IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI KEIMANAN BERBASIS TASAWUF SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK KARAKTER MANUSIA
'ARIFUN BILLAH DI SMA PONDOK MODERN SUMBER DAYA AT-TAQWA (POMOSDA) TANJUNG ANOM – NGANJUK – JAWA TIMUR
DISERTASI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Penyelesaian Studi untuk Menempuh Gelar Doktor dalam Bidang Pendidikan Umum/Nilai
Konsentrasi Ilmu Pendidikan Agama
Oleh
Fahrudin
NIM 1004771
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN UMUM DAN NILAI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa penulisan disertasi yang berjudul “Implementasi Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA) Tanjung Anom – Nganjuk – Jawa Timur” beserta seluruh isinya bukan karya tulis yang sudah dibuat oleh orang lain, dan sama sekali saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang
tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap mempertanggungjawabkan seluruh isi
disertasi, apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya tulis ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya
tulis ini.
Bandung, 1 April 2013
Yang membuat pernyataan,
LEMBAR PENGESAHAN
Disertasi ini disetujui dan disahkan Tim Promotor untuk Ujian Tahap II (Ujian Terbuka)
Promotor,
Prof. Dr. H. Abdul Majid, M.A.
Ko-Promotor,
Prof. Dr. H. Ahmad Tafsir, M.A.
Anggota Promotor,
Dr. Munawar Rahmat, M.Pd.
Mengetahui dan Menyetujui
Ketua Program Studi Pendidikan Umum/Nilai,
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena yang terdapat pada masyarakat Indonesia dewasa ini yang sedang mengalami krisis keimanan, yang berdampak terhadap adanya krisis moral/akhlak, dan krisis ibadah.
Rumusan masalah pokok dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah Implementasi Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf sebagai Upaya
Membentuk Karakter Manusia „Arifun Billah di SMA Pondok Modern Sumber Daya
At-Taqwa (POMOSDA) Tanjung Anom – Nganjuk – Jawa Timur?” Masalah pokok
tersebut dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) Apakah tujuan yang ingin dicapai dari Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA? (2) Bagaimanakah program yang dirancang untuk dapat menghasilkan karakter manusia „Arifun Billah dalam Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA? (3) Bagaimanakah proses internalisasi nilai keimanan sebagai upaya agar peserta didik dapat mengenal Allah di SMA POMOSDA?; (4) Bagaimanakah bentuk evaluasi yang dirancang untuk mengukur keberhasilan Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA?
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yaitu pendekatan kualitatif, sedangkan metodenya yaitu metode deskriptip. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu wawancara, pengamatan langsung, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data yaitu menggunakan teknik analisis-deskriptif-interpretatif.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu: (1) Tujuan akhir Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA yaitu mempersiapkan insan masa depan sebagai hamba Allah yang “‟Arifun Billah”; (2) Program yang dirancang dalam Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA, yaitu menggunakan program kurikulum berbasis kompetensi yang materinya lebih berorientasi kepada kajian tasawuf, tauhid, dan akhlak; (3) Proses pembelajaran Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA yaitu menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan dengan menggunakan pendekatan perpaduan antara kajian ayat secara tematik, kisah-kisah qur‟ani, targhib – tarhib, dan mau‟idhah. Proses internalisasi nilai-nilai keimanan yang dilaksanakan di SMA POMOSDA yaitu melalui cara pemberkahan (talqin) oleh Guru Wasithah, yang di dalamnya ada bai‟at kepada Guru Wasithah dan disertai dengan sumpah dan janji. Proses pembinaan keimanan dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan melakukan mujahadah dan riyadhah, melaksanakan amal perbuatan yang mudah dikerjakan oleh gerak dan tingkah lakunya jasad, seperti memperbanyak shalat, memperbanyak puasa, memperbanyak membaca Al-qur‟an serta amal ibadah lainnya, yang harus disertai dengan bagusnya budi pekerti, tazkiyatunnafsi, tashfiyatul qalbi, dan senang bersama-sama saudaranya melakukan hal-hal untuk kepentingan syi‟ar agama Allah. Selain itu, untuk dapat mendekatkan diri kepada Allah, seorang murid harus memenuhi beberapa dasar, yaitu dasar taubat, dasar
ulangan akhir semester, dan pengamatan sehari-hari yang berkaitan dengan akhlak mulia dan kepribadian.
ABSTRACT
This study is motivated by phenomenon found in the Indonesian people who recently are encountering crisis of faith, which impact to present of moral and worship crisis.
Formulation of the main problem in this study is “How is Implementation of Faith Value Education Based on Tasawuf as an Effort to Shape the Character of
„Arifun Billah People at Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA)
High School Tanjung Anom – Nganjuk – Jawa Timur?”. This main problem is elaborated to some research questions as follows: (1) What is the purpose of Faith Education Based on Tasawuf at POMOSDA High School?; (2) How is the program designed to generate „Arifun Billah character in the Faith Education Based on Tasawuf at POMOSDA High School?; (3) How is the faith value internalization process as an effort so that learners can know Allah at POMOSDA High School?; (4) How is the form of evaluation designed to measure the success of Faith Education Based on Tasawuf at POMOSDA High School?
The approach used in this study is qualitative approach. Techniques used to gather data are interview, direct observation, and documentary study. Analytical technique used is descriptive-analytic technique.
DAFTAR ISI
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian
A. Hubungan Pendidikan Nilai dengan Pendidikan Umum
1. Makna Pendidikan Nilai
2. Makna dan Tujuan Pendidikan Umum
3. Posisi Pendidikan Nilai dalam Pendidikan Umum
B. Pendidikan Keimanan
c. Substansi Materi Pendidikan Keimanan Berbasis
Tasawuf
d. Substansi Materi Pendidikan Tasawuf
1) Makna Tasawuf
2) Langkah-langkah Menuju Kehidupan Tasawuf
3) Maqamat (Kedudukan Spiritual) dalam Tasawuf 4) Al-Ahwal (Kondisi Spiritual) dalam Tasawuf
5) Peranan Mursyid dalam Tasawuf
3. Proses Pendidikan Keimanan
a. Proses Pembelajaran Pendidikan Keimanan
b. Metode dan Pendekaan Pendidikan Keimanan
4. Evaluasi Pendidikan Keimanan
C. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Sumber Data Penelitian 1. Lokasi Penelitian
BAB IV MODEL PENDIDIKAN KEIMANAN BERBASIS TASAWUF DI SMA POMOSDA
A. Temuan Hasil Penelitian
1. Tujuan Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA
2. Program Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA
POMOSDA
a. Program Muatan Lokal dan Silabus Pendidikan
Keimanan Berbasis Tasawuf
b. Materi Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA
3. Proses Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA
a. Metode dan Pendekatan Pendidikan Keimanan
Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA b. Proses Internalisasi Nilai Keimanan
c. Proses Pembinaan Keimanan di SMA POMOSDA
d. Gambaran Kondisi Keimanan Para Santri Setelah Diberkah
4. Evaluasi Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA
POMOSDA
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Ma’rifatullah sebagai Tujuan Akhir Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA
2. Program Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA
a. Silabus Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA
4) Makna Masuk Islam Secara Kaffah
5) Keharusan Adanya Imamah
6) Masalah Dzikir 7) Masalah Shalat
3. Proses Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA
a. Metode dan Pendekatan Pendidikan Keimanan di
SMA POMOSDA
b. Proses Internalisasi Nilai Keimanan di SMA
POMOSDA
c. Proses Pembinaan Keimanan di SMA POMOSDA
d. Kondisi Keimanan Para Santri Berbeda-beda
4. Evaluasi Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA
C. Implikasi Hasil Penelitian terhadap Pendidikan Keimanan di Persekolahan
1. Implikasi Filosofis
2. Implikasi Teoritis-Pedagogis
a. Implikasi terhadap Program Pendidikan di
Persekolahan
b. Implikasi terhadap Kurikulum Pendidikan di
Persekolahan
c. Implikasi terhadap Tujuan Pendidikan di Persekolahan 3. Implikasi Praktis terhadap Pendidikan Keimanan di
Persekolahan
1. Rekomendasi untuk Pengambil Kebijakan Pendidikan dan
Instansi Terkait
2. Rekomendasi untuk Lembaga-lembaga Pendidikan
3. Rekomendasi untuk Guru Pendidikan Keimanan
1. Biodata Peneliti 2. Instrumen Penelitian
3. Data Hasil Wawancara
4. Data Hasil Kajian Dokumen
5. Data Hasil Pengamatan
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Pada saat ini Pendidikan Nilai merupakan salah satu hal baru yang sering
dibicarakan dan dianggap menarik dalam dunia pendidikan. Berbeda dengan
dekade-dekade sebelumnya, selama beberapa tahun terakhir ini ketertarikan dan
penekanan pada nilai telah dianggap penting dalam dunia pendidikan.
