MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP
MELALUI PEMBELAJARAN TAK LANGSUNG DENGAN
RESITASI
Tesis
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar magister Pendidikan Matematika
disusun oleh :
Susana Galih Nugrohorini
1204655
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LEMBARAN PENGESAHAN
TESIS
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN TAK LANGSUNG DENGAN RESITASI
Oleh:
SUSANA GALIH NUGROHORINI 1204655
Disetujui dan Disahkan oleh:
Dosen Pembimbing I
Prof. Dr. H. Nanang Priatna, M.Pd
NIP: 196303311988031001
Dosen Pembimbing II
Dr. Stanley Dewanto, M.Pd
NIP: 195203111980111001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Turmudi, M.Ed, M.Sc,Ph.D
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul: “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Tak Langsung dengan Resitasi” ini beserta isinya
adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung
resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan
adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim
dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Juni 2014
Yang membuat pernyataan,
Susana Galih Nugrohorini
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang tak terhingga penulis ucapkan atas segala kasih dan izin
yang telah diberikan Tuhan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Tak Langsung dengan
Resitasi”.
Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar
Magister Pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca yang sifatnya
membangun demi tercapainya kesempurnaan tesis ini. Akhirnya penulis berharap
semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi dunia
pendidikan dalam meningkatkan pengajaran matematika pada umumnya.
Bandung, Juni 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
D. Definisi Operasional ……….…………... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Berpikir Kreatif ………...…….……….. 9
B. Kemandirian Belajar ……….. 13
C. Metode Pembelajaran tak Langsung dengan Resitasi……… 15
D. Pembelajaran Langsung ... 17
E. Penelitian yang Relevan ……….…...………. 20
F. Hipotesis Penelitian ………. 21
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ……… 23
B. Subjek Penelitian ……… 24
C. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 25
D. Variabel Penelitian ………..…….. 26
E. Instrumen Penelitian ……… 26
F. Bahan Ajar ……….. 34
H. Teknik Pengolahan Data ……….. 35
I. Prosedur Penelitian ……....……….. 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………….………...………. 43
a. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis…………... 43
1. Menguji Perbedaan Rata-Rata Skor Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ……….. 47
2. Pengujian Hipotesis 1……… 48
3. Pengujian Hipotesis 2 ……….. 51
a. Uji Normalitas ……… 53
b. Uji Homogenitas ……… 54
c. Uji ANOVA Dua Jalur ………. 54
4. Pengujian Hipotesis 4 ……… 59
b. Hasil Skala Skala Kemandirian Belajar ……… 66
1. Kemandirian Belajar Awal ………. 69
2. Pengujian Hipotesis 5 ………. 71
c. Hasil Wawancara ……….. 73
d. Deskipsi Penelitian ……… 74
B. Pembahasan ……….. 76
1. Kajian dan Temuan Pembahasan Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ………76
2. Kajian dan Temuan Pembahasan Data Hasil Tes Kemandirian Belajar Siswa ………..……… 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………..……… 81
B. Saran ………..………...…… 81
DAFTAR PUSTAKA ……….. 83
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ……. 11
Tabel 3.1 Kriteria Pengelompokan KAM ……… 25
Tabel 3.2 Pengelompokan Berdasarkan KAM ……… 25
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis …….. 26
Tabel 3.4 Sistem Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ………. 27
Tabel 3.5 Poin Skala Kemandirian Belajar Siswa ………. 29
Tabel 3.6 Kisi-kisi Skala Kemandirian Belajar Siswa ………. 29
Tabel 3.7 Klasifikasi Koefisien Validitas ……… 30
Tabel 3.8 Kriteria Derajat Keandalan J.P Guilford ………. 31
Tabel 3.9 Kategori Tingkat Kesukaran ………. 32
Tabel 3.10 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda ……….. 33
Tabel 3.11 Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ………. 33
Tabel 3.12 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ……….. 37
Tabel 4.1 Daftar Rekapitulasi Skor Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ……….. 44
Tabel 4.2 Rekapitulasi Gain Ternormalisasi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ……….. 44
Tabel 4.3 Uji-uji Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ……… 46
Tabel 4.4 Sebaran Kemampuan Awal Matematik (KAM) ………. 46
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil uji Normalitas Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ………. 47
Tabel 4.6 Uji Perbedaan rata-rata Hasil Pretes Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ………. 48
