PEMBELAJARAN KARAKTER RELIGIUS BERBASIS KITAB BAHR
AL-ADAB BAGI PEMBINAAN SIKAP JUJUR SISWA
(Studi Deskriptif Analisis di Madrasah Aliyah Pesantren Persatuan Islam Pameungpeuk Kabupaten Bandung)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Umum
Oleh:
SANI INSAN MUHAMADI NIM. 1005029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN UMUM SEKOLAH PASCASARJANA (SPs) UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING:
Pembimbing I,
Prof. Dr. H. Endang Soemantri, M.Ed.
NIP. 19410715 196703 1 001
Pembimbing II,
Prof. Dr. H. Syihabudin, M.Pd
NIP. 19600120 198703 1 001
Diketahui oleh
Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Umum,
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pembelajaran Karakter
Religius Berbasis Kitab Bahr Al-Adab Bagi Pembinaan Sikap Jujur Siswa (Studi
Deskriptif Analisis di Madrasah Aliyah Pesantren Persatuan Islam
Pameungpeuk Kabupaten Bandung)” beserta seluruh isinya adalah benar-benar
asli karya saya sendiri, dan bukan atau bebas dari plagiarisme yang bertentangan
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat ilmiah. Atas pernyataan ini,
saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam tesis ini, atau ada
klaim dari pihak lain terhadap keaslian tesis ini.
Bandung, Oktober 2012 Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
Pembinaan Sikap Jujur Siswa (Studi Deskriptif Analisis di Madrasah Aliyah
Pesantren Persatuan Islam Pameungpeuk Kabupaten Bandung)
Latar belakang penelitian ini adalah krisis karakter di Indonesia. Pemerintah telah mencanangkan pendidikan karakter sebagai solusinya. Sebenarnya, sejak dulu pesantren-pesantren telah menerapkannya dalam sistem pendidikan mereka melalui metode pengkajian kitab, di antaranya kitab Bahr Al-Adab. Namun metode ini belum diimplementasikan di lembaga pendidikan formal, padahal sudah terbukti berhasil mencetak manusia berkarakter baik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam kitab Bahr Al-Adab, proses pembelajarannya, hasil pembelajarannya, serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pembelajarannya di pesantren Persatuan Islam Pameungpeuk kabupaten Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi kitab, observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
Penelitian ini menemukan: 1) Kitab Bahr Al-Adab mengandung nilai-nilai karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, mandiri dan bertanggung jawab, jujur dan bijaksana, hormat dan santun, dermawan, suka menolong, percaya diri, kreatif dan kerja keras, kepemimpinan dan keadilan, baik dan rendah hati serta toleransi, kedamaian dan kesatuan. 2) Proses pembelajaran kitab Bahr Al-Adab dilakukan dengan metode ceramah, diskusi, sosiodrama, dan metode inquiri. 3) Hasil pembelajaran kitab Bahr Al-Adab, para siswa mampu menghayati kandungan kitab dan mengamalkannya dalam kehidupan. Di dalam kelas, para siswa mampu berbuat jujur ketika ditanya oleh gurunya, namun masih ada siswa yang mencontek ketika ulangan harian atau ketika ujian. Sedangkan di luar kelas para siswa mampu berbuat jujur dan menyukseskan program warung jam’iyah (warung kejujuran). Mereka pun mampu berbuat jujur kepada masyarakat, dibuktikan saat mereka berinteraksi dengan para pedagang di sekitar pesantren. Para pedagang menyatakan bahwa para siswa tidak pernah curang dalam membeli atau membayar makanan. 4) Faktor yang mendukung dalam membina sikap jujur siswa adalah visi misi dan tujuan pesantren, teladan kyai, asatidz dan staf pesantren, struktur kurikulum, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di pesantren, serta pelibatan-pelibatan dalam kegiatan di masyarakat. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat secara umum terbagi dua: pertama faktor internal seperti aturan sekolah yang belum terlalu ketat, dan masih ada santri-santri yang kesulitan dalam memahami mufrodat/kosakata pada kitab Bahr Al-Adab. Kedua, faktor eksternal seperti pengaruh pergaulan yang jauh dari nilai-nilai kebaikan, teknologi seperti televisi, internet, hand phone dan lain-lain. Serta nilai-nilai moral keagamaan yang mulai luntur di masyarakat sekitar sekolah.
ABSTRACT
Title: The Learning of Religious Character based on kitab Bahr Al-Adab in fostering students honesty (Descriptive analytical study in Pesantren Persatuan
Islam Pameungpeuk kabupaten Bandung)
The background of this research is the crisis of character in Indonesia. The government has launched Pendidikan Karakter as a solution to the crisis. Actually, Pesantren had been applied this program through its educational process including the learning of kitab Bahr Al-Adab. However, this method has not been implemented in the schools, but he is already proven successful in realizing a good man.
The purpose of this study is to get the ideas of the values that contained in the
kitab Bahr Al-Adab and its learning process in Pesantren Pameungpeuk kabupaten
Bandung.
