• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA (Penelitian Eksperimen di Kelas V SDN Bongas Wetan III dan SDN Bongas Wetan IV Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majaleng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA (Penelitian Eksperimen di Kelas V SDN Bongas Wetan III dan SDN Bongas Wetan IV Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majaleng"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Eksperimen di Kelas V SDN Bongas Wetan III dan SDN Bongas Wetan IV Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

NUR ENDAH PURNAMASARI 0903265

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

KAMPUS SUMEDANG

(2)

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA

(Penelitian Eksperimen di Kelas V SDN Bongas Wetan III dan SDN Bongas Wetan IV Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka)

Oleh :

NUR ENDAH PURNAMASARI 0903265

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Penguji I Penguji II Penguji III

Asep Kurnia Jayadinta, M.Pd H. Atep Sujana, M.Pd Dr. Herman Subarjah, M.Si NIP. 198009292008011023 NIP. 197212262006041001 NIP. 196009181986031003

Mengetahui,

Ketua Program Studi PGSD S1 Kelas UPI Kampus Sumedang

(3)

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA

(Penelitian Eksperimen di Kelas V SDN Bongas Wetan III dan SDN Bongas Wetan IV Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING :

Pembimbing I

Asep Kurnia Jayadinta, M.Pd. NIP. 198009292008011023

Pembimbing II

Julia, M.Pd.

NIP. 198205132008121002

Mengetahui,

Ketua Program Studi PGSD S1 Kelas UPI Kampus Sumedang

(4)

i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR DIAGRAM ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Istilah ... 7

BAB II STUDI LITERATUR ... 8

A. Kajian Kepustakaan ... 8

1. Hakikat IPA ... 8

2. Hakikat Pembelajaran IPA .. ... 9

3. Pembelajaran IPA di SD ... 11

4. Model Sains Teknologi Masyarakat (STM) ... 13

5. Berpikir Kritis ... 17

6. Peristiwa Alam di Indonesia ... 21

7. Pembelajaran Peristiwa Alam di Indonesia dengan Menggunakan Model STM ... 22

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 26

C. Hipotesis ... 28

(5)

ii

A. Metode Dan Desain Penelitian ... 30

1. Metode Penelitian ... 30

2. Desain Penelitian ... 30

B. Subjek Penelitian ... 30

1. Populasi ... 30

2. Sampel.... ... 31

C. Prosedur Penelitian... 32

D. Instrumen Penelitian... 36

1. Tes ... 36

2. Non Tes ... 40

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil Penelitian ... 44

1. Analisis Data Kuantitatif ... 44

2. Analisis Data Kuallitatif ... 58

B. Pengujian Hipotesis ... 61

C. Pembahasan ... 65

BAB V KESIMPUN DAN SARAN ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... ... 77

(6)

1 A. Latar Belakang Masalah

Alam ini tercipta agar dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup, oleh karena itu sang Maha Pencipta memberikan potensi kepada

manusia berupa akal. Dengan akal, manusia dapat memperoleh ilmu. Namun, ilmu yang dimiliki manusia sangat terbatas, dan dengan segala keterbatasannya itulah tak jarang manusia justru berbuat sesuka hati, dan tidak sungkan lagi untuk merusak alam. Tindakan yang dapat merusak alam diantaranya adalah menebang pepohonan di hutan sembarangan, sengaja membakar pepohonan di hutan untuk membuka lahan perkebunan. Hal ini tentu akan berdampak buruk bagi lingkungan, dan dapat merugikan manusia itu sendiri. Seperti di musim penghujan ini, beberapa daerah di Indonesia sedang dilanda banjir. Ini disebabkan karena pohon-pohon yang ada di hutan telah ditebang habis oleh manusia.

Apabila manusia sadar betul akan fungsi pepohonan, maka kemungkinan terjadinya banjir dapat diminimalisir. Banjir atau bencana lainnya setidaknya dapat dikurangi jika manusia dapat mengelola alam dengan baik. Untuk mendukung itu semua, manusia dituntut untuk menguasai beragam ilmu pengetahuan. Hal ini mutlak menunjukkan bahwa manusia itu sangat membutuhkan pendidikan.

