• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN METODE QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1 BERBAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN METODE QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1 BERBAH."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

“Bila kau tak tahan lelahnya belajar, maka kau harus tahan perihnya menanggung kebodohan”

-imam Syafi”i-

“Tetaplah merasa bodoh, agar kita belajar. Tetaplah merasa lapar, agar kita berusaha”

-Steve Jobs-

Jangan takut salah, karenan dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah yang kedua”

(6)

diberikan Allah SWT, maka karya ini saya persembahkan untuk :

Keluargaku Tercinta

Ibuku tercinta (almh) Dwi Fitriani

Ayah Marzuki, S. Sos. dan Ibu Eli Rustinar, S. Pd.M. Hum. yang tidak hentinya memberikan doa, kasih sayang, semangat serta

kesabaran dalam menasehatiku.

Diki Yuge Katan dan Dea Tri Amanda yang selalu menyemangati dan mendoakanku

Almamaterku

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan,

(7)

Oleh

Ramadona dwi Marsela NIM 12104244026

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan berdasarkan permasalahan motivasi belajar yang rendah. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dengan menggunakan metode Quantum Learning pada siswa kelas VIIC SMP Negeri 1 Berbah .

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek dalam penelitian ini yaitu kelas VIIC yang berjumlah 29 siswa. Skala psikologis yang digunakan adalah skala motivasi belajar. Uji validitas skala menggunakan validitas isi melalui experts judgment.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan hasil skor pre-test dan post-pre-test, yaitu adanya peningkatan skor motivasi belajar subjek pada setiap siklus yang dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar pada siswa kelas VIIC SMP Negeri 1 Berbah. Terlihat dari pre-test 74,06 yang mengalami peningkatan sebesar 11, 31 menjadi 85,37 pada

post-test I. Sedangkan post-test I mengalami peningkatan sebesar 13,87 menjadi 99,24

pada post-test II. Dengan demikian maka dapat disimpulakan bahwa metode

Quantum Learning dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas VIIC

SMP Negeri 1 Berbah .

Kata kunci : quantum learning, motivasi belajar

(8)

melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ini. Skripsi yang berjudul “Penggunaan metode Quantum Learning Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Kelas VIIC SMP Negeri 1 Berbah”.

Sebagai ungkapan syukur, penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak atas dukungan, bimbingan dan arahan,serta kerja sama dalam penyusunan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang telah memberikan kesempatan untuk menjalani dan menyelesaikan studi di UNY

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNY yang telah memberikan izin penelitian dan memfasilitasi kebutuhan akademik penulis selama menjalani masa studi

3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan proses pengurusan izin penelitian ini

4. Bapak Fathur Rahman, M.Si, dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi

(9)
(10)

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. TujuanPenelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang metode Quantum Learning ... 8

B. Kajian tentang Motivasi Belajar... 14

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 14

2. Indikator Motivasi Belajar ... 17

3. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar ... 18

4. Faktor-faktor yang Mempengaruh Motivasi Belajar ... 19

(11)

C. Kerangka Berpikir Penelitian ... 31

D. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 34

B. Prosedur Penelitian ... 36

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

D. Subjek Penelitian... 41

E. Definisi Istilah ... 41

1. Metode Quantum Learning ... 41

2. Motivasi Belajar ... 41

F. Teknik Pengumpulan Data ... 42

G. Instrumen Penelitian ... 42

1. Skala Motivasi Belajar ... 43

E. Validitas Data ... 44

F. Teknik Analisi Data ... 45

G. Kriteria Keberhasilan ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 48

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 48

B. Deskripsi Waktu Penelitian ... 49

C. Deskripsi Subjek Penelitian ... 49

D. Deskripsi Data Pre-Test Penelitian ... 49

E. Deskripsi Pelaksanaan dan Hasil Tindakan ... 51

1. Siklus I ... 51

2. Siklus II ... 59

F. Uji Hipotesis ... 65

(12)

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(13)

Berbah ... 3

Tabel 2. Perencanaan Tindakan ... 40

Tabel 3. Kisi-Kisi Skala Motivasi Belajar ... 45

Tabel 4. Rumusan Kategori skor ... 46

Tabel 5. Kategorisasi Motivasi Belajar Siswa ... 47

Tabel 6. Hasil pre-test (sebelum tindakan) ... 50

Tabel 7. Peningkatan hasil pre-test dan post-test ... 56

(14)

Gambar 2. Pelaksanaan tindakan 1 siklus I ... 54

Gambar 3. Pelaksanaan tindakan 2 siklus I ... 56

Gambar 4. Grafik peningkatan hasil pre-test dan post-test ... 57

Gambar 5. Pelaksanaan Tindakan siklus II ... 61

(15)

Lampiran 2. Instrumen Sebelum Uji Validitas ... 77

Lampiran 3. Uji Validitas Isi Istrumen ... 83

Lampiran 4. Instrumen Sesudah Uji Validitas ... 84

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian ... 90

Lampiran 6. Hasil Pre-Test ... 92

Lampiran 7. Hasil Post-Test I ... 93

Lampiran 8. Hasil Post-Test II ... 94

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kunci dari masa depan bangsa dan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan masyarakat. Pada dasarnya pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam membangun manusia yang cerdas serta mampu bersaing di masa mendatang. Selain itu pendidikan merupakan wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu tinggi.

Menurut Langgulung (2004: 28) pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan, yang biasanya untuk menciptakan pola-pola tingkah laku pada anak-anak atau orang yang sedang dididik. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I Pasal 1:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan pendidikan akan tercapai jika anak berusaha untuk mengoptimalkan serta mengembangkan kemampuan yang dimiliki”.

(17)

yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan.

Menurut Slameto (2003: 54) prestasi belajar dipengaruhi oleh dua (2) faktor. Faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal bersumber dari dalam diri siswa yang terdiri dari kecerdasan atau intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan, kesiapan, dan kelelahan. Sedangkan faktor ekstern bersumber dari luar diri siswa yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Salah satu untuk mencapai prestasi yang diinginkan dapat diperoleh melalui motivasi belajar dari dalam diri siswa.

Menurut Uno (2011: 3) motivasi dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Sedangkan belajar menurut Uno (2011: 22) merupakan suatu pengalaman yang diperoleh berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dari dua teori tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi tinggi, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar (Sadirman,2011: 75).

(18)

mengikuti setiap kegiatan belajar mengajar, sehingga tujuan belajar yang diinginkan akan semakin mudah didapat. Sebaliknya, jika motivasi kurang pencapaian tujuan akan berkurang.

Hasil prapenelitian yang peneliti lakukan pada siswa kelas VII di SMPN I Berbah pada tanggal 15 sampai dengan 24 februari 2016 menunjukkan angket Daftar Cek Masalah (DCM) pada bidang belajar dengan jumlah item 15 butir dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1: Hasil Penyebaran Angket DCM Bidang Belajar Kelas VII SMPN I Berbah

No Kelas % Kategori

1 VII A 9,27 B

2 VII B 21,81 C

3 VII C 55,27 E

4 VII D 39,35 D

Ket :

Standar scale dan predikat nilai (%)

0% = 10 = A Tidak Bermasalah 1% - 10% = 8 = B Agak Bermasalah 11% - 25% = 6 = C Cukup Bermasalah 26% - 50% = 4 = D Bermasalah 51% - 100% = 2 = E Sangat Bermasalah

(Sumber: Daftar Cek Masalah Agus Tryanto)

(19)

Hasil wawancara acak yang peneliti lakukan terhadap siswa pada tanggal 19 februari 2016, beberapa siswa mengaku bahwa siswa tidak tertarik dengan apa yang disampaikan oleh guru. Menurut siswa guru memberikan materi pelajaran dengan cara menoton dan kurangnya perhatian serta dukungan orang tua menyebabkan mereka malas belajar. Dapat disimpulkan dari hasil DCM, wawancara guru, dan wawancara pada siswa bahwa siswa kelas VIIC SMP Negeri 1 Berbah memiliki motivasi belajar rendah. Motivasi belajar yang rendah tentunya perlu diberikan penanganan untuk dapat membangun motivasi belajar pada siswa.

