• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD materi pesegipanjang dan persegi pada siswa kelas VII-D SMP N 2 Mlati tahun ajaran 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD materi pesegipanjang dan persegi pada siswa kelas VII-D SMP N 2 Mlati tahun ajaran 2014/2015."

Copied!
208
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Wahyu Ardiana Pratiwi. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Materi Persegipanjang Dan Persegi Pada Siswa Kelas VII-D SMP N 2 Mlati Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui tingkat keterlaksanaan proses pembelajaran matematika dan (2) mengetahui motivasi dan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievent Divisions) materi persegipanjang dan persegi.

Penelitian ini termasuk penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif di lapangan dilaksanakan pada tanggal 22 April 2015 sampai 2 Mei 2015. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VII-D SMP N 2 Mlati, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015, yang terdiri dari 32 siswa. Penelitian ini dilaksanakan 4 kali pertemuan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini: (1) data keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dianalisis dengan menjumlahkan skor tiap kegiatan, (2) data observasi siswa dianalasis dengan pengamatan pada saat proses pembelajaran berlangsung, (3) data motivasi belajar siswa dianalisis dengan menentukan skor pada setiap pernyataan siswa, (4) data kuis siswa dianalisis dengan menentukan skor, kemudian skor dijumlah, kuis I dan kuis II skor nya dibuat rata-rata , (5) data hasil belajar siswa dianalisis dengan kriteria pencapaian hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievent Divisions) dapat diterapkan di kelas VII-D SMP N 2 Mlati pada materi persegipanjang dan persegi dengan pencapaian keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mencapai 100%, dengan motivasi tinggi mencapai 75,86%, dan hasil belajar pada kriteria efektifitas cukup tinggi dengan presentase 79,32% (2) motivasi siswa tinggi mencapai 75,86%, dan hasil belajar siswa pada kriteria efektifitas cukup dengan kriteria 79,32%.

(2)

ABSTRACT

Wahyu Ardiana Pratiwi. 2015. Application of Cooperative Learning Model Material rectangle and square STAD In Student Class VII-D SMP N 2 Mlati Academic Year 2014/2015. Thesis, Department of Mathematics Education, Department of Mathematics and Natural Sciences, the Faculty of Education, Sanata Dharma of University.

This study aims to : (1) determine the level of adherence to the process of learning mathematics and (2) determine the motivation and student learning outcomes with the implementation of cooperative learning model type STAD (Student Teams Achievent Divisions) material rectangle and square.

This study included exploratory research. Exploratory research in the field was conducted on 22 April 2015 to May 2, 2015. The subjects of this study were students of class VII-D SMP N 2 Mlati, Sleman, Yogyakarta academic year 2014/2015, which consists of 32 students. The research was conducted 4 meetings. The data collected in this study: (1) Data Learning Implementation Plan (RPP) were analyzed by summing the scores for each activity, (2) students in analasis observation data with observations during the learning process, (3) the data were analyzed with student motivation determines students 'scores on each statement, (4) the data were analyzed by determining the student quiz score, then score add up, quiz quiz I and II of his scores were averaged, (5) the students' learning outcome data were analyzed with the criteria of learning achievement and mastery learning students.

The results showed that: (1) The cooperative learning model type STAD (Student Teams Achievent Divisions) can be applied in class VII-D SMP N 2 Mlati on material rectangle and square with the achievement of Learning Implementation Plan (RPP) reached 100%, with motivation high reached 75.86%, and the result of learning on the criteria of effectiveness is quite high with a percentage of 79.32% (2) high student motivation reached 75.86%, and student learning outcomes on the criteria of effectiveness is quite at 79.32% criterion.

(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MATERI PERSEGIPANJANG DAN PERSEGI PADA SISWA KELAS

VII-D SMP N 2 MLATI TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Wahyu Ardiana Pratiwi NIM : 111414098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MATERI PERSEGIPANJANG DAN PERSEGI PADA SISWA KELAS

VII-D SMP N 2 MLATI TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Wahyu Ardiana Pratiwi NIM : 111414098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk :

Allah SWT yang selalu memberikan Ridho, kemudahan, dan kelancaran dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Ibuku dan Alm. Bapakku tercinta

Adikku Reza

Penyemangatku Mustahal

Keluarga Besar ku

Teman-temanku P.MAT 2011

(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 1 September 2015

Penulis

(9)

vi ABSTRAK

Wahyu Ardiana Pratiwi. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Materi Persegipanjang Dan Persegi Pada Siswa Kelas VII-D SMP N 2 Mlati Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui tingkat keterlaksanaan proses pembelajaran matematika dan (2) mengetahui motivasi dan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievent Divisions) materi persegipanjang dan persegi.

Penelitian ini termasuk penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif di lapangan dilaksanakan pada tanggal 22 April 2015 sampai 2 Mei 2015. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VII-D SMP N 2 Mlati, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015, yang terdiri dari 32 siswa. Penelitian ini dilaksanakan 4 kali pertemuan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini: (1) data keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dianalisis dengan menjumlahkan skor tiap kegiatan, (2) data observasi siswa dianalisis dengan pengamatan pada saat proses pembelajaran berlangsung, (3) data motivasi belajar siswa dianalisis dengan menentukan skor pada setiap pernyataan siswa, (4) data kuis siswa dianalisis dengan menentukan skor, kemudian skor dijumlah, kuis I dan kuis II skor nya dibuat rata-rata , (5) data hasil belajar siswa dianalisis dengan kriteria pencapaian hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievent Divisions) dapat diterapkan di kelas VII-D SMP N 2 Mlati pada materi persegipanjang dan persegi dengan pencapaian keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mencapai 100%, dengan motivasi tinggi mencapai 75,86%, dan hasil belajar pada kriteria efektifitas cukup tinggi dengan presentase 79,32% (2) motivasi siswa tinggi mencapai 75,86%, dan hasil belajar siswa pada kriteria efektifitas cukup dengan kriteria 79,32%.

(10)

vii ABSTRACT

Wahyu Ardiana Pratiwi. 2015. Application of Cooperative Learning Model Material rectangle and square STAD In Student Class VII-D SMP N 2 Mlati Academic Year 2014/2015. Thesis, Department of Mathematics Education, Department of Mathematics and Natural Sciences, the Faculty of Education, Sanata Dharma of University.