Pendidikan sudah berlangsung sejak manusia berada dalam buaian ibunya sampai liang lahat. Kegiatan pendidikan itu sendiri dapat dilaksanakan mulai dengan cara-cara yang sederhana, seperti pengalaman hidup yang dialaminya, sampai pada cara-cara formal seperti pendidikan sekolah. Pendidikan formal dimulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD). Salah satu mata pelajaran di SD yang

(7)

merupakan suatu proses penemuan”. IPA sendiri berasal dari kata science (sains) yang berarti alam, dan saat ini IPA lebih dikenal dengan istilah sains.

Sains sebagai salah satu disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya. Namun, sains memiliki ciri khas yang berbeda dengan bidang ilmu lain, yaitu diantaranya sains memiliki nilai ilmiah, artinya kebenaran-kebenaran sains dapat dibuktikan kembali oleh semua orang dengan melakukan

prosedur yang sama seperti yang dilakukan penemunya. Sains adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang berkaitan dengan gejala-gejala alam. Sains merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara tertentu yaitu dengan melakukan observasi, eksperimen, penyimpulan, penyusunan teori, sehingga saling terkait satu sama lain. Sains meliputi 4 unsur yaitu proses, produk, aplikasi, dan sikap.

Belajar sains tidak hanya sekedar belajar tentang fakta, konsep, prinsip, dan hukum, akan tetapi belajar sains juga belajar tentang pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu, memperoleh informasi tentang sains, termasuk kebiasaan bekerja ilmiah dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah. Hal ini sesuai dengan hakikat sains itu sendiri yang meliputi produk (pengetahuan sains yang mencakup fakta, konsep, teori, hukum), proses (kegiatan-kegiatan ilmiah yang menggunakan prinsip sains), dan sikap ilmiah (keingintahuan, ketekunan, hati-hati, objektif, dsb).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di beberapa SD yang ada di Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka, ternyata pembelajaran sains di SD belum sesuai dengan karakteristik pembelajaran sains yang ideal sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya. Dalam pembelajaran sains, seringkali materi tidak dikaitkan dengan keadaan aktual di masyarakat, sehingga konsep-konsep yang dikuasai siswa di sekolah kurang dapat

(8)

Pendidikan sains di Indonesia belum sesuai dengan yang diharapkan, prestasinya bahkan menurun, padahal untuk memajukan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) itu penting dan menjadi tolak ukur kemajuan bangsa. Pernyataan tersebut senada dengan yang diutarakan Napitupulu (2012) dalam surat kabar Kompas yang menyebutkan bahwa “... Pada TIMSS dibidang sains, Indonesia berada di urutan ke-40 dengan skor 406 dari 42 negara. Skors tes sains

siswa Indonesia ini turun 21 angka dibandingkan TIMSS 2007”.

Pembelajaran sains di SD semestinya dapat dikaitkan dengan pengalaman keseharian siswa. Ketika keberadaan sains menjadi lebih dekat dengan diri dan kehidupan siswa, maka pembelajaran sains pun diharapkan akan menjadi menarik dan lebih diminati oleh siswa untuk dipelajari. Jika siswa belajar sains dengan sungguh-sungguh, maka siswa dapat memperoleh kompetensi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dapat membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, dan mandiri.

Dari pernyataan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan ujicoba mengenai pengaruh model Sains Teknologi Masyarakat (STM) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia. Hal ini disebabkan karena sains diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi.

Berpikir kritis dapat menjadikan siswa mampu menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan pesat, dan dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Senada dengan yang diungkapkan oleh Ennis (Fisher, 2009: 4), “Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan”.

(9)

masalah-masalah sosial yang berkaitan dengan sains dan teknologi. Untuk kepentingan itu, pembelajaran sains perlu dikaitkan dengan aspek teknologi dan masyarakat. Pembelajaran yang mengaitkan sains dengan teknologi dan masyarakat, dikenal dengan model Sains Teknologi Masyarakat (STM).

Model STM merupakan model pembelajaran yang berawal dari permasalahan yang sedang terjadi di lingkungan sekitar akibat dari perkembangan

ataupun penggunaan teknologi yang meresahkan kehidupan masyarakat. “Pembelajaran science technology society berarti menggunakan teknologi sebagai penghubung antara sains dan masyarakat” (Poedjiadi, 2007:99).

