• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS IMPLEMENTASI SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN : Studi Kasus Terhadap Tiga Orang Pengawas Sekolah Pada Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS IMPLEMENTASI SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN : Studi Kasus Terhadap Tiga Orang Pengawas Sekolah Pada Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Bandung."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

B. Fokus Kajian dan Pertanyaan Penelitian ... 16

1. Fokus Kajian Penelitian... 16

F. Struktur Organisasi Desertasi ... 24

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Supervisi dalam Administrasi Pendidikan ... 26

1. Konsep Administrasi Pendidikan ... 26

2. Konsep Supervisi Akademik dalam Administasi Pendidikan ... 36

a. Prinsip Supervisi Akademik ... 51

B. Tinjauan Pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ... 96

1. Konsep pendidikan Kejuruan ... 96

(2)

b. Tujuan ... 101

2. Peran SMK dalam Sistem Pendidikan Nasional ... 103

3. Peran SMK dalam Pembangunan Kewilayahan ... 114

4. Kompetensi Lulusan SMK ... 117

C. Mutu Pembelajaran pada Pendidikan Kejuruan ... 130

1. Konsepsi Mutu ... 130

2. Mutu Pendidikan ... 133

3. Mutu Pembelajaran ... 138

4. Strategi Pemberdayaan Guru dalam Pelaksanan Supervisi Akademik ... 140

D. Peranan Pengawas Dalam Penjaminan Mutu Pendidikan ... 148

1. Tugas dan Fungsi Pengawas Sekolah ... 148

2. Peranan Pengawas Sekolah dalam Penjaminan Mutu Pendidikan ... 153

E. Kerangka Pemikiran ... 160

BAB III METODA PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian ... 164

B. Langkah langkah Penelitian ... 166

C. Desain Penelitian ... 168

D. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 169

1. Lokasi Penelitian ... 169

2. Waktu Penelitian ... 170

E. Subjek Penelitian ... 170

F. Data dan Sumber Data Penelitian ... 171

1. Data ... 171

2. Sumber Data ... 171

G. Tahapan dan Teknik Pengumpul Data ... 172

1. Tahapan Pengumpulan Data ... 172

2. Teknik Pengumpulan Data ... 173

H. Prosedur Analisis Data Penelitian ... 174

1. Reduksi Data ... 175

2. Display Data ... 176

3. Analisa Data... 176

4. Mengambil Kesimpulan ... 177

I. Pengujian Tingkat Validitas Data ... 177

1. Kredibiliatas ( Validitas Internal) ... 178

2. Transferbilitas ... 179

(3)

Mutu Pembelajaran ... 218

3. Penilaian dan Tindak Lanjut Supervisi Akademik ... 244

4. Strategi Pemberdayaan Guru dalam Supervisi Akademik ... 262

5. Dampak Pelaksanaan Supervisi Akademik Terhadap Peningkatan Mutu Pembelajaran ... 264

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 268

1. Program Supervisi Akademik dalam rangka Meningkatkan Mutu Pembelajaran ... 269

2. Pelaksanaan Supervisi Akademik Dalam Rangka Meningkatkan Mutu Pembelajaran ... 280

3. Penilaian dan Tidak Lanjut Sepervisi Akademik ... 286

4. Strategi Pemberdayaan Guru dalam Supervisi Akademik ... 295

5. Dampak Pelaksanaan Supervisi Akademik Terhadap Peningkatan Mutu Pembelajaran ... 304

C. Model Hipotetik Pengembangan Supervisi Akademik ... 313

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 350

B. Rekomendasi ... 352

DAFTAR PUSTAKA ... 356

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Dimensi dan Indikator Supervisi Akademik ... 60

Tabel 2.2 Tugas Pokok Pengawas... 150

Tabel 3.1 Rancangan Inquiri ... 181

Tabel 4.1 Pemahaman Pengawas Terhadap Program Kerja Supervisi Akademik…... 186

Tabel 4.2 Rasionalisasi Program Kerja Supervisi Akademik .………..……... 189

Tabel 4.3 Komponen Program Supervisi Akademik... 191

Tabel 4.4 Prosedur Penyusunan Program Supervisi Akademik (Ruang Lingkup Program) ………...………..………. 193

Tabel 4.5 Prosedur Penyusunan Program Supervisi Akademik ( Prinsip Penyusunan Program)... 195

Tabel 4.6 Prosedur Penyusunan Program Supervisi Akademik ( Tahapan Penyusunan Program)... 197

Tabel 4.7 Pedoman Satuan Tugas Pengawas SMK dalam kegitan Supervisi Akademik... 199

Tabel 4.8 Model Format Program Kepengawasan ... 207

Tabel 4.9 Bentuk Kegiatan Supervisi ………..….212

Tabel 4.10 Permasalahan Dalam Proses Penyusunan Program Supervisi Akademik……….. 215

Tabel 4.11 Tujuan Supervisi Akademik………...…. 219

Tabel 4.12 Sasaran Supervisi Akademik ...…. 224

Tabel 4.13 Prinsip Pelaksanaan Supervisi Akademik...….. 226

Tabel 4.14 Strategi Pemberdayaan Guru dalam Kegiatan Supervisi Akademik Yang Dilakukan Pengawas Sekolah……….… 232

Tabel 4.15 Strategi Pelaksanaan Supervisi Akademik...….. 234

Tabel 4.16 Prosedur Supervisi Akademik...…. 235

Tabel 4.17 Teknik Supervisi Akademik ………237

Tabel 4.18 Pendekatan dalam Supervisi Akademik ...….. 240

Tabel 4.19 Sasaran Penilaian Supervisi Akademik...…... 245

Tabel 4.20 Tujuan Penilaian Supervisi Akademik ...…. 246

Tabel 4.21 Strategi Penilaian Kegiatan Supervisi Akademik...….. 247

Tabel 4.22 Indikator Keberhasilan Supervisi Akademik (P1,P2)...…. 248

Tabel 4.23 Indikator Keberhasilan Supervisi Akademik (P3)...…. 250

Tabel 4.24 Instrumen Penilaian Supervisi Akademik...…. 253

Tabel 4.25 Rambu Rambu Pemilihan Instrumen Pengumpulan Data Kepengawasan…………... 255

Tabel 4.26 Tindak Lanjut Hasil Penilaian Supervisi kademik….…………... 256

Tabel 4.27 Strategi Pemberdayaan Guru dalam Supervisi Akademik ... 263

Tabel 4.28 Dampak Supervisi akademik Terhadap Peningkatan Kompetensi Guru ... 265

Tabel 4.29 Dampak Supervisi Akademik Terhadap Mutu Proses Pembelajaran ... 267

(5)
(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan Perilaku Supervisi, Prilaku Mengajar

Prilaku Belajar dan Hasil Belajar...59

Gambar 2.2 Alur Kinerja, Motivasi dan Kemampuan Guru...148

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran. ………... 163

Gambar 3.1 Desain Kegiatan Penelitian……… 168 Gambar 3.2 Prosedur Analisis Data …………..……….. 177

Gambar 4.1 Cakupan Progran Kegiatan Pengawasan Sekolah...202

Gambar 4.2 Siklus Kegiatan Pengawasan Sekolah...204

Gambar 4.3 Alur Proses Penyusunan Program Pengawasan Tahunan ...206

Gambar 4.4 Alur Proses Penyusunan Program Pengawasan Semester...……… 207

Gambar 4.5 Langkah-langkah dalam Pendekatan Supervisi Akademik...241

Gambar 4.6 Siklus Alamiah Dan Evaluasi Formatif Dari Supervisi Akademik..289

Gambar 4.7 Peran Pemberdayaan Guru Dalam Supervisi Akademik...303

Gambar 4.8 Komponen Sasaran Peningkatan Mutu Proses Pembelajaran…...310

Gambar 4.9 Hubungan antara Model, Strategi, Metode Pembelajaran dan Skil Mengajar ………...313

Gambar 4.10 Model Umum Pengembangan Pelaksanaan Supervisi Akademik...………...329 Gambar 4.11 Model Khusus Tahap Pra-Supervisi Akademik...….330 Gambar 4.12 Model Khusus Tahap Pelaksanaan Supervisi Akademik….…...332

Gambar 4.13 Model Khusus Tahap Pasca-Evaluasi Supervisi Akademik ...333

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara dan Observasi ... 2. Transkrip hasil penelitian P1 ... 3. Transkrip hasil penelitian P2 ... 4. Transkrip hasil penelitian P3 ... 5. Matrik hasil reduksi data penelitian 1 ... 6. Matrik hasil reduksi data penelitian 2 ... 7. Matrik hasil reduksi data penelitian 3 ... 8. Matrik hasil reduksi data penelitian 3 ... 9. Matrik hasil reduksi data penelitian 5 ... 10.Reduksi Hasil Penelitian... 11.Catatan Lapangan

12.Jadwal Aktual Lapangan

(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan unsur paling strategis dalam pembangunan nasional dan sekaligus menjawab berbagai tantangan, hal ini disebabkan karena peningkatan kualitas manusia yang menjadi subyek pembangunan hanya dapat dilahirkan melalui pendidikan. Melalui pendidikan di samping diberikan bekal pengetahuan, kemampuan dan sikap juga dapat dikembangkan berbagai kemampuan yang dibutuhkan oleh setiap anggota masyarakat. Dalam perspektif global pendidikan berperan: 1) pengembangan diri peserta didik (personal

development), 2) pengembangan ketrampilan kerja (employability or work skills

development), 3) pengembangan kewarganegaraan (citizenship), dan 4) transmisi

dan transformasi budaya (transsmision and transformation culture), diolah dari Wibawa (2005:74)

Paradigma pendidikan yang diasumsikan sesuai untuk menghadapi tantangan globalisasi adalah pendidikan yang berorientasi pada dunia teknologi dan ekonomi dengan penekanan pada pendekatan pembelajaran dan dukungan sarana yang memadai serta sesuai. Salah satunya untuk menjawab tantangan di atas adalah pengembangan pendidikan kejuruan.