This study aims to : (1) determine the level of adherence to the process of learning mathematics and (2) determine the motivation and student learning outcomes with the implementation of cooperative learning model type STAD (Student Teams Achievent Divisions) material rectangle and square.

This study included exploratory research. Exploratory research in the field was conducted on 22 April 2015 to May 2, 2015. The subjects of this study were students of class VII-D SMP N 2 Mlati, Sleman, Yogyakarta academic year 2014/2015, which consists of 32 students. The research was conducted 4 meetings. The data collected in this study: (1) Data Learning Implementation Plan (RPP) were analyzed by summing the scores for each activity, (2) students in analasis observation data with observations during the learning process, (3) the data were analyzed with student motivation determines students 'scores on each statement, (4) the data were analyzed by determining the student quiz score, then score add up, quiz quiz I and II of his scores were averaged, (5) the students' learning outcome data were analyzed with the criteria of learning achievement and mastery learning students.

The results showed that: (1) The cooperative learning model type STAD (Student Teams Achievent Divisions) can be applied in class VII-D SMP N 2 Mlati on material rectangle and square with the achievement of Learning Implementation Plan (RPP) reached 100%, with motivation high reached 75.86%, and the result of learning on the criteria of effectiveness is quite high with a percentage of 79.32% (2) high student motivation reached 75.86%, and student learning outcomes on the criteria of effectiveness is quite at 79.32% criterion.

(11)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Wahyu Ardiana Pratiwi

Nomor Mahasiswa : 111414098

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Materi Persegipanjang Dan Persegi Pada Siswa Kelas VII-D SMP N 2 Mlati Tahun Ajaran 2014/2015.

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian ini pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal, 1 September 2015

Yang menyatakan,

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, berkat bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

3. Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan dan memberikan kesempatan untuk menjadi pakar dalam validasi soal tes hasil belajar.

4. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan

(13)

x

5. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono selaku dosen yang telah menyediakan waktu untuk menjadi pakar dalam uji validitas kuesioner motivasi belajar

siswa.

6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah

memberikan ilmunya dalam setiap perkuliahan, selama penulis kuliah. 7. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan kritik dan saran untuk memperbaiki hasil penelitian ini.

8. Bapak Beni Utomo, M.Sc. selaku Doen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk memperbaiki hasil penelitian ini.

9. Ibu Rini Trimurti MG, S.Pd, M.Hum selaku kepala sekolah di SMP N 2 Mlati, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian ini. 10. Bapak Drs. Sujono, sebagai guru mata pelajaran matematika SMP Negeri

2 Mlati Sleman yang telah memberikan kesempata dan membantu penulis dalam pelaksanaan pembuatan skripsi ini.

11. Seluruh siswa kelas VII-B dan VII-D yang telah bekerja sama dengan baik dalam pelaksanaan pembuatan skripsi ini.

12. Orang tuaku, Ibu Sarmini dan Alm. Bapak Suharno serta adikku Reza

Putra Sakti. Terima kasih atas doa dan dukungan yang selalu diberikan kepada penulis.

(14)

xi

14. Teman-teman kos mushola Mbak Ani, Mbak WS, Mbak Cin, Nining dan Niken terima kasih atas doa dan dukungan yang selalu diberikan kepada

penulis.

15. Teman-teman PPL di SMP N 2 Mlati, Eka, Ery, Naldy, Rosa, Dian, Tiwi,

Mbak Ika, dan Mas Yudi, yang telah memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

16. Teman-teman KKN kelompok 37, Lisa, Imma, Arin, Mita, Vita, Grati,

Indra, Dito, dan Johan yang telah memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

17. Teman-teman Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2011. 18. Seluruh pihak dengan tidak mengurangi rasa hormat karena tidak dapat

menyebutkan satu persatu yang telah membantu dalam proses pengerjaan

skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam

skripsi ini karena keterbatasan penulis, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 1 September 2015 Penulis,

(15)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Batasan Istilah ... 8

F. Tujuan Penelitian ... 9

G. Manfaat Penelitian ... 10

H. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Belajar ... 13

B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

(16)

xiii

D. Motivasi ... 32

E. Hasil Belajar ... 35

F. Materi Pembelajaran ... 41

G. Kerangka Berpikir ... 47

H. Hipotesis ... 49

BAB III METODE PENELITIAN ... 50

A. Jenis Penelitian ... 50

B. Tempat dan Waktu Pengambilan Data ... 50

C. Subyek Pengambilan Data ... 50

D. Obyek Pengambilan Data ... 50

E. Variabel Penelitian ... 51

F. Instrumen Penelitian ... 51

G. Teknik Pengumpulan Data ... 55

H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 56

I. Metode Analisis Data ... 64

J. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan ... 68

K. Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Pengambilan Data ... 70

BAB IV ANALISIS DATA ... 71

A. Kelayakan Analisis ... 71

B. Deskripsi Data ... 71

C. Analisis Data ... 77

D. Pembahasan ... 92

E. Kelemahan Penelitian ... 95

BAB V PENUTUP ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 97

(17)

xiv

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 21

Tabel 2.2 Perbandingan Karakteristik Model-model Pembelajaran Kooperatif 26 Tabel 2.3 Penghitungan Perkembangan Skor Individu ... 30

Tabel 2.4 Penghitungan Perkembangan Skor Kelompok ... 31

Tabel 3.1 Interpretasi Tingkat Validitas ... 58

Tabel 3.2 Interpretasi Tingkat Reliabilitas ... 59

Tabel 3.3 Kriteria Interpretasi Daya Pembeda ... 60

Tabel 3.4 Kriteria Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 61

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Tes Hasil Belajar ... 62

Tabel 3.6 Skor Kuisioner Motivasi ... 65

Tabel 3.7 Rentang Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 66

Tabel 3.8 Kriteria Efektifitas Hasil Belajar Secara Kualitatif ... 67

Tabel 3.9 Kriteria Efektifitas Hasil Belajar Secara Kuantitati ... 68

Tabel 3.10 Tabel Penjadwalan Waktu Pengambilan Data ... 70

Tabel 4.1 Proses Pelaksanaan Penelitian ... 71

Tabel 4.2 Skor Keterlaksanaan RPP ... 72

Tabel 4.3 Data Mentah Skor Kuis Siswa, (n=29) ... 73

Tabel 4.4 Data Skor Kuisioner Motivasi, (n=29) ... 75

Tabel 4.5 Data Mentah Tes Hasil Belajar, (n=29) ... 76

Tabel 4.6 Analisis Nilai Kuis Siswa ... 82

Tabel 4.7 Jumlah Siswa Dan Kriteria Efektifitas Hasil Kuis Secara Kualitatif 84 Tabel 4.8 Analisis Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 85