Dalam proses pembelajarannya, siswa diajak untuk memecahkan dan mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan/menerapkan konsep atau prinsip sains yang telah dimiliki siswa. Menurut Poedjiadi (2007: 126), “Pembelajaran dengan menggunakan model STM dapat mengembangkan keterampilan kognitif, afektif, dan psikomotor.” Adapun keenam ranah yang terlibat dalam model pembelajaran STM adalah ranah konsep, proses, kreativitas, aplikasi, sikap, dan melakukan tindakan nyata. Model STM merupakan model pembelajaran yang aplikatif, yang dapat menampilkan peranan sains dan teknologi di dalam kehidupan masyarakat, serta berkaitan dengan kehidupan nyata sehingga dapat membuat siswa aktif dalam pembelajaran, kritis dalam menaggapi suatu permasalahan, dan menyadari serta memahami peranan mempelajari sains, baik bagi kehidupannya sendiri maupun masyarakat luas.

Menggunakan model STM dalam pembelajaran sains dengan topik peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dimaksudkan agar siswa mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis serta meningkatkan kepeduliannya terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat saat ini sebagai akibat dari kelalaian dan tindakan manusia yang merusak alam,

sehingga menyebabkan terjadinya peristiwa/bencana alam. Siswa diajak terjun langsung ke masyarakat untuk menemukan jawaban serta menentukan tindakan yang harus dilakukan dari permasalahan yang dihadapi masyarakat.

(10)

lainnya dengan lebih akurat, melatih siswa untuk memecahkan masalah, dan memutuskan tindakan yang harus dilakukan dari masalah yang dihadapinya. Untuk mengasah kemampuan berpikir kritis siswa, dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan seperti observasi, memperhatikan suatu topik persoalan secara detail dan menyeluruh, memahami informasi yang didapat dari berbagai sudut pandang, memilih solusi yang sesuai, dan mempertimbangkan konsekuensi jangka

panjang dari solusi yang dipilih. Pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir kritis yang telah dimiliki siswa diharapkan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-sehari.

Berdasarkan latar belakang tersebut, sebagai langkah nyata untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, dan menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna, maka dilakukanlah penelitian dengan judul: “Pengaruh Model Sains Teknologi Masyarakat terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V pada Materi Peristiwa Alam di Indonesia (Penelitian Eksperimen di Kelas V SDN Bongas Wetan III dan SDN Bongas Wetan IV Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diketahui rumusan masalahnya sebagai berikut.

1. Apakah model Sains Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada materi peristiwa alam di Indonesia secara signifikan?

2. Apakah pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada materi peristiwa alam di Indonesia secara signifikan?

(11)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengenai pengaruh kemampuan berpikir kritis menggunakan Model Sains Teknologi Masyarakat adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi peristiwa alam di Indonesia dengan menggunakan model Sains Teknologi Masyarakat.

2. Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi peristiwa alam di Indonesia dengan menggunakan pembelajaran konvensional. 3. Mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunkan model Sains Teknologi Masyarakat dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada materi peristiwa alam di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Bagi Siswa

Siswa lebih memahami maanfaat/peranan sains dalam kehidupan, dan dapat membuat siswa semakin termotivasi untuk mempelajari lebih banyak tentang sains dan teknologi.

2. Bagi Guru

Menambah pengetahuan baru tentang model pembelajaran, khususnya model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA.

3. Bagi Sekolah

Memberikan kontribusi bagi sekolah, khususnya pada pembelajaran IPA di kelas sehingga dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran, dan meningkatkan kualitas sekolah pada umumnya.

4. Bagi Peneliti

(12)

E. Batasan Istilah

Adapun istilah-istilah yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Model Sains Teknologi Masyarakat (STM)

Istilah sains teknologi masyarakat ditrejemahkan dari bahasa inggris “science technology society” , yang pada awalnya dikemukakan oleh John Ziman dalam bukunya Teaching and Learning about Science and Society. “Pembelajaran science technology society berarti menggunakan teknologi sebagai penghubung

antara sains dan masyarakat” (Poedjiadi, 2007:99). 2. Pembelajaran Konvensional

Pada pembelajaran konvensional, siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru di depan kelas dan melaksanakan tugas jika guru memberikan latihan soal-soal kepada siswa.