Pada siswa VIIC SMP Negeri 1 Berbah hasil DCM bahwa siswa sering menyalin pekerjaan teman, sering merasa mengantuk saat belajar, sering malas belajar dan waktu belajar tidak teratur. Hal ini dipengaruhi oleh rendahnya motivasi belajar siswa. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa maka peneliti ingin menerapkan metode Quantum Learning.

Quantum Learning adalah suatu kegiatan dengan suasana yang

(20)

Berdasarkan paparan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Penggunaan metode Quantum Learning Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas VIIC di SMP Negeri 1 Berbah“.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Motivasi belajar siswa kelas VIIC masih rendah berdasarkan data hasil prapenelitian yang diambil menggunakan DCM yaitu 55,27% dengan kategori E sangat bermasalah.

2. Metode yang monoton mengakibatkan sering malas belajar.

3. Masih ditemukan siswa sering mengantuk saat belajar di dalam kelas. 4. Siswa sering menyalin pekerjaan teman ketika diberi tugas oleh guru mata

pelajaran.

5. Siswa kelas VIIC mengaku bahwa waktu belajar yang tidak teratur.

6. kurangnya perhatian serta dukungan orang tua menyebabkan mereka malas belajar.

7. Belum pernah diterapkan metode Quantum Learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIIC di SMP Negeri 1 Berbah.

C. Batasan Masalah

(21)

meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas VIIC di SMP Negeri 1 Berbah.

D. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan metode Quantum Lerning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIIC SMP Negeri 1 Berbah?

2. Apakah penggunaan metode Quantum Learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIIC SMP Negeri I Berbah?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan Quantum Learning dalam meningkatkan motivasi belajar siswa VIIC SMP Negeri 1 Berbah.

2. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa melalui penggunaan metode Quantum Learning.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

(22)

motivasi belajar siswa, serta dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti-peneliti lain yang terkait dengan metode Quantum

Learning guna meningkatkan motivasi belajar siswa.

2. Manfaat praktis a. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan untuk peningkatan kualitas layanan di sekolah dengan menggunakan metode Quantum Learning.

b. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru bimbingan dan konseling dalam pendampingan siswa di sekolah. Serta dapat memberikan layanan bimbingan dan konseling khususnya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa melalui metode Quantum

Learning.

c. Bagi siswa

Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar guna meraih prestasi belajar yang lebih baik lagi menggunakan metode Quantum Learning

d. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling

(23)

Konselor diharapkan dapat membantu dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan siswa.

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

(24)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Metode Quantum Learning

Metode berasal dari kata “methodos” yang terdiri dari kata “metha” yaitu melewati, menempuh atau melalui dan kata “hodos” yang berarti cara atau jalan. Metode artinya cara atau jalan yang akan dilalui atau ditempuh. Sedangkan menurut istilah metode ialah cara atau jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sebuah tujuan. Metodologi secara bahasa berasal dari bahasa yunani yaitu “methodos” dan “logos“. Kata “logos” berarti ilmu atau bersifat yang ilmiah. Jadi metodologi adalah ilmu atau cara yang digunakan untuk memperoleh suatu kebenaran dengan menggunakan penelusuran dengan urutan atau tatacara tertentu sesuai dengan apa yang akan dikaji atau diteliti secara ilmiah. Ada dua hal penting dalam metode yaitu cara dalam melakukan sesuatu dan sebuah rencana dalam pelaksanaannya.

(25)

Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa.

QL pertama kali digunakan di supercamp. Di supercamp ini menggabungkan rasa percaya diri, keterampilan belajar, dan keterampilan berkomunikasi dalam lingkungan yang menyenangkan. QL didefinisikan sebagai interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Atau sudah biasa dikenal dengan E=mc². Tubuh kita secara fisik diibaratkan sebagai materi. Sebagai pelajar tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya; interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya.

Quantum Learning berakar dari upaya Lozanov, seorang pendidik yang

(26)

Prinsip QL adalah sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif ataupun negatif, ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk memberikan sugesti positif yaitu mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan media untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih (Deporter dan Hernacki,2015: 14).

Selanjutnya Deporter dkk mendefinisikan Quantum Learning sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. ”Mereka mengumpamakan kekuatan energi sebagai bagian penting dari tiap interaksi manusia. Dengan mengutip rumus klasik E = mc2, mereka alihkan ihwal energi itu ke dalam analogi tubuh manusia yang “secara fisik adalah materi”. Termasuk konsep-konsep kunci dari teori dan strategi belajar, seperti: teori otak kanan/kiri, teori otak triune (3 in 1), pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestik), teori kecerdasan ganda, pendidikan holistik, belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol

(metaphoric learning), simulasi/permainan.

(27)

mempraktekkan media melalui kelimainderanya dan kemudian melaporkannya dalam laporan praktikum dan dapat mencapai daya ingat 90%. Semakin banyak indera yang terlibat dalam interaksi belajar, maka materi pelajaran akan semakin bermakna.

Adapun langkah-langkah yang dapat diterapkan melalui konsep QL dengan cara:

a. Kekuatan Ambak

Dalam banyak situasi, menemukan AMBAK sama saja dengan menciptakan minat dalam apa yang sedang anda pelajari dengan menghubungkannya dengan “dunia nyata”. Ini terutama benar dalam situasi belajar formal. Tanyakan pada diri anda, “Bagaimana aku dapat memanfaatkannya dalam kehidupanku sehari-hari?”. Jika seorang individu bertanggungjawab atas hidupnya, individu tersebut akan mulai membuat segalanya terjadi dan bukan sekedar membiarkannya. Belajar aktif adalah masuk ke dalam kehidupan. Tempatkan diri dalam posisi “pencari” dan mulailah pencarian ilmu. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki, semakin banyak pilihan yang dimiliki ketika menghadapi situasi yang menatang. Semakin banyak pilihan anda, semakin besar kekuatan pribadi yang anda miliki.

(28)

menikmati waktu-waktu luang. Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan. Motivasi sangat diperlukan dalam belajar karena dengan adanya motivasi maka keinginan untuk belajar akan selalu ada. Pada langkah ini siswa akan diberi motivasi oleh guru dengan memberi penjelasan tentang manfaat apa saja setelah mempelajari suatu materi. b. Penataan lingkungan belajar

Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan penataan lingkungan yang dapat membuat siswa merasa betah dalam belajarnya, dengan penataan lingkungan belajar yang tepat juga dapat mencegah kebosanan dalam diri siswa.

c. Memupuk sikap juara

Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam belajar siswa, seorang guru hendaknya jangan segan-segan untuk memberikan pujian pada siswa yang telah berhasil dalam belajarnya, tetapi jangan pula mencemooh siswa yang belum mampu menguasai materi. Dengan memupuk sikap juara ini siswa akan lebih dihargai. d. Bebaskan gaya belajarnya

Ada berbagai macam gaya belajar yang dipunyai oleh siswa, gaya belajar tersebut yaitu: visual, auditorial dan kinestetik. Dalam Quantum

Learning guru hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada

(29)

e. Membiasakan mencatat

Belajar akan benar-benar dipahami sebagai aktivitas kreasi ketika sang siswa tidak hanya bisa menerima, melainkan bisa mengungkapkan kembali apa yang didapatkan menggunakan bahasa hidup dengan cara dan ungkapan sesuai gaya belajar siswa itu sendiri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan simbol-simbol atau gambar yang mudah dimengerti oleh siswa itu sendiri, simbol-simbol tersebut dapat berupa tulisan.

f. Membiasakan membaca

Salah satu aktivitas yang cukup penting adalah membaca. Karena dengan membaca akan menambah perbendaharaan kata, pemahaman, menambah wawasan dan daya ingat akan bertambah.

g. Jadikan anak lebih kreatif

Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba dan senang bermain. Dengan adanya sikap kreatif yang baik siswa akan mampu menghasilkan ide-ide yang segar dalam belajarnya.

h. Melatih kekuatan memori anak

Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar anak, sehingga anak perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik.

