PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN SELF EFFICACY MATEMATIS SISWA DENGAN
PENDEKATAN OPEN ENDED DI SMP NEGERI 23 TERBUKA MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika
OLEH
DIRA PUSPITA SARI NIM: 8126171005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
ii
ABSTRAK
Dira Puspita Sari. Peningkatan Kemamupuan Berpikir Kreatif Dan Self Efficacy Matematis Siswa Dengan Pendekatan Open Ended Di SMP Negeri 23 Terbuka Medan: Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2014.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended pada materi persegi panjang dan layang-layang terhadap kemampuan berpikir kreatif dan self efficacy matematis siswa di SMPN 23 Terbuka Medan. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan yang diperoleh, siswa diberikan tes kemampuan berpikir kreatif dan self efficacy matematis siswa. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan angket self efficacy matematis siswa dianalisis dengan menggunakan gain ternormalisasi dan kemudian dilanjutkan dengan ANAVA dua jalur untuk mengetahui terdapat tidaknya interaksi antara kemampuan awal siswa terhadap pembelajaran dan kemampuan berpikir kreatif dan self efficacy matematis siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peningkatan kemampuan berpikir kreatif yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. Rata-rata N-gain pada kelas eksperimen adalah sebesar 0,434243 sementara rata-rata n-gain pada kelas kontrol adalah sebesar 0,212403. (2) peningkatan Self Efficacy matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. Hal ini sesuai dengan n-gain di kelas kontrol adalah 0,388 sedangkan pada kelas eksperimen adalah 0,473. (3) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada pokok bahasan persegi panjang dan layang-layang. (4) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap Self Efficacy matematis siswa.
iii
ABSTRACT
Dira Puspita Sari. Improved creative thingking ability and students self efficacy with open ended approach of SMPN 23 Terbuka Medan: Thesis. State University of Medan. Post Graduate Program, 2014.
This study aims to determine the Improved creative thingking ability and students self efficacy with open ended approach of SMPN 23 Terbuka Medan for rectangular and rombus. Type of this study is quasi experiment. To find out how much improvement is obtained, students were given a test of mathematical creative thingking ability and students self efficacy with open ended approach of attitude scale of student. Improved creative thingking ability and students self efficacy were first analyzed using the normalized gain and processed using two ways ANOVA formula. Simple normalized gain is use to find out the Improved of creative thingking ability open ended approach. The result showed that (1) an Improved creative thingking ability taught with open ended approach that students are taught only through ordinary learning. N-gain average on experiment class is 0,434243 but n-gain average on control class is 0,212403, (2) an improved of students self efficacy taught with open ended approach is better than students taught only through ordinary learning N-gain average on experiment class is, 0,388 but n-gain average on control class is 0,473, (3) there is no interaction between the learning approach, creative thingking ability, (4) there is no interaction between the larning approach, students self efficacy, to the early ability.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena berkat segala rahmat dan izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self Efficacy Matematis Siswa dengan Pendekatan Open Ended di SMP Negeri 23 Terbuka Medan”
Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan
Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).
Penelitian ini merupakan studi kuasi eksperimen yang melibatkan pelajaran
matematika dengan pembelajaran Open-Ended. Penulisan hingga penyelesaian tesis
ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan membutuhkan begitu banyak
bimbingan, dorongan, bantuan serta semangat. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya atas semua pihak yang telah
membantu, menyemangati, membimbing dan juga mengajari dengan sangat iklhas.
Baik secara langsung maupun tidak langsung. Hanya ucapan terima kasih yang dapat
saya sampaikan kiranya Tuhan yang membalas kebaikan bapak/ibu dan teman-teman
seklaian. Terima kasih dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd. dan Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd selaku
Dosen pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktu di sela
kesibukannya untuk memberikan ilmu, bimbingan, arahan dan saran-saran
v
2. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, dan Ibu Dr.
Ani Minarni, M.Si selaku narasumber yang telah banyak memberikan saran
dan masukan-masukan dalam penyempurnaan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd
selaku ketua dan sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika
Pascasarjana UNIMED yang setiap saat memberikan kemudahan, arahan dan
nasihat yang sangat berharga bagi penulis. Serta Bapak Dapot Tua Manullang
selaku staf pada program studi pendidikan matematika Pascasarjana UNIMED
yang telah membantu dan melayani dengan baik dalam hal-hal yang berkaitan
dengan pengurusan berkas penyelesaian tesis.
4. Direktur, Asisten I, Asisten II, beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED
yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan
tesis ini.
5. Kepala Sekolah SMP Negeri 23 Terbuka Medan Ibu Hj. Nilam Chaya, M.Pd
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian lapangan di sekolah, staf tata usaha, serta guru pelajaran matematika
Bapak Khairussaid Fauzi Harahap, S.Pd yang bersedia membantu dalam proses
penelitian.
6. Orangtua tercinta Bapak Suryadi, S.E, M.M dan Ibu Suhartini, S.Pd yang telah
memberikan doa, kasih sayang, perhatian, kepercayaan dan dukungan moril
maupun materi sejak sebelum kuliah, dalam perkuliahan hingga menyelesaikan
vi
ku Dicki Surya Handoko, S.Kom, Cici Triya Ulfa, dan Dita Fatimah Khairani
yang telah memeberi motivasi.
7. Rekan-rekan satu angkatan kelas A-1 Program Studi Pendidikan Matematika Lilis, Juliana, Merry, K’Nisbah, K’Elvi, Regina, Yuli, yang telah banyak
memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian tesis ini.
8. Pihak-pihak yang belum tersebutkan dan mungkin terlewatkan saya mohon
maaf.
Diatas segalanya penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan dalam tesis ini, dan dengan tangan terbuka penulis menerima segala
masukan dan saran untuk perbaikan terhadap dunia pendidikan kita.
