• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP MENJAGA KEBERSIHAN DIRI PADA SISWA KELAS IV SD N REJOWINANGUN 1 KOTAGEDE, YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIKAP MENJAGA KEBERSIHAN DIRI PADA SISWA KELAS IV SD N REJOWINANGUN 1 KOTAGEDE, YOGYAKARTA."

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Puspita Putri Arumdani NIM 11108241143

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Kebersihan Sebagian Dari Iman

(HR. Tirmidzi)

Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani

(Ki HajarDewantara)

A positive attitude will lead a positive outcomes

(6)

vi

Karya ini kupersembahkan dengan rasa cinta tanpa batas kepada:

1. Bapak Sutrisno dan Ibu Sutarni tercinta semangat terbesarku, terima kasih

atas doa yang tak pernah putus, sayang dan cinta yang tanpa batas serta

motivasi yang luar biasa.

2. Almamater kebanggaanku UNY.

(7)

vii Oleh

Puspita Putri Arumdani NIM 11108241143

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat sikap menjaga kebersihan diri siswa.

Penelitian ini digolongkan penelitian kuantitatif dengan teknik analisis data yang digunakan statistik deskriptif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N Rejowinangun 1, Kotagede, Yogyakarta berjumalah 72 siswa. Objek penelitian berupa sikap menjaga kebersihan diri yang dilihat dari aspek kognitif dan aspek afektif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah skala sikap dengan menggunakan instrumen tertutup.

Hasil penelitian yang diperoleh, menunjukkan bahwa tingkat sikap menjaga kebersihan diri siswa kelas IV SD N Rejowinangun 1 berada pada kategori sedang dengan rata-rata 116,12 dan frekuensi paling banyak yaitu 44 dari 72 responden atau 61%. Sikap menjaga kebersihan diri siswa terbentuk dari aspek kognitif sebesar 60,32% dan aspek afektif 39,68%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aspek yang lebih dominan dalam pembentukan sikap menjaga kebersihan diri adalah aspek kognitif.

(8)

viii

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir

skripsi yang berjudul “Sikap Menjaga Kebersihan Diri Siswa Kelas IV SD N

Rejowinangun 1 Kotagede Yogyakarta”

Penulis menyadari dengan segenap hati bahwa skripsi ini tersusun atas

bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada.

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan

untuk menuntut ilmu.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan ijin penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan

kesempatan kepada peneliti untuk mengunggkapkan gagasan dalam bentuk

skripsi.

4. Bapak Sudarmanto, M.Kes dalam hal ini pembimbing I yang dengan penuh

kesabaran dan perhatian telah membimbing peneliti sampai penyusunan

skripsi ini selesai.

5. Ibu Dr. Wuri Wuryandani, M. Pd dalam hal ini pembimbing II yang dengan

penuhkesabaran dan perhatian telah membimbing peneliti sampai

penyusunan skripsi ini selesai.

6. Bapak Banu Setyo Adi, M. Pd yang telah memberikan penilaian ahli atas

(9)

ix

8. Bapak Kepala Sekolah Dasar Negeri Rejowinangun 1 yang telah

memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyelesaian

skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Semoga segala bantuan dan amal baik yang telah diberikan mendapat

imbalan dari Allah SWT. Peneliti menyadari bahwa penulisan tugas akhir skripsi

ini tidak luput dari sempurna. Semoga tugas akhir skripsi ini bermanfaat bagi

pembaca.

Yogyakarta, Januari 2016

(10)

x

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Sikap ... 7

1. Pengertian Sikap ... 7

2. Komponen Sikap ... 8

3. Pembentukan Sikap ... 10

4. Fungsi Sikap... 12

5. Ciri-ciri Sikap... 14

(11)

xi

2. Pemeliharaan Kebersihan... 20

C. Kerangka Berfikir ... 28

D. Pertanyaan Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian ... 30

Lokasi Penelitian ... 30

Populasi dan Sampel ... 31

Teknik Pengumpulan Data ... 31

Definisi Operasional Variabel ... 32

Instrumen Penelitian... 32

Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 35

Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Lokasi Penelitian ... 39

Hasil Penelitian ... 39

Pembahasan ... 46

Keterbatasan Penelitian ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 63

Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(12)

xii

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian ... 31

Tabel 2. Kisi-kisi Sikap Menjaga Kebersihan Diri ... 34

Tabel 3. Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Instrumen ... 36

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 37

Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 37

Tabel6. Penentuan Kategori... 38

Tabel 7. Deskripsi Statistik Sikap Menjaga Kebersihan Diri ... 39

Tabel 8. Kategori Penggolongan Tingkat Sikap Menjaga Kebersihan Diri ... 40

Tabel 9. Deskripsi Statistik Aspek yang Membentuk Sikap ... 42

Tabel 10. Aspek-aspek yang Membentuk Sikap Menjaga Kebersihan Diri ... 42

Tabel 11. Kategori Penggolongan Aspek Kognitif... 43

(13)

xiii

Gambar 1. Kerangka Berfikir ... 29

Gambar 2. Kategori Penggolongan Tingkat Sikap Menjaga Kebersihan Diri ... 41

Gambar 3. Aspek-aspek yang Membentuk Sikap Menjaga Kebersihan Diri ... 42

Gambar 4. Kategori Penggolongan Aspek Kognitif ... 44

(14)

xiv

Lampiran 1. Pernyataan Validasi Ahli ... 68

Lampiran 2. Instrumen Uji Coba ... 69

Lampiran 3. Data Skor Hasil Uji Coba ... 72

Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 73

Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 76

Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian ... 77

Lampiran 7. Instrumen Penelitian ... 78

Lampiran8. Data Skor Hasil Penelitian... 81

Lampiran 9. Data Skor Aspek Kognitif ... 84

Lampiran 10. Data Skor Aspek Afektif ... 86

Lampiran11. Analisis Deskriptif ... 88

Lampiran 12. Penentuan Kategori ... 89

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebersihan diri sangat penting bagi seluruh kalangan usia, termasuk

anak-anak. Sjamsunir Adam (1978:9) mengemukakan bahwa, personal

hygiene disebut juga kebersihan diri atau kesehatan perseorangan.

Kebersihan diri yang baik akan mencegah seseorang terkena penyakit.

Kebersihan diri yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai

macam penyakit infeksi.

Tarwoto dan Wartonah (dalam Anna Nurjannah, 2012:2)

mengemukakan, personal hygiene yang dimaksud mencakup perawatan

kebersihan kulit kepala dan rambut, mata, hidung, telinga, kuku kaki dan

tangan, kulit, dan perawatan tubuh secara keseluruhan. Selain hal yang telah

disebutkan diatas kebersihan pakaian juga perlu diperhatikan karena pakaian

yang dikenakan masing-masing juga termasuk dalam kebersihan diri.

Anak Sekolah Dasar (SD) merupakan anak-anak yang masih dalam

masa pertumbuhan. Kebersihan diri penting ditanamkan sejak dini, sebab

kebersihan akan sangat mempengaruhi kesehatan. Apabila sejak dini

anak-anak sudah diajarkan menjaga kebersihan diri yang baik, maka selanjutnya

anak akan terbiasa menjaga kebersihan diri. Dengan menjaga kebersihan diri

maka kesehatan juga akan terjaga dan berpengaruh baik untuk pertumbuhan

(16)

2

Siswa kelas IV SD N Rejowinangun 1 berasal dari berbagai status

sosial ekonomi. Latar belakang pekerjaan serta keadaan ekonomi orang tua

berbeda-beda. Hal ini berdampak pada tingkat perhatian orang tua terhadap

sikap anak dalam menjaga kebersihan diri. Kesadaran untuk menjaga

kebersihan diri antara satu dengan yang lain berbeda-beda. Hal ini diperkuat

dengan pendapat dari Tarwoto dan Wartonah (2006:78) yang mengemukakan

bahwa hal-hal yang berepengaruh pada kebersihan diri di antaranya

kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi orang tentang kesehatan,

serta tingkat perkembangan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anna Nurjannah pada

tahun 2012 di SD N Jatinangor diperoleh simpulan bahwa

Persentase personal hygiene pada siswa sekolah dasar masih rendah. Dari 6 jenis personal hygine, hanya personal hygiene mata saja yang lebih dari setengah dari keseluruhan siswa yang memiliki mata yang

hygiene, sedangkan untuk personal hygiene rambut, telinga, mulut dan gigi, kulit, serta kuku tangan dan kaki, lebih dari setengah dari keseluruhan siswanya tidak hygiene. Banyak gangguan kesehatan yang akan diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik.