3. Berpikir Kritis

Menurut Ennis (Fisher, 2009: 4), “berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan”. Indikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah:

a. Memfokuskan pertanyaan. b. Menganalisis argumen.

c. Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan. d. Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi.

e. Memutuskan suatu tindakan. 4. Peristiwa Alam di Indonesia

Peristiwa alam adalah suatu keadaan atau peristiwa yang tidak biasa, yang ditimbulkan oleh alam. Peristiwa alam yang sering terjadi di Indonesia antara lain

(13)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Dengan tujuan untuk melihat pengaruh model Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada materi peristiwa alam di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan sepasang perlakuan yaitu satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model STM dan kelompok kontrol mendapatkan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa, kedua kelompok diberikan pretes dan postes. 2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan yaitu desain penelitian kelompok kontrol pretes-postes. Adapun desainnya dapat digambarkan sebagai berikut. A 0 X 0

A 0 X 0 (Maulana, 2009: 24) Keterangan:

0 = pretes dan postes X = perlakuan

B. Subjek Penelitian 1. Populasi

(14)

Tabel 3.1. Daftar Populasi Penelitian

Sumber: UPTD Pendidikan Kecamatan Sumberjaya Agustus 2012

2. Sampel

Menurut Maulana (2009: 26), “Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan Stratified Random Sampling. Menurut Arifin (2012: 220) Stratified Random Sampling adalah suatu cara pengambilan sampel dari populasi yang menunjukan adanya strata/tingkat/kelas”. Dari data yang diperoleh dari UPTD, ke-tujuh SD di gugus 1 Kecamatan Sumberjaya tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan nilai Ujian Nasional (UN) tingkat SD/MI Kecamatan

Sumberjaya Kabupaten Majalengka tahun ajaran 2011/2012. Kelompok tinggi terdiri dari SD yang bernomor urut satu dan lima, kelompok sedang nomor dua dan enam, sedangkan kelompok rendah berada di nomor urut tiga, empat, dan tujuh. Setelah dikelompokkan berdasarkan kelasnya, kemudian sampel diambil secara acak dengan cara diundi, dan SD yang terpilih yaitu SD kelompok rendah.

Setelah ditentukan kelompok rendah, kemudian dipilih kembali secara acak, dan terpilihlah dua SD yakni SDN Bongas Wetan III dan SDN Bongas Wetan IV sebagai tempat penelitian. Kemudian dipilih kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka terpilihlah SDN Bongas Wetan IV sebagai kelas kontrol dan SDN Bongas Wetan III sebagai kelas eksperimen.

(15)

C. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahapan, yaitu: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap akhir. Penjelasan dari keempat tahap tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini akan dilaksanakan beberapa kegiatan yaitu:

a. Melakukan studi literatur terhadap buku, jurnal, artikel, dan laporan penelitian mengenai model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan mengenai kemampuan berpikir kritis.

b. Menganalisis kurikulum SD mata pelajaran IPA dan menentukan materi pembelajaran peristiwa alam di Indonesia.

c. Merancang instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

e. Mengkonsultasikan instrumen yang telah dibuat kepada ahli untuk menanyakan validasi isi, apakah instrumen tersebut layak atau tidak untuk digunakan. f. Melakukan uji coba instrumen untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya

pembeda dan tingkat kesukaran instrumen.

g. Mengolah hasil uji coba dari instrumen, apabila perlu di revisi maka instrumen di uji coba kembali.

h. Permintaan izin kepada pihak sekolah yang akan digunakan sebagai tempat penelitian.

i. Menentukan kelas yang akan dijadikan subjek dari penelitian.