Medan, Juli 2014
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan... i
Abstrak... ii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... ... vii
Daftar Lampiran ... x
Daftar Tabel ... xi
Daftar Gambar ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 17
1.3 Batasan Masalah ... 18
1.4 Rumusan Masalah ... 19
1.5 Tujuan Penelitian ... 19
1.6 Manfaat Penelitian ...… .. 20
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis ... 21
2.1.1. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 21
2.1.2. Berpikir Kreatif dalam Pendidikan Matematika ... 25
2.1.3. Kemampuan Awal Matematis ... 28
2.1.4. Self Efficacy dalam Pembelajaran Matematika ... 29
2.1.5.1. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Open-Ended... 40
2.1.5.2. Kelebihan dan Kelemahan Open-Ended ... 41
2.1.6. Pembelajaran Biasa ... 42
2.1.7. Teori Belajar yang Mendukung ... 47
2.1.8. Penelitian yang Relevan ... 50
2.2. Kerangka Konseptual ... 52
2.3. Hipotesis Penelitian ... 59
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 60
3.2. Tempat, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan sampel ... 60
3.2.1. Populasi Penelitian ... 60
3.2.2. Sampel Penelitian... 61
3.3. Variabel Penelitian ... 63
3.4. Desain Penelitian ... 65
3.5. Metode dan Rancangan Penelitian ... 67
3.6. Defenisi Operasional ... 68
3.7. Teknik pengumpulan Data ... 69
3.7.1. Tes Kemampuan Prasyarat ... 69
3.7.2. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 71
3.7.3. Tes kemampuan Self Efficacy Matematika ... 73
3.8. Lembar Observasi ... 78
3.10. Teknik Analisis Data... 86
3.10.1. Uji Prasyarat Analisis ... 89
3.10.2. Uji Hipotesis ... 91
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 93
4.1.1 Hasil Validasi Perangkat pembelajaran dan Instrumen .... 93
4.1.2. Analisis Data ... 96
4.1.3. Pengujian Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 100
4.1.4. Hasil Pretest ... 101
4.1.5. Hasil Postest ... 105
4.1.6 Angket Self Efficacy Matematis Siswa ... 104
4.2 Pembahasan... 123
4.2.1 Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended ... 123
4.2.2 Kemampuan Berpikir Kreatif ... 126
4.2.3 Self Efficacy Matematis Siswa ... 128
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 130
5.2. Saran ... 131
DAFTAR PUSTAKA ... 133
LAMPIRAN... 133
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Klasifikasi Kemampuan Awal Matematis ... 29
Tabel 2.2. Sintaks Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended ... 42
Tabel 2.3. Langkah-langkah pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended44 Tabel 2.4. Perbedaan Pedagogik P.Open Ended dan P. Biasa ... 46
Tabel 3.1. Jumlah Seluruh Siswa ... 61
Tabel 3.2. Tabel Wiener Tentang Keterkaitan antar Variabel ... 64
Tabel 3.3. Kriteria Pengelompokan KAM ... 65
Tabel 3.4. Kisi-kisi Kemampuan Awal Matematis... 70
Tabel 3.5. Kisi-kisi Kemampuan Berpikir Kreatif ... 72
Tabel 3.6. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 72
Tabel 3.7. Kisi-kisi Self Efficacy ... 74
Tabel 3.8. Skor Alternatif Jawaban Angket Self Efficacy... 75
Tabel 3.9. Keterkaitan Antara Rumusan Masalah, Hipotesis ... 87
Tabel 4.1. Nilai Rata-rata dan Kategori Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ...94
Tabel 4.2. Hasil Validasi Pretes/Postes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 94
Tabel 4.3. Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 95
Tabel 4.4. Hasil Validasi Self Efficacy Matematis Siswa ... 95
Tabel 4.5. Deskripsi Data Nilai KAM Kedua Kelas ... 97
Tabel 4.6. Perhitungan Normalitas data KAM kedua kelas ... 99
Tabel 4.7. Perhitungan Homogenitas KAM kedua kelas ... 100
Tabel 4.8. Deskripsi Data Nilai Pretest Kedua Kelas ... 101
Tabel 4.9. Perhitungan Normalitas Pretest Kedua Kelas ... 103
Tabel 4.10. Perhitungan Homogenitas Pretest Kedua Kelas ... 104
Tabel 4.11. Perbedaan Rata-rata Pretest Kedua Kelas ... 104
Tabel 4.12. Deskripsi Data siswa pada pelaksanaan Postest Kedua Kelas... ... 106
Tabel 4.14. Homogenitas Nilai Postest ... 108
Tabel 4.15. Peningkatan N-gain Kemampuan berpikir kreatif ... 109
Tabel 4.16. Perhitungan N-gain Self Efficacy Matematis Siswa ... 111
Tabel 4.17. Perhitungan Homogenitas Self Efficacy Matematis Siswa ... 116
Tabel 4.18. Hasil Perhitungan Interaksi Berpikir Kreatif terhadap KAM... 118
Tabel 4.19. Perhitungan Interaksi Kemampuan Awal terhadap Self Efficacy... 120
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Contoh hasil Kerja Siswa ... 4
Gambar 2 Tahapan Alur Kerja Penelitian ... 85
Gambar 3 Data Nilai Tes KAM Kelas Eksperimen Dan Kontrol ... 98
Gambar 4 Penyebaran Data Nilai Pretest Kedua Kelas ... 102
Gambar 5 Penyebaran Data Nilai Postest Kedua Kelas ... 106
Gambar 6 Interaksi antar Kemampuan Awal terhadap Pendekatan Open- Ended dan Kemampuan Berpikir Kreatif...119
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Perangkat Pembelajaran ... 133
Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 189
Lampiran 3 Hasil Validasi Ahli Mengenai Perangkat Pembelajaran Dan Instrumen Penelitian ... 217
Lampiran 4 Hasil Uji Tes Kemampuan Awal Matematika (KAM) ... 239
Lampiran 5 Hasil Uji Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 244
Lampiran 6 Hasil Perhitungan Self Efficacy Matematis Siswa... 252
Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian ... 268
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu ilmu yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir dan berargumentasi. Matematika memberikan peran penting
dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan
dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi saat ini
dilandasi oleh perkembangan matematika. Kebutukan akan aplikasi tidak hanya
untuk keperluan kehidupan sehari-hari melainkan dalam dunia kerja. Oleh sebab
itu, matematika merupakan bidang studi yang memiliki peranan penting dalam
bidang pendidikan.