(9)

siswa dengan kemampuan dan keterampilan bidang tertentu agar setelah lulus dapat bekerja pada bidang tertentu baik secara mandiri (wiraswasta) maupun untuk mengisi lowongan yang ada. Sesuai dengan pernyataan di atas, maka lulusan SMK dituntut memiliki kemampuan dan keterampilan sesuai dengan bidang keahliannya. Keberhasilan SMK dalam menyelenggarakan pendidikannya tidak dapat diukur dari jumlah siswa yang lulus maupun berprestasi, akan tetapi seberapa besar lulusan SMK tersebut dapat tersalurkan untuk mengisi dunia kerja.

Bagi SMK mengikuti perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan adalah salah satu kunci utama dalam mempersiapkan lulusan yang siap untuk diterjunkan ke dunia kerja. Untuk mencapai hal tersebut lembaga pendidikan kejuruan diharapkan mampu memprioritaskan pengembangan sistem pendidikan yang berorientasi pada peningkatan kualitas lulusan yang benar benar memiliki etos kerja, disiplin dan tetap menjunjung tinggi budaya bangsa.

(10)

pendidikan yang secara khusus bergerak dalam penyelenggaraan pendidikan profesional. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah dan dunia kerja/industri dipadukan secara sistematis dan sinkron sehingga mampu mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Permasalahan yang penting disikapi dalam pelaksanaan pendidikan pada jenjang SMK adalah bagaimana memenuhi kebutuhan dunia kerja dan industri tersebut dengan kekuatan lembaga pendidikan yang secara khusus mempersiapkan satu atau beberapa keterampilan teknis yang benar-benar berkesesuaian dengan kebutuhan seperti teknologi dan rekayasa, bisnis dan manajemen, pertanian, kesenian dan pariwisata.

(11)

mengalami beberapa kendala, sehingga efektivitasnya masih diragukan, bahkan eksistensi pendidikan kejuruan sebagai salah satu jalur unggulan dalam meningkatkan kompetensi dan daya saing SDM masih dipertanyakan. Hasil penelitian Sulipan (2004) menyatakan bahwa sekolah kejuruan belum mampu memberdayakan (empowering) semua potensi dan sumberdaya yang ada di lingkungannya. Jika siswa hanya diberi kesempatan mengembangkan diri berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh sekolah, maka kualitas pemahaman siswa tidak akan maksimal. Hal ini disebabkan oleh karena kemampuan alat dan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah sangat terbatas.

Di samping kehawatiran tentang kondisi di atas, berdasarkan kajian empiris di wilayah penelitian, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraannya terutama menyangkut kualitas lulusan yang ingin dihasilkan khususnya di Kabupaten Bandung. Dari hasil studi Kebutuhan SMK Berbasis Lokal dan Universal tahun 2009 yang dilakukan oleh Bappeda Kabupaten Bandung ditemukan hal-hal yang masih harus dipikirkan dan dicari solusinya, hal tersebut menyangkut:

1. Masih tingginya jumlah ruang kelas yang rusak di SMK, sehingga membludaknya animo lulusan SMP/MTs ke SMK tidak seimbang dengan daya tampung yang tersedia pada SMK;

2. Pengadaan, distribusi, penertiban, perbaikan, dan pemeliharaan tanah, gedung, perabot dan alat peraga sekolah yang bervariasi, tidak berdasarkan standarisasi. 3. Masih banyaknya sekolah yang kekurangan buku paket dan alat peraga

(12)

4. Masih kurangnya guru untuk beberapa mata pelajaran, yaitu di tingkat SMK kekurangan guru untuk mata pelajaran Matematika, Fisika, Biologi, Lingkungan Hidup dan BP;

5. Kurikulum SMK yang terlalu teoritis, kurang praktis, kurang kontekstual, sehingga kurang memberikan makna yang berarti bagi bekal kehidupan murid di masa depan, baik yang berkenaan dengan nilai-nilai religius, bekal kecakapan hidup (life skills), tata pergaulan, budi-pekerti, seni budaya lokal, kesehatan dan lingkungan hidup, serta aspek-aspek pembentuk karakter bangsa sering terabaikan;

6. Masih sulitnya mengembangkan Sekolah Kejuruan di daerah yang berorientasi pada potensi daerah setempat untuk memenuhi peluang pasar kerja tingkat daerah, nasional maupun untuk pasar kerja internasional;

7. Pembiayaan dan anggaran penyelenggaraan SMK masih didasarkan pada asumsi-asumsi teoritis, tidak didasarkan pada perhitungan satuan biaya operasional (SBO) secara faktual berdasarkan karakteristik SMK;

8. Masih lemahnya kemampuan administratif dan manajerial para pengelola SMK (kepala sekolah, tata usaha sekolah, pengawas sekolah, dan komite sekolah); 9. Partisipasi dunia usaha terhadap pembiayaan program-program pendidikan

SMK yang disalurkan melalui pemerintah masih rendah. Partisipasi yang baru dilakukan hanya disalurkan sendiri terhadap lembaga-lembaga „binaan‟ dunia usaha itu sendiri.

(13)

seputar kinerja mereka. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli baik langsung maupun tidak langsung. Misalnya, pada saat diskusi panel bertajuk Profesionalisme dan Pendidikan Guru, Selasa, 24 Januari 2006 di Yogyakarta, rendahnya kinerja guru mengemuka, bahkan dikaitkan dengan lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga guru, sehingga tanpa memperbaiki kinerja guru, semua upaya untuk membenahi pendidikan akan kandas. Kurikulum yang baik, perpustakaan yang lengkap, laboratorium canggih, ketersediaan komputer dan internet nyaris tidak ada artinya untuk memperbaiki mutu pendidikan bila guru-gurunya tidak bermutu dan tidak mencintai profesinya.

Kondisi pembelajaran yang banyak terjadi dewasa ini adalah guru hanya memberikan ilmu sebagai suatu produk dengan memindahkan teori-teori dari para ahli kedalam otak anak didik untuk dihafalkan. Persoalan bagaimana teori itu ditemukan dengan berbagai pendekatan, metodologinya dan pengujian untuk mengungkap fakta, jarang disampaikan ke dalam pikiran anak didik. Akibatnya, anak didik kita tidak pandai untuk menghubungkan teori yang mereka dapat di kelas dengan realitas yang mereka temukan di lingkungan mereka. Dari pengalaman di lapangan banyak dijumpai pendidikan anak menjadi rusak karena guru mengabaikan tanggung jawabnya. Misalnya, guru meninggalkan kelas seenaknya, guru tidak mempersiapkan pelajaran dengan baik, dan lain-lain.

(14)
(15)

bagaimana guru merancang, memikirkan, dan mengelola bahan ajar. (Mutu Guru

Sudah Mutlak, Pemerintah Harus Bantu Memperluas Wawasan Guru). (http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/10/06/1035533/mutu.guru.sudah).

Masalah lain yang dihadapi SMK bahwa kelemahan Pendidikan Kejuruan menurut Indra Jati (2001:111-112)...Guru kejuruan tidak memiliki pengalaman kerja industri; ... dilihat dari tradisi banyak kebiasaan salah yang dilakukan terus menerus oleh guru tanpa ada kesadaran bahwa apa yang dilakukan itu sebenarnya salah.