Hal tersebut juga terjadi di SD N Rejowinangun 1. Sebagian anak

terlihat sudah dapat menjaga kebersihan diri dilihat dari cara berpakaian serta

kebiasaan seahari-harinya, misalnya kebiasaan membuang sampah

ditempatnya. Namun beberapa siswa belum dapat menjaga kebersihan diri

dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari kuku yang panjang dan kotor,

kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dan

(17)

3

Kurangnya menjaga kebersihan diri dapat menimbulkan berbagai

penyakit. Anak yang sakit tidak akan optimal dalam mengikuti kegiatan

belajar di sekolah, sehingga berpengaruh pada prestasi belajar yang dimiliki.

Hal tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Mardia Bin

Smith dan Maryam Rahim (2013) di Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo

yang menunjukkan adanya korelasi antara prestasi belajar dengan perilaku

hidup sehat. Subyek penelitian adalah siswa kelas 1 sampai kelas 6 SDN

Nomor 85 yang berjumlah 313 orang. Dari jumlah anggota populasi tersebut

ditetapkan anggota sampel sebanyak 30 orang (10%) yang dipilih secara acak

dari kelas 3 sampai kelas 6. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil penelitian

sebagai berikut.

Kesehatan fisik tergantung pada perilaku hidup sehat dari siswa itu sendiri, dalam arti perilaku hidup sehat yang dilakukan siswa akan berdampak positif pada fisik siswa, selanjutnya kondisi fisik yang sehat akan berkontribusi terhadap aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar yang optimal pada gilirannya akan berdampak pada prestasi belajar yang optimal pula. Atas dasar pemikiran tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku hidup sehat akan berdampak pada prestasi belajar siswa.

Hasil observasi menunjukkan bahwa di sekitar gedung sekolah ada

sisa-sisa bahan bangunan seperti pasir, kayu, bungkus semen dan lain-lain. Hal ini

menimbulkan kesan kotor dan membuat lingkungan sekolah lebih mudah

berdebu. Kamar mandi siswa kurang terawat dan berbau. Terdapat pula kran

air di beberapa tempat namun sebagian rusak sehingga siswa jarang

menggunakannya.

Berdasarkan hasil observasi peneliti pada tanggal 29 Januari 2015, di

(18)

4

tidak masuk sekolah dikarenakan sakit sebanyak 36 kali dengan jumlah 17

anak untuk 3 kelas. Dengan rincian pada bulan Agustus sebanyak 5 kali,

September 11 kali, Oktober 2 kali, November 10 kali, dan Desember 11 kali.

Penyakit infeksi yang paling sering diderita adalah influenza dan gatal-gatal

pada kulit. Penyakit tersebut dapat menular melalui kontak langsung dengan

teman satu kelas, seperti melalui udara, sentuhan, maupun pakaian yang

dikenakan.

Merujuk pada permasalahan tersebut penulis memandang perlu adanya

penelitian mengenai sikap menjaga kebersihan diri pada siswa kelas IV SD N

Rejowinangun 1, Kotagede, Yogyakarta. Harapannya melalui penelitian ini

akan diketahui sikap siswa dalam menjaga kebersihan diri. Sikap siswa yang

baik dalam menjaga kebersihan diri akan dapat meningkatkan kesehatan,

sehingga anak terhindar dari berbagai penyakit infeksi. Kondisi siswa yang

sehat akan berkontribusi terhadap aktivitas belajar siswa dan mempengaruhi

daya serap pelajaran serta prestasi belajarnya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka ditemukan

permasalahan yang selanjutnya dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Fasilitas kebersihan sekolah yang kurang terawat. yakni kamar mandi

siswa yang berbau tidak sedap dan kran air yang rusak di beberapa

(19)

5

2. Tingkat kesadaran beberapa siswa dalam hal dalam menjaga kebersihan

masih kurang, hal ini dapat dilihat dari kebersihan tubuh dan pakaian

yang dikenakan

3. Sebagian siswa memiliki kebiasaan yang kurang baik dalam menjaga

kebersihan diri, misalnya membuang sampah tidak pada tempatnya.

4. Ada beberapa siswa terserang penyakit infeksi yang berkaitan dengan

kebersihan diri, seperti influenza dan gatal-gatal di kulit.

C. Batasan Masalah

Merujuk pada identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya

pembatasan masalah agar pembahasan dapat mencapai sasaran dengan tepat.

Penelitian hanya dibatasi pada tingkat sikap menjaga kebersihan diri pada

siswa kelas IV SD N Rejowinangun 1, Kotagede Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah di atas maka diperoleh rumusan masalah

“Bagaimanakah tingkat sikap siswa dalam hal menjaga kebersihan diri di

kelas IV SD N Rejowinangun 1, Kotagede Yogyakarta?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah

“Untuk mengetahui tingkat sikap siswa dalam hal menjaga kebersihan diri di

(20)

6

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara Teoritik

a. Penelitian ini dapat dijadikan kajian untuk penelitian selanjutnya

yang lebih mendalam.

b. Penelitian ini dapat menjadi bahan pustaka bagi peneliti lain yang

akan melakukan penelitian serupa di daerah lain.

2. Manfaat secara Praktis

a. Bagi Peneliti

Sebagai sumber ilmu dan pengalaman yang dapat diaplikasikan serta

dikembangkan terkait kebersihan diri anak.

b. Bagi Sekolah

Sebagai bahan refleksi untuk senantiasa meningkatkan nilai

kebersihan baik kebersihan lingkungan maupun kebersihan diri

(21)

7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Teori Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap manusia telah didefinisikan oleh para ahli dalam beberapa

versi. Para ahli psikologi, seperti Louis Thurstone, Rensis Likert, dan

Charles Osgood (dalam Saifudin Azwar, 1995:4) mengemukakan bahwa

sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap tersebut

dapat berupa perasaan mendukung/tidak mendukung atau positif/negatif.

Definisi lain dikemukakan oleh ahli di bidang Psikologi Sosial dan

Psikologi Kepribadian. LaPierre (dalam Saifudin Azwar, 1995:5)

mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan

antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial.

Kimball Young (dalam Yeni Widyastuti, 2014:58) mengemukakan

bahwa sikap merupakan suatu predisposisi mental untuk melalukan suatu

tindakan. Abu Ahmadi (2002:164) menjelaskan bahwa sikap adalah

predisposisi yang dipelajari yang mempengaruhi tingkah laku, berubah

dalam hal intensitasnya,biasanya konsisten sepanjang waktu dalam

situasi yang sama, dan komposisinya hampir selalu kompleks.

Zimbardo dan Ebbesen (dalam Abu Ahmadi, 2002:163)

mengemukakan bahwa sikap adalah suatu predisposisi (keadaan mudah

terpengaruh) terhadap seseorang, ide, atau obyek yang berisi komponen

(22)

8

kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap obyek tersebut (Mar’at, 1981:12).

Pendapat lain diungkapkan oleh Sarlito W. Sarwono (2009:83)

bahwa sikap merupakan proses evaluasi yang sifatnya internal dan

subjektif yang berlangsung dalam diri seseorang dan tidak dapat diamati

secara langsung. Sikap dapat diketahui melalui pengetahuan, keyakinan

perasaan dan kecenderungan tingkah laku.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa sikap

adalah kecenderungan pola perilaku untuk memberikan respon terhadap

objek atau situasi. Respon itu dapat berupa respon positif atau negatif.

Secara sederhana sikap adalah respon yang sifatnya positif atau negatif

terhadap objek atau situasi tertentu. Sikap positif yaitu sikap yang

menunjukkan penerimaan, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan.

Sedangkan sikap negatif dapat berupa penolakan atau tidak menyetujui

(Abu Ahmad, 2002:166).

2. Komponen Sikap

Sarlito W. Sarwono (2009:83) mengemukakan bahwa sikap adalah

konsep yang dibentuk oleh tiga komponen, yaitu kognitif, afektif, dan

perilaku. Komponen kognitif berisi semua pemikiran serta ide-ide yang

berkenaan dengan objek sikap. Isi pemikiran dapat berupa tanggapan,

keyakinan, kesan, atribusi, dan penilaian tentang objek sikap tadi.

