• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan kemampuan menulis teks drama menggunakan media video klip pada siswa kelas XI IPA2 SMA N 1 Prambanan Klaten tahun ajaran 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan kemampuan menulis teks drama menggunakan media video klip pada siswa kelas XI IPA2 SMA N 1 Prambanan Klaten tahun ajaran 2015/2016."

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Wijaya, Petrus Danang Mustika. 2017. Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Drama Menggunakan Media Video Klip pada Siswa Kelas XI IPA2 SMA N 1 Prambanan Klaten Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang mengkaji peningkatan kemampuan menulis teks drama siswa kelas XI IPA2 semester 2 SMA Negeri 1 Prambanan Klaten. Tujuannya adalah mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis teks drama siswa. Subjek penelitian ini adalah 32 orang siswa.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus meliputi empat langkah utama, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Instrumen yang digunakan adalah tes dan nontes. Instrumen tes untuk mendapatkan skor kemampuan menulis teks drama. Instrumen nontes yang digunakan peneliti adalah wawancara, kuesioner, dan panduan observasi untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa dalam menulis teks drama.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penggunaan media video klip dapat meningkatkan kemampuan menulis teks drama siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Prambanan Klaten tahun ajaran 2015/2016. (2) berdasarkan nilai tes dan observasi, kemampuan menulis teks drama meningkat dari siklus I sampai siklus II. Kemudian dari kondisi awal ke siklus I terjadi peningkatan sebesar 53% atau dari 25% menjadi 78%. Pada siklus I ke siklus II sebesar 12% atau dari 78% menjadi 90%.

(2)

ABSTRACT

Wijaya, Petrus Danang Mustika. 2017. The Improvement of Drama Texts Writing Ability Using Video Clip on Student Class XI IPA2 SMA N 1 Prambanan Klaten Academic Years of 2015/2016. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Education Study Program, Theachers’ Training Faculty, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research was a class action research that examined the improvement of drama texts writing ability of students class XI IPA2 SMA N 1 Prambanan Klaten. It was aimed to discribe the improvement of students’ ability to write drama texts. There were 32 students as the research subject.

This class action research was conducted in two cycles. Each cycle consisted of our four main steps. The steps were planning, action, observation, and reflection. The research instrument usedwere test and non-test instrument. Tests were used to get scores on the ability to write drama texts. Non-test instrument used by the researcher were interviews, questionnaires, and observation guidelines. Those non-test instruments were used to get data on the students’ ability in writing drama texts.

The results of this research showed, the first is use of video clip could improve the ability of the students class XI IPA2 SMA N 1 Prambanan Klaten academic years of 2015/2016 in writing drama texts. The second is based on the test value and observation, there was an improvement on the ability to write drama texts from cycle I to cycle II. Then, from the initial condition to cycle I, there was an improvement of 53%, or it was from 25% to 78%. From cycle I to cycle II, there was an improvement of 12%, or it was from 78% to 90%.

The analysis results above showed that the action hypothesis in this research was in accordance with the expectation that the use of video clip could improve the ability to write drama texts. The results of this research could be useful for schools, theachers, and students particularly in the lessons related with the use of video clip to improve the ability to write drama texts.

(3)

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS DRAMA MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO KLIP

PADA SISWA KELAS XI IPA2 SMA N 1 PRAMBANAN KLATEN TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Petrus Danang Mustika Wijaya NIM. 111224051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

MOTO

Aku benci setiap menit latihan, tetapi aku bilang, jangan menyerah!

Menderitalah sekarang dan nikmati sisa hidupmu sebagai seorang

juara

(Muhammad Ali)

Tidak masalah berapa kali Anda terjatuh, terpenting seberapa cepat

Anda bangkit

(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasihNya

Kedua orang tuaku Vincentius Parman dan Anastasia Sri Endang Setyowati “ku persembahkan skripsi ini sebagai tanda terima kasih dan cintaku untuk kedua

(8)
(9)
(10)

viii

ABSTRAK

Wijaya, Petrus Danang Mustika. 2017. Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Drama Menggunakan Media Video Klip pada Siswa Kelas XI IPA2 SMA N 1 Prambanan Klaten Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang mengkaji peningkatan kemampuan menulis teks drama siswa kelas XI IPA2 semester 2 SMA Negeri 1 Prambanan Klaten. Tujuannya adalah mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis teks drama siswa. Subjek penelitian ini adalah 32 orang siswa.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus meliputi empat langkah utama, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Instrumen yang digunakan adalah tes dan nontes. Instrumen tes untuk mendapatkan skor kemampuan menulis teks drama. Instrumen nontes yang digunakan peneliti adalah wawancara, kuesioner, dan panduan observasi untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa dalam menulis teks drama.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penggunaan media video klip dapat meningkatkan kemampuan menulis teks drama siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Prambanan Klaten tahun ajaran 2015/2016. (2) berdasarkan nilai tes dan observasi, kemampuan menulis teks drama meningkat dari siklus I sampai siklus II. Kemudian dari kondisi awal ke siklus I terjadi peningkatan sebesar 53% atau dari 25% menjadi 78%. Pada siklus I ke siklus II sebesar 12% atau dari 78% menjadi 90%.

Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa hipotesis tindakan pada penelitian ini sesuai dengan harapan bahwa penggunaan media video klip dapat meningkatkan kemampuan menulis teks drama. Hasil penelitian ini dapat memberikann manfaat bagi sekolah, guru bidang studi, dan siswa khususnya yang berkaitan dengan penggunaan peningkatan kemampuan menulis teks drama.

(11)

ix

ABSTRACT

Wijaya, Petrus Danang Mustika. 2017. The Improvement of Drama Texts Writing Ability Using Video Clip on Student Class XI IPA2 SMA N 1 Prambanan Klaten Academic Years of 2015/2016. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Education Study Program, Theachers’ Training Faculty, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research was a class action research that examined the improvement of drama texts writing ability of students class XI IPA2 SMA N 1 Prambanan Klaten. It was aimed to discribe the improvement of students’ ability to write drama texts. There were 32 students as the research subject.

This class action research was conducted in two cycles. Each cycle consisted of our four main steps. The steps were planning, action, observation, and reflection. The research instrument usedwere test and non-test instrument. Tests were used to get scores on the ability to write drama texts. Non-test instrument used by the researcher were interviews, questionnaires, and observation guidelines. Those non-test instruments were used to get data on the students’ ability in writing drama texts.

The results of this research showed, the first is use of video clip could improve the ability of the students class XI IPA2 SMA N 1 Prambanan Klaten academic years of 2015/2016 in writing drama texts. The second is based on the test value and observation, there was an improvement on the ability to write drama texts from cycle I to cycle II. Then, from the initial condition to cycle I, there was an improvement of 53%, or it was from 25% to 78%. From cycle I to cycle II, there was an improvement of 12%, or it was from 78% to 90%.

The analysis results above showed that the action hypothesis in this research was in accordance with the expectation that the use of video clip could improve the ability to write drama texts. The results of this research could be useful for schools, theachers, and students particularly in the lessons related with the use of video clip to improve the ability to write drama texts.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Drama menggunakan Media Video Klip pada Siswa Kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Prambanan Klaten Tahun ajaran

215/2016. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Prodi Bahasa Sastra Indonesia, pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan lancar.Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang selama ini memberikan bantuan, bimbingan, nasihat, motivasi, dorongan, dukungan doa, dan kerjasama yang tidak ternilai harganya dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. selaku Kaprodi PBSI yang telah memberikan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku dosen pembimbing yang telah mengorbankan waktu, pikiran, tenaga, kesabaran, dan motivasi selama membimbing penulis.