Ketertarikan dan aktifitas yang meningkat ini telah mempengaruhi dunia
pendidikan, khususnya para pendidik untuk menjadikan Pendidikan Nilai
sebagai suatu hal yang sangat penting. Pada dekade terakhir ini terdapat
kecenderungan baru di dunia, yaitu munculnya kembali kesadaran terhadap
pentingnya nilai dalam kehidupan. Hal ini terjadi secara global yang bisa
diindikasikan sebagai salah satu titik balik peradaban manusia. Di mana-mana
orang berbicara tentang nilai, dan dalam berbagai kesempatan tema-tema yang
terkait dengan masalah nilai banyak dibicarakan. Kedudukan dan peran nilai
makin banyak diangkat, termasuk dalam bidang-bidang yang sebelumnya
dianggap bebas nilai sekalipun. Misalnya, orang sekarang hampir tidak pernah
lagi berbicara tentang sains yang bebas nilai. Bahkan, di kalangan saintis, dalam
pengertian ilmu-ilmu alam, sekarang mulai ada rasa malu untuk berbicara tentang
ilmu yang bebas nilai. Sekarang mereka hampir setuju untuk mengatakan, bahwa
tidak ada yang disebut sains bebas nilai. Hal yang sama juga terjadi pada
ilmu-ilmu sosial yang memang karakternya sangat kental bermuatan nilai yang melekat
pada budaya. Jarang sekali sekarang ilmuwan sosial yang mengklaim bahwa
bidang ilmu atau kajiannya bebas nilai. Di Indonesia, kecenderungan ke arah itu
mulai populer di tahun 1970-an dengan berkembangnya pendidikan humaniora,
yang kemudian disusul dengan populernya pendidikan nilai (values education).
Meskipun pendidikan humaniora sebagai suatu tema pendidikan saat ini tidak lagi
populer, secara substansial misi pendidikan humaniora tetap mendapatkan
Berbicara masalah nilai, tidak bisa lepas dari masalah nilai-nilai agama.
Nilai agama, yaitu suatu nilai yang memiliki dasar kebenaran paling kuat
dibandingkan dengan nilai-nilai yang lainnya, karena nilai ini bersumber dari
Tuhan. Berbicara masalah nilai agama juga tidak bisa lepas dari masalah nilai
keimanan, karena inti dari agama adalah iman. Di era globalisasi yang dihadapkan
kepada berbagai tantangan ini, masalah nilai keimanan merupakan suatu hal
yang paling mendasar yang dianggap penting ada pada setiap orang.Pentingnya
mengangkat nilai keimanan dalam segala aspek kehidupan, dikarenakan banyak
sekali saat ini terjadi pelanggaran nilai, baik nilai moral, nilai sosial, dan
nilai-nilai lainnya dan itu terjadi sebagai akibat dari semakin merosotnya kepedulian
manusia akan pentingnya makna nilai dalam kehidupan.
Sejalan dengan semakin pesatnya arus globalisasi yang dicirikan oleh
derasnya arus informasi dan teknologi ternyata dari satu sisi memunculkan
persoalan-persoalan baru yang kerap kita temukan pada diri individu dalam suatu
masyarakat. Munculnya kenakalan remaja, tawuran antar pelajar, antar
mahasiswa, antar etnis, banyaknya remaja dan mahasiswa yang terlibat narkoba,
penyimpangan seksual, kekerasan, serta berbagai penyimpangan penyakit
kejiwaan, seperti depresi, dan kecemasan adalah bukti yang tak ternafikan dari
adanya dampak negatif dari kemajuan peradaban manusia yang tidak dilandasi
oleh nilai keimanan yang kuat. Hal ini kemudian secara tidak langsung
berpengaruh tidak baik terhadap tatanan kehidupan masyarakat.
Iman memegang peranan penting bagi manusia, karena dari iman inilah
akan lahir perbuatan dan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
Al-qur‟an, iman yang kuat itu diibaratkan seperti pohon yang baik yang akarnya
tertancap dengan kokoh, dahannya menjulang tinggi ke langit dan dapat
menghasilkan buah setiap kali musim. Allah berfirman:
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
Dari firman Allah tersebut dapat dipahami bahwa iman yang kuat itu akan
akan menumbuhkan suatu sikap istiqamah (teguh pendirian) dalam menghadapi
berbagai macam ujian, cobaan, dan tantangan dalam hidup, dan akan melahirkan
buah berupa amal shaleh dan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, Pendidikan Keimanan harus menjadi perhatian semua
orang, terutama para pendidik. Pentingnya mengangkat nilai keimanan dalam
kehidupan ini merupakan suatu wahana yang menjadi penyeimbang terhadap
adanya kemajuan dunia yang lebih mementingkan hal-hal yang bersifat materi,
tetapi hampa makna, hampa nilai, khususnya nilai keimanan sehingga membuat
manusia kehilangan arti kemanusiaannya. Sementara ini, masih sedikit ilmuwan,
lembaga, bahkan perguruan tinggi yang mengembangkan pendidikan nilai
keimanan sebagai salah satu kajian, padahal lapangan kajian pendidikan nilai
keimanan masih luas dan banyak potensi yang dapat digali dan dikembangkan.
Sebagai salah satu cara dalam mengaktualisasikan nilai keimanan, maka
nilai keimanan perlu untuk diangkat dan dijadikan sebagai landasan dalam
berbagai aspek kehidupan, terutama dalam pendidikan, baik pendidikan di
lingkungan keluarga, sekolah, perguruan tinggi maupun yang ada di masyarakat,
sehingga pendidikan nilai keimanan menjadi bagian integral dalam pendidikan
pada umumnya.
Masalah nilai, khususnya nilai keimanan merupakan suatu masalah yang
harus menjadi perhatian semua orang di mana saja, baik di dalam masyarakat
yang telah maju, maupun di dalam masyarakat yang masih terbelakang, karena
rusaknya nilai keimanan seseorang aka mengganggu ketenteraman orang lain.
Jika dalam suatu masyarakat banyak yang rusak nilai keimanannya, maka akan
kualitas umat Islam sekarang ini tidak pernah mengalami perbaikan secara mendasar”.
Kalau kita perhatikan, umat Islam saat ini banyak yang lupa pada
ajaran-ajaran agama mereka, dan itu sebenarnya telah banyak diperingatkan oleh Allah
SWT di dalam Al-qur'an. Al-qur'an memperingatkan bahwa banyak orang yang
mengaku beriman, tetapi sebenarnya merupakan musuh Islam yang paling
tangguh, dan merekalah yang disebut Al-qur'an sebagai orang kafir dan munafiq
(QS. 63: 3). Sejalan dengan hal di atas, Quthub (Aziz, 2008: 458) mengemukakan
bahwa: “Umat Islam saat ini sedang mengalami krisis iman. Hal itu ditandai
dengan banyaknya umat Islam yang melupakan Allah”.
Dengan melihat kondisi umat Islam, wajarlah kalau umat Islam saat ini
banyak yang tertimba bencana sebagai bagian dari ujian yang diberikan oleh
Tuhan kepada para hamba-Nya. Bahkan, jika kita amati fenomena keadaan
masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar sekarang ini, sebagian anggota
masyarakat telah banyak terjadi pelanggaran nilai-nilai keimanan atau dapat
dikatakan nilai-nilai keimanan masyarakat sudah mulai merosot. Pada
kebanyakan orang kepentingan umum tidak lagi menjadi diprioritaskan, akan
tetapi kepentingan pribadilah yang ditonjolkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan,
dan keberanian untuk menegakkan kebenaran telah tertutup oleh
penyimpangan-penyimpangan, baik yang terlihat ringan maupun berat; banyak terjadi saling
menghasud, saling menfitnah, saling menjilat, saling menipu, berdusta,
mengambil milik orang lain seenaknya, dan juga banyak lagi kelakuan-kelakuan
pelanggaran nilai keimanan lainnya. Bahkan yang dihinggapi oleh kemerosotan
nilai keimanan itu tidak saja orang yang telah dewasa, akan tetapi telah menjalar
sampai kepada tunas-tunas muda yang kita harapkan untuk melanjutkan
perjuangan membela nama baik bangsa dan negara kita.