Komponen afektif dari sikap meliputi perasaan atau emosi terhadap

(23)

9

perasaan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang terhadap objek

sikap. Komponen perilaku dapat diketahui melalui respon subjek yang

berkenaan dengan objek sikap. Respon yang dimaksud berupa tindakan

atau perbuatan tertentu sehubungan dengan objek sikap.

Saifuddin Azwar (1995:24-30) menjabarkan ketiga komponen sikap

tersebut sebagai berikut:

a. Komponen Kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang

berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Komponen kognitif

menyangkut persepsi, kepercayaan, dan stereotipe yang dimiliki

individu mengenai sesuatu. Komponen kognitif meliputi

pengetahuan, konsep, kepercayaan, tanggapan, opini, atau

kesimpulan.

b. Komponen Afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif

seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini

disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Pada

tingkat sederhana, komponen afektif sikap seseorang dapat berupa

sekedar suka atau tidak suka, namun pada tingkat yang lebih

kompleks komponen afektif ini dapat berupa adanya kecemasan atau

(24)

10

c. Komponen Perilaku

Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap

menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku

yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang

dihadapi. Komponen perilaku meliputi bentuk perilaku yang tidak

hanya dapat dilihat secara langsung, akan tetapi meliputi pula

bentuk-bentuk perilaku berupa pernyataan atau perkataan yang

diucapkan.

Mar’at (1981:21-24) mengemukakan bahwa ketiga komponen

tersebut tidak berdiri sendiri, akan tetapi menunjukkan interaksi antar

komponen-komponen tersebut secara kompleks. Artinya apa yang

dipikirkan seseorang tidak akan terlepas dari perasaannya. Persepsi

merupakan proses pengataman seseorang yang berasal dari komponen

kognitif. Melalui komponen kognitif muncul ide dan konsep mengenai

apa yang dilihat. Selanjutnya komponen afeksi memberikan evaluasi

emosional (senang atau tidak senang). Pada tahap selanjutnya, komponen

perilaku yang menentukan respon terhadap objek sikap. Respon tersebut

dapat berupa tindakan, perbuatan, penyataan, atau perkataan.

3. Pembentukan Sikap

Sikap bukanlah sesuatu yang menjadi bawaan sejak lahir, tetapi

sikap diperoleh melalui berbagai proses sejalan dengan perkembangan

hidup manusia. Menurut Saifudin Azwar (1995:30-38) terdapat enam

(25)

11 a. Pengalaman pribadi

Pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis akan

membentuk tanggapan dan penghayatan yang kuat. Untuk dapat

menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus

meninggalkan kesan yang kuat. Pengalaman pribadi yang melibatkan

faktor emosional akan meninggalkan tanggapan dan penghayatan

yang kuat dan lebih mendalam.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting.

Orang di sekitar kita merupakan salah satu komponen sosial

yang ikut mempengaruhi sikap kita. Individu cenderung memiliki

sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

Kadang, peniruan sikap terjadi tanpa disadari oleh individu.

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.seorang ahli

Psikologi yang terkenal, Burrhus Frederic Skinner sangat

menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam

membentuk pribadi seseorang.

d. Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan

kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas

(26)

12

mengarahkan opini seseorang. Apabila pesan sugestif tersebut cukup

kuat, akan terbentuklah arah sikap tertentu.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan

keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri

individu.

f. Pengaruh faktor emosional

Tidak semua sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan

pengalaman pribadi seseorang. Kadang suatu bentuk sikap

merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi.

Proses pembentukan sikap berlangsung secara bertahap, dimulai dari

proses belajar yang biasanya terjadi karena pengalaman-pengalaman

pribadi seseorang dengan seperti orang lain, benda atau peristiwa.

Pembentukan sikap selanjutnya karena pengaruh dari orang lain,

pengaruh kebudayaan, informasi dari media massa, serta proses belajar

yang didapat dari lembaga pendidikan.

4. Fungsi Sikap

Ada beberapa fungsi sikap yang diungkapkan oleh para ahli. Fungsi

sikap menurut Abu Ahmadi (1991:179-180) dibagi menjadi empat

golongan, yaitu:

a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri.

(27)

13

c. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman.

d. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian.

Selain keempat fungsi yang diungkapkan Abu Ahmadi di atas,

pendapat lain diungkapkan oleh Baron, Byrne, dan Branscombe, dalam

Sarlito. W Sarwono (2009:86) terdapat lima fungsi sikap sebagai berikut:

a. Fungsi pengetahuan

Sikap membantu kita untuk menginterpretasi stimulus baru dan

menampilkan respon yang sesuai.

b. Fungsi identitas

Sikap membantu mengekspresikan nilai dan keyakinan untuk

menunjukkan identitas kita.

c. Fungsi harga diri

Sikap yang kita miliki mampu menjaga dan meningkatkan harga diri.

d. Fungsi pertahanan diri (ego defensif)

Sikap berfungsi melindungi diri dari penilaian negatif.

e. Fungsi motivasi kesan (impression motivation)

Sikap berfungsi mengarahkan orang lain untuk memberi penilaian.

Selanjutnya Katz dalam Yeni Widyastuti (2014:58) mengemukakan

4 fungsi sikap antara lain:

a. Ulititarian Function

Sikap memungkinkan untuk memperoleh ganjaran (reward) dan

(28)

14 b. Knowledge Function

Sikap membantu memahami lingkungan dengan melengkapi

ringkasan evaluasi tentang obyek atau segala sesuatu yang dijumpai.

c. Value-Expressive Function

Sikap membantu mengkomunikasikan nilai dan identitas yang

dimiliki seseorang terhadap orang lain.

d. Ego-Defensive Function

Sikap membantu individu melindungi diri, menutupi kesalahan, dan

sebagainya dalam rangka mempertahankan diri.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan

bahwa sikap memiliki bermacam fungsi, yaitu fungsi untuk menunjukkan

identitas, mempertahankan diri, hingga memotivasi diri. Selain itu sikap

juga berfungsi sebagai pengetahuan yang membantu individu untuk

memahami obyek dan menampilkan respon yang sesuai untuk obyek

tersebut.

5. Ciri-ciri Sikap

Sikap menentukan jenis atau tabiat tingkah laku dalam hubungannya

dengan perangsang yang relevan, orang-orang atau kejadian-kejadian.

Adapun ciri-ciri sikap menurut Abu Ahmadi (1991:178-179) adalah

sebagai berikut:

a. Sikap itu dipelajari (learnability)

Sikap merupakan hasil belajar. Beberapa sikap dipelajari tidak

(29)

15 b. Memiliki kestabilan (stability)

Sikap bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap

dan stabil.

c. Personal-societal significance

Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga

antara orang dan barang atau situasi.

d. Berisi kognisi dan afeksi

Komponen kognisi dari pada sikap adalah berisi informasi yang

faktual.

e. Approach-avoidance directionally

Apabila seseorang bersikap baik orang sekitarnya akan

menerimanya, sebaliknya apabila sikapnya kurang baik orang lain

akan menghindarinya.

Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, tetapi sikap dipelajari

sejalan dengan perkembangan hidupnya. Sikap memiliki kestabilan,

sebab sikap bersifat relatif menetap dan tidak berubah. Perubahan sikap

berlangsung lamban. Sikap selalu berhubungan dengan obyek, baik itu

manusia, benda, maupun situasi. Karena itulah sikap diartikan sebagai

sesuatu yang tidak dapat lepas dari lingkungan dan sasaran. Sikap

berupa aksi dan reaksi. Seseorang yang mendapat perlakuan baik dari

suatu obyek tentu akan bersikap baik pula. Namun apabila diperlakukan

kurang baik, maka seseorang akan cenderung menghindari obyek

(30)

16

6. Pengukuran Sikap

Pengukuran terhadap sikap, idealnya mencakup 5 dimensi yang

dikemukakan Sax (dalam Saifuddin Azwar, 1995:87-90) sebagai berikut:

a. Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah

kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung

atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak

terhadap objek.

b. Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap

terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak

berbeda.

c. Sikap memiliki keluasan, kesetujuan atau ketidaksetujuan dapat

mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi

dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek

sikap.

d. Sikap memiliki konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian antara

pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responnya terhahadap

objek sikap. Konsistensi sikap diperlihatkan oleh kesesuaian sikap

antar waktu dan ketidakbimbangan dalam bersikap.

e. Sikap memiliki spontanitas, yaitu menyangkut sejauh mana kesiapan

individu menyatakan sikapnya secara spontan. Sikap dikatakan

memiliki spontanitas yang tinggi apabila dapat dinyatakan secara

(31)

17

Idealnya pengukuran sikap harus mencakup 5 dimensi tersebut di

atas. Namun banyak skala yang digunakan dalam pengukuran sikap

hanya mengungkapkan dimensi arah dan intensitas sikap saja, yaitu

hanya menunjukkan kecenderungan sikap positif atau negatif dan

memberikan tafsiran derajat kesetujuan atau ketidaksetujuan.