B. Motivasi Belajar Siswa

1. Pengertian Motivasi Belajar

(30)

tersebut bertindak atau berbuat. Dikatakan dalam Uno (2011: 3) motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi diinterpretasikan dalam tingkah laku yang berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.

Motif adalah dorongan yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini hidup pada diri seseorang dan setiap kali mengusik serta menggerakkan orang itu untuk melakukan sesuatu sesuai dengna apa yang terkandung didalam dorongan itu sendiri. Dengan demikian, suatu tingkah laku ang didasarkan pada motif tertentu tidaklah bersifat sembarangan atau acak, melainkan mengandung isi atau tema sesuai dengan motif yang mendasarinya (Prayitno, 2009: 155).

Motif yang telah berkembang pada diri individu merupakan sesuatu yang pasti pada diri individu itu, yang sewaktu-waktu dapat diaktifkan mendorong terwujudnya suatu tingkah laku. Motif yag sedang aktif biasa disebut motivasi, kekuatannya dapat meningkat sampai pada taraf yang amat tigggi. Oleh karena itu sering kita jumpai ada orang yang motivasinya rendah atau tinggi ada orang yang amat bersemangat melakukan suatu tindakan (tingkah laku), atau bahkan menggebu-gebu, sebaliknya ada yang semangatnya rendah (kendur). Semuanya itu menggambarkan kuat lemahnya motif yang sedang aktif mendorong tingkah laku yang dimaksudkan (Prayitno, 2009: 156).

(31)

dan reaksi untuk mencapai tujuan. Tujuannya yakni sesuatu yang hendak di capai oleh suatu perbuatan yang apabila tercapai akan memuaskan individu. Motivasi juga berfungsi untuk mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan atau suatu perbuatan, sebagai pengarah yang mengarahkan agar tercapainya tujuan yang diinginkan serta motivasi sebagai penggerak yang akan menetukan cepat atau lambatnya suatu pekerjakan yang dikerjakan. Motivasi merupakan salah satu faktor untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Dalam diri siswa sudah mulai tumbuh kesadaran akan pentingnya belajar. Sebagai contoh adalah keinginan untuk menjadi siswa terbaik, memperoleh nilai hasil belajar yang tertinggi, dan lain sebagainya.

(32)

Menurut Uno (201:23) motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik yang mempunyai peranan besar dalam Skeberhasilan seseorang dalam belajar. Sedangkan motivasi belajar menurut Sardiman (2011:75) merupakan faktor psikis yang bersifat non-intektual yang peranannya khas dalam penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Terlihat dari siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Dari teori di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku dengan melibatkan keseluruhan daya penggerak dari dalam diri maupun luar siswa yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

2. Indikator Motivasi Belajar

Beberapa unsur-unsur motivasi belajar menurut Uno (2011:23) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

(33)

b. Adanya dorongan kebutuhan dalam belajar: yaitu, memiliki sikap positif baik diri sendiri maupun lingkungannya.

c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan: yaitu, adanya keinginan untuk berhasil dengan apa yang sudah dicita-citakan

d. Adanya penghargaan dalam belajar: yaitu, pemberian reward baik dengan hadiah atau pujian ketika siswa mendapatkan hasil yang baik

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar: yaitu, merefleksi diri untuk menggunakan cara belajar yang tidak monoton untuk mengindari rasa bosan dalam belajar.

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Dapat disimpulakan bahwa unsur-unsur yang terdapat pada motivasi belajar, yaitu: adanya harapan dan cita-cita, adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan menarik dalam belajar dan adanya lingkungan yang kondusif.

3. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar

Menurut A.M Sardiman (2007: 89-91) bentuk motivasi belajar dibagi menjadi dua yaitu:

(34)

diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Contohnya minat, kesehatan, bakat, disiplin, dan intelegensi.

b. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena ada rangsangan dari luar diri individu. Contohnya keluarga, fasilitas, jadwal, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dari uraian mengenai bentuk-bentuk motivasi belajar di atas, bahwa motivasi belaajr dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik atau motivasi yang timbul dari dalam diri individu (siswa) dan motivasi ekstrinsik atau motivasi yang timbul dari luar diri individu (siswa).

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Winardi (1992: 18) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dipengaruhi ada dua (2) yaitu:

a. Faktor Internal

1) Persepsi individu mengenai diri sendiri

Seseorang termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu tergantung pada persepsi. Persepsi yang muncul didalam diri seseorang akan berpengaruh untuk mendorong dan mengarahkan prilaku seseorang untuk bertindak.

2) Harga diri dan prestasi

(35)

tertentu dalam lingkungan masyarakat, serta mendorong individu untuk berprestasi.

3) Harapan

Adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan merupakan informasi objektif dari lingkungan yang memperngaruhi sikap dan objektif seseorang.

4) Kebutuhan

Manusia dimotivasi oleh kebutuhan yang dibutuhkan untuk menjadikan dirinya berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih potensinya secara total.

5) Kepuasan kerja

Suatu dorongan afektif yang muncul dari individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dari suatu prilaku.

b. Faktor Eksternal

1) Jenis dan sifat pekerjaan

Dorongan untuk bekerja pada jenis dan sifat pekerjaan tertentu sesuai dengan objek pekerjaan yang tersedia akan mengarahkan individu untuk menentukan sikap dalam memilih pekerjaan yang akan ditekuni.

2) Kelompok kerja dimana individu bergabung

(36)

individu mendapatkan kebutuhan akan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, kebajukan serta dapat memberikan ati bagi individu sehubungan dengan kiprahnya dalam kehidupan social

3) Situasi lingkungan pada umumnya

Setiap individu terdorong untuk berhubungan dengan rasa mempunyai dalam melakukan interaksi secara efektif dengan lingkungannya.

4) Sistem imbalan yang diterima

Imbalan merupakan kualitas dari objek pemuas yang dibutuhkan seseorang yang dapat pempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah tingkah laku dari satu objek ke objek yang lain yang mempunyai nilai imbalan yang lebih besar. Prilaku dipandang sebagai tujuan, sehingga ketika tujuan tercapai maka akan timbul imbalan

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa menurut Djamarah (2008: 158-168), meliputi :

a. Memberi Angka

(37)

b. Hadiah

Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang-kenangan/cendramata. Dalam dunia pendidikan, hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada anak didik yang berprestasi tinggi, rangking satu, dua atau tiga dari anak didik lainnya.

c. Kompetisi

Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah belajar. Persaingan, baik dalam bentuk individu maupun kelompok diperlukan dalam pendidikan. Kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk menjadikan proses interaksi belajar mengajar yang kondusif.

d. Ego-Involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri.

e. Memberi Ulangan

(38)

f. Mengetahui Hasil

Mengetahui hasil belajar biasa dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan mengetahui hasil, anak didik terdorong untuk belajar lebih giat.

g. Pujian

Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai alat motivasi. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik.

h. Hukuman

Meski hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif. Sanksi berupa hukuman yang diberikan kepada anak didik yang melanggar peraturan atau tata tertib sekolah dapat menjadi alat motivasi dalam rangka meningkatkan motivasi belajar. Asalkan hukuman yang mendidik dan sesuai dengan berat ringannya pelanggaran.

i. Hasrat untuk belajar

(39)

j. Minat

Minat adalah kecendrungan yang menetap untuk memperhatikan dan menganang beberapa aktivitas. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. k. Tujuan yang Diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh anak didik merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, dirasakan anak sangat berguna dan menguntungkan, sehingga menimbulkan gairah untuk terus belajar.