2. Tahapan Pelaksanaan

a. Melakukan tes awal untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diberi perlakuan.

b. Melakukan perlakuan terhadap subjek penelitian di kelas eksperimen dengan

(16)

1) Tahap Pelaksanaan di Kelas Kontrol

a) Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan metode pembelajaran yang akan digunakan.

b) Guru menentukan media pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian. c) Guru mengarahkan siswa pada pembelajaran dengan memberikan apersepsi. d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan bahasa yang mudah

dimengerti oleh siswa.

e) Guru menjelaskan tentang peristiwa alam yang terjadi di indonesia. f) Siswa berkelompok.

g) Siswa diarahkan untuk membuat kesimpulan mengenai peristiwa alam yang terjadi di indonesia.

2) Tahap Pelaksanaan di Kelas Eksperimen

a) Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan metode pembelajaran yang akan digunakan.

b) Guru menentukan media pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian. c) Guru mengarahkan siswa pada pembelajaran dengan memberikan apersepsi. d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan bahasa yang mudah

dimengerti oleh siswa. e) Siswa berkelompok.

f) Siswa membaca artikel tentang peristiwa alam. g) Guru melakukan demonstrasi tentang peristiwa alam. h) Siswa mengerjakan LKS (percobaan)

i) Guru mengajak siswa untuk menanam pohon di sekitar lingkungan sekolah sebagai bentuk upaya mencegah banjir atau longsor.

j) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan apabila ada hal yang belum dipahami.

k) Siswa diarahkan untuk membuat kesimpulan mengenai peristiwa alam yang terjadi di indonesia.

c. Melakukan tes akhir di kelas kontrol dan eksperimen untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa setelah diberi perlakuan.

(17)

3. Tahap Akhir

a. Melakukan pengolahan dan analisis data dari hasil instrumen yang telah dibuat yaitu soal tes, dan lembar observasi .

b. Melakukan pembahasan hasil dari penelitian.

c. Melakukan penarikan kesimpulan berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh.

d. Menyampaikan laporan hasil penelitian.

(18)

Gambar 3.1. Alur Penelitian

Tahap Persiapan

Menganalisis Kurikulum IPA SD

Studi Pustaka KBK Studi Pustaka Model

Pembelajaran STM

Analisi Materi Peristiwa Alam

Analisi Indikator KBK

Pembuatan Instrumen

Validasi dan uji coba instrumen

Butir soal yang Valid dan Reliabel

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Pembuatan LKS

Pre-test

Pelaksanaan Penelitian Model Pembelajaran STM

Post-test

Temuan dan Analisis data

Kesimpulan

Tahap Akhir Tahap Pelaksanaan

(19)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen tes yaitu soal tes kemampuan berpikir kritis. Sedangkan instrumen non tes adalah observasi. Penjelasan dari instrumen-instrumen yang akan digunakan adalah sebagai berikut.

1. Tes

Soal tes dalam penelitian ini berbentuk uraian, pemilihan soal dengan bentuk uraian ini bertujuan untuk mengungkap kemampuan berpikir kritis siswa. Instrumen tes ini digunakan pada saat pretes dan postes. Soal yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data terlebih dahulu diujicobakan kemudian dihitung validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya untuk mengetahui apakah soal tersebut sudah termasuk kriteria soal yang baik atau belum. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.

a. Validitas Instrumen

Diungkapkan oleh Arikunto (2007: 166), “Validatas yaitu keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur”. Oleh karena itu, keabsahannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya. Dengan demikian suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu

yang akan dievaluasi itu.

Cara menentukan tingkat validitas soal ialah dengan menghitung koefisien korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan alat ukur lain yang telah dilaksanakan dan diasumsikan telah memiliki validitas yang tinggi. Koefisien validitas butir soal diperoleh dengan menggunakan rumus korelasi produk-momen memakai angka kasar (raw score), yaitu:

= ΣXY− ΣXΣY

(20)

Dengan keterangan: n = banyaknya subyek (testi) X = nilai soal uji coba

Y = nilai rata-rata ulangan harian

Nilai rxy diartikan sebagai nilai koefisien korelasi, dengan kriteria:

Tabel 3.2 Derajat Validitas Soal

Rentang Kriteria

0,81- 1,00 Validitas sangat tinggi (sangat baik) 0,61 - 0,80 Validitas tinggi (baik) 0,41 - 0,60 Validitas sedang (cukup) 0,21 - 0,40 Validitas sangat rendah (kurang)