Sesuai data dan gambaran di atas menunjukan bahwa kondisi profesionalisme guru masih relatif rendah, kemungkinan sikap dan kondisi itu diakibatkan oleh karena guru kurang mampu mengembangkan diri melalui penambahan pengetahuan baru karena kualitas profesionalnya tidak pernah ditingkatkan. Menurut Sagala (2010:172) bahwa faktor yang menjadi penyebab rendahnya profesional guru yaitu bantuan supervisi pengawas sekolah yang tidak memadai, bantuan supervisi kepala sekolahnya yang juga tidak membantu, disamping itu juga tidak ada rekan sejawat guru yang tepat untuk berbagi pengalaman. Padahal ada tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap kualitas sumber daya manusia, yakni: (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional sebagaimana yang diungkapkan Wardiman Djoyonegoro yang dilansir Kompas (2010).

(16)
(17)

filosofi sampai pada tataran operasionalnya. Walaupun kompetensi bukanlah suatu titik akhir dari suatu upaya melainkan suatu proses yang berkembang dan belajar sepanjang masa (life long learning process), namun ini menjadi suatu tantangan bahwa para guru yang notabenenya sebagai tenaga pengajar di sekolah harus mampu melakukan perbaikan-perbaikan dalam mengajar. Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa guru harus betul-betul memahami secara matang bahan ajar yang akan diajarkan kepada siswa.

(18)

guru dituntut untuk terlibat secara langsung dalam peningkatan kualitas pendidikan. Pendekatan supervisi akademik perlu didasarkan atas perkembangan, kebutuhan, dan karakteristik guru. Sahertian (2008:20) menyatakan, bahwa supervisi akdemik yang mampu memperbaiki kualitas mengajar guru, adalah yang dilaksanakan berdasarkan data dan fakta yang obyektif. Keberhasilan supervisi akdemik juga ditunjang dengan hubungan kesejawatan yaitu hubungan yang dibangun dengan akrab dan hangat.

Namun demikian, diisinyalir bahwa pengawasan kurang berjalan dengan baik, termasuk supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah kepada guru. Penelitian Willis (Satori, 1989 : 100), yang menemukan bahwa kepala sekolah menggunakan sebagian besar waktunya untuk mengerjakan pekerjaan kantor dan menghadiri rapat-rapat yang sifatnya berisi masalah-masalah administratif. Pernyataan lainnya disampaikan oleh Eriyadi (2008) yang dimuat dalam harian Radar Semarang : Secara teoritis kepala sekolah telah banyak menyusun perencanaan supervisi guru di kelas, namun dengan dalih kesibukan tugas pokok lainnya, pelaksanaan supervisi belum banyak dilakukan. Kemudian hasil riset yang dilakukan Samsudi (2009), sebanyak 47,06 persen pengelola SMK di Jawa Tengah memprioritaskan pada pembangunan fisik sekolah. Mereka tidak berpikir ke depan untuk mengembangkan mutu pendidikan.

(19)
(20)

pendahuluan melalui observasi dan wawancara dengan 7 orang guru SMK Kabupaten Bandung).

Secara konsepsional untuk membangun dan memecahkan permasalahan di atas perlu digunakan pendekatan pemberdayaan guru melalui bantuan profesional. Bantuan profesional yang dimaksudkan adalah bantuan-bantuan yang dapat memfasilitasi guru untuk tumbuh dan berkembang dalam profesinya terutama kaitannya dengan kegiatan pembelajaran yang harus dilakukannya di dalam kelas yairu supervisi akademik. Hal ini sesuai dengan pendapat Kimbal Willes bahwa ”Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi belajar -mengajar agar memperoleh kondisi yang lebih baik” (Arikunto, 2004 : 11).

Burton berpendapat bahwa ”Supervision is an expert technical service primarily aimed at studying and improving co-operatively all factors which effects child

growth and development” (Purwanto, 2002 : 77). Jadi supervisi akademik terkait

(21)

lebih baik, positif proses belajar mengajar lebih nefektif dan efisien (Syaefudin, 2010: 106). Berkenaan dengan pendapat di atas maka supervisi akademik diharapkan menjadi alat dalam memberikan jaminan mutu pelaksanaan pembelajaran di kelas. Akuntabilitas pelaksanaan pembelajaran diharapkan akan terbangun melalui akuntabilitas supervisi akademik. Akuntabilitas supervisi akademik dibangun melalui kekuatan program-program yang dikembangkan oleh supervisor; proses need assessment, perencanaan program dan tindakan aksi dalam pelaksanaan program serta alat evaluasi yang akurat sehingga tindak lanjut dapat dilakukan secara konsisten. Hal lainnya yang menjadi perhatian utama yaitu bagaimana pengawas mampu menjalankan supervisi yang baik sehingga muncul perubahan pada guru yang disupervisi. Kapasitas guru SMK muncul dalam bentuk-bentuk kemampuan, pengetahuan, dan sikap yang diperlihatkan dengan dukungan kompetensi dan komitmen dalam peningkatan mutu pembelajaran. Supervisi akademik seyogyanya berperan dalam rangka menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Melalui implementasi supervisi akademik diharapkan pula proses dan mutu pembelajaran akan meningkat.

(22)

Mengingat kompleksnya permasalahan yang ada pada SMK sebagaimana telah diuraikan di atas, maka pada penelitian ini difokuskan pada masalah implementasi supervisi akademik yang mampu memberdayakan guru dan meningkatkan mutu pembelajaran yang meliputi aspek : (1) program supervisi akademik yang disusun; (2) pelaksanaan supervisi akademik dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran serta (3) penilaian dan tindak lanjut kegiatan supervisi akademik yang dilakukan oleh para pengawas khususnya pengawas yang membina SMK wilayah Kabupaten Bandung.

(23)

komponen lainnya minimal 2) PBKL Sangat baik (4), PSB Cukup (3,92) berstatus RSBI dan penjaminan mutu melalui ISO 2009 - 9001. Salah satu binaan pengawas dua (P2) yaitu SMKN 2 Baleendah status SSN/Mandiri penjaminan mutu ISO 2009 - 9001 : Sekolah Katagori Mandiri (SKM), Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal (PBKL), Pusat Sumber Belajar (PSB) Standar I (5 komponen: Standar isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Pengelolaan, Standar Penilaian bernilai < 3 dengan aspek pelaksanaan proses pada standar proses minimal bernilai < 2 dan komponen lainnya bernilai < 2. Salah satu binaan pengawas tiga (P3) yaitu SMKN 3 Baleendah 3 status Sekolah Potensial : Sekolah Katagori Mandiri (SKM), Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal (PBKL), Pusat Sumber Belajar (PSB) Standar I (5 komponen Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Pengelolaan,Standar Penilaian bernilai < 3 dengan aspek pelaksanaan proses pada standar proses minimal bernilai < 2 dan komponen lainnya bernilai < 2).

B. Fokus Kajian dan Pertanyaan Penelitian 1. Fokus Kajian Penelitian

(24)

a. Upaya peningkatan mutu pembelajaran sebaiknya memiliki jaminan mutu terhadap peningkatan mutu lulusan, terlebih dengan pendekatan upaya supervisi akademik yang dilakukan pihak pengawas. Untuk pengkajian tersebut, diperlukan kajian terhadap program kerja supervisi akademik yang disusun oleh pengawas dalam pelaksanaan tugasnya;

b. Proses perbaikan kegiatan supervisi akademik yang berkesinambungan dan berkelanjutan merupakan hal yang sangat penting, oleh karena itu dibutuhkan sistem penilaian dan tindak lanjut pelaksanaan progran supervise akademik yang efektif dan efesien;

c. Untuk mengkaji kebermaknaan supervisi akademik, maka dibutuhkan kajian pemberdayaan sumber daya guru secara khusus ;

d. Kajian selanjutnya berkenaan dengan dampak pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan pengawas sekolah dan kaitannya dengan mutu pembelajaran;

2. Pertanyaan Penelitian

Permasalahan pokok yang dikaji dalam penelitian ini, seperti dipaparkan di atas, kemudian dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut : Bagaimanakah implementasi supervisi akademik tiga orang pengawas SMK dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran di Kabupaten Bandung? Untuk memudahkan proses pengkajian, maka perumusan masalah tersebut, diuraikan menjadi lima pertanyaan penelitian sebagai berikut :

(25)

b. Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan tiga orang pengawas SMK dalam rangka meningkatan mutu pembelajaran di sekolah binaannya?

c. Bagaimana penilaian dan tindak lanjut supervisi akademik yang dilakukan tiga orang pengawas SMK di sekolah binaannya ?

d. Bagaimana Strategi pemberdayaan guru dalam pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan tiga orang pengawas SMK agar mampu meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah binaannya ?

e. Bagaimana dampak pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan tiga orang pengawas SMK terhadap peningkatan mutu pembelajaran di sekolah binaannya ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian secara umum adalah untuk memperoleh gambaran mengenai imlementasi supervisi akademik yang dilakukan tiga orang pengawas SMK untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah binaannya di Wilayah Kabupaten Bandung. Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui, mengkaji dan menganalisa tentang :

