• Tidak ada hasil yang ditemukan

Standar Usaha Pondok Wisata Pada Ritma Guest House Syariah Di Banyuwangi Prespektif Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif No. 9 Tahun 2014 Dan Maslahah Al Mursalah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Standar Usaha Pondok Wisata Pada Ritma Guest House Syariah Di Banyuwangi Prespektif Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif No. 9 Tahun 2014 Dan Maslahah Al Mursalah."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

NIM: 083142069

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS SYARIAH

2019

(2)
(3)
(4)

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat

siksa- -Maidah (5); 2]

(5)

Hidayah-NYA sehingga di berikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas akhir dengan segala kekurangan . rasa syukur sya ucapkan kepada MU karena telah menghadirkan mereka yang selu memberi semanga

karena MU lah mereka ada, dan karena MU tugas akhir ini terselesaikan. Segala piji bagi MU ya Allah, Engkau memberikan kesempatan dipenghujung awal perjuangan ini. Skripsi ini saaya persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua saya, ti dan Umi SumarNi. Dan kepada kakak saya Eva Fitriatul H beserta suaminya Ahmad Gozali dan ketiga anaknya Roy, Royhana dan Arsy. Kepada bapak saya M Muksin, Ibu Narni dan adik saya Diah. Dan tak lupa juga kepada keluarga Bani Syamsuri dan Bani Simon yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang dan bimbingan saya dengan penuh kasih sayang dan memberikan dukungan baik moriil maupun materil.

2. Kepada Suami saya, Idham Halid yang dengan sabar membimbing dan menemani saya dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga apa yang dilakukan mendapatkan barokah dari-NYA

3. Kepada seluruh guru saya mulai dadi pendidikan sekolah dasar hingga perguruan tinggi baik gurul formal maupun non formal, ucapan terimakasih yang tak terhingga atas didikannya karena tanpa perjuangannya saya tidak akan sampai pada tahap ini, mohon maaf jika sampai saat ini belum bisa membalas semua kebaikannya.

(6)

IAIN Jember yang tak henti-hentinya memberikan pendidikan informal serta suport untuk terus melangkah.

6. Seluruh saudara seperjuangan di Muamalah i2 (In Mumber two) karna berkat kalian skripsi ini dapat terselessaikan.

7. Dan kemua pihak yang tidak bisa disebutkan satupersatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga yang telah kami peroleh selama kuliah di Institut Agama Islam Negeri Jember (IAIN) bisa bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya bagi saya pribadi. Dan semoga kita semua yang masuk secara langsung ataupun tidak dalam proses penyelesaian skripsi ini selalu di berikan kesehatan, kelancaran rizki serta ridho dan barokah dari-NYA. Aamiin

(7)

senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: “Standar Usaha Pondok Wisata Pada Ritma Guest House Syariah Di Banywangi Prespektif Peraturan Menreti Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Nomor. 9 Tahun 2014 dan Maslahah Mursalah”.

Sholawat serta salam yang tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan tuntunan dan bimbingan kepada kita semua sehingga kita berada di jalan yang benar dan di ridhoi oleh Allah SWT.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan masukan dari berbagai pihak. untuk itu dengan segala kerendaha hati penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE, MM selaku Rektor IAIN Jember.

2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Noor Harisudin, M.FIL,I selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN Jember.

3. Bunda Busriyanti, M.Ag. selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan banyak waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan.

4. Segenap bapak dan ibu dosen IAIN Jember wabil khusus Dosen Fakultas Syariah yang sudah mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis.

Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat dan barokah.

(8)

dalam penyusunan skripsi ini.

Teriring doa, semoga amal yang telah kita lakukan menjadi amal yang tiada putus pahalanya dan bermanfaat untuk kita baik di dunia maupun di akhirat.

Aamiin. Walaupun dengan segenap kemampuan, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan dalam penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan ilmu. perlu adanya koreksi, saran dan kritiksn yang konstruktif dari seluruh pembaca yang penulis harapkan. semoga skripsi ini dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.

Jember, 22 Oktober 2019

Penulis

(9)

tidak adanya suatu aturan yang dapat di jadikan acuan dalam penyelenggaraan guest house syariah. Dimana guest house syariah adalah sebuah produk baru dari Islam yang bergerak di bidang Life Style. Guest house di Indonesia dikenal dengan sebutan pondok wisata. Ritma Guest House Syariah masih baru dalam pendiriannya dan dinilai cukup berani dalam menyatakan bahwa usaha guest house tersebut berprinsip syariah. Oleh karena itu perlu adanya bukti-bukti yang mendukung dengan cara melakukan penilaian terhadap penerapan kriteria standar usaha pada pondok wisata yang terkandung dalam Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif No. 9 Tahun 2014 serta menekankan pada kesyariahan Ritma Guest House Syariah apabila di tinjau pada Maslahah Mursalah.

Fokus penelitian ini adalah: 1) Bagaimana Standar Usaha Pondok Wisata Pada Guest House Syariah Di Banyuwangi Ditinjau Dari Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif No. 9 Tahun 2014? 2) Bagaimana Standar Usaha Pondok Wisata Pada Guest House Syariah Di Banyuwangi Ditinjau Dari Maslahah Mursalah?

Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk Mengetahui Standar Usaha Pondok Wisata Pada Guest House Syariah Di Banyuwangi Ditinjau Dari Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif No. 9 Tahun 2014. 2) Untuk Mengetahui Standar Usaha Pondok Wisata Pada Guest House Syariah Di Banyuwangi Ditinjau Dari Maslahah Mursalah.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan objek dalam bentuk narasi yang di dapat dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Pemeriksaan data dilakukan dengan triangulasi data.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah: 1) Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No. 9 Tahun 2014 tentang Standar Usaha Pondok Pariwisata dalam penyelenggaraan di Ritma Guest House Syariah dinilai belum memenuhi standar diantaranya: tidak ada fasilitas papan nama yang terpampang dengan jelas, tidak adanya dapur yang di khususkan untuk pengunjung, untuk keamanan hanya sebatas CCTV tanpa adanya satpam, ketidaksesuaian jumlah hunian kamar dan tidak adanya Sertifikasi dan Sertifikat Usaha Pondok Wisata dari MUI maupun pemerintahan setempat. 2) Berdasarkan Maslahah Mursalah, dalam penyelenggaraannya telah sesuai dengan pengertiannya yakni mendatangkan kebaikan atau manfaat dan menolak kerusakan. Seperti menghindari maksiat, menjaga perilaku dan etika, menjaga amanah, keamanan dan kenyamanan. Namun secara Legal Formal belum adanya Sertifikat Halal dari Majelis Ulama Indonesia dan tidak adanya pengawasan dari Dewan Pengawas Syariah untuk mengawasi jalannya praktik pengelolaan di Ritma Guest House Syariah. Mengenai seleksi tamu haya sebatas melihat KTP/SIM/PASPOR tanpa menyimpannya dan tidak adanya kerjasama dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil hal ini agar terhindar dari penyalahgunaan identitas.

(10)

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Defiisi Istilah ... 6

F. Sistematika Pembahasan... 8

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 9

A. Penelitian Terdahulu... 9

B. Kajian Teori ... 12

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 36

B. Lokasi Penelitian ... 36

C. Subjek Penelitian... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Analisis Data ... 39

F. Keabsahan Data ... 39

G. Tahap-tahap Penelitian ... 40

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA... 42

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 42

1. Sejarah objek penelitian ... 42

2. Letak geografis objek penelitian... 43

(11)

A. Kesimpulan ... 76 B. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA ... 79 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang sebagian besar beragama Islam serta memiliki alam yang indah untuk dinikmati dari sinilah muncul beberapa wisata seperti pantai, air terjun, penginapan yang dikelola oleh perorangan maupun oleh pemerintahan setempat. Perkembangan pariwisata memberikan pengaruh yang sangat besar kepada masyarakat baik dari segi perekonomian maupun kebudayaan. Dari segi perekonomian, maraknya wisatawan asing maupun lokal yang berkunjung ke tempat wisata menjadi peluang bisnis masyarakat setempat dengan memanfaaatkan usaha-usaha dan merupakan salah satu sektor terpenting yang memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Indonesia. Hal ini karena dengan adanya pariwisata akan membuka lebih banyak lapangan pekerjaan. Selain itu juga bisa memberikan motivasi bagi setiap individu untuk berkreasi dan berinovasi.1 Sedangkan dari segi kebudayaan, secara tidak langsung perlahan tapi pasti masyarakat akan terpengaruh oleh budaya pendatang yang mereka anggap lebih maju, kebudayaan tersebut tidak hanya datang dari luar negeri melainkan juga dari dalam negeri yang di bawa langsung oleh wisatawan asing maupun lokal.2

Di dalam perkembangan pariwisata mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, terlihat dari bertambahnya jumlah wisatawan yang berkunjung.