Adapun untuk pengukuran sikap dapat dilakukan melalui beberapa

metode. Metode-metode itu antara lain:

a. Pengukuran Langsung

Pada umumnya pengukuran langsung menggunakan tes

psikologi yang telah dikembangkan menjadi skala sikap. Responden

diminta menjawab langsung suatu pernyataan tertulis dengan

memberi tanda setuju atau tidak setuju (Saifuddin Azwar, 1995:93).

Dari jawaban tersebut dapat diketahui posisi kesetujuan atau

ketidaksetujuan seseorang. Abu Ahmadi (2002:183) mengemukakan

beberapa skala sikap yang sering digunakan adalah Skala Thurstone,

Skala Likert, Skala Bogardus, dan Skala Perbedaan Semantik.

b. Pengukuran Tidak Langsung

Metode tidak langsung adalah metode dimana subyek diminta

untuk menyatakan dirinya mengenai obyek sikap yang diteliti (Abu

Ahmadi, 2002:182). Pengukuran sikap secara tidak langsung

bertumpu pada kesadaran subyek untuk mengkomunikasikannya

secara lisan (verbal). Dengan metode ini subyek akan tahu bahwa

(32)

18

jawabannya. Ini menjadi salah satu kendala yang sering dihadapi

dengan penggunaan metode pengukuran tidak langsung (Abu

Ahmadi, 2002:189).

B. Kebersihan Diri

1. Pengertian Kebersihan Diri

Kebersihan diri menjadi tanggung jawab masing-masing individu.

Pentingnya menjaga kebersihan diri ini tertuang dalam Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 1992 Pasal 5 tentang kesehatan yang menyatakan

bahwa: “Setiap orang wajib ikut serta dalam memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan perseorangan, keluarga, dan

lingkungannya.” Sjamsunir Adam (1978:9) mengemukakan bahwa,

hygiene perseorangan disebut juga kebersihan diri, kesehatan

perseorangan, atau personal hygiene. Kebersihan perorangan adalah

suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang

untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto dan Wartonah, 2006:78).

Menjaga kebersihan diri berarti menjaga kesehatan. Menurut

Tarwoto dan Wartonah (2006:79) ada beberapa tujuan perawatan

personal hygiene:

a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang. b. Memelihara kebersihan diri seseorang. c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang.

d. Pencegahan penyakit

(33)

19

Kesehatan merupakan dambaan semua orang yang akan mendukung

kegiatan sehari-hari. Kebersihan diri menjadi penting karena dengan

menjaga kebersihan diri akan mencegah masuknya virus maupun bakteri

penyebab penyakit infeksi. Tarwoto dan Wartonah dalam Anna

Nurjannah (2012:2) mengemukakan, personal hygiene adalah kebersihan

dan kesehatan perorangan yang bertujuan untuk mencegah timbulnya

penyakit pada diri sendiri maupun orang lain. Djoned Soetatmo

(1979:14) mengungkapkan tujuan menjaga kebersihan diri antara lain

dapat memelihara kesehatan diri sendiri serta memperbaiki dan

mempertinggi nilai-nilai kesehatan.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri.

Pieter Noya (1983:35) mengemukakan, secara garis besar menjaga

kebersihan diri akan terwujud dengan melakukan hal-hal di bawah ini:

a. Bersihkanlah badan dengan mandi sekurang-kurangnya dua kali

sehari.

b. Jagalah kesehatan gigi dan mulut dengan jalan menggosok gigi tiga kali sehari dengan obat gigi yang baik. Setidak-tidaknya kumur-kumur sehabis makan.

c. Pemeriksaan gigi oleh dokter harus dilakukan sekali dalam enam buln. Semua gigi yang berlubang harus diisi atau dicabut. d. Kenakanlah pakaian dalam dan luar yang bersih dan jika

mungkin diseterika.

e. Jangan lupa mencuci yangan sesudah keluar dari kamar kecil atau setelah memegang benda yang kotor.

f. Janganlah memakai pakaian, sapu tangan, gelas minum, sisir rambut dan lain sebagainya yang menjadi kepunyaan orang lain. g. Rumah harus selalu bersih dan cukup mendapat pertukaran

hawa (ventilasi).

h. Olahraga dan rekreasi jangan diabaikan.

i. Bernapaslah dalam-dalam untuk mengembangakan paru-paru

(34)

20

Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa

personal hygiene merupakan suatu tindakan untuk menjaga kebersihan

dan kesehatan seseorang yang memiliki beberapa macam tujuan, seperti

mencegah penyakit, memelihara kebersihan diri, hingga menciptakan

keindahan.

2. Pemeliharaan Kebersihan

Pemeliharaan dan perawatan kebersihan diri harus dilakukan dengan

benar. Setiap bagian tubuh yang perlu dirawat untuk menjaga kebersihan

diri. Bagian tubuh yang memerlukan pemeliharaan dan perawatan ada 9

bagian yang dijabarkan sebagai berikut:

a. Kulit

Kulit adalah lapisan jaringan tubuh sebagai pembungkus badan.

Kulit memiliki beberapa fungsi, antara lain sebagai pengatur panas

tubuh, indera peraba, serta melindungi tubuh dari gangguan yang

berasal dari luar tubuh, terutama kuman penyakit. Berbagai

rangsangan dari luar selalu diterima terlebih dahulu oleh kulit.

Misalnya ada kuman yang akan menyerang tubuh harus melalui kulit

terlebih dulu.

Pemeliharaan kulit dapat dilakukan dengan membersihkan

badan (mandi). Selain untuk membersihkan badan, kegunaan mandi

yang lain adalah menghilangkan kotoran dan bau keringat,

merangsang peredaran darah dan syaraf, melemaskan otot, dan untuk

(35)

21

melekat harus dibersihkan dengan sabun sewaktu mandi. Untuk

menjaga agar kulit selalu bersih, mandi sebaiknya dilakukan dua kali

sehari, yaitu pagi dan sore hari (Aip Syarifuddin, 1993 : 249).

Setelah mandi, badan dikeringkan dengan handuk dan berganti

menggunakan pakaian yang bersih.

Kulit yang tidak terawat akan menjadi tempat bersarangnya

kuman-kuman berbagai penyakit. Penyakit kulit yang mungkin

menyerang antara lain gatal-gatal, panu, dan penyakit infeksi lain.

Selain itu pemeliharaan kulit yang kurang baik menimbulkan bau

badan tak sedap yang akan mengganggu penampilan.

b. Rambut

Rambut berfungsi sebagai pelindung kepala sekaligus memberi

keindahan. Setiap rambut mempunyai kelenjar lemak yang

mengeluarkan minyak, sehingga membuat rambut mengkilat.

Namun minyak tersebut juga membuat debu mudah menempel

dirambut dan kulit kepala. Maka dari itu rambut harus sering

dibersihkan.

Pemeliharaan rambut dapat dilakukan dengan cara mencuci

rambut. Memelihara kebersihan rambut pada hakekatnya juga

menjaga kesehatan kulit kepala. Mencuci rambut hendaklah

dilakukan dengan seksama, sehingga kulit kepala bersih dari

kotoran-kotoran yang melekat (Pieter Noya, 1983 : 27).