Depdiknas (dalam Awaludin, 2007: 65) menyatakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah untuk melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten dan untuk melatih kreativitas yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
Pembelajaran matematika selalu menarik untuk dibicarakan, karena
matematika mempunyai objek abstrak sehingga tidak mudah untuk menyajikan
konsep yang mudah dipahami siswa. Sehingga dalam proses belajar mengajar
pelajaran matematika sering ditemukan permasalahan-permasalahan. Proses
belajar memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan yaitu untuk menambah
2
pembelajaran memberi dampak pada peningkatan kemampuan belajar siswa.
Sehingga pembelajaran dikelas dapat dikembangkan melalui
pendekatan-pendekatan pembelajaran.
Pemerintah melalui Kurikulum 2013 memiliki tujuan pembelajaran yaitu
membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
beretika (beradab dan berwawasan budaya bangsa Indonesia), memiliki nalar
(cerdas, kreatif, inovatif dan bertanggung jawab), berkemampuan komunikasi
sosial (tertib, sadar hukum, kooperatif, kompetitif, demokratis), dan berbadan
sehat sehingga menjadi manusia mandiri (Mulyasa, 2013: 20). Berdasarkan tujuan
Kurikulum 2013 matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib
diberikan kepada siswa sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Matematika
merupakan sarana berpikir yang logis, analitis dan sistematis untuk mendukung
pembentukan SDM yang berkualitas, karena matematika merupakan mata
pelajaran yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Selain itu matematika juga
dapat membentuk pribadi yang lebih kreatif dan inovatif. Hampir semua mata
pelajaran selalu berkaitan dengan matematika, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, pembelajaran matematika harus dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya untuk meningkatkan mutu pendidikan bagi siswa khususnya pada
pelajaran matematika.
Tidak diragukan lagi bahwa kreativitas menjadi penentu kesuksesan
individu dalam menghadapi tantangan kehidupan yang semakin kompleks.
Bahkan kreativitas juga menjadi penentu keunggulan suatu bangsa. Kemajuan
3
oleh bangsa itu, melainkan seberapa kreatif masyarakat bangsa itu. Jepang,
misalnya, meskipun tidak memiliki sumber daya alam yang memadai, tetapi
karena memiliki sumber daya manusia kreatif yang melimpah, maka Jepang telah
menjadi pioner dalam banyak bidang kehidupan.
Mengingat begitu pentingnya faktor kreativitas dalam menentukan
keunggulan suatu bangsa, mendorong berbagai pihak, termasuk institusi
pendidikan, untuk mengembangkannya. Saat ini, pengembangan kreativitas telah
menjadi salah satu fokus pembelajaran, termasuk pembelajaran matematika.
Dikehendaki, lulusan SMP maupun SMA, mempunyai kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta mempunyai kemampuan bekerja sama.
Kemampuan ideal demikian diharapkan dapat dicapai melalui proses
pembelajaran yang dirancang dengan baik.
Kreativitas dapat ditumbuh kembangkan melalui pembelajaran
matematika. Melalui pembelajaran matematika diharapkan tersedia lingkungan
yang memungkinkan peserta didik mengembangkan bakat dan kemampuannya
secara optimal. Peranan itu dimungkinkan oleh adanya guru yang kreatif, antara
lain adalah guru yang secara kreatif mampu menggunakan berbagai pendekatan
dalam proses belajar-mengajar dan membimbing siswa.
Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa kreativitas siswa pada
umumnya rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil Ujian Nasional (UN) tahun 2013
pada mata pelajaran matematika. Dimana nilai rata-rata nilai UN murni siswa
hanya 5,78 sedangkan nilai rata-rata paling rendah untuk kelulusan adalah 5,5
4
kreativitas yang masih rendah dalam menyelesaikan soal ujian nasional tersebut.
Ternyata masih banyak siswa Indonesia yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal. Sehingga kriteria ketuntasan hasil belajar siswa pada ujian
nasional sepenuhnya belum tercapai dengan baik.
Lebih lanjut, hasil belajar matematika yang masih rendah juga ditandai
dengan tidak tercapainya kriteria ketuntasan belajar. Berdasarkan hasil tes
kemampuan awal matematika siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di
kelas VII SMPN 23 Terbuka Medan. Hasil kerja siswa dapat dilihat dari contoh
jawaban salah seorang siswa.
Gambar 1.1. Hasil Jawaban Siswa
Setelah dilakukan tes kemampuan awal pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol ternyata rata-rata kedua kelas tersebut hanya 66,90. Berdasarkan data
tersebut ternyata masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
5
itu siswa dalam menyelesaikan masalah matematika pada umumnya belum
memuaskan dapat dilihat dari hasil jawaban siswa yang masih rendah. Setelah
dilakukan wawancara dengan salah seorang guru matematika, ditemukan beberapa
penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa adalah rendahnya
kemampuan siswa dalam memahami soal terutama soal cerita, kemampuan
berpikir kreatif matematik siswa yang rendah, siswa cenderung menghafal rumus
tanpa makna, siswa tidak mengetahui keterkaitan setiap konsep matematik,
rumitnya perhitungan matematika, metode pembelajaran yang teacher-centered,
dan negatifnya sikap siswa saat memandang soal matematika.
Hasil penelitian ini tentu mengejutkan bagi pakar dan praktisi pendidikan
di Indonesia, karena hal ini tidak terlepas dari peranan pendidikan. Dalam hal ini
sejauh manakah pendidikan dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat telah
memberikan kesempatan bagi berkembangnya kreativitas. Namun kenyataan ini
harus diterima karena mungkin saja penelitian tersebut merupakan gambaran
keadaan yang sesungguhnya mengenai kreativitas siswa. Hasil ini seharusnya
dapat dijadikan pertimbangan untuk segera meningkatkan kualitas pendidikan
sehingga upaya yang dilakukan di masa yang akan datang lebih menekankan pada
pengembangan kreativitas peserta didik.
Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran
matematika di Indonesia telah lama dilakukan. Akan tetapi, masih terdapat siswa
yang merasa dan menganggap matematika sebagai pelajaran yang tidak menarik
dan membosankan. Hal ini menjadi suatu dilema, karena di satu pihak matematika
6
sistematis. Di lain pihak, kesulitan belajar yang dialami oleh siswa antara lain
disebabkan siswa tidak sepenuhnya memahami apa yang mereka pelajari.
Kurangnya pemahaman siswa terhadap apa yang mereka pelajari itu antara lain
disebabkan oleh konsep matematika yang abstrak. Kesulitan tersebut timbul tidak
semata-mata bersumber dari diri siswa, tetapi bisa juga bersumber dari luar diri
siswa, misalnya cara penyajian pelajaran yang dilakukan oleh guru tidak tepat.
Selain itu dapat dilihat dalam kehidupan masyarakat kita dewasa ini.
Hampir sebagian besar masyarakat kita sudah terbiasa bersikap pasif, kurang
berinisiatif, dan kurang diberi kesempatan untuk mengekspresikan gagasan atau
buah pikirannya. Sehingga hampir sebagian besar orang kehilangan kesempatan
untuk menjadi kreatif. Oleh karena itu sudah saatnya disadari bahwa perlu adanya
upaya untuk memperbaiki keadaan ini.
Namun ironisnya kemampuan kreatif seseorang seringkali ditekan oleh
kondisi pendidikan yang dialaminya, sehingga tidak mampu mengenali potensi
yang dimilikinya apalagi untuk mewujudkan potensi itu. Untuk itu iklim belajar
yang mampu menumbuhkan rasa percaya diri dan budaya belajar di kalangan
masyarakat harus dikembangkan, agar sikap dan perilaku kreatif, inovatif, dan
keinginan untuk maju dapat ditumbuhkan. Kreativitas merupakan suatu hal yang
kurang diperhatikan dalam pembelajaran matematika. Selama ini guru hanya
mengutamakan logika dan kemampuan komputasi (hitung-menghitung) sehingga
kreativitas dianggap bukanlah sesuatu yang penting dalam proses belajar
7
Soedjadi (dalam Komang, 2012: 5) menyatakan bahwa pembelajaran
matematika di sekolah kita selama ini terbiasa dengan urutan langkah-langkah
pembelajaran sebagai berikut : (1) diajarkan teori/definisi/teorema; (2) diberikan
contoh-contoh; (3) diberikan latihan soal. Lebih lanjut Soedjadi menyatakan
bahwa perkembangan intelektual siswa pada umumnya bergerak dari “konkret ke
abstrak”. Dengan demikian, langkah-langkah dan proses pembelajaran yang
selama ini umumnya dilakukan oleh para guru di sekolah adalah kurang tepat,
mengingat objek kajian matematika sebenarnya adalah abstrak. Oleh karena itu
seharusnya urutan sajian bahan ajar disesuaikan dengan perkembangan intelektual
siswa.
Yuwono (dalam Komang, 2012: 5) menyatakan bahwa pembelajaran
matematika secara biasa mengakibatkan siswa hanya bekerja secara prosedural
dan memahami matematika tanpa penalaran, serta cenderung menggunakan data
yang ada tanpa memperhatikan konteks masalahnya. Dengan kata lain, guru tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan
matematika yang akan menjadi milik siswa sendiri. Guru cenderung memaksakan
cara berpikir siswa dengan cara berpikir yang dimiliki gurunya. Dengan kondisi
yang demikian, kemampuan kreatif siswa kurang berkembang. Padahal sebagai
negara berkembang, Indonesia sangat membutuhkan tenaga-tenaga kreatif yang
mampu memberikan sumbangan yang bermakna bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi demi kesejahteraan bangsa ini. Oleh karena itu
8
kreativitas peserta didik agar kelak mampu memenuhi kebutuhan pribadinya, serta
kebutuhan masyarakat dan bangsa.
Pembelajaran seperti tersebut di atas disebut sebagai pembelajaran biasa.
Pembelajaran seperti ini memungkinkan siswa menjadi bosan terhadap
matematika dan pembelajaran seperti ini tidak membiasakan siswa untuk
mengembangkan kreativitas siswa yang pada akhirnya mengakibatkan
kepercayaan diri siswa terhadap pelajaran tersebut lemah. Pembelajaran biasa
adalah pembelajaran yang biasa dilakukan guru bidang studi matematika
disekolah dimana guru menjelaskan materi pelajaran, siswa diberikan kesempatan
bertanya, kemudian mengerjakan latihan, dan siswa belajar secara sendiri-sendiri.
Hawadi, dkk (2001: 3) kreativitas merupakan suatu bidang kajian yang
kompleks, yang menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Perbedaan tersebut
terletak pada bagaimana kreativitas itu didefenisikan. Adapun kreativitas
didefenisikan, sangat berkaitan dengan penekanan pendefenisian dan tergantung
pada dasar teori yang menjadi dasar acuannya.
Hurlock (dalam Susanto, 2013: 100) mengemukakan kreativitas secara
umum sebagai paham yang secara luas meliputi gaya kognitif, kategori-kategori
pekerjaan, dan jenis-jenis hasil karya lainnya. Jadi kreativitas adalah kemampuan
seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun
karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Fakta di atas, menyadarkan kita bahwa diperlukan upaya-upaya untuk
mengembangkan sikap, perilaku, dan pemikiran kreatif anak sejak dini. Hal ini
9
globalisasi saat ini. Bahwa manusia yang kreatif tidak saja baik untuk dirinya
melainkan juga dapat bermanfaat bagi orang lain.
Ruseffendi (1991: 239) menjelaskan bahwa manusia kreatif adalah
manusia yang rajin dan mampu menciptakan sesuatu yang baru. Sifat kreatif akan
tumbuh dalam diri anak bila ia dilatih, dibiasakan sejak kecil untuk melakukan
eksplorasi, inkuri, penemuan dan memecahkan masalah. Jadi guru dapat
menunjang pertumbuhan kreatif anak dengan menyelenggarakan banyak kegiatan
yang menggunkan metode-metode mengajar seperti disebutkan di atas dan
menyediakan beragam materi pelajaran.