Apabila melihat tujuan pendidikan nasional yang terdapat di dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003 bab II
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Berdasarkan rumusan di atas, dapat dilihat bahwa fungsi dan tujuan
pendidikan nasional itu memiliki muatan ranah afektif yang berkaitan pendidikan
nilai yang porsinya sangat besar yang bermuara pada: (1) manusia yang memiliki
iman dan taqwa, (2) manusia yang memiliki akhlak mulia, (3) manusia yang
berilmu, cakap, dan kreatif, (4) manusia yang demokratis, dan (5) manusia yang
bertanggungjawab.
Berdasarkan UUSPN di atas, seharusnya Pendidikan Keimanan dan
Ketakwaan itu menjadi core pendidikan, tapi kenyataannya tidaklah demikian.
Meskipun begitu, hal itu tidaklah amat mengganggu, karena yang menjelaskan
pentingnya pendidikan keimanan dan ketakwaan itu terdapat dalam banyak pasal.
Dengan banyaknya pasal yang mendukung pentingnya Pendidikan Keimanan dan
Ketakwaan menunjukkan bahwa hal itu amat penting dalam pendidikan nasional
(Tafsir, 2010: 156).
Namun demikian, pada tataran implementasi kurikulum pendidikan
nasional di sekolah dan perguruan tinggi, bobot pada ranah afektif bila
dibandingkan dengan bobot pada ranah kognitif dan psikomotor masih jauh dari
harapan. Contoh kongkrit yang mewakili masalah ini adalah bahwa yang terjadi
di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi pada umumnya hanyalah bersifat
pengajaran yang lebih menekankan kepada aspek kognitif bukan pendidikan yang
lebih menekankan pada aspek nilai. Hal ini dapat dilihat dari struktur kurikulum
dan buku teks yang ada di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang secara
umum mengesankan seperti tersebut di atas. Akibatnya, tugas guru dan dosen
hanya menyampaikan materi pelajaran dengan target tersampaikannya semua
konsekuensinya mengukur dan menilai keberhasilan proses pengajarannya hanya
dengan tes. Siswa dan mahasiswa yang dianggap berhasil dalam pendidikan
adalah siswa yang memiliki ranking dengan rata-rata nilai yang tinggi, sedangkan
aspek moral, akhlak dan kepribadian siswa dan mahasiswa hanya sedikit yang
disentuh dan tidak dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam kelulusan siswa
dan mahasiswa.
Selain daripada itu, bahwa pendidikan di Indonesia terlalu mementingkan
pendidikan akademik dan kurang diimbangi pendidikan karakter, budi pekerti,
akhlak, moral dan dimensi mental. Apa artinya menghasilkan anak yang pintar,
jika tidak dilengkapi dengan karakter yang kuat, budi pekerti yang luhur, akhlak
yang mulia, moral dan mentalitas yang tinggi.
Pendidikan di Indonesia memiliki ketidakseimbangan antara pendidikan
akademik, pendidikan akhlak/pendidikan nilai dan pendidikan keterampilan. Dari
sudut pendidikan nilai, khususnya nilai keimanan sebagaimana yang dikehendaki
oleh tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan di Indonesia dapat dikatakan
gagal atau kurang berhasil. Fenomena kegagalan ini misalnya dapat dilihat dari
produk pendidikan yang menghasilkan generasi yang kurang hormat pada
guru/dosen, orang tua, sering terjadi tawuran, pergaulan bebas, gaya hidup
hedonisme, kebarat-baratan (meninggalkan nilai-nilai budaya bangsa) dalam
beberapa hal seperti dalam fashion, musik, makanan dan lain-lainnya.
Oleh karena itu, salah satu solusi agar pendidikan nasional bisa mencapai
tujuan seperti yang diharapkan dalam UUSPN, yakni manusia yang beriman,
bertakwa, dan berakhlak mulia, maka harus dilakukan hal-hal sebagai berikut:
Pertama, hendaklah segera dibuatkan dan disahkan peraturan pelaksanaan
Undang-undang itu yang terdiri atas peraturan pemerintah, selanjutnya surat
keputusan menteri, dan selanjutnya bila perlu buatkan juga petunjuk taknisnya,
dan semuanya itu harus benar-benar sesuai dengan kehendak undang-undang itu.
Kedua, buatkan pedoman yang berisi konsep tentang prosedur teknis
Keputusan Menteri dan atau petunjuk teknis. Pedoman yang dimaksud harus
dibuat berdasarkan pandangan bahwa pendidikan keimanan dan ketakwaan
adalah core pendidikan nasional. Itu berarti tugas menghasilkan peserta didik
yang beriman dan bertakwa itu adalah tugas sekolah, bukan hanya tugas guru
agama saja sebagaimana kesan yang timbul selama ini. Lengkapnya, tugas
menghasilkan peserta didik yang beriman dan bertakwa itu sekurang-kurangnya
adalah tugas kepala sekolah, semua guru, semua pegawai sekolah, orang tua
peserta didik, dan semua lembaga terkait. Ini berarti juga bahwa dalam program
sekolah, pendidikan keimanan dan ketakwaan itu mesti terintegrasi dengan
keseluruhan program. Pedoman itu, harus juga memperhitungkan karakteristik
pendidikan keimanan dan ketakwaan yang dalam beberapa hal sangat khas
(Tafsir, 2010: 161).
Kalau dalam sebuah pendidikan ingin menghasilkan manusia yang beriman
dan bertaqwa, maka dua langkah yang disebut di atas mau tidak mau harus
dilakukan, karena kita menyadari betul bahwa Pendidikan Keimanan dan
Ketakwaan itu sangat penting. Dari keimanan yang kokoh, maka dapat
melahirkan akhlak mulia dan amal shaleh dalam kehidupan sehari-hari. Kita
menyadari betul bahwa kejayaan negara banyak sekali ditentukan oleh akhlak dan
moral warga negara bangsa itu sendiri, dan hendaknya kita juga tidak lupa bahwa
keberhasilan penguasaan sains dan teknologi ternyata berkolerasi juga dengan
mutu akhlak siswa.
Muncul sebuah pertanyaan, apa yang terjadi dengan pendidikan di
Indonesia saat ini. Pendidikan keimanan dan ketakwaan belum mendapatkan porsi
seperti yang diharapkan. Pendidikan keimanan dan ketakwaan di sekolah-sekolah
belum menjadi tanggungjawab semua pihak yang terkait, mulai dari kepada
sekolah, semua guru, dan yang lainnya. Pendidikan Keimanan dan Ketakwaan
dibebankan sepenuhnya kepada guru agama yang ada di sekolah tersebut,
manusia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia sesuai dengan yang
tercantum dalam UUSPN.
Pendidikan Keimanan di Indonesia juga belum menyentuh akar
permasalahan yang menjadi penyebab terjadinya manusia tidak beriman kepada
Allah dengan seyakin-yakinnya. Pendidikan keimanan di Indonesia baru dapat
mengantarkan para siswa untuk percaya kepada Allah, tetapi belum mengantarkan
siswa mengenal Allah dengan seyakin-yakinnya, sehingga dapat merasakan
kedekatan dengan Allah dan merasakan kehadiran Allah dalam dirinya. Oleh
karena itu, disinilah perlunya kita merancang sebuah Pendidikan Keimanan yang
berorientasi kepada pembinaan hati atau Pendidikan Keimanan yang berbasis
tasawuf yang dapat mengantarkan para siswa menjadi “Al-„Arif Billah”.
Berkaitan dengan pentingnya pembinaan hati, Rasulullah mengemukakan
tentang peranan hati bagi manusia, bahwa baik buruknya seseorang itu tergantung
kepada apa yang ada dalam hatinya. Beliau bersabda:
Ingatlah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh perbuatannya. Dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh perbuatannya. Ingatlah, ia itu adalah hati (H.R. Bukhari dan Muslim).
Nabi juga menjelaskan kepada para sahabatnya, bahwa: “Allah tidak
melihat seseorang itu kepada jasad dan bentuk tubuhnya, melainkan Allah melihat apa yang ada dalam hatinya” (H.R. Bukhari).