(36)

22

Apabila rambut tidak dirawat maka rambut akan mudah rontok,

kering, kaku, bercabang, kemerahan dan menjadi sangat berminyak

(lepek). Selain itu menyisir rambut dengan rapi akan memberi jalan

pernapasan dan merangsang peredaran darah di kepala. Hal ini tentu

akan baik bagi kesehatan rambut dan kulit kepala.

c. Telinga

Telinga berfungsi sebagai indera pendengaran. Kegunaan telinga

selain untuk mendengarkan adalah membantu menetapkan

keseimbangan seseorang. Dengan demikian, perlu sekali dihindarkan

dari segala gangguan yang dapat merusak telinga.

Untuk menjaganya telinga harus selalu dirawat dan dijaga

kebersihannya. Sebisa mungkin hindari benturan atau pukulan pada

daerah telinga, hindari mendengarkan suara dengan nada yang

tinggi, dan hindari untuk mengorek telinga dengan jari kotor atau

benda tajam.

Telinga harus sering dibersihkan dengan handuk halus dan

lembab. Di dalam telinga terdapat tahi telinga yang bersifat lekat,

liat, dan berguna untuk menahan binatang atau kotoran yang masuk

ke dalam telinga. Oleh karena itu jangan terlalu sering dibersihkan,

cukup 2-3 kali seminggu. Apabila ada kelainan dengan telinga

(37)

23

d. Mata

Mata adalah indera penglihatan. Mata berguna untuk melihat

benda. Benda dapat dilihat karena benda memantulkan sinar dan

sinar itu masuk ke dalam mata melalui lensa dan diterima oleh saraf

dan diinderakan sehingga kita melihat benda tersebut.

Mata sebagai indera penglihatan perlu dirawat kesehatan dan

kebersihannya. Pieter Noya (1983 : 28) mengemukakan beberapa

hal-hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan dan

kesehatan mata adalah sebagai berikut:

1) Jangan menggosok mata dengan tangan, kain atau bahan yang kotor.

2) Lindungi mata dari benda-benda asing yang berbahaya, seperti debu, air kotor, kapur, tanah, perikan api dan lain-lain.

3) Jika terdapat gangguan mata segera periksakan ke

Puskesmas atau dokter.

Membersihkan mata menggunakan air bersih merupakan

kebiasaan yang baik agar terhindar dari penyakit mata. Mata yang

kotor karena debu atau air yang tercemar dapat mengakibatkan

berbagai macam penyakit mata yang disebabkan oleh infeksi bakteri

atau virus, kemasukan benda kecil (debu) dan terkena benda keras.

e. Hidung

Hidung adalah jalan masuk dan keluar udara sewaktu bernapas.

Semua udara yang masuk ke paru-paru harus melewati rongga

hidung. Dalam rongga hidung, udara dipanaskan sesuai dengan suhu

(38)

24

yang masuk ke dalam paru-paru adalah udara yang bersih (Pieter

Noya, 1983 : 30).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan

pemeliharaan kebersihan hidung adalah sebagai berikut:

1) Hindari udara kotor dan jika perlu pakailah kain penutup hidung

agar udara dapat tersaring.

2) Bernapas hendaklah melalui hidung, karena dengan menarik

napas dengan mulut, udara tidak akan tersaring.

3) Jangan bermain-main memasukkan benda kecil dalam lubang

hidung, karena dapat terhisap masuk dalam rongga hidung.

4) Berhati-hatilah mendekati orang berpenyakit menular karena

penularan dapat terjadi melalui udara, misalnya batuk pilek.

Apabila hidung tidak dirawat akan mengakibatkan terganggunya

fungsi hidung sebagai indera penciuman sekaligus alat pernapasan.

Oleh karena itu kebersihan hidung harus senantiasa dijaga agar tidak

mengganggu jalannya pernapasan.

f. Mulut dan gigi

Djoned Soetatmo (1979 : 94) mengemukakan bahwa mulut dan

gigi sangat berguna dalam pencernaan makanan, waktu berbicara,

membentuk paras muka, dan perkembangan jiwa seseoorang. Mulut

dan gigi yang tidak terawat akan menyebabkan bau mulut yang tidak

sedap. Untuk mencegah macam-macam hal tersebut maka perlu

(39)

25

1) Menggosok gigi setelah makan, setidaknya sehari 3x.

2) Mengontrol makanan dan minuman yang masuk ke mulut,

jangan terlalu panas dan dingin.

3) Membiasakan menggigit makanan yang tidak terlalu keras

(tulang, es batu, dll).

4) Memeriksakan gigi secara teratur.

Cara sederhana menjaga kebersihan rongga mulut dan gigi

adalah dengan berkumur dan menyikat gigi. Menyikat gigi sebaiknya

dilakukan 3 kali dalam sehari. Selain bau mulut yang tidak sedap

mulut dan gigi yang tidak terawat akan mengalami kelainan, seperti

gigi berlubang, karang gigi, sakit gusi, sariawan,dan lain-lain.

g. Kuku

Kuku tangan/kaki harus dibersihkan dari kotoran karena dapat

menjadi tempat bersarangnya kuman, dan menularkan penyakit

(Djoned Soetatmo, 1979 : 41). Membersihkan kuku dapat

menggunakan air bersih dan disikat atau digosok menggunakan

sabun. Aip Syarifuddin (1993 : 250) mengemukakan bahwa

sebaiknya anak memotong kukunya pendek-pendek seminggu sekali,

dan dibersihkan dengan sikat yang lembut, terutama di pinggir dan

bawah kuku.

Kuku merupakan bagian yang paling rawan dan rentan terkena

kotoran. Apalagi kuku tangan yang menyentuh langsung makanan

(40)

26

berkumpulnya bakteri dan berkembang biak. Selain itu kuku yang

kotor akan mengganggu penampilan dan keindahan. Apabila kulit

terasa gatal dan kuku digunakan untuk menggaruk maka bakteri

tersebut akan dengan mudah masuk ke kulit. Oleh karena itu

kebersihan kuku harus selalu diperhatikan.

h. Kaki dan tangan

Kaki dan tangan merupakan anggota gerak manusia. Tangan

untuk memegang, meraba, mengangkat dan sebagainya. Kaki

berfungsi untuk berjalan dan memikul berat badan. Dari semua

bagian badan kita, kedua bagian inilah yang paling cepat kotor.

Tangan mudah dihinggapi kuman karena memegang uang atau

berjabat tangan dengan orang lain. Kaki pun tidak terjamin

kebersihannya jika tidak memakai alas kaki.

Tangan dan kaki perlu dijaga kebersihannya mengingat bagian

tersebut tidak berhenti bekerja kecuali saat tidur. Mencuci tangan

sebelum makan hendaknya harus selalu dibiasakan untuk menjaga

kebersihan tangan. Selain itu mencuci kaki sehabis bermain atau

bekerja dan sebelum tidur, adalah kebiasaan yang baik (Aip

Syarifuddin, 1993 : 251).

i. Pakaian

Djoned Soetatmo (1979 : 103) mengemukakan bahwa pakaian

adalah suatu benda yang dipakai untuk menutup badan (melindungi

(41)

27

memiliki cita rasa terhadap warna maupun garis (motif) dari bahan

pakaian itu.

Jaman dahulu manusia mempergunakan kulit kayu untuk

menutup badannya. Seiring berkembangnya jaman, bahan pakaian

berkembang dari kulit binatang, kapas, hingga yang paling modern

dari sintetis/nylon. Macam pakaian sendiri terbagi menjadi dua yaitu

baju (celana, rok, kemeja, kaos) dan alas kaki (sepatu, sandal, dll).

Pakaian yang memenuhi syarat kesehatan menurut Aip

Syarifuddin (1993 : 251) antara lain:

1) Tidak merusak kulit.

2) Tidak terlalu sempit dan tidak terlalu longgar. 3) Mudah dicuci dan dirapikan.

4) Warna serasi dengan kulit, usia pemakai, serta

keperluannya.

5) Pakaian yang sehabis dipakai, sebaiknya dicuci

(dibersihkan).

6) Sepatu atau sandal harus selalu dibersihkan, dan setiap kali dipakai harus dalam keadaan kering.

7) Jangan menaruh pakaian yang bekas dipakai ke dalam almari, kalau perlu gantungkan di luar kamar.

8) Sediakan tempat khusus baju, sepatu, topi, dan lain-lain. 9) Kosongkan saku-saku.

10) Pakaian yang disimpan dalam almari selalu dalam keadaan bersih dan kering.

11) Periksalah semua tas, sepatu, topi, apakah sudah bersih dan rapi?

Pemeliharan kebersihan yang benar dilakukan mencakup 9 aspek

kebersihan, yaitu kebersihan rambut, kulit, mata, telinga, hidung, gigi dan

mulut, kuku, tangan dan kaki, serta pakaian. Mandi merupakan salah satu cara

menjaga kebersihan diri. Dengan mandi yang teratur maka kebersihan tubuh

(42)

28

telinga, gigi dan mulut, kuku, serta tangan dan kaki. Kebersihan pakaian

dapat dijaga dengan perawatan pakaian yang baik, yaitu dengan mencuci dan

menyetrika baju, serta senantiasa membersihkan alas kaki.

C. Kerangka Berfikir

Sikap adalah kecendurungan pola perilaku untuk memberikan respon

terhadap objek atau situasi. Sikap tersusun atas 3 komponen yaitu, komponen

kognitif, afekif, dan perilaku. Pengukuran sikap berdasarkan beberapa

dimensi sikap yaitu, arah, intensitas, keluasan, spontanitas, dan konsistensi.

Perilaku merupakan konsistensi antara kepercayaan sebagai komponen

kognitif dan perasaan sebagai komponen afektif. Berdasarkan Teori

Konsistensi Afektif-Kognitif Rosenberg (Saiffudin Azwar 1995:51), apabila

kedua komponen tidak konsisten satu dengan yang lainnya maka akan terjadi

ketidakstabilan.

Sikap menjaga kebersihan diri penting ditanamkan pada anak sejak dini,

sebab kebersihan diri akan memepengaruhi kesehatannya. Kebersihan diri

merupakan tindakan menjaga kebersihan dengan maksud dan tujuan tertentu.

SD N Rejowinangun 1 memiliki kelas yang banyak yaitu 18 kelas, dengan

masing-masing rombongan belajar terdiri dari 3 kelas. Fasilitas kebersihan

sekolah terlihat kurang terawat. Kamar mandi siswa berbau tidak sedap dan

karan air rusak di beberapa tempat. Selain itu beberapa siswa terlihat

memiliki kuku tangan yang kotor dan menderita penyakit infeksi.

Penelitian ini dirancang untuk mengetahui tingkat sikap siswa dalam hal

(43)

29

Yogyakarta. Penelitian ini akan mendeskripsikan tingkat sikap siswa dan

aspek-aspek yang membentuk sikap tersebut, tetapi tidak membahas

hubungan atau pengaruh dengan variabel lain Aspek yang diukur meliputi

aspek kognitif dan afektif, sebab peneliti ingin mengukur arah, tidak

mencakup intensitas dan konsistensi sikap. Oleh karena itu, kerangka berfikir

[image:43.595.129.472.250.351.2]

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Berfikir

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah tingkat sikap siswa dalam hal menjaga kebersihan diri?

(44)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

kuantitatif tentang sikap menjaga kebersihan diri siswa kelas IV SD N

Rejowinangun 1. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena

peneliti mendeskripsikan sikap siswa dalam hal menjaga kebersihan diri.

Dalam penelitian ini, peneliti tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau

pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu

kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi dilakukan secara berkelompok.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena peneliti

mengukur seberapa besar tingkat sikap menjaga kebersihan diri. Creswell

(dalam Asmadi Alsa 2007:13) mengungkapkan bahwa penelitian kuantitatif

adalah penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud

bilangan (skor atau nilai, peringkat, atau frekuensi).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelas IV SD N Rejowinangun 1 yang

terletak di Jalan Ki Penjawi No.12, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta,

DI. Yogyakarta. Lokasi penelitian dipilih karena kebersihan lingkungan

(45)

31

siswa yang rendah dalam hal menjaga kebersihan diri, dan beberapa siswa

yang terserang penyakit infeksi yang berkaitan dengan kebersihan diri.

C. Populasi dan Sampel

Sugiyono (2007:117) mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian di tarik kesimpulannya Arikunto (2002:112) mengemukakan

apabila populasi kurang dari 100 orang, maka diambil keseluruhannya,

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Populasi penelitian ini

adalah siswa kelas IV SD N Rejowinangun 1 berjumlah 72 siswa. Subjek

berusia antara 10-11 tahun.Adapun karakteristik subjek penelitian adalah

[image:45.595.137.420.463.548.2]

sebagai berikut:

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian

No. Kelas L P Jumlah

1 IV A 14 10 24

2 IV B 12 12 24

3 IV C 13 11 24

Total 72

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 2010:100). Teknik pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala sikap. Data kuantitatif

(46)

32

Skala sikap berupa kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu

objek sikap (Saifuddin Azwar 1995:95). Teknik ini dipillih mengingat jumlah

subjek yang cukup besar. Melalui respon subjek pada setiap pernyataan

kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitasnya.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk memperoleh kesamaan penafsiran terhadap masalah yang akan

dipecahkan, maka perlu diberikan penjelasan mengenai variabel yang

digunakan sesuai dengan judul penelitian. Sikap yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah kecenderungan berperilaku untuk memberikan respon

terhadap kebersihan diri Aspek sikap yang diukur dalam penelitian ini adalah

Aspek kognitif dan afektif. Aspek kognitif meliputi pengetahuan, konsep,

kepercayaan, tanggapan, opini, atau kesimpulan. Aspek afektif meliputi rasa

suka tidak suka, kecemasan, atau kekhawatiran.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengembangkan instrumen penelitian

berdasarkan teori yang telah dielaskan oleh para ahli. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah skala sikap. Instrumen penelitian skala

sikap menggunakan check list tipe tertutup yang sudah disediakan

jawabannya sehingga responden tinggal memilih dengan membubuhkan tanda

check (√) pada kolom yang sesuai. Apabila penelitian dilakukan dalam

lingkup yang tidak terlalu luas skala sikap dapat diberikan secara langsung

(47)

33

responden akan menciptakan kondisi yang cukup baik, sehingga responden

dengan sukarela memberi data.

Penentuan komponen sikap pada penelitian ini terbatas pada komponen

afektif dan kognitif. Setiap komponen memuat beberapa indikator.

Selanjutnya indikator tersebut menjadi panduan dalam merancang instrumen

yang dikehendaki. Setiap nomor pernyataan sikap mengacu pada salah satu

indikator komponen sikap, sehingga keseluruhan pernyataan sikap akan

menggambarkan kedua komponen tersebut.

Penentuan dan pembatasan obyek sikap disesuai dengan aspek-aspek

yang hendak diteliti. Obyek sikap dalam penelitian adalah kebersihan diri.

Kebersihan diri yang dimaksud mencakup 9 aspek kebersihan, meliputi

kebersihan kulit, rambut, telinga, mata, hidung, mulut dan gigi, kuku, kaki

dan tangan, serta pakaian.

Untuk menyusun instrumen diawali dengan membuat kisi-kisi seperti

(48)
[image:48.595.135.512.100.389.2]

34

Tabel 2. Kisi-kisi Sikap Menjaga Kebersihan Diri

Variabel Faktor Indikator Jumlah

Soal Nomor Soal

Sikap menjaga kebersihan diri pada siswa kelas

IV SD N

Rejowinangun 1

 Aspek Kognitif

Memahami pentingnya

menjaga kebersihan diri. 6

1, 13, 17, 25, 31, 36 Mengenal konsep

menggunakan alat kebersihan.

5 4, 8, 12, 16, 20

Memberi tanggapan mengenai cara menjaga kebersihan diri.

6 3, 7, 11, 15,

19, 23

Memberi simpulan tentang akibat tidak menjaga kebersihan diri.

5 5, 21, 24, 26,

33

 Aspek Afektif

Senang menjaga

kebersihan diri. 4 9, 27, 29, 35

Tidak senang memiliki

tubuh yang kotor. 4 6, 22, 32, 34

Khawatir dengan akibat tidak menjaga kebersihan diri.

6 2, 10, 14, 18,

28, 30

Skala pengukuran merupakan acuan untuk menentukan panjang

pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila

digunakan akan menghasilkan data kuantitatif (Sugiyono, 2007:133). Skala

pengukuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala sikap jenis skala

Likert. Jawaban setiap item instrumen mempunyai gradasi dari sangat positif

sampai dengan sangat negatif. Untuk instrumen pernyataan alternatif jawaban

antara lain sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Alternatif

jawaban untuk instrument tindakan adalah selalu, sering, jarang sekali, tidak

pernah.