Pehkonen (dalam Saefudin, 2012: 40) menyatakan bahwa berpikir kreatif
sebagai kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang berdasarkan
pada intuisi dalam kesadaran. Oleh karena itu, berpikir kreatif melibatkan logika
dan intuisi secara bersama-sama. Secara khusus dapat dikatakan berpikir kreatif
sebagai satu kesatuan atau kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen
guna menghasilakn sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru tersebut merupakan
salah satu indikasi berpikir kreatif dalam matemtika, sedangkan indikasi yang lain
berkaitan dengan berpikir logis dan berpikir divergen.
Russefendi (dalam Siswono, 2005: 2) menjelaskan untuk mengungkapkan
atau menjaring manusia kreatif itu sebaiknya menggunakan
pertanyaan-pertanyaan terbuka (divergen), pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya bisa lebih dari
sebuah dan tidak bisa diperkirakan dari sebelumnya. Disamping itu pertanyaan
10
benar tidaknya hipotesis, meninjau penyelesaian secara menyeluruh dan
mengambil kesimpulan.
Munandar (dalam Siswono, 2005: 2) menjelaskan bahwa perkembangan
optimal dari kemampuan berpikir kreatif berhubungan erat dengan cara mengajar.
Dalam suasana proses pembelajaran, ketika belajar atas prakarsa sendiri dapat
berkembang karena guru menaruh kepercayaan terhadap kemampuan anak untuk
berpikir dan berani mengemukakan gagasan baru, dan ketika anak diberi
kesempatan untuk bekerja sesuai dengan minat kebutuhannya, maka kemampuan
kreatif dapat tumbuh subur.
Berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan
bermacam-macam kemungkinan jawaban. Dalam berpikir kreatif dua bagian otak
akan sangat diperlukan dan keseimbangan antara logika dan kreativitas sangat
penting.
Awaludin (2007: 65) menyatakan kemampuan berpikir kreatif merupakan
kemampuan seseorang dalam meyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda,
serta kemampuan mengembangkan ide-ide yang berbeda. Karena itu kemampuan
berpikir kreatif dalam matematika perlu dilatihkan dan dibiasakan kepada siswa.
Hal ini diperlukan siswa sebagai jalan dalam memecahkan masalah matematika
dan masalah-masalah yang ditemukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa masih perlu mengadakan perbaikan dalam
pembelajaran matematika. Sehingga kegagalan menguasai matematika dengan
11
menyelesaikan masalah. Atas dasar ini perlu dilakukan upaya-upaya untuk
memperbaikinya.
Dalam pembelajaran matematika, selain kemampuan berpikir kreatif
diperlukan juga penalaran yang baik sehingga dapat mempengaruhi Self efficacy
siswa. Dalam proses pembelajaran, seharusnya guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk melihat dan memikirkan gagasan yang diberikan. Self efficacy
merupakan keyakinan dan harapan mengenai kemampuan siswa untuk
mengahadapi tugasnya. Berbagai studi menunjukkan self efficacy berpengaruh
terhadap motivasi, keuletan dalam menghadapi kesulitan dari suatu tugas, dan
prestasi belajar. Siswa yang memiliki self efficacy yang rendah merasa tidak
memiliki keyakinan bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas, maka dia berusaha
untuk menghindari tugas tersebut. Self-Efficacy yang rendah tidak hanya dialami
oleh individu yang tidak memiliki kemampuan untuk belajar, tetapi
memungkinkan dialami juga oleh individu berbakat. Maka dari itu, keyakinan
dalam menyelesaikan tugas atau soal-soal matematika diperlukan self efficacy
yang tinggi untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Bandura (dalam Ferridiyanto, 2012: 4) menjelaskan self efficacy atau
efikasi diri merupakan persepsi individu akan keyakinan kemampuannya untuk
melakukan tindakan yang diharapkan. Individu dengan efikasi diri tinggi akan
memilih melakukan usaha lebih besar dan lebih pantang menyerah. Efikasi diri
mempunyai peran penting pada pengaturan motivasi seseorang. Seseorang
percaya akan kemampuannya memiliki motivasi tinggi dan berusaha untuk
12
Stuart (dalam Dzulffikar, 2013: 46) menyatakan bahwa rendahnya
kepercayaan/keyakinan diri siswa sebagai penyebab munculnya kecemasan
matematika. Salah satu bagian dari kepercayaan/keyakinan diri siswa adalah
keyakinan diri mereka pada matematika atau self efficacay matematis. Oleh
karena itu, dibutuhkan self efficacy yang kuat pada diri siswa agar mereka dapat
berhasil dalam proses pembelajaran matematika.
Schunk (dalam Dzulfikar, 2013: 46) menyatakan self efficacy memiliki
dampak terhadap motivasi, sehingga berkaitan juga tehadap keberhasilan siswa.
Seorang siswa yang memiliki self efficacy tinggi, jika diberikan pembelajaran
mereka akan antusias/berusaha keras menunjukkan kemampuannya untuk
mencapai keberhasilan. Sebaliknya, jika seorang siswa tidak memiliki self
efficacay yang tinggi, mereka cenderung menghindari penugasan atau melaksanakannya dengan setengah hati sehingga mereka akan cepat menyerah
jika menemui hambatan.
Pola interaksi antara guru dengan siswa pada hakikatnya adalah hubungan
antara dua pihak yang setara, yaitu interaksi antara dua manusia yang tengah
mendewasakan diri, meskipun satu telah ada pada tahap yang seharusnya lebih
maju dalam aspek akal, moral, maupun emosional (Suherman, dkk. 2003: 8).