Dari uraian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar terdiri dari dua faktor internal yaitu persepri diri, harga diri dan prestasi, harpan, kebutuhan, kepyuasan, ego involvement dan faktor eksternal yaitu jenis dan sifat pekerjaan, kelompok kerja, situasi lingkungan, hadiah, faktor angka dan nilai, pujian kompetisi, dan hukuman.

5. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar

Prinsip-prinsip yang ada dalam motivasi belajar menurut Djamarah (2008: 152-156) meliputi :

(40)

Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Motivasilah sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar

b. Motivasi instrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar.

Efek yang tidak diharapkan dari pemberian motivasi ekstrinsik adalah kecendrungan ketergantungan anak didik terhadap segala sesuatu di luar dirinya. Selain kurang percaya diri, anak didik juga bermental pengharapan dan mudah terpengaruh. Oleh karena itu, motivasi instrinsik lebih utama dalam belajar.

c. Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman.

Hukuman diberikan kepada anak didik dengan tujuan untuk memberhentikan prilaku negatif anak didik. Hukuman diberikan seberapa besar peserta didik melakukan pelanggaran.

d. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar.

Kebutuhan anak didik adalah keinginannya untuk menguasai sejumlah ilmu pengetahuan. Untuk mengembangkan diri dengan memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak didik.

e. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar.

(41)

f. Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar.

Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya hasil belajar seseorang anak didik.

6. Fungsi Motivasi Belajar

Fungsi motivasi belajar menurut A.M.Sardiman (2011:85) memiliki tiga fungsi, yaitu:

a. Mendorong manusia untuk berbuat.

Mendorong manusia untuk berbuat maksudnya sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan.

Menentukan arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c. Menyeleksi perbuatan.

Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan.

(42)

berfungsi juga sebagai penggerak, yaitu apabila siswa sudah mempunyai motivasi belajar yang tinggi maka siswa akan dengan sendirinya semangat dalam belajar untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan.

7. Ciri-ciri Motivasi Belajar

A.M. Sardiman (2011: 83) menyebutkan motivasi yang ada pada diri seseorang memiliki ciri-ciri, yaitu:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat berkerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai)

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan, agama, ekonomi, politik, keadilan, pembrantasan korupsi, menentang tindak kriminal, amoral, dan sebagainya).

d. Lebih senang kerja mandiri

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif)

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)

(43)

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi ialah siswa yang semangat dalam belajar, tekun menghadapai tugas, tidak mudah menyerah jika menghadapi kesulitan dalam belajar, dapat mengontrol prilakunya sendiri, percaya diri, dan mempunyai orientasi masa depan atau cita-cita yang jelas.

8. Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar

Joni Hendra (2010: 32) menyebutkan ada beberapa masalah yang menyebabkan motivasi belajar siswa lemah, antara lain:

a. Sikap menganggap enteng dan mudah

Siswa inginnya dengan santai dan serba cepat, keinginannya dapat terwujud. Sehingga agar mendapat nilai yang baik tanpa belajar dalam waktu yang lama siswa dapat melakukan segala cara, misalnya mencontek.

b. Masalah ekonomi dalam keluarga

Masalah ekonomi dalam keluarga dapat menjadi penyebab rendahnya motivasi belajar siswa, misalnya siswa harus membantu orang tua untuk mencari uang sehingga tidak ada waktu untuk belajar.

c. Relasi antar anggota keluarga

(44)

belajar yang diberikan orang tua dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar anaknya.

d. Adanya tekanan psikologis

Siswa yang mengalami tekanan psikologis akan mudah emosi. Hal ini sangat berpengaruh pada minat belajar siswa.

e. Siswa kurang simpati dengan guru yang mengajar

Bila siswa kurang simpati dengan guru yang mengajar maka minat siswa juga berkurang pada mata pelajaran yang diajarkan.

f. Siswa tidak memiliki faasilitas belajar yang memadai

Misalnya siswa tidak mempunyai meja belajar sendiri, lampu yang tidak terang, tidak mempunyai buku, kondisi rumah yang kurang mendukung untuk beljaar.

g. Daya juang siswa lemah

Siswa tidak mau lagi mengerjakan sesuatu yang sedikit sulit, enggan untuk bekerja, enggan untuk berfikir.

Kurangnnya motivasi belajar yang dimiliki siswa akan membuat siswa mendapatkan hasil belajar yang kurang memuaskan karena siswa kurang semangat dalam belajar, baik belajar disekolah maupun saat belajar dirumah. Sehingga hasil belajar yang dicapai tidak maksimal. 9. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

(45)

a. Menggairahkan anak didik

Dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari guru harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Ia harus selalu memberikan kepada anak didik cukup banyak hal-hal yang perlu dipikirkan dan dilakukan. Untuk dapat meningkatkan kegairahan anak didik, guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai disposisi awal setiap anak didiknya.

b. Memberikan harapan realistis

Guru harus memelihara harapan-harapan anak didik yang realistis dan memodifikasi harapan-harap yang kurang atau tidak realistis. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilah atau kegagalan peserta didik. dengan demikian, guru dapat membedakan antara harapan-harapan yang realistis, pesimistis, atau terlalu optimis.

c. Memberikan insentif

(46)

d. Mengarahkan prilaku anak didik

Usaha menghentikan prilaku anak didik dengan negatif tentunya akan berdampak tidak baik untuk anak didik. dibutuhkan cara mengarahkan anak didik dengan memberikan penugasan, bergerak mendekati, memberikan hukuman yang mendidik, menegur dengan sikap lemah lembut, dan perkataan yang ramah dan baik.

Dari uraian mengenai upaya yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan motiasi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan motivasi ada empat cara, yaitu dengan cara mengoptimalkan prinsip-prinsip belajar; mengoptimalkan unsur-unsur dinamis dalam belajar; mengoptimalkan pemanfaatan pengalaman yang telah dimiliki siswa; dan dengan cara menegembangkan cita-cita atau aspirasi siswa.

C. Kerangka Berfikir

Motivasi belajar memegang peranan yang sangat penting bagi siswa, dimana dengan motivasi belajar yang tinggi siswa selalu yakin dapat meneyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Siswa yakin bahwa belajar bukanlah hal yang sisa-sia melainkan hal yang sangat berguna baik untuk masa sekarang maupun yang akan datang.

(47)

penanganan untuk dapat membangun motivasi belajar pada siswa. Pada siswa VIIC SMPN 1 Berbah hasil DCM bahwa siswa sering menyalin pekerjaan teman, sering merasa mengantuk saat belajar, sering malas belajar, waktu belajar tidak teratur. Hal ini dipengaruhi oleh rendahnya motivasi belajar siswa.