Dari dua Hadits di atas, dapatlah dipahami bahwa betapa pentingnya
seseorang itu mempelajari tasawuf, karena dengan tasawuf akan mengantarkan
orang tersebut untuk dapat membersihkan hati dari berbagai macam penyakit hati
yang ada dalam dirinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Zaruq (Isa, 2010: 5),
mempelajari tentang tata cara untuk mencapai Allah, membersihkan batin dari
semua akhlak tercela dan menghiasinya dengan akhlak terpuji”
Apabila kita melihat kondisi bangsa Indonesia secara umum dewasa ini,
dapat dikatakan bahwa bangsa Indonesia sedang mengalami krisis keimanan yang
berdampak kepada krisis akhlak dan moral. Hal itu terbukti dengan banyak
banyaknya pelanggaran-pelanggaran moral yang terjadi dewasa ini mulai dari
pelanggaran moral yang ringan sampai dengan pelanggaran moral yang berat,
seperti banyaknya tawuran antara pelajar dan mahasiswa, antara suku, adanya
pelanggaran asusila, banyak terjadi korupsi dan pelanggaran-pelanggaran moral
lainnya. Ini sudah cukup sebagai bukti bahwa banggsa Indonesia sedang
mengalami krisis keimanan. Di antara faktor yang mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya kemerosotan nilai moral di tanah air kita ini menurut Daradjat (1971:
48), yaitu: “kurangnya pembinaan mental, kurangnya pengenalan terhadap nilai
moral Pancasila, kegoncangan suasana dalam masyarakat, kurang jelasnya hari
depan di mata anak muda, dan pengaruh kebudayaan asing”.
Untuk mengatasi krisis nilai moral seperti yang disebutkan di atas, tentunya
kita harus bekerja secara sungguh-sungguh, secara intensif, mulai dari pemerintah,
pemuka masyarakat, alim ulama, para pendidik dan masyarakat pada umumnya
supaya usaha penanggulangan kerusakan nilai moral dapat dilakukan sekaligus
dan dapat menjauhkan orang yang masih baik dari wabah penyakit nilai moral itu.
Namun begitu, perlu kita sadari bahwa usaha untuk memperbaiki nilai moral
itu tidaklah ringan, karena kita berhadapan dengan mental secara keseluruhan.
Memperbaiki mental, berarti mengadakan pembinaan kembali terhadap mental
yang telah rusak. Perbaikan itu tidak akan berhasil kalau hanya penghilangan
gejalanya saja, karena ia akan bersifat sementara. Yang jauh lebih penting dari itu
adalah memperbaiki mental yang biasa mendorong kepada perbuatan salah atau
tidak baik itu.
Perlu kita ketahui juga, bahwa memperbaiki nilai moral seseorang tidak
harus disertai dengan memperbaiki lingkungan yang menyebabkannya. Oleh
karena itu, usaha yang harus dilakukan hendaklah serentak, jangan sampai para
pendidik, alim ulama dan orang tua saja yang disuruh memperbaiki dan membina
nilai moral masyarakat, sedangkan pihak lain berpangku tangan, bahkan
kadang-kadang merongrong dan menghalanginya secara langsung atau tidak langsung.
Supaya usaha penanggulangan kemerosotan nilai moral itu dapat segera
berhasil atau sekurang-kurangnya menghilangkan pengaruhnya, maka harus cepat
menghentikan gejalanya. Dalam rangka pembinaan selanjutnya harus ada usaha
yang sungguh-sungguh dan mendalam agar dapat diselamatkan kembali orang
yang telah merosot moralnya itu dan selanjutnya harus dilakukan usaha preventif
dan konstruktif.
Selain itu, untuk mengatasi krisis nilai moral tersebut, perlu adanya
penanaman nilai-nilai keimanan pada anak-anak sejak dini dan hal itu harus
merupakan sesuatu yang diutamakan dalam pendidikan, karena iman merupakan
penggerak dan motivator bagi seseorang untuk dapat melakukan amal shaleh dan
akhlak yang baik dalam kehidupannya sehari-hari.
Berkaitan dengan pentingnya nilai keimanan, Al-Qarni (2007: 25)
menjelaskan bahwa: “Sesungguhnya orang-orang yang paling menderita yaitu
mereka yang miskin iman dan mengalami krisis keyakinan”. Memang betul apa
yang dikatakan oleh Al-Qarni tersebut, bahwa orang-orang yang tidak beriman itu
selamanya akan mengalami kesengsaraan, kepedihan, kemurkaan, dan kehinaan.
Tidak ada hal yang bisa membuatnya bahagia, dan menghilangkan kegundahan
darinya, selain keimanan yang benar kepada Tuhan semesta alam. Kalau kita
perhatikan qisah dalam Al-qur‟an, banyak sekali umat terdahulu yang ditimpa
adzab oleh Allah, karena mereka tidak mau beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
sehingga mereka hidupnya mnderita kesengsaraan.
Bahkan kalau kita perhatikan fenomena kehidupan umat manusia saat ini,
khususnya orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, di antara mereka ada
bunuh diri. Menurut mereka, bahwa dengan melakukan hal seperti itu akan
terbebas dari segala tekanan, kegelapan dan bencana dalam hidupnya. Sungguh
menyedihkan orang yang miskin iman, dan betapa dahsyatnya siksa dan adzab
yang akan dirasakan oleh orang-orang yang tidak beriman kepada Allah di akhirat
kelak. Oleh karena itu, seyogyanya manusia menerima dengan tulus ikhlas dan
mengimani dengan sesungguhnya bahwa tiada Tuhan selain Allah. Berkaitan
dengan pendidikan keimanan, Sabiq (1990:15) menjelaskan bahwa: “Keimanan
itu merupakan keyakinan yang pokok yang di atasnya berdiri syari‟at Islam, dan
dari pokok-pokok itu, muncullah cabang-cabangnya”.
Memang betul apa yang dikatakan oleh Sabiq bahwa perbuatan baik dan
buruk manusia, ketaatan terhadap syari‟at pada dasarnya merupakan buah yang
keluar dari keimanan dan aqidah orang tersebut. Aqidah dan syari‟ah keduanya
merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya bagaikan buah dan
pohonnya. Dengan adanya hubungan yang erat itu, maka amal perbuatan selalu
dirangkaikan penyebutannya dengan keimanan.
Apabila melihat kondisi dan mutu keimanan umat Islam di Indonesia saat
ini sungguh sangat memperihatinkan. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa
umat Islam saat ini sedang mengalami krisis iman. Aziz (2008: 318) mengatakan
bahwa: “Krisis ekonomi dan politik yang terjadi di Indonesia itu sesungguhnya
berasal dari krisis iman”. Krisis iman di antaranya ditandai dengan banyaknya
orang yang lupa pada Allah. Dengan lupa kepada Allah, sebagaimana yang
dijelaskan oleh Allah dalam Al-qur‟an, akhirnya Allah menjadikan mereka lupa
pada diri mereka sendiri. Banyak orang-orang Islam yang hatinya sudah
berpenyakit, sudah tertutup untuk menerima kebenaran. Banyak orang-orang
Islam yang tidak lagi memperhatikan nilai-nilai agama dalam hidupnya. Al-Qur‟an sudah tidak lagi dijadikan pedoman dalam hidupnya, banyak orang yang menuruti hawa nafsunya, sehingga kemaksiatan merajalela di mana-mana.
Dengan adanya krisis iman tersebut telah membuat umat manusia mendapat
Bencana itu dalam beberapa tahun belakangan dan yang terjadi pada tahun-tahun
ini berbentuk bencana yang bertubi-tubi, mulai dari tsunami, gempa bumi,
longsor, banjir dan lain-lainnya yang terjadi di berbagai penjuru dunia.
Krisis iman yang terjadi pada masyarakat muslim, khususnya masyarakat
Indonesia dapat dilihat dari adanya hal-hal sebagai berikut:
1. Banyak orang yang keliru memahami makna iman. Iman kepada Allah hanya
dimaknai sebatas percaya bahwa Allah itu ada. Padahal iman itu merupakan
suatu keyakinan yang mendalam dalam diri seseorang yang disertai dengan
pembuktian, sehingga orang tersebut merasakan kedekatan dan kehadiran
Allah dalam dirinya.
2. Banyak orang yang percaya kepada hal-hal mistik dan hal-hal yang bersifat
tahayul
3. Banyak yang percaya kepada para normal/dukun/tukang ramal dan sejenisnya.
Krisis iman yang dijelaskan di atas merupakan suatu yang banyak terjadi
pada masyarakat saat ini dan itu merupakan fondasi atau akar dari adanya
krisis-krisis yang lainnya yang terjadi di kalangan masyarakat dan para remaja, seperti
krisis moral/akhlak, krisis ibadah, dan krisis-krisis lainnya.
