ANTARA AKU, SESAMA, DAN SANG KHALIK:
SPIRITUAL
WELL BEING
ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA)
DEWASA MUDA YANG MENJADI PENDAMPING SESAMA
OLEH
VIOLA AMELIA SIHOMBING
802010024
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari
Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
i Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan spiritual well being ODHA dewasa muda yang memutuskan menjadi pendamping sesama ODHA setelah mengetahui dirinya positif HIV, mencakup empat domain yaitu hubungan dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan/alam, dan pihak transenden. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan partisipan penelitian berjumlah tiga orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perkembangan spiritual well being pada ketiga partisipan terkait dengan pemaknaan akan HIV. Sebelum terinfeksi HIV, spiritual well being partisipan cenderung berpusat pada diri sendiri. Vonis HIV memperburuk spiritual well being partisipan di masa awal ketika mengetahui bahwa dirinya positif terinfeksi. Informasi yang benar, dukungan sosial dari keluarga, kelompok dukungan sebaya, dan pemaknaan bahwa HIV bukan hukuman dari Tuhan melainkan bagian dari kehendak Tuhan membantu partisipan menerima status HIV. Setelah menerima status HIV dan terlibat sebagai pendamping sesama ODHA, partisipan menunjukkan spiritual well being yang tinggi dan cenderung berpusat pada relasi dengan sesama dan Tuhan. Penelitian ini juga menemukan bahwa spiritual well being berkaitan dengan kesiapan menghadapi kematian pada partisipan.
ii Abstract
The purpose of this research is to describe spiritual well being of early adults with HIV who decided to be peer facilitator for other HIV-infected, shown by the extent to which they live in harmony within relationship in four domains: personal, communal, environmental, and transcendental. This qualitative research involved three participants. This research find that spiritual well being of participants have been developed in search of the meaning and purpose of life, the sacred/God, social support, and the enjoyment of life despite the presence of HIV. Before having HIV, participants show their personalist spiritual well being. Dealing with HIV in the beginning led participant to have less spiritual well being. Accurate information of HIV, social support from family, healing in group support, and HIV-perceived as God’s will and not punishment help participants to cope with HIV. After becoming as peer facilitator for HIV-infected, participants show higher spiritual well being, conform to be characterized as communalist and religionist. This research also shows that spiritual well being leads to positive attitude towards death.