Solusi yang diberikan untuk mengatasi permasalahn tersebut adalah dengan menerapkan metode Quantum Learning. Metode ini dirasa cukup efektif karena dalam metode Quantum Learning ditekankan pada suatu kegiatan dengan suasana yang menyenangkan. Quantum Learning merupakan salah satu pengajaran yang menuntut adanya kebebasan, santai, menakjubkan, menyenangkan, dan menggairahkan. Beberapa teknik digunakan pada Quantum Learning adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, dan menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi sehingga dapat mempengaruhi hasil situasi belajar dengan memberikan sugesti positif. Melihat kenyataan tersebut dengan diterapkannya metode Quantum Learning, diharapkan dapat memberikan solusi mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa.

Memberikan metode Quantum Learning memberikan variasi dalam pemecahan masalah siswa sehingga masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan motode sebelumnya dapat diselesaikan dengan metode Quantum

Learning. Jika siswa sudah memiliki motivasi belajar yang tinggi siswa

(48)

belajarnya yang akan menjadi semakin baik. Berikut skema kerangka pikir dari penelitian ini:

D. Hipotesis tindakan

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Berdasarkan uraian landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat peningkatan motivasi belajar dengan menggunakan metode Quantum Learning pada siswa kelas VIIC di SMP Negeri 1 Berbah.

Metode Quantum Learning efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

Motivasi belajar siswa VIIC SMPN 1 Berbah yang rendah

Motivasi belajar siswa meningkat Siswa diberi metode Quantum

(49)

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Istilah penelitan tindakan berasal dari bahasa Inggris yaitu action

research. Menurut Hidayat (2012:12) action research sebagai satu kegiatan

yang dilakukan untuk mempelajari suatu masalah, mencari solusi, serta melakukan perbaikan atas suatu program sekolah atau kelas yang khusus. Penelitan tindakan memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam praktiknya penelitian tindakan menggabungkan rangkaian tindakan dengan menggunakan prosedur penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dalam kelas.

Menurut Sulaksana (2004:39) action research dalam pandangan tradisional adalah suatu kerangka penelitian pemecahan masalah, dimana terjadi kolaborasi antara peneliti dengan guru dalam mencapai tujuan sesuai dengan pendapat Kunandar (2008:45) bahwa, kolaborasi yang dilakukan oleh guru sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses di kelas melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus.

(50)

Artinya penelitian dengan pendekatan kolaborasi dilakukan bersama oleh guru dan peneliti dalam rangka saling memberi dan saling membantu. Saling memberi maksudnya, jika seorang guru tampil, peneliti dapat mengamati yang berguna untuk perbaikan atau motivasi dari hal-hal yang ada.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau

classroom action research yaitu sebuah tindakan penelitian yang dilakukan

di dalam kelas. Di dalam PTK menurut Arikunto (2007: 2-3) memiliki tiga pengertian penting, yaitu:

1. Penelitian, suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam memecahkan masalah

2. Tindakan, suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan dalam penelitian tindakan kelas berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan.

3. Kelas, sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sma dari guru yang sama pula. Siswa belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang melakukan karyawisata, pratikum di laboratorium, atau belajar di tempat lain di bawah arahan seorang guru.

(51)

tindakan, pengamatan, refleksi dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan permasalahan.

Jika PTK dilakukan secara berkelanjutan dari siklus satu ke siklus yang lain, maka akan ditemukan metode yang baik. Demikian seterusnya, sehingga PTK dapat dilakukan secara terus menerus tiada henti. Hidayat dan Aip Badrujaman (2012: 17) menyebutkan bahwa manfaat praktis dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah:

1. Memperbaiki praktik pengajaran/layanan di kelas 2. Memunculkan inovasi dalam proses layanan dan sarana

3. Menumbuhkan minat belajar sehingga pada akhirnya siswa mengalami kepuasan dalam proses layanan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian dalam pemecahan masalah, mencari solusi serta melakukan perbaikan yang dilakukan dalam siklus.

B. Prosedur Penelitian

Menurut Arikunto (2007: 58) PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik di kelas. PTK dilakukan dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. 1. Siklus I

a. Perencanaan

(52)

angket motivasi, dan angket motivasi. Serta berkordinasi perihal rencana tindakan menggunakan metode Quantum Learning yang akan diberikan pada saat bimbingan klasikal antara peneliti dan guru yang bersangkutan.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaaan tindakan yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan yang sebelumnya sudah direncanakan dengan mengenakan tindakan kelas.

c. Pengamatan

Pengamatan merupakan tindakan mangamati jalannya pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan dengan mengukur tingkat motivasi belajar siswa melalui penyebaran angket yang diisi oleh siswa. Selama pelaksanaan berlangsung ada beberapa alat bantu yang digunakan untuk mengamati yaitu: catatan lapangan, foto. Dari pengamatan tersebut, dilanjutkan refleksi.

d. Refleksi

(53)

menentukan rencana tindakan berikutnya sebagai tindakan perbaikan layanan bimbingan konseling pada siklus berikutnya 2. Siklus II

a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus kedua ini didapatkan dari hasil refleksi pada siklus I yang kemudian langsung masuk pada tahap pelaksanaan.

b. Pelaksanaan

Dari perencanaan yang telah dilakukan pada tahap awal di siklus II ini langsung masuk ke dalam tahap pelaksanaan, yang kemudian dilakukan pengamatan.

c. Pengamatan

Pengamatan ini dilaksanakan selama proses pelaksanaan berlangsung, dalam pengamatan dilakukan dengan mengukur tingkat motivasi belajar siswa melalui penyebaran angket yang diisi oleh siswa.

d. Refleksi

Dari refleksi ini maka dapat diketahui kelebihan dan kekurangan yang terjadi selama siklus II berlangsung yang kemudian dapat digunakan sebagai bahan simpulan pada pelaksanaan metode

Quantum Learning.

(54)
(55)

Tabel 2. Perencanaan Tindakan

No Siklus Kegiatan yang Dilaksanakan 1 Siklus I

a. Perencanaan

b. Pelaksanaan

c. Pengamatan

d. Refleksi

1) Melakukan analisis terhadap kondisi awal motivasi belajar partisipan yang dikenai tindakan.

2) Menyusun diagnosis terhadap penyebab tindakan berdasarkan hasil penelitian awal.

3) Menentukan tindakan berdasarkan penyebab motivasi belajar rendah

4) Melakukan tindakan I, yaitu bimbingan klasikal dengan langkah-langkah konsep QL dengan menggunakan kuosioner gaya belajar untuk mengidentifikasi gaya belajar siswa dan menggunakan kekuatan AMBAK tentang motivasi belajar.

5) Melakukan evaluasi terhadap hasil tindakan I dengan membagikan skala motivasi belajar. 6) Melakukan refleksi tindakan mana yang

menyebabkan hasilnya belum optimal. 2 Siklus II

a. Perencanaan b. Pelaksanaan

c. Pengamatan d. Refleksi

1) Melakukan perencanaan ulang dengan menghindari kekurangan terhadap siklus I

2) Melakukan tindakan ke II, yaitu bimbingan klasikal menggunakan langkah-langkah konsep QL menggunakan kekuatan AMBAK tentang motivasi belajar dan membiasakan mencatat. Materi motivasi belajar

3) Melakukan evaluasi terhadap hasil tindakan II. 4) Melakukan simpulan dari hasil refleksi yang

(56)

D. Subjek Penelitian

Berdasarkan hasil prapenelitian yang peneliti lakukan pada siswa kelas VII di SMPN I Berbah pada tanggal 15 sampai dengan 24 februari 2016. Berdasarkan hasil angket Daftar Cek Masalah (DCM) pada bidang belajar dengan jumlah item 15 butir dapat dilihat bahwa hasil DCM tersebut menunjukkan siswa yang sangat bermasalah adalah kelas VIIC SMPN I Berbah. Dibuktikan dari seluruh kelas VII yang mengisi DCM bidang belajar, kelas VIIC tersebut menunjukkan presentase paling tinggi 55,27% dengan kategori E sangat bermasalah. Oleh sebab itu, subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIC SMPN 1 Berbah.

