Penulis : Saiful Kurniawan ejurnal.staiattaqwa.ac.id , Vol.No.3, Issue No.1
INOVASI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM MENYONGSONG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)
Article details:
Received:12 Nov 2019 Revision: 19 Nov 2019 Accepted: 8 Nov 2019 Published: 31 Des 2019
The headmaster is a functional teacher who is given the mandate for educational institutions. In addition, the head of the Madrasa has the main tasks and functions (tupoksi) as supervisors namely leaders who have sufficient scientific capacity, cooperative, constructive, realistic, progressive, and innovative towards the development of mentality and psychiatric students optimally. The Madrasah head's implementation is to develop his life skills in problem solving in the era of Asea economic society (MEA), so that they are able to become competitive, dynamic individuals in equitable economic development.
Keywords: Head of Madrasa, Mental, MEA
Saeful Kurniawan
Sekolah Tianggi Agama Islam (STAI) At-Taqwa Bondowoso kurniawansaeful@gmail.com
Penulis : Saiful Kurniawan ejurnal.staiattaqwa.ac.id , Vol.No.3, Issue No.1
A. Pendahuluan
Peranan pendidikan dan tingkat perkembangan manusia merupakan faktor yang dominan terhadap kemampuannya untuk menanggapi masalah kehidupannya sehari-hari. Tingkat kemajuan suatu bangsa juga dapat ditinjau dari tingkat pendidikan rakyatnya. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa negara-negara maju sangat memperhatikan usaha pendidikan yang sesuai dengan kemajuan yang dicapai. Sementara itu, di negara-negara yang sedang berkembang pendidikan mulai lebih diperhatikan setelah dalam waktu yang cukup lama kurang terurus sehingga masalah-masalah yang dihadapi pendidikan berlipat ganda dengan kompleksitas yang sangat rumit.
Dengan konteks ini, Indonesia berpotensi kuat untuk menjadi negara besar.
Kecendrungan kemudian arah besarnya peran indonesia dikancah global mulai nampak akhir-akhir ini khusunya dalam bidang ekonomi, politik-militer, dan budaya. Peran ini harus terus dipelihara dan ditingkatkan sehingga semangkin meluas dan nyata, dalam rangka ikut serta memperjuangkan perdamain, keadilan dan kesejahtraan dunia, (Sonhadji, 2015:223).
Pada tingkat madrasah, kepala madrasah sebagai figur kunci dalam mendorong perkembangan dan kemajuan madrasah. Kepala madrasah tidak hanya meningkat tanggung jawabnya dan otoritasnya dalam program-program madrasah, kurikulum dan keputusan personel, tetapi juga memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan akuntabilitas keberhasilan siswa dan programnya.
Kepala madrasah harus pandai dalam memimpin kelompok dan pendelegasian tugas dan wewenang, (Asmani, 2013:18-19). Oleh karena itu, pengelolaan pendidikan yang melibatkan peran-peran leadership (kepemimpinan) tampil sebagai masalah yang harus dibahas tersendiri, agar suatu lembaga mengalami perkembangan dan kemajuan.
Dalam teori kepemimpinan, ada dua situasi kunci dimana fungsi kepemimpinan diperhitungkan, fungsi tujuan yang meliputi: Pertama, menetapkan deskripsi pekerjaan, mencari informasi, memberi informasi, memberi pendapat, menjelaskan, mengkoordinasikan, memberikan pemahaman, menguji
Penulis : Saiful Kurniawan ejurnal.staiattaqwa.ac.id , Vol.No.3, Issue No.1
kelayakan, mengevaluasi, mengdiagnosis. Kedua, memberikan motivasi, menetapkan standar, mengikuti dan memantau, mengekspresikan perasaan, (Priansa, 2014:186-189). Masih erat kaitannya dengan kepemimpinan bahwa fakta sejarah telah cukup membuktikan bahwa kepemimpinan sepanjang sejarah merupakan persoalan yang sangat penting bagi umat manusia, baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Karena kelangsungan hidup suatu negara itu sangat dipengaruhi oleh pemimpinnya.