Krisis moral sebagai dampak dari kriss iman ditandai dengan banyaknya
pelanggaran moral/akhlak yang terjadi di masyarakat, baik yang termasuk
kepada pelanggaran ringan, sedang, dan berat. Contohnya:
1. Pelanggaran moral ringan, seperti: tidak mau patuh kepada orang tua dan guru,
sering berkelahi, suka mengeluarkan kata-kata yang kasar, berpakaian tidak
sesuai dengan ajaran Islam, dan lain sebagainya.
2. Pelanggaran moral sedang yang dianggap mengganggu ketenteraman dan
keamanan orang lain, seperti: mencuri, menfitnah, menodong, menganiaya,
merusak milik orang lain, kebut-kebutan dan lain-lainnya.
3. Pelanggaran moral berat, seperti: korupsi, pembunuhan, perzinaan,
Krisis ibadah sebagai dampak dari krisis iman juga banyak terjadi di
kalangan umat Islam yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Banyak yang ibadahnya tidak sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
2. Banyak yang mengabaikan ibadah, padahal ibadah merupkan kewajiban
manusia kepada Allah;
3. Banyak yang melaksanakan ibadah hanya ketika ada waktu luang;
4. Banyak yang melaksanakan ibadah hanya ketika memerlukan sesuatu saja;
5. Banyak yang melaksanakan ibadah di waktu-waktu tertentu saja.
Salah satu penyebab terjadinya krisis keimanan yang berakibat terhadap
adanya krisis moral dan krisis ibadah tersebut diakibatkan karena gagalnya
Pendidikan Nilai, khususnya Pendidikan Nilai Keimanan di sekolah dan
Perguruan Tinggi. Penyebab gagalnya pendidikan nilai keimanan tersebut terletak
pada kelirunya pola pembinaan nilai keimanan itu sendiri. Secara umum,
pembinaan nilai-nilai keimanan kepada para pelajar dan mahasiswa: (1) lebih
banyak menekankan kepada aspek-aspek kognitif, (2) hanya sebatas
mengantarkan keyakinan bahwa Allah itu ada dengan mengenal sifat, asma dan
af'al (ciptaan) Nya, tetapi tidak sampai kepada mengenal Dzat-Nya (ma'rifat bi
Dzatillah).
Untuk dapat tercapainya target dari pendidikan keimanan, maka perlu
adanya suatu bentuk atau pola pendidikan dan pembinaan yang terarah dan
terstruktur, karena tanpa adanya pola pendidikan dan pembinaan seperti itu,
maka tujuan sulit untuk bisa tercapai. Pola pendidikan dan pembinaan merupakan
hal yang paling urgen berkenaan dengan efektifitas hasil pembelajaran, artinya
efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran dalam mencapai hasil ditentukan oleh
pola yang digunakan dalam perbuatan pendidikan, yaitu proses mendidik dan
dididik. Inti dari realitas pendidikan yang terdapat dalam fenomena pendidikan
ialah perbuatan pendidikan.
Pola pendidikan dan pembinaan yang dimaksudkan di sini yaitu
sumber yang mungkin digunakan dalam mencapai tujuan. Dalam proses
pendidikan, pola merupakan cara mengelola segala sumber belajar oleh pendidik
dalam upaya membantu para pelajar mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena
itu, perlu adanya pola yang tepat dalam pendidikan keimanan dalam rangka
pembinaan kepribadian sesuai dengan karakter yang diharapkan.
Dalam hal Pendidikan Nilai Keimanan, pola pembinaan menjadi sesuatu
aspek yang sangat menentukan dalam mencapai target pendidikan, karena efek
yang dimaksudkan tidak berada di dalam objek ajar secara langsung, artinya
sebagai instructional effect. Objek ajar dalam Pendidikan Nilai Keimanan
bersifat instrumental yang berfungsi sebagai penggoyang, pengguncang dan
penggerak jiwa.
Nilai keimanan hanya akan fungsional apabila ia sangup menembus
kesadaran nurani terdalam kemanusiaan, sebaliknya nilai keimanan tidak akan
fungsional apabila hanya sampai pada ranah kognitif, yaitu sebagai pengetahuan.
Oleh karena itu, sasaran pendidikan keimanan lebih berada di balik nilai yang
diajarkan itu sendiri, artinya merupakan nurturant-effect dari hasil pembelajaran,
yang justeru diperoleh selama proses pembelajaran itu sendiri sedang
berlangsung. Dalam hal inilah Pendidikan Nilai Keimanan menjadi berbeda
dengan pendidikan lainnya, di mana yang nurturant menjadi tujuan utama dan
prioritas, sementara yang instructional menjadi sasaran antara.
Selain masalah pola pendidikan dan pembinaan, juga masalah kurikulum
pendidikan keimanan itu sendiri. Menurut Aziz (2008: 320), bahwa: “Kurikulum
Pendidikan Keimanan di kita tidak sanggup memaknai arti dan sifat Robbaniyah
ke dalam jiwa anak didik”. Oleh karena itu, cocok sekali apa yang diungkapkan
penyair dan pemikir Islam Muhammad Iqbal (Aziz, 2008: 321), yang mengatakan bahwa: “Sekolah-sekolah modern, bisa membuka mata generasi muda untuk memahami berbagai hakikat dan pengetahuan, namun ia tidak mengajarkan
matanya bagaimana cara menangis dan tidak mengajarkan hatinya bagaimana
Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu adanya suatu pola
pendidikan dan pembinaan nilai-nilai keimanan yang betul-betul dapat
mengantarkan para peserta didik menjadi orang yang beriman kepada Allah
dengan seyakin-yakinnya (ma'rifatullah).
Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA) Tanjung Anom –
Nganjuk – Jawa Timur dijadikan objek dalam penelitian ini dengan alasan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, bahwa Pondok
Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA) Tanjung Anom – Nganjuk –
Jawa Timur merupakan salah satu pondok modern yang memiliki pendidikan
formal SMA, yang kurikulumnya menggunakan kurikulum perpaduan antara
kurikulum Kemendikbud dan kurikulum muatan lokal kepesantrenan. Dalam
kurikulum lokal kepesantrenan tersebut ada suatu mata pelajaran “Ke
-Lilmuqarrabinan” sebagai mata pelajaran keimanan (tauhid) berbasis tasawuf,
yang menjadi ciri khas dari pondok ini.
2. POMOSDA) adalah salah satu pondok pesantren yang terkenal dengan Pondok
Sufi yang salah satu tekadnya mendidik para santri agar menjadi hamba yang „Arifun Billah, yakni hamba yang dapat mengenal Jati Diri-Nya Tuhan, sehingga dapat merasakan kedekatan dengan-Nya. Dan berdasarkan
pengamatan dalam studi pendahuluan, pondok ini terbukti telah banyak
menghasilkan alumni yang memiliki karakteristik seperti tersebut di atas.
3. POMOSDA merupakan sebuah model lembaga pendidikan Islam yang
memadukan antara sekolah dan pesantren, yang sejak awal keberadaannya
bertujuan hendak membina individu-individu muslim agar memiliki ciri-ciri
kepribadian Islami yang rabbani, yang tampil dalam pola pikir, pola sikap dan
pola tindaknya.
4. POMOSDA merupakan suatu lembaga pendidikan Islam yang dibangun atas
tujuan utamanya adalah membentuk pribadi-pribadi yang beriman, bertaqwa,
dan berakhlak mulia, serta memiliki komitmen kuat pada ajaran-ajaran Islam.
B.Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pemikiran-pemikiran logis di atas,
dapat dikatakan bahwa masalah nilai, khususnya nilai keimanan adalah masalah
yang banyak minta perhatian, terutama para pendidik, alim ulama, pemuka
masyarakat dan orang tua. Seringkali kita mendengar keluhan-keluhan, baik dari
para orang tua maupun dari para pendidik yang kebingungan menghadapi
anak-anaknya yang mengalami pelanggaran nilai, baik nilai moral maupun nilai
keimanan yang kini banyak terjadi di kalangan remaja. Usaha untuk
menanggulangi masalah kemerosotan nilai moral dan nilai keimanan ini telah
banyak dilakukan, baik oleh lembaga keagamaan, pendidikan, sosial maupun
instansi pemerintah, namun hasilnya belum menggembirakan bahkan yang terjadi
adalah sebaliknya.
Krisis nilai keimanan telah terjadi dimana-mana yang berdampak terhadap
adanya krisis akhlak/moral dan juga krisis ibadah. Krisis nilai keimanan itu
terjadi di antaranya karena gagalnya pendidikan nilai keimanan di sekolah, yang
disebabkan oleh kesalahan dalam memahami konsep nilai keimanan dan kurang
tepatnya pelaksanaan pendidikan nilai keimanan di sekolah tersebut.