E. Definisi Istilah

1. Metode Quantum Learning merupakan suatu kegiatan dengan suasana yang menyenangkan. Quantum Learning merupakan salah satu pengajaran yang menuntut adanya kebebasan, santai, menakjubkan, menyenangkan, dan menggairahkan.

(57)

mencapai prestasi yang diinginkan dapat diperoleh melalui motivasi belajar dari dalam diri siswa.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini dengan menggunakan alat, yaitu:

1. Skala Psikologis

Digunakan untuk mengungkap konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkn konsep kepribadian individu seperti: tendensi agresifitas, sikap terhadap sesuatu, self esteem, kecemasan, persepsi, dan motivasi. Skala psikologis sebagai alat ukur yang memiliki karakteristik khusus yang cenderung untuk mengukur aspek afektif bukan kognitif, stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkab atribut yang bersangkutan, jawaban lebih bersifat proyektif, selalu berisi banyak item yang berkenaan dengan atribut yang diukur, respon subyek tidak diklasifikasikan debagai jawaban “benar” atau “salah”, semua jawaban dianggap benar sepanjang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (Azwar dalam Sutoyo, 2012:189).

G. Instrumen Penelitian

(58)

1. Skala Motivasi Belajar

Skala Motivasi Belajar digunakan untuk mengukur tingkat motivasi belajar siswa kelas VIIC di SMP N 1 Berbah dengan menggunakan menggunakan metode Quantum Learning. Skala motivasi belajar disusun berdasarkan unsur-unsur motivasi belajar menurut Uno (2011:23) yaitu:

a. Adanya hasrat untuk berhasil.

b. Adanya dorongan kebutuhan dalam belajar. c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan d. Adanya penghargaan dalam belajar. e. Adanya kegiatan menarik dalam belajar. f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif.

Skala motivasi belajar disusun dalam bentuk pernyataan yang dilengkapi dengan 4 (empat) pilihan yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Penghitungan pernyataan peneliti lakukan dengan menggunakan skala likert menurut teori Iskandar (2009: 83) yaitu untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena atau gejala sosial yang terjadi.

(59)

Untuk item positif skor yang diberikan secara berurutan untuk opsi SS mendapat skor 4, opsi S mendapat skor 3, opsi TS mendapat skor 2, dan opsi STS mendapat skor 1. Sedangkan untuk item negatif opsi SS mendapat skor 1, opsi S mendapat skor 2, opsi TS mendapat skor 3, dan opsi STS mendapat skor 4. Kisi-kisi skala motivasi belajar dapat dilihat pada tabel 3 pada halaman 45.

H. Validitas Data

Menurut Sudjana dan Ibrahim (2004:117) validitas adalah berkenaan dengan ketetapan alat ukur terhadap konsep yang diukur, sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur. validitas adalah derajat yang menunjukkan di mana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur (Sukardi, 2003:122). Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana ketetapan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya (Azwar, 2013:5).

Menurut Sukardi (2003:123) validitas isi (content validity) merupakan derajat dimana sebuah tes mengukur cakupan subtansi yang ingin diukur. Instrumen dikonstruksikan berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur berdasarkan teori yang relevan, kemudian dikonsultasikan dengan ahli

(experst judgment) dengan mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing

tentang instrumen yang telah disusun dan meminta pertimbangan dari para

ahli (experts judgment) untuk diperiksa dan dievaluasi apakah item-item

(60)

Rahman, M.Si dan peneliti meminta pertimbangan dari ahli yaitu pada guru BK SMPN 1 Berbah yaitu: Sri Yulianti, S.Pd dengan tujuan mempermudah peneliti dalam mengambil keputusan apakah instrument tersebut layak atau tidak untuk digunakan dalam penelitian.

Tabel 3. Kisi-Kisi Skala Motivasi Belajar

Variabel Sub Variabel Indikator Jumlah Item Motivasi

Belajar

Internal Adanya hasrat untuk

berhasil. 7

Adanya dorongan

kebutuhan dalam belajar. 8 Adanya harapan dan

cita-cita masa depan 5 Eksternal Adanya penghargaan dalam

belajar. 3

Adanya kegiatan menarik

dalam belajar. 6 Adanya lingkungan belajar

yang kondusif. 5

Jumlah Item 34

I. Teknik Analisis Data

(61)

1. Menentukan skor tertinggi dan skor terendah Skor tertinggi = 7 x jumlah aitem

Skor tertinggi = 4 x 48 = 136 Skor terendah = 1 x jumlah aitem Skor terendah = 1 x 34 = 34 2. Menghitung mean (rerata)

M = ½ (skor tertinggi + skor terendah) M = ½ (136 + 34)

M= 85

3. Menghitung standar deviasi

1SD = 1/6 (skor tertinggi – skor terendah) 1SD = 1/6 (136 – 34)

1SD = 17

Tabel 4. Rumusan Kategori skor

No Interval Skor Kategorisasi

1 Skor > (Mean + 1SD) Tinggi 2 (Mean – 1SD) > Skor < (Mean + 1SD) Sedang 3 Skor < (Mean – 1SD) Rendah

(Azwar, 2013:148) Keterangan:

Skor Maksimal : Skor maksimal berdasarkan bobot tertinggi Skor Minimal : Skor minimal berdasarkan bobot terendah Luas Rentang Jarak : Skor maksimal – skor minimal

Standar Deviasi (σ) : Luas jarak dibagi 6

Mean Teoritis (µ) : Rata-rata skor maksimal dan minimal

(62)

Tabel 5. Kategorisasi Motivasi Belajar Siswa

No Interval Skor Kategorisasi

1 ≥ 93,5 Tinggi

2 ≥ 76,5 - ≤ 93,5 Sedang

3 ≤ 76,5 Rendah

J. Kriteria Keberhasilan

Metode Quantum Learning dilakukan untuk meningkatan motivasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Berbah Sleman. Metode Quantum Learning yang dilakukan dalam kelas diharapkan dapat memberikan pengetahuan, pemahaman bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar. Untuk menentukan keberhasilan metode Quantum Learning dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, maka pelaksanan menentukan beberapa kriteria keberhasilan yaitu antara lain sebagai berikut :

1. Adanya peningkatan rerata skor skala motivasi belajar yang diperoleh siswa dibandingkan antara sebelum pelaksanaan metode Quantum

Learning, pada saat siklus pertama, dan setelah siklus kedua sesudah

(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Berbah pimpinan Siti Chalimah, S.Pd. M.Pd sebagai kepala sekolah. SMP Negeri 1 Berbah beralamat di jalan Tangjungtirto, Kalitirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. SMP Negeri 1 Berbah memiliki visi sekolah yaitu: Berakhlak Mulia, Berprestasi, Kompetitif, Berbudaya, Cinta Bangsa dan Negara.