1. Program supervisi akademik yang disusun tiga orang pengawas SMK dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran;

2. Pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan tiga orang pengawas SMK dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran;

(26)

4. Strategi pemberdayaan guru dalam pelaksanaan supervisi akademik agar mampu meningkatkan mutu pembelajaran;

5. Dampak pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan tiga orang pengawas SMK terhadap peningkatan mutu pembelajaran;

6. Pengembangan model hipotetik pengembangan supervisi akademik untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis

a. Hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk mengembangkan dan mempertajam teori dan konsep administrasi pendidikan khususnya supervisi pendidikan;

b. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan khasanah dan wawasan keilmuan khususnya dalam pengembangan manajemen pengawasan terkait dalam rangka menyelaraskan program supervisi pendidikan sesuai tujuan pendidikan.

c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan kajian dan pengembangan pendidikan kejuruan yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja atau dunia industri d. Diharapkan diperoleh suatu model pengembangan supervisi akademik; 2. Praktis

(27)

b. Bagi pengambil kebijakan terutama Dinas Pendidikan, dari hasil studi ini dapat mereposisi hasil-hasil kepengawasan yang dilaporkan oleh pengawas sebagai bahan dalam mempertimbangkan bentuk-bentuk pemberdayaan guru yang dapat dilakukan;

c. Bagi pengawas SMK, studi ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk mengukur tingkat pelaksanaan layanan profesional yang telah diberikan kepada guru-guru.

d. Bagi sekolah/kepala sekolah hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk melakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan guru-guru dalam pembelajaran yang dilakukannya.

e. Bagi guru, hasil penelitian yang dilakukan ini dapat mengukur tingkat ketercapaian dalam ukuran kebermutuan perencanaan pembelajaran yang dilakukan dan pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung. E. Metode Penelitian

Penelitian ini tidak bermaksud untuk mengungkapkan hubungan antara variabel melalui studi korelasi atau regresi dan menguji hipotesis tertentu. Pengkajian masalah dalam penelitian ini, dimaksudkan untuk melakukan eksplorasi dalam upaya memahami dan menjelaskan masalah yang diteliti melalui komunikasi yang intensif dengan sumber data. Dalam prosesnya, peneliti

menggunakan kemampuan “conceptual framework”, artinya peneliti

(28)

temuan penelitian diungkapkan guna menjelaskan isu dan fokus masalah penelitian.

Pendekatan penelitian ini dikenal sebagai “qualitative reseach”. Menurut

Creswell (Satori, 2009: 24) bahwa yang dimaksud dengan qualitative reseach : “…..is an inquiry process of understanding based on distinct, methodelogical

tradition of inquiry that explore social or human problem. The reseacher building

complex, Holistic picture, analyis word, report detailed view of informants, and

conduct the study in a natural setting”.

Pendapat ini menggambarkan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu proses inkuiri tentang pemahaman berdasar pada tradisi-tradisi metodologis terpisah. Peneliti membangun suatu komplek, gambaran holistik, meneliti fakta-fakta, laporan-laporan, pandangan-pandangan dari penutur asli dan melakukan studi di suatu pengaturan yang alami.

Berkenaan dan karakteristik dari penelitian kualitatif yang digunakan sesuai dengan yang dikemukakan Satori (2009: 19) bahwa :

Penelitian kualitatif memiliki karakteristik berikut :

(1) Objektivitas berarti tidak memihak atau teguh pada fakta yang sesungguhnya;

(2) Akurat artinya valid dan reliabel dalam pengukuran dan analisa;

(3) Verifikasi, hasil suatu penelitian bukan sesuatu yang bersifat kekal abadi akan tetapi dapat dikonfirmasikan atau direvisi melalui penelitian lain; (4) Penjelasan yang hemat/singkat dan memiliki nilai ilmiah yang tinggi; (5) Empirisme, suatu penelitian adalah usaha mengungkap fakta yang nyata; (6) Penalaran logis, yakni merupakan proses ilmiah yang memerlukan

penalaran logis;

(29)

Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif (qualitative reseach) dalam penelitian ini adalah :

(1) Mengingat peneliti sendiri, berusaha untuk mendapatkan data nyata tentang pelaksanan supervisi akademik secara langsung dari sumber sesuai lokasinya, maka peneliti sendiri merupakan instrumen inti atau utama (human

instrument);

(2) Peneliti akan mencoba memahami makna atau meaning dari apa yang diteliti selama pelaksanaan supervisi akademik;

(3) Kerangka penelitian penulis, disusun dalam bentuk “pertanyaan penelitian” (reseach questions) yang pada dasarnya didesain secara lengkap atau terperinci menurut keseluruhan pelaksanaan proses supervisi secara ideal, sebab penjabaran ke dalam bentuk lembar pengamatan dan pedoman wawancara hanya digunakan oleh peneliti sebagai rambu-rambu untuk mengeksplorasi data yang berkaitan erat dengan masalah yang diteliti;

(4) Data yang diperoleh akan dianalisis secara induktif berdasarkan masukan terhadap pertanyaan penelitian. Teori dikembangkan atas dasar pemahaman secara sederhana dari data yang paling mendasar;

(30)

Sebagai peneliti kualitatif, peneliti menaruh perhatian untuk memahami perilaku, pendapat, persepsi, sikap dan lainnya. Berdasarkan pandangan sumber subjek yang ditelitinya. Oleh karena itu, peneliti mengumpulkan datanya melalui kontak langsung dengan para pengawas di sekolah binaannya di mana pengawas sehari-hari berada dan bisa melakukan kegiatannya.

(31)

Penelitian ini dilakukan dengan teknis deskriptif eksploratif kualitatif dan dengan tujuan untuk menghasilkan sebuah produk penelitian yang akan digunakan sebagai bahan pengembangan dengan alasan yakni kegiatan supervisi akademik merupakan salah satu tugas pengawas sekolah yang harus dilakukan dalam pelaksanaan tugas sehari hari.

Sekalipun penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus, tetapi hasil penelitian ini dapat pula ditindaklanjuti dengan penelitian pengembangan (research and development). Alasan pemakaian pendekatan tersebut adalah karena pendekatan ini dapat digunakan untuk menghasilkan produk dan dapat dilanjutkan dengan menguji keefektifan produk yang dihasilkan tersebut, produk yang dimaksud hasil penelitian ini adalah rekomendasi berupa pengembangan model supervisi akademik pada SMK berkenaan dengan kegiatan supervisi akademik yang dilakukan pengawas SMK.

F. Struktur Organisasi Desertasi.

1. BAB I. Pendahuluan, bab ini akan membahas gambaran umum yang dapat memberikan Informasi kepada pembaca tentang apa yang dibahas dalam desertasi ini yang berisi tentang Latar Belakang Penelitian, Fokus Kajian dan Pertanyaan Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Pendekatan Penelitian dan Struktur organisasi desertasi.

(32)

Kejuruan, Mutu Pembelajaran Pada Pendidikan Kejuruan, Peranan Pengawas dalam Penjaminan Mutu Pendidikan, dan Paradigma Penelitian.

3. BAB III Metoda Penelitian, yang merupakan bab inti desertasi ini, yang akan menganalisis dan membuktikan serta menjawab pertanyaan penelitian dengan bertitik tolak dari teori dan kebijakan yang digunakan. Penyajiannya terdiri dari Metoda dan Pendekatan Penelitian, Langkah langkah Penelitian, Desain Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelaitian, Subjek Penelitian

4. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam bab ini penulis akan mengemukakan Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian serta Rumusan Model Hipotetik Pengembangan Supervisi akademik sebagai kristalisasi dari hasil penelitian.

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metoda dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui studi deskriptif analitis kualitatif. Fokus penelitian dalam penelitian ini menuntut peneliti untuk melalukan komunikasi yang intensif dengan sumber data dalam rangka eksplorasi mengenai program supervisi akademik, pelaksanaan supervisi akademik, efektivitas pelaksanaan program dan tindak lanjut supervisi akademik, pemberdayaan guru dalam supervisi dan dampak implementasi supervisi akademik pada mutu pembelajaran. Penelitian ini merupakan upaya untuk memahami dan mendeskripsikan fenomena dan gejala-.gejala yang terjadi tentang implementasi supervisi dan mutu pembelajaran dan menemukan pengembangan model supervisi akademik dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut McMillan and Schumacher (2001 : 15) pendekatan kualitatif didasarkan pada konstruktifisme (constructionism) dengan asumsi multiplerealities yang secara sosial dibangun melalui persepsi individu dan kolektif pada saat melihat situasi yang sama.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan “prosedur

(34)

dan perilaku yang dapat diamati” . Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan

pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan”.