Dengan kata lain mengajar merupakan suatu proses interaksi antara guru dan
siswa, yang dalam hal ini guru mengharapkan siswanya mendapatkan
pengetahuan, kemampuan/ketrampilan dan sikap yang dipilih guru sehingga
relevan dengan tujuan-tujuan pendidikan dan disesuaikan dengan struktur kognitif
13
dengan siswa dan interaksi antara siswa dengan materi yang dipelajarinya
(Hudojo, 2005: 85). Siswa sendiri yang membuat interpretasi yang dibentuk dari
pengalaman dan interaksi sosial. Jadi belajar matematika dalam hal ini lebih
mementingkan proses daripada hasil.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif
dan self efficacy siswa pada umumnya masih rendah. Hasil pengamatan ini
merupakan indikasi bahwa siswa kurang mempertimbangkan konteks berpikir
kreatif dan self efficacy masalah yang diberikan. Pada umumnya kesalahan siswa
dalam memahami masalah yang diberikan disebabkan tidak menguasai
konsep-konsep dalam menyelesaikan masalah tersebut. Proses penyelesaian jawaban
siswa masih kurang bervariasi.
Dari semua kasus-kasus yang telah dipaparkan diatas menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kreatif siswa terhadap soal-soal yang diberikan masih
rendah sehingga menyebabkan prestasi belajar siswa menurun. Kemungkinan ini
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya pembelajaran yang berlangsung selama
ini kurang dikaitkan dengan pengalaman siswa sehari-hari, kurangnya
pemahaman dan pengertian siswa terhadap konsep-konsep matematika, dan pola
pembelajaran yang kurang menekankan pada kreativitas siswa.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga pendidik adalah
melakukan inovasi dalam pembelajaran. Ausubel juga menyarankan sebaiknya
dalam pembelajaran digunakan pendekatan yang menggunakan metode
pemecahan masalah, inquiri, dan metode belajar yang dapat menumbuhkan
14
terutama dalam perbaikan metode dan cara menyajikan materi pelajaran,
diharapkan self efficacy dan kreativitas siswa dapat ditingkatkan.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang merupakan bagian dari
pembelajaran konstruktivisme yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif adalah pendekatan open-ended. Dalam pendekatan open-ended,
pengetahuan dikonsktruksi oleh siswa sendiri dan dalam pembelajarannya
disajikan suatu permasalahan yang memiliki beragam penyelesaian atau metode
penyelesaiannya.
Salah satu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang
memungkinkan siswa untuk mengembangkan pola pikirnya sesuai dengan minat
dan kemampuan masing-masing adalah melalui pendekatan pembelajaran
open-ended. Hal ini disebabkan karena pada pendekatan pembelajaran open-ended formulasi masalah yang digunakan adalah masalah terbuka. Masalah terbuka
adalah masalah yang mempunyai banyak solusi atau strategi penyelesaian.
Shimada (dalam Kusumah, 1997: 2) menyatakan bahwa pendekatan
open-ended merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang diawali dengan
pengenalan pada sebuah masalah terbuka. Setelah suatu masalah diketengahkan,
pembelajaran dilanjutkan dengan memberikan sebuah jawaban yang benar dari
masalah yang dimunculkan, untuk memberikan ilustrasi dan pengalaman kepada
siswa tentang cara-cara menemukan sesuatu yang baru dalam proses
pembelajaran. Melalui kegiatan ini diharapkan siswa dapat menjawab
15
terbentuknya potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam proses penemuan
hal-hal baru.
Sawada (dalam Kusumah, 1997: 23) mengatakan bahwa dalam pendekatan
open-ended guru memberikan suatu masalah pada siswa yang jawabannya bisa
diperoleh melalui berbagai cara. Guru kemudian menggunakan
perbedaan-perbedaan pendekatan atau cara yang digunakan siswa untuk memberikan
pengalaman kepada siswa dalam menemukan atau menyelidiki sesuatu yang baru
dengan menghubungkannya pada pengetahuan, keterampilan, dan metode-metode
yang digunakan dalam konsep matematika yang telah dipelajari sebelumnya.
Uhti (2011: 512) menyatakan pada pendekatan open-ended siswa tidak
hanya dituntut menemukan solusi dari masalah yang diberikan tetapi juga
memberikan argumentasi tentang jawabannya serta menjelaskan bagaimana siswa
bisa sampai jawaban yang sesuai.
Pada pendekatan pembelajaran open-ended siswa dituntut untuk
berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi
dalam memperoleh jawaban siswa (Ngalimun, 2012: 164). Selanjutnya siswa
diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Pembelajaran ini
melatih dan menumbuhkan orisinalitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis,
komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi.
Dengan keberagaman penyelesaian atau metode penyelesaian tersebut di
atas, maka pendekatan open-ended memberikan keleluasaan bagi siswa untuk
mengemukakan jawaban. Melalui presentasi dan diskusi tentang beberapa
metode-16
metode penyelesaian yang beragam. Pada akhirnya kapasitas matematika siswa
untuk menyelesaikan masalah matematik yang lebih fleksibel dapat meningkat.
Hal ini dapat membantu siswa melakukan self efficacy secara kreatif dan membuat
siswa lebih menghargai keragaman berpikir kreatif.
Dari uraian tentang karakteristik pembelajaran open-ended terlihat bahwa
pembelajaran open-ended dapat memupuk self efficacy dan kreativitas siswa,
karena pendekatan ini tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi
mendorong siswa mengkonstruksi pengetahuan di dalam pikiran mereka sendiri
dan memberikan keyakinan pada siswa untuk menyelesaikan masalah. Pada
pendekatan ini, siswa dibiasakan aktif bekerja sama mencari, menggali,
mengeksplorasi, mencoba-coba, menyelidiki dari berbagai keadaan, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Hal ini
merupakan salah satu syarat yang dibutuhkan untuk pengembangan kreativitas
siswa.
Dalam belajar, siswa perlu mengetahui bagaimana menggunakan
sumber-sumber yang ada secara optimal untuk menemukan jawaban inovatif atas suatu
masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu dalam proses pendidikan, penekanan
hendaknya tidak hanya pada produk yang dihasilkan, melainkan pada pemupukan
sikap dan minat untuk melibatkan diri dalam kegiatan kreatif. Sikap dan minat
tersebut meliputi sikap ingin tahu, minat untuk menyelidiki lingkungan atau
bidang-bidang baru, dorongan untuk melakukan eksperimen, perasaan tertantang
untuk menangani masalah-masalah rumit, dan menemukan beberapa
17
Pengembangan sikap dan minat seperti ini akan memberi peluang kepada siswa
menjadi lebih kreatif.