4. Seluruh dosen PBSI yang telah memberikan banyak ilmu penegtahuan dan wawasan kepada penulis selam abelajar di Prodi PBSI, sehingga penulis memiliki bekal menjadi pengajar yang cerdas, humanis, dan professional. 5. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan buku-buku

(13)
(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN

... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR DIAGRAM... xviii

DAFTAR GRAFIK... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Batasan Istilah ... 5

F. Sistematika Penyajian... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

(15)
(16)

xiv

d. Refleksi... 44

2. Siklus II... a. Perencanaan... 45

b. Tindakan... 45

c. Observasi... 45

d. Refleksi... 46

F. Instrumen Penelitian ... 47

1. Tes... 47

2. Nontes... 52

G. Teknik Analisis Data... 56

H. Indikator Keberhasilan... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 59

A.Pelaksanaan Penelitian dan Hasil Penelitian... 59

1. Pelaksanaan Penelitian... 59

a. Kondisi Awal... 59

b. Siklus I... 60

c. Siklus II... 67

B.Analisis Data... 73

1. Analisis Data Kemampuan Menulis Teks Drama... 73

a. Hasil Presentase Kemampuan Menulis Teks Drama Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II... ... 74

b. Hasil Rata-Rata Kemampuan Menulis Teks Drama Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II... 75

(17)

xv

C. Pembahasan... 79

1. Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Pembelajaran Menulis Teks Drama pada Setiap Aspek... 79

a. Pengembangan Alur... 80

b. Kejelasan Tokoh dan Watak... 82

c. Pengembangan Dialog... 84

d. Kesesuaian Latar... 86

e. Kesesuaian Tema dengan Isi... 88

f. Penggunaan Petunjuk Teknis... 91

g. Kaidah Penulisan Naskah Drama... 93

2. Perbedaan Hasil Analisis Data Kemampuan Menulis Teks Drama pada Setiap Siklus... 95

a. Siklus I... 95

b. Siklus II... 97

BAB V PENUTUP... 101

A.Kesimpulan ... 101

B.Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Nilai Prasiklus Menulis Teks Drama Kelas XI IPA2 Semester Genap SMA N 1 Prambanan Klaten... 46 Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Teks Drama... ... 48 Tabel 3.3 Rubrik Penilaian Tes Keterampilan Menulis Teks Drama... 49 Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Guru Bahasa Indonesia SMA N 1

Prambanan Klaten... 52 Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Siswa SMA N 1 Prambanan Klaten.. 53 Tabel 3.6 Instrumen Observasi Kegiatan Pembelajaran Menulis Teks Drama... 54 Tabel 3.7 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa dan Situasi di Kelas XI IPA2

SMA N 1 Prambanan Klaten... 55 Tabel 3.8 Konvensi Nilai Kemampuan Menulis Teks Drama... 57 Tabel 3.9 Indikator Keberhasilan Menulis Teks Drama Siswa Kelas XI IPA2

SMA N 1 Prambanan Klaten... 58 Tabel 4.1 Nilai Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II Menulis Teks Drama pada

Siswa Kelas XI IPA2 SMA N 1 Prambanan Klaten Tahun Ajaran

2015/2016... 73 Tabel 4.2 Peningkatan Rata-rata Tes Menulis Teks Drama pada Siswa Kelas

XI IPA2 SMA N 1 Prambanan Klaten Tahun Ajaran 2015/2016... 75 Tabel 4.3 Peningkatan Ketuntasan Tes Menulis Teks Drama pada Siswa Kelas XI IPA2 SMA N 1 Prambanan Klaten Tahun Ajaran 2015/2016... 76 Tabel 4.4 Rata-rata Skor Menulis Teks Drama pada Siklus I dan Siklus II dalam

(19)

xvii

Tabel 4.7 Perbedaan Hasil Analisis Data Kemampuan Menulis Teks Drama pada Kondisi Awal dan Siklus I... 97 Tabel 4.8 Perbedaan Hasil Analisis Data Kemampuan Menulis Teks Drama pada

(20)

xviii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Data Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Siswa pada Kondisi

Awal... 60 Diagram 4.2 Data Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Siswa pada Siklus I

(21)

xix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Peningkatan Kemampuan Menulis Tek Drama pada Siswa Kelas

XI IPA2 SMA N 1 Prambanan Klaten Tahun Ajaran 2015/2016... 75 Grafik 4.2 Rata-rata Skor Per Aspek Penilaian pada Siklus I dan Siklus II... 78 Grafik 4.3 Data Aspek Pengembangan Alur Drama pada Pretes, Siklus I dan Siklus II... 81 Grafik 4.4 Data Aspek Kejelasan Tokoh dan Watak pada Pretes, Siklus I dan Siklus II... 83 Grafik 4.5 Data Aspek Pengembangan Dialog pada Pretes, Siklus I dan Siklus

II... 85 Grafik 4.6 Data Aspek Kesesuaian Latar pada Pretes, Siklus I dan Siklus II... 87 Grafik 4.7 Data Aspek kesesuaian Tema dengan Isi pada Pretes, Siklus I dan

(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang ada di sekolah. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi aspek-aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dari keempat aspek tersebut, menulis adalah aspek yang paling sulit, karena menulis tidak hanya menyalin kata-kata atau kalimat, melainkan menuangkan ide-ide dan gagasan.

Nurgiantoro (2001:29) mengungkapkan bahwa, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal itu disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur diluar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menjadikan karangan yang runtut dan padu.

Dalam mempelajari Bahasa Indonesia dengan materi menulis teks drama beberapa siswa kelas XI IPA2 SMA N Prambanan Klaten masih merasa kesulitan dalam menulis teks drama, itu terlihat dari hasil pretes yang sudah dilakukan. Dari 32 siswa yang mengikuti pretes hanya 25% yang mencapai KKM, sedangkan 75% siswa masih belum mencapai KKM (75).

(23)

Hasil wawancara peneliti pada Rabu 27 Januari 2016, dengan Ibu Sri Widayati selaku guru Bahasa Indonesia SMA N 1 Prambanan Klaten, mengatakan bahwa penyebab nilai menulis teks drama rendah karena beberapa faktor, antara lain: siswa dan media. Faktor siswa, yaitu terbatasnya kemampuan menulis dan mengembangkan ide dalam isi drama, sedangkan faktor media, guru hanya menggunakan media papan tulis dan buku. Selain itu, guru menyampaikan materi hanya dengan cara ceramah di depan kelas sehingga siswa mudah bosan dan kurang dapat menerima materi dengan baik.

Dalam suatu proses belajar mengajar, ada dua unsur yang sangat penting yaitu metode mengajar dan media pengajaran. Agar perhatian siswa benar-benar terpusat kepada guru saat mengajar, guru harus menggunakan metode mengajar dan menggunakan media yang tepat. Penggunaan media bisa menjadi solusi agar perhatian siswa terpusat pada pembelajaran. Pemilihan media yang akan digunakan harus tepat, sesuai dengan kebutuhan, antara lain: tujuan pengajaran, materi pembelajaran, respon yang diharapkan siswa setelah pembelajaran berlangsung, dan lain-lain. Dengan pemanfaatan media yang sesuai, pembelajaran akan sesuai dengan yang diharapkan karena manfaat dari media ialah pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa, bahan pengajaran akan lebih bervariasi, bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya.

(24)

yang “visible” artinya dapat dilihat. Alat-alat audiovisual gunanya untuk membuat

cara berkomunikasi lebih efektif.