Jumlah guru ada 27 guru. Guru-guru di SMP N 1 Berbah memiliki tingkat disiplin dan loyalitas yang tinggi kepada sekolah. Hampir tidak pernah ada guru yang datang terlambat yakni melebihi puku 07.00. Guru – guru di SMP N 1 Berbah 99% sudah sarjana atau bergelar S1. SMP N 1 Berbah memiliki ruang kelas VII, VIII, dan IX masing-masing terdiri dari empat kelas

(64)

B. Deskripsi Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Meil 2016. Rincian kegiatan yang dilakukan pada saat penelitan adalah sebagai berikut:

a. Pemberian pre-test : 18 April 2016

b. Pelaksanaan Siklus I : 23 dan 25 April 2016 c. Pelaksanaan Siklus II : 2 Mei 2016

C. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIC terdapat 29 siswa yang memenuhi kriteria sebagai kelas yang mempunyai motivasi belajar rendah. Didapat dari Prapenelitian yang peneliti lakukan pada siswa kelas VII di SMPN I Berbah pada tanggal 15 sampai dengan 24 februari 2016, hasil angket Daftar Cek Masalah (DCM) pada bidang belajar kelas VIIC tersebut menunjukkan presentase paling tinggi 55,27% dengan kategori E sangat bermasalah.

D. Deskripsi Data Pre-test Penelitian

(65)

Tabel 6. Hasil pre-test (sebelum tindakan)

(66)

E. Deskripsi Pelaksanaan dan Hasil Tindakan 1. Siklus I

c. Tahap Perencanaan

Pelaksana utama tindakan adalah pelaksana sendiri dengan berkolaborasi dengan Guru BK sebagai pelaku kedua sekaligus menjadi observer. Pelaku utama bertugas menjalankan tindakan sedangkan pelaku kedua membantu sekaligus mengontrol jalannya tindakan (observer). Hal ini sesuai dengan penjelasan Kasihani Kasbolah E. S (1998 : 73) bahwa orang lain dapat juga melaksanakan penelitian tindakan sebagai ketua penelitian dengan berkolaborasi dengan guru yang bersangkutan dengan penelitian.

Perencanaan pelaksanaan metode Quantum Learning dilakukan dengan pembuatan rencana pemberian layanan (RPL). Pelaksana membuat RPL sendiri dengan mengkonsultasikan tema kepada Guru BK di SMP Negeri 1 Berbah. Pelaksana dan Guru BK memilih tema kiat meningkatkan motivasi belajar.

(67)

kuosioner gaya belajar yang akan di isi oleh siswa sehingga dapat ditemukan langsung hasil dari kuosioner tersebut dan pelaksana melakukan metode Quantum Learning menggunakan kekuatan AMBAK.

d. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan siklus I dilaksanakan melalui 2 tindakan. Tindakan pertama dilaksanakan pada Hari Sabtu, 23 April 2016. Tindakan pertama yang dilakukan oleh pelaku utama yaitu Guru BK. Guru BK bertugas membagikan lembar kerja untuk mengidentifikasi gaya belajar yang dimiliki setiap siswa. siswa akan mengetahui gaya belajar yang dimilikinya apakah termasuk gaya belajar visual melalui apa yang mereka lihat, gaya belajar auditorial melalui apa yang mereka dengar serta gaya kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan.

(68)

angka 1 sampai dengan seterusnya, namun dengan aturan jika peserta harus mengucapkan angka kelipatan 2, maka dia tidak boleh mengucapkan angka tersebut, namun diganti dengan meneriakkan “BOOM” dengan suara lantang dan jika peserta harus mengucapkan angka kelipatan 3, maka siswa tidak boleh mengucapkan angka tersebut, namun diganti dengan meneriakkan “BUZZ” dengan suara lantang. Siswa dapat mengikuti dengan baik, meskipun banyak dari siswa yang masih salah mengucapkan “boom,buzz”. Terlihat siswa sangat bersemangat setelah sebelumnya siswa merasa lelas karena diketahui bahwa jam yang digunakan pada saat jam terakhir. Pelaksana juga menyampaikan pemahaman secara singkat kegiatan yang akan dilakukan.

(69)
(70)

Manfaat Bagi Aku?. Sesuai dengan tema RPL yang ditentukan yaitu kiat meningkatkan motivasi belajar. Pada langkah ini yang dilakukan pelaksana adalah siswa akan diberi penjelasan tentang tanggung jawab serta manfaat apa saja setelah mempelajari suatu materi. Pada saat layanan berlangsung siswa terlibat aktif terlihat ketika pelaksana memberikan feedback kepada siswa dengan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan materi, siswa menjawab dengan baik.

Setelah selesai menyampaikan materi motivasi belajar, pelaksana kemudian mendiskusikan materi dengan kekuatan AMBAK: Apa

Manfaatnya Bagi Aku? dengan menggunakan tanya jawab. Hal yang

(71)
(72)
(73)

disesuaikan dengan keadaan siswa VIIC yang mempunyai motivasi belajar yang masih rendah.

Pada saat tindakan kedua pada siklus I yaitu penyampaian materi motivasi belajar, observer menilai pelaksana kurang dapat menguasai kelas. Hal ini dilihat dari banyaknya siswa yang tidak memperhatikan penjelasan pelaksana. Observer juga menilai materi yang diberikan kurang menjelaskan bagaimana motivasi belajar dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya observer menilai pemberian post-test pada 3-5 menit terakhir sebelum bell pulang yang membuat siswa tidak fokus untuk mengerjakan post-test tersebut.

f. Refleksi

Setelah berdiskusi dengan observer, didapatkan beberapa kekurangan mulai dari persiapan hingga pengambilan post-tes siklus I. Kekurangan-kekurangan tersebut antara lain :

1) Ada beberapa siswa yang gaduh ataupun kurang memperhatikan saat bimbingan klasikal menggunakan metode

Quantum Learning berlansung.

2) Beberapa siswa sudah merasa lelah karena mata pelajaran BK tersebut ada pada jam terakhir.

Hasil refleksi yang diperoleh dari pelaksanaan metode Quantum

Learning oleh siswa VIIC dengan langkah kekuatan AMBAK: Apa

(74)

belajar kurang mengalami peningkatan. Pelaksana merencanakan perubahan langkah-langkah dalam melaksanakan metode Quantum

Learning untuk pelaksanaan siklus II.

2. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan dilakukan dengan mendiskusikan perubahan pada langkah-langkah metode Quantum Learning. Pada siklus I langkah yang digunakan ialah dengan kekuatan AMBAK:

Apa Manfaat Bagi Aku? untuk dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa dengan Guru BK. Hasil dari diskusi perencanaan pada siklus siklus II dengan menggunakan langkah-langkah metode

Quantum Learning yaitu dengan cara membiasakan siswa untuk

mencatat. Penambahan langkah-langkah ini diharapkan siswa lebih dapat meningkatkan motivasi belajarnya

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan siklus II dilakukan pada tanggal 2 Mei 2016 dengan melakukan pemberian materi motivasi belajar menggunakan metode Quantum Learning dengan menambahkan langkah-langkah yaitu membiasakan siswa untuk mencatat.

(75)

menyampaikan pemahaman mengenai kiat meningkatkan motivasi belajar. Pelaksana menjelaskan materi yang telah dipersiapkan. Siswa diminta untuk memperhatikan motivasi belajar yang ada didalam dirinya.

Perubahan hanya terjadi adalah langkah-langkah Quantum

Learning pada siklus I langkah yang digunakan ialah dengan

kekuatan AMBAK: Apa Manfaat Bagi Aku? untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan pada siklus II menambahkan langkah-langkah Quantum Learning dengan cara membiasakan siswa untuk mencatat. Mencatat yang digunakan siswa ialah menggunakan mind-maping (kerangka pikiraan). Pelaksana mempunyai cara untuk memicu siswa bersemangat mencatat yaitu pelaksana memberikan hadiah di akhir layanan jika cacatan yang dibuat siswa bagus. Saat materi diberikan siswa mencatat garis besar materi yang dijelaskan. Terlihat kondisi siswa lebih antusias dalam mengikuti layanan karena pada saat mencatat siswa bebas berkreasi pada catatannya tidak hanya berupa tulisan, siswa dapat berkreasi dengan gambar yang tentunya dapat membuat siswa mengerti terhadap apa yang dicatat.