Penelitian ini menggunakan 4 alternatif jawaban, yaitu dengan

menghilangkan pilihan jawaban ragu-ragu atau kadang-kadang. Sehingga

akan didapat jawaban responden yang mengarah pada sikap positif atau

(49)

35

Jawaban Sangat Setuju diberi skor 4, artinya siswa sangat setuju dengan sikap

menjaga kebersihan diri. Jawaban Setuju diberi skor 3, artinya siswa setuju

dengan sikap menjaga kebersihan diri. Jawaban Sangat Setuju dan Setuju

menunjukkan arah positif. Kemudian, jawaban Tidak Setuju diberi skor 2,

artinya siswa tidak setuju dengan sikap menjaga kebersihan diri. Jawaban

Sangat Tidak Setuju diberi skor 1, artinya siswa sangat tidak setuju dengan

sikap menjaga kebersihan diri. Jawaban Tidak Setuju dan Sangat Tidak

Setuju menunjukkan arah negatif.

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Instrumen yang baik harus melalui uji validitas. Validitas instrumen

harus memenuhi construct validity (validitas konstrak), content validity

(validitas isi) dan dan empiric validity (validitas empirik). Sugiyono

(2007:177) mengemukakan bahwa uji validitas konstrak dapat menggunakan

pendapat dari ahli (expert judgement), untuk menentukan apakah instrumen

tersebut dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan atau perombakan

total. Pengujian validitas isi menggunakan bantuan kisi-kisi instrumen. Dalam

kisi-kisi terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai alat ukut dan butir

item pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator.

Pada penelitian ini pengujian validitas kontrak instrumen dilakukan

oleh dosen yang ahli di bidang kesehatan dan kebersihan diri. Berdasarkan

hasil validitas diperoleh beberapa dari butir soal yang dinyatakan kurang

sesuai dengan indikator. Dosen ahli menyarankan untuk mengganti

(50)

36

Selanjutnya untuk mengetahui tingkat validitas empirik, instrumen

diujicobakan pada 30 sampel dengan karakteristik yang sama dengan

responden. Data yang didapat kemudian dianalisis menggunakan Software

SPSS. Azwar dalam Syofian Siregar (2014:77) menjelaskan bahwa suatu

instrumen penelitian dikatakan valid apabila memiliki koefisien korelasi lebih

besar dari 0,3. Dari hasil ujicoba akan diketahui butir instrumen yang valid

dan tidak valid.

Selanjutnya untuk menentukan reliabilitas instrumen dilakukan

perhitungan reliabilitas menggunakan bantuan Software SPSS. Sebagai tolok

ukur tinggi rendahnya reliabilitas instrumen digunakan klasifikasi menurut

[image:50.595.136.507.408.491.2]

Suharsimi Arikunto sebagai berikut :

Tabel 3. Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Instrumen

Besarnya nilai Klasifikasi

0,800 – 1,00 Tinggi

0,600 – 0,800 Cukup

0,400 – 0,600 Agak rendah

0,200 – 0,400 Rendah

0,000 – 0,200 Sangat Rendah

Pengambilan keputusan uji reliabilitas :

 Apabila suatu variabel koefisien reliabilitasnya > 0,6 maka variabel

tersebut dapat dinyatakan reliabel.

 Apabila suatu variabel koefisien reliabilitasnya ≤ 0,6 maka variabel

tersebut dinyatakan tidak reliabel (Syofian Siregar, 2014:90).

Dalam penelitian ini instrumen diujicobakan dahulu sebelum digunakan

terhadap objek penelitian. Instrumen diujicobakan pada 30 siswa kelas IV di

(51)

37

dengan objek penelitian. Uji validitas dan reliabilitas diolah menggunakan

Software SPSS. Dari hasil olah data yang dilakukan didapatkan bahwa

[image:51.595.135.512.179.461.2]

sebanyak 36 butir soal dinyatakan valid.

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Instrumen

Variabel Faktor Indikator Butir Soal

Valid Tidak Valid

Sikap menjaga kebersihan diri pada siswa kelas

IV SD N

Rejowinangun 1

 Aspek Kognitif

Memahami pentingnya menjaga kebersihan diri.

1, 13, 17,

25, 31, 36 -

Mengenal konsep menggunakan alat kebersihan.

4, 8, 12,

16, 20 -

Memberi tanggapan mengenai cara menjaga kebersihan diri.

3, 7, 11,

15, 19, 23 -

Memberi simpulan tentang akibat tidak menjaga kebersihan diri.

5, 21, 24,

26, 33 -

 Aspek Afektif

Senang menjaga kebersihan diri.

9, 27, 29,

35 -

Tidak senang memiliki tubuh yang kotor.

6, 22, 32,

34 -

Khawatir dengan akibat tidak menjaga kebersihan diri.

2, 10, 14,

18, 28, 30 -

Kemudian berdasarkan olah data melalui Software SPSS, instrumen

dinyatakan reliabel dengan koefisien reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Cronbach’s

Alpha

N of items

.868 36

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik.

Terdapat beberapa macam statistik yang dapat digunakan. Penelitian ini

(52)

38

bahwa statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis

data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya.

Data yang diperoleh selanjutnya diubah menjadi angka berdasarkan

skor yang telah ditentukan sebelumnya. Teknik analisis deskriptif yang

digunakan dalam penelitian ini melalui perhitungan mean, median, modus,

dan standar deviasi dengan bantuan Software SPSS 16. Penentuan kategori

dilakukan dengan cara menentukan panjang kelas dalam setiap kategori.

Saifuddin Azwar (2014:149) menjelaskan bahwa penggolongan data

dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan

[image:52.595.136.517.401.461.2]

ketiga kategori tersebut menggunakan acuan sebagai berikut:

Tabel 6. Penentuan Kategori

No. Kategori Rumus Rentang Skor

1 Tinggi X ≥ (Mean + 1,0 SD)

2 Sedang (Mean –1,0 SD) ≤ X < (Mean+ 1,0 SD)

(53)

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Sekolah Dasar Negeri Rejowinangun 1

terletak di Jalan Ki Penjawi, Kelurahan Rejowinangun, Kecamatan Kotagede,

Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekolah ini memiliki sebuah lapangan sebagai

sarana olahraga dan tempat berkumpul yang dikelilingi 18 ruang kelas, ruang

kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, ruang UKS, perpustakaan,

ruang multimedia, ruang agama, sebuah aula, dapur dan juga beberapa kamar

mandi. Jumlah guru sebanyak 25 orang, terdiri dari 18 guru kelas, 2 guru

olahraga, dan 3 guru agama. Jumlah karyawan adalah 8 orang, terdiri dari 4

orang karyawan Tata Usaha, 1 pustakawan, dan 3 orang petugas kebersihan.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sikap menjaga kebersihan diri

siswa kelas IV SD N Rejowinangun 1. Sikap siswa dapat diketahui melalui

skala sikap, yang berjumlah 36 butir pernyataan. Berdasarkan perhitungan

[image:53.595.136.462.618.701.2]

dengan program SPSS, diperoleh data deskripsi statistik sebagai berikut:

Tabel 7. Deskripsi Statistik Sikap Menjaga Kebersihan Diri pada Siswa Kelas IV SD N Rejowinangun 1

Statistik Skor

Rata-rata 116,12

Standar Deviasi 10,715

Skor Minimum 92

Skor Maksimum 134

(54)

40

Hasil analisis statistik secara keseluruhan berdasarkan data yang

didapat diketahui bahwa dari 72 responden diperoleh skor total 8361, skor

minimum 92, skor maksimum 134, rata-rata 116,12, dan standar deviasi

10,715. Berdasarkan data tersebut, sikap menjaga kebersihan diri siswa

[image:54.595.148.513.246.335.2]

kemudian dikategorikan dan disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 8. Kategori Penggolongan Tingkat Sikap Menjaga Kebersihan Diri pada Siswa Kelas IV SD N Rejowinangun 1

No. Kategori Rentang Skor Jumlah

Responden

Persentase (%)

1 Tinggi X ≥ 126,84 15 21%

2 Sedang 105,4 ≤ X < 126,84 44 61%

3 Rendah X < 105,4 13 18%

Total 72 100%

Tabel 8 menunjukkan bahwa dari total 72 responden, sebanyak 15

responden memiliki sikap yang tinggi dalam hal menjaga kebersihan diri

dengan persentase 21%. Selanjutnya sebanyak 44 responden dengan

persentase 61% memiliki sikap yang sedang dan sebanyak 13 responden

dengan persentase 18% memiliki sikap yang rendah dalam hal menjaga

kebersihan diri.