Pada hakikatnya seorang pemimpin yang kolektif adalah seorang pemimpin yang melaksanakan fungsi kepemimpinannya dengan baik. Akan tetapi di dalam kenyataannya setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tidak ada yang sempurna dalam mempelajari ilmu kepemimpinan. Mereka hanya mampu mengubah kekurangannya serta mengoreksi kelemahanya, (Priansa, 2014:186-189).
Berkenaan dengan penyiapan masa globalisasi ini pada tahun 2016 sekarang yang dinamakan masyarakat ekonomi asean, ada beberapa instrumen yang harus diperhatikan oleh kepala sekolah terhadap peserta didik yaitu;
Intelektual Quotient, intelektual ini disebut dengan kecerdasan Inteletual Quotient yang mana kecerdasan ini merupakan suatu alat untuk berfikir supaya bisa berupaya dalam proses belajar dan mengetahui segala macam pengetahuan, tidak hanya kecerdasan saja, namun memerlukan tahapan-tahapan untuk mengetahui seberapa sabar didalam menghadapi kesabaran didalam mencari ilmu, perlunya Emosional Quotient, emosional sangat perlu karena hal ini bisa memicu bagaimana mengetahui cara mengkontrol ego, karena ego selalu tumbuh dan terkadang membuat kita tidak konsisten gampang tidak sadar yang kita lakukan, apa atas dasar kesadaran kita sendiri apa karena ada unsur tekanan, maka dari itu tidak cukup hanya kecerdasan dan emosional saja, butuh yang namanya Spiritual Quotient, ketekunan dalam beribadah sangatlah penting karena bisa membuat seseorang menambah ketekunan dalam belajar dan pencarian ilmu pengetahuanya, ketiga fase tersebut sangat mendukung bagaimana penyiapan
Penulis : Saiful Kurniawan ejurnal.staiattaqwa.ac.id , Vol.No.3, Issue No.1
perserta didik untuk menyongsong masyarakat ekonomi asean, (Makalah Pelatihan Nasional Guru Se-Indonesia 2008:03).
Lulusan madrasah selama ini dipandang sebelah mata dalam konteks persaingan hidup. Mereka dipandang tidak punya kemampuan bersaing dengan lulusan lembaga pendidikan negeri atau umum yang serba lengkap dengan sarana dan prasarana. Lepas benar tidaknya persepsi ini, mulai saat ini, madrasah harus benar-benar memikirkan pendidikan yang mampu membekali anak didiknya life skill berkualitas tinggi sehingga bermanfaat untuk bertahan dalam persaingan hidup yang sangat ketat. Life skill adalah keahlian, keterampilan, dan kemampuan yang membuat seseorang bisa mandiri dalam hidupnya, tidak tergantung dengan orang lain. Ia memaksimalkan kreasi dan kreativitasnya untuk memenangkan persaingan hidup yang tajam. Inovasi dijadikan kata kunci dalam meraih kesuksesan, (Asmani, 2013:131).
B. Pembahasan
1. Pengertian Kepemimpinan
Secara umum definisi kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut.
“Kepemimpinan berasal dari kata “leader” dan “leadership”. Pemimpin adalah orang yang paling berorientasi hasil, dimana hasil tersebut akan diperoleh jika pemimpin mengetahui apa yang diinginkanya. Kouzes dan posner (2004) menyatakan bahwa pemimpin adalah pionir, sebagai orang yang bersedia melangkah kedalam situasi yang tidak diketahui, (Priansa, 2014:185).