Media video klip merupakan salah satu media yang baik untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Media video klip ini termasuk ke dalam teknologi audiovisual. Teknologi audiovisual adalah cara menghasilkan atau menyampaikan

materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pengajaran melalui audiovisual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar. Sehingga dapat disimpulkan, pengajaran melalui audiovisual dalam hal ini adalah video klip yang berdurasi singkat merupakan produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang serupa.

Melihat kenyataan tersebut, penulis tergerak melakukan penelitian mengenai pembelajaran menulis teks drama di kelas XI IPA2 dengan menggunakan media video klip. Penggunaan media tersebut diharapkan dapat mengatasi kendala dalam menulis tek drama bagi siswa kelas XI IPA2 SMA N 1 Prambanan Klaten. Oleh karena itu, penulis merumuskan judul penelitian

“Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Drama Menggunakan Media Video Klip

(25)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan penelitian ini adalah apakah penggunaan media video klip dapat meningkatkan kemampuan menulis teks drama siswa kelas XI IPA2 SMA N 1 Prambanan Klaten tahun ajaran 2015/2016?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah mendeskripsikan peningkatkan kemampuan menulis teks drama dengan menggunakan media video klip pada siswa kelas XI IPA2 SMA N 1 Prambanan Klaten tahun ajaran 2015/2016.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Drama Menggunakan Media Video Klip Pada Siswa Kelas XI IPA2 SMA N 1 Prambanan Klaten Tahun Ajaran 2015/2016” diharapkan dapat bermanfaat bagi tiga pihak, yaitu:

1. Bagi Guru Bahasa Indonesia

(26)

2. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan berguna bagi siswa, siswa menjadi lebih termotivasi dan aktif dalam menulis teks drama dengan menggunakan media video klip.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan informasi mengenai penggunaan media video klip untuk melatih keterampilan menulis teks drama.

E. Batasan Istilah

Batasan istilah perlu dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan pemahaman dalam penafsiran. Ada pun istilah-istilah yang perlu dibatasi adalah sebagai berikut ini:

1. Menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif (Tarigan, 2008:3).

2. Teks Drama

(27)

panggung, pendeknya pemain berkewajiban mewujudkan secara hidup pikiran pengarang (Simorangkir-Simanjutak, 1958:11).

3. Media

Media adalah suatu alat komunikasi dan sumber informasi, Smaldino, dkk, (dalam Anitah 2010)

4. Media pembelajaran

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari sumber terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif (Munadi 2013:5)

5. Video Klip

Kumpulan guntingan gambar hidup (iklan, musik, dsb) untuk ditayangkan lewat pesawat televisi atau layar bioskop; rekaman pendek adegan video biasa yang diambil dari rekaman video atau film yang lebih panjang (KBBI).

F. Sistematika Penyajian

(28)
(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

Terdapat penelitian terdahulu yang membahas tentang penggunaan media video klip, yaitu skripsi Rosari Rahmawati tahun 2011 yang berjudul Peningkatan Minat dan Kemampuan Menulis Cerpen dengan Menggunakan

Media Audiovisual yang Berupa Video Klip dan Teknik Mind Map Pada

Siswa Kelas X3 Semester II SMA N 1 Imogiri Bantul Tahun Ajaran

2010/2011. Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian tindakan

kelas. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendiskripsikan minat siswa kelas X3 semester II SMA Negeri 1 Imogiri Bantul Tahun Ajaran 2010/2011 dalam pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan media audiovisual berupa video klip dan teknik mind map dan mendeskripsikan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X3 semester II SMA Negeri 1 Imogiri Bantul tahun ajaran 2010/2011 dalam pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan audiovisual dan teknik mind map. Hasil dari penelitian ini menunjukan peningkatan pada siklus I 35% sedangkan pada siklus II 61%, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audiovisual dan teknik mind map dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen.

Penelitian yang lain, yaitu skripsi Khuswatun Khasanah tahun 2010 yang berjudul Keefektifan Penggunaan Teknik Reflektif Berbantuan Media Video Klip Dalam Pembelajaran Menulis Kreatif Puisi pada Siswa Kelas VIII SMP

(30)

Negeri 2 Mertoyudan, Magelang. Jenis penelitian yang digunakan merupakan

penelitian eksperimen semu. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran menulis puisi menggunakan teknik reflektif berbantuan media video klip. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, terdapat perbedaan kemampuan menulis kreatif puisi yang signifikan antara siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Mertoyudan, Magelang yang menggunakan dan yang tidak menggunakan teknik reflektif berbantuan media video klip. Hal tersebut dibuktikan dari hasil uji-t pada skor postes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dilakukan dengan bantuan program SPSS 16. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa diperoleh nilai p sebesar 0,000 (p<0,05) sehingga dinyatakan signifikan. Kedua, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa teknik reflektif berbantuan media video klip efektif digunakan dalam pembelajaran menulis kreatif puisi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Mertoyudan, Magelang. Hal tersebut terbukti dari hasil uji-t pada selisih skor pretes ke postes serta selisih ratarata hitung kemampuan menulis kreatif puisi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diperoleh nilai p lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05) sehingga signifikan. Selain itu, selisih pemerolehan rata-rata hitung pada kelompok eksperimen pada saat pretes dan postes lebih besar dibandingkan kelompok kontrol. Hasil selisih rata-rata hitung pada kelompok eksperimen adalah sebesar 3,97 sedangkan pada kelompok kontrol hanya sebesar 0,51.

(31)

siswa dalam menulis teks drama menggunakan media video klip. Untuk itu, kedua hasil peneliatian akan digunakan sebagai salah satu acuan penulis agar penulis mempunyai gambaran sebelum penelitian dilaksanakan.

B. Landasan Teori

1. Menulis

a. Pengertian Menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif (Tarigan, 2008:3). Ahmadi (1988:17) mengungkapkan bahwa, menulis bukan sekedar mengumbar huruf-huruf, tetapi lebih pada pesan yang dibawa oleh penulis yang disusun secara sistematis dan logis.

(32)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan komunikasi secara tidak langsung, menulis juga dapat dipergunakan untuk berkomunikasi tidak secara tatap muka dengan orang lain. Keterampilan menulis tidak datang begitu saja, melainkan perlu latihan yang rutin agar dalam mengungkapkan pikiran, ide atau gagasan kepada orang lain mudah dipahami.

b. Tujuan Menulis

Tujuan kegiatan menulis adalah menyampaikan ide dan menuangkan buah pikiran. Tujuan lain dari kegiatan menulis menurut Hugo Hartig (dalam Tarigan 1986:24) memaparkan bahwa tujuan menulis ada tujuh, ketujuh tujuan menulis tersebut sebagai berikut ini.

a. Assigment Purpose (tujuan penugasan)

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri. b. Altruistik Purpose (Tujuan Altruistik)

Penulis bertujuan menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para remaja, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.

c. Persuasive Purpose (tujuan persuasif)

(33)

d. Informasi Purpose (tujuan informasi)

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada para pembaca.

e. Self-Expressive Purpose (tujuan pernyataan diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan diri atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

f. Creative purpose (tujuan kreatif)

Tujuan ini erat hubungannya dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi

“keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan

dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai artistik, nilai-nilai kesenian.

g. Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)

Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca.

Syarif (2009:6) mengungkapkan bahwa, ada empat tujuan dalam menulis, keempat tujuan menulis tersebut dipaparkan sebagai berikut ini. a. Menginformasikan segala sesuatu baik itu fakta, data maupun peristiwa

agar khalayak pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman.

(34)

c. Mendidik adalah salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan, melalui membaca hasil tulisan wawasan pengetahuan seseorang akan terus bertambah;

d. Menghibur, fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi, dapat pula berperan dalam menghibur khalayak pembacanya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah menginformasikan segala sesuatu baik itu berupa fakta, bujukan, menghibur, maupun mendidik agar pembaca mendapatkan pengetahuan dan pemahaman baru. Dalam penelitian ini yang menjadi objeknya adalah kemampuan menulis teks drama. Tujuan pembelajaran menulis teks drama adalah siswa mampu menulis teks drama, tujuan yang utama adalah siswa mampu menulis teks drama bertujuan menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para remaja, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih menyenangkan dengan karyanya itu (Altruistik Purpose).

c. Ragam Tulisan

(35)

terperinci, batasan, laporan, dokumen, (2) Bentuk-bentuk subyektif, yang mencakup: otobiografi, surat-surat, penilaian pribadi, esai informal, potret/gambaran, satire.

Weaver dalam Tarigan (1986:27) juga membagi klasifikasi berdasarkan bentuknya. Berbagai bentuk tulisan menurut Weaver dijabarkan sebagai berikut: (1) Eksposisi, yang mencakup definisi dan analisis, (2) Deskripsi, yang mencakup deskripsi ekspositori dan deskripsi literer, (3) Narasi, yang mencakup urutan waktu, motif, konflik, titik pandangan, pusat minat, (4) Argumentasi, yang mencakup induksi dan deduksi. Chenfeld dalam Tarigan (1986:28) membuat klasifikasi tulisan, klasifikasi menurut Chenfeld ada dua, yaitu (1) tulisan kreatif yang memberi penekanan pada ekspresi diri secara pribadi, (2) Tulisan ekspositori, yang mencakup penulisan surat, penulisan laporan, timbangan buku/resensi buku, dan rencana penelitian.

(36)

d. Manfaat menulis

Keterampilan menulis diperlukan siapa saja, tidak hanya bagi penulis yang memang sudah menjadi profesinya, tetapi keterampilan menulis juga wajib dimiliki siapa pun. Di samping “keharusan” seperti itu, sebenarnya banyak manfaat menulis. Berikut ini beberapa manfaat menulis.

Pertama, pelepasan emosional. James Pennebaker dalam Masri (2005:38), membuktikan melalui serangkaian penelitian bahwa menuliskan perasaan-perasaan akan membawa pengaruh yang positif bagi kesehatan dan kekebalan tubuh. Sebab dengan menulis, emosi dan perasaan-perasaan mendapatkan penyaluran. Mengungkapkan perasaan dan pikiran secara tertulis, dapat membentuk perubahan-perubahan kimiawi dalam tubuh, dan ini akan menghasilkan kesehatan yang prima.

Kedua, memperkaya diri dengan berbagai hal/ilmu. Setiap penulis pasti kaya simbolis. Kaya ilmu, kaya pengalaman, kaya emosi, jadi kaya dalam pengertian yang luas. Ketiga, melatih berpikir cepat, logis dan sistematis. Tajam pikiran karena dilatih.berpikir logis, sistematis, dan cepat perlu latihan. Dengan berlatih, neuron-neuron akan menjadi biasa bekerja, dan menulis itu bisa cepat, jika otak sudah terlatih untuk berpikir cepat. Tidak hanya cepat, menulis juga melatih berpikir logis (masuk akal), sistematis, (berurutan), masuk akal, karena apa yang ditulis harus bisa dipertanggungjawabkan.

(37)

menulis, seseorang akan mendapatkan honor/royalti. Secara sosial, penulis

masuk dalam bilangan selebriti karena menjadi terkenal. Predikat “terkenal”

ini yang akan membawa efek domino. Seseorang penulis akan jadi semakin laris, banyak yang membeli karyanya.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan manfaat menulis adalah mengasah otak agar dapat berpikir cepat, kritis, logis dan sistematis. Memperkaya diri baik itu kaya pengalaman, kaya ilmu dan kaya akan emosi, dengan banyak melakukan kegiatan menulis akan memperluas wawasan.

2. Drama

a. Pengertian Drama

Drama berasal dari kata Yunani Draomai, yang berarti perbuatan. Sejak zaman Jepang kata tersebut sudah tidak dipergunakan lagi, diganti dengan kata sandiwara. Kata ini berasal dari bahasa Jawa: sandi yang berarti samar-samar dan warah atau wewarah, yang berarti pelajaran (Harymawan, 1988:1). Sedangkan Kosasih (2008:81) mengungkapkan bahwa, drama adalah bentuk karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan emosi melalui lakuan dan dialog. Lakuan dan dialog dalam drama tidak jauh berbeda dengan lakuan dan dialog yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

(38)

penggarapan. Drama perlu garapan yang matang. Drama adalah seni cerita dalam percakapan dan akting tokoh. Dikatakan serius, artinya drama butuh penggarapan tokoh yang mendalam dan penuh pertimbangan, yang digarap adalah akting agar memukau penonton. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa drama berarti gerak, keseluruhan gerak yang terjadi di atas pentas pada waktu pertunjukan berlangsung, gerak cerita, gerak dialog, gerak para pelaku, dan segala gerak yang terjadi dan dapat dilihat, didengar, dan dirasakan oleh penonton yang melukiskan kehidupan sehari-hari dengan menyampaikan pertikaian, emosi serta watak pelaku melalui tingkah laku atau dialog yang dipentaskan.

Melalui struktur, orang dapat memahami keindahan drama. Sumarjo (dalam Samin 1985:21) mengungkapkan bahwa, drama dapat dibagi kedalam babak-babak. Setiap babak masih dapat diperinci ke dalam struktur yang lebih kecil. Pembagian babak-babak itu tidak dilakukan pengarang dengan semena-mena, melainkan bersandar pada alasan yang kuat. Di bawah ini ada berbagai perlengkapan struktur baku sebuah drama

1. Babak

(39)

lampu dinyalakan kembali atau layer diangkat kembali biasanya ada perubahan penataan panggung yang menggambarkan setting yang berbeda. 2. Adegan

Adegan ialah bagian bagian dari babak yang batasnya ditentukan oleh perubahan peristiwa berhubung dengan datangnya atau perginya tokoh cerita ke atas pentas. Sebagai contoh, dalam suatu adegan tampak si A sedang berbicara dengan si B. Adegan ini selesai dan memasuki babak baru kalau si C datang bergabung atau sebaliknya.

3. Dialog

Dialog ialah bagian dari naskah drama yang berupa percakapan antara satu tokoh dengan tokoh lainnya. Kekuatan dialog, terletak pada percakapan pemain yang selalu tanggap.

4. Prolog

Prolog dapat merupakan salah satu sarana penyampai yang berdaya guna. Itulah sebabnya, pengetahuan yang memadai mengenai prolog perlu dimiliki oleh mereka yang berhasrat menghayati dan menikmati karya-karya sastra drama.

(40)

5. Epilog

Epilog adalah penutup drama. Hal ini memuat kilas balik dan sekadar menyimpulkan isi drama. Biar pun hal ini sering kurang diinginkan penonton, drama yang lengkap tentu ada epilog. Epilog akan memberikan simpul nilai drama.

b. Plot dan unsur-unsurnya

Aristoteles dalam Suwardi (2011:25) mengungkapkan bahwa, plot adalah jiwanya drama. Permainan plot akan memunculkan tanda tanya terus menerus, hingga drama itu menyimpan misteri unik. Wiyanto (2002:25), mengungkapkan bahwa plot adalah rangkaian peristiwa atau jalan cerita. Plot drama berkembang secara bertahap, mulai dari konflik yang sederhana, konflik yang kompleks, sampai ada penyelesaian konflik.