(35)

Berdasarkan dari karakteristik yang dijabarkan di atas, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Kesemuanya itu dilakukan dengan maksud agar diperoleh data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian kualitatif dalam bidang pendidikan sering disebut inquiri naturalistic (Bogdan & Biklen, 1992:3 ) artinya proses pengkajian yang dilakukan pada situasi lapangan yang alami (bukan di laboratorium), menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi, peneliti berinteraksi secara alami dengan subjek penelitian.

B.Langkah-Langkah Penelitian

Dalam memperoleh data empirik yang sesuai dengan rumusan masalah, maka dilakukan berbagai langkah yang sesuai dengan proses penelitian kualitatif. Adapun prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini melalui tiga tahap sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasution (2003:33) yaitu: (1) Studi persiapan/orientasi, (2) Tahap eksplorasi, dan (3) Tahap member check. Dalam penelitian ini langkah-langkah operasional yang dilakukan secara rinci sebagai berikut:

1. Menentukan fokus penelitian; peneliti berusaha menguraikan latar belakang permasalahan yang hendak dipecahkan, mengindentifikasi phenomena yang menunjukkan realitas permasalahan dan kemudian menentukan fokus penelitian yang memiliki fungsi sebagai pedoman peneliti ketika melakukan eksplorasi data;

(36)

landasan teori dari berbagai sumber informasi dan kemudian membangun paradigma penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang dimaksud; 3. Menentukan kesesuaian antara paradigma dengan teori yang dikembangkan

sehingga peneliti tetap yakin terhdapa kebenarannya karena teori yang dibangun masih saling berkaitan erat dengan paradigma yang dikembangkan; 4. Menentukan sumber data yang dapat digali dari masyarakat yang diteliti. Unsur

ini penting bagi peneliti bahwa prinsip berbasah kaki dan berinteraksi dengan responden dapat dilaksanakan dengan benar;

5. Menentukan tahap-tahap penelitian. Tahapan penelitian pada umumnya mencakup langkah-langkah yang secara sistematis direncanakan oleh peneliti; 6. Mengembangkan instrumen penelitian. Seorang peneliti perlu menuangkan

secara tertulis sebagai fungsi pertanggung jawaban, ketika peneliti lain menanyakan proses yang berkaitan erat dengan pengambilan data;

7. Merencanakan pengumpulan data dan pencatatannya, termasuk di dalamnya garis besar teknik pengumpulan data yang dipilih agar memperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan;

8. Rencana analisis data, termasuk tindakan setelah peneliti megumpulkan data dari para

responden, melakukan refleksi dan menampilkannya untuk menuju penyusunan teori;

9. Rencana mencapai tingkat kepercayaan dan kebenaran penelitian, yang di dalamnya

mencakup bagaimana peneliti melakukan pengambilan data agar memperoleh data

yang valid dan reliabel dengan permasalahan yang diteliti;

10. Merencanakan lokasi dan tempat penelitian, lokasi di mana responden berada adalah tempat yang perlu diperhitungkan, sehingga peneliti akan memperoleh informasi dari tangan pertama yaitu orang yang mempunyai informasi;

11. Menghormati etika penelitian, termasuk perhatian peneliti untuk selalu menghormati hak responden, tidak memaksa dan tidak membahayakan posisi responden;

(37)

C. Desain Penelitian

Berkenaan dengan pendekatan, teknik pengambilan data penelitian, unit analisis

kajian, prosedur dan teknik analisis data penelitian yang dilakukan, maka desain

penelitian yang dilakukan digambarkan pada bagan berikut :

Tidak Reduksi data; b) Display Data; c) Pemeriksanaan Data dan d) Analisis

Deskripsi, Pembahasan dan Analisis serta temuan Penelitian

Periksa Kebasahan Data

(38)

Keduabelas komponen langkah penelitian seperti dipaparkan di atas, tergambarkan secara jelas pada gambar 3.1 di atas. Dengan demikian maka penelitian ini dilakukan sesuai dengan pendekatan, prosedur dan disain kualitatif dimulai dengan identifikasi permasalahan hingga sampai pada tahap pelaporan hasil penelitian.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengemukakan lokasi penelitian adalah (1) menyebutkan tempat, (2) mengemukakan alasan adanya fenomena sosial atau peristiwa yang terjadi dilokasi, (3) mengemukakan adanya kekhasan lokasi yang akan diteliti (Hamidi, 2004 : 69). Sehubungan dengan hal tersebut maka lokasi penelitian ini mengambil tempat di Kabupaten Bandung, dimana Pemerintah Kabupaten Bandung melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung memiliki visi ”Terselenggaranya layanan prima pendidikan dalam membentuk insan kamil yang mengedepankan nilai-nilai budaya lokal dengan berorientasi global” dengan beberapa potensi pendidikan

(39)

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan semester ganjil dan genap tahun ajaran 2010/2011, direncanakan pada bulan September 2010 sampai dengan Februari 2011 dilaksanakan penelitian kualitatif sebagai tahap kegiatan pengumpulan informasi untuk identifikasi program kegiatan. Sementara pada Bulan Maret 2011 sampai dengan September 2011 dilakukan pengkajian dan evaluasi program serta pengembangan alternatif program selanjutnya.

E. Sujek Penelitian

Istilah sampel dalam penelitian kualitatif jarang digunakan, dan jika digunakan konsep atau makna yang terkandung di dalamnya berbeda dengan diartikan dalam penelitian kuantitatif (Sukaryana, 1992: 13). Oleh sebab itu penelitian ini menggunakan istilah subjek penelitian. Subjek penelitian ini adalah orang, sumber atau informasi yang dapat memberikan data atau informasi kepada peneliti. Penentuan subjek penelitiannya dilakukan secara purposif, hal ini didasarkan pada ciri-ciri pengambilan subjek secara purposif, yaitu 1) Rancangan subjek penelitian yang timbul tidak dapat ditentukan lebih dahulu; 2) Penentuan subjek secara berurutan 3) Penyesuaian berkelanjutan dari subjek, dan 4) Pemilihan berakhir jika telah terjadi pengulangan (Moleong, 1993;165-166). Dalam penelitian ini memusatkan perhatian pada:

1. Komponen manusia, yaitu tiga orang pengawas yang membina SMK.

(40)

3. Sumber data tak tertulis berupa tindakan dalam pemberian pelayanan profesional oleh pengawas, kegiatan-kegiatan pembelajaran guru dan usaha-usaha penjaminan mutu pembelajaran.

F. Data dan Sumber Data Penelitian 1. Data

Data primer dan data sekunder adalah dua jenis data dalam penelitian ini. Data primer diperoleh dalam bentuk verbal berupa ucapan lisan dan perilaku dari subjek (informan). Data primer dijaring melalui observasi dan wawancara antara lain beberapa program-program supervisi akademik, pelaksanaan program supervisi akademik yang mampu memberdayakan guru, dampak program supervisi akademik pada mutu pembelajaran, dan fenomena lainnya yang sesuai dengan fokus penelitian.

Data sekunder dalam penelitian ini dijaring melalui dokumen-dokumen yang ada kaitannya dengan fokus penelitian. Karakteristik data sekunder tersebut berbentuk : tulisan-tulisan, rekaman-rekaman, gambar-gambar atau foto-foto yang berhubungan dengan fokus penelitian ini. Dalam konteks penelitian ini, peneliti menjaring data skunder, seperti : (1) Pengawas yang membina SMK Kabupaten Bandung, (3) Program Supervisi dan data laporan tahunan program supervisi akademik; (4) Kurikulum kegiatan belajar dan mengajar.

2. Sumber Data

(41)

diperoleh melalui sumber manusia berfungsi sebagai subyek atau informan kunci

(key informants). Menurut Yin (1996:101) “...ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data studi kasus, hal itu mencakup penggunaan berbagai bukti sumber yaitu bukti dari dua atau lebih sumber tetapi menyatu dengan serangkaian fakta atau temuan yang sama” Sesuai dengan paradigma,

masalah, dan tujuan penelitian ini, maka sumber data penelitian adalah tiga orang pengawas yang membina SMK di Kabupaten Bandung. Sebagai sumber data pelengkapnya adalah kepala sekolah dan guru pada sekolah binaannya. Sedangkan sumber data non manusia berupa dokumen-dokumen program, dokumen laporan tahunan supervisi akademik, dokumen nilai akademik di sekolah binaannya, prestasi guru dan dokumen-dokumen yang relevan dan berkaitan dengan fokus penelitian sebagimana yang dijelaskan di atas.

G. Tahapan dan Tehnik Pengumpulan Data 1. Tahapan Pengumpulan Data

Setelah persiapan penelitian dilakukan, pengumpulan data pada sample dari populasi yang telah dipilih. Dengan tidak adanya suatu pola yang pasti dalam prosedur pengumpulan data pada penelitian kualitatif, maka keefektifannya akan ditentukan oleh peranan peneliti sebagai “human instrument”. Adapun langkah

-langkah pengumpulan data dalam pendekatan kualitatif meliputi: a. Data diambil langsung dari setting alami (nature setting).

(42)

diteruskan sampai tercapainya taraf reduksi, ketuntasan atau kejenuhan; ”aksudnya dengan menggunakan responden berikutnya boleh dikatakan tidak

lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti” (Nasution, 1988:32-33). c. Peneliti sebagai instrumen inti pokok: Pengambilan data langsung dilakukan

oleh peneliti sehingga “instrumen diharapkan mempunyai adaptabilitas yang

tinggi; bisa menyesuaikan diri dengan situasi yang cenderung berubah-rubah, dapat memperluas pertanyaan yang berguna untuk tujuan penelitian” (Nasution, 1988:54-55).

d. Penelitian lebih menekankan pada proses daripada produk atau hasilnya (bersifat deskriptif analitis): Menurut Miles dan Hubermen (1992: 15) “Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, cenderung berbentuk uraian kata-kata dari pada angka-angka; demikian juga hasil analisisnya.”

e. Analisis data secara induktif atau interpretasi bersifat idiografik: Bersifat idiografik artinya, penelitian ini lebih mementingkan makna dalam konteks ruang dan waktu di balik data yang dikumpulkan.

f. Mengutamakan makna (meaning) di balik data. 2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Menurut Nasution (1988: 56) “catatan lapangan tersebut melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi”.

(43)

instrumen penelitiannya adalah diri peneliti sendiri (human instrument). Untuk itu dilakukan melalui teknik:

a. Observasi: merupakan aktivitas yang sistematis terhadap gejala-gejala baik yang bersifat fisikal maupun mental. Pengamatan terhadap tindakan-tindakan yang mencerminkan proses layanan profesional yang dilakukan oleh pengawas dalam supervisi akademik dan proses pembelajaran.

b. Wawancara: peneliti menggunakan pedoman wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya terbuka. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar wawancara dapat berlangsung tetap pada konteks permasalahan penelitian. c. Studi Dokumentasi : Sekalipun dalam penelitian kualitatif kebanyakan data

diperoleh dari sumber manusia (human resources) melalui observasi dan wawancara, akan tetapi belum cukup lengkap perlu adanya penguatan atau penambahan data dari sumber lain yaitu dokumentasi. Dalam penelitian ini dokumen dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data. H. Prosedur Analisis Data Penelitian

Kegiatan ini dilakukan guna memberi makna terhadap data dan informasi yang telah dikumpulkan yang dilaksanakan secara kontinu dari awal sampai akhir penelitian. Analisis dan interpretasi atau penafsiran ini dlakukan dengan merujuk kepada landasan teoritis yang berhubungan dengan masalah penelitian dan berdasarkan “consensus judgment”. Pelaksanaan analisis data dalam penelitian ini

belum ada prosedur baku yang dijadikan pedoman para ahli.

(44)

kualitatif dalam praktiknya merupakan kegiatan yang saling berkaitan. Kedua proses kegiatan di atas kadang-kadang dikerjakan secara bersamaan, artinya analisis data seharusnya dikerjakan bersamaan dengan pengumpulan data, kemudian dilanjutkan kembali setelah selesai (Bogdan & Biklen, 1982; Spradly,1980; Williams, 1988; Miles dan Huberman, 1984).

Namun demikian penelitian ini, peneliti mengikuti langkah-langkah seperti yang dianjurkan oleh Miles dan Huberman (1992: 21) yaitu: ”reduksi data, display data, dan pengambilan kesimpulan dan verifikasi.”

1. Reduksi Data

(45)

2. Display Data

Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat pola-pola hubungan satu data dengan data lainnya.

3. Analisis Data

(46)

Gambar 3.2 Prosedur Analisis Data 4. Mengambil Kesimpulan

Dari kegiatan-kegiatan sebelumnya, langkah selanjutnya adalah menyimpulkan dan melakukan verifikasi atas data-data yang sudah diproses atau ditransfer ke dalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan pola pemecahan permasalahan yang dilakukan.

I. Pengujian Tingkat Validitas Data

Maksud dari pemeriksanaan keabsahan hasil penelitian yaitu cara-cara memperoleh tingkat kepercayaan dari hasil penelitian. Lincoln & Guba (1985:301-321) dalam tulisannya yang berkaitan dengan penelitian kualitatif,

Prosedur

Visualisasi Data

Pengelolaan Data Membaca dan

mengatur Data Menjelaskan dan mengintrepretasikan

(47)

mengatakan bahwa tingkat kepercayaan (validitas) data dalam penelitian kualitatif ini berpegang kepada empat prinsip atau kriteria, yaitu : (1) credibility, (2)

dependability, (3) confirmability, dan (4) transferability. Prinsip-prinsip tersebut

dijelaskan sebagai berikut :

1. Kredibilitas (Validitas Internal)

Kredibilitas hasil penelitian akan menunjukkan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya. Untuk memenuhi kredibilitas dilakukan kegiatan triangulasi, penggunaan bahan referensi dan mengadakan member check. Keabsahan atas hasil-hasil penelitian dilakukan melalui:

a. Meningkatkan kualitas keterlibatan peneliti dalam kegiatan di lapangan; b. Pengamatan secara terus menerus;

c. Triangulasi

d. Kegiatan ini dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber data dengan data yang diperoleh dari sumber data lainnya tentang fokus yang sama, pada berbagai fase penelitian lapangan pada waktu yang berlainan dengan menggunakan metode yang berlainan (Nasution, 2003). e. Pelibatan teman sejawat untuk berdiskusi, memberikan masukan dan kritik

dalam proses penelitian;

f. Menggunakan bahan referensi untuk meningkatkan nilai kepercayaan akan kebenaran data yang diperoleh, dalam bentuk rekaman, tulisan, copy-an, dll. g. Membercheck, pengecekan terhadap hasil-hasil yang diperoleh guna

(48)

2. Transferabilitas

Tingkat transferabilitas suatu penelitian berkaitan dengan pertanyaan sampai sejauh mana hasil penelitian ini dapat diaplikasikan atau dimanfaatkan dalam situasi lain. Untuk memahami hal ini, peneliti merujuk pada apa yang disampaikan oleh Nasution (2003) sebagai berikut :

Bagi peniliti naturalistik transferability bergantung pada si pemakai, yakni hingga manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan situasi tertentu. Peneliti sendiri tidak dapat menjamin “validitas external” ini. Ia hanya melihat transferability sebagai suatu kemungkinan. Ia

telah memberikan deskripsi yang terinci bagimana ia mencapai hasil penelitian itu. Apakah hasil penelitian itu dapat diterapkan, diserahkan kepada para pembaca dan pemakai. Bila pemakai melihat ada dalam penelitian itu yang serasi bagi situasi yang dihadapinya maka di situ tampak adanya tranfer, walaupun dapat diduga bahwa tidak ada dua situasi yang sama sehingga masih perlu penyesuaian menurut keadaan masing-masing.

Bahwa hasil penelitian yang didapatkan dapat diaplikasikan oleh pemakai penelitian, penelitian ini memperoleh tingkat yang tinggi bila para pembaca laporan memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian.

3. Dependabilitas

(49)

mempelajari laporan lapangan secara lebih seksama serta laporan lainnya sampai laporan penelitian selesai.

4. Konfirmabilitas

Prinsip kofirmabilitas bermakna keyakinan atas data penelitian yang diperoleh. Untuk memenuhi prinsip ini peneliti melakukan berbagai kegiatan, seperti : (1) mengundang berbagai pihak untuk mendiskusikan temuan hasil penelitian, (2) mendatangi berbagai pihak untuk melakukan audittrial, melakukan proses kerja secara sistematis dan terdokumentasi, serta memeriksa dengan teliti setiap langkah kerja penelitian, dan (3) mengkonfirmasikan hasil penelitian dengan para ahli, dalam hal ini para pembimbing (promotor).

Disamping itu juga ada beberapa kegiatan yang dilakukan, diantaranya:

a. Mencatat selengkap mungkin hasil wawancara, observasi, maupun studi dokumentasi sebagai data mentah untuk kepentingan analisis selanjutnya; b. Menyusun hasil analisis dengan cara menyeleksi data mentah tersebut,

kemudian dirangkum dan disusun kembali dalam bentuk deskripsi yang lebih sistematis;

c. Membuat panfsiran atau kesimpulan sebagai sintesis data;

d. Menyusun laporan yang menggambarkan seluruh proses penelitian, sejak pra survey, penyusunan desain penelitian, sampai pengolahan dan penafsiran data sebagaimana mestinya.

J. Rancangan Inquiri

(50)

bawah ini dibuat kisi-kisi penelitian yang memungkinkan peneliti dapat mengumpulkan data seperti apa yang diharapkan.

Tabel 3.1 Rancangan Inquiri

No Unit Kajian Sub Unit Kajian Informan Teknik

1 Program

a. Pemahaman Pengawas terhadap Kinerja dan Program Kerja

c. Komponen Program Kegiatan Supervisi Akademik pada Program Kerja Pengawas; d. Prosedur penyusunan program

supervise akademik

e. Permasalahan yang dihadapi dalam Penyusunan Program Supervisi Akademik;

a. Tujuan supervisi akademik; Pengawas, Kepala

a. Sasaran penilaian Supervisi Akademik b. Tujuan penilaian Supervisi

Akademik

c . Strategi Penilaian Supervisi Akademik

d. Indikator Keberhasilan Supervisi Akademik

e. Instrumen Penilaian Supervisi akadmik

(51)

No Unit Kajian Sub Unit Kajian Informan Teknik

Unit Kajian Sub Unit Kajian Informan Teknik

Dampak

6 b. Tujuan model supervisi akademik Pengawas,

Kepala d. Model dan komponen model

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Penyusunan program supervisi akademik pengawas SMK di Kabupaten Bandung khususnya program supervisi akademik (semesteran) secara keseluruhan belum efektif, dengan indikator yaitu: (1) Program supervisi akademik (semesteran) tidak mencantumkan hasil identifikasi dan analisis pengawasan tahun sebelumnya di sekolah binaannnya; (2) Dari beberapa SMK tidak ditemukan program Supervisi Kegiatan Akademik (RKA); (3) Sosialisasi program supervisi akademik belum maksimal sehingga beberapa sekolah tidak mengetahui program yang akan dilaksanakan; dan (4) Belum semua guru dan kepala sekolah SMK yang menjadi binaannya dilibatkan dalam penyusunan program supervisi akademik.

(53)

(RKA); (4) Pelaksanan supervisi akademik terhadap guru belum berjalan secara berkesinambungan karena waktu yang tersedia bagi pengawas SMK relatif sempit, beban kerjanya banyak antara supervisi akademik dan manajerial; (5) Pelaksanan supervisi akademik belum sesuai jadwal yang ditetapkan; (6) Hubungan antara pengawas dan guru masih belum terjalin baik karena masih banyak guru yang menganggap bahwa pelaksanaan supervisi akademik dianggap penilaian kinerja guru.

3. Penilaian pada kegiatan supervisi akademik, meliputi penilaian hasil supervisi terhadap guru yang diperuntukan bagi upaya peningkatan proses pembelajaran dan peningkatan mutu lulusan, sedangkan penilaian proses kegiatan supervisi berguna bagi pengawas dalam rangka perbaikan proses kegiatan supervisi akademik pada waktu dan sasaran berikutnya. Tindak lanjut hasil supervisi akademik berupa pembinaan berkesinambungan yang dilaksanakan baik itu dilakukan oleh sekolah sendiri maupun oleh pengawas pembina masih belum efektif.

(54)

dalam kegiatan supervisi akademik tidak optimal. Pada pelaksanaan supervisi akademik, guru seolah masih objek yang dinilai, sehingga terbentuk jarak pisah yang jauh antara guru dengan pihak pengawas; Kolaborasi antara guru dengan pihak pengawas dalam kegiatan supervisi akademik masih belum terjalin baik, hal ini disebabkan karena koordinasi dan komunikasi serta kerja sama antara pengawas dengan guru belum optimal, padahal dalam kegiatan supervisi akademik antara pengawas dan guru sebaiknya memiliki kesepakatan bersama dan komitmen terhadap posisinya masing-masing. Supervisi akademik ini merupakan proses pembelajaran bagi guru dalam memperbaiki kinerja sesuai dengan tugas dan kewenangannya, Namun dirasakan oleh pihak guru tidak lebih sekedar wahana penilaian kinerja saja.

5. Dampak kegiatan supervisi akademik pada SMK : (1) peningkatan kompetensi dan kinerja guru sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya; (2) peningkatan mutu proses pembelajaran baik pada rumpun mata pelajaran adaptif, normatif dan produktif ;

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, terdapat beberapa hal yang dapat dijelaskan berkenaan dengan rekomendasi hasil penelitian, diantaranya sebagai berikut :

1. Bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung.

(55)

b. Diharapkan adanya pembenahan ulang dalam wilayah kerja binaan pengawas sekolah, penataan kembali kualifikasi pengawas baik menyangkut pendidikan maupun pengalamannnya yang sesuai dengan karakteristik kurikulum SMK .

c. Mendahulukan peningkatan kompetensi pengawas SMK secara berkelanjutan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi dibandingkan para kepala sekolah dan guru .

d. Pengawas SMK diberikan kewenangan dalam menyeleksi calon kepala SMK dan melakukan pelatihan dan pengembangan bagi guru-guru, serta menilai kinerja guru dan kepala SMK selanjutnya direkomendasikan dalam peningkatan karirnya .

e. Disediakan dana operasional dan tunjangan yang memadai bagi pengawas SMK guna memudahkan akomodasi pengawas dalam rangka melakasanakan supervisi ke SMK binaannya.

f. Meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanan tugas kepengawasan disamping adanya kebijakan tentang reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) yang tegas dari pemerintah Kabupaten Bandung terhadap kinerja para pengawas SMK yang tidak efektif melaksanakan tugasnya.

(56)

h. Pelaksanaan supervisi akademik pada SMK idealnya dilakukan oleh pengawas program keahlian dengan latar belakang keilmuan yang relevan. Pengawas program keahlian melakukan supervisi pada aspek efektivitas dan mutu proses pembelajaran, kurikulum, materi dan tuntutan keilmuan, khususnya pada kelompok mata pelajaran produktif. Masing masing pengawas program keahlian membina maksimal lima sekolah

2. Bagi Pengawas dan Kelompok Kerja Pengawas Sekolah (KKPS)

a. KKPS sebaiknya lebih pro aktif untuk melaksanakan musyawarah pengawas sekolah dalam upaya menghadapi dan memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan supervise akademik pada tingkat SMK yaitu bagaimana merealisasikan program supervisi akademik yang sesuai dengan aturan (standar), bagaimana mensosialisasikan program supervise kepada seluruh kepala sekolah. b. Rencana Kegiatan Akademik sebaiknya disusun dan diselaraskan dengan

kalender pendidikan yang ada di sekolah serta mensosialisasikannya kepada seluruh sekolah binaan masing masing.

(57)

3. Bagi SMK,

a. Kepala sekolah bersama dengan guru berkenan membuka diri dan membangun komunikasi dengan pengawas untuk mengaktualisasikan supervisi pendidikan sebagai budaya sekolah.

b. Kepala sekolah bersama dengan guru memposisikan pengawas sebagai mitra kerja dalam proses dan peningkatan mutu pembelajran.

(58)

356

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Sahid, Sahil (2001). Profesi Kependidikan Jakarta : PT. Imperial Bhakti Utama

Alfonso, R.J., Firth, G.R dan Neville, R.F (1981) Instructional Supervision: A

Behavior Approach. Boston: Allyn and Bacon Inc.

Akdon, (2008), Strategic Management for Educational Management (Manajemen

Strategik untuk Manajemen Pendidikan). Bandung: Alfabeta.

Alan, Thomas, J, (1993). The Productive School; A System Analysis Approach to

Educational Administration. New York : John Willey & Sons, Inc.

Ali, Mohammad, (2009). Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional (Menuju Bangsa

Indonesia yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi). Jakarta : PT. Imperial

Bhakti Utama

Anne C Lewis, (2008). Teacher Development, Tech Directions; Jan 2008; 67, 6; ProQuest Education Journals pg. 5

Arikunto, Suharsimi (2006) Dasar dasar Supervisi, Jakarta: PT Rineka Cipta

Atmodiwiryo, Soebagio. (2011) Manajemen Pengawasan dan Supervisi Sekolah. Jakarta: Ardadizya Jaya.

Badan Pusat Statistik (BPS), (2009) Statistik Indonesia (Statistical Yearbook of

Indonesia 2009), Badan Pusat Statistik Indonesia: Jakarta

Bapadal, Ibrahim, (2009) Peningkatan Profesionalisme guru Sekolah Dasar, Dalam

Kerangka Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi

Aksara

Bogdan, R. and Bilken, SK. (1982). Qualitative research for education : an

introduction to theory and methods, Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Borg, WR & Gall, MD (1989). Educational Research: an introduction. Fifth Edition. New York : Longman

Brown, Roberd D. (1979). Industrial educational facilities, Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Calhoun, Calfrey C and Finch, Alton V. (1982), Vocational Education: concepts and

operation. Belmont: Wadsworth Publishing Co.