Pelaksanaan Pendidikan Nilai Keimanan yang berbasis tasawuf di SMA
Pondok Modern Sumber Daya at-Taqwa (POMOSDA) Tanjung Anom – Nganjuk
Jawa Timur patut dijadikan contoh untuk diterapkan pada pendidikan keimanan
di persekolahan di Indonesia, karena Pendidikan Keimanan yang dilaksanakan di
SMA POMOSDA merupakan Pendidikan Keimanan yang berbasis tasawuf yang
bertujuan agar para santrinya memiliki karakter sebagai orang yang beriman
kepada Allah dengan seyakin-yakinnya (arifun billah), sehingga dapat merasakan
Oleh karena itu, yang menjadi rumusan masalah utama dalam penelitian
yaitu: “Bagaimanakah Implementasi Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis
Tasawuf sebagai Upaya Membentuk Karakter Manusia „Arifun Billah di SMA
POMOSDA Tanjung Anom – Nganjuk – Jawa Timur?”
Rumusan masalah utama tersebut dapat dijabarkan ke dalam beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah tujuan yang ingin dicapai dari Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf
di SMA Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA) Tanjung
Anom– Nganjuk–Jawa Timur?
2. Bagaimanakah program yang dirancang dalam Pendidikan Keimanan Berbasis
Tasawuf sebagai upaya membentuk karakter manusia „Arifun Billah di SMA
Pondok Modern Sumber Daya AtTaqwa (POMOSDA) Tanjung Anom
-Nganjuk - Jawa Timur?
3. Bagaimanakah proses yang dilaksanakan dalam Pendidikan Keimanan
Berbasis Tasawuf sebagai upaya membentuk karakter manusia „Arifun Billah
di SMA Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA) Tanjung
Anom Nganjuk Jawa Timur?
4. Bagaimanakah bentuk evaluasi yang dirancang untuk mengukur keberhasilan
dalam Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf sebagai upaya membentuk
karakter manusia „Arifun Billah di SMA POMOSDA Tanjung Anom -
Nganjuk - Jawa Timur?
5. Bagaimanakah implikasi Pendidikan Keimanan berbasis tasawuf di SMA
POMOSDA terhadap Pendidikan Keimanan di persekolahan?
C.Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu untuk
memperoleh gambaran tentang implementasi Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis
Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA) Tanjung Anom –
Nganjuk – Jawa Timur.
Sedangkan secara khusus, tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian
ini yaitu:
1. Mengetahui tujuan yang ingin dicapai dari Pendidikan Keimanan Berbasis
Tasawuf di SMA Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA)
Tanjung Anom– Nganjuk–Jawa Timur.
2. Mengetahui program yang dirancang dalam Pendidikan Keimanan Berbasis
Tasawuf sebagai upaya membentuk karakter manusia „Arifun Billah di SMA
Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA) Tanjung Anom -
Nganjuk - Jawa Timur.
3. Mengetahui proses yang dilakukan dalam Pendidikan Keimanan Berbasis
Tasawuf sebagai upaya membentuk karakter manusia „Arifun Billah di SMA
Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA) Tanjung Anom -
Nganjuk -Jawa Timur.
4. Mengetahui bentuk evaluasi yang dirancang untuk mengukur keberhasilan
dalam Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf sebagai upaya membentuk
karakter manusia „Arifun Billah di SMA Pondok Modern Sumber Daya
At-Taqwa (POMOSDA) Tanjung Anom - Nganjuk - Jawa Timur.
6. Menemukan implikasi Pendidikan Keimanan berbasis tasawuf di SMA
POMOSDA terhadap Pendidikan Keimanan di persekolahan.
D.Manfaat Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian tentang implementasi Pendidikan Nilai
Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA ini akan bermanfaat sebagai
berikut:
1. Dapat dijadikan sebagai sebuah contoh alternatif bagi lembaga-lembaga
pendidikan seperti yang diamanatkan oleh UUSPN yakni menjadikan manusia
yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia.
2. Dapat memberikan fondasi empirik terhadap pengembangan pendidikan nilai
keimaan, baik teoritis maupun praktis, sebagai media pembinaan karakter dan
kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam.
3. Dapat memberikan solusi terhadap sebagian problem yang dihadapi para
pendidik, khususnya Pendidikan Nilai Keimanan sebagai upaya membangun
karakter bangsa yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia.
Secara praktis hasil penelitian tentang Pendidikan Nilai Keimanan
Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA ini akan bermanfaat sebagai berikut:
1. Dapat dijadikan contoh oleh guru-guru Pendidikan Keimanan di
sekolah-sekolah, baik di sekolah umum (SMA) maupun sekolah khusus keagamaan
(MA), bahwa untuk dapat mencapai hasil Pendidikan Keimanan sesuai dengan
tujuan yang diharapkan, yakni manusia yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak
mulia itu harus dilandasi oleh nilai-nilai tasawuf yang orientasi kajiannya
menekankan kepada masalah kajian hati.
2. Dapat dijadikan contoh oleh guru-guru Pendidikan Keimanan di
sekolah-sekolah, baik di sekolah umum (SMA) maupun sekolah khusus keagamaan
(MA), khususnya dalam membina keimanan para siswa bahwa untuk dapat
mencapai hasil yang optimal dari Pendidikan Keimanan itu harus adanya
pembinaan di luar jam pelajaran di kelas dan adanya suatu pembinaan yang
terus menerus selama 24 jam dengan adanya pengawasan dari semua pihak,
yang solusinya harus berada dalam sebuah asrama.
E. Struktur Organisasi Disertasi
Disertasi ini terdiri atas lima bab, yaitu: Bab I Pendahuluan, terdiri atas
(1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi dan Perumusan Masalah, (3) Tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian, (4) Manfaat yang akan diperoleh melalui
Bab II Kajian Pustaka tentang Pendidikan Nilai Pendidikan Keimanan, dan
Tasawuf, yang isinya meliputi: (1) Hubungan Pendidikan Nilai dengan
Pendidikan Umum, yang pembahasannya meliputi: (a) Makna Pendidikan Nilai,
(b) Makna dan Tujuan Pendidikan Umum, dan (c) Hubungan Pendidikan Nilai
dengan Pendidikan Umum; (2) Pendidikan Keimanan, yang isinya meliputi: (a)
Tujuan Pendidikan Keimanan, (b) Program Pendidikan Keimanan, (c) Proses
Pendidikan Keimanan, (f) Bentuk evaluasi Pendidikan Keimanan; (3) Kajian
Penelitian Terdahulu.
Bab III Metodologi Penelitian, yang isinya meliputi: (1) Lokasi dan
Sumber Data Penelitian, (2) Desain Penelitian, yang isinya meliputi: (a)
Pendekatan penelitian, (b) Metode Penelitian, (c) Tahap-tahap Penelitian.
Bab IV Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA Pondok
Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA), yang isinya terdiri atas: (1)
Temuan Penelitian, (2) Pembahasan Hasil Penelitian, (3) Implikasi hasil
penelitian.
Temuan hasil penelitian terdiri atas: (1) Tujuan Pendidikan Keimanan
Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA, (2) Program Pendidikan Keimanan
Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA, (3) Proses Pendidikan Keimanan
Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA, (4) Bentuk evaluasi Pendidikan
Keimanan Berbasisis Tasawuf di SMA POMOSDA.
Pembahasan Hasil Penelitian terdiri atas: (1) Ma‟rifatullah sebagai tujuan Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA, (2) Program Pendidikan Keimanan
berbasis tasawuf di SMA POMOSDA, (3) Proses Pendidikan Keimanan berbasis
tasawuf di SMA POMOSDA, (7) Evaluasi Pendidikan Keimanan berbasis
tasawuf di SMA POMOSDA.
Implikasi hasil penelitian terhadap Pendidikan Keimanan di Persekolahan,
yang meliputi: (1) Implikasi filosofis, (2) Implikasi Teoritis-Pedagogis, dan (3)
BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi. Kesimpulan, isinya meliputi (1)
Tujuan Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA, (2) Program Pendidikan
Keimanan di SMA POMOSDA, (3) Proses Pendidikan Keimanan di SMA
POMOSDA, (4) Evaluasi Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA, dan (5)
Implikasi Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA terhadap
Pendidikan Keimanan di Persekolahan. Rekomendasi, isinya terdiri atas: (1)
Rekomendasi untuk pengambil kebijakan dan instansi kependidikan terkait, (2)
Rekomendasi untuk lembaga-lembaga pendidikan, (3) Rekomendasi untuk
112 BAB III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi dan Sumber Data Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Pondok Modern Sumber Daya at-Taqwa
(POMOSDA) yang terletak di Jalan KH. Wahid Hasyim Tanjung Anom Nganjuk
Jawa Timur. POMOSDA dijadikan lokasi penelitian, karena POMOSDA
merupakan salah satu pondok pesantren modern yang kurikulumnya
menggabungkan antara kurikulum dari Kemendikbud dengan kurikulum muatan
lokal kepesantrenan. Dalam kurikulum muatan lokal kepesantrenan tersebut
terdapat mata pelajaran Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf yang diberi nama
Ke-Lilmuqarrabinan.
POMOSDA juga mempunyai misi yang berbeda dengan pondok pesantren
lainnya, yakni POMOSDA merupakan pondok pesantren modern yang terkenal
dengan "Pondok Sufi", di mana selain mengembangkan keilmuan sebagai
pendidikan formal yang terdiri atas SMP, SMA, dan STT yang sesuai dengan
kurikulum yang sudah baku, juga merupakan pondok pesantren yang mempunyai
cita-cita menghasilkan para santri yang "Arifun Billah", yakni santri yang dapat
mengenal Jati Diri-Nya Ilahi dengan seyakin-yakinnya, sehingga dapat merasakan
kedekatan dengan Allah dan merasakan kehadiran Allah dalam dirinya, serta
dapat mengingat-ingat-Nya dalam kehidupan sehari-hari, di mana saja, kapan saja,
dan sedang apa saja.
Penyelenggaraan pendidikan di Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa
(POMOSDA) programnya merupakan perpaduan antara sistem pondok dan sistem
sekolah sebagai kesatuan sistem yang tidak terpisahkan, yang nilai-nilainya
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sebagai basis kompetensi
Sistem pembinaan yang dibangun di pondok yaitu sistem kekeluargaan. Di
pondok, Kyai dan santri atau guru dan murid di waktu siang dan malam dapat
bergaul dengan rapat adalah suatu cara pendidikan yang mendalam, berpengaruh
dan berjiwa. Di pondok diarahkan dan dibentuk supaya merupakan satu keluarga
yang perasaan ruhaninya diliputi oleh rasa “mahabbah birauhillah” yang
mendalam agar dapat menimbulkan rasa kekeluargaan yang suci. Sebab, yang
hendak dicapai dalam cita-citanya adalah “Suci kang kahesti, luhur kang ginayuh”, meskipun harus menempuh rumpilnya jalan, banyaknya pengorbanan, besarnya cobaan, beratnya sesanggan, tetapi karena menyadari “sampurna wusanane”, maka akan tetap mengokohkan niat dan tekad dalam menjalani dengan madep mantep dibarengi dengan sabar dan tawakkal.
Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa memiliki beberapa unit
pendidikan, yaitu (1) Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA), (2) Madrasah Diniyah, (3) Sekolah Menengah Pertama (SMP) POMOSDA, (4) Sekolah Menengah Atas
(SMA) POMOSDA, dan (6) Sekolah Tinggi Teknologi (STT) POMOSDA.
SMA POMOSDA merupakan salah satu unit pendidikan yang ada di
Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA), didirikan pada tahun
1997. Sebelum menjadi SMA dulunya ketika pernama kali didirikan bernama
Madrasah Aliyah Sabilul Muttaqien. Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan
zaman, kemudian nama tersebut berubah menjadi SMA POMOSDA. SMA
POMOSDA dijadikan sebagai objek penelitian, karena SMA POMOSDA
memiliki motto, visi, misi, dan tujuan yang lain daripada sekolah-sekolah lainnya.
Motto SMA POMOSDA yaitu “Mempersiapkan generasi “Al-Arif Billah”, generasi yang cakap dan terampil dalam spiritual, sains dan tekonologi sebagai
sumber daya baldatun toyyibatun wa robbun ghofur”.
Visi SMA POMOSDA yaitu “Kecakapan hidup (life skill) dalam makna dan nilai-nilai keberagamaan, dengan jiwa al-faqir, dan memiliki kesadaran terhadap
114
terbentuknya peradaban manusia yang tahu diri, beradab, berpengetahuan, dan
terampil.
Tahu diri yaitu kesadaran terhadap esensi penciptaan manusia, yang hakikat
fitrah manusia itu sesungguhnya berasal dari fitrah Allah sendiri, dan memiliki
kesadaran atas potensi kemanusiaannya, baik lahir maupun batin, bahwa manusia
diciptakan oleh Allah untuk diuji. Dan Allah telah menciptakan pendengaran dan
penglihatan guna memfungsikan hati nuraninya.
Beradab yaitu kesadaran atas semua prilaku, tingkah laku dengan terus
membangun akhlaknya, budi pekertinya, menjaga kesopanan, menghargai,
menghormati orang lain, dan berbudaya.
Berpengetahuan, yaitu kesadaran diri guna memberdayakan dan
mengoptimalkan potensi yang Allah telah letakkan dalam dirinya, potensi
pendengarannya, potensi penglihatannya potensi berpikirnya, sehingga terbentuk
kultur budaya belajar sepanjang hayat dengan jiwa al-faqir; Kebutuhan diri yang
kuat untuk memberdayakan potensinya dalam rangka menjalankan perintah
Tuhannya.
Terampil, yaitu kesadaran diri atas potensi lahiriah dengan bekal
keterampilan, dan komunikatif, mengembangkan, dan meningkatkan keahlian dan
skill dan pandai menyesuaikan diri guna membangun kesadaran bersosial dan
bermasyarakat. Berdasarkan hal-hal di atas itulah, maka SMA POMOSDA dipilih
sebagai lokasi dalam penelitian ini.
2. Sumber Data Penelitian
Yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini dilakukan melalui proses
seleksi berdasarkan pertimbangan agar dapat memberikan informasi penting yang
dibutuhkan oleh peneliti. Dalam proses seleksi tersebut, peneliti melakukan
penjajakan terlebih dahulu dengan bertanya kepada pimpinan pesantren, siapa
kira-kira yang pantas dan layak untuk dijadikan sumber data, khususnya dalam
Tasawuf yang dilaksanakan di SMA POMOSDA tersebut sesuai dengan tujuan
penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti. Dalam menentukan sumber data
tersebut, peneliti mengacu kepada teori yang dikemukakan oleh Al-Wasilah
(2009: 145) yang menyatakan bahwa sumber data dalam penelitian kualitatif itu
dilakukan secara “purposeful sampling”. Yang dimaksud pusposeful sampling, di sini yaitu penentuan sumber data melalui seleksi berdasarkan pertimbangan
agar dapat memberikan informasi penting yang dibutuhkan, dan sampel atau
sumber data dalam penelitian kualitatif tidak hanya diterapkan pada manusia
sebagai responden, melainkan juga pada latar (setting), kejadian, dan proses.
Berdasarkan hal di atas, maka yang menjadi sumber data dalam penelitian
ini yaitu meliputi:
a. Manusia, yakni Bapak Kyai Mohammad Munawar Afandi selaku pimpinan
pesantren, Ustadz Dzoharul Arifin selaku kepala SMA POMOSDA, ustadz
Drs. Imam Suhudi (Imsuh) selaku guru pendidikan keimanan, para santri, dan
para alumni SMA POMOSDA.
b. Setting, yaitu lingkungan pesantren tempat para santri/siswa tinggal,
lingkungan sekolah tempat para santri belajar, dan masjid tempat para santri
melaksanakan ibadah dan kegiatan pengajian sehari-hari.
c. Kejadian dan proses, yakni kegiatan proses belajar mengajar di kelas, dan
proses belajar mengajar di luar kelas, seperti di masjid dan di asrama/kobong.
B.Desain Penelitian
Dalam desain penelitian ini ada dua hal yang akan dijelaskan, sesuai dengan
yang dilakukan oleh peneliti selama di lapangan, yaitu meliputi: (1) Pendekatan
penelitian, dan (2) Tahapan-tahapan penelitian.
1. Pendekatan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh
116
SMA Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA) Tanjung Anom –
Nganjuk – Jawa Timur. Oleh karena itu, penelitian ini lebih diarahkan pada upaya mendeskripsikan suatu fenomena yang terjadi dan ditemukan selama proses
Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf tersebut berlangsung di SMA
POMOSDA, baik di dalam kelas maupun di lingkungan pondok.
Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut, maka pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk memahami dan memaknai fenomena yang
terjadi di SMA POMOSDA, khususnya tentang implementasi Pendidikan Nilai
Keimanan Berbasis Tasawuf yang berlangsung di sana. Hal ini sesuai dengan apa
yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1982:3), bahwa: “Penelitian kualitatif itu lebih berusaha memahami dan menafsirkan apa makna dan perilaku
dari suatu peristiwa dan interaksi dalam situasi tertentu”. Bogdan dan Biklen (1982: 90) mengatakan bahwa: “Ciri dari penelitian kualitatif ialah bersifat deskriptif analitik, karenanya data yang diperoleh dari lapangan tidak dituangkan
dalam bentuk statistik”. Sejalan dengan itu, Nasution (1996: 5) juga menjelaskan bahwa: “Penelitian kualitatif itu pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk mengamati orang lain dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka,
berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya”. Artinya, bahwa pendekatan kualitatif akan mengarahkan peneliti untuk melihat
fenomena yang nyata di lingkungan penelitian dan berusaha memahami serta
memberi makna terhadap rangkaian peristiwa itu.
Selain itu, penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif itu ditandai
dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Penelitian ini menjelaskan secara sistematis tentang data atau karakteristik
populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat, kemudian
menganalisis dan menginterpretasikan data yang ada.
b. Penelitian ini lebih menekankan pada observasi dan suasana alamiah. Peneltian
hipotesis dan verivikatif. Oleh karena itu, penelitian yang bersifat deskriptif
akan lebih bermanfaat untuk melahirkan teori-teori tentatif (Nasution,1996:
29).
Berdasarkan kepada teori pendekatan kualitatif seperti yang kemukakan di
atas, peneliti berusaha untuk terjun sendiri ke lapangan untuk memperoleh data
yang dibutuhkan, kemudian mendeskripsikan suatu fenomena yang terjadi yang
berkaitan dengan implementasi Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di
SMA Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA), yang meliputi: (1)
Tujuan Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA, (2)
Program Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA, (3)
Substansi Materi Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA,
(4) Proses Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA,
DAN (5) Cara evaluasi Pendidikan NilaiKeimanan Berbasis Tasawuf di SMA
POMOSDA.
Dalam proses menemukan mengenai implementasi Pendidikan Nilai
Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA yang dicari melalui penelitian
ini, peneliti akan lebih menekankan pada hasil analisis dan interpretasi melalui
pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi yang terkait dengan tujuan,
program, substansi materi, proses pembelajaran, proses internanalisasi dan cara
evaluasinya. Oleh karena itu, pendekatan kualitatif ini lebih berorientasi pada
penelitian interpretatif. Dengan pendekatan kualitatif-interpretatif ini peneliti
berusaha memotret situasi pendidikan yang terjadi di SMA Pondok Modern
Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA), terutama yang berkaitan dengan
implementasi Pendidikan Nilai Keimanan sebagai upaya membentuk karakter
manusia yang arifun billah, kemudian mendeskripsikan fenomena pendidikan
tersebut dari sudut ilmu kependidikan untuk menggali makna di balik fenomena
kependidikan yang tampak.
Metode yang digunakan untuk menganalisis dan mendeskripsikan temuan
118
metode deskriptik- analitik ini peneliti setelah berusaha menggali suatu gejala,
peristiwa, dan kejadian yang berkaitan dengan Pendidikan Keimanan Berbasis
Tasawuf di SMA POMOSDA, kemudian dianalisis dan dideskripsikan menjadi
sebuah rumusan ilmiah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Syaodih
(2009: 72) bahwa: “Metode deskriptif itu ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat
alamiah ataupun rekayasa manusia”.
2. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengungkap
implementasi Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA Pondok
Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA) ini meliputi tiga hal, yakni: (1)
Studi Pendahuluan, (2) Pengumpulan Data, dan (3) Analisis Data.
a. Studi Pendahuluan
Dalam studi pendahuluan ini, langkah pertama yang dilakukan oleh
peneliti yaitu tahap orientasi. Orientasi ini dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran lengkap dan jelas tentang kondisi SMA Pondok Modern Sumber Daya
At-Taqwa (POMOSDA), sehingga memudahkan bagi peneliti mengenai apa yang
akan dilakukan oleh peneliti saat di lapangan. Pada tahap ini ada beberapa hal
yang dilakukan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut:
1) Merencanakan jadwal pengumpulan data, baik untuk wawancara, observasi,
maupun studi dokumentasi, yang disesuaikan dengan kesediaan responden.
Pada tahap orientasi ini, peneliti sering datang pada malam Ahad Pahing dan
Jum‟at Legi yang biasanya pada malam tersebut ada acara Mujahadah Puji Wali Kutub yang dihadiri oleh para murid (jama‟ah) yang datang dari berbagai
cabang yang ada di daerah-daerah.
2) Menentukan batas-batas penelitian sesuai dengan tujuan yang diharapkan,
penelitian. Pada tahap ini, peneliti membatasi penelitian yang terkait dengan
implementasi Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf yang dilaksanakan
di SMA POMOSDA sesuai dengan rumusan masalah yang sudah dirancang
sebelumnya, yang meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) Tujuan Pendidikan
Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA, (2) Program Pendidikan
Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA, (3) Substasi Materi
Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA, (4) Proses
Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA, dan (5) Cara
evaluasi Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA.
3) Menentukan batas data jenuh. Mengingat adanya keterbatasan waktu dalam
menyelesaikan penelitian untuk pembuatan disertasi ini, maka waktunya
dibatasi selama delapan bulan. Namun, apabila ada masalah yang belum
terungkap, maka waktunya bisa ditambah sesuai dengan kebutuhan.
Langkah kedua dalam studi pendahuluan ini yaitu tahap eksplorasi. Dalam
tahap eksplorasi ini, peneliti di lapangan membangun suatu keakraban dengan
responden. Dalam membangun keakraban dengan responden, menurut Al-Wasilah
(2009: 144) dilakukan melalui establishing rapport, yakni hubungan yang
ditandai oleh kesesuaian, kesepakatan, persetujuan, atau kedekatan antara peneliti
dan yang diteliti.
Sebagai realisasi dari membangun keakraban ini peneliti melakukan
silaturahmi dengan Bapak Kyai Muhammad Munawwar Afandi selaku Pimpinan
Pondok Pesantren Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA). Dalam silaturahmi
tersebut, peneliti mengemukakan maksud dan tujuan kedatangan peneliti, yaitu
memohon izin untuk mengadakan penelitian tentang implementasi Pendidikan
Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA. Dengan lapang dada,
Bapak Kyai memperkenankan secara lisan kepada peneliti untuk melakukan
penelitian di pondok pesantren yang dipimpinnya, dan dipersilahkan untuk untuk
menghubungi Bapak Dzoharul Arifin selaku wakil pimpinan pesantren dan
120
Setelah mendapatkan izin secara lisan dari Bapak Kyai, kemudian
silaturahmi dilanjutkan kepada Ustadz Dzoharul Arifin selaku kepala sekolah
SMA POMOSDA. Dalam silaturahmi ini, peneliti juga menyampaikan maksud
kedatangan peneliti, dengan membawa surat permohonan izin penelitian dari
Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bapak Ustadz
Dzoharul Arifin pun memperkenankan untuk melakukan penelitian di sekolah
yang dipimpinnya, dan diberikan petunjuk untuk menghubungi guru Pendidikan
Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf, yakni Bapak Ustadz Drs. Imam Suhudi.
Silaturahmi dilanjutkan kepada ustadz Drs. Imam Suhudi untuk
menyampaikan maksud kedatangan peneliti dan sekaligus minta kesediaan waktu
untuk melakukan wawancara yang berkaitan dengan implementasi Pendidikan
Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA. Selain itu, peneliti juga
melakukan silaturahmi dengan para pengurus dan para tokoh yang dipercaya
untuk mengelola pendidikan di SMA POMOSDA. Dalam silaturahmi ini, peneliti
juga mengemukakan maksud kedatangan peneliti, sekaligus menanyakan
orang-orang yang bisa dihubungi untuk melakukan wawancara dan memperoleh data
yang diperlukan guna keperluan penelitian.
b. Pengumpulan Data
1) Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen pengumpulan data
menurut Sugiono (2008: 222) adalah peneliti sendiri, sebagai human instrumen,
yang berfungsi juga dalam menetapkan fokus penelitian, memilih informan
sebagai sumber data, menafsirkan data, melakukan pengumpulan data, menilai
kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas
temuannya.
Berdasarkan teori di atas, peneliti sebagai human instrument terjun sendiri