Fungsi utama plot adalah untuk mengungkapkan buah pikiran, plot melaksanakan fungsi lain yang tidak kurang pentingnya, yaitu menangkap, membimbing, dan mengarahkan perhatian pembaca dan penonton. Tugas menarik pembaca atau penonton itu diemban plot dengan menggunakan unsur-unsurnya. Unsur-unsur plot yang utama adalah sebagai berikut.

(41)

penonton selalu bertanya-tanya dan menduga-duga mengenai apa yang akan terjadi sebagai akibat peristiwa yang telah terjadi.

Kedua, dadakan (surprise). Telah dikemukakan bahwa dalam membaca atau menonton cerita yang baik, pembaca atau penonton selalu menduga-duga mengenai apa yang akan terjadi kemudian. Surprise adalah kejadian-kejadian yang mengagetkan dalam sebuah cerita, agar tebakan pembaca atau penonton keliru dan peristiwa berbelok arah ke arah lain yang tidak disangka-sangka. Walaupun begitu, pengarang harus memelihara hukum sebab-akibat sebagai tulang punggung cerita, hingga betapapun mengagetkan peristiwa, peristiwa itu akan tetap masuk akal dan dapat diterima.

Ketiga, ironi dramatik (dramatic irony). Ironi dramatik dapat berbentuk pernyataan-pernyataan atau perbuatan-perbuatan tokoh cerita yang seakan-akan meramalkan apa yang seakan-akan terjadi kemudian. Ironi dramatik berfungsi untuk mendukung suspense dan surprise.

Aristoteles (dalam Endaswara 2011:29) mengetengahkan struktur plot drama yang kompleks. Di dalam cerita-cerita konvensional, struktur dramatik yang dipergunakan adalah struktur dramatik Aristoteles. Disebut demikian, karena struktur dramatik ini disimpulkan Aristoteles (384-322 s.M.) dari karya-karya Sophocles (495-406 s.M).

(42)

tanpa merusak struktur itu secara keseluruhan. Adapun bagian-bagian itu ialah eksposisi, komplikasi, klimaks, dan resolusi.

Eksposisi adalah bagian awal atau pembukaan dari suatu karya sastra drama. Eksposisi berfungsi sebagai pembuka yang memberikan penjelasan atau keterangan mengenai berbagai hal yang diperlukan untuk dapat memahami peristiwa-peristiwa berikutnya dalam cerita. Keterangan-keterangan ini dapat mengenai tokoh-tokoh cerita, masalah yang timbul, tempat dan waktu ketika cerita terjadi, dan sebagainya.

Komplikasi atau penggawatan merupakan lanjutan dari eksposisi. Di bagian ini salah seorang tokoh cerita mulai mengambil prakarsa untuk mencapai tujuan tertentu. Akan tetapi, hasil dari prakarsa itu tidak pasti. Dengan demikian, timbulah kegawatan.

Komplikasi disusul klimaks, dalam bagian ini pihak-pihak yang berlawanan atau bertentangan, berhadapan untuk melakukan perhitungan terakhir yang menentukan. Di dalam bentrokan itu nasib para tokoh cerita ditentukan.

(43)

c. Unsur-unsur Drama

Setiap drama pasti memiliki unsur, unsur-unsur tersebut meliputi, tema/ide pokok, tokoh dan penokohan/perwatakan, alur, latar, dialog, dan amanat (waluyo 2001:6).

a) Tema

Waluyo (2001:24-26) mengungkapkan bahwa, tema dalam drama merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama. Tema berhubungan dengan premis dari drama tersebut yang berhubungan pula dengan nada dasar dari sebuah drama dan sudut pandang yang dikemukakan oleh pengarangnya. Premise dapat juga disebut sebagai landasan pokok yang menentukan arah tujuan lakon dan merupakan landasan bagi pola konstruksi lakon. Premise juga merupakan titik tolak untuk menulis lakon (bagi pengarang) dan pementasan drama (bagi sutradara dan aktor).

(44)

b) Tokoh dan Perwatakan

Tokoh dan perwatakan merupakan unsur yang sangat penting dalam drama karena tanpa tokoh dan perwatakan tidak akan ada alur cerita. Saleh (1967:31) mengungkapkan bahwa, perwatakan dapat diartikan sebagai penampilan keseluruhan dari ciri-ciri atau tipe jiwa seorang tokoh dalam sandiwara.

Pelukisan watak tokoh dapat melalui percakapan tokoh lain sering disebut pelukisan watak secara eksplisit, sedangkan pelukisan tokoh lewat perbuatan serta pengucapan disebut pelukisan watak secara implisit (Luxemburg, 1992:171). Ada bermacam-macam perwatakan yang muncul pada tokoh dalam sebuah drama, berikut penjelasannya, (1) Protagonis, protagonis merupakan tokoh yang menjadi peran utama, tokoh tersebut bersifat baik, (2) Antagonis, tokoh yang memerankan peran jahat yang menjadi musuh tokoh protagonis, (3) Tritagonis, tritagonis merupakan tokoh yang berperan sebagai penengah bertanggung jawab untuk mendamaikan kedua belah pihak yang berseteru, (4) Tokoh pembantu, tokoh pembantu merupakan tokoh yang berperan tidak secara langsung terlibat dalam konflik, tetapi diperlukan guna menyelesaikan cerita.

c) Alur

(45)

Eksposisi, adalah tahap perkenalan, (2) Konflik, adalah tahap dimulainya insiden (kejadian) yang menjadi dasar sebuah drama, (3) Komplikasi, adalah tahap insiden berkembang dan menimbulkan konflik-konflik yang semakin banyak dan ruwet, (4) Krisis, adalah tahap di mana berbagai konflik sampai pada puncaknya (klimaks), (5) Resolusi, adalah tahap penyelesaian konflik, (6) keputusan, adalah tahap semua konflik berakhir dan selesainya cerita.

Wellek dan Austin Warren (1989:285) menganggap bahwa semua alur terdiri dari konflik (manusia melawan alam, manusia melawan manusia, dan manusia menghadapi dirinya sendiri). Konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang, menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa alur terdiri dari konflik yang berkembang secara bertahap, mulai dari eksposisi, konflik, komplikasi, krisis, resolusi, keputusan.

d) Latar / Setting

Nuryatin (2010:13) mengungkapkan bahwa latar terdiri atas latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat menunjuk pada tempat atau lokasi terjadinya cerita. Latar waktu menunjuk pada kapan atau bilamana cerita terjadi. Latar sosial menunjuk pada kondisi sosial yang melingkupi terjadinya cerita.

(46)

kapan dan di mana cerita itu terjadi, melainkan juga sebagai tempat pengambilan nilai-nilai yang ingin diungkapkan pengarang melalui ceritanya tersebut (Suharianto 1982:33). Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa latar adalah segala keterangan, petunjuk, atau hal-hal yang berkaitan dengan tempat, waktu dan suasana terjadinya suatu peristiwa dalam sebuah drama.

e) Dialog

Waluyo (2001:20-21) mengungkapkan bahwa, ciri khas suatu drama adalah naskah berbentuk cakapan atau dialog. Dalam menyusun dialog, pengarang harus benarbenar memperhatikan pembicaraan tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari-hari. Ragam bahasa dalam dialog tokoh-tokoh drama adalah bahasa lisan yang komunikatif dan bukan ragam bahasa tulis. Dialog juga harus bersifat estetis, artinya memilik keindahan bahasa. Kadang-kadang juga harus dituntut agar bersifat filosofis dan mampu mempengaruhi keindahan. Hal ini disebabkan kenyataan yang ditampilkan di pentas harus lebih indah dari kenyataan yang benar-benar terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

(47)

Kedua, dialog yang diucapkan di atas pentas harus lebih tajam dan tertib daripada ujaran sehari-hari. Tidak ada kata yang harus terbuang begitu saja. Para tokoh harus berbicara dengan jelas dan tepat sasaran. Dialog itu harus disampaikan secara wajar dan ilmiah. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa dialog adalah ciri khas dalam drama berupa percakapan antar tokoh yang harus bersifat komunikatif serta sesuai dengan gerak laku dalam cerita. Dialog juga harus berkembang mengikuti suasana konflik dalam tahap-tahap plot lakon drama.

f) Amanat

Wiyanto (2002:24) mengungkapkan bahwa, amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca naskah atau penonton drama. Pesan itu tentu saja tidak disampaikan secara langsung, tetapi lewat lakon naskah drama yang ditulisnya. Artinya, pembaca atau penonton dapat menyimpulkan, pelajaran moral apa yang diperoleh dari membaca atau menonton drama itu.

(48)

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca/penonton di mana pesan tersebut bermanfaat bagi pembaca/penonton drama. Setelah dipaparkan keenam unsur drama tersebut, siswa diharapkan mampu menulis teks drama yang di dalamnya berisi keenam unsur tersebut.

3. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah (antara dua belah pihak), Assosiation of Education and Communication Technology (AECT) (dalam Anitah 2010), mendefinisikan media sebagai segala bentuk dan

saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Heinich dkk. (dalam Arsyad 2009:4), menuturkan istilah medium sebagai perantara yang mengantarkan informasi antara sumber dan penerima. Apabila sumber itu membawa pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud pengajaran maka disebut media pembelajaran.

(49)

adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dalam proses pembelajaran yang dimaksudkan agar proses belajar berjalan secara efisien dan efektif.

b. Dasar Pertimbangan Pemilihan Media

Pemilihan media yang terbaik untuk tujuan pembelajaran tertentu bukanlah hal yang mudah. Tetapi bagaimanpun juga seorang guru harus dapat menentukan media yang paling tepat untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Berikut pertimbangan dalam menentukan pemilihan media pembelajaran menurut Gagne, dkk (dalam Anitah 2010:77) adalah sebagai berikut.

1. Variabel Tugas

Dalam pemilihan media, guru harus menentukan jenis kemampuan yang diharapkan dari siswa sebagai hasil pembelajaran. Disarankan untuk menentukan jenis stimulus yang diinginkan sebelum melakukan pemilihan media.

2. Variabel Siswa

(50)

3. Lingkungan Belajar

Pertimbangan ini lebih bersifat administratif. Berbagai hal yang termasuk di dalamnya, yaitu besarnya biaya sekolah, ukuran ruangan kelas, kemampuan mengembangkan pengetahuan baru, dan lain-lain.

4. Lingkungan Pengembangan

Jelas akan sia-sia untuk merencanakan penyajian yang baik, bila pengembangan sumber-sumber tidak mendukung untuk tugas tersebut, misalnya, ketersediaan waktu, pengembangan personil, akan mempengaruhi keberhasilan penyajian.

5. Ekonomi dan budaya

Dalam pemilihan media, perlu mempertimbangkan apakah media itu dapat diterima oleh pemakai dan sesuai dengan sumber dana serta peralatan yang tersedia. Sikap terhadap berbagai media juga berbeda antara penduduk kota dengan desa, antar subkelompok bangsa dan sosial ekonomi.

6. Faktor-faktor Praktis

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media agar penggunaan media dapat bermanfaat secara maksimal meliputi beberapa hal sebagai berikut.

a. Besarnya kelompok yang dapat ditampung dalam suatu ruangan. b. Jarak antara penglihatan dan pendengaran untuk penggunaan

media.

(51)

d. Adakah penyajian itu sesuai dengan respon siswa.

e. Apakah stimulus pembelajaran menuntut gerak, warna, gambar, kata-kata lisan atau tertulis.

f. Apakah media yang dipakai mempunyai urutan yang pasti.

g. Media manakah yang paling mendukung kondisi belajar untuk pencapaian tujuan.

h. Media manakah yang lebih lengkap untuk maksud peristiwa— peristiwa pembelajaran tersebut.

i. Media yang dipandang kemungkinan lebih efektif bagi siswa perlu ditentukan apakah perangkat lunak dapat disimpan dan bernilai. j. Apakah guru memerlukan training (latihan) tambahan.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan agar dapat memilih media yang tepat dan efisien untuk pembelajaran harus mempertimbangkan berbagai faktor, mulai dari variabel tugas, variabel siswa, lingkungan belajar, lingkungan pengembangan, ekonomi dan budaya, tujuan pembelajaran, biaya, kemampuan SDM.

c. Fungsi Media Pembelajaran

Munaidi (2013:37) mengemukakan lima fungsi media pembelajaran, kelima fungsi media pembelajaran tersebut dipaparkan sebagai berikut ini.

1. Sebagai Sumber Pembelajaran

(52)

2. Fungsi Semantik

Fungsi semantik yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak didik.

3. Fungsi Manipulatif

Fungsi manipulatif ini didasarkan pada ciri-ciri umum yang dimilikinya. Berdasarkan ciri-ciri umum ini, media memiliki dua kemampuan, yaitu mengatasi batas-batas ruang dan mengatasi keterbatasan indrawi.

Pertama, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi batas-batas ruang dan waktu, dalam hal ini media mempunyai tiga kemampuan. kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi batas ruang dan waktu adalah sebagai berikut.

a. Kemampuan media menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit dihadirkan dalam bentuk aslinya, seperti bencana alam, ikan paus melahirkan dan lain-lain.

b. Kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang menyita waktu panjang menjadi singkat, seperti proses metamorfosis, proses membuat SIM, dan lain-lain.

(53)

Kedua, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan indrawi manusia, dalam hal ini media mempunyai empat kemampuan. Kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan indrawi manusia sebagai berikut ini.

a. Membantu siswa dalam memahami objek yang sulit diamati karena terlalu kecil, seperti molekul, sel, atom dan lain-lain, yakni dengan memanfaatkan gambar, film dan lain-lain.

b. Membantu siswa dalam memahami objek yang bergerak terlalu lambat atau terlalu cepat.

c. Membantu siswa dalam memahami objek yang membutuhkan kejelasan suara.

d. Membantu siswa dalam memahami objek yang terlalu kompleks. 4. Fungsi Psikologis

Ada lima fungsi psikologis, kelima fungsi sebagai berikut. a. Fungsi Atensi

Media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian (attention) siswa terhadap materi ajar.

b. Fungsi Afektif

(54)

penghargaan, nilai-nilai dan perangkat emosi atau kecenderungan-kecenderungan batinnya.

