandi Untuk air minum (10 – 20 kg/orang/hari) Untuk air cuci dan mandi (200 kg/orang/hari) Ada pun persamaannya sebagai berikut:

Wfw = P x Zfw x t/1000 ...(22) Dimana:

Zfw = Konsumsi air minum + air cuci dan mandi kg/orang/hari P = Jumlah ABK

t = Waktu Round Trip

Biaya pemakaian air tawar dihitung dengan mengalikan jumlah air tawar yang digunakan (Wfw) selama setahun di kalikan dengan harga air berdasarkan harga air tawar saat ini. Jadi rumus yang digunakan yaitu:

BAT = (Wop + Wop + Wfw) BATPB ...(23) Dimana:

BATPB = Harga air perton (Rp)

d. Biaya Reparasi, Maintenance dan Supplay (RMS)

Biaya-biaya reparasi dan pemeliharaan kapal, serta biaya-biaya untuk penyediaan suku cadang dan inventaris kerja di kapal.

(54)

Sebagai jaminan keselamatan, reparasi kapal feri wajib dilaksanakan setiap tahun di atas dok. Biaya reparasi ini meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan pertambahan umur kapal. Menurut Jinca (2002), biaya RMS pertahun bertambah 7% dan interest rate i adalah 12% dengan umur kapal 10 tahun. Biaya RMS tahun pertama ditentukan oleh besarnya bobot mati kapal (DWT).

Besarnya biaya RMS tahun ke n dapat diketahui jika biaya RMS tahun pertama diketahui, yaitu dengan menggunakan persamaan berikut:

BRMS”t = (1 + TRMS )t . BRMS”1 ...(24) Dimana:

BRMS”t = biaya RMS pada tahun terhitung (ke-t) (Rp) TRMS = pertambahan biaya RMS pertahun, sebesar 7%

t = tahun ke – t masa terhitung

BRMS”1 = biaya RMS pada tahun pertama (Rp)

Jika umur kapal yang diperhitungkan adalah n tahun, maka biaya RMS rata- rata per tahun untuk nilai sekarang dapat ditentukan dengan persamaan:

RMS PV = FPV .

n

t 1

(BRMS:t / (1+d)t ) ...(25)

FPV = 1/

n

t 1

{1/(1+d)t }

RMS PV = nilai sekarang rata-rata biaya RMS (Rp/thn) d = discount rate (%)

(55)

n = jumlah tahun masa perhitungan FPV = faktor nilai sekarang

B. Biaya Tidak Langsung - Biaya tetap

a. Biaya pegawai darat (Kantor Cabang dan Perwakilan) 1) Gaji Upah

Dihitung berdasarkan gaji rata-rata pegawai darat yaitu Kepala Cabang dan staff

2) Tunjangan

Terdiri dari makan & transport, kesehatan, pakaian dinas, jamsostek dan tunjangan hari raya

b. Biaya perawatan

Perawatan adalah kegiatan yang diliksanakan secara terus menerus atau berkesinambungan terhadap peralatan dan perlengkapan agar kapal selalu dalam keadaan laik laut dan siap operasi.

c. Biaya perjalanan Dinas

Perjalanan dinas merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pegawai dalam sebuah perusahaan, bahkan hal ini juga terjadi pada instansi pemerintah.

d. Biaya Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

Diklat merupakan penyelenggaraan proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan

(56)

tugas dan jabatan tertentu. Diklat memiliki tujuan yang berkaitan dengan pencapaian tujuan organisasi, karena itu diklat menjadi bagian dari pengembangan sumber daya manusia.

E. Formulasi Dan Tata Cara Perhitungan Tarif a. Formulasi perhitungan tarif dirumuskan sebagai berikut:

T =

f

(Cu, Ls) (26)

dimana:

 T = Tarif;

 Cu = Cost per unit;

Ls = Level of service.

b. Cu = Cost per Unit

Perhitungan biaya per unit (Cost per Unit) dihitung sesuai dengan kondisi operasional dan skala usaha masing-masing terminal di pelabuhan, dengan berpedoman/dasar-dasar perhitungan sebagai berikut :

1) Cost per unit diperoleh dari biaya total dibagi dengan produksi total masing-masing jenis jasa;

Cu = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 + 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (27)

2) Cost per unit dihitung berdasarkan biaya penuh (full costing) termasuk tingkat keuntungan (margin) yang wajar;

3) Data yang digunakan dalam perhitungan, berpedoman pada rencana kerja anggaran perusahaan pada saat penyusunan

(57)

usulan tarif dengan memperhatikan tingkat kewajaran dan efisiensi biaya serta dapat dipertanggungjawabkan;

4) Perhitungan tarif pelayanan jasa kepelabuhanan untuk kapal luar negeri dan barang antar pulau menggunakan Cost per Unit (Cu) pelayanan jasa kepelabuhanan untuk kapal luar negeri dan barang Ekspor/impor;

5) Perhitungan tarif pelayanan jasa kepelabuhanan untuk kapal dalam negeri dan barang antar pulau menggunakan Cost per Unit (Cu) pelayanan jasa kepelabuhanan untuk kapal dalam negeri dan barang antar pulau.

c. Ls = Standar kinerja operasional (Level of Service/ Ls)

1) Tingkat pelayanan (level of service) harus diperhatikan dalam kebijaksanaan pentarifan. Pada setiap kali penyesuaian tarif jasa kepelabuhanan harus ada keseimbangan antara besaran tarif dengan tingkat pelayanan yang diterima oleh pengguna jasa, meliputi keselamatan, keamanan, kelancaran dan kenyamanan.

2) Untuk penilaian level of services perbandingan antara standar dengan realisasinya.

3) Kinerja operasional yang digunakan dalam penilaian level of services adalah kinerja opersional yang terkait langsung dengan kepentingan pihak pengguna jasa.

(58)

4) service kinerja digunakan opersional Standar kinerja opersional berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

5) Penilaian Indeks Ls:

a. Tingkat pelayanan sama dengan atau diatas standar Ls = 1

b. Tingkat pelayanan dibawah standar

< Ls < 1

2. Tata Cara Perhitungan Tarif Jasa Kepelabuhanan

a. Tata cara perhitungan tarif jasa kepelabuhanan pada pelabuhan umum dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1) Data yang digunakan dalam penyusunan usulan perhitungan tarif, berpedoman pada Realisasi Rencana Kerja dan Anggaran serta Rencana Jangka Panjang Perusahaan, dengan memperhatikan tingkat kewajaran dan efisiensi biaya serta dapat dipertanggungjawabkan;

2) Biaya yang harus didistribusikan merupakan keseluruhan biaya dalam menyelenggarakan jasa kepelabuhanan dan layanan tambahan penting lainnya antara lain meliputi biaya modal, biaya operasi, pemeliharaan, manajemen dan administrasi;

(59)

3) Proporsi biaya yang dialokasikan ke dalam jenis pelayanan harus diupayakan secara wajar, sehingga tidak terjadi pembebanan yang tidak perlu.

b. Untuk perhitungan biaya per unit (Cost per Unit) dilakukan distribusi pengalokasian biaya dengan langkah-Iangkah sebagai berikut:

1) Melakukan pengalokasian komponen biaya penyelenggaraan kepelabuhanan ke masing-masing pusat biaya (cost centre) sesuai dengan beban yang diterima berdasarkan pemicu biaya

(cost driver) pada masing-masing komponen biaya (analisa beban kerja, volume penggunaan atau proporsi pendapatan dari masing-masing jasa);

2) Melakukan pengalokasian dari masing–masing pusat biaya (cost centre) ke masing-masing pusat pendapatan (revenue centre) sesuai dengan nilai fasilitas jasa peralatan untuk masing-masing jenis jasa, yaitu:

a) jasa kapal;

b) jasa barang;

c) jasa penumpang; dan d) jasa terkait lainnya.

3. Penerapan Service Level Agreement (SLA) dan Service Level Guarantee (SLG) dengan memperhatikan persyaratan dan kewajiban sebagai berikut:

(60)

a. Service Level Guarantee (SLG) adalah standar jaminan pelayanan minimal dari suatu jasa kepe1abuhanan pada pelabuhan tertentu yang diumumkan secara terbuka untuk seluruh pemakaian jasa kepelabuhanan.

b. Service Level Agreement (SLA) adalah perjanjian antara General Manager cabang tertentu dengan pengguna jasa tertentu yang berisi tentang pencapaian SLG dan penuangan reward & punishment yang diberikan.

F. Metode Required Freight Rate

RFR adalah penghasilan dari muatan perunit yang harus dikumpulkan pemilik kapal untuk mendapatkan pengembalian yang equivalen terhadap pembayaran kembali investasinya pada suku bunga yang rendah (Idrus, 2000). Nilai RFR banyak ditentukan oleh produksi jasa transportasi. Kriteria RFR dapat digunakan untuk menilai kelayakan tarif yang berlaku atau sebagai dasar penentuan tarif yang akan di tawarkan kepada pihak pengguna jasa angkutan.

Adapun bentuk umum persamaan RFR adalah sebagai berikut:

RFR = 𝐴𝐴𝐶+(𝐶𝑅𝐹 𝑥 𝐼)

𝐶 ...(28) Dimana :

AAC = Biaya rata-rata kapal pertahun CRF = Capital Recovery Factor

(61)

I = Investasi kapal C = GT kapal pertahun

G. Metode Ability To Pay dan Willingness To Pay

Analisis ATP (Ability To Pay) dan WTP (Willingness To Pay) dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan dan kemauan/keinginan membayar pengguna, dan ini merupakan salah satu komponen yang harus diperhitungkan dalam penetapan tarif. Kemampuan bayar, dalam konteks ini, menjadi salah satu faktor berpengaruh terkait pilihan rute perjalanan seseorang terkait dengan nilai tarif yang berlaku.

Secara langsung, perubahan tarif akan berpengaruh terhadap pilihan sesorang terhadap moda transportasi, tentunya, berimplikasi terhadap nilai kelayakan investasi.

1. Ability To Pay (ATP)

Ability To Pay (ATP) adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa pelayanan yang diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal (Pujianto, 2002). Pendekatan yang digunakan dalam analisis ATP didasarkan pada alokasi biaya untuk transportasi dari pendapatan rutin yang diterimanya. Dengan kata lain ability to pay adalah kemampuan masyarakat dalam membayar ongkos perjalanan yang dilakukannya.

Dalam studi ini, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi ability to pay diantaranya:

(62)

1. Penghasilan keluarga per bulan

Bila pendapatan total keluarga semakin besar, tentunya semakin banyak uang yang dimilikinya sehingga akan semakin besar alokasi biaya transportasi yang disediakannya.

2. Alokasi biaya transportasi

Semakin besar alokasi biaya transportasi yang disediakan sebuah keluarga, maka secara otomatis akan meningkatkan kemampuan membayar perjalanannya, demikian pula sebaliknya.

3. Intensitas perjalanan

Semakin besar intensitas perjalanan keluarga tentu akan semakin panjang pula jarak (panjang) perjalanan yang ditempuhnya maka akan semakin banyak alokasi dana dari penghasilan keluarga perbulan yang harus disediakan.

4. Jumlah anggota keluarga

Semakin banyak jumlah anggota keluarga tentunya akan semakin banyak intensitas perjalanannya, semakin panjang jarak yang ditempuhnya dan secara otomatis akan semakin banyak alokasi dana dari penghasilan keluarga per bulan yang harus disediakan.

Untuk menganalisis kemampuan membayar dari masyarakat pada dasarnya dilakukan dengan pendekatan travel budget, dengan asumsi bahwa setiap keluarga akan selalu mengalokasikan sebagian dari penghasilannya untuk kebutuhan akan aktivitas pergerakan, baik yang

(63)

menggunakan kendaraan pribadi maupun yang menggunakan angkutan umum.

Gambar 2. Faktor-Faktor ATP

Besarnya biaya perjalanan atau tarif merupakan salah satu pertimbangan masyarakat dalam memilih moda angkutan untuk memenuhi kebutuhannya. Jika tarif yang harus dibayar mempunyai proporsi yang besar dari tingkat pendapatannya maka masyarakat akan memilih moda yang lebih murah, tetapi jika tidak ada pilihan lain maka ia akan menggunakan moda tersebut secara terpaksa. Secara eksplisit tampak bahwa pendapatan merupakan faktor yang mempengaruhi daya beli atas jasa pelayanan angkutan umum. Selanjutnya diperhitungkan persentase alokasi dana untuk transportasi untuk setiap keluarga dari total pendapatannya. Setelah dilakukan perhitungan terhadap persentase alokasi biaya transportasi keluarga, maka kemudian diperhitungkan ATP tiap keluarga.

Dengan menggunakan metode household budget dapat dicari besaran ATP.

Penghasilan Keluarga Per Bulan

Alokasi Biaya Transportasi

Intensitas Perjalanan Jumlah Anggota

Keluarga

ABILITY TO PAY (ATP)

(64)

𝐴𝑇𝑃𝑈𝑚𝑢𝑚 = 𝐼𝑡 𝑥 𝑃𝑝 𝑥 𝑃𝑡

𝑇𝑡 (29) Dimana :

It = Total pendapatan keluarga per bulan (Rp/Kel/Bulan)

Pp = Persentase pendapatan untuk transportasi per bulan dari total Pendapatan keluarga

Pt = Persentase untuk angkutan dari Pendapatan transportasi keluarga per bulan

Tt = Total panjang perjalanan keluarga per bulan per trip (trip/kel/bulan) 𝐴𝑇𝑃 = 𝐼𝑟𝑠 𝑥 𝑃𝑝 𝑥 𝑃𝑡

𝑇𝑟𝑠 (30) Dimana :

It = Total pendapatan responden per bulan (Rp/bulan)

Pp = Persentase pendapatan untuk transportasi per bulan dari total penghasilan responden (%)

Pt = Persentase biaya transportasi yang digunakan untuk angkutan laut (%)

Tt = Total panjang perjalanan angkutan laut perbulan (Roundtrip/bulan)

2. Willingness To Pay (WTP)

Willingness To Pay (WTP) adalah kesediaan pengguna untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya. Pendekatan yang digunakan dalam analisis WTP didasarkan pada persepsi pengguna terhadap tarif dari jasa pelayanan yang diberikan (Tamim dkk, 1999). Dalam

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa standar yang belum dipenuhi oleh Pelabuhan Pontianak antara lain : berperan sebagai pelabuhan induk yang melayani angkutan peti kemas nasional dan

1) Berperan sebagai pengumpan angkutan peti kemas nasional. 2) Berperan sebagai tempat alih penumpang dan barang umum nasional. 3) Berperan melayani peti kemas nasional

suatu pelabuhan utama internasional harus mampu melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri dan luar negeri, mampu menangani kegiatan bongkar muat dalam jumlah

– Berperan sebagai pelabuhan internasional hub yang melayani angkutan alih muat (transhipment) peti kemas nasional dan internasional dengan skala pelayanan transportasi laut dunia..

• Melakukan optimasi model pemilihan lokasi pelabuhan dan model angkutan laut akibat perpindahan pelabuhan muat untuk ekspor CPO dari Wilayah Sumatera

Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam Negeri dan Internasional, alih muat angkutan laut dalam Negeri dan

Hirarki semua rencana pelabuhan di Kalimantan Timur adalah Pelabuhan Pengumpan Lokal PL yang berfungsi untuk melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri dalam jumlah menengah dan

Menurut Keputusan Administrator Pelabuhan Parepare Nomor: PU.360/64/13/Adpel.Pre-11 tentang Prosedur Pelayanan Pemanduan Kapal di Perairan Wajib Pandu Pelabuhan Parepare menjelaskan