0,00 - 0,20 Tidak Valid (Arifin, 2012:257)

Berdasarkan rumus di atas, validitas ujicoba soal yang telah dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal

No. Soal Nilai Validitas Keterangan

(21)

Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas soal bentuk uraian adalah dengan rumus Alpha sebagai berikut:

11 = −

1 1−

�2 2

Dengan keterangan: n = Banyak butir soal

si2 = Jumlah varians skor setiap item

st2 = Varians skor total

Tolok ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi menurut Guilford (Azizah, 2012: 43) dapat digunakan tolok ukur sebagai berikut.

Tabel 3.4 Derajat Reliabilitas Soal

Rentang Kriteria

0,80 < r11≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

0,60 < r11≤ 0,80 Reliabilitas tinggi

0,40 < r11 ≤ 0,60 Reliabilitas sedang

0,20 < rxy ≤ 0,40 Reliabilitas rendah

rxy ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

Berdasarkan rumus di atas, ujicoba soal yang telah dilaksanakan diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,6. Jadi, soal yang telah diujikan memiliki reliabilitas tinggi.

c. Tingkat Kesukaran

Cara melakukan analisa untuk menentukan tingkata kesukaran adalah dengan menggunakan rumus:

TK = � � − � �

� � �� �

Dengan keterangan:

(22)

Tabel 3.5 Kriteria Indeks Kesukaran Soal

Berdasarkan rumus di atas, tingkat kesukaran ujicoba soal yang telah dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal

No.

(23)

Tabel 3.7 Kriteria untuk Menafsirkan Daya Pembeda dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal

No. Soal Nilai Daya Pembeda Keterangan

Menurut Maulana (2009: 35), “Observasi merupakan pengamatan langsung menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan perabaan, dan jika perlu pengecapan”. Observasi dilakukan untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dilaksanakan. Alat yang digunakan pada observasi ini adalah lembar observasi kinerja guru dan juga lembar observasi aktivitas siswa.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah data kuantitatif dan

(24)

siswa, sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa yang diukur menggunakan alat pengumpul berupa lembar observasi selama proses pembelajaran dengan menggunakan model Sains Teknologi Masyarakat. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.

1. Pengolahan Data Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Data hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa dianalisis dengan

menggunakan uji normalitas data, uji homogenitas, dan uji perbedaan rata-rata. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel dan SPSS 16.0 for windows. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data yaitu sebagai

berikut:

a. Melakukan uji normalitas, untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Uji normalitas data dapat dicari dengan uji �2 atau dengan

melakukan uji liliefors (Kolmogorov-Smirnov). Adapun langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut.

1) Aktifkan program SPSS, masukkan data ke dalam SPSS data editor. Pada lembar Variable View, ketik “kelompok” di kolom Name no. 1, pada kolom Name no. 2 ketik nama data yang ingin diolah, misalnya ketik “pretes”. Untuk mengolah data yang berupa angka, pada kolom Type, pilih Numeric. Untuk menentukan lebar data dapat dipilih pada kolom Width. Pada kolom Decimal, pilih sesuai yang dibutuhkan. Pada kolom Label, ketik nama yang sama seperti pada kolom Name, contohnya “kelompok yang diteliti”. Pada kolom Values, ketik nama dan banyaknya kelas yang akan diolah datanya. Kolom

Missing digunakan apabila ada yang hilang, untuk mengolah data pretes,

kolom Missing dikosongkan saja (pilih None). Untuk menentukan lebar kolom pilih angkanya pada kolom Columns. Untuk menentukan alignment kolom, dapat dipilih pada kolom Align. Kolom Measure secara otomatis menampilkan skala data yang diinginkan, misalnya jika pada kolom Type dipilih tipe data numeric, secara otomatis kolom Measure menampilkan skala datanya, yaitu

(25)

2) Setelah memasukkan identitas pada lembar Variable View, langkah selanjutnya yaitu memasukkan data pada lembar Data View. Kemudian olah data tersebut sesuai dengan kebutuhan.

3) Menentukan tingkat keberartian α sebesar 0,05. Menurut Maulana (2009: 52) bahwa, “Taraf signifikansi yang biasa digunakan dalam bidang pendidikan adalah 0,05 = 5% atau 0,01 = 1%”.

4) Merumuskan hipotesis. Menurut Uyanto (Azizah 2012: 48) bahwa,

Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0

berdasarkan P-value adalah sebagai berikut. 1) Jika P-value < �, maka H0 ditolak.

2) Jika P-value ≥ �, maka H0 tidak dapat ditolak.

5) Jika data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan melakukan uji homogenitas. Tetapi, jika data tidak berdistribusi normal, maka langkah berikutnya adalah melakukan uji U (Mann-Whitney U) sebagai alternatif dari

uji-t dua sampel independen dengan bantuan program dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows (lihat butir 1).

b. Melakukan uji homogenitas, untuk mengetahui apakah varian sampel yang diperoleh homogen atau tidak. Untuk menentukan homogenitas suatu sampel dapat dicari dengan melakukan uji Levene’s dengan bantuan program SPSS

16.0 for windows (lihat butir 1).

1) Menentukan tingkat keberartian α sebesar 0,05. 2) Merumuskan hipotesis.

3) Jika ternyata kedua variansi homogen, maka dilanjutkan uji perbedaan rata-rata (uji-t).

c. Melakukan uji t atau perbedaan rata-rata, yaitu untuk mengetahui perbedaan rata-rata. Uji t dilakukan jika syarat normalitas dan homogenitas telah terpenuhi. Uji t dapat dicari dengan melakukan uji independent sample t-test dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows (lihat butir 1).

1) Menentukan tingkat keberartian α sebesar 0,05.

(26)

g = S −S

Adapun kriteria tingkat N-Gain menurut Hake (Fauzan, 2012:48), adalah: g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang g < 0,3 Rendah

2. Pengolahan Data Hasil Observasi

Data hasil observasi terdiri dari observasi aktivitas siswa dan kinerja guru. Observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Data hasil observasi aktivitas siswa dan kinerja

guru diolah secara statistik deskriptif. Adapun langkah-langkah untuk mengolah data observasi adalah sebagai berikut:

a. Menghitung jumlah skor yang diperoleh.

b. Menghitung persentase aktivitas siswa dan guru dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

� � � ℎ

� � x 100

(27)

72 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB IV, kesimpulan mengenai pembelajaran IPA menggunakan model STM adalah sebagai berikut. 1. Model STM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V

pada materi peristiwa alam di Indonesia di SDN Bongas Wetan III. Dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan data postes kelompok eksperimen dengan menggunakan uji U dan menggunakan � = 0,05 didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,001. Karena yang diuji satu arah, maka 0,001 dibagi dua, sehingga hasilnya 0,0005. Hasil yang diperoleh

P-value < �, maka H0 ditolak atau H1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

model STM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V di SDN Bongas Wetan III secara signifikan.

2. Pembelajaran konvensional tidak dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada materi peristiwa alam di Indonsia di SDN Bongas Wetan IV. Dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan data postes kelompok kontrol dengan menggunakan uji U dan menggunakan � =

0,05 didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,315. Karena yang diuji satu arah, maka 0,315 dibagi dua, sehingga hasilnya 0,1575. Hasil yang diperoleh P-value lebih besar dari �, maka H0 tidak dapat ditolak atau H0 diterima. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional tidak dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V di SDN Bongas Wetan IV secara signifikan.

3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa secara signifikan pada kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran dengan model STM dan kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data nilai N-Gain kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan uji-U dengan taraf signifikansi �= 0,05 two tailed didapatkan nilai P-value (

(28)

diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model STM lebih baik daripada pembelajaran konvensional untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada materi peristiwa alam di Indonesia.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang

diajukan yaitu diantaranya sebagai berikut. 1. Bagi Guru

Apabila guru mengalami kesulitan dalam memilih model pembelajaran dengan materi yang berhubungan dengan teknologi di masyarakat, guru dapat menjadikan Model Sains Teknologi Masyarakat sebagai alternatif dalam merencanakan pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran IPA.