(76)
(77)
(78)

Observer mengamati tindakan siklus II yaitu membiasakan siswa untuk mencatat. Tindakan ini dianggap tindakan yang efektif, karena siswa tidak hanya mendengarkan apa yang pelaksana berikan namun siswa terlibat aktif dalam menerima materi yang disampaikan. Observer menilai pelaksana lebih dapat menguasai kelas yang memiliki motivasi rendah mempersiapkan siswa sebelum layanan berlansung hingga menarik kesimpulan.

Pertama, pelaksana meminta siswa untuk mempersiapkan diri

untuk menerima layanan. Selanjutnya, pelaksana mempunyai cara untuk memicu siswa bersemangat mencatat yaitu pelaksana memberikan hadiah di akhir layanan jika cacatan yang dibuat siswa bagus merapikan lingkungan belajar hingga dirasa nyaman untuk siswa itu sendiri. Observer menilai tindakan pelaksana sudah tepat untuk memberikan siswa motivasi diawal sebelum proses layanan berlangsung.

Observer mengamati kegiatan siswa pada saat pemberian materi motivasi belajar dengan menggunakan metode Quantum

learning dalam kelas. Dalam pemberian materi motivasi belajar

siswa terlihat memperhatikan dengan baik dan siswa berkonsentrasi dengan mencatat materi yang dijelaskan oleh pelaksana.

(79)

siswa untuk mencatat materi yang dijelaskan membuat siswa aktif dan mudah menngingat materi. Observer juga melihat tidak ada kendala yang berarti yang dialami siswa pada tindakan kedua siklus kedua ini.

d. Tahap Refleksi

Refleksi siklus II didapatkan dari diskusi yang dilakukan dengan observer. Hasil yang diperoleh dari diskusi dengan observer adalah adanya beberapa kekurangan yang terdapat pada pelaksanaan siklus II. Kekurangan-kekurangan tersebut antara lain : 1) Pelaksana tidak melampirkan RPL untuk siklus II sehingga

langkah-langkah yang dilakukan pelaksana kurang direncanakan.

2) Ada beberapa siswa yang masih kurang bersemangat untuk mengikuti layanan dengan metode Quantum learning

Selain adanya beberapa kekurangan yang terdapat pada pelaksanaan siklus II. Pada siklus II memiliki kelebihan. Kelebihan tersebut antara lain:

(80)

2) Siswa sudah mulai menyadari manfaat materi yang diberikan bermanfaat bagi dirinya sehingga siswa bersung-sungguh dalam menerima materi yang dijelaskan

Dari refleksi yang dilakukan dengan obverser dan didapatkan hasil rerata post-test II meningkat yang dimana pada post-tes I rerata skor yang didapat 85,37 yaitu tergolong kategori sedang menjadi 99,24 dengan kategori tinggi maka didapatkan keputusan bahwa pelaksanaan metode Quantum Learning oleh siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dalam kelas VIIC sudah meningkatkan motivasi belajar sehingga tidak perlu diadakan siklus III.

F. Uji Hepotesis

Penelitian ini mendapatkan hasil peningkatan skor dalam skala motivasi belajar. Peningkatan skala motivasi belajar dari pre-test yang mendapatkan rerata dari 74,06 menjadi 85,37 pada post-test I dan meningkat lagi menjadi 99,24 pada post-test II Hasil penelitian ini membuktikan hipotesis dalam penelitian ini yaitu terjadi peningkatan motivasi belajar siswa melalui metode Quantum Learning pada siswa kelas VIIC di SMP Negeri 1 Berbah.

G. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan metode Quantum Learning. Metode Quantum

Learning yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Kemampuan motivasi belajar

(81)

(2011:23) yaitu faktor internal ialah adanya hasrat untuk berhasil, dorongan kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan, sedangkan faktor eksternal ialah adanya penghargaan dalam belajar, kegiatan menarik dalam belajar, dan lingkungan belajar yang kondusif.

Peningkatan motivasi belajar siswa meningkat secara keseluruhan apabila dilihat dari hasil pre-test, post-test I dan post-test II yang dibagikan pada siswa VIIC di awal pelaksanaan, setelah siklus I dan setelah siklus II dilaksanakan. Peningkatan skala dari pre-test yang mendapatkan rerata 74,06 menjadi 85,37 pada post-test I dan meningkat lagi menjadi 99,24 pada post-test II.

Peningkatan faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa yaitu adanya hasrat untuk berhasil adanya dorongan kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan terlihat dari intensitas siswa tersebut bersungguh-sungguh dalam mengikuti layanan dengan menggunakan metode Quantum Learning. Siswa terlihat aktif bertanya dan siswa mulai membiasakan dirinya untuk mencatat materi yang diberikan, sebagai aktivitas kreasi ketika sang siswa tidak hanya bisa menerima, melainkan bisa mengungkapkan kembali apa yang didapatkan menggunakan bahasanya sendiri.

Peningkatan faktor eksternal yang berasal dari luar diri yaitu adanya penghargaan dalam belajar, kegiatan menarik dalam belajar. Kegiatan ice

breaking di tengah layanan mampu membangkitkan semngat siswa yang

(82)

memberikan Applause (tepuk tangan) sebagai penghargaan ketika siswa dapat memberikan jawabannya.

Pembahasan hasil penelitian yang dilakukan ini membuktikan bahwa metode Quantum Learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam faktor-faktor yang dimiliki motivasi belajar. Peningkatan motivasi belajar yang terjadi dapat dilihat dari analisis skala motivasi belajar secara menyeluruh dan juga dari observasi yang dilakukan observer pada saat pelaksanaan metode Quantum learning dalam kelas.

H. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Berbah dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa keterbatasan di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Jumlah observer yang hanya 1 orang, sehingga kesulitan dalam mengamati perilaku siswa dalam melakukan metode Quantum learning. 2. Waktu yang digunakan saat melakukan metode Quantum Learning pada saat jam mata pelajaran terakhir yaitu ke jam ke-7 sehingga terlihat beberapa siswa tidak bersemangat karena kelelahan.

Gambar

Tabel 3. Kisi-Kisi Skala Motivasi Belajar
Tabel 4. Rumusan Kategori skor
Tabel 5. Kategorisasi Motivasi Belajar Siswa
Gambar 2. PG
+3

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria karena atas anugerah dan kasih-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan

Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah seluruh ibu hamil risiko tinggi sebanyak 17 orang yang berada di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Persiapan ini

Dari serangkaian proses penelitian yang penulis lakukan, hasil yang diperoleh antara lain : 1. faktor-faktor yang menyebabkan dilarangnya pernikahan anak adalah : a)

Setelah dilakukan uji hipotesis dilakukan terlihat bahwa hipotesis diterima, artinya Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dapat Meningkatkan Hasil

Depresi merupakan keadaan emosional yang berhubungan dengan suatu penderitaan yang umumnya terjadi pada lansia, semakin tua manusia akan mengalami berbagai

Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalahnya adalah : (1) Bagaimana saluran, margin pemasaran, efisiensi pemasaran bokar dan bagian harga yang diterima petani karet di

Tirta Sukses Perkasa memiliki beberapa mesin dalam proses pembuatan air minum seperti mesin deepwell dan pump (pompa) , injeksi ozon, sand filter, carbon filter,

Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah