• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Perilaku Kewirausahaan Pada Pengusaha Penangkar Burung Kenari di Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Perilaku Kewirausahaan Pada Pengusaha Penangkar Burung Kenari di Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Studi Deskriptif Perilaku Kewirausahaan Pada Pengusaha Penangkar Burung Kenari di Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung, Neneng Santi Nurochmah, 1001568, di bawah bimbingan Leni Permana, S.Pd, M.Pd.

Permasalahan dari penelitian ini adalah perilaku kewirausahaan pengusaha penangkar burung kenari yang rendah. Tujuannya untuk mendeskripsikan perilaku kewirausahaan yang terdiri dari indikator memiliki perspektif ke depan, kreatifitas, inovasi, komitmen terhadap pekerjaan, keberanian menghadapi risiko, kemampuan mencari peluang dan jiwa kepemimpinan yang ditinjau dari aspek jenis kelamin, usia, pendidikan serta pengalaman usaha. Metode yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif, menggunakan teknik sampling jenuh dengan sampel sebanyak 18 responden, teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket, data dianalisis secara kuantitatif dengan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukan perilaku kewirausahaan pada pengusaha penangkar burung kenari berada pada kategori tinggi. Ditinjau dari jenis kelamin, laki-laki berada pada ketegori tinggi dan perempuan pada kategori sedang. Ditinjau dari usia, usia sangat produktif berada pada kategori tinggi dan usia produktif pada kategori sedang. Ditinjau dari pendidikan, didominasi oleh lulusan SMA yang berada pada kategori tinggi dan pengusaha dengan lama usaha 1-5 tahun dan 6-10 tahun berada pada kategori tinggi dan lama usaha 11 tahun berada pada kategori sangat tinggi.

(2)

ABSTRACT

Descriptive Study of Entrepreneurial Behavior of Canary Bird Breeder in Bojongloa Kaler District Bandung City, Neneng Santi Nurochmah, 1001568, under the guidance of Leni Permana, S.Pd, M.Pd.

The problem of this research is the behavior of entrepreneurial canary breeder low. The aim of this research, describe entrepreneurial behavior consists of indicators that have future perspectives, creativity, innovation, work commitment, courage to deal with the risks, the ability to find opportunities, and leadership that reviewed from the aspect of gender, age, education, and work experience. This research is used descriptive method, using sampling techniques saturated with a sample of 18 respondents, data collection techniques by using questionnaires, the data were analyzed quantitatively with descriptive statistics. The results showed entrepreneurial behavior of entrepreneurial canary breeder at the high category. In terms of gender, male were at high category and women's in the middle category. In terms of age, very productive age are at high and the productive age stand at middle category. In terms of education, dominated by high school graduates who are at high category and entrepreneurs with business 1-5 years old and 6-10 years at the high category and effort ≥ 11 years old are at very high category.

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini burung telah menjadi hewan kesayangan baik di desa-desa maupun di kota-kota. Keberadaan burung sebagai hewan piaraan juga membuka banyak peluang usaha seperti, usaha rumahan penangkar burung, penyedia pakan, pembudidayaan hewan pakan semisal jangkrik, ulat, pembuatan sangkar, dan juga peluang usaha jasa pengiriman hewan piaraan. Jika dahulu, mula-mula para penghobi burung hanya mengandalkan burung tangkapan dari alam liar, kini hampir semua jenis burung berhasil dibudidayakan, ditangkarkan, bahkan di kota-kota besar.

Salah satu burung yang memiliki banyak penggemar di seluruh dunia adalah burung kenari. Burung kenari memiliki daya tarik tersendiri baik dari warna maupun suaranya. Usaha penangkaran kenari memang menjadi bisnis yang menjanjikan bila ditekuni dengan kesungguhan yang tinggi. Salah satu yang mendukung usaha penangkaran kenari adalah cara ternak kenari yang relatif mudah khususnya pada burung kenari lokal. Di Indonesia sendiri burung kenari mempunyai urutan tertinggi sebagai jenis burung berkicau yang paling banyak dipelihara masyarakat, seperti yang ditunjukan pada Gambar 1.1 berdasarkan survei yang diadakan Burung Berkicau (2010):

Gambar 1.1

Perkiraan Jumlah Burung yang dipelihara (dalam ribuan ekor)

Sumber: Burung Berkicau (2010) 0

(4)

Masyud (2013: 2) menyatakan bahwa:

Survei yang dilakukan di enam kota besar, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, dan Denpasar menyatakan bahwa dari 1.417 responden yang memelihara 10 jenis burung berkicau, 424 responden diantaranya memilih burung kenari sebagai burung peliharaannya. Pada urutan kedua terdapat burung cendet sebanyak 171 responden dan menempati urutan terbawah burung parkit dengan 51 responden. Permintaan burung kenari yang tinggi, berbanding lurus dengan peluang bisnis di masyarakat. Peluang bisnis penangkaran burung kenari semakin terbuka lebar. Dengan arti lain, burung kenari kini bukan hanya dicari untuk dipelihara saja, tetapi juga dapat menjadi komoditas untuk menunjang penghasilan dan ekonomi masyarakat.

Di Bandung, usaha penangkaran burung kenari ini semakin berkembang. Dimana perkembangannya tidak kalah dengan kota-kota besar lainnya seperti Malang, Solo, dan Yogyakarta. Jika diperhatikan di beberapa tempat tinggal di Kota Bandung saat ini banyak pengusaha bisnis rumahan yang menangkarkan burung kenari (www.duniaternak.com). Menjadi pengusaha merupakan alternatif pilihan yang tepat, paling tidak dengan berwirausaha berarti menyediakan lapangan kerja bagi diri sendiri tidak perlu bergantung kepada orang lain, dan apabila usahanya semakin maju, mampu membuka lapangan kerja bagi orang lain. Usaha penangkaran burung kenari ini merupakan usaha yang menggiurkan, terlebih lagi cara beternak kenari yang relatif mudah. Burung kenari terbagi menjadi beberapa jenis yaitu kenari seri F, kenari merah dan burung kenari lokal biasa. Perbedaannya terletak pada postur, warna, dan suara burung kenari tersebut. Berikut Tabel 1.1 menyajikan kisaran harga burung kenari di Kota Bandung:

Tabel 1.1

Harga Burung Kenari di Bandung (dalam rupiah)

Jenis Burung Harga

Kenari seri F 1.500.000 - 5.000.000 Kenari merah 500.000 - 3.000.000 Kenari lokal biasa 100.000 - 300.000 Sumber: Pra penelitian

(5)

dengan perilaku kewirausahaan sebagaimana dikemukakan oleh Suryana (2006:30-37) bahwa secara umum seorang wirausaha memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Memiliki motif berprestasi tinggi, (2) Perspektif ke depan, (3) Kreativitas tinggi, (4) Sifat inovasi tinggi, (5) Komitmen terhadap pekerjaan, (6) Tanggung jawab, (7) Kemandirian atau ketidaktergantungan terhadap orang lain, (8) Keberanian menghadapi resiko, (9) Selalu mencari peluang, (10) Jiwa kepemimpinan (11) Kemampuan manajerial, dan (12) Kemampuan personal.

“Saat ini penangkar burung kenari di Kota Bandung jumlahnya banyak kurang lebih terdapat 200 penangkar burung kenari, namun hanya sedikit saja yang bisa dikatakan skala usahanya sudah besar dan eksistensinya bertahan hingga saat ini” (Mumuh Muchlasin: 2014). Diantara pengusaha burung kenari yang berhasil mengembangkan usahanya yaitu Rumah Kenari yang beralamat di Komplek Citra Asri Permai E3, Cimahi. Dalam sebulan Rumah Kenari bisa menghasilkan 60-80 anakan burung kenari merah dengan harga mulai dari Rp.750.000 sampai Rp.3.000.000. Omzet rata-rata perbulannya adalah Rp.60.000.000 (www.bandung.bisnis.com). Kemudian Fafa Bird Firm yang merupakan penangkaran burung kenari seri F yaitu merupakan anakan burung kenari yang dihasilkan dari burung kenari lokal yang dikawinkan dengan burung kenari import (yorkshire). Beralamat di Jl. Terusan Jembatan Opat No.6 Komp. PJKA Kiaracondong pengeluarannya dalam sebulan untuk pakan serta perawatan Rp.500.000. Harga burung kenari berkisar antara Rp.1.000.000 - Rp.6.000.000. Omzet rata-rata perbulannya adalah Rp.45.000.000 (Hasil Wawancara dan dalam Tabloid BnR, edisi 55, 1 Februari 2010).

(6)

juga perawatannya harus lebih teliti, resiko kematian atau kegagalan mengawinkan burung juga lebih besar. Padahal burung kenari seri F ini harganya bisa mencapai Rp.1.000.000 hingga Rp. 6.000.000 tentu hasil penjualan yang didapat akan lebih besar. Masalah lainnya adalah para penangkar tidak memiliki pandangan ke depan untuk menambah jumlah indukan burung kenari. Para penangkar burung kenari di kecamatan tersebut juga tidak memanfaatkan peluang untuk memasarkan burung kenarinya di sosial media dan juga tidak memiliki catatan penjualan, ditambah lagi pada saat ini usaha para penangkar burung kenari lokal biasa di Kecamatan Bojongloa Kaler juga tidak seramai seperti beberapa bulan sebelumnya hal ini dikarenakan mulai menjamurnya para pesaing baru yang mencoba untuk menangkarkan burung kenari, sehingga mengakibatkan membludaknya jumlah para penangkar burung kenari yang berdampak pada menurunnya harga jual burung kenari khususnya pada burung kenari jenis lokal biasa. Ini disebabkan karena burung yang ditawarkan banyak, sehingga berdampak pada harga burung kenari serta pendapatan mereka yang menurun pula sehingga apabila perilaku kewirausahaannya tidak ditingkatkan, maka akan menyebabkan para penangkar ini mengalami kebangkrutan dalam usahanya.

Dari paparan diatas, permasalahan utama yang terjadi pada para penangkar burung kenari di Kecamatan Bojongloa Kaler adalah perilaku kewirausahaan yang masih rendah, padahal perilaku kewirausahaan merupakan faktor yang mendorong berkembangnya usaha penangkaran burung kenari. Jika usaha penangkaran berkembang maka akan meningkatkan pendapatan yang berdampak pada meningkatnya pula kesejahteraan hidup para penangkar burung kenari, terlebih lagi jika dapat menyerap tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi penangguran.

(7)

1.2 Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran perilaku kewirausahaan pengusaha penangkar burung kenari di Kecamatan Bojongloa Kaler ditinjau dari jenis kelamin ?

2. Bagaimana gambaran perilaku kewirausahaan pengusaha penangkar burung kenari di Kecamatan Bojongloa Kaler ditinjau dari usia ?

3. Bagaimana gambaran perilaku kewirausahaan pengusaha penangkar burung kenari di Kecamatan Bojongloa Kaler ditinjau dari pendidikan formal terakhir ? 4. Bagaimana gambaran perilaku kewirausahaan pengusaha penangkar burung

kenari di Kecamatan Bojongloa Kaler ditinjau dari pengalaman usaha?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran perilaku kewirausahaan pada pengusaha penangkar burung kenari di Kecamatan Bojongloa Kaler ditinjau dari jenis kelamin.

2. Untuk mengetahui gambaran perilaku kewirausahaan pengusaha penangkar burung kenari di Kecamatan Bojongloa Kaler ditinjau dari usia.

3. Untuk mengetahui gambaran perilaku kewirausahaan pengusaha penangkar burung kenari di Kecamatan Bojongloa Kaler ditinjau dari pendidikan formal terakhir.

4. Untuk mengetahui gambaran perilaku kewirausahaan pengusaha penangkar burung kenari di Kecamatan Bojongloa Kaler ditinjau dari pengalaman usaha.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.3.2.1 Manfaat Teoritis

Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu

(8)

1.3.2.2 Manfaat Praktis

a. Bagi pengusaha, penelitian ini bermanfaat untuk dapat meningkatkan pendapatan para pengusaha penangkar burung kenari dan meningkatkan perilaku kewirausahaan.

b. Bagi Dinas UMKM, menjadi bahan penyuluhan untuk mendorong perilaku kewirausahaan penangkar burung kenari di Kota Bandung agar lebih berkembang.

c. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat menambah dan mengembangkan wawasan pembaca mengenai perilaku kewirausahaan. Selain itu sebagai

(9)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian adalah variabel penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:118). Objek dalam penelitian ini adalah perilaku kewirausahaan.