1Rahmi Syahriza, Periwisata Berbasis Syariah (Telaah Makna Kata Sara dan Derivasinya dalam Al- HUMAN FALAH, Vol. 1 No. 2 Juli-Desember 2014. 143, 16 Januari 2018

2Fahrudin Al Sabri, ; Mengonsep Pariwisata Islam,

KARSA, Vol. XVII No. 2 Oktober 2010.115, 16 Januari 2018.

(13)

Namun semua itu harus sesuai dengan peraturan yang berlaku baik secara perundang-undangan maupun norma agama agar selalu menjaga keseimbangan antara manusia dengan Tuhan, hubungan antara manusia dengan manusia dan hubungan antara manusia dengan lingkungan.3 Dan

dalam Al- -

160 yang berbunyi:

Artinya:

amalnya. Dan barang siapa berbuat kejahatan di balas seimbang

dengan kejahatannya. 4

Berdasarkan ayat diatas, bahwa segala bentuk perbuatan yang mengarah kepada kebaikan dan semata-mata mencari ridho Allah SWT itu diperbolehkan.Tetapi sebaliknya, jika pebuatan itu hanya menimbulkan kerusakan dan kerugian maka hendaknya perbuatan itu dihentikan, jika tetap dilakukan maka dianggap perbuatan tersebut haram.

Pada era modern ini kemajuan juga dimiliki oleh pelaku bisnis baik dalam bidang produksi maupun bidang jasa. Didalam perkembangannya pelaku bisnis melakukan inovasi-inovasi agar dapat diterima oleh masyarakat.

Bisnis Syariah atau bisnis yang didalamnya menggunakan prinsi-prinsip Islam merupakan bisnis yang baru bermunculan baik dalam bidang Ekonomi Syariah, Lembaga Keuangan Syariah, Badan Keuangan Syariah maupun

3Undang-undang No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pasal 5 huruf a.

4Al- : 160

(14)

wisata yang berbasis Syariah. Perkembangan pesat juga dialami oleh usaha bisnis dalam bidang jasa akomodasi, salah satu yang sering ditemui adalah guest house. Guest house hampir sama dengan hotel hanya saja pengelolahannya di lakukan oleh perorangan dan dalam satu lingkungan antara pemiliknya dengan penyewa sedangkan hotel di kelolah oleh staf dan berada dilingkungan berbeda antara pemilik dan penyewanya. Guest house tidak hanya berkembang dikota saja melainkan didaerah pedesaan yang dekat dengan wisata juga banyak berdiri guest house, maka dari itu para pelaku usaha dalam bidang jasa akomodasi harus berusaha mempertahankan kwalitas dan kuantintas dalam bersaing dengan yang lainnya.

Pada saat ini kota Banyuwangi yang terkenal dengan tempat wisatanya dan sangan kental dalam menjaga kebudayaan asli Banyuwangi banyak berdiri berbagai penginapan mulai dari bentuk Hotel, Villa, Kos-kosan sampai dengan

guest house konvenional. Hal ini terbukti pada

tahun 2016 sudah tercatat ada 76 hotel dengan total jumlah 2.385 kamar5 dan pada saat ini ada 350 Homestay yang sebagiannya dikelolah oleh BUMDES.6 Dalam penelitian ini, peneliti akan fokus membahas mengenai guest house yang menggunakan prinsip syariah. Ritma Guest House salah satu tempat penginapan yang berlebel syariah atau sering disebut Ritma Guest House Syariah yang terletak di Jl. KH. Wachid Hasyim No. 4, Penganjuran Banyuwangi. Guest house ini banyak di kunjunggi oleh wisatawan asing maupun wisatawan dalam negeri.

5https://regional.kontan.co.id/news/hotel-berbintang-menjamur-di-banyuwangi. 18 November 2019

6https://travel.kompas.com/read/2017/02/04/183225227/wisata.semakin.hemat.di.banyuwangi.kini.

tersedia.350.homestay. 18 November 2019

(15)

Jika di hubungkan dengan guest house yang berlebel syariah adalah dalam tatacara berdirinya hingga aspek pengelolahannya belum ada peraturan yang secara jelas. Namun adanya guest house syariah sangat bermanfaat bagi masyarakat khususnya bagi yang beragama islam karena mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama islam. Meski adanya guest house syariah sangat membantu dalam kemaslahatan, perlu adanya yang mengatur mengenai usaha bisnis ini agar dapat terjamin kwalitas dan kuantitasnya. Bukan hanya itu, usaha bisnis guest house syariah harus memenuhi prinsip-

yang telah di atur oleh Fatwa dan mendapatkan persetujuan dari Dewan -MUI). Penggolongan guest house syariah juga perlu adanya sertifikasi halal berdasarkan pada hasil penelitian atas persyaratan dasar serta telah memenuhi kriteria yang berlaku bagi guest house syariah.

Pada dasarnya untuk melakukan suatu usaha harus mematuhi peraturan yang telah di tetapkan oleh pemerintahan. Namun dalam bisnis guest house yang berlebel syariah masih belum ada peraturan hukum yang mengatur baik dari pendirian maupun cara pengolahannya, karena guest house syariah merupakan fenomena baru sehingga masih ada kekosongan hukum. Maka untuk mengkaji, peneliti hanya menggunakan peraturan secara umum yaitu menggunakan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No. 9 Tahun 2014 Tentang Standar Usaha Pondok Wisata. Ruang lingkup dalam pembahasannya meliputi penyelengaraan usaha pondok wisata, sertifikat dan sertifikasi usaha pondok wisata, pembinaan, pengawasan dan sanksi

(16)

administratif yang terbagi dalam 3 aspek pembahasan yaitu pada aspek produk, aspek pelayanan dan aspek pengelolahan.

Dari pemaparan diatas, hal inilah yang membuat penulis mengambil tema penelitian yang berjudul TANDAR USAHA PONDOK WISATA PADA RITMA GUEST HOUSE SYARIAH DI BANYUWANGI PERSPEKTIF PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF NO 9 TAHUN 2014 DAN MASLAHAH AL MURSALAH.

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana Standar Usaha Pondok Wisata pada Ritma Guest House di Banyuwangi ditinjau dari Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No 9 Tahun 2014?

2. Bagaimana Standar Usaha Pondok Wisata pada Ritma Guest House di Banyuwangi ditinjau dari Maslahah al Mursalah

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Standar Usaha Pondok Wisata pada Ritma Guest House di Banyuwangi ditinjau dari Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No. 9 Tahun 2014.

2. Untuk mengetahui Standar Usaha Pondok Wisata pada Ritma Guest House syari di Banyuwangi ditinjau dari Maslahah al Mursalah.

D. Manfaat Penelitian

(17)

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap agar dapat bermafaat sebagai berikut:

1. SecaraTeoritis

a. Untuk memperkaya pegetahuan bagi masyarakat kalangan pengusaha maupun akademisi tentang criteria usaha jasa akmodasi . b. Di harapakan dapat memberikan pemahaman dan wawasan yang

positif di dalam bidang pariwisata dan ekonomi kreatif khususnya tentang usaha jasa akmodasi

2. Secara Praktis

a. Di harapkan mampu memberikan kontribusi serta solusi yang berhubungan tentang standar usaha pondok wisata pada Guest House yang berbasis

b. Dapat memberikan informasi kepada pengusaha maupun masyarakat tentang kriteria usaha jasa akomodasi yang sesuai dengan Peraturan Menteri dan Maslahah al Mursalah.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah ini berisi tentang definisi dari istilah-istilah penting yang menjadi pusat perhatian peneliti di dalam judul penelitian tersebut. Hal ini bertujuan supaya tidak terjadi kesalahpahaman makna istilah yang dimaksudkan oleh peneliti karya tersebut.7 Berdasarkan uraian diatas, maka definisi yang bisa difahami darijudulpeneliti yang diajukanadalah:

7IAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press, 2017), 45.

(18)

1. Stadar Usaha Pondok Wisata adalah rumusan kualifikasi Usaha Pondok Wisata dan/atau klasifikasi Usaha Pondok Wisata yang mencakup aspek produk, pelayanan dan pengelolaan Usaha Pondok Wisata.8

2. merupakan gabungan dari duakata yaitu Guest House dan menurut AHMA (Amerrican Hotel &

Motel Association), Guest House adalah suatu tempat yang menyediakan tempat meng-inap, makanan dan minuman, dan pelayanan lainnya untuk disewakan kepada tamu atau orang-orang yang tinggal untuk sementara waktu.9 Sedangkan adalah hukum-hukum yang telah dinyatakan dan ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya sebagai peraturan hidup manusia untuk diimani, diikuti dan dilaksanakan oleh manusia didalam kehidupannya.10 Jadi adalah Penginapan yang menyajikan pemandangan dan menerapkan konsep syariah Islam yang menyeimbangkan tatanan bisnis perhotelan, etika moral dan nilai-nilai agama yang berguna untuk memenuhi kebutuhan umat akan penginapan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam sehingga perjalanan wisata maupun bisnis lebih nyaman.

3. Maslahan al Mursalah yang artinya suatu kemaslahatan yang tidak mempunyai dasar dalil, tetapi juga tidak ada pembatalannya. Jika terdapat sua

8Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia No.9 Tahun 2014 Tentang Standar Usaha Pondok Wisata pasal 1 ayat 3.

9 Widanaputra, Akutansi Perhotelan Pendekatan Sistem Informasi, (Yogyakarta : Graha Ilmu.

2009), 36.

10 Saifudin Mujtaba, Ilmu Fiqh (SebuahPengantaar), (Jember: STAIN Jember Press. 2013), 2.

(19)

yakni suatu ketentuan yang berdasarkan pemeliharaan kemudharatan atau untuk menyatakan suatu manfaat.11

F. Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan ini pnelitian ini terdiri dari beberapa bab, yang diantaranya yaitu:

BAB I akan membahas mengenai pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang. Fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi istilah.

BAB II akan membahas mengenai kajian kepustakaan yang didalamnya meliputi Penelitian Terdahulu dan Kajian Teori yang berkaitan dengan Standar Usaha Pondok Wisata pada Ritma Guest House Syariah dalam Perspektif Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No.9 Tahun 2014 dan Maslahah al Mursalah

BAB III akan membahas mengenai metode penelitian yang didalamnya berisi pendekatan dan jenis penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, tahapan penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB IV akan membahas mengenai penyajian data dan analisis data, dan pembahasan temuan

BAB V akan membahas mengenai penutup atau kesimpulan dan saran yang didalamnya berisi kesimpulan dan saran-saran

11 , Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 2010) h. 117.

(20)

A. Penelitian Terdahulu

1. Skripsi Syarifuddin, Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya 2015, Analisis Produk, Pelayanan dan Pengelolaan Bisnis

ini membahas tentang produk, pelayanan dan pengelolahan pada Hotel Syariah Wali Songo di Surabaya dengan menggunakan.

Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa, dalam pelaksanaan prinsip-prinsip syariah pada produk, pelayanaan dan pengelolaan pada Hotel Syariah Wali Songo Surabaya masih kurang terlaksana dengan baik dan Hotel Walisongo termaksud pada Hotel golongan hilal-1 yang sesuai dengan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia No 2 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Hotel Syariah.12

Persamaan dari kedua penelitian adalah sama-sama meneliti usaha bisnis yang berlebel syariah mulai dari produk, pelayanan dan pengelolaan.

Sedangkan perbedaannya, skripsi Syarifuddin Universitas Islam Sunan

pada perhotelan dalam penerapan prinsip-prinsip syari

peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No 2 Tahun 2014

12 Skripsi Syarifuddin,

. (Skripsi Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya, 2015).

(21)

ini hanya fokus pada yang ditinjau dari Peraturan menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No 9 Tahun 2014 tentang Standar Usaha Pondok Wisata dan Maslahah al Mursalah.

2. Skripsi Anindya Pramitha Harviyanti, Universitas Negeri Malang 2016 Asas dan Pelayanan Guest House Syariah di Hasanah um Islam dan Hukum Perdata

tatacara pendiriannya masih belum ada yang mengatur baik dari segi produk,pelayanan dan pengelolaannya. Sedangkan Hasanah Guest House cukup berani mengatakan bahwa usaha akomodasi tersebut

Kesimpulan dari skripsi Anindya Pramitha H adalah transaksi dalam sewa- menyewa dalam Hasanah telah sesuai dengan hukum islam ialah menggunakan asas-asas akad yang sesuai dengan Kompilasi Hukum Ekonomi Islam (KHES) dan telah sesuai dengan hukum perdata yaitu asas-asas hukum perjanjian perdata yang telah sesuai dengan KUHPer.13

Persamaan dari kedua peneliti adalah sama-sama meneliti tentang salah satu akomodasi yaitu Guest House yang berbasis syariah. Perbedaannya adalah penelitian Anindya Pramitha fokus terhadap asas dan pelayanan yang di tinjau dari hukum islam dan hukum perdata sedangkan penelitian

13 Anindya Pramitha Harviyanti, Asas dan Pelayanan Guest House Syariah di Hasanah Guest . (Skripsi Universitas Negeri Malang, 2016).

(22)

yang peneliti lakukan lebih fokus kepada produk, pelayanan dan pengelolahan yang mengacu pada Peraturan menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No. 9 Tahun 2014 tentang Standar Usaha Pondok Wisata dan Maslahah al Mursalah.

3. Skripsi Siti Rohma, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga 2014, Penerapan Etika Bisnis Islam di Hotel Madani Syariah Yogyakarta Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang termaksud dalam penelitian deskriptif. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu dalam aspek produk, pelayanan dan pengelolahan sudah berjalan dengan baik hanya saja ada beberapa yang kurang tersedia pada hotel Hotel Madani Syariah ialah adanya fasilitas SPA dan kolam renang. Dan dalam

ke-Syariah-annya dengan menanamkan tauhid, adil, berkehendak bebas, tanggung jawab dan ihsan telah diterapkannya.14

Persamaan dari kedua penelitian adalah sama-sama meneliti tentang

dilakukan oleh Siti Rahma mengarah kepada etika dalam berbisnis islam dan objeknya adalah Hotel Syariah sedangkan penelitian yang peneliti teliti menfokuskan kepada produk, pelayanan dan pengelolaan yang objeknya adalah House Guest syariah berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No 9 Tahun 2014 tentang Standar Usaha Pondok Wisata dan Maslahah al Mursalah.

14 Siti Rohma, Penerapan Etika Bisnis Islam di Hotel Madani Syariah Yogyakarta. (Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2014).

(23)

B. Kajian Teori 1. Pariwisata

a. Pengertian Pariwisata

Arti pariwisata sendiri belum banyak diungkap oleh para ahli dari dua suku kata, yaitu pari berarti banyak, berkali-kali dan berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata berarti perjalanan atau bepergian secara berkali-kali atau berkeliling.15

Dalam Undang-Undang No 9 Tahun 2009, Pariwisata merupakan berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.16 Sedangkan pengertian kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha. Menurut Intruksi Presiden Republik Indonesia No 19 Tahun 1969, pengertian kepariwisataan adalah merupakan kegiatan jasa yang memanfaatkan kekayaan alam dan lingkungan hidup yanh khas, seperti hasil budaya, peninggalan sejarah, pemandangan alam yang indah dan iklim yang nyaman.

15Muljadi A.J., Kepariwisataan dan Perjalanan (Jakarta:Rajawali Pers,2012). 8.

16Undang-Undang No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Pasal 1 ayat 3.

(24)

Kemudian Prof Salah Wahab (bangsa Mesir), mengatakan dalam bukunya yang berjudul An Introduction on Tourism Theory mengemukakan bahwa batasan pariwisata hendaknya memperlihatkan onatomi dari gejala-gejala yang terdiri dari tiga unsur, yaitu: manusia (man), yaitu orang yang melakukan perjalanan wisata; ruang (space), yaitu daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan; dan waktu (time), yakni waktu yang digunakan selama dalam perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata.17

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.18

b.

Pariwisata berbasis syariah telah menjadi sebuah tren baru dalam perkembangan periwisata di berbagai belahan dunia. Esensi dari pariwisata syariah merujuk pada usaha menyikirkan segala hal yang dapat membahayakan bagi manusia dan mendekatkan manusia kepada hal yang akan membawa kemanfaatan bagi dirinya maupun lingkungan. Saat ini, kebutuhan wisatawan terhadap pariwisata syariah

17 Oka A, Pengantar Ilmu Pariwisata (Bandung: Angkasa) 116.

18 Ibid., 118.

(25)

tidak lagi sebatas ziarah ke makam maupun wisata religi lainnya.

Pariwisata telah merambah keberbagai sektor jasa, perhotelan, dan restoran dimana sektor-sektor tersebut kini banyak diminati oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Contohnya restoran yang menjual makanan halal (tidak mengandung olahan babi dan anjing) dan bisnis perhotelan yang menerapkan prinsip syariah (tidak menyediakan minuman alkohol; hanya menyediakan makanan yang halal; dan menyediakan fasilitas penunjang untuk ibadah, seperti al-

.19

Jika dilihat dari sudut pandang Islam terdapat istilah Pariwisata

-masjid peninggalan sejarah, umro dan haji.

didasarkan pada nilai-nilai syariah Islam. Konsumennya bukan hanya sekedar orang Islam tetapi orang-orang non muslim yang ingin menikmari kearifan lokal seperti yang selalu dianjurkan World Tourism Organization.

Beberapa pendapat para pakar dan akademisi pariwisata dunia

1)

pada wisata religi, tetapi meluas kesegala bentuk pariwisata kecuali yang bertentangan dengan nilai- I

19Unggul Priyadi, Pariwisata Syariah Prospek dan Perkembangan (Yogyakarta: UPP STIM YKPN,2016 ) 1.

(26)

2)

luas, pariwisata syariah adalah segala jenis besar nilai-nilai syariah ini terdapat dalam kepercayaan agama lain dan mereka yang tidak beragama (contohnya kode etik yang di promosikan oleh organisasi pariwisata dunia). Nilai-nilai syarah tersebut adalah ajakan untuk menghormati masyarakat lokal dan lingkungan setempat, member keuntungan kepada penduduk setempat, kesopanan.

3)

etika baru dalam pariwisata. Hal tersebut berdasarkan generalisasi nilai-nilai yang di sepakati sebagai standar yang tinggi atas moral dan kesopanan. Pariwisata syariah juga berlandaskan dari kepedulian terhap kepercayaan lokal dan budaya sebagai mana kepedulian terhadap lingkungan. Jenis pariwisata ini merepresentasikan pandangan baru akan kehidupan dan masyarakat dan juga menganjurkan akan pemahaman, dialog antar dua bangsa yang berbeda, peradaban dan usaha untuk mengetahui

20

Pada umumnya pariwisata syariah lebih terkenal dengan sebutan wisata religi. Tetapi jika diteliti lebih dalam pariwisata syariah belum tentu pariwisata religi sedangkan pariwisata religi termaksud pariwisata syariah. Untuk memahami perbandingan antara pariwisata

20 Riyanto Sofyan, (Jakarta:Republika, 2012). 54.

(27)

konvensional, pariwisata religi dan pariwisata syariah dapat dibedakan seperti yang dijelaskan dalam table berikut ini.21

No Item

Perbandingan Konvensional Religi

1 Objek Alam, budaya,

heritage, kuliner

Tempat ibadah, peninggalan sejarah

Semuanya

2 Tujuan Menghibur Meningkatkan

spiritualitas

Meningkatk an spirit religiusitas dengan cara menghibur

3 Target Menyentuh

kepuasan dan kesenangan yang berdimensi nafsu, semata- mata hanya untuk menghibur

Aspek spiritual yang bias menenangkan jiwa. Semata- mata mencari ketenangan batin

Memenuhi keinginan dan

kesenangan serta menumbuhk an

kesadaran beragama

4 Guide Memahami

dan menguasai informasi sehingga bias menarik wisatawan terhadap objek

Menguasai sejarah tokoh dan lokasi yang menjadi objek

pariwisata

Membuat turis tertarik pada objek sekaligus membangkit kan spirit religiusitas wisatawan.

Mampu menjelaskan fungsi dan peran dalam membentuk kebahagiaan dan

kepuasan batin dalam kehidupan manusia

21Ibid,. 56.

(28)

5 Fasilitas Ibadah

Sekedar pelengkap

Sekedar pelengkap

Menjadi bagian yang menyatu dengan objek pariwisata, ritual peribadatan menjadi bagian dari paket hiburan

6 Kuliner Umum Umum Spesifik

yang halal 7 Relasi dengan

masyarakat di lingkungan objek pariwisata

Komplementer dan semata- mata mengejar keuntungan

Komplementer, semata-mata mengejar keuntungan

Integrated, interaksi berdasarkan pada prinsip- prinsip

8 Agenda perjalanan

Mengabaikan waktu

Peduli waktu perjalanan

Memperhati kan waktu Namun dalam hal ini Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Badan Pengurus Harian DSN MUI, Pariwisata Syariah mempunyai kriteria umum sebagai berikut:22

1) Berorientasi pada kemaslahatan umum

2) Berorientasi pada pencerahan, penyegaran dan ketenangan.

3) Menghindari kemusyrikan dan khurafat.

4) Menghindari maksiat seperti zina, pornografi, pornoaksi, minuman keras, narkoba dan judi.

5) Menjaga perilaku, etika dan nilai-nilai luhur kemanusiaan seperti menghindari perilahu hedonis dan asusila,

22 Ibid,. 57-58.

(29)

6) Menjaga amanah, keamanan dan kenyamanan.

7) Bersifat universal dan inklusif.

8) Menjaga kelestarian lingkungan.

9) Menghormati nilai-nilai social-budaya dan kearifan lokal.

Jika kriteria umum tersebut diatas diaplikasikan pada komponen usaha, profesi dan daya tarik wisata maka dari panduan umum menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan BPH DSN MUI, Dapat dijeslakan sebagai berikut:

1)

Dari sisi objek wisata, hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah:

a) Objek wisata meliputi wisata alam, wisata budaya dan wisata buatan.

b) Tersedia fasilitas ibadah yang layak dan suci.

c) Tersedia makanan dan minuman yang halal.

d) Pertunjukan seni dan budaya serta atraksi yang tidak bertentangan dengan criteria umum pariwisata syariah.

e) Terjaga kebersihan sanitasi dan lingkungan.

2)

Objek wisata syariah harus memiliki akomodasi penginapan yang sesuai dengan standar syariah.Tentunya adalah apabila sudah ada hotel atau losmen syariah yang sudah mendapat sertifikasi dari Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia

(30)

(DSN-MUI). Namun mengingat saat ini masih sedikit sekali hotel yang mendapat sertifikat syariah dari DSN-MUI maka paling tidak hotel atau penginapan yang tersedia harus memenuhi hal-hak berikut:

a) Tersedia fasilitas yang layak untuk besuci.

b) Tersedia fasilitas yang memudahkan untuk beribadah.

c) Tersedia makanan dan minuman halal.

d) Fasilitas dan suasana yang aman, nyaman dan kondusif untuk keluarga dan bisnis.

e) Terjaga kebersian sanitasi dan lingkungan.

3) Usaha Penyediaan Makanan dan Minuman

Seluruh restoran, kafe dan jasa boga di objek wisata

dari bahan baku hingga proses penyediaan bahan baku dan proses memasaknya. Cara yang paling baik adalah restoran, kafe maupun jasa boga tersebut sudah mendapatkan sertifikasi halal dari MUI.

Jika cara tersebut belum dapat dilakukan mengingat berbagai kendala maka minimal hal-hal yang harus di perhatikan adalah:

a) Terjamin kehalalan makanan-minuman dengan sertifikat MUI.

b) Ada jaminan halal dari MUI setempat, tokoh muslim atau pihak terpecaya, dengan memenuhi ketentuan yang akan di tetapkan selanjutnya apabila poin a belum terpenuhi.

c) Terjaga lingkungan yang sehat dan bersih.

(31)

4) SPA, Sauna dan Massage

Terdapat sejumlah hal khusus yang harus di perhatikan bagi fasilitas SPA bila hendak melayani wisatawan dengan konsep wisata syariah ini, diantaranya:

a) Terapis pria untuk pelanggan pria dan terapis wanita untuk pelanggan wanita.

b) Tidak mengandung unsure pornografi dan pornoaksi.

c) Menggunakan bahan yang halal dan tidak terkontaminasi babi dan produk lainnya.

d) Tersedia sarana yang memudahkan untuk beribadah.

5) Biro Perjalanan Wisata

Biro perjalanan wisata tidak perlu khusus memiliki kualafikasi syariah. Namun penting biro perjalanan tersebut melakukan beberapa hal berikut:

a) Menyelenggarakan paket perjalanan/wisata yang sesuai dengan kriteria umum pariwisata syariah.

b) Memiliki daftar akomodasi yang sesuai dengan panduan umum akomodasi pariwisata syariah.

c) Memiliki daftar usaha penyedia makanan dan minuman yang sesuai dengan panduan umum usaha penyedia makanan dan minuman pariwisata syariah. Misalnya, untuk memenuhi kebutuhan wisatawan muslim yang menggunakan jasanya, biro

(32)

perjalanan wisata harus mengetahui rumah makan yang menyajikan makanan halal ketika berada di objek wisata.

6) Pramuwisata (Pemandu Wisata)

Pramuwisata memegang peran sangat penting dalam penerapan prinsip syariah di dunia wisata, karena di tangannyalah eksekusi berbagai aturan syariah yang di terapkan dalam pariwisata syariah. Karena posisinya adalah sebagai pemimpin perjalanan wisata, maka ia harus memenuhi syarat berikut:

a) Memahami dan mampu melaksanakan nilai-nilai syariah dalam menjalankan tugas.

b) Berakhlak baik, komunikatif, ramah, jujur dan bertanggung jawab.

c) Berpenampilan sopan dan menarik sesuai dengan nilai dan etika islam.

d) Memiliki kompetensi sesuai standar profesi yang berlaku. Hal ini menjadi sangat penting, karena pramuwisata harus memiliki wawasan dan kompetesi yang luas mengenai pariwisata syariah agar dapat memberikan nilai-nilai islam selama perjalanan wisata.

c. Akomodasi Wisata

Akomodasi adalah suatu sarana yang menyediakan jasa pelayanan penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan

(33)

makanan dan minuman serta jasa lainnya.23 Akomodasi merupakan komponen yang sangat penting dalam pariwisata yaitu untuk menginap saat melakukan perjalanan. Akomodasi komersil di bidang pariwisata bertujuan mencari keuntungan dengan menawarkan barang maupun jasa kepada wisatawan untuk mendapatkan keuntungan (profit). Secara sederhana akomodasi dapat diartikan sebagai suatu bangunan yang memiliki kamar-kamar dan fasilitas lain seperti bar dan restoran yang di sediakan untuk para tamu yang dikelolah secara sederhana maupun profesional.24

Berikut jenis-jenis akomodasi sebagai berikut:25 1. Motel (Motor Hotel).

Yaitu suatu jenis akomodasi yang timbul dan berkembang sebagai akibat semakin ramainya lalulintas wisatawan yang menggunakan mobil pribadi.

2. APOTEL (Apartment Hotel)

Adalah semacam akomodasi yang di bagun sedemikian rupa

wisatawan atau traveler untuk suatu jangka waktu tertentu.

3. Youth Hostel

Yaitu semacam akomodasi yang diperuntukan bagi wisatawan remaja, dengan perlengkapan dan fasilitas yang memadai dan terif relative murah.

23 Muljadi, Kepariwisataan dan perjalanan, 67.

24 Bagyono, Pariwisata dan Perhotelan, (Bandung: Alfabeta 2017), 62.

25 Oka A, Pengantar Ilmu Pariwisata, 260-263

(34)

4. Apartment

Adalah suatu jenis akomodasi yang diperuntukkan bagi wisatawan dan digunakan dalam waktu yang (agak) lama dan dipakai pada waktu-waktu hari libur, dimana selain disediakan kamar tidur, kamar mandi, juga disediakan kamar tamu (dining room) serta dilengkapi dengan dapur.

5. Inn

Sebenarnya pengertian inn adalah suatu penginapan dalam bentuk yang amat sederhana, banyak terdapat di Eropa yang biasanya hanya menyediakan minuman-minuman saja dan terletak di pinggiran kota atau pendalaman.

6. Bungalow

Adalah salah satu bentuk akomodasi berbentuk rumah yang dibangun di daerah pegunungan dan biasanya di cat dengan warna- warna yang menarik.

7. Ryokan

Adalah suatu bentuk akomodasi khas Jepang yang mempunyai fasilitas serta pelayanan sesuai dengan kebiasaan bagi orang-orang Jepang.

8. Mess

Adalah jenis akomodasi yang didiran oleh suatu instansi jawatan, perusahaan untuk karyawannya bila ada keperluan

(35)

tertentu atau liburan dengan perhitungan biaya yang relatif murah sekali.

9. Home Stay atau Guest House (Wisma atau Pondok Wisata)

Yaitu suatu jenis akomodasi yang berasal dari rumah-rumah rakyat yang telah di up-grade sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat-syarat kesehatan untuk tempat tinggal sementara dalam jangka waktu pendek.

10. Hotel

Jenis akomodasi yang dikelolah secara komersial dan profesional, disediakan bagi setiap orang untuk mendapatkan pelayanan penginapan, makan dan minum serta pelayanan lainnya.

d. Standar Usaha Pondok Wisata (Guest House)

Dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Pondok Wisata adalah penyediaan akomodasi berupa bangunan rumah tinggal yang dihuni oleh pemiliknya dan dimanfaatkan sebagian untuk disewakan dengan memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari pemiliknya.26 Pondok wisata dikenal dengan sebutan Homestay atau Guest House, secara umum dapat diartikan usaha perorangan yang menggunakan sebagian rumahnya untuk menginap wisatawan dengan perhitungan pembayaran dan pengelolaannya dikerjakan oleh pemilik pondok wisata tersebut.

26Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia No 86 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyediaan Akomodasi pasal 1 ayat 7

(36)

Guest House adalah sebuah tempat yang di bangun untuk penginapan. Perbedaan yang mendasar dengan hotel adalah disini biasanya para pengelola menawarkan untuk sewa kamar harian dan bulanan. Yang intinya Guest House sangat cocok untuk transit atau tempat singgah bila ada sanak keluarga yang mempunyai acara.

Fasilitas yang disediakan Guest House memiliki kesamaan dengan Hotel, namun perbedaanya ialah terletak pada cara pengelolahannya.

Hotel dikelolah oleh staf selama 24 jam, sedangkan pemiliknya tidak tinggal dalam satu lingkungan dengan penyawa hotel tersebut.

Sedangkan Guest House dikelolah oleh pemiliknya sendiri, pemilik Guest House bertempat tinggal terpisah dengan rumah disewakan yang dan tetap pada satu lingkungan namun tak jarang pemilik Guest House tinggal satu dan mempunya kamar lebih sedikit dari pada hotel.27

Dalam hal ini ruang lingkup pondok wisata, meliputi:28 1) Penyelenggaraan usaha pondok wisata

Dalam penyelenggaraan usaha pondok wisata, standar usaha pondok wisata memuat persyaratan minimal dan pedoman menyangkut usaha pondok wisata, yang meliputi aspek produk, aspek pelayanan dan aspek produk.

27 http://bougenvilleguesthouse.blogspot.com/2009/01/guest-house.html. Diakses pada tanggal 10 Agustus 2018

28 Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No 9 Tahun 2014, pasal 6 ayat 2

(37)

2) Sertifikat dan sertifikasi usaha pondok wisata

Adanya sertifikat dan sertifikasi wajib dimiliki oleh sebuah usaha baik menyangkut usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah yang telah memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku.

3) Pembinaan dan pengawasan

Setelah memiliki sertifikat dan sertifikasi usaha pondok wisata, maka usaha tersebut berada di bawah pengawasan pemerintahan diantaranya Menteri, Gubernur dan Bupati. Dalam pembinaan memiliki tugas sebagai berikut:29

a) Pembinaan yang dilakukan oleh Menteri mencakup sosialisasi dan advokasi

b) Pembinaan yang dilakukan oleh Gubernur mencakup pelaksanaan bimbingan teknis penerapan standar usaha pondok wisata bagi pengusaha pariwisata

c) Pembinaan yang dilakukan oleh Bupati/Walikota antara lain melakukan tenis penerapan standar usaha pondok wisata dan pelatihan teknis operasional usaha pondok wisata bagi tenaga kerja usaha pondok wisata

Sedangkan dalam pengawasan memiliki wewenang sebagai berikut:30

29Pasal 14

30Pasal 15 ayat 2-4

(38)

a) Pengawasan yang dilakukan oleh Menteri melalui evaluasi penerapan standar usaha pondok wisata

b) Pengawasan yang dilakukan oleh Gubernur melalui evaluasi laporan kegiatan penerapan standar usaha pondok wisata di wilayah kerja

c) Bupati/Walikota melakukan pengawasan melalui evaluasi terhadap persyaratan dasar dankepemilikan sertifikat usaha pondok wisata

4) Sanksi administratif31

Setiap usaha yang melanggar terhadap ketentuan yang telah ditetapkan akan mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan menteri diantaranya:

a) Sanksi administrative berupa teguran tertulis sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan paling sedikit sebanyak 3 (tiga) kali dan dilaksanakan secara patut dan tertib, dengan selang waktu di antara masing-masing teguran tertulis paling cepat 30 hari kerja, dan harus dikenakan sebelum sanksi- sanksi administrative yang lain dikenakan.

b) Pembatasan kegiatan usaha pondok wisata, dikenakan apabila pengusaha pariwisata tidak mematuhi teguran tertulis ketiga dan jangka waktu selang selama paling lambat 30 hari kerja, sudah terlampaui.

31 Pasal 16 ayat 3-5

(39)

c) Pembekuan atau pencanbutan tanda daftar usaha pariwisata, dikenakan apabila pengusaha pariwisata tidak mematuhi teguran tertulis ketiga dan lewat jangka waktu selama paling cepat selama 60 (enam puluh) hari kerja, terhitung sejak tanggal teguran tertulis ketiga dikenakan.

2. Maslahah al Mursalah

a. Pengertian Maslahah al Mursalah

Maslahah mursalah menurut lughat terdiri dari dua kata, yaitu maslahah dan mursalah. Kata maslahah berasal dari kata kerja bahasa arab menjadi atau yang berarti sesuatu yang mendatangkan kebaikan. Sedangkan kata mursalah berasal dari kata kerja yang ditasrifkan sehingga menjadi , yaitu: menjadi yang berarti diutus, dikirim atau dipakai (dipergunakan). Perpaduan dua kata menjadi maslahah mursalah yang berarti prinsip kemaslahatan (kebaikan) yang dipergunakan menetapkan suatu hukum Islam. Juga dapat berarti, suatu perbuatan yang mengandung nilai baik (bermanfaat).32

- maslahah yang bersifat hakiki, yaitu meliputi lima jaminan dasar berupa keselamatan keyakinan agama, keselamatan jiwa, keselamatan akal, keselamatan keluarga dan keturunan, serta keselamatan harta

32Chaerul Umam, dkk, Ushul Fiqih I, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000), hlm. 135.

(40)

benda. Kelima jaminan dasar itu merupakan tiang penyangga kehidupan dunia agar umat manusia dapat hidup aman dan sejahtera.33

Jaminan keselamatan agama atau kepercayaan (al-muhafazha alad-Din), yaitu dengan menghindarkan timbulnya fitnah dan keselamatan dalam agama serta mengantisipasi dorongan hawa nafsu dan perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada kerusakan penuh.34

Jaminan keselamatan jiwa (al-Muhafadzoh ala an-Nafs) ialah jaminan keselamatan atas hak hidup yang terhormat dan mulia.

Termaksud dalam cakupan pengertian umum dari jaminan ini ialah jaminan keselamatan nyawa, anggota badan, dan terjaminnya kehormatan manusia seperti kebebasan memilih profesi, kebebasan berfikir atau mengeluarkan pendapat.35

Jaminan keselamatan akal (al-Muhafazhah alal- ) ialah terjaminnya akal fikiran dari kerusakan yang menyebabkan orang yang bersangkutan tak berguna di tengah masyarakat, sumber kejahatan, atau menjadi sampah masyarakat. Upaya pencegahan yang bersifat preventif yang dilakukan syariat Islam sesungguhnya ditunjukkan untuk meningkatkan kemampuan akal fikiran dan menjaganya dari berbagai hal yang membahayakan. Seperti diharamkannya meminum sesuatu yang memabukkan atau menghilangkan daya ingatan adalah maksud dari jaminan keselamatan akal.36

33 Muhammad Abu Zahra, Ushul Fiqh (Jakarta: PT.Pustaka Firdaus, 2010), 424.

34 Ibid., 426.

35 Ibid., 425.

36 Ibid.,

(41)

Jaminan keselamatan keluarga dan keturunan (al-Muhafazhah alan-Nasi) adalah jaminan kelestarian populasi umat manusia agar tetap hidup dan berkembang sehat dan kokoh, baik pekerti seta agamnya. Hal itu dapat dilakukan melalui penataan kehidupan rumah tangga dengan memberikan pendidikan dan kasih sayang kepada anak- anaknya agar memiliki kehalusan budi pekerti dan kecerdasan yang memadai.37

Sedangkan jaminan keselamatan harta benda (al-Muhafadzah alal-Mal) yaitu dengan meningkatkan kekayaan secara proporsional melalui cara-cara yang halal, dan bukan dengan cara mendominasi kehidupan perekonomian dengan cara yang curang.38

b. Jenis-Jenis Maslahah

yaitu:39 1)

dijadikan dasar dalam penetapan hukum.

Misalnya kwajiban puasa pada bulan ramadhan mengandung kemaslahatan bagi manusia yaitu untuk mendidik manusia agar sehat secara jasmani dan rohani kemaslahatan ini melekat langsung pada kewajiban puasa ramadhan dan tidak dapat di batalkan oleh siapapun.Demikian juga kemaslahatan yang melekat pada kewajiban zakat, yaitu untuk mendidik jiwa muzakki

37 Ibid.,

38 Ibid.,

39Suwarjin, Ushul Fiqh, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 141-142.

(42)

agar terbebas dari sifat kikir dan kecintaan yang berlebihan pada harta, dan untuk menjamin kehidupan orang miskin. Kemaslahatan ini Tidak dapat di batalkan, sebab jika di batalkan akan menyebabkan hilangya urgensi dan relevansi dari pensyariatan zakat.

2) Maslahah Mulghoh

menetapkan kemaslahatan lain selain itu.

Misalnya adalah kemaslahatan perempuan menjadi imam bagi laki-laki yang bertentangan dengan kemaslahatan yang di

bagi laki-laki. Demikian juga kemaslahatan yang di peroleh oleh

pencurian, demi melindunggi kemaslahatan yang lebih besar, yaitu kemaslahatan rasa aman bagi masyarakat.

3) Maslahah Mursalah

memerintahkan mengambilnya. Kemaslahatan ini di lepaskan oleh

tudak mengambilnya. Jika kemaslahatan itu di ambil oleh manusia, maka akan mendatangkan kebaikan bagi mereka, jika tidak di ambil juga tidak akan mendatangkan dosa.

(43)

Misalnya, pencatatan perkawinan, penjatuhan talak di pengadilan, kewajiban memiliki SIM bagi pengendara kendaraan bermotor, dan lain-lain.

Namun dalam ruang lingkup berlakunya maslahah mursalah dibagi menjadi 3 bagian,yaitu:

1) Al-Maslahah al-Daruriyah, (kepentingan-kepentingan yang esensi dalam kehidupan) seperti memelihara agama, memelihara jiwa, akal, keturunan, dan harta.

2) Al-Maslahah al-Hajjiyah, (kepentingan-kepentingan esensial di bawah derajatnya al-maslahah daruriyyah), namun diperlukan dalam kehidupan manusia agar tidak mengalami kesukaran dan kesempitan yang jika tidak terpenuhi akan mengakibatkan kerusakan dalam kehidupan, hanya saja akan mengakibatkan kesempitan dan kesukaran baginya.

3) Al-Maslahah al-Tahsiniyah, (kepentingan-kepentingan pelengkap) yang jika tidak terpenuhi maka tidak akan mengakibatkan kesempitan dalam kehidupannya, sebab ia tidak begitu membutuhkannya, hanya sebagai pelengkap atau hiasan hidupnya.40

c. Dalil-dalil Maslahah al Mursalah

Pertama, yaitu bahwa maslahah ummat manusia itu selalu baru dan tidak ada habisnya. Maka seandainya tidak di syariatkan hukum

40Saifudin Zuhri, Ushul Fiqh (Akal Sebagai Sumber Hukum Islam), (Yogyakarta: Puataka Pelajar Offset, 2009), 104.

(44)

mengenai kemaslahatan manusia yang baru dan mengenai sesuatu yang dikehendaki oleh perkembangan mereka, serta pembentukan a, maka berarti telah di tinggalkan beberapa kemaslahatan ummat manusia pada berbagai zaman dan tempat. Dan pembentukan hukum itu tidak di memperhatikan roda perkembangan ummat manusia dan kemaslahatannya. Hal ini tidak sesuai, karena dalam pembentukan hukum tidak termaksudkan merealisir kemaslahatan ummat manusia.

Kedua, bahwasannya orang yang meneliti pembentukan hukum

telah mensyariatkan beberapa hukum untuk merealisir maslahah secara umum, bukan karena adanya saksi yang mengakuinya.

d. Syarat-Syarat Maslahah al Mursalah

Golongan yang mengakui kehujahan Mslahah Mursalah dalam pembentukan hukum Islam telah mensyaratkan sejumlah syarat tertentu yang harus dipenuhi, sehingga maslahah tidak bercampur dengan hawa nafsu, tujuan, dan keinginan yang merusak manusia dan agama. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan Al-Maslahah Al-Mursalah sebagai dasar hukum ada 3, yaitu sebagai berikut:41

1) Maslahah tersebut adalah merupakan maslahah yang nyata (hakiki), bukan maslahah ditetapkan berdasarkan dengan dugaan

41Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, ( Jakarta : Rajawali Press, 1993), hlm. 130

(45)

(zdonny) yaitu suatu ketentuan hukum (tidak ada Nash-Nya) yang bilamana diterapkan benar-benar dapat mendatangkan kebaikan yang nyata dan dapat menghilangkan mudharat. Adapun ketika ketentuan hukum (yang tidak ada Nash-Nya) yang bilaman diterapkan, diduga akan menimbulkan kebaikan dan menghilangkan atau menolak kemudharatan, maka ketentuan itu disebut Maslahah yang dzonny.

2) Maslahah tersebut berlaku secara umum, bukan maslahah yang bersifat individual, yaitu ketentuan yang bila dilaksanakan akanmendatangkan kebaikan bagi kebanyakan umat manusia pada umumnya. Bukan hanya mendatangkan kebaikan bagi orang seorang atau beberapa orang saja. Jika demikian, maka tidak dapat ditetapkan suatu hukum, karena ini akan merealisir kebaikan secara khusus, misalnya bagi seorang pemimpin atau bagi kalangan elit saja, tanpa memperhatikan mayoritas umat manusia.

3) Pembentukan hukum berdasarkan maslahah ini tidak bertentangan dengan hukum atau prinsip hukum yang telah ditetapkan h yang menuntut adanya persamaan hak antara kaum laki-laki dan kaum perempuan dalam pembagian harta pusaka, karena itu jelas bertentangan dengan ketentuan hkum yang yang terkandung di Allah berpesan tentang anak-

(46)

anakmu, bahwa bagi (anak) laki-laki adalah dua kali lipat bagian (anak) perempuan

e. Objek maslahah mursalah

Dengan memperhatikan pengertian maslahah muslahah dapat diketahui bahwa objek maslahah mursalah selain yang berlandaskan ecara umum juga harus diperhatikan adat dan hubungan antar satu manusia dengan yang lain. Objek tersebut merupakan pilihan utama untuk mencapai kemaslahatan. Dengan demikian segi ibadah tidak termasud dalam objek maslahah mursalah.

Yang di maksud segi peribadatan yaitu segala sesuatu yang tidak memberi kesempatan kepada akal untuk mencari kemaslahatannya dari setiap hukum yang ada didalamnya.

Secara ringkas, maslahah mursalah dapat difokuskan terhadap objek yang tidak terdapat dalam nash, baik Al- maupun As- Sunnah yang menjelaskan hukum-hukum yangada penguatnya melalui

-

ataupun qiyas yang berhubungan dengan kejadian tersebut.42

42 Ra Ilmu Ushul Fiqh (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 121-122.

(47)

A. Pendekatan dan Jenis penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif (field Research), yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa tulisan dan perilaku yang diamati dari subyek itu sendiri.43 Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yaitu merupakan pengujian secara rinci terhadap suatu latar, satu subyek, atau peristiwa tertentu. Dalam penelitian ini akan fokus pada standar usaha pada pondok wisata perspektif peraturan menteri pariwisata dan ekonomi kreatif tentang standar usaha pada pondok wisata dan maslahah mursalah.

B. Lokasi Penelitian

terletak di Jl.KH Wachid Hasyim No.4, Penganjuran, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi.

C. Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan key informan dalam pengumpulan data.

Dalam hal ini peneliti akan menggali data dari orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan. Data dalam penelitian ini adalah semua data dan informasi yang diperoleh dari para informan yang dianggap paling mengetahui secara rinci dan jelas mengenai fokus penelitian yang diteliti.

43Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), 228

(48)

Selain itu diperoleh dari hasil dokumentasi yang menunjang terhadap data yang berbentuk kata-kata tertulis maupun tindakan. Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan data sekunder.Sedangkan pengertian sumber data yakni para informan yang memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti.44

1. Data Primer

Data yang akan didapatkan peneliti yaitu akan menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi. Informasi-informasi akan didapat dari pemilik Ritma Guest House Syariah, beberapa karyawan dan pengunjung 2. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan oleh peneliti yakni berupa rujukan dari buku-buku, majalah, dan artikel yang berkaitan dengan judul penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Metode Wawancara

Wawancara merupakan proses tanya jawab antara informan dan peneliti yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka secara langsung mendengarkan informasi-informasi atau keterangan yang dibutuhkan.45 Metode ini mencakup cara yang dipergunakan seseorang untuk suatu tujuan tertentu, mencoba mendapatkan keterangan secara langsung dari seseorang atau informan.

44Asep Hermawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), 77.

45Cholid Narbuko dkk, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), 83

(49)

Wawancara dalam hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana produk, pelayanan dan pengelolaan yang terjadi pada Ritma Guest House Syariah di Banyuwangi yang berkaitan dengan fokus penelitian. Data ini akan diperoleh dari pemilik, penyewa dan karyawan pada Ritma Guest House Syariah.

2. Metode Observasi

secara sistematis dan sengaja, yakni mengadakan pengamatan dan pencatatan atas gejala sudah diteliti dengan melibatkan diri dalam latar yang sedang diteliti.46 Metode ini digunakan untuk mengetahui langsung apa yang terjadi di lapangan pada Ritma Guest House Syariah di Banyuwangi. Observasi ini dilakukan dengan cara mengamati produk, pelayanan dan pengelolaannya

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu suatu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dari rekaman-rekaman, foto-foto, catatan khusus, dan lain sebagainya. Melalui teknik ini peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan yang ada di tempat atau lokasi penelitian mengenai catatan khusus, rekaman atau foto-foto dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian ini yang didapat dari informan.47

46Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif (Yogyakarta: UIN Maliki Press, 2010), 184

47Ibid., 70.

(50)

E. Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu langkah penting dalam rangka memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif. Dalam penelitian ini menggunakan teknik deksriptif yaitu menjelaskan semua fenomena terkait dengan standar usaha pondok wisata pada Ritma Guest House yangberada di Banyuwangi yang di sesuaikan dengan peraturan menteri pariwisata dan ekonomi kreatif tentang standar usaha pada pondok wisata dan maslahah mursalah.

F. Keabsahan Data

Untuk mengetahui keabsahan data dalam penelitian ini peneliti memakai data Triangulasi sumber. Triangulasi berarti teknik yang digunakan dalam penelitian yang mendapatkan data dari tiga sudut yang berbeda.Data triangulasi ialah menggunakan berbagai sumber data, seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi, dan lain sebagainya. Teknik Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ada dua cara, yaitu pertama menggunakan Triangulasi sumber, yaitu membandingkan perolehan data pada teknik yang berbeda dalam fenomena yang sama. Kedua, menggunakan Triangulasi dengan metode, yaitu membandingkan perolehan data dari teknik pengumpulan data yang sama dengan sumber yang berbeda.48

48M. Djamal, Paradigma Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), 93

(51)

G. Tahap-tahap Penelitian

Tahap ini merupakan rencana pelaksanaan penelitian yang akan digunakan oleh peneliti. Dalam halini penelitian ini menggunakanempat tahap, yaitu:

1. Tahap Sebelum ke lapangan, meliputi kegiatan:

a. Menyusun rancangan penelitian b. Memilih lapangan penelitian c. Menentukan fokus penelitian d. Konsultasi fokus penelitian e. Menghubungi lokasi penelitian f. Mengurus perizinan

g. Menyiapkan perlengkapan penelitian 2. Tahap Penelitian Lapangan, meliputi kegiatan:

a. Memahami latar belakang penelitian dan persiapan diri.

b. Memasuki lokasi lapangan

c. Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian.

d. Pencatatan data.

e. Menganalisa data dengan menggunakan prosedur penelitian yang telah ditetapkan.

3. Tahap Akhir Penelitian Lapangan a. Penarikan Kesimpulan

b. Menyusun Data yang telah ditetapkan c. Kritik dan saran

(52)

4. Tahap Penelitian Laporan, meliputi kegiatan:

a. Penyusunan hasil penelitian.

b. Konsultasi hasil penelitian.

c. Perbaikan hasil konsultas.

d. Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian.

e. Munaqosah skripsi.

(53)

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ritma Guest House Syariah yang terletak di Jl. KH. Wahid Hasyim No. 4, Penganjuran, Kec. Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi. Adapun yang diteliti adalah tentang standar usaha pondok wisata perspektif Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonmi Kreatif No 9 Tahun 2014 dan Maslahah al Mursalah.

1. Sejarah Ritma Guest House Syariah

Ritma Guest House Syariah di kelolah oleh seorang perempuan yang bernama Ritma Nindita asli dari Banyuwangi. Sebenarnya gedung yang di gunakan sebagai Guest House ini adalah milik nenenya dan dibuat tempat berkumpul saudara pada saat acara-acara tertentu. Namun sejak wafat neneknya pada tahun 2003 pihak keluarga berinisiatif untuk menjual rumah tersebut kepada sesama saudaranya dengan catatan rumah tersebut tidak dijual kembali kepada orang lain dan hasil penjualan rumah tersebut dibagi rata untuk anak-anak Neneknya. Dari 7 bersaudara yang berminat orang tua dari Ritma. Kemudian orang tua Ritma mewariskan rumah tersebut kepada Ritma selaku anaknya.

Ritma Nindita yang lulusan Universitas Swasta di Malang jurusan Psikologi Bisnis. Sejak menikah beliau tidak diizinkan oleh suaminya untuk bekerja diluar rumah, jadi ia harus memutar otak untuk

(54)

memanfaatkan sesuatu agar ia tetap bisa mengurus keluarga dan bisa menghasilkan uang sendiri. Kemudian ia teringat akan sebuah rumah peninggalan neneknya yang terletak di tengah pusat kota. Atas izin dari keluarga dan suaminya, Ritma memutuskan untuk mengubah rumah tersebut menjadi sebuah penginapan. Jadi sejak Februari 2017 rumah tersebut resmi menjadi sebuah penginapan yang diberi nama Ritma Guest House Syariah di Banyuwangi.

2. Letak geografis Ritma House Guest Syariah

Ritma House Guest Syariah terletak di Jl. KH. Wahid Hasyim No.

4, Penganjuran, Kec. Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi. Terletak pusat Kota Banyuwangi, kurang lebih 2 km dari Taman Sritanjung, 800 m dari Taman Belambangan, 300 m dari Roxy Mall Banyuwangi, 2 km dari Pantai Syariah Banyuwangi dan 18 km dari Bandar Udara Blimbingsari Banyuwangi.

3. Struktur organisasi Ritma House Guest Syariah

a. Owner : Achmad Fajar

b. Ceo (Chief Executive Office) : Ritma Nindita

c. Marketing : Taufan Himawan

d. Keuangan : Sekar Gupita

e. Cleaning servis : Basir dan Ahmad Shobar

f. Catering : Nasiha

g. Laundry : Solikin

(55)

B. Penyajian Data dan Analisis Data

Pada dasarnya penelitian ini atas dasar teori standar usaha pondok wisata yang diatur dalam Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonimi Kreatif yang berlaku di Indonesia. Dalam praktik pengelolahan Home Stay pelayanan, produk dan pengelolahannya perlu di perhatikan dengan cermat karena ketiga unsur tersebut akan menjadi pondasi untuk kemajuannya. Berikut ini beberapa praktik yang terjadi di Ritma Guest House Syariah, antara lain:

1. Praktik Pelayanan Pondok Wisata pada di Banyuwangi

Latar belakang berdirinya di

Banyuwangi karena pemilik dari ingin tetap

bekerja sambil mengurus keluarga dan ingin mendapatkan Barokah dari

Allah SWT. Selain itu pendirian juga

dipengaruhi beberapa faktor yaitu letak yang sangat strategis yang berada di tengah-tengah kota Banyuwangi dan bersampingan dengan jalan utama menuju Pelabuhan Gilimanuk Banyuwangi yang menghubungkan dengan Provinsi Bali. Bukan hanya itu, letak Ritma Guest House Syariah tidak -kira berjarak 2 km dimana pantai tersebut banyak dikunjungi wisatawan muslim.

Dalam Ritma Guest House

Syariah

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian anak luar kawin dalam arti, sempit adalah anak yang dilahirkan dari hasil hubungan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang kedua-duanya tidak terikat

Imam bagi orang yang bertaqwa berarti disamping disebagai orang yang memiliki profil sebagai orang yang itba'syari'atillah sekaligus itba' sunnatillah' juga

Berdasarkan hasil penelitian Hsu & Lin (2008) bahwa faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku berbagi pengetahuan individu (i.e., manfaat timbal balik

Gambar 4.1 : Rancangan Penelitian Pengaruh Pengembangan Model Asuhan Keperawatan Adaptasi Roy Terhadap Self Efficacy, Respons Penerimaan dan Respons Biologis pada

Halaman index merupakan halaman utama website , yang dapat dilihat pada. gambar

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi kekuatan dan petunjuk serta melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

Hasil terbaik yang didapatkan dalam penelitian ini adalah gelatin dengan perendaman NaOH konsentrasi 0,6 % dengan lama perendaman 4 hari, dengan kriteria mutu: kadar lemak 0,64

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peran guru BK dalam mengembangkan Self Control siswa di MTs Alwasliyah Bandar Khalifah adalah dengan pemberian