Kondisi secara umum tentang kemampuan berpikir kreatif dan self efficacy
siswa yang masih rendah, terjadi juga pada siswa-siswa SMP N 23 Medan.
Sebagian besar siswa cenderung menghafal tanpa makna. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk melakukan studi eksperimen menggunakan Pendekatan
open-ended untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan self efficacy
matematis siswa.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas diidentifikasikan
masalah yang dapat menyebabkan rendahnya kemampuan Berpikir Kratif dan self
efficacy siswa, sebagai berikut:
1. Siswa mempunyai kesulitan dalam pembelajaran matematika
2. Kurangnya peranan siswa dalam pembelajaran menyebabkan siswa tidak
berminat terhadap pelajaran matematika
3. Tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa masih tergolong rendah
4. Tes kemampuan awal siswa kelas VII masih sangat kurang memuaskan
dan jauh dari kriteria ketuntasan minimum
5. Proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa masih belum bervariasi
6. Siswa dengan self efficacy rendah mungkin menghindari pelajaran yang
banyak tugasnya dan tidak menyelesaikan masalah matematika yang
18
7. Perasaan negatif tentang self efficacy dapat menyebabkan siswa
menghindari tantangaan yang diberikan
8. Dalam penyelesaian soal siswa belum mampu memberikan banyak solusi
dan strategi dalam kehidupan sehari-hari
9. Salah satu penyebab rendahnya kemampuan berpikir kreatif dan self
efficacy matematis siswa antara lain adalah pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang digunakan belum memberikan peluang dalam
aktivitas belajar siswa
10.Kurangnya interaksi antara guru dengan siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung
1.3. Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas maka perlu
adanya batasan masalah demi tercapai tujuan yang diinginkan. Masalah yang akan
dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Peningkatan kemampuan berfikir kreatif siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan pendekatan open-ended
2. Peningkatan self efficacy siswa yang pembelajarannya menggunakan
pendekatan open-ended
3. Proses jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah pada
pendekatan open-ended
4. Interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematis terhadap
pengingkatan kemampuan berpikir kreatif dan self efficacy matematis
19
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut.
(1) Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang memperoleh
Pendekatan Open-Ended lebih baik daripada siswa yang memperoleh
Pembelajaran Biasa?
(2) Apakah peningkatan self efficacy matematis siswa yang memperoleh
Pendekatan Open-Ended lebih baik daripada siswa yang memperoleh
Pembelajaran Biasa?
(3) Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal
matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa?
(4) Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal
matematika siswa terhadap peningkatan self efficacy matematis siswa?
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai hal
berikut ini.
(1) Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara
siswa yang memperoleh pembelajaran matematika melalui pendekatan
open-ended dengan pembelajaran biasa.
(2) Untuk mengetahui perbedaan peningkatan self efficacy antara siswa yang
memperoleh pembelajaran matematika melalui pendekatan open-ended
20
(3) Untuk mendeskripsikan interaksi antara penerapan pendekatan open-ended
terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.
(4) Untuk mengetahui peningkatan self efficacy siswa dengan pendekatan
open-ended.
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat berguna baik bagi guru,
bagi siswa, maupun bagi peneliti.
(1) Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk meningkatkan mutu proses
belajar mengajar dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan
self efficacy matematis siswa.
(2) Memberi masukan bagi pihak sekolah dalam usaha meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif dan self efficacy siswa dalam peningkatan mutu pendidikan.
(3) Memberi gambaran bagi siswa bahwa hasil Pendekatan open ended
matematika itu dapat terdiri dari beberapa jawaban benar dan cara untuk
menjawabnya juga bisa berbagai cara.
(4) Memberikan variasi bagi siswa pada self efficacy yang dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan potensi berpikir kreatifnya.
(5) Bagi peneliti: dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri peneliti dan dapat
dijadikan sebagai acuan/referensi untuk peneliti lain (penelitian yang relevan)
130
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab IV dan temuan
selama pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended, diperoleh beberapa
kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan-kesimpulan tersebut
adalah:
1. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif yang memperoleh
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih
baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.
Rata-rata N-gain pada kelas eksperimen adalah sebesar 0,434243
sementara rata-rata n-gain pada kelas kontrol adalah sebesar 0,212403.
2. Peningkatan Self Efficacy matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih
baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.
Hal ini sesuai dengan N-gain di kelas kontrol adalah 0,388 sedangkan
pada kelas eksperimen adalah 0,473.
3. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal
matematika siswa terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada
pokok bahasan persegi panjang dan layang-layang.
4. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal
131
5.2. Saran
Penelitian mengenai peningkatan pembelajaran dengan pendekatan
Open-Ended ini, masih merupakan langkah awal dari upaya meningkatkan kompetensi dari guru, maupun kompetensi siswa. Namun telah terasa
dampaknya pada penampilan sikap dan aktivitas siswa. Oleh karena itu,
berkaitan dengan temuan dan kesimpulan dari studi ini dipandang perlu
agar rekomendasi-rekomendasi berikutnya dilaksanakan oleh guru
matematika SMP, lembaga dan peneliti lain yang berminat. Namun selain
itu juga terdapat kelemahan-kelemahan selama pengadaan penelitian yaitu
dengan keterbatasan waktu penelitian. Jangka waktu yang lebih lama akan
menjadikan siswa mampu melewati masa adaptasi dan mulai menikmati
proses belajar yang sedang dihadapinya.
1. Kepada Guru
a. Pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended merupakan salah
satu alternatif bagi guru matematika dalam menyajikan materi
pelajaran matematika dan akan lebih baik apabila guru
memberlakukannya di dalam kelas karena tidak akan terjadi
keterbatasan waktu.
b. Dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended
memerlukan perencanaan yang tepat, alokasi waktu yang pas dan
juga sosialisasi yang cukup kepada para siswa.
c. Dalam setiap pembelajaran guru sebaiknya menciptakan suasana
132
mengungkapkan gagasan-gagasan matematika dalam bahasa dan
cara mereka sendiri, sehingga dalam belajar matematika siswa
menjadi berani beragumentasi, lebih percaya dan kreatif.
d. Guru juga sebaiknya memberikan kesempatan yang lebih besar
bagi siswa untuk menggali kemampuannya sendiri lebih dalam
sehingga pada saat siswa berdiskusi dengan teman kelompoknya
siswa sudah mempunyai modal untuk berdiskusi, sehingga diskusi
yang tercipta lebih terarah.
2. Kepada lembaga terkait
Pembelajaran dengan pembelajaran pendekatan Open-Ended, masih
sangat asing bagi guru dan siswa terutama pada guru dan siswa di
daerah, oleh karena itu perlu disosialisasikan oleh sekolah dengan
harapan dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa, khususnya
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dan Self Efficacy
matematis siswa yang tentunya akan berimplikasi pada meningkatnya
prestasi siswa dalam penguasaan materi matematika.
3. Kepada peneliti yang berminat
Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi
dengan meneliti aspek lain secara terperinci yang belum terjangkau
saat ini. selain itu peneliti agar bisa menelaah kekurangan atau
133
DAFTAR PUSTAKA
Awaludin. 2007. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pada Siswa Dengan Kemampuan Matematis Rendah Melalui Pembelajaran Open-Ended Dengan Pemberian Tugas Tambahan, FKIP Unhalu, (online), (isjd.pdii.lipi.go.id/index.php./search.html?act=tampil&id=10330, diakses 20 Februari 2013)
Arikunto, S. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arnita. 2013. Pengantar Statistik. Bandung: Ciptapustaka Media Perintis.
Asmin & Mansyur, Abil. 2012. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis klasik dan Moderen. Medan: Larispa Indonesia.
Dahlan, J.A. 2010. Pendekatan Open-Ended Dalam Pembelajaran Matematika, (online), (file.upi.edu/...PEND._MATEMATIKA/..,,diakses 15 April 2013)
Dzulfikar, A. 2013. Studi Literatur Pembelajaran Kooperatif Dalam Mengatasi Kecemasan Matematika dan Mengembangkan Self Sfficacy Matematis Siswa. FMIPA UNY (online) (http://eprints.uny.ac.id/10730/, diakses 2 Februari 2013)
Ferridiyanto, E. 2012. Pengaruh Efikasi Diri (Self Efficacy) dan Prestasi Belajar Kewirausahaan Terhadap Motivasi Bertechnopreneurship Siswa Jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik. FKIP UNY (online), (eprints.uny.ac.id/8861/, diakses 7 Oktober 2013)
Hamalik, O. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Hawadi, R.A,. Wihardjo, R.S.D,. & Wiyono, M. 2001. Kreativitas. Jakarta: Grasindo.
Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: UM PRESS.
Komang, I. Kartika. 2012. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik dan Penalaran Operasional Konkret Terhadap Prestasi Belajar MatematikaSiswa. Pascasarjana UNDIKSHA (online) (http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_pp/article/.../20/20,di akses 10 November 2013).
Kusumah. Y.S. Pembelajaran Dengan Pendekatan Open Ended. UPI Bandung.
134
Moma, La. 2012. Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Melalui Pembelajaran Generatif Siswa SMP. PROSIDING FMIPA UNY. (online) (http://achemadfaroeqs.wordpress.com/2013/01/03/kemampuan-berpikir-kreatif-matematika/, di akses 8 April 2013)
Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin: Aswaja Pressindo.
Nasution. 2004. Didaktik Azas-azas Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Nugroho.Y.A. 2011. Olah Data dengan SPSS. Yogyakarta: PT. Skipta Media Creative
Permanasari, V,. Sugiarto, B,. & Kurniawati, I. 2013. Efektivitas Pendekatan Pembelajaran Open-Ended Terhadap Kemampuan Berpikir Matematis Siswa Pada Materi Trigonometri Ditinjau Dari Kreativitas Belajar Matematika Siswa, (online) Vol. 1, No. 1 (eprints.uns.ac.id/3437/,diakses 8 April 2013)
Priyatno.D. 2012. Analilis Data dengan SPSS. Yogyakarta: ANDI
Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar Kepada Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
_____________. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Saefudin, A.A. 2012. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMR). Universitas PGRI Yogyakarta. (online) vol 4 no 1, (journal.uin-suka.ac.id/albidayah/article/view/22, di akses 13 November 2013)
Sadewi, A.I., Sugiharto., Nusantoro, Eko. 2012. Meningkatkan Self Efficacy Pelajaran Matematika Melalui Layanan Penguasaan Konten Teknik Modeling simbolik. Universitas Negeri Semarang.. (http://journal.unnes.ac.id/sju/index.phh/jbk, diakses 2 Februari 2013)
Saragih. S. 2007. Mengembagkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan PMR. Thesis, UPI. Bandung.
__________ . 2011. Meningkatkan Kemampuan Keruangan Melalui
135
Siswono, T.Y.E., Lastiningsih, N. 2007. Matematika SMP dan MTS untuk Kelas VII. Jakarta: Erlangga.
_______ dan Novitasari.W. 2005. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pemecahan Masalah Tipe “What’s Another Way”. FMIPA Universitas Begeri Surabaya.
Sudiarta, I Wayan dan Diputra, Gede Ngurah Oka. 2011. Implementasi Pendekatan Pemecahan Masalah Open-ended Pembelajaran Matematika Terhadap Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP. Suluh
Pendidikan (online) Vol 9(2): 60-68
(jurnal.pdii.lipi.go.id/index.php/search.html?act=tampil&id=82827&idc=0, diakses 13 November 2013)
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Suherman, E., Suryadi, D., & Suhendra. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (common textbook). Bandung: JICA – Universitas Pendidikan Indonesia.
Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana
Supranto, J. 2001. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta Erlangga.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Uhti. 2011. Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Open Ended Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemrcahan Masalah Matematis Siswa Sekolah Menengah. FMIPA UNY
Zubaidah, S. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Self Efficacy Matematik Siswa Smp Negeri 26 Medan