Suharsimi Arikunto dalam Idrus (2009:91) memberikan batasan subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan. Subjek dalam penelitian ini adalah pengusaha penangkar burung kenari di Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Masyhuri dan Zainuddin (2008:34) menyatakan bahwa, penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud membuat penyederhanaan secara sistematis, faktual dan aktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu, penelitian deskriptif sering disebut penelitian survey. Penelitian deskriptif di dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:130) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh penangkar burung kenari yang ada di Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung yaitu berjumlah 18 penangkar.

3.3.2 Sampel

(10)

kurang dari 30. Sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel dan dikenal juga dengan istilah sensus (Riduwan, 2011: 64). Sehingga dalam penelitian ini, jumlah sampel sama dengan jumlah populasi yaitu sebanyak 18 pengusaha penangkar burung kenari.

Tabel 3.1

Jumlah Penangkar Burung Kenari

di Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung Kelurahan Penangkar

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel, yaitu perilaku kewirausahaan, adapun bentuk operasionalisasi variabelnya sebagai berikut:

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Konsep Teoritis Variabel Definisi Operasional Sumber Data

1 2 3 4

(11)

pekerjaan, - Tidak mudah beralih pekerjaan - Mempunyai catatan penjualan

- Selalu belajar dari kegagalan dan tidak pernah menyerah

- Jujur dalam menjalankan usaha - Memiliki semangat yang tinggi - Memiliki kemampuan dalam

- Tidak berhenti dalam mencari ilmu untuk perkembangan usaha - Dapat menentukan solusi yang terbaik bagi semua pihak (win win solution)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

(12)

3.6 Instrumen Penelitian

Dalam suatu penelitian alat pengumpul data atau instrumen penelitian akan menentukan data yang dikumpulkan dan menentukan kualitas penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Adapun langkah-langkah penyusunan angket menurut Arikunto (2006:151) adalah sebagai berikut:

a. Menentukan tujuan pembuatan angket yaitu untuk memperoleh data tentang perilaku kewirausahaan dari responden

b. Menyusun kisi-kisi angket penelitian

c. Menyusun pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh responden

d. Menentukan kriteria pemberian skor untuk setiap item pernyataan yang bersifat tertutup

e. Melakukan uji coba angket yang akan digunakan

f.Melakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap angket

g. Merevisi pernyataan agar diperoleh pernyataan yang valid dan reliabel h. Memperbanyak angket

i. Menyebarkan angket

j. Mengolah dan menganalisis angket

Skala yang digunakan dalam instrumen penelitian ini adalah skala likert.

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2011:93).

(13)

Tabel 3.3

Skor Jawaban Berdasarkan Skala Ordinal Kriteria Bobot Nilai Alternatif

Pilihan Jawaban Bobot

Pertanyaan Positif

Bobot Pertanyaan

Negatif

Sangat Setuju/ Sangat Sering 5 1

Setuju/ Sering 4 2

Ragu/ Kadang-kadang 3 3

Tidak Setuju/ Jarang 2 4

Sangat Tidak Setuju/ Tidak Pernah 1 5 Sumber : Riduwan (2012:20)

3.7 Pengujian Instrumen Penelitian

Uji instrumen penelitian digunakan untuk menguji apakah instrumen penelitian yang digunakan memenuhi syarat-syarat alat ukur yang baik sesuai dengan standar metode penelitian. Alat ukur yang baik harus memenuhi validitas dan reliabilitas.

3.7.1 Uji Validitas Instrumen

Menurut Riduwan (2012: 216) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memilki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment yaitu sebagai berikut:

Dimana:

rhitung = Koefisien korelasi

∑Xi = Jumlah skor item

∑Yi = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden

(14)

Dengan menggunakan taraf signifikan

=0,05 koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai dari tabel korelasi nilai r dengan derajat kebebasan (n-2), dimana n menyatakan jumlah banyaknya responden. Jika rhitung> r 0,05 dikatakan valid, sebaliknya jika r hitung r 0,05 tidak valid.

3.7.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Menurut Riduwan (2012:221) “Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketetapan. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga”. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil, tetap akan sama.

Pengujian reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan rumus

dilakukan Cronbach Alpha, sebagai berikut:

[

] [

]

Sumber: Husein Umar, 2009:125

Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan

= Varian total

= Jumlah varian butir tiap pertanyaan

Jumlah varian butir pertanyaan dapat dicari dengan cara mencari nilai varian

tiap butir, kemudian jumlahkan seperti berikut ini:

⁄ ⁄

Sumber: Husein Umar, 2009: 171

Keterangan: n = Jumlah sampel σ = Jumlah varian

(15)

Untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan atau tidak, digunakan distribusi tabel (Tabel r) untuk α = 0,05 dengan df (dk = n - 2). Keputusan: Jika r11> r tabel berarti reliabel dan sebaliknya jika r11< r tabel berarti tidak reliabel.

3.8 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data adalah proses untuk memperoleh data ringkasan berdasarkan kelompok data mentah, pengolahan data dapat diartikan pula sebagai proses mengartikan data lapangan, yang berarti supaya data lapangan yang diperoleh melalui alat pengumpul data dapat dimaknai baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sehingga proses penarikan kesimpulan penelitian dapat dilaksanakan.

Untuk mengetahui dan mengolah data dari kuesioner yang disebar maka dilakukanlah langkah-langkah sebagai berikut:

a) Melakukan tabulasi data dengan menggunakan program Microsoft Excel yaitu dengan memasukan data asli berdasarkan hasil di lapangan yang telah dijawab oleh responden.

b) Menghitung skor minimum dan skor maksimum dari bobot instrumen sebagai berikut:

SMI = ST x JB x JR Keterangan:

ST = skor tertinggi/ skor terendah JB = jumlah butir pertanyaan JR = jumlah responden

c) Menghitung nilai Mean sebagai berikut: Mean = ½ x SMI d) Menghitung Standar Deviasi:

SD = 1/3 x Mean

e) Menentukan kategori sangat tinggi, tinggi,cukup, rendah, dan sangat rendah. M + (1,5 x SD)

(16)

3.9 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dan menggunakan alat statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2013:207) Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

a. Mean

Rata-rata hitung (mean) adalah jumlah nilai dalam kelompok data dibagi dengan banyaknya nilai. Rumus untuk mean sampel adalah:

= ∑ X/ n

(Kazmier, 2004:19).

b. Median

Median dari sebuah kelompok adalah nilai yang berada di tengah dari kelompok tersebut ketika semua anggota kelompok disusun secara menaik ataupun menurun berdasarkan nilainya.Untuk sebuah kelompok dengan jumlah anggota genap, mediannya adalah nilai tengah antara dua nilai yang berdampingan dengan nilai tengahnya. Jika nilai-nilainya didalam kelompok berjumlah sangat banyak, rumus berikut berguna untuk menghitung median dalam sebuah kelompok yang sudah diurutkan, yaitu:

Med = X [(n/2) + (1/2)] (Kazmier, 2004:19).

c. Standar Deviasi

Standar deviasi adalah akar kuadrat variansi. Ciri-ciri utama standar deviasi adalah: a) memiliki satuan yang sama seperti data aslinya, b) memiliki akar kuadrat dari jarak kuadrat rata-rata terhadap nilai rata-rata, c) nilainya pasti positif, d) merupakan ukuran disperse yang paling sering dilaporkan (Lind,Marchal& Wathen, 2007:110).

Rumus standar deviasi adalah:

Gambar

Gambar 1.1 Perkiraan Jumlah Burung yang dipelihara
Tabel 3.1  Jumlah Penangkar Burung Kenari
Tabel 3.3 Skor Jawaban Berdasarkan Skala Ordinal

Referensi

Dokumen terkait

Semakin besar radial clearance pada komponen acetabular, maka akan berpengaruh pada semakin besarnya von mises stress yang terjadi.. Maximum von mises stress yang terjadi

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi pembuatan serbuk simplisia, skrining fitokimia, karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak daun senduduk dengan cara perkolasi menggunakan

[r]

Dismenore sedang memerlukan obat-obatan untuk menghilangkan rasa sakit dan tidak perlu meningggalkan aktivitas, untuk Dismenore berat memerlukan istirahat, memerlukan

 Menyatakan Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang- undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah

• Kalau anda merubah Master Symbol yang ada di Library, maka seluruh bentuk symbol yang ada di Stage (Instance) akan juga berubah. SYMBOL

Metode yang digunakan oleh IPCC ini menggunakan berbagai klasifikasi data, yang meliputi data konsumsi bahan bakar, jenis teknologi kendaraan, serta data pendukung,