Canagarajah, S, A. Dar, R. Nording and D. Raju (2002) Effectiveness of Lending for

Vocational Education and Training: Lessons from World Bank Experience.

(59)

357

Castetter, William, B (2004). The Human Resource Function in Educational

Administration (Sixth Edition). New Jersey: Prentice Hall, Inc Erglewood

Cliffs.

Christine Mayer, (2001). Transfer of Concepts and Practices of Vocational Education

and Training from the Center to the Peripheries: the case of Germany,

Journal of Education and Work, Vol. 14, No. 2, 2001

Clarke, Linda and Winch, Christopher. (2007), Vocational Education : International

Approaches, Development and System, Oxon : Routledge

Cohn, Elchanan (1979), The Economics of Education Ballinger Publishing Company, Cambridge, Massachusetts

Creswell, John W, (1994). Qualitative Inquiry and Research Design; Choosing

Among Five Traditions, California: SAGE Publications.

_______________, (1994). Research Design; Qualitative and Quantitative

Approaches, California : SAGE Publications.

Curtis R. Finch and John R. Crunkliton, (1979). Curriculum Development in

Vocational and Technical Education, Boston: Allyn and Bacon, Inc,

Danim, Sudarwan, (2006), Visi Baru Manajemen Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara. David Coffey, (1989). Vocational Education : The Way Foward, British Journal

Education Study, Vol. XXXVII No. 4, November 1989,

David W Johnson; Roger T Johnson, (2005). New Developments in Social

Interdependence Theory. Genetic, Social, and General Psychology

Monographs; Nov 2005; 131, 4; ProQuest Science Journals pg. 285

Davis, Keith & John W. Newstrom (1985) “Human Behavior at Work : Organization

Behavior.” Singapore: Mc. Graw-Hill Book Company Inc.

Dedi Supriadi, dkk, (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia,

Membangun Manusia Produtif, Jakarta : Dikmenjur Ditjendikdasmen

Depdiknas

Deming, W.E. (1989), Foundation for Management of Quality in the Western World, New York, NY : Perigee Books,.

Dharma, Agus (2003), Manajemen Supervisi, Petunjuk Praktis Bagi Para

Supervisor, Jakarta: Raja Grafindo Persada

(60)

358

Endang Mulyatiningsih, (2011). Analisis Kesenjangan Kompetensi Kewirausahaan

Antara Mahasiswa dan Industri, Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,

Vol 20, No. 1 Mei 2011, Yogyakarta : Fakultas Teknik UNY

Engkoswara. (2001). Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong Otonomi

Daerah. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.

Ehren, M.C.M. and Visscher A.J., (2008). The Relationship between School

Inspections, School Characteristic and School Improvement, British Journal

of Educational Studies, ISSN 0007-1005, DOI number: 10.1111/j.1467-8527.2008.00400.x Vol. 56 , No. 2 , June 2008 , pp 205–227

Eugenia Petridou; Paraskevi Chatzipanagiotou, (2004). The planning process in

managing organisations of continuing education: the case of greek vocational training institution. The International Journal of Educational Management;

2004; 18, 4/5; ProQuest Education Journals pg. 215

Fasli Jalal dan Dedi Supriadi, (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi

Daerah, Yogyakarta : Adicitra Karya Nusa

Felise B. Milan, Sharon J. Parish, and Michael J. Reichgot. (2005), A Model for

Educational Feedback Based on Clinical Communication Skills Strategies:

Beyond the “Feedback Sandwich”, Teaching and Learning in Medicine, 18(1), 42–47 : Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Finch, & Crunkilton. (1992). Curriculum development in vocational and technical

education. Planning, content and implementation. Fourth edition. Virginia:

Polytechnic Institute and State University.

Frans Willekens (2008), Demography and Higher Education: The Impact on the Age

Structure of Staff and Human Capital Formation, HIGHER EDUCATION

TO 2030 – VOLUME 1: DEMOGRAPHY – ISBN 978-92-64-04065-6 – © OECD 2008, Netherlands Interdisciplinary Demographic Institute (NIDI), The Hague

Fullan, M. (1982). The Future Educational Changes, The Meaning of Educational

Changes. Ontario: OISE Press.

Gibson, Ivancevich dan Donnelly (1987) “Organisasi dan Manajemen:Prilaku

Struktur.” Jakarta: Terjemahan edisi keempat. Erlangga. Glickman, C.D.(1992) Supervision in Transition, ASCD Yearbook

Hamalik, Oemar, (2007), Pendidikan Guru, Konsep Kurikulum Strategi, Bandung: Pustaka Mariana.

Hamidi, (2004). Pendidikan Kejuruan, Investasi Membangun Manusia Produktif,

Makalah disampaikan dalam HARDIKNAS, Harian KOMPAS 30 April 2002,

(61)

359 Research and Practice, Toronto: Random House, Inc.

Iain Nixon, Kevyn Smith, Rob Stafford and Steve Camm, (2009). Work-based

learning Illuminating the higher education landscape, (KSA Partnership)

Imren Markes. (2006). A review of literature on employability skill needs in

engineering. European Journal of Engineering Education Vol. 31, No. 6,

December 2006, 637–650. http://www.tandf.co.uk/journals

James W Ainsworth; Vincent J Roscigno, (2005). Stratification, School-Work

Linkages and Vocational Education Social Forces; Sep 2005; 84, 1; ProQuest

Education Journals pg. 257

Johnson, David W; Roger T Johnson and Edythe Johnson Holubec, (2010),

Colaborative Learning : Strategi Pembelajaran untuk Sukses Bersama, diterjemahkan dari The Ne Circle of Learning, Penerjemah : Narulita Yusron,

Bandung : Penerbit Nusa Indah

Josipa Roksa, (2006). Does the Vocational Focus of Community Colleges Hinder

Students’ Educational Attainment?. The review of Higher Education Summer

2006, volume 29, No. 4, pp. 449-526. Association for the Study of Higher Education.

Juran, JM. (2000). Kepemimpinan Mutu (Pedoman Peningkatan Mutu Untuk Meraih

Keunggulan Kompetitif), penerjemah Edi Nugroho, Jakarta : PT. Pustaka

Binaman Presindo.

Kande F (2008). Akuntabilitas dalam Manajemen Berbasis Sekolah, (Online), (http://akuntabilitas-dalam-manajemen-berbasis-sekolah.html, diakses 2 Maret 2010)

Kaufman and Thomas, (1980), Needs Assessment, Concept and Aplications, New Jersey: Englewood Clifts, Educational Technology Publications.

Kaye Bowman and Peter Kearns, (2009). The Impact of E-learning on Employability

Skills Development, Australian Flexible Learning Framework, Department of

Education, Employment and Workplace Relations, , Canberra

Keputusan Mendiknas nomor 053/U/2001. Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan

Minimal Penyelenggaraan Persekolahan, Bidang Pendidikan Dasar dan

Menengah

Gambar

Tabel 4.32  Indikator Keberhasilan supervisi Akademik .................................
Gambar 3.1 Desain Kegiatan Penelitian
Gambar 3.2   Prosedur Analisis Data
Tabel 3.1 Rancangan Inquiri

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil kutipan wawancara dengan partisipan didapatkan bahwa orang tua dan mertua partisipan yang tidak mendukung pemberian ASI eksklusif dapat membuat ibu hilang percaya

[r]

Mengingat pentingaya acara tersebut, kami mengharapkan agar dihadiri langsung oleh Direktur Utama/Direktur/Kuasa Usaha, dengan membawa Dokumen Penawaran Asli yang diunggah (upload)

 Double top sell; adalah apabila sebuah harga ketika Double top sell; adalah apabila sebuah harga ketika menembus batas atas menembus batas atas (upper band) dan tetap berada di

Untuk memberikan konfirmasi lebih lanjut pada pemesanan yang sudah dilakukan, aplikasi akan menampilkan detil pemesanan jika berhasil melakukan booking dengan

dimenangkan dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap, konsumen lain yang tidak ikut menggugat dapat langsung menuntut ganti rugi berdasarkan putusan pengadilan tersebut... DAGANG

pemikiran tentang batas- batas pertumbuhan (limits to growth) yang arahnya menggambarkan bahwa eksploitasi yang berlebihan terhadap sumberdaya alam secara terus-menerus akan

mengadakan kerja sama bantuan hukum timbal balik dalam masalah pidana yang telah ditandatangani pada tanggal 25 Januari 2011 di New Delhi. Kesepakatan tersebut pada