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ………. 49
Tabel 4.9 Uji Beda Rata-rata Gain Tes Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis Kelas Kontrol Dengan Kelas Eksperimen… 51 Tabel 4.10 Statistik Deskriptif Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis ……….. 52
Tabel 4.11 Uji Normalitas Skor N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Ditinjau dari KAM ……… 53
Tabel 4.12 Uji Homogenitas Varians Skor N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Ditinjau dari KAM ……… 54
Tabel 4.13 Uji ANOVA Dua Jalur ……… 55
Tabel 4.14 Uji Homogenitas varians Skor N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas Kontrol ……… 56
Tabel 4.15 Uji Homogenitas Varians Skor N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas eksperimen ………. 56
Tabel 4.16 Uji ANOVA Satu Jalur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas Kontrol ……… 56
Tabel 4.17 Uji ANOVA Satu Jalur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas Eksperimen ………. 57
Tabel 4.18 Uji LSD Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis …………. 58
Tabel 4.19 Rekapitulasi Uji Normalitas Berpikir Lancar ………. 60
Tabel 4.20 Uji Beda Rata-rata Berpikir Lancar ……… 61
Tabel 4.21 Rekapitulasi Uji Normalitas Berpikir Luwes ………. 62
Tabel 4.22 Uji Beda Rata-rata Berpikir Luwes ……… 63
Tabel 4.23 Rekapitulasi Uji Normalitas Berpikir Orisinil ………. 63
Tabel 4.24 Uji Beda Rata-rata Berpikir Orisinil ……… 64
Tabel 4.25 Rekapitulasi Uji Normalitas Berpikir Terperinci ………. 65
Tabel 4.26 Uji Beda Rata-rata Berpikir Terperinci ……… 66
Tabel 4.27 Daftar Rekapitulasi Skala Kemandirian Belajar Siswa……. 67
Tabel 4.28 Rekapitulasi Gain Ternormalisasi Kemandirian Belajar Siswa ………. 67
Tabel 4.29 Uji-uji Skala Kemandirian Belajar Siswa ………. 69
Tabel 4.30 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Skala Awal Kemandirian Belajar Siswa ………. 70
Tabel 4.32 Hasil Uji Perbandingan Dua Rata-rata Skala Awal
Kemandirian Belajar Siswa ……….. 71 Tabel 4.33 Rekapitulasi Uji Normalitas Gain Skala
DAFTR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Tahap Siklus Kemandirian Belajar ………. 14
Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ………... 42 Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Rata-rata Pretes dan Postes
Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis …………. 45 Gambar 4.2 Perbandingan Rata-rata N-Gain Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis Ditinjau dari KAM ……… 52 Gambar 4.3 Interaksi Antara Metode Pembelajaran dengan KAM
Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis ………. 59
Gambar 4.4 Diagram Perbandingan Rata-rata Hasil Skala Awal
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ………….. 87
Lampiran 2 Soal Latihan ……….. 114
Lampiran 3 Kisi-kisi dan Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ……… 118
Lampiran 4 Skala Kemandirian Belajar Siswa ………. 123
Lampiran 5 Wawancara ……… 125
Lampiran 6 Laporan SPSS ……….. 127
Lampiran 7 Hasil Uji Coba ……….. 141
Lampiran 8 Hasil Penelitian ………. 148
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang RI nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 3 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional yang bermutu
diarahkan untuk pengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Menurut undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 37 yang menegaskan bahwa Matematika
merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah.
Menurut Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP), pembelajaran
matematika diberikan pada setiap jenjang pendidikan dan menengah bertujuan
agar siswa dapat menggunakan matematika sebagai cara bernalar (berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, kreatif dan kemampuan bekerjasama). Sesuai dengan
kurikulum 2013, kurikulum, yang dikembangkan dengan berbasis pada
kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik
menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan
zaman yang selalu berubah; (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, merupakan salah
satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Henningsen dan Stein (Suryadi:2012) menyatakan bahwa kemampuan
berpikir matematik tinggi pada hakekatnya merupakan berpikir non prosedural,
yang antara lain mencakup hal-hal berikut: kemampuan mencari dan
mendasarinya, kemampuan menggunakan fakta-fakta yang tersedia secara efektif
dan tepat untuk memformulasikan serta menyelesaikan masalah, kemampuan
membuat ide-ide matematis secara bermakna, kemampuan berpikir dan bernalar
secara fleksibel melalui penyusunan konjektur, generalisasi, dan jastifikasi serta
kemampuan menetapkan bahwa suatu hasil pemecahan masalah bersifat masuk
akal dan logis.
Mulyasa (2002) menegaskan bahwa perwujudan masyarakat berkualitas
tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan
peserta didik menjadi subyek yang makin berperan menampilkan keunggulan
dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri dan profesional pada bidang
masing-masing. Armanto (dalam Kusmawan: 2012) menyatakan bahwa tujuan pendidikan
matematika pada dasarnya bukan mencapai hasil, namun lebih untuk menciptakan
manusia-manusia yang mampu memecahkan permasalahan-permasalahan yang
dihadapi.
Kusmawan (2012) menjelaskan matematika sendiri banyak dipandang
mengajarkan hal yang tidak kreatif, kaku dan memaksa aturan yang sudah baku.
Penyelesaian masalah matematika dianggap tunggal, tidak memberi celah pada
perbedaan jawaban atau solusi yang berbeda. Anggapan itu tidak benar,
sesungguhnya matematika memberi ruang pada jawaban maupun cara yang
berbeda. Selain itu, meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa menjadi
tujuan utama dalam pembelajaran matematika. Berpikir kreatif matematis
memunculkan kegiatan yang sarat kreativitas dalam pembelajaran matematika.
Kreativitas merupakan produk dari berpikir kreatif. Aktivitas kreatif merupakan
aktivitas yang diarahkan untuk mendorong siswa memunculkan kreativitasnya.
Sumarmo (2010) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan
menyusun ide baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah, dan
kemampuan mengiden-tifikasi asosiasi antara dua ide yang kurang jelas.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, indikator-indikator kemampuan
berpikir kreatif matematis tersirat dalam kemampuan berpikir matematis tingkat
tinggi. Kemampuan-kemampuan ini merupakan kemampuan penting untuk
mampu memberikan banyak gagasan dalam menyelesaikan masalah, mampu
menyelesaikan masalah dengan beragan variasi penyelesaian, mampu
memberikan gagasan baru dalam menyelesaikan masalah, serta mampu
menyatakan kebenarannya.
Namun kenyataannya sekarang ini, kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa perlu digali secara optimal. Kusmawan (2012) mendiskripsikan hasil
penelitiannya di SMA bahwa rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis
tergolong rendah. Rata-rata skor kemampuan awal kelas konvensional 4,68
sedangkan rata-rata kemampuan awal kelas investigasi 4,36. Begitu pula dengan
Aguspinal (2011) yang meneliti siswa SMA menyatakan bahwa kemampuan
berpikir kreatif matematis masih rendah. Rata-rata kemampuan awal kelas
eksperimen pertama dan kedua berturut-turut 2,96 dan 3,88, sedangkan rata-rata
kemampuan awal kelas kontrol 3,20.
Pada proses belajar mengajar kemampuan afektif siswa juga perlu
diperhatikan. Kemampuan afektif ini antara lain kecemasan, disposisi matematis,
motivasi, self elvikasi, sikap, kemandirian belajar, minat, dan habits on mind.
Menurut Sumarmo (2012), dalam menghadapi era informasi dan suasana bersaing
yang semakin ketat dan dalam upaya memiliki kemampuan, ketrampilan, dan
perilaku positif dalam matematika, siswa perlu memiliki kemandirian belajar,
kemampuan berpikir matematik yang memadai, berpikir kritis dan kreatif, sikap
cermat, obyektif dan terbuka, serta rasa ingin tahu dan senang belajar.
Pada kenyatannya, dari pengalaman peneliti banyak siswa yang belum
memiliki kemandirian dalam belajar. Ini terlihat dari kegiatan siswa dalam
mempelajari suatu materi. Dalam membaca buku atau mengerjakan soal-soal yang
ada, kalau tidak disuruh atau diperintah oleh guru, maka hal tersebut tidak akan
dilakukan.
Kemandirian seseorang dipengaruhi oleh proses sosialisasi yang terjadi
dengan teman sebaya. Hurlock (Zainun:2002) mengatakan bahwa melalui
hubungan dengan teman sebaya, siswa belajar berpikir secara mandiri, mengambil
keputusan sendiri, menerima bahkan dapat juga menolak pandangan dan nilai
kelompoknya. Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama
dimana siswa belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan anggota
keluarganya. Ini dilakukan siswa dengan tujuan untuk mendapatkan pengakuan
dan penerimaan kelompok teman sebayanya sehingga tercipta rasa aman.
Penerimaan dari kelompok teman sebaya ini merupakan hal yang sangat penting,
karena siswa membutuhkan adanya penerimaan dan keyakinan untuk dapat
diterima oleh kelompoknya.
Sumarmo (2004) menegaskan bahwa individu yang belajar matematika
dituntut memiliki disposisi matematis yang tinggi, yang kemudian akan
menghasilkan kemampuan berpikir matematis yang diharapkan. Disposisi
matematis yang dimaksud terlukis pada karakteristik kemandirian belajar
matematika, yaitu (1) inisiatif belajar; (2) mendiagnosa kebutuhan belajar; (3)
menetapkan tujuan belajar; (4) memonitor, mengatur, dan mengontrol belajar; (5)
memandang kesulitan sebagai sebuah tantangan; (6) memanfaatkan dan mencari
sumber yang relevan; (7) memilih dan menerapkan strategi belajar yang tepat; (8)
mengevaluasi proses dan hasil belajar; dan (9) konsep diri.
Kemandirian belajar dari siswa masih sangat perlu ditingkatkan. Ini dapat
dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2009), yang menyatakan bahwa
hampir semua aspek kemandirian belajar yang diukur direspon negatif oleh
siswanya. Hal ini didasarkan pada skor skalanya (2,86) yang lebih besar dari skor
netralnya (2,65).
Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi dalam mengajar
agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien serta tepat untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah
guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberikan materi atau yang biasa
disebut sebagai metode belajar (Roestiyah: 2012).
Menurut Roestiyah (2012), ada beberapa metode yang dapat digunakan
dalam proses belajar mengajar, antara lain metode ceramah, ekspositori,
demonstrasi, drill, latihan, tanya jawab, penemuan, pemecahan masalah, inkuiri,
Suryadi (2012) menyatakan pembelajaran langsung adalah suatu
pembelajaran yang lebih berpusat kepada guru. Hal ini membuat proses berpikir
kreatif dan kemandirian belajar siswa kurang terasah.
Untuk memahami suatu konsep matematika dibutuhkan peran serta dari guru
dalam memilih atau menerapkan suatu metode, bahkan media pembelajaran yang
dapat membantu siswa dalam memahami konsep materi yang diberikan oleh guru,
sehingga proses pembelajaran mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Salah
satu metode pembelajaran yang tepat dalam membantu siswa agar mampu
memahami konsep yang diberikan oleh guru adalah metode pembelajaran resitasi
(Destiniar: 2013).
Di sisi lain, Wayan (2011) menegaskan dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan, mutu guru merupakan salah satu komponen yang paling utama. Guru
memegang peranan strategis dalam menstransformasi amanat kurikulum kepada
siswa melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan komponen
yang perlu mendapat perhatian khusus, sebab saat itu perilaku belajar siswa akan
terbentuk, dan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Roestiyah (2012) menyatakan kegiatan interaksi belajar mengajar harus selalu
ditingkatkan efektifitas dan efisiensinya. Banyaknya kegiatan pendidikan di
sekolah, dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi pelajaran, sangat
menyita waktu siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut.
Untuk mengatasi keadaan tersebut, guru perlu memberikan tugas-tugas di luar jam
pelajaran, sebab bila hanya menggunakan seluruh jam pelajaran yang ada untuk
tiap mata pelajaran, tidak akan mencukupi tuntutan luasnya pelajaran yang
diharuskan yang sesuai dengan kurikulum. Dengan demikian perlu diberikan
tugas-tugas. Tugas-tugas tersebut dapat dikerjakan di luar jam pelajaran, di rumah
maupun sebelum pulang sekolah, sehingga dapat dikerjakan bersama temannya.
Teknik ini disebut sebagai metode resitasi.
Belajar matematika pada dasarnya merupakan belajar konsep, sedangkan
konsep-konsep dasar matematika merupakan kesatuan yang bulat dan utuh.
Pembelajaran matematika harus dimulai dari hal yang sifatnya umum ke
Suatu konsep harus diajarkan lebih dulu jika konsep itu akan diperlukan pada
pembelajaran konsep berikutnya. Untuk meningkatkan pemahaman konsep itu,
diperlukan latihan memecahkan persoalan yang berkaitan dengan konsep itu. Ini
berarti guru dituntut untuk memberikan latihan dan tugas, dan siswa harus
bersedia mengerjakan tugas dan latihan tersebut. Dengan demikian belajar
matematika tidak hanya mendengarkan guru menerangkan di depan kelas saja,
namun kegiatan belajar matematika mencakup kegiatan di rumah, di
perpustakaan, di laboratorium, dan lain-lain.
Berdasarkan permasalahan dan fakta di atas, penulis ingin meneliti kaitan
pembelajaran tak langsung dengan resitasi dalam meningkatan kemampuan
berpikir kreatif dan kemandirian belajar siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa antara siswa
yang memperoleh pembelajaran tak langsung dengan resitasi lebih besar dari
pada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung?
2. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa antara
siswa yang memperoleh pembelajaran tak langsung dengan resitasi lebih besar
dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung?
3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa yang signifikan antara siswa yang memperoleh pembelajaran
tak langsung dengan resitasi dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
langsung ditinjau dari kemampuan awal siswa (tinggi, sedang, rendah)?
4. Apakah terdapat interaksi antara kemampuan awal siswa (tinggi, sedang,
rendah) dan metode pembelajaran (metode pembelajaran tak langsung dengan
resitasi dan hanya pembelajaran langsung) terhadap kemampuan berpikir
kreatif matematis?
5. Apakah terdapat perbedaan rata-rata pada setiap kemampuan berpikir kreatif
langsung dengan resitasi dengan siswa yang menggunakan metode
pembelajaran langsung?
6. Apakah peningkatan kemandirian belajar siswa yang memperoleh
pembelajaran tak langsung dengan resitasi lebih baik dengan siswa yang
hanya memperoleh pembelajaran langsung?
7. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran resitasi?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengkaji peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
signifikan antara siswa yang memperoleh pembelajaran tak langsung dengan
resitasi dengan siswa yang memperoleh pembelajaran langsung.
2. Mengkaji perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
yang signifikan antara siswa yang memperoleh pembelajaran tak langsung
dengan resitasi dengan siswa yang memperoleh pembelajaran langsung
ditinjau dari kemampuan awal (tinggi, sedang, rendah).
3. Mengkaji interaksi antara kemampuan awal siswa (tinggi, sedang, rendah) dan
metode pembelajaran (metode pembelajaran tak langsung dengan resitasi dan
pembelajaran langsung) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis.
4. Mengkaji perbedaan rata-rata pada setiap kemampuan berpikir kreatif
matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran tak langsung dengan
resitasi dengan siswa yang memperoleh pembelajaran langsung.
5. Mengkaji peningkatan kemandirian belajar siswa yang signifikan antara siswa
yang memperoleh pembelajaran tak langsung dengan resitasi dengan yang
memperoleh pembelajaran langsung.
6. Respon siswa terhadap pembelajaran resitasi.
D. Definisi Operasional
Untuk memperoleh kesamaan persepsi tentang istilah yang digunakan,
1. Kemampuan berpikir kreatif matematis adalah kemampuan yang meliputi
keaslian, kelancaran, kelenturan dan keterperincian respon siswa dalam
menggunakan konsep-konsep matematika.
a. Keaslian adalah kemampuan untuk menyusun dan menghasilkan
sesuatu ide baru yaitu ide matematika yang tidak biasa atau
berbeda dari ide-ide yang dihasilkan dari kebanyakan orang.
b. Kelancaran adalah kemampuan untuk menghasilkan sejumlah
ide-ide matematika.
c. Keluwesan adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide
matematika yang beragam.
d. Keterperincian adalah kemampuan untuk mengembangkan dan
menjelaskan ide-ide matematika yang dikemukakan secara lebih
detail.
2. Kemandirian belajar siswa adalah perilaku siswa dalam mewujudkan
kehendak atau keinginannya secara nyata dengan tidak bergantung kepada
orang lain, dalam hal ini adalah siswa tersebut mampu melakukan belajar
sendiri, dapat menentukan cara belajar yang efektif, mampu melaksanakan
tugas-tugas belajar dengan baik, dan mampu untuk melakukan aktivitas
belajar secara mandiri.
3. Pembelajaran tak langsung dengan resitasi adalah pembelajaran yang
berpusat pada siswa diawali dengan pemberian ilustrasi oleh guru tentang
materi pembelajaran, siswa merumuskan suatu materi dan guru
memberikan tugas baik itu contoh atau non contoh agar siswa melakukan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pengolahan data pada bab IV, maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Tidak terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematis secara signifikan pada siswa yang memperoleh
metode pembelajaran tak langsung dengan resitasi dengan siswa
yang memperoleh pembelajaran langsung.
2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematis ditinjau dari kemampuan awal matematik. Metode
resitasi dalam penelitian dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif matematik pada siswa yang berada pada
kategori kemampuan awal sedang.
3. Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara metode
pembelajaran dan KAM terhadap peningkatan kemampuan
berpikir kreatif matematis.
4. Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir lancar pada
siswa yang diberikan pembelajaran dengan metode resitasi.
5. Terdapat peningkatan kemandirian belajar siswa secara
signifikan pada siswa yang memperoleh pembelajaran tak
langsung dengan resitasi dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran langsung.
6. Respon siswa terhadap pembelajaran resitasi sangat baik.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti memberikan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Walaupun rata-rata kelas eksperimen yang menggunakan
pembelajaran menggunakan metode resitasi lebih dari kelas
Pembelajaran tak langsung dengan resitasi yang digunakan dalam
penelitian belum mampu meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif secara signifikan. Oleh sebab itu peneliti memberikan
saran untuk memberikan tugas yang lebih bervariasi sehingga
pembelajaran tak langsung dengan resitasi mampu meningkatkan
proses berpikir matematis.
2. Pembelajaran tak langsung dengan resitasi ini dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif pada siswa yang berada pada kategori
kemampuan sedang. Oleh karena itu, guru dapat menggunakan
pembelajaran tak langsung dengan resitasi sebagai salah satu
alternatife di kelas, sehingga siswa pada semua kategori terbiasa
dengan tugas-tugas serta latihan-latihan dan kemampuan berpikir
kreatif dapat terasah.
3. Penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
pada siswa yang berada pada kategori sedang, disarankan untuk
penelitian selanjutnya dapat meningkatkan pada kategori yang
lebih tinggi.
4. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa SMP, untuk lebih luas
bisa dilakukan di sekolah lain dengan bentuk yang lebih
bervariasi.
5. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, disarankan untuk
DAFTAR PUSTAKA
Aguspinal. (2011). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi Matematis siswa SMA melalui Pendekatan Open Ended dengan Strategi Group to Group. Tesis UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Arikunto, S. (2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
__________. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
__________. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Astuti, R. (2009). Studi Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematika dan Kemandirian Belajar Siswa Pada Kelompok Siswa yang Belajar Reciprocal Teaching dengan Pendekatan Metakognitif dan Kelompok Siswa yang Belajar Dengan Pembelajaran Biasa. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Cholik, M. (2006). Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga
Depdiknas. (2013). Kurikulum 2013. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Destiniar. (2013). Pengaruh Pembelajaran Resitasi Terhadap Pemahaman konsep matematika Siswa Kelas VII SMP N 52 Palembang. (14 September 2013). Laboratorium Matematika PGRI Lembang. Tersedia di: http://labmatpgripalembang.wordpress.com/2013/04/11.
Gagne, R. (1992). Conditions of Learning. Tersedia di: http://www.instructionaldesign.org/theories/conditions-learning.html.
Joyce and Weil. (1972). Models of Teaching. Englewood Cliffs, N. J: Prentice-Hall.
Kurniawan. (2004). Evaluasi Mandiri Matematika SMP Untuk Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.
La Moma, Yaya S. Kusuma, Jozua Sabandar, Jarnawi D, Afgani. The Enhancement of Junior High School Students Mathematical Creative Thinking Abilities Through Generative Learning. Tersedia di: http:// www.iiste.org/journal.
Mawarningsih, T. (2013). Metode Pembelajaran Tidak Langsung (Non Directive). Tersedia di:
http://nhingzanwar.blogspot.com/2013/01/model-pembelajaran-tidak-langsung.html.
Mulyana, T. (2008). Pembelajaran Analitik Sintetik untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Mulyasa, E. (2002). Manajemen Berbasis sekolah (Konsep, Strategi, Implementasi). Bandung: Rosdakarya.
Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
__________. (2002). Kreativitas dan Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Nugraha, T. (2011). Penyelesaian Masalah Olimpiade Matematika SMP.
_________. (2011). Kompetensi Matematika Pasiad (KMP).
Nur, M dan Kardi, S. 2000. Pengajaran Langsung. Pusdat Sains dan Matematika Sekolah Program Pasca Sarjana UNESA: Surabaya.
__________. 2001. Pengajaran Langsung. Pusdat Sains dan Matematika Sekolah Program Pasca Sarjana UNESA: Surabaya.
Permendiknas.(2006). Lampiran Peraturan Mentri Pendidkan Nasional Repuplik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta: BSNP.
Pintrich, Paul R; de Groot, Elisabeth V. (1990). Motivation and Self Regulated Learning Components of Classroom Academic Performance. Journal of Education Psychologi.
Rahayu, K.Y. (2007). Pengaruh Metode Resitasi dengan Menggunakan Lembar Kerja Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa pada Pokok Bahasan Himpunan Siswa Kelas VII Semester 2 SMP Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Tesis. Universitas Negeri Semarang.
Roestiyah, N.K. (2012). Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta.
____________. (1989). Strategi Belajar Mengajar. Bina aksara: Jakarta
Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Ruseffendi, E.T. (2010). Dasar-Dasar Penelitian Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-E ksakta lainnya. Bandung: Tarsito.
Schunk dan Zimmerman. (1989). Self-Regulation. Tersedia di: htpp://principles of learning.
Siregar, I. (2012). Menerapkan Pembelajaran dengan Pendekatan Model Eliciting Activities untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif matematis dan self Confidence Siswa SMP. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Suherman, E,dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan pendidikan Matematika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.
Sumarmo,U. dkk (2012). Kemampuan Disposis berpikir Logis , Kritis dan Kreatif Matematik (Eksperimen terhadap Siswa SMA Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Strategi Think-Talk-Write). FPMIPA UPI Bandung: Jurnal Pengajaran MIPA Vol 17 (1), Hal 17-33.
Sumarmo, U. (2010). “Pengembangan Kemampuan dan Disposisi Berpikir
Kritis dan Kreatif Pesrta Didik dalam Pembelajaran Matematika”.
Bahan Ajar Mata Kuliah Isu Global dan Kajian Pendidikan Matematika SPs UPI. Bandung.
___________. (2010). “Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa,
dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik” Makalah pada
___________. (2006). “Pembelajaran untuk Mengembangkan Kemampuan
Berpikir Matematik” Makalah pada Seminar Nasional Pendidikan
Metematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung.
___________. (2004). “Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa dan Bagaimana
Dikembangkan pada Pesesta Didik” Makalah pada Seminar Nasional.
FPMIPA UNY Tanggal 8 Juli 2004.
___________. (2013). Berpikir Dan Disposisi Matematik Serta Pembelajarannya. UPI Bandung.
Suryadi, D. (2012). Membangun Budaya dalam Berpikir Matematika. Bandung: Sekolah Pacasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Undang-undang R.I Nomor 20 Tahun 2003. Bandung: Citra Umbara.
Warsono. (2012). Pembelajaran Aktif. Bandung: Rosda.
Wayan, I. (2010). Pengaruh Metode Resitasi Tugas dan Motivasi Berprestasi Terhadap hasil Belajar Matematika SMA N 1 Manggis. Tesis. Universitas Ganesa Singaraja: Bali.
Widyasari, N. (2013). Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Methaporical Thingking. Tesis: UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Yamin, M. (2013). Rofesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press Group.