Tabel 4.9 Jumlah Siswa Dalam Kualifikasi Motivasi Belajar Siswa ... 85

(19)

xvi

Tabel 4.11 Analisis Nilai Tes Hasil Belajar Siswa ... 87 Tabel 4.12 Jumlah Siswa Dalam Kriteria Pencapaian Hasil Belajar ... 88 Tabel 4.13 Jumlah Siswa Dan Kriteria Efektifitas Hasil Belajar Secara

(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Motiovasi Dasar ... 33

Gambar 2.2 Hierarki Kebutuhan Maslow ... 34

Gambar 2.3 Model Persegipanjang ... 41

Gambar 2.4 Ilustrasi Sifat Persegipanjang ... 42

Gambar 2.5 Ilustrasi Sifat Persegi... 43

Gambar 2.6 Gambar bangun persegipanjang KLMN dengan kotak-kotak kecil di dalamnya ... 44

(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A ... 102

LAMPIRAN A.1 Surat Ijin Penelitian ... 103

LAMPIRAN A.2 Surat Keterangan Telah Melaksanaan Penelitian ... 105

LAMPIRAN A.3 Daftar Nama Siswa Kelas VII D ... 106

LAMPIRAN A.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 107

LAMPIRAN A.5 Hasil Uji Pakar Tes Hasil Belajar Siswa ... 122

LAMPIRAN A.6 Kisi-Kisi Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 123

LAMPIRAN A.7 Uji Pakar Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 124

LAMPIRAN A.8 Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 125

LAMPIRAN A.9 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 127

LAMPIRAN A.10 Soal Kuis I ... 133

LAMPIRAN A.11 Soal Kuis II ... 134

LAMPIRAN B ... 135

LAMPIRAN B.1 Lembar Observasi Siswa ... 136

LAMPIRAN B.2 Lembar Keterlaksanaan RPP ... 142

LAMPIRAN B.3 Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar Siswa ... 146

LAMPIRAN C ... 148

LAMPIRAN C.1 Skor Kuis Siswa ... 149

LAMPIRAN C.2 Skor Kuesioner Motivasi Siswa ... 150

LAMPIRAN C.3 Skor Tes Hasil Belajar Siswa ... 151

LAMPIRAN D ... 152

LAMPIRAN D.1 Daftar Nilai Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar ... 153

(22)

xix

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pendidikan telah menjadi dasar pembentukan karakter manusia di Indonesia. Sistem pendidikan yang ada di Indonesia adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya standar proses pendidikan juga dalam

penerapan model pembelajaran tertentu yang ditinjau dari hasil belajar siswa. Pada proses pembelajaran anak kurang didorong untuk

mengembangkan kemampuan berpikir.

Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, sehingga otak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami

informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari (H. Wina Sanjaya, 2006:1). Pelajaran matematika

(24)

tersebut mata pelajaran matematika sangat perlu diberikan kepada siswa mulai dari Sekolah Dasar. Hal tersebut berguna untuk membekali siswa

dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif, dan kemampuan bekerjasama. Selain itu masih banyak sekolah yang

melakukan pembelajaran secara konvensional, yaitu kegiatan belajar hanya berpusat pada guru. Guru aktif menjelaskan materi yang diberikan, sedangkan siswa hanya menerima, dan tidak dituntut aktif dalam

pembelajaran. Oleh sebab itu, guru seharusnya berperan sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator, sehingga dalam pembelajaran

siswa yang dituntut aktif. Akibatnya sangat diperlukan pengembangan terhadap suatu model pembelajaran. Pada saat menentukan model pembelajaran harus mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam

berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

Berdasarkan observasi pada saat Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Mlati, sekolah ini beralamat di Jalan Perkutut

Sinduadi Sleman Yogyakarta, Telp 0274 586711 Kode Pos 55282. Sekolah ini berdiri pada tanggal 1 April 1979. Sekolah tersebut pada

tahun ajaran 2014/2015 mempunyai 12 kelas dan jumlah seluruh siswa 384 orang. Guru mata pelajaran matematika di sekolah tersebut berjumlah 3 orang. Karena ada 3 kelas maka 1 guru mengajar 4 kelas.

(25)

Berdasarkan observasi tersebut dapat diketahui bahwa kondisi siswa di dalam kelas sangat tidak kondusif. Pada saat observasi

berlangsung di dalam kelas, siswa yang bersangkutan dari awal pelajaran menunjukkan sikap yang kurang siap untuk melaksanakan kegiatan belajar.

Saat kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa mau memperhatikan hanya dimenit-menit awal dan untuk menit-menit selanjutnya mereka mulai jenuh dan mulai sibuk dengan dirinya sendiri, mengganggu teman,

mengobrol dengan teman sebangkunya, jadi guru harus berulang kali menegur siswa-siswanya supaya mau untuk memperhatikan pelajaran yang

diberikan oleh guru dan mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru, bahkan ada beberapa siswa yang memang dari awal sudah tidak memperhatikan pelajaran. Mereka cenderung membuat keadaan kelas

menjadi tidak kondusif untuk kegiatan belajar mengajar. Namun masih ada siswa yang antusias untuk mengikuti kegiatan belajar, mengerjakan soal

latihan yang diberikan oleh guru, dan mencatat materi pelajaran yang diberikan oleh guru.

Dari segi materi, siswa masih mengalami kesulitan dengan materi

persegipanjang dan persegi dalam hal pemecahan masalah dan lupa terhadap rumus. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor, yang pertama karena usulan dari guru, dengan alasan persegipanjang dan persegi merupakan

materi yang mudah namun siswa sulit memahami dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan persamaan satu variabel. Faktor kedua, pada saaat

(26)

adalah monoton. Guru hanya mengajar di depan kelas, dengan mediapower pointsaja, tidak ada LKS (Lembar Kerja Siswa) dan lainnya. Berdasarkan

hal tersebut peneliti menggunakan model pembelajaran yang berbeda untuk diterapkan di kelas tersebut. Model pembelajaran yang diterapkan dalam

penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievent Divisions)

Selain masalah tersebut, pemilihan kelas adalah kelas VII-D karena

siswa dikelas juga kurang aktif dalam mengikuti pelajaran matematika. Namun, ada juga beberapa siswa yang sedikit aktif dalam pembelajaran, tetapi siswa tersebut tidak mau untuk menyampaikan pendapat di

hadapan teman-teman sekelas dan guru. Siswa juga kurang terdorong untuk menyampaikan hasil pekerjaan di papan tulis jika ada tugas atau

pekerjaan rumah. Siswa juga sering mengeluh kesulitan untuk mengerjakan soal, padahal soal tersebut belum dibaca dengan cermat oleh siswa. Siswa juga cenderung terbiasa diberi masukan atau materi

yang terus menerus oleh guru kemudian dihafalkan dibandingkan dengan siswa yang diberi lembar kerja siswa kemudian menemukan jawaban

dengan cara diskusi kelompok.

Observasi di luar kelas dilakukan pada saat istirahat maupun saat pergantian jam belajar. Menurut pengamatan, aktivitas siswa di luar jam

(27)

kamar mandi. Siswa-siswa cukup disiplin sehingga dapat melakukan hal-hal yang tidak selayaknya dilakukan pada saat jam pelajaran berlangsung.

Untuk mengoptimalkan hal itu, hendaknya strategi mengajar tidak hanya bertumpu pada usaha menyampaikan ilmu pengetahuan semata, tetapi juga usaha untuk menciptakan sistem lingkungan di mana siswa

lebih diberikan ruang untuk mengembangkan rasa ingin tahu, menyampaikan gagasan, serta bertanggung jawab pada hasil belajarnya.

Strategi belajar yang demikian diharapkan mampu untuk menjawab kendala yang dialami pada siswa terhadap mata pelajaran matematika

khususnya pada materi persegipanjang dan persegi.

Tipe STAD (Student Teams Achievent Divisions) dalam model pembelajaran kooperatif siswa diikut sertakan dalam pembelajaran.

Siswa juga dituntut untuk aktif dalam berdiskusi kelompok dengan instrumen lembar kerja siswa dan menyampaikan gagasan-gagasan serta mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Tugas guru adalah menyediakan atau memberikan kegiatan berupa lembar kerja siswa yang berisi permasalahan yang dapat

di pecahkan oleh siswa dalam diskusi kelompok. Selain itu guru juga membantu mengekspresikan ide-ide siswa sehingga pelajaran matematika menjadi lebih menyenangkan dan siswa dapat memperoleh

(28)

Selain model pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran matematika, tentu harus ada motivasi yang mendorong siswa untuk

senang dan paham belajar matematika. Motivasi merupakan daya-daya dalam dirinya sendiri untuk bergerak, motivasi siswa berasal dari dalam

diri siswa dan juga berasal dari luar atau lingkungan sekitar siswa. Disini merupakan tugas guru untuk memotivasi siswa agar terdorong untuk mau belajar matematika supaya tidak bosan. Penerapan model pembelajaran

tersebut ditinjau dari tingkat motivasi dan hasil belajar siswa dalam mempelajari matematika.

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran (Asep, 2013:30), sehingga model pembelajaran kooperatif

merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika misalnya pada materi persegipanjang dan persegi setelah melakukan belajar secara

berkelompok didalam kelas.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul : “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Materi PersegiPanjang dan

Persegi Pada Siswa Kelas VII-D SMP N 2 Mlati Tahun Ajaran

(29)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat

diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Kemampuan anak untuk menghafal semua informasi dalam

mata pelajaran terjadi pada saat proses belajar mengajar.

2. Pelajaran matematika yang dianggap sulit dan membosankan bagi siswa.

3. Siswa masih susah dalam memahami dan mengerjakan soal pemecahan masalah materi persegipanjang dan persegi.

4. Kurang antusiasnya siswa mengikuti pelajaran matematika sehingga perlu diterapkan model pembelajaran tipe STAD. 5. Kurang aktifnya siswa untuk berpartisipasi dalam proses

pembelajaran.

6. Guru hanya menggunakan metode ceramah pada saat mengajar

dengan media power point, tidak ada media pembelajaran yang lain seperti alat peraga dan LKS (Lembar Kerja Siswa).

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, peneliti perlu membatasi lingkup permasalahan penelitian, agar penelitian dapat

terlaksana dengan baik dan fokus. Pembatasan masalah yang ditentukan adalah penerapan model pembelajaran tipe STAD siswa pada materi persegipanjna dan persegi di kelas VII-D SMP N 2 Mlati, Sleman,

(30)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

diterapkan pada materi persegipanjang dan persegi di kelas VII-D SMP N 2 Mlati, Sleman ditinjau dari hasil motivasi dan hasil belajar siswa?

2. Bagaimana motivasi dan hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran pada materi persegipanjang dan persegi di

SMP N 2 Mlati, Sleman?

E. Batasan Istilah

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu cara sistematis dalam

mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki

(31)

3. Student Team Achievement Divisions(STAD)

Student Team Achievement Divisions(STAD) merupakan suatu metode

tentang pengaturan kelas dan bukan metode pembelajaran komprehensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan materi sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan bagi guru untuk siswa, tetapi kebanyakan guru

menggunakan materi mereka sendiri untuk menambah atau mengganti materi-materi lain.

4. Siswa dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII-D SMP

Negeri 2 Mlati Sleman Yogyakarta yang berjumlah 32 orang.

Dari batasan istilah yang sudah didefinisikan, arti dari judul

penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran dengan siswa belajar pada

kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda pada materi persegipanjang dan persegi di SMP N 2 Mlati Tahun Ajaran 2014/2015.

F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas,

maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tingkat keterlaksanaan proses pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD pada materi persegipanjang dan persegi di kelas VII-D SMP N 2 Mlati Tahun Ajaran 2014/2015 ditinjau dari

(32)

2. Mengetahui motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi persegipanjang dan persegi di kelas VII-D SMP N 2 Mlati

Tahun Ajaran 2014/2015.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat mengetahui sejauh

mana model pembelajaran tipe STAD dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika pada materi persegi dan persegi panjang di SMP N 2 Mlati. Penerapan tersebut ditinjau dari motivasi dan hasil

belajar siswa, setelah mengikuti proses pembelajaran matetika dengan model pembelajaran tipe STAD.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Dengan adanya penerapan tipe STAD pada model pembelajaran

kooperatif maka siswa dapat melakukan model pembelajaran dengan berdiskusi kelompok. Selain itu siswa juga dapat

(33)

b. Bagi Guru

Setelah menerapkan tipe STAD pada model pembelajaran

kooperatif, guru dapat mengubah atau memvariasi proses pembelajaran dikelas dengan model pembelajaran.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan menjadi pengalaman dan pengetahuan sebagai calon guru. Sehingga dapat menjadi acuan dalam

memberikan pembelajaran matematika pada siswa. Serta dapat memberikan gambaran yang jelas akan fakta di lapangan.

H. Sistematika Penulisan

1. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi sub-bab diantaranya : latar belakang yang berisi alasan dari dilakukannya penelitian, identifikasi

masalah berisi masalah-masalah yang muncul pada latar belakang, pembatasan masalah berisi masalah yang dibatasi dari identifikasi

masalah , rumusan masalah berisi rumusan dari pembatasan masalah, batasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

2. Bab II merupakan kajian pustaka yang berisi sub-bab diantaranya : definisi belajar, pembelajaran matematika, model pembelajaran

(34)

3. Bab III merupakan metode penelitian yang berisi sub-bab diantaranya : jenis penelitian, tempat dan waktu pengambilan data, subyek

pengambilan data, obyek pengambilan data, variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, validitas dan

reliabilitas instrumen, metode analisis data, prosedur pelaksanaan penelitian secara keseluruhan.

4. Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisi

sub-bab diantaranya: kelayakan analisis, deskripsi data, analisis data, pembahasan, kelemahan penelitian.

(35)

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

Belajar merupakan hal yang perlu dilaksanakan oleh manusia di semasa hidupnya. Dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat

tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Syah (Asep, 2013:1) mengemukakan bahwa pada

dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif dengan kata lain belajar merupakan kegiatan

berproses yang terdiri dari beberapa tahap.

Menurut Ausubel (Asep, 2013:2) belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi

atau materi pelajaran disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat

mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang sudah ada. Adapun struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan

generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.

(36)

sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,

keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Sedangkan menurut John Dewey (Asep,

2013:2) belajar merupakan bagian interaksi manusia dengan lingkungannya, pelajar juga harus dibimbing ke arah pemanfaatan kekuatan untuk melakukan berpikir reflektif. Belajar mempunyai bentuk

dan jenis yang sangat beragam, mengambil ruang di berbagai tempat baik dalam format pendidikan formal, informal maupun non formal dengan

komleksitas yang berbeda mulai dari yang sederhana sampai yang canggih.

Perbuatan belajar terjadi karena interaksi seseorang dengan

lingkungannya yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada berbagai aspek, di antaranya pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan-perubahan yang terjadi disadari oleh individu yang belajar,

berkesinambungan dan akan berdampak pada fungsi kehidupan lainnya. Selain itu perubahan bersifat positif, terjadi karena peran aktif dari

pembelajar, tidak bersifat sementara, bertujuan, dan perubahan yang terjadi meliputi keseluruhan tingkah laku pada sikap, keterampilan,

pengetahuan, dan sebagainya.

Sejalan dengan perubahan paradigma dalam belajar, belajar tidak efektif jika anak duduk dengan manis di kelas sementara guru menjejali

(37)

kecenderungan dengan istilah belajar aktif (sering dikenal sebagai “cara belajar siswa aktif”) merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan

sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri. Kemampuan belajar mandiri merupakan tujuan akhir dari

belajar aktif. Untuk dapat mencapai hal tersebut, kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar bermakna bagi siswa. Belajar yang bermakna terjadi bila siswa berperan secara aktif dalam proses belajar

dan akhirnya mampu memutuskan apa yang akan dipelajari. Dari uraian tersebut, belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.

B. Model Pembelajaran Kooperatif

Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Menurut Soejadi dalam (Rusman, 2014:201) pada

dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi

dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. Menurut Slavin dalam (Rusman, 2014:201), pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa

(38)

Dalam teori konstruktivisme ini lebih mengutamakan pada pembelajaran siswa yang diharapkan pada masalah-masalah kompleks

untuk dicari solusinya, selanjutnya menemukan bagian-bagianyang lebih sederhana atau keterampilan yang diharaapkan. Model pembelajaran ini

dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky. Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak,

menurut Ratna dalam (Rusman, 2014:201).

Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan

sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun

pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini

merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.

1. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan

bekerjadalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang denga struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pada hakikatnya

(39)

karena itu, banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning karena mereka

beranggapan telah biasa melakukan pembelajaran cooperative learning dalam bentuk belajar kelompok. Walaupun

sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan cooperative learning, seperti dijelaskan Abdulhak (2001:19-20) bahwa “pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing

proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri”.

Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa

dengan guru (multi way traffic comunication). Cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan

dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa atau kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang dirumuskan Sanjaya dalam (Rusman, 2014:203).

(40)

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif

yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem

pembelajaran kooperatif dengan benar dan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus

belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan

sebaya (peerteaching) lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.

Model pembelajaran kooperatif merupakan model

pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan

berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin dalam (Rusman, 2014:205) dinyatakan bahwa :

a. Penggunaaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan

menghargai pendapat orang lain.

b. Pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan

(41)

Dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran kooperatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi

pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya

kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk

penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari cooperative learning. Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai

berikut :

a. Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat

setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Didasarkan pada manajemen kooperatif

(42)

1) Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran

kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah

ditentukan.

2) Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif

memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif.

3) Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk

tes maupun nontes. c. Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam

pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang

optimal

d. Keterampilan bekerja sama

Keterampilan bekerja sama itu dipraktikan melalui

(43)

berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi

dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Adapun

[image:43.595.99.532.216.755.2]

langkah-langkah model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Tahap Tingkah Laku Guru Tingkah Laku Siswa

1 2 3

Tahap 1

Menyampaikan

tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar

Siswa memperhatikan penjelasan guru dan memberi respon jika guru melakukan stimulus

Tahap 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan

Siswa menyimak, dan bertanya jika ada yang kurang jelas atau belum dimengerti, siswa aktif

Tahap 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam

kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.

Siswa berkumpul dalam kelompok-kelompok heterogen yang dibentuk oleh guru. Tahap 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Siswa mengerjakan tugas dalam kelompok, siswa bertanya kepada guru berkaitan tentang tugas kelompok, siswa aktif dalam kelompok, dan saling memberi ide.

Tahap 5

Evaluasi

(44)

1 2 3 Tahap 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Siswa yang sangat aktif mendapat penghargaan dari guru.

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2008) dalam

(Rusman, 2014:212) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yaitu seabagai berikut :

a. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan

oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok.

Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.

b. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability),

yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu,

setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut. c. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction),

(45)

interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.

d. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan

berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

e. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja

kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut :

a. Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum

siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.

b. Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam

kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

c. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan

(46)

memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada

kemampuan kelompoknya, seperti dijelaskan Sanjaya (2006:247) dalam (Rusman, 2014:213). “Hasil akhir

setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok

adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota

kelompoknya.”

d. Pengakuan tim, adalah penerapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk

kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi

lebih baik lagi.

5. Model-model Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran

kooperatif, walaupun prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif ini tidak berubah, jenis-jenis model tersebut, adalah

sebagai berikut :

a. ModelStudent Teams Achievement Division(STAD) Student Team Achievement Divisions (STAD)

(47)

kelas dan bukan metode pembelajaran komprehensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan pelajaran dan

materi mereka sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan bagi kebanyakan subjek sekolah untuk

siswa, tetapi kebanyakan guru menggunakan materi mereka sendiri untuk menambah atau mengganti materi-materi lain.

b. Model Jigsaw

Model pembelajaran dimana siswa melakukan suatu

kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

c. Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Model pembelajaran yang berbentuk kelompok, dengan kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri, yang

beranggotakan 2-6 orang, setiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan materi yang diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan

laporan kelompok . Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan atau memamerkan laporannya

(48)

d. Model Struktural

Model pembelajaran yang terstruktur dengan interaksi

siswa didalam kelompok juga terstruktur.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa belajar

dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Perbandingan karakteristik dari masing-masing model

[image:48.595.106.548.252.755.2]

pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.2 Perbandingan Karakteristik Model-model Pembelajaran Kooperatif

STAD JIGSAW INVESTIGASI

KELOMPOK

STRUKTURAL

1 2 3 4 5

Tujuan Kognitif Informasi akademik sederhana Informasi akademik sederhana Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inquiry Informasi akademik sederhana Tujuan Sosial Kerja Kelompok dan kerja sama

Kerja kelompok dan kerja sama

Kerja sama dalam kelompok kompleks Keterampilan kelompok dan keterampilan sosial

Struktur Tim Kelompok belajar heterogen dengan 4-5 orang anggota

Kerja kelompok dan kerja sama

Kelompok belajar dengan 5-6 anggota homogen Bervariasi berdua, bertiga, kelompok dengan 4-6 anggota Pemilihan Topik Pelajaran

Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru

(49)

1 2 3 4 5 Penilaian Tes mingguan Bervariasi, dapat

berupa tes mingguan Menyelesaikan proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes essai Bervariasi Pengakuan Lembar pengetahuan dan publikasi lain

Publikasi lain Lembar

pengetahuan dan publikasi lain

Bervariasi

Sumber : Rusman, 2014:227.

C. Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan STAD

Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Menurut Slavin (2007) dalam (Rusman,

2014:213) model STAD (Student Team Achievement Divisions) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang palin banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam

matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, teknik, dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok

memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang

materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri, yang diperoleh sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi

(50)

Slavin memaparkan bahwa gagasan utama dibelakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorongdan membantu satu sama lain

untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Jika siswa menginginkan kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu

teman sekelompok mereka dalam mempelajari pelajaran. Mereka harus mendorong teman sekelompok untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-norma bahwa belajar itu penting, berharga, dan

menyenangkan. Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) adalah sebagai berikut :

1. Penyampaian Tujuan dan Motivasi

Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

2. Pembagian Kelompok

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap

kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, rasa atau etnik.

3. Presentasi dari Guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih

dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar

(51)

dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga

tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta

cara-cara mengerjakannya.

4. Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru

menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan

masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri

terpenting dari STAD. 5. Kuis (Evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok.

Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara

individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penugasan untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan

(52)

6. Penghargaan Prestasi Tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa

dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat

dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Menghitung Skor Individu

Menurut Slavin (Trianto, 2007:55), untuk menghitung perkembangan skor individu dihitung sebagaimana

[image:52.595.96.518.155.593.2]

dapat dilihat pada tabel 2.3 sebagai berikut :

Tabel 2.3 Penghitungan Perkembangan Skor Individu

No Nilai Tes Skor

Perkembangan

1. Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar

0 poin

2. 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar

10 poin

3. Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar

20 poin

4. Lebih dari 10 poin di atas skor dasar

30 poin

5. Pekerjaan sempurna (tanpa memerhatikan skor dasar)

30 poin

Sumber : Rusman, 2014:216.

b. Menghitung Skor Kelompok

Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan individu

(53)

kelompok tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok

[image:53.595.102.516.193.598.2]

sebagaimana dalam tabel 2.4 sebagai berikut :

Tabel 2.4 Penghitungan Perkembangan Skor Kelompok

No Rata-rata Skor Kualifikasi

1. 0 ≤ N ≤ 5 -

2. 6 ≤ N ≤ 15 Tim yang baik (Good Team)

3. 16 ≤ N ≤ 20 Tim yang baik sekali (Great Team)

4. 21 ≤ N ≤ 30 Tim yang istimewa (Super Team)

Sumber : Rusman, 2014:216.

c. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok Setelah masing-masing kelompok atau tim

memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai

dengan prestasinya (Kriteria tertentu yang ditetapkan guru).

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh Slavin dalam

(Rusman, 2014:213) peneliti menyimpulkan bahwa STAD merupakan suatu metode generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode

pembelajaran komprehensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan pelajaran dan materi mereka sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan bagi kebanyakan subjek sekolah untuk siswa, tetapi kebanyakan guru

(54)

D. Motivasi

Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal

tersebut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah “motivasi”. Rukminto mengemukakan

dalam Hamzah (2006:3) bahwa istiah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak

dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diiterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga

munculnya suatu tingkah laku tertentu.

Banyak teori motivasi yang didasarkan dari asas kebutuhan (need). Kebutuhan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk dapat

memenuhinya. Motivasi adalah proses psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Perilaku hakikatnya merupakan orientasi pada satu

tujuan. Dengan kata lain, perilaku seseorang dirancang untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan proses interaksi dari beberapa unsur. Dengan demikian, motivasi merupakan kekuatan yang

mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Kekuatan-kekuatan ini pada dasarnya dirangsang oleh adanya berbagai

(55)

Proses interaksi ini disebut sebagai produk motivasi dasar (basic motivations process), dapat digambarkan dengan model proses seperti

berikut.

[image:55.595.98.563.186.613.2]

Sumber :Hamzah, 2006:5.

Gambar 2.1 Proses Motivasi Dasar

Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa motivasi terjadi apabila

seseorang mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam rangkamencapai tujuan tertentu.

Maslow, sebagai tokoh motivasi aliran humanisme, menyatakan bahwa kebutuhan manusia secara hierarkis semuanya laten dalam diri manusia. Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan fisiologis (sandang

pangan), kebutuhan rasa aman (bebas bahaya), kebutuhan kasih sayang, kebutuhan dihargai dan dihormati, dan kebutuhan aktualisasi diri

(Robbins, 1986:213-214) dalam (Hamzah,2006). Aktualisasi diri, penghargaan atau penghormatan, rasa memiliki, dan rasa cinta atau

Needs, desires, or expectation

Goals Feedback

(56)

sayang, perasaan aman, dan tenteram merupakan kebutuhan fisiologis mendasar.

Teori ini dikenal sebagai teori kebutuhan (needs) yang digambarkan secara hierarkis seperti berikut :

[image:56.595.99.506.192.656.2]

Sumber : Stephen P. Robbins, 1996:214 dalamHamzah,2006:6. Gambar 2.2 Hierarki Kebutuhan Maslow

Motivasi belajar timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.

Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu,

sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternalpada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau

unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam Aktualisasi diri

Kebutuhan Fisiologis Perasaan Aman dan Tenteram Rasa Memiliki dan Rasa Cinta/Sayang

(57)

keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan

4. Adanya penghargaan dalam belajar

5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Dari uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa, motivasi

merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dorongan ini berada

pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai

dengan motivasi yang mendasarinya.

E. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemapuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman, 1999) dalam (Asep, 2013:14). Belajar

(58)

Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar

adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional.

Menurut Benjamin S. Bloom dalam (Asep, 2013:14) tiga ranah

(domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut A.J. Romizowski dalam (Asep, 2013:14) hasil belajar

merupakan keluaran (outputs) dari suatu system pemrosesan masukan (input). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja

(performance) (Abdurrahman, 1999) dalam (Asep, 2013:14).

Dapat kita simpulkan bahwa hasil belajar pencapaian bentuk

perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Selanjutnya Benjamin S. Bloom dalam (Asep,

2013:14) berpendapat bahwa hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan

terdiri atas 4 kategori yaitu :

a. Pengetahuan tentang fakta;

(59)

Keterampilan juga terdiri dari empat kategori, yaitu :

a. Keterampilan untuk berpikir atau keterampilan kognitif;

b. Keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik; c. Keterampilan bereaksi atau bersikap;

d. Keterampilan berinteraksi.

Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat

penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa

mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Menurut Hamalik (2003) dalam (Asep, 2013:15) hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas. Dari kedua pernyataan

tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses

belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Setelah melalui proses belajar mengajar maka siswa diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yang disebut juga sebagai hasil belajar

(60)

adalah kemapuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya di ukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, disamping diukur dari

segi prosesnya. Baik buruknya hasil belajar dapat dilihat dari hasil pengukuran yang berupa evaluasi, selain mengukur hasil belajar penilaian dapat juga ditujukan kepada proses pembelajaran, yaitu untuk

mengetahui sejauh mana tingkat keterlibatan siswa siswa dalam proses pembelajaran. Semakin baik proses pembelajaran dan keaktifan siswa

dalam mengikuti proses pembelajaran, maka seharusnya hasil belajar yang diperoleh siswa akan semakin tinggi sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

2. Indikator Hasil Belajar

Mengingat pembelajaran merupakan sesuatu proses untuk

mencapai tujuan yang telah dirumuskan, maka disini dapat ditentukan dua kriteria yang bersifat umum. Menurut Sudjana (2004) dalam (Asep, 2013:20) kedua kriteria tersebut adalah :

a. Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya

Kriteria dari sudut prosesnya menekankan kepada

(61)

mengukur keberhasilan pembelajaran dari sudut prosesnya dapat dikaji melalui beberapa persoalan di bawah ini :

1) Apakah pembelajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru dengan melibatkan siswa

secara sistematik?

2) Apakah kegiatan belajar dimotivasi guru sehingga ia melakukan kegiatan belajar dengan penuh kesabaran,

kesungguhan dan tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat penguasaan, pengetahuan, kemampuan serta

sikap yang dikehendaki dari pembelajaran itu? 3) Apakah guru memakai multimedia?

4) Apakah siswa mempunyai kesempatan untuk

mengontrol dan menilai sendiri hasil belajar yang dicapainya?

5) Apakah proses pembelajaran dapat melibatkan semua siswa dalam kelas?

6) Apakah suasana pembelajaran atau proses belajar

mengajar cukup menyenangkan dan merangsang siswa belajar?

7) Apakah kelas memiliki sarana belajar yang cukup kaya, sehingga menjadi laboratorium belajar?