2. Pengertian Kepala Madrasah
Kepala Madrasah adalah seorang fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu madrasah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang manerima pelajaran, (Makawimbang, 2012:61).Disamping itu, tugas pokok dan fungsinya kepala Madarasah sebagai Supervisor.
a. Pengertian Supervisor
Secara etimologis berasal dari bahasa inggris “to supervise” atau mengawasi. Menurut Merriam Webster’s Collegiate Dictionary disebutkan
Penulis : Saiful Kurniawan ejurnal.staiattaqwa.ac.id , Vol.No.3, Issue No.1
bahwa supervise merupakan: “ A critical whatching and directing” suatu aktifitas pembinanaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainya dalam melakukan pekerjaan secara efekktif, (Purwanto, 2000).
b. prinsip-prinsip utama yang perlu dipedomani dan diterapkan oleh supervisor ialah:
1) Ilmiah
Kegiatan supervisi yang dikembangkan harus disusun secara sistematis, Obyektif, dan menggunkan instrumen atau sarana yang menggunakan informasi yang dapat dipercaya dan dapat menjadi bahan masukan dalam mengadakan evaluasi terhadap situasi belajar mengajar.
2) Kooperatif
Program supervisi dikembangkan atas dasar kerjasama antar kepala sekolah diharapkan mampu bekerjasama dengan guru-guru, peserta didik, dan seluruh warga sekolah yang berkepentingan dalam peningkatan kualitas belajar mengajar.
3) Konstruktif dan Kreatif
Membina guru agar mampu mengambil inisiatif sendiri dalam mengembangkan situasi belajar-mengajar. Guru-guru tidak hanya menunggu ajakan, himbauan, atau perintah dari kepala sekolah untuk mengembangkan situasi belajar mengajar.
4) Realistik
Pelaksanaan supervisi pendidikan harus memperhitungkan dan memperhatikan segala sesuatu yang ungguh-sungguh ada di dalam suatu situasi dan kondisi secara obyektif.
5) Progresif
Setiap kegiatan yang dilaksanakan tidak terlepas dari ukuran dan perhatian apakah setiap langkah yang ditempuh memperoleh kemajuan. Gerak maju yang ditandai dengan semakin lancarnya
Penulis : Saiful Kurniawan ejurnal.staiattaqwa.ac.id , Vol.No.3, Issue No.1
kegiatan dilaksanakan, atau semakin matangnya proses dari setiap unsur yang berperan dalam situasi belajar mengajar adalah pertanda dipeliharanya supervisi yang progresif.
6) Inovatif
Program supervisi pendidikan selalu mengikhtiarkan perbahan dengan penemuan-penemuan baru dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu pengajaran dan pendidikan. Kepala sekolah dan guru harus terbuka terhadap perubahan yang terjadi di ilmu pengetahuan, teknologi dan sosial, sehingga dengan demikian segala gagasan yang menyangkut perubahan pendidikan akan terwujud dengan baik. kepala sekolah harus memiliki sikap inovatif yang tinggi terhadap tugas profesionalnya (Priansa, 2014:90-92).
2. Mental Peserta Didik
Istilah “kesehatan mental” diambil dari konsep mental hygiene. Kata“
mental” diambil dari kata yunani, pengertian sama dengan psyche dalam bahasa latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Jadi istilah mental hygiene dimaknakan sebagai kesehatan mental atau kesehatan jiwa.
a. Beberapa Pengertian
Terdapat berbagai cara dalam memberikan pengertian mental yang sehat, yaitu: 1. sehat mental karena tidak mengalami gangguam mental, 2.
sehat mental jika tidak jatuh sakit akibat stressor, 3. sehat mental jika sejalan dengan kapasitasnya, dan 4. sehat mental karena tumbuh dan berkembang secara positif.
1) sehat mental karena tidak mengalami gangguan mental
Kalangan klinis klasik menekankan bahwa orang yang sehat mentalnya adalah orang yang tahan terhadap sakit jiwa atau terbebas dari sakit dan gangguan jiwa. Orang yang mengalami neurosa dan lebih-lebih yang menderita psikosa dianggap tidak sehat. Sedangkan orang yang tidak mengalami neurosa dan psikosa dapat dikatakan sebagai orang yang sehat.
2) sehat mental jika tidak sakit akibat adanya stressor
Penulis : Saiful Kurniawan ejurnal.staiattaqwa.ac.id , Vol.No.3, Issue No.1
Clausen memberi batasan yang berbeda dengan pandangan klinis klasik. Menurutnya orang yang sehat mentalnya adalah orang yang dapat menahan diri untuk tidak jatuh sakit akibat stressor (pembuat stress). Pengertian ini tampaknya lebih menekankan pada aspek individual. Seorang yang tidak sakit meskipun mengalami tekanan maka menurut pengertian ini adalah orang yang sehat (Notosoedirdjo, 1980; Scott, 1961).
3) sehat mental jika sejalan dengan kapasitasnya
Michael dan Kirk Patrick memandang bahwa individu yang sehat mentalnya jika terbebas dari gejala psikiatris dan individu itu berfungsi secara optimal dalam lingkungan sosialnya. Pengertian ini terdapat aspek individu dan aspek lingkungan. Seseorang yang sehat mental itu jika sesui dengan kapasitasnya diri sendiri, dapat hidup tepat yang selaras dengan lingkungan.
4) Sehat Mental Karena Tumbuh Dan Berkembang Secara Positif
Frank, L.K Mrumuskan pengertian kesehatan mental secara lebih konferehensif dan melihat sisi kesehatan mental secara “positif”. Dia mengemukakakn bahwa kesehatan mental merupakan orang yang terus menerus tumbuh, berkembang dan matang dalam hidupnya, meneriman tanggung jawab, menemukan penyesuaian (tanpa membayar terlalu tinggi biayanya sendiri atau oleh masyarakat) dalam berpartisipasi dalam memelihara aturan sosial dan tindakan dalam budayanya.
b. Teori-Teori Mental Yang Sehat
Meskipun sudah dijelaskan beberap ksehatan mental pada bagian diats, untuk menetapkan suatau keadaan psikologis berada dalam keadaan sehat tidaklah mudah kalangan ahli kesehatan mental yang membuat kriteria-kriteria atau kondisi optimum seseorang dapat dikatakan berada dalam kondisi yang sehat. Kondisi optimum ini dapat
Penulis : Saiful Kurniawan ejurnal.staiattaqwa.ac.id , Vol.No.3, Issue No.1
dijadikan sebagai acuan dan arah yang dapat dituju dalam melakukan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan mental serta pencegahanya.
Manifiestasi mental yang sehat (secara psikologis) menurut Maslow dan Mittlemenn adalah sebagai berikut.
1) Adequate feeling of security (rasa aman yang memadai). Perasaan merasa aman dalam hubunganya dengan pekerjaan, sosial, dan keluarganya.
2) Adequate self-evaluation (kemampuan menilai diri sendiri yang memadai), yang mencakup: a. harga diri yang memadai, yaitu merasa ada nilai yang sebanding pada diri sendiri dan prestasinya, b. memiliki perasaan berguna, yaitu perasaan yang secara moral masuk akal, dengan perasaan tidak diganggu oleh rasa bersalah yang berlebihan, dan mampu mengenal beberapa hal yang secara sosial dan personal tidak dapat diterima oleh kehendak umum yang selalu ada sepanjang kehidupan dimasyarakat.
3) Adequate spontanity and emotionality (memiliki spontanitas dan perasaan yang memadai, dengan orang lain), Hal ini ditandai oleh kemampuan membentuk ikatan emosional secara kuat dan abadi, seperti hubungan persahabatan dan cinta, kemampuan memberi ekspresi yang cukup pada ketidaksukaan tanpa kehilangan kontrol, kemampuan memahami dan membagi rasa kepada orang lain, kemampuan menyenangi diri sendiri dan tertawa. Setiap orang adalah tidak senang pada suatu saat, tetapi dia harus memiki alasan yang tepat.
c. Prinsip Dalam Kesehatan Mental
Menurut (Schneiders, 1964) ada lima prinsip yang harus diperhatikan untuk memahami kesehatan mental. Prinsip ini berguna dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan mental serta pencegahan terhadap gangguan-gangguan mental. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
1) Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan atau bagian yang tidak terlepas dare kesehatan fisik dan integritas organisme.
Penulis : Saiful Kurniawan ejurnal.staiattaqwa.ac.id , Vol.No.3, Issue No.1
2) Untuk memlihara kesehatan mental dan penyesuaian yang baik, perilaku manusia harus sesuai dengat sifat manusia sebagai pribadi yang bermoral, intelektual, religius, emosional dan sosial.
3) Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan integrasi dan pengendalian diri, yang meliputi pengendalian pemikiran, imajinasi, hasrat, emosi dan perilaku.
4) Dalam pencapaian dan khususnya memelihara kesehatan dan penyesuaian mental, memperluas pengetahuan tentang diri sendiri merupakan suatu keharusan.
5) Kesehatan mental memerlukan konsep diri yang sehat, yang meliputi:
penerimaan diri dan usaha yang realistik terhadap status atau harga dirinya sendiri (Latipun, 2011:29-38).
3. Skill
Life Skill adalah kecakapan praktis Yang dijadikan sebagai pegangan atau pedoman anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan hidup atau kehidupan dimasa sekarang dan akan datang, meliputi kecakapan pengetahuan dan sikap yang berhubungan dengan fisik dan mental, serta kecakapan kejuruan yang berhubungan dengan pengembangan akhlak anak didik supaya mampu menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dalam kehidupan. Secara umum, pendidikan life skill bertujuan mengembangkan potensi anak didik yang sesuai dengan karakteristik, emosional, dan spiritual dalam prospek mengembangkan diri dan memposisikan peranya di masa sekarang serta yang akan datang.
a. Dimensi life skill meliputi hal-hal berikut:
1) Kecakapan Mengenai Diri (Self Awarenes)
Kecakapan ini sering diartiakn dengan kemampuan personal (personal skill). Variabelnya adalah: a. penghayatan diri sebagai makhluk YME, anggota masyarakat, dan warga negara; serta b. menyadari dan mensyukuri kelebihan serta kekurangan yang dimiliki sebagai modal dalam meningkatkan manfaat diribagi lingkuganya.
2) Kecakapan Berfikir Rasional (Thingking Skill)
Penulis : Saiful Kurniawan ejurnal.staiattaqwa.ac.id , Vol.No.3, Issue No.1
Variabel yang masuk dalam poin ini adalah: a. kecakapan menggali dan menemukan informasi, b. kecakapan mengolah informasi dan membuat keputusan, serta c. kecakapan memecahkan permasalahan secara aktif dan kreatif.
3) Kecakapan Sosial (Social Skill)
Variabel ini adalah kecakapan berkomunikasi atau berhubungan dengan orang lain secara empati dan penuh pengertian, serta kecakapan bekerja sama.
4) Kecakapan Akademik (Academic Skill)
Kecakapan ini disebut dengan kemampuan berpikir ilmiah (scientific method). Variabel yang termasuk kedalamya adalah: a.
identifikasi variabel, b. merumuskan hipotesis, serta c. melaksanakan penelitian.
5) Kecakapan Vokasional (Vocational Skill)
Kecakapan ini disebut juga keterampilan kejuruan, yaitu keterampilan yang dikaitkan dengan pekerjaan spesifik (specipic life skill) atau ketrampilan tekhnis (technical skill) dalam masyarakat.
b. Model pengembangan life skill
Ada banyak pemikiran untuk mengembangkan life skill dimadrasah.
Model pengembangan ini dapat dibagi menjadi beberapa bidang, yaitu pengembangan kelembagaan, kurikulum, pembelajaran, mamjemen, serta media dan sumber belajar.
1) Pengembangan Kelembagaan.
Pengembangan kelembagaan adalah usaha dalam jangka panjang untuk memperbaiki proses-proses pemecahan masalah dan pembaharuan organisasi, khususnya melalui budaya manajemen organisasi yang lebih efektif dan kolaboratif.
2) Pengembangan Model Kurikulum.
Kurikulum sebagai jantung pendidikan harus dilaksanakan sesuai teori-teori yang sifatnya fleksibel, sesuai dengan perkembangan zaman.
Penulis : Saiful Kurniawan ejurnal.staiattaqwa.ac.id , Vol.No.3, Issue No.1
Hal inilah yang mendorong ahli dunia pendidikan untuk memikirkan tujuan pendidikan nasional yang terarah dan mudah terealisir secara efektif sertan kontinu. Kurikulum selalu beradaptasi dengan perubahan dan kemajuan iptek.
3) Pengembangan Tenaga Pendidikan Dan Kependidikan.
Guru harus mempunyai kecakapan dan wawasan memadai terutama –tentang ilmu yang diajarkan-, mempunyai keterampilan yang tinggi, mampu menggunakan metode yang tepat, dan mudah beradaptasi dengan kemampuan anak didik. Terwujudnya guru profesional adalah sebuah keharusan. Keteladanan dan kecakapan tinggi merupakan modal bagi guru untuk menarik anak didik. Guru adalah manajer pengajaran, fasilitator siswa, dan dalam aspek teknis (didaktik- metodik), mereka harus mampu membimbing belajar siswa.
4) Pengembangan Model Pembelajaran.
Pemebelajaran kontekstual adalah hal penting. Guru harus bisa mendorong anak didik agar mampu meghubungkan pengetahuan dengan kehidupan nyata dan mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
5) Pengembangan Model Manajemen.
Manajemen berkaitan dengan faktor internal lembaga psndidikan yang hendaknya menggunakan total quality management (TQM) dan faktor eksternal yang berhubungan dengan output anak didik.
manajemen tidak dapat dipisahkan dare proses pendidikan secara keseluruhan. Manajemen yang digunakan harus bersifat terbuka dan pengambilan keputusan harus melibatkan guru, orang tua siswa, siswa, dan masyarakat. Manajemen ini bersifat emansipatif karena melibatkan seluruh elemen dalam proses perubahan yang direncanakan bersama, (Asmani, 2013:132-139).
4. Pengertian Masyarakat Ekonomi Asean
Perkembangan terbaru adalah diberlakukanya ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yaitu suatu
Penulis : Saiful Kurniawan ejurnal.staiattaqwa.ac.id , Vol.No.3, Issue No.1
integrasi ekonomi regional mulai tahun 2015 ini. AEC/MEA memiliki beberapa karateristik kunci: (1) satu basis pasar dan produksi, (2) satu kawasan ekonomi yang sangat kompetitif, (3) satu kawasan dengan perkembangan ekonomi yang adil (equitable), dan (4) satu kawasan yang secara penuh terintegrasi dengan ekonomi global. Anggotanya adalah semua anggota ASEAN yaitu Indonesia, malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, laos, Myanmar, Kamboja, Brunei Darussalam, dan Filipina. Kerja-sama MEA ini mencakup bidang-bidang sumber daya manusia dan pembangunan kapasitas (capasity building); pengakuan kualifikasi profesional, konsultasi tentang ekonomi makro dan kebijakan finansial yang lebih intensif;
pengukuran pembiayaan perdagangan; peningkatan koneksivitas infrastruktur dan komunikasi; pengembangan transaksi elektronik melalui e- ASEAN; integrasi industri-industri diseluruh kawasan MEA untuk meningkatkan sumber-sumber regional; dan meningkatkan keterlibatan sektor swasta untuk membangun MEA.
MEA adalah tranformasi ASEAN menjadi satu kawasan dengan pergerakan yang lebih bebas pada barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal. Keberadaan Masyarakat Ekonomi ASEAN ini juga sesua dengan semboyan ASEAN;”one vision, one identity, and one community” (Secretariat of ASEAN, 2015). Indonesia mau tidak mau harus siap memasuki MEA ini dengan cara menata kembali fondasi ekonomi, membangun infrastruktur ekonomi, dan mendayagunakan seluruh potensi sumber-sumber ekonomi dan SDM yang dimilikinya. Jika tidak disiapkan secara sungguh-sungguh, bisa jadi keberadaan MEA ini justru menjadi bumerang bagi Indonesia sendiri.
a. Peran Budaya
Budaya Indonesia makin dikenal di dunia internasional, sperti dalam bentuk pakaian, tarian, lagu, masakan, dan bahasa. Batik kini digemari oleh orang asing khususnya para wisatawan dari berbagai manca negara. Sebagai contoh banyak batik dipakai di Belanda dan
Penulis : Saiful Kurniawan ejurnal.staiattaqwa.ac.id , Vol.No.3, Issue No.1
Filipina Selatan. Bahkan, mendiang Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela pada masa hidupnya sering memakai pakaian corak batik Indonesia. Di Filipina Selatan sekarang ini orang sudah terbiasa tidak memakai pakaian barong khas Filipina, melainkan batik Indonesia. Tarian Indonesia banyak dijumpai di Thailand selatan (mirip dengan tarian yang berasal dari sumatra).
b. Peran dalam Gerakan Lingkungan
Akhir-akhir ini, Indonesia berperan aktif dalam lingkungan dunia.
Sejak tahun 2007, Indonesia sudah berpartisipasi aktif dalam pertemuan- pertemuan internasional di mana “perubahan iklim” (climate change) menjadi agenda utama, misalnya G-8 di Helligendamm, APEC di Sidney, ASEAN di Singapura, Uni Eropa di Lisabon, dan Sidang PBB di New York (Djalal, 2008). Menurut Djalal, pertemuan-pertemuan tersebut hanyalah pemanasan; perjuangan yang memiliki arus deras diplomatik, politik, ekonomi, dan sosial ini bermuara di Bali, yaitu ketika diselenggarakan United Nations Climate Change Conference tahun 2008 yang dimotori oleh presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada saat itu. Bahkan, dikatakan bahwa konferensi di Bali lebih efektif dari pada Protokol Kyoto, dengan menghasilkan konsensus baru, (Sonhadji, 2015:
237-239).
5. Tantangan Globalisai Dan Masyarakat Ekonomi Asean a. Politik dan Hukum
Bidang politik dijadikan landasan berpijak untuk pembangunan sistem politik dan pemerintahan negara yang mantap dengan visi kedepan yang jelas dan filosofi yang kokoh dalam konteks karakteristik bangsa yang plural dan multikultural. Strategi memperkuat landasan pembangunan diarahkan untuk memperkokoh dan mempertahankan falsafat negara pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta pembengunan sistem politik dan kenegaraan yang mantap dan demokratis dengan visi ke depan yang jelas, dalam konteks karakteristik bangsa yang plural dan multikultural.
Penulis : Saiful Kurniawan ejurnal.staiattaqwa.ac.id , Vol.No.3, Issue No.1
Semakin besar perbedaan etnik, budaya, dan gagasan sosial dalam suatu bangsa, semakin kuat karakter bangsa tersebut, apabila resistensi dapat dibatasi. Dengan demikian, semua wawasan, kebijakan, program, dan perilaku para pelaksana pembangunan disegala bidang harus sejalan dengan falsafah dan dasar negara tersebut, untuk menjamin eksistensi dan kelangsungan hidup (survival) Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang utuh, berdaulat, mandiri, aman, dan damai.
b. Ekonomi
Martabat suatu bangsa sangat ditentukan oleh perkembangan ekonominya, antara lain beberapa persen pertumbuhan ekonomi, berapa GNP personal capita, bagaimana kurs mata uang, berapa rata-rata indeks saham gabungan, dan berapa besar tingkat inflasinya. Upaya untuk mengintervensi indikator –indikator perkembangan ekonomi nasional ini perlu dipacu secara akseleratif, antara lain dengan memantapkan struktur dan memperkuat basi-basis ekonomi. Di samping itu “ekonomi biaya tinggi” harus di hindari sejauh mungkin, dengan efisiensi manajemen dan produksi, termasuk biaya pelayana birokrasi dalam bidang ekonomi.
Penguasaan teknologi dapat memperkuat posisi tawar perdangangan dalam bentuk ekspor barang dan jasa. Dengan demikian, ekonomi yang berbasis pada teknologi tinggi perlu diperkuat yang diarahkan pada ekspor barang dan jasa, terutama barang-barang otomotif, mesin dan elektronik, yang dapat bersaing dengan negara-negara produsen lainya.
c. Pendidikan Dan Kebudayaan
Daya saing bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia; dan peningkatan kualitas sumber sumber daya manusia yang paling efektif adalah melalui pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya
“revitalisasi pendidikan” dalam arti pembenahan sistem pendidikan secara fundamental dan kontekstual, dengan menggunakan struktur dan kekuatan yang ada pada selama ini.
Penulis : Saiful Kurniawan ejurnal.staiattaqwa.ac.id , Vol.No.3, Issue No.1
Kekayaan budaya Indonesia yang beraneka ragam seperti peninggalan budaya lama, seni budaya lokal, tardisi-tardisi budaya dan keagamaan, dan keindahan alam, serta objek-objek pariwisata lainya merupakan potensi yang membanggakan dan merupakan daya tarik yang menyebabkan Indonesia dikenal, digandrungi, dikunjungi, diberi apresiasi, dan akhirnya dikenang sepanjang hayat sebagai suatu negara dan bangsa yang berbudaya tinggi. Pembangunan dibidang ini perlu lebih diintesifkan, terutama pada pemetaan, penggalian potensi, pemeliharaan, sampai dengan pengembangan sebagai komoditas, dengan tetap menjaga nilai, orisinilitas, keunikan dan jatidirinya.
C. Kesimpulan
Implimentasi kepemimpinan kepala Madrasah dalam menyiapkan mentalitas peserta didik untuk menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean di lembaga pendidikan yaitu dengan melakukan pendampingan secara oprasional, memberikan contoh yaitu dengan suri tauladan. Dan disamping itu juga memberikan buku panduan akan tugas dan fungsi dari setiap personelnya agar memahahami secara totalitas (kaffah).
Kepada Madrash dalam menyiapkan mentalitas peserta didiknya dalam menyongsong MEA yaitu, dengan mengembangkan dan meningkatkan kemamuannya (skill), baik itu dari kecerdasan intelektual (intelektual quotient), kecerdasan emosional (emosional quotient) dan kecerdasan spritual (spirityual quotient) ialah dengan membuat program penjaringan bakat dan keagamaan (al-diniyah) sehingga mereka mampu mengasah dan mengembangkan keimananan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Sonhadji Ahmad, 2015, Membangun Peradaban Bangsa Dalam Perspektif Multikultural, Universitas Negeri Malang, ikip Malang
Priansa Donni Juni, 2014, Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, ALFABETA Bandung
Penulis : Saiful Kurniawan ejurnal.staiattaqwa.ac.id , Vol.No.3, Issue No.1
Ihsan Fuad, 2005, Dasar-Dasar Kependidikan, PT RINEKA CIPTA, Jakarta
Asmani Jamal Ma’mur, Kiat Melahirkan Madrasah Unggulan, DIVA Press Banguntapan Jogjakarta
Jerry H. Makawimbang, 2012, Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu, Bandung : Alfabeta
Latipun Moeljono Notosoedirdjo, 1999, Kesehatan Mental, UPT. Universitas Muhammadiyah Malang
Muzzaki, Akh. Dan Kholifah, 2011, Ilmu Pendidikan Islam, Surabaya : Kopertais IV Press
Makalah Pelatihan Guru Nasional Se-Indonesia, Antara IQ, EQ, SQ
Moleong, 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosdakarya Permadi, Dadi, 2011, Kepemimpinan Mandiri (Profsional) Kepala Sekolah, Bandung :
Sarana Panca Karya Nusa