Selanjutnya data yang diperoleh dalam tabel di atas dapat

(55)

41

Gambar 2. Kategori Penggolongan Tingkat Sikap Menjaga Kebersihan Diri pada Siswa Kelas IV SD N Rejowinangun 1

Berdasarkan tabel 8 dan diagram batang diketahui bahwa sikap

menjaga kebersihan diri berada pada kategori sedang, karena kategori

sedang memiliki frekuensi paling banyak, yaitu 44 dari 72 responden atau

61% dari seluruh responden. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

sikap menjaga kebersihan diri pada siswa kelas IV SD N Rejowinangun 1

berada pada tingkat sedang.

Aspek yang digunakan untuk mengukur tingkat sikap menjaga

kebersihan diri siswa terdapat dua aspek yaitu, aspek kognitif dan aspek

afektif. Aspek kognitif terdiri dari 4 indikator dengan jumlah butir soal

sebanyak 22 butir soal. Sedangkan aspek afektif terdiri dari 3 indikator

dengan jumlah butir soal sebanyak 14 butir soal. Butir soal dikembangkan

dari 9 aspek kebersihan diri yang meliputi kebersihan kulit, rambut, mata,

telinga, hidung, gigi dan mulut, tangan dan kaki, kuku, serta pakaian.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif aspek yang membentuk sikap

[image:55.595.147.507.84.255.2]
(56)

42

Tabel 9. Deskripsi Statistik Aspek yang Membentuk Sikap Menjaga Kebersihan Diri Siswa Kelas IV SD N Rejowinangun 1

No. Aspek Jumlah Soal Skor Total Rata-rata

1. Aspek Kognitif 22 5043 70,04

2. Aspek Afektif 14 3318 46,08

Total 36 8361 116,12

Tabel menunjukkan bahwa aspek kognitif siswa yang terdiri dari 22

butir pernyataan memiliki skor total 5043 dengan rata-rata 70,04. Aspek

afektif siswa terdiri dari 14 butir pernyataan memiliki skor total 3318

dengan rata-rata 46,08.

Perbandingan tingkat aspek-aspek yang membentuk sikap menjaga

[image:56.595.148.514.111.184.2]

kebersihan diri siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Aspek-Aspek yang Membentuk Sikap Menjaga Kebersihan Diri Siswa Kelas IV SD N Rejowinangun 1

No. Aspek Persentase

1. Aspek Kognitif 60,32%

2. Aspek Afektif 39,68%

Total 100%

Dari tabel tersebut dapat digambarkan dengan diagram batang sebagai

berikut:

[image:56.595.149.513.389.458.2] [image:56.595.146.515.498.670.2]
(57)

43

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 10 dan gambar 3, dapat

diketahui bahwa aspek kognitif siswa sebesar 60,32% dan aspek afektif

siswa 39,68%. Aspek kognitif memiliki persentase lebih banyak dari aspek

afektif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aspek yang dominan

dalam pembentuk sikap menjaga kebersihan diri siswa kelas IV SD N

Rejowinangun 1 adalah aspek kognitif.

Aspek kognitif dikembangkan dari dari 9 aspek kebersihan diri yang

meliputi kebersihan kulit, rambut, mata, telinga, hidung, gigi dan mulut,

tangan dan kaki, kuku, serta pakaian. Aspek kognitif sikap menjaga

kebersihan diri terbagi menjadi 4 indikator sebagai berikut:

a. Memahami pentingnya menjaga kebersihan diri.

b. Mengenal alat-alat kebersihan diri.

c. Mengetahui cara menjaga kebersihan diri.

d. Memberi tanggapan tentang akibat tidak menjaga kebersihan diri.

Dari data yang diperoleh, aspek kognitif siswa yang membentuk sikap

menjaga kebersihan diri dapat digolongkan ke dalam kategori sebagai

berikut:

Tabel 11. Kategori Penggolongan Aspek Kognitif Sikap Menjaga Kebersihan Diri pada Siswa Kelas IV SD N Rejowinangun 1

No. Kategori Rentang Skor Jumlah

Responden

Persentase (%)

1 Tinggi X ≥ 77,22 9 13%

2 Sedang 62,86 ≤ X < 77,22 52 72%

3 Rendah X < 62,86 11 15%

[image:57.595.149.517.583.693.2]
(58)

44

Data yang terdapat dalam tabel 11 tersebut dapat digambarkan dengan

diagram batang sebagai berikut:

Gambar 4. Kategori Penggolongan Aspek Kognitif Sikap Menjaga Kebersihan Diri pada Siswa Kelas IV SD N Rejowinangun 1

Tabel menunjukkan bahwa dari total 72 responden, sebanyak 9

responden memenuhi kategori tinggi untuk aspek kognitif dalam hal sikap

menjaga kebersihan diri dengan persentase 13%. Selanjutnya sebanyak 52

responden dengan persentase 72% memperoleh kategori sedang dan

sebanyak 11 responden dengan persentase 15% berada pada kategori

rendah dalam hal aspek kognitif sikap menjaga kebersihan diri.

Berdasarkan diagram batang tersebut diketahui bahwa aspek kognitif

siswa berada pada kategori sedang, karena memiliki frekuensi terbanyak

yaitu 52 dari 72 responden atau sebesar 72%. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa aspek kognitif siswa untuk sikap menjaga kebersihan

diri berada pada tingkat sedang.

Aspek afektif dikembangkan dari 9 aspek kebersihan diri yang

[image:58.595.149.515.139.313.2]
(59)

45

tangan dan kaki, kuku, serta pakaian. Aspek afektif sikap menjaga

kebersihan diri terbagi menjadi 3 indikator sebagai berikut:

a. Senang menjaga kebersihan diri.

b. Tidak senang memiliki tubuh yang kotor.

c. Khawatir dengan akibat tidak menjaga kebersihan diri.

Aspek afektif siswa yang membentuk sikap menjaga kebersihan diri

dapat digolongkan ke dalam kategori sebagai berikut:

Tabel 12. Kategori Penggolongan Aspek Afektif Sikap Menjaga Kebersihan Diri pada Siswa Kelas IV SD N Rejowinangun 1

No. Kategori Rentang Skor Jumlah

Responden

Persentase (%)

1 Tinggi X ≥ 50,36 12 17%

2 Sedang 41,8 ≤ X < 50,36 49 68%

3 Rendah X < 41,8 11 15%

Total 72 100%

Data dalam tabel 12 tersebut digambarkan dengan diagram batang

adalah sebagai berikut:

[image:59.595.148.515.278.393.2] [image:59.595.149.512.441.646.2]

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berfikir
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian
Tabel 2. Kisi-kisi Sikap Menjaga Kebersihan Diri
Tabel 3. Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Instrumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

gambar biner, mencari titik koordinat akhir dan percabangan dari citra skeleton atlet jalan cepat, mengelompokkan titik koordinat percabangan dan akhir dan di

Jadi pertanyaan besar yang dimaksud disini adalah apakah prestasi belajar siswa RSBI diakibatkan oleh kemampuan guru dalam mengajar (dengan bahasa pengantar yang

Probabilitas signifikan jauh &lt; dari 0.05 ialah 0.000 &lt; dari 0.005, maka model regresi dapat disebutkan pada penelitian ini kemampuan kerja, fasilitas kerja serta reward

Auksin dan sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang dibutuhkan dalam media budidaya jaringan dan diberikan dalam konsentrasi yang sesuai dengan pertumbuhan yang

Dilihat dari hasil data angket yang telah dianalaisis diketahui pada hal ini siswa kelas X SMA Negeri 5 Pontianak juga terkategorikan rendah yaitu sebanyak 47,4

[r]

had formed pearl sacs, but 55 of the beads 71% already had imperfections in the form of projecting calcified ‘tails’ from the bead. Histological examination showed that the

Keluaran yang dihasilkan oleh Konsultan Perencana berdasarkan kerangka Acuan Kerja (KAK) ini adalah lebih lanjut akan diatur dalam surat perjanjian,