(62)

Di samping tinjauan segi proses, keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari segi hasil. Berikut ini adalah beberapa

persoalan yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan keberhasilan pembelajaran ditinjau dari segi hasil atau produk

yang di capai siswa :

1) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran nampak dalam bentuk perubahan tingkah

laku secara menyeluruh?

2) Apakah hasil belajar yang dicapai siswa dari proses

pembelajaran dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa?

3) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa tahan lama

diingat dan mengendap dalam pikirannya, serta cukup mempengaruhi perilaku dirinya?

4) Apakah yakin bahwa perubahan yang ditunjukkan oleh siswa merupakan akibat dari proses pembelajaran? Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

(63)

F. Materi Pembelajaran

[image:63.595.99.527.186.603.2]

1. Pengertian Persegipanjang dan Persegi

Gambar 2.3. Model persegi panjang

Gambar-gambar di atas, merupakan jenis barang yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Permukaan handuk, permukaan

koper, dan lembaran buku di atas berbentuk daerah persegipanjang. Dari contoh tersebut berarti persegipanjang merupakan segiempat dengan ciri-ciri :

a. Memiliki dua pasang sisi sejajar;

b. Dua pasang sisi yang berhadapan sama panjang;

c. Sisi-sisi yang berpotongan membentuk sudut 90o atau siku-siku.

Berdasarkan ciri-ciri persegipanjang di atas, kita tuliskan

pengertian persegipanjang dan persegi sebagai berikut :

a. Persegipanjang adalah segiempat yang memiliki dua pasang

(64)
[image:64.595.99.511.188.613.2]

b. Persegi adalah persegipanjang yang semua sisinya sama panjang (Buku Guru Kelas VII Kur. 2013 : 306).

Gambar 2.4. Ilustrasi Sifat Persegipanjang

Gambar di atas merupakan persegipanjang. Sifat-sifat persegipanjang dapat diungkapkan sebagai berikut.

a. Sifat-sifat persegipanjang

Untuk semua persegipanjang, berlaku :

1) Sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang. Pada persegipanjang ABCD, sisi AB dan CD sejajar dan sama panjang. Demikian juga sisi AD dan BC

sejajar dan sama panjang.

2) Semua sudutnya sama besar dan besar setiap

sudutnya 90o. Pada persegipanjang ABCD,

Sudut A = sudut B = sudut C = sudut D = 90o

.

3) Memiliki dua diagonal yang sama panjang. Pada

persegipanjang ABCD, AC = BD.

D

B A

(65)

4) Kedua diagonalnya berpotongan di satu titik dan saling membagi dua sama panjang

5) Mempunyai dua sumbu simetri

[image:65.595.99.511.136.594.2]

6) Menempati bingkainya dengan empat cara

Gambar 2.5. Ilustrasi Sifat persegi

Gambar di atas merupakan persegi, adapun sifat-sifat persegi

sebagai berikut :

a. Sifat-sifat Persegi

Untuk semua persegi, berlaku :

1) Mempunyai empat sisi yang sama panjang. Pada persegi ABCD, panjang sisi AB, BC, CD, dan DA

adalah sama.

2) Memiliki dua pasang sisi sejajar dan sama panjang.

Pada persegi ABCD, sisi AB sejajar sengan CD , sisi BC sejajar dengan AD.

3) Mempunyai empat sudut siku-siku. Pada persegi

ABCD, sudut A = sudut B = sudut C= sudut D =

D

B A

(66)

90o. Karena terdapat empat sudut dan tiap sudut besarnya 90o maka jumlah keempat sudut dalam

persegi adalah 360o.

4) Memiliki dua diagonal yang sama panjang, saling

berpotongan saling tegak lurus di satu titik Pada persegi ABCD yaitu AC = BD.

Dari pengertian dan sifat-sifat persegipanjang dan persegi dapat

diturunkan rumus luas daerah dan rumus keliling persegipanjang dan persegi sebagai berikut.

2. Keliling dan Luas Persegipanjang serta Persegi a. Keliling persegipanjang

Keliling persegi panjang sama dengan jumlah seluruh

panjang sisinya. KLMN pada gambar 2.7 di bawah ini, menunjukkan persegi panjang dengan sisi-sisinya KL, LM, MN,

dan KN.

Gambar 2.6 Gambar bangun persegi panjang KLMN dengan

kotak-kotak kecil di dalamnya.

(67)

Keliling KLMN = KL + LM + MN + NK

= (5 + 3 + 5 + 3) satuan panjang

= 16 satuan panjang

Selanjutnya, garis KL dan garis MN disebut panjang (p),

garis KN dan garis LM disebut lebar (l). Secara umum dapat disimpulkan bahwa keliling persegipanjang dengan panjang p dan lebar l adalah K = p + l + p + l, dan dapat ditulis sebagai :

b. Luas persegipanjang

Luas persegi panjang sama dengan hasil kali panjang dan lebarnya. Luas persegi panjang KLMN pada gambar 2.7 adalah Luas = KL x LM

= (5 x 3) satuan luas = 15 satuan luas

Jadi secara umum luas persegi panjang dengan panjang p dan lebar l adalah

c. Keliling persegi

Keliling suatu persegi adalah sam

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran
Tabel 2.2 Perbandingan Karakteristik Model-model Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2.3 Penghitungan Perkembangan Skor
Tabel 2.4 Penghitungan Perkembangan Skor
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian ini dilakukan di LAZ PT Semen Padang dnagan tujuan untuk mengetahui : (1) Untuk mengetahui pelaksanaan dari pengelolaan serta pengunaan dana yang

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :

Sistem JPKM ini merupakan sistem asuransi bagi keluarga mampu sehingga kedepan diharapkan akan mengurangi beban Pemerintah daerah Kabupaten Polewali Mandar di bidang kesehatan

Untuk itu kami meminta kepada saudara untuk menunjukan asli dokumen yang sah dan masih berlaku ( beserta copynya ), sebagaimana yang terlampir dalam daftar

Pada scene 3 akan mengambil tempat pabrik dimana tokoh utama bekerja sebagai buruh dan mengalami beberapa kali perlakuan yang melecehkan seorang perempuan.. Pada scene 4

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi dokumen penawaran paket pekerjaan Peningkatan Jalan Dengan Konstruksi HRS-Base dalam kawasan Perumahan RSS Oesapa dan

[r]