Media pembelajaran yang tepat guna dapat meningkatkan sambutan atau penerimaan siswa terhadap stimulus tertentu. Sambutan dan penerimaan tersebut berupa kemauan. Dengan adanya media pembelajaran, terlihat pada diri siswa kesediaan untuk menerima beban pelajaran, dan untuk itu perhatiannya akan tertuju kepada pelajaran yang diikutinya.

c. Fungsi Kognitif

Siswa yang belajar melalui media pembelajaran akan memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, baik objek itu berupa orang, benda, atau kejadian/peristiwa.

d. Fungsi Imajinatif

(55)

e. Fungsi Motivasi

Motivasi merupakan usaha dari pihak luar dalam hal ini adalah guru untuk mendorong, mengaktifkan, dan menggerakan siswanya secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

5. Fungsi Sosio-Kultural

Fungsi media dilihat dari sosio-kultural, yakni mengatasi hambatan sosio-kultural antar peserta komunikasi pendidikan. Bukan hal yang mudah untuk memahami para siswa yang memiliki jumlah banyak. Mereka masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Masalah tersebut dapat diatasi dengan media, karena media pembelajan memiliki kemampuan dalam memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.

d. Video Klip

(56)

klip mengandung kekuatan citra yang dapat memberi sensasi tontonan yang memiliki kekuatan sentuhan pribadi (personal touch) dan ingatan (memorable). Pada pencitraan ini seseorang dapat dibuat seperti mengalami sendiri apa yang dilihat, dengan mengingat-ingat kejadian yang sedang berlangsung.

Kumpulan guntingan gambar hidup (iklan, musik, dsb) untuk ditayangkan lewat pesawat televisi atau layar bioskop; rekaman pendek adegan video biasa yang diambil dari rekaman video atau film yang lebih panjang (KBBI).

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa media video klip adalah potongan gambar dan suara yang digabung ke dalam sebuah sajian, dalam hal ini berupa musik atau iklan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa.

C. Kerangka Berpikir

(57)

Adapun pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu kemampuan menulis teks drama menggunakan media video klip. Pembelajaran menulis teks drama akan menggunakan media audiovisual. Penggunaan media video klip, diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan menulis.

(58)

Skema Kerangka Berpikir

Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Drama Menggunakan Media Video Klip Pada Siswa Kelas XI IPA2 SMA N 1 Prambanan Klaten

Tahun Ajaran 2015/2016

Menggunakan media video klip

Diduga penggunaan media

video klip dapat

(59)

D. Hipotesis Tindakan

(60)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian mengenai peningkatan menulis teks drama dengan media video klip ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah kegiatan nyata yang dilakukan guru dalam rangka memperbaiki mutu pembelajaran di kelasnya (Daryanto, 2014:1).

Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan desain PTK model Kemmis dan Taggart. Tiap siklus terdiri dari empat langkah, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi (Wiriatmadja, 2007:66-67).

Suharsimi (2010:17-18) memaparkan keempat langkah dalam setiap siklusnya, keempat langkah tersebut sebagai berikut.

1. Perencanaan

Perencanaan adalah langkah yang dilakukan oleh guru ketika akan memulai tindakannya. Langkah tersebut adalah menyusun sebuah rancangan kegiatan, guru membuat semacam panduan yang menggambarkan (a) apa yang harus dilakukan oleh siswa, (b) kapan dan berapa lama dilakukan, (c) di mana dilakukan, (d) jika sudah selesai, apa tindakan selanjutnya.

(61)

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat. Untuk itu peneliti harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut. (a) apakah ada kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan, (b) apakah proses yang dilakukan siswa cukup lancar, (c) bagaimana situasi proses tindakan, (d) bagaimanakah hasil keseluruhan dari tindakan itu.

3. Pengamatan

Pengamatan adalah proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan. Hal-hal yang diamati adalah hal-hal yang sudah disebutkan dalam pelaksanaan. Antara pelaksanaan dengan pengamatan sebutulnya bukan merupakan urutan karena waktu atau terjadinya bersamaan.

4. Refleksi

(62)

B. Subjek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA2, semester genap, tahun ajaran 2015/2016, SMA N 1 Prambanan Klaten. Objek penelitian adalah pelaksanaan menulis teks drama dengan menggunakan media video klip.

C. Tempat dan Waktu

Peneliti memilih SMA N 1 Prambanan Klaten sebagai tempat penelitian. Penelitian dilakukan pada semester II tahun ajaran 2016/2017 pelaksanaan penelitian yaitu pada bulan Februari-Mei.

D. Sasaran Penelitian

Sasaran yang hendaknya ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu peneliti ingin mengetahui peningkatan kemampuan menulis teks drama siswa kelas XI IPA2 SMA N 1 Prambanan Klaten

1. Kondisi Awal

Berdasarkan hasil diskusi bersama dengan guru Bahasa Indonesia, keterampilan menulis teks drama masih kurang dikuasai oleh siswa. Hal ini diperkuat oleh hasil pretes yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas XI IPA2, yaitu hanya 25% yang tuntas dengan KKM 75.

2. Kondisi Siklus I

(63)

3. Kondisi Siklus II

Kemampuan menulis teks drama dalam siklus II diharapkan siswa tuntas dapat mengalami peningkatan mencapai 75%.

E. Prosedur Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari satu pertemuan (dua jam pelajaran). Pada akhir pertemuan dapat tercapai tujuan yang diharapkan dengan baik. Prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti akan dilakukan melalui empat langkah, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Secara skematis keempat tahap dalam PTK dapat digambarkan sebagai berikut.

Skema 3.1

Desain PTK Model Kemmis dan Taggart

Siklus I Siklus II

Perencanaan Perencanaan

Refleksi Tindakan Refleksi Tindakan

(64)

1. Siklus I

Siklus I terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

a. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan peneliti dan guru berdiskusi untuk merencanakan tindakan yang akan dilakukan terkait dengan masalah yang ditemukan. Rencana yang akan dilaksanakan sebagai berikut.

1. Mengadakan penelitian awal untuk mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran yang perlu diatasi. Dalam tahap ini dilakukan observasi dalam proses pembelajaran.

2. Membuat lembar observasi untuk melihat proses pembelajaran di kelas. Selain itu, peneliti juga membuat pedoman wawancara.

3. Membuat instrumen pengumpulan data untuk mengetahui karakteristik siswa dan analisis kebutuhan.

4. Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan silabus.

5. Membuat alat evaluasi untuk melihat peningkatan hasil belajar setelah pembelajaran menulis teks drama dengan media video klip.

(65)

b. Tindakan

Dalam pelaksanaan, peneliti yang bertindak sebagai guru menggunakan RPP yang telah disusun sebelumnya untuk melalukan pembelajaran menulis teks drama dengan media video klip. Langkah yang akan dilakukan sebagai berikut.

Sebelum pembelajaran dilakukan, guru memaparkan tujuan, langkah-langkah, dan manfaat pembelajaran. Guru juga melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa, seperti, a. apakah kalian sering membaca teks drama? b. Teks drama apa yang kalian suka? c. Apakah kalian suka menulis teks drama? pertanyaan tersebut bertujuan untuk menguraikan informasi yang pernah didapat siswa. Langkah berikutnya guru memberi pengantar mengenai materi yang akan dipelajari.

Untuk kegiatan inti guru memutarkan dua video klip, masing-masing video klip diputar dua kali, hal ini bertujuan agar siswa lebih memahami dan menangkap pokok-pokok yang terdapat dalam video klip tersebut. Setelah siswa selesai menyimak video klip tersebut, siswa diminta untuk memilih salah satu dari video klip tersebut, kemudian siswa diminta menuliskan teks drama berdasarkan video klip yang telah mereka simak.