2. Bagi Siswa

Ketika pembelajaran di sekolah kurang bermakna bagi siswa, maka melalui pembelajaran IPA dengan model STM ini diharapkan siswa lebih memahami maanfaat/peranan sains dalam kehidupan dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi Peneliti Lain

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa model STM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada materi peristiwa alam di Indonesia. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian lanjutan dengan kajian yang berbeda.

4. Bagi Sekolah

Kurangnya media pembelajaran yang memadai di sekolah dapat diatasi dengan menggunakan media yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Dan hal tersebut seharusnya dapat dijadikan sebagai motivasi guru untuk

(29)

74

Belajar Siswa Kelas III pada Materi Perkalian (Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas III SD Negeri 3 Arjawinangun Desa Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon). Skripsi PGSD UPI Kampus Sumedang. Tidak dipublikasikan.

Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: Rineka Cipta.

Asy’ari, M. (2006). Penerapan Model Sains Teknologi Masyarakat Dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI.

Fauzan. (2012). Pengaruh Kombinasi Media Pembelajaran Berbasis Komputer Dan Permainan Berbasis Alam Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Terhadap Materi Kesebangunan. Skripsi PGSD UPI

Kampus Sumedang. Tidak dipublikasikan.

Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

(30)

Herliani. (2008). Penggunaan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Terhadap Peningkatan Kreativitas Berpikir pada Mata Kuliah Dasar-Dasar PBM

Biologi FKIP Universitas Mulawarman. 9, 101-110.

Jayatri, D. (2010). Pengaruh Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Konsep Pencemaran Lingkungan

pada Siswa SMA. Skripsi UPI Kampus Bumi Siliwangi. [Online].

Tersedia: http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=8016. [9 Desember 2012]

Maulana. (2008). Dasar-dasar Keilmuan Matematika. Subang: Royyan Press

Maulana. (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2Live n Live2Learn

Meltzer, D. E. (2002). The Relationship between Mathematic Preparation an Conceptual Learning Gain in Phisycs “Hidden Variabel” in Diagnostic

Pretest Score. [Online]. Tersedia:

http://phisycseducation.net/docs/Adendum_on_normalized_gain.pdf.[24 Desember 2012]

Napitupulu, E. L. (2012). Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun.

[Online]. Tersedia:

http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14/09005434/Prestasi.Sains.dan. Matematika.Indonesia.Menurun. [20 Maret 2013]

Poedjiadi, A. (2007). Sains Teknologi Masyarakat: Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(31)

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudarjo, N. dan Suryono, I. (2009). Ensiklopedia IPA: Percobaan Sains 1. Jakarta: Lentera Abadi.

Sulistyanto, H. dan Wiyono, E. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam 5: Untuk SD dan Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Tjasyono HK., B. (2009). Ilmu Kebumian dan Antariksa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel 3.1. Daftar Populasi Penelitian
Gambar 3.1. Alur Penelitian
Tabel 3.2  Derajat Validitas Soal
Tabel 3.4 Derajat Reliabilitas Soal
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dilakukan oleh penyidik dan Penuntut Umum dalam penyidikan tetap pelimpahan perkara dan tidak sesuai dengan pasal 22 ayat 1, 2, 3 No 26 tahun 2000 maka eksepsi ini

Reorientasi Politik Islam bukan saja difokuskan pada mainstreaming paham-paham moderat dalam beragama, tetapi juga bagaimana agama itu dapat berperan dan berkontribusi positif

Prosedur analisa untuk menentukan kadar emas dan perak secara fire assay baik yang dilakukan peleburan memakai tungku dengan bahan bakar gas maupun dengan bahan bakar solar

(3) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepala Bidang Penerangan Jalan Umum mempunyai rincian tugas sebagai berikut:.. merencanakan perumusan

[r]

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al- qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash

Penulisan Ilmiah ini membahas tentang proses pembuatan perancangan villa dengan memakai animasi yang terbagi menjadi empat tahap, yang pertama membuat bentuk perancangan villa

Masih banyaknya pencatatan penjualan barang dagang material secara manual, maka penulis membuat Sistem Pencatatan Penjualan Barang Dagang Material Murah Jaya Menggunakan