• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mistisime Ritual Pasupati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Mistisime Ritual Pasupati"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Mistisime Ritual Pasupati

dalam Budaya Masyarakat Hindu Bali

Komang Heriyanti

STAHN Mpu Kuturan Singaraja

(2)

ABSTRAK

Upacara Pasupati merupakan upacara yang berfungsi untuk memberikan kekuatan magis agar suatu benda bisa difungsikan de- ngan baik. Setelah pelaksanaan upacara Pasu- pati, benda yang sudah diupacarai ditempatkan pada suatu tempat yang khusus sebagai suatu wahana untuk memohon perlindungan. Meski- pun sudah memasuki zaman modern seperti sekarang ini, upacara Pasupati masih dilaksana- kn oleh masyarakat, maka dari itu upacara Pasupati merupakan warisan budaya yang me- ngandung nilai luhur dan masih hidup sampai kini. upacara Pasupati bermakna sebagai pe- mujaan memohon berkah kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi Beliau sebagai Sang Hyang Pasupati untuk dapat menghidupkan dan memberikan kekuatan ma- gis terhadap benda-benda tertentu yang akan disakralkan. Dalam kepercayaan umat Hindu di Bali, upacara Pasupati merupakan bagian dari upacara yadnya.

A. PENDAHULUAN

Mistisisme merupakan ajaran yang me- nyatakan bahwa ada hal-hal yang tidak terj- angkau oleh akal. Mistisime merupakan suatu paham yang percaya akan dimensi kekuatan yang tak mampu dijangkau oleh kacamata sain- tifik maupun dinyatakan secara rasional. Mis- tisisme mengacu pada pergulatan diri untuk mencari cahaya, petunjuk, jalan, dan upaya un- tuk menyatukan diri dengan Tuhan. Mistisisme juga berarti bahwa pengetahuan tentang Tuhan dan kebenaran hakiki yang hanya mungkin didapatkan melalui meditasi dan perenungan spiritual. Mistisisme dengan demikian sangat berkaitan dengan ritus keagamaan. Sebab, me- lalui ritus beberapa orang yang beragama me- rasakan adanya cahaya atau petunjuk dalam kehidupan.

Melihat fenomena kehidupan beragama Hindu di Bali, mistisisme dapat ditemukan da- lam beberapa ritus. Salah satunya terdapat da- lam ritual Pasupati. Upacara Pasupati merupa- kan bagian suatu upacara keagamaan di Bali yang masih ditradisikan oleh masyarakat pen- dukungnya. Upacara Pasupati bertujuan meng- hidupkan dan memohonkan kekuatan magis terhadap benda-benda tertentu yang akan di- sakralkan. Menurut kepercayaan Hindu dan masyarakat Bali pada khususnya masih diyaki- ni bahwa segala sesuatu yang diciptakan ma- nusia bisa disebut mempunyai jiwa/kekuatan

magis, dengan cara memohon kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa menggunakan sarana upacara. Setelah diberikan kekuatan magis, pa- ra pendukungnya wajib memeliharanya.

Melihat mistisisme yang terkandung da- lam ritual Pasupati, maka menarik kiranya ritual Pasupati diteliti secara mendalam. Sebab, di zaman modern seperti sekarang masih ba- nyak masyarakat Hindu Bali yang melaksana- kan ritual tersebut. Tentu ada suatu alasan yang kuat sehingga keberadaan ritual Pasupati masih memegang peranan penting khususnya dalam kaitan kehidupan keagamaan masyara- kat Hindu Bali.

B. METODE PENULISAN

Kata metode dapat didefinisikan sebagai cara bertindak menurut sistem atau aturan ter- tentu, sedangkan dalam arti khusus adalah cara berpikir menurut aturan atau system tertentu (Sudarto, 2002:2). Penelitian tentang Mistisisme Ritual Pasupati Dalam Budaya Masyarakat Hindu Bali adalah jenis penelitian kualitatif.

Sebelum observasi ke lapangan, maka terlebih dahulu diawali dengan studi pustaka untuk memdapatkan gambaran umun terkait objek yang akan diteliti. Studi pustaka adalah suatu upaya penggalian informasi sebanyak-banyak- nya tentang objek yang akan diteliti dengan cara membaca berbagai literatur yang terkait dengan penelitian. Mencatat bagian-bagian yang dianggap perlu untuk dipahami, serta hal- hal lainnya yang masih berhubungan dengan topik yang akan diteliti. Setelah mendapatkan informasi awal terkait objek yang akan diteliti, maka dilanjutkan dengan terjun ke lapangan untuk pengumpulan data.

C. PEMBAHASAN

1. Fungsi Upacara Pasupati

Upacara Pasupati sudah tidak asing lagi dalam telinga masyarakat Bali, karena mereka sering melaksanakannya. Benda-benda yang umumnya dipasupati berupa pratima, prasasti, awig-awig, sesabukan, keris, pusaka, tombak dan sebagainya. Semua benda yang sudah di- pasupati dikatagorikan sebagai benda sakral namun tidak semua benda tersebut berfungsi sebagai media pemujaan. Hanya pratima yang digunakan sebagai media pemujaan sehingga dalam upacara Pasupati pratima memerlukan syarat-syarat yang ketat. (Relin, 2016: 120).

(3)

Sesuai pendapat di atas, maka meng- hidupkan dan kemudian memohonkan kekuat- an magis terhadap benda-benda tertentu yang disakralkan sudah menjadi tradisi bagi masya- rakat Hindu, khususnya di Bali. Masyarakat percaya bahwa segala ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa mempunyai suatu kekuatan dan jiwa yang bisa dihidupkan melalui upacara, ter- masuk juga benda ciptaan manusia tersebut.

Hal itu mengandung makna bahwa Ida Sang Hyang Widhi Wasa berada dimana-dimana. Be- liau menciptakan alam semesta beserta isinya, dimana manusia sebagai ciptaan Beliau yang paling sempurna wajib memelihara, meng- hargai benda-benda yang ada di sekitarnya.

Mengacu pada kepercayaan dan keyakin- an di atas, masyarakat Hindu dalam setiap menciptakan suatu benda, apalagi yang terkait dengan kehidupan, keselamatan, dan kesejah- teraan dan terutama yang terkait dengan ritual/

agama, tentu melalui tahapan upacara sesuai dengan tattwa, susila, dan upacara keagamaan dan tradisi di masing-masing masyarakat. Le- bih-lebih yang terkait dengan hasil karya ma- nusia yang akan disakralkan, maka keyakinan umat sudah tertata dari mencari bahan, pem- buatan benda tersebut, sampai proses upacara sudah mencari hari baik menurut tattwa yang berlaku. Setiap tahapan dari mencari bahan hingga proses upacara Pasupati juga dibuatkan serentetan upacara. Upacara Pasupati mangan- dung makna memohon benda yang disakralkan itu berjiwa dan mempunyai kekuatan.

Berbicara fungsi upacara Pasupati tidak bisa lepas dari pengamalan fungsi upacara ke- agamaan di Bali khususnya dan pada masya- rakat Hindu pada umumnya. Menurut ajaran agama Hindu, fungsi upacara pada umumnya di Bali merupakan pengorbanan suci dengan tulus ikhlas kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan jalan cinta kasih, bhakti dan sujud memuja-Nya, serta mengikuti ajaran suci Be- liau. Korban suci dalam ajaran Hindu disebut dengan satu kata yaitu “yadnya”

Wiana (2002) upacara dalam bahasa San- sekerta berarti mendekat. Ini artinya lewat upa- cara agama umat agar semakin dekat dengan alam lingkungan dalam wujud menjaga keles- tarian alam. Dengan upacara kita lebih dekat dengan sesama dalam bentuk saling mengabdi sesuai swadharma masing-masing. Yang paling utama upacara yadnya bertujuan untuk mem- bangun rasa lebih dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa. Itulah makna filosofi dari upacara

yadnya. Jangan sampai hal itu tidak dipahami oleh umat.

Pernyataan tersebut di atas terkait de- ngan upacara Pasupati yang dilaksanakan oleh masyarakat Hindu Bali. Upacara Pasupati da- lam hal ini merupakan bagian dari upacara yadnya yang bertujuan untuk memuja Tuhan.

Akan tetapi di sisi lain upacara Pasupati juga mampu untuk mendekatkan sesama manusia dengan alam. Dalam hal mengadakan upacara Pasupati manusia tentu memerlukan orang lain sebagai faktor pendukung. Melalui bahan-ba- han yang diberikan oleh alam, maka manusia menyadari betapa pentingnya peran alam un- tuk membantu manusia mendekatkan diri de- ngan Tuhan. Sebab simbol-simbol keagamaan yang digunakan untuk memuja Tuhan adalah disediakan oleh alam.

Upacara Pasupati suatu benda keagamaan maupun benda budaya lainnya merupakan sua- tu upacara yang unik. Upacara Pasupati ber- tujuan untuk memberikan kekuatan magis agar benda itu bisa difungsikan dengan baik. Setelah pelaksanaan upacara Pasupati, benda yang su- dah diupacarai ditempatkan pada suatu tempat yang khusus sebagai suatu wahana untuk me- mohon perlindungan. Pasupati berasal dari ada- nya kepercayaan animisme dari tradisi kecil ke tradisi besar. Meskipun sudah ada pengaruh agama seperti agama Hindu sampai zaman mo- dern seperti sekarang ini, upacara Pasupati ma- sih dilaksanakn oleh masyarakat, maka dari itu upacara Pasupati merupakan warisan budaya yang mengandung nilai luhur dan masih hidup sampai kini.

Heriyanti (2021: 45) kebudayaan juga memberikan aturan bagi manusia dalam meng- olah kehidupan. Kebudayaan mempunyai fung- si yang besar bagi manusia dan masyarakat un- tuk menaklukkan berbagai macam kekuatan yang harus dihadapi manusia dan masyarakat seperti kekuatan alam dan kekuatan lain. Selain itu manusia dan masyarakat memerlukan ke- puasan baik secara spiritual maupun materiil.

Sesuai pendapat di atas ritual Pasupati sudah membudaya dalam kehidupan masya- rakat Hindu Bali. Sebab, benda-benda yang di- berikan upacara Pasupati dianggap sebagai benda yang memberikan manfaat bagi si pe- milik, baik berupa perlindungan, kekuatan, dan sebagainya tergantung tujuan masing-masing individu atau masyarakat. Setelah suatu benda selesai dipasupati, maka tentunya sebagai ben- da yang sudah dianggap memiliki jiwa, harus

(4)

dilakukan perawatan atau disucikan dengan upakara. Upakara yang dipersembahkan bukan dalam arti ditujukan untuk menyembah benda- benda tersebut, tetapi segala bentuk ritual di- tujukan kepada Tuhan yang bersemayam di da- lamnya.

2. Mistisisme dalam Upacara Pasupati Donder (2009: 283) ritual Pasupati banyak ditemukan pada saat datangnya upacara Tum- pek Landep yang jatuh setiap 20 hari sekali te- patnya pada setiap hari Saniscara Kliwon Wuku Landep. Hari raya ini sebagai simbol hari turun- nya Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam mani- festasi-Nya sebagai Sang Hyang Pasupati yaitu Dewa yang berkuasa atas segala jenis senjata atau alat-alat yang terbuat dari logam. Untuk itu maka pada hari raya Tumpek Landep ini, se- gala jenis senjata diupacarai dengan cara meng- haturkan berbagai sarana upacara. Semua tuju- an upacara itu dihaturkan kepada manifestasi Tuhan Yang Maha Kuasa yang menguasai se- mua senjata atau peralatan seraya memohon kepada Sang Hyang Pasupati agar semua per- alatan itu bertuah.

Sesuai dengan pendapat di atas, maka se- cara simbolik upacara Pasupati berarti mem- berikan jiwa pada benda-benda budaya yang mempunyai nilai luhur yang dapat dimanfaat- kan oleh manusia dan masyarakat untuk ke- selamatan maupun kesejahteraan. Hal ini yan menjadi alasan sehingga upacara Pasupati ma- sih terlaksana dengan baik dalam kehidupan keagamaan masyarakat Bali. Pada umumnya upacara Pasupati yang menjadikan benda-ben- da menjadi sakral dilaksanakan secara berkala sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Jika dilihat dari kata Pasupati sendiri, me- rupakan kata yang mengandung makna mistis- isme yang dalam. Secara umum Pasupati atau pemasupatian dapat dimaknai sebagai sebuah proses pensakralisasian benda, sehingga benda yang akan dipasupati diyakini memiliki ke- kuatan magis atau supranatural. Kekuatan yang ada dalam benda setelah dipasupati inilah diyakini dapat memberikan perlindungan, ke- selamatan kekuatan bahkan dapat mengahalau segala macam penyakit.

Suatu sistem kepercayaan masyarakat yang menyangkut hubungan dengan religi, me- ngandung bayangan dengan dunia gaib, dewa- dewa, mahkluk halus, kekuatan sakti, kehidup- an di masa yang akan datang, wujud dunia dan alam semesta (Koentjaraningrat dalam Lodra,

1988). Hal tersebut jika dikaitkan dengan upa- cara Pasupati maka upacara Pasupati bermakna sebagai pemujaan memohon berkah kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi Be- liau sebagai Sang Hyang Pasupati. Sang Hyang Pasupati dimohon untuk dapat menghidupkan dan memberikan kekuatan terhadap benda- benda tertentu yang akan disakralkan. Dalam kepercayaan umat Hindu di Bali, upacara Pasupati merupakan bagian dari upacara yad- nya. Proses Pasupati bisa hanya dengan meng- isi energi atau kekuatan Tuhan atau men- sthanakan sumber kekuatan tertentu di dalam benda tertentu, tergantung kemampuan orang yang melakukan upacara Pasupati tersebut.

Benda-benda seperti pratima, arca, dan keris sudah diyakini menjadi benda sakral yang memiliki kekuatan di luar kesadaran manusia.

Nilai-nilai kesakralan tersebut muncul karena adanya kekuatan upacara Pasupati. Upacara Pasupati menyebabkan semuanya berubah se- cara nyata, dimana benda-benda yang dulunya mati (tidak memiliki roh) setelah diupacarai Pa- supati menjadi benda-benda seperti keris, arca, patung maupun benda lainnya mempunyai roh/jiwa dan mempunyai kekuatan dengan ca- ra disakralkan oleh pemiliknya baik perorang- an maupun kelompok masyarakat sebagai pen- dukungnya. Masyarakat yang menyungsung benda tersebut sangat meyakini bahwa benda tersebut memancarkan sinar suci yang mampu melindungi, mengayomi masyarakat dari wa- bah, maupun kekuatan gaib yang bersifat ne- gatif yang bisa mencelakakan masyarakat.

Swarsi (2008: 44) menurut penekun aga- ma Hindu mengatakan upacara Pasupati ter- batas ada di Bali yang merupakan tradisi secara turun-temurun dan sudah ada pada pra Hindu.

Pada saat dulu masyarakat Bali sudah punya keyakinan dinamisme, yaitu kepercayaan ada- nya kekuatan di luar yang kasat mata. Masya- rakat Hindu di Bali sangat meyakini dan mem- buktikan bahwa suatu benda yang disakralkan melalui upacara Pasupati, terasa memberikan getaran hidup. Kenyataan dalam masyarakat Hindu, walaupun kehidupan sudah berubah di zaman modern, upacara seperti ini masih di- yakini dan dilaksanakan dalam masyarakat.

Mereka masih meyakini bahwa benda sakral seperti keris masih memiliki jiwa atau kekuat- an magis yang tidak bisa diukur dari pemikiran yang konkret.

(5)

Terkait pendapat di atas dapat dipahami bahwa kemajuan zaman tidak dapat meng- hilangkan eksistensi dari ritual Pasupati. De- ngan demikian dapat dipahami bahwa begitu pentingnya peran ritual Pasupati sebagai ritual penyucian terhadap benda-benda yang akan disakralkan. Nilai-nilai sakral yang diyakini merupakan hal yang mengandung ajaran mis- tisisme yang tidak dapat diukur melalui akal.

C. PENUTUP

Upacara Pasupati berfungsi untuk meng- hidupkan serta memohon kekuatan magis ter- hadap benda-benda tertentu yang akan di- sakralkan. Hingga saat ini upacara Pasupati masih terlaksana dengan baik dalam kehidupan masyarakat Hindu Bali. Dengan demikian upa- cara Pasupati masih sangat berfungsi dalam memberikan kekuatan benda-benda tertentu yang dipasupati. Melalui benda yang sudah di- sakralkan, masyarakat meyakini bahwa benda tersebut mampu menjaga dari mara bahaya.

Upacara Pasupati merupakan proses ri- tual untuk mensakralisasikan benda-benda ter- tentu. Upacara Pasupati sebagai permohonan yang ditujukan kepada Sang Hyang Pasupati melalui mantra yang dilengkapi dengan banten atau upakara. Sang Hyang Pasupati diyakini

berkehendak memberi kekuatan magis pada benda-benda sakral seperti keberadaan sebuah arca. Setelah dilaksanakan upacara Pasupati, maka arca terebut diyakini telah memiliki roh suci. Pelaksanaan upacara Pasupati bervariasi menurut desa, kala, patra masing-masing desa adat di Bali.

DAFTAR PUSTAKA

Donder, I Ketut & I Ketut Wisarja. 2009. Teologi Sosial Persoalan Agama dan Kemanusiaan Perspektif Hindu. Yogyakarta: IMPULSE.

Heriyanti, K., & Utami, D. (2021). Memahami Teologi Hindu Dalam Konteks Budaya. SWARA WIDYA: Jurnal Agama Hindu, 1(1).

Lodra, I Wayan. 1988. Pengaruh Upacara Pasupati Terhadap Alam Pikiran Orang Bali. IHDN Denpasar.

Relin, D. E. Filosofi Pasupati Pratima Ratu Ngerurah dan Ratu Ayu di Pura Pasek Ngukuhin Tegeh Kori Tonja, Denpasar.

JURNAL KAJIAN BALI, 6(1), 119-148.

Swarsi, S. 2008. Upacara Pasupati Sebagai Media Sakralisasi. Surabaya: Paramita.

Wiana, I Ketut. 2002. Makna Upacara Yajna Dalam Agama Hindu. Surabaya:

Paramita.

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat hubungan bermakna antara Budaya, Pendidikan, Pemeriksaan Kehamilan, Rencana Persalinan, Pengetahuan Ibu, Pendapatan, Biaya, Dukungan Tenaga Kesehatan dengan

Nurmansyah, (2011 : 184) mengatakan ada beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja karyawan diantaranya : Motivasi, Pendidikan, Disiplin

produk baik Proses tidak terkendali dengan penentuan ukuran lot produksi pada sistem produksi yang mengalami deteriorasi dengan kriteria minimasi ongkos dengan proses

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas pengaruh kepuasan kerja terhadap employee engangement, salah satunya adalah tesis yang dilakukan oleh Andi Kari pada

Ide dasarnya adalah bahwa dengan memperhatikan tingkat depresiasi nilai mata uang domestik terhadap mata uang luar negeri dan selama tingkat bung domestik lebih

Untuk PT BNI Syariah terlihat bahwa Ftabel adalah 2,28 sedangkan Fhitung untuk syariah 1341,546 lebih besar dari Ftabel sehingga terletak didaerah arsiran atau daerah

Titrimetri atau -olumetri adalah suatu "ara analisis jumlah yang berdasarkan  pengukuran -olume larutan yang diketahui kepekatan (konsentrasi) se"ara teliti yang direaksikan

pertanian dan perdagangan • Advokasi dalam rangka penyamaan persepsi kepada pengambil keputusan untuk meningkatkan prioritas pendanaan dalam pengelolaan persampahan PENDANAAN