(66)

c. Observasi

Peneliti dan observer (pengamat) mengamati kinerja siswa selama pembelajaran berlangsung, yaitu observasi tentang suasana kelas dan respon siswa. Hasil penulisan teks drama oleh siswa diobservasi di luar jam pelajaran berdasarkan struktur drama yang telah dibuat siswa yang meliputi, orientasi, komplikasi, klimaks, dan resolusi.

d. Refleksi

Setelah pelaksanaan tindakan, peneliti menganalisa hasil pengamatan terhadap kinerja dan hasil kerja siswa. Analisa kinerja siswa meliputi sejauh mana siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dan bagaimana konsentrasi siswa menyimak drama menggunakan media video klip. Analisis hasil kerja siswa ditentukan dengan nilai yang mereka dapat. Tujuan dari analisis adalah mengetahui kekurangan dan kelebihan teknik dan media yang digunakan dalam pembelajaran menulis teks drama pada siklus I. Hasil analisis digunakan sebagai kajian dan bahan pembanding terhadap hasil siklus II.

2. Siklus II

(67)

pembelajaran menggunakan media video klip. Hasil pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih baik dibanding dengan hasil pembelajaran pada siklus I. Tahapan siklus II sebagai berikut.

a. Perencanaan

Tahap perencanaan dalam siklus ini, dimanfaatkan untuk menyusun RPP dan instrumen pengumpulan data. Sebelum melaksanakan siklus II peneliti kembali melakukan diskusi dengan guru Bahasa Indonesia untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I. Dalam siklus ini peneliti menyiapkan video klip yang nantinya akan ditulis siswa dalam bentuk teks drama yang baik jelas dan sesuai dengan struktur drama.

b. Tindakan

Langkah awal pada siklus II ini hampir sama dengan siklus I. Hanya saja guru tidak menjelaskan materi secara lemgkap, hanya mengulas kembali materi pada siklus I. Pada siklus II guru memutarkan video klip dan siswa diminta untuk menyimak. Setelah selesai, siswa menulis teks drama berdasarkan video klip yang telah mereka simak.

c. Observasi

(68)

d. Refleksi

Pada siklus II ini peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap kinerja siswa dan penilaian hasil kerja siswa. Analisis kinerja siswa meliputi sejauh mana siswa aktif dalam menyimak video klip drama dan menuliskan kembali drama yang telah mereka simak. Kemudian dibandingkan dengan siklus I dalam bentuk presentase apakah ada peningkatan atau tidak. Peneliti juga menganalisis hasil kerja siswa dengan menentukan nilai rata-rata kelas. Hasil analisis digunakan sebagai kajian dan bahan perbandingan terhadap hasil penilaian siklus I dalam bentuk presentase, apakah ada peningkatan nilai rata-rata kelas. Dengan demikian, permasalahan seberapa tinggi peningkatan kemampuan menulis teks drama menggunakan media video klip siswa kelas XI IPA2 SMA N 1 Prambanan Klaten Tahun Ajaran 2015/2016 dapat diketahui.

Tabel 3.1

Nilai Prasiklus Menulis Teks Drama

Siswa Kelas XI IPA2 Semester Genap SMA N 1 Prambanan Klaten

(69)

13 Dimas Anggoro L 72 Tidak Tuntas

Keterangan: Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) 75

F. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua bentuk instrumen, yaitu tes dan nontes. Instrumen tes diberikan melalui penugasan yang berupa tes untuk mengetahui kemampuan menulis teks drama, sedangkan instrumen nontes diberikan dalam bentuk kuesioner, wawancara, pedoman observasi dan dokumentasi untuk mengetahui minat siswa dalam menulis teks drama.

1. Tes

(70)

watak, pengembangan dialog, kesesuaian latar, kesesuaian dengan isi, kesesuaian tema dengan isi, penggunaan petunjuk teknis, dan kaidah penulisan.

Tabel 3.2

Kriteria-kriteria Penilaian Naskah Drama

(71)

Tabel 3.3

Rubrik Penilaian Tes Keterampilan Menulis Teks Drama No Kriteria

Penilaian

Indikator Penilaian Skor Bobot 1 Pengembangan dengan isi video klip. c. Karakter tokoh

(72)

Rubrik Penilaian Tes Keterampilan Menulis Teks Drama sesuai dengan adegan dalam isi video klip, tetapi kurang jelas. c. Pengembangan dialog

sesuai dengan adegan tokoh dalam isi video klip, tetapi jelas.

d. Pengembangan dialog kurang sesuai dengan adegan dalam isi video

(73)

Rubrik Penilaian Tes Keterampilan Menulis Teks Drama 5 Kesesuaian

tema dengan isi

a. Amanat yang dituangkan sangat sesuai dengan tema cerita dalam isi video klip

b. Amanat yang dituangkan sesuai dengan tema cerita dalam isi video klip.

c. Amanat yang dituangkan cukup sesuai dengan cerita dalam isi video klip.

d. Amanat yang dituangkan kurang sesuai dengan tema cerita dalam

a. Petunjuk teknis sesuai dengan isi dialog tokoh. Petunjuk teknis sesuai dengan dialog tokoh, tetapi tidak tepat dalam penempatannya.

b. Petunjuk teknis kurang sesuai dengan dialog tokoh, tetapi tepat dalam penempatannya.

(74)

2. Nontes

Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar wawancara, observasi, kuesioner dan dokumentasi.

a. Wawancara

Pada penelitian ini wawancara ditunjukan kepada guru dan siswa. Wawancara dilakukan dengan guru untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran. Wawancara dengan siswa untuk mengetahui keadaan setelah pembelajaran berlangsung.

Tabel 3.4

Kisi – Kisi Instrumen Wawancara

Guru Bahasa Indonesia SMA N 1 Prambanan Klaten

No Butir Pertanyaan

(75)

Tabel 3.5

Kisi – Kisi Instrumen Wawancara Siswa SMA N 1 Prambanan Klaten

No Butir Pertanyaan

1 Apakah Anda senang dengan pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan media video klip? Apa alasannya?

2 Selama mengikuti proses pembelajaran, apakah Anda lebih mudah dalam menulis teks drama dengan menggunakan media video klip? Apa alasannya?

3 Setelah mengikuti proses pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan media video klip, apakah Anda lebih mudah dalam mengembangkan ide? Apa alasannya?

4 Apakah ada kesulitan yang Anda alami selama mengikuti proses pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan media video klip?

b. Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan selama pembelajaran menulis teks drama dilaksanakan. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data, yaitu kegiatan guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran.

Gambar

Tabel 4.8 Perbedaan Hasil Analisis Data Kemampuan Menulis Teks Drama pada
Grafik 4.2 Rata-rata Skor Per Aspek Penilaian pada Siklus I dan Siklus II........      78
Tabel 3.1 Nilai Prasiklus Menulis Teks Drama
Tabel 3.2 Kriteria-kriteria Penilaian Naskah Drama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dosen/tim teaching mengumumkan daftar mahasiswa yang mendapatkan nilai D sebelum hari ke-7 setelah ujian akhir mata kuliah tersebut, dan jadual remidi menurut aturan

[r]

Setelah dirasa mampu, peserta diminta untuk membuat karya puisi secara mandiri pada langkah berikutnya (un- juk kerja mandiri). Langkah terakhir adalah melakukan

indikator pada evaluasi input dengan.. responden siswa mendapatkan rata-. rata dengan kriteria

PARANCANCAN AI,^T PENCUXIR TINGCI BADTN

Bertolak dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penulis merumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah aktivitas belajar dan hasil peserta didik kelas III SD

Chandra, S.Kom., M.Cs., selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika, Universitas Kristen Satya Wacana.. Ramos Somya, S.Kom, selaku Dosen Pembimbing II Skripsi yang

menekankan pada soal penataan letak dari unsur-unsur yang pada akhirnya akan mendapatkan pesan yang akan diinformasikan. Tipografi yang dimaksud disini adalah jenis