The method used in this research is a descriptive analytic with qualitative approach, while the data collection techniques used in this research is the analysis of the contents of the kitab, observation, interviews and documentary study. The study found that: 1) The Kitab Bahr Al-Adab contains very positive character values such as: Love Allah, trust, reverence, loyalty, responsibility, excellence, self reliance, discipline, orderliness, trustworthiness, reliability, honesty, respect, courtesy, obedience, love compassion, caring, empathy, generosity, moderation, cooperation, confidence, assertiveness, creativity, resourcefulness, courage, determination, and enthusiasm, justice, fairness, mercy, leadership, kindness, friendliness, humility, modesty, tolerance, flexibility, peacefulness and unity. 2) The process of learning is performed by the method of lecture, discussion, sociodramatic and inquiry methods. 3) The outcome of learning is, the students were able to implement the content of the book in their life. In the classroom, the students were able to honest when asked by their teacher, but there are still students who cheated when daily tests or when exams. Meanwhile, at outside the classroom the students were able to honest and successing the Warung Jam'iyah’s program (Warung Kejujuran). They were also able to be honest to the public like in their interactions with traders around the pesantren. The traders claimed that the students had never cheated in buying or paying food.
4) The factors that support in fostering students' honesty are the vision, mission and objectives of schools, exemplary of the Kyai, asatidz and pesantren’s staff, curriculum structure, the activities carried out in schools, as well as involvement in activities in the community. While the factors that hinder, generally divided into two: the first, internal factors such as school rules that are not too strict, and there are still students who have difficulty in understanding mufrodat/vocabulary in the kitab Bahr Al-Adab. Second, external factors such as the influence of social, technological, and moral values that began to fade in the community around the school.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ...
LEMBAR PERNYATAAN ...
KATA PENGANTAR ...
UCAPAN TERIMA KASIH ...
ABSTRAK ...
DAFTAR ISI ...
DAFTAR TABEL ...
DAFTAR LAMPIRAN...
BAB I PENDAHULUAN ...
A. Latar Belakang Masalah ...
B. Identifikasi Dan Rumusan Masalah ...
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ...
D. Penjelasan Istilah ...
E. Sistematika penulisan ...
BAB II KAJIAN PUSTAKA ………
A. Konsep Pendidikan Umum ………......
1. Pengertian Pendidikan Umum ...
2. Tujuan Pendidikan Umum ...
B. Konsep Pendidikan Karakter ……....
1. Pengertian Pendidikan Karakter ……....
2. Tujuan Pendidikan Karakter ...
3. Urgensi Pendidikan Karakter ...
4. Nilai-nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa………..
5. Tahap Pendidikan Karakter ...
6. Pendidikan Karakter di Lingkungan Persekolahan ...
7. Jujur sebagai salah satu Karakter Utama ...
8. Bercerita sebagai Metode Pendidikan Karakter ...
9. Pendidikan Karakter dalam Tinjauan Islam ...
C. Pesantren dan Tradisi Pengkajian Kitab ...
1. Pengertian Pesantren dan Madrasah ...
2. Sejarah Perkembangan Pesantren dan Madrasah ...
3. Pesantren dan Madrasah di Organisasi Persatuan Islam ..
4. Tradisi Pengkajian Kitab di Pesantren dan Madrasah ...
D. Penelitian Terdahulu ...
BAB III METODE PENELITIAN ...
A. Lokasi Penelitian ...
B. Metode Dan Pendekatan Penelitian ...
C. Definisi Operasional ...
1. Pembelajaran ………...
2. Karakter Religius ………
3. Kitab Bahr Al-Adab ………
4. Pembinaan ………
5. Jujur ……….
6. Siswa ……….
D. Instrumen Penelitian ...
E. Teknik Pengumpulan Data ...
1. Analisis Isi Kitab ...
2. Observasi ...
3. Wawancara ...
4. Studi Dokumentasi ...
F. Analisis Data Penelitian ...
G. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian ...
1. Tahap Pralapangan ...
2. Tahap Lapangan ...
3. Tahap Analisis Intensif ...
4. Tahap Pelaporan ……….
H. Validitas dan Reliabilitas Data ……….
1. Validisasi Data ……….
2. Reliabilitas Data ………..
3. Kisi-kisi Penelitian ……….
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
A. Gambaran Umum Pesantren Persis Pameungpeuk Kabupaten Bandung ...
1. Sejarah Pesantren ...
2. Visi dan Misi Pesantren ...
3. Guru dan Siswa ...
4. Sarana dan Prasarana ...
5. Kurikulum Pesantren ...
6. Kitab Bahr Al-Adab...
B. Data Penelitian ...
1. Nilai yang Terkandung dalam Kitab Bahr Al-Adab ...
2. Proses Pembelajaran Kitab Bahr Al-Adab ...
3. Hasil Pembelajaran Kitab Bahr Al-Adab ...
4. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Kitab Bahr Al-Adab dalam Membina Sikap Jujur Siswa ...
C. Pembahasan ………
1. Nilai yang Terkandung dalam Kitab Bahr Al-Adab ...
2. Proses Pembelajaran Kitab Bahr Al-Adab ...
3. Hasil Pembelajaran Kitab Bahr Al-Adab ...
4. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Kitab Bahr Al-Adab dalam Membina Sikap Jujur Siswa ...
D. Temuan Penelitian ...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...
A. Kesimpulan ...
B. Saran ...
DAFTAR PUSTAKA ...
DAFTAR TABEL
[image:10.595.112.510.208.631.2]Tabel 2.1
Tabel 3.1.
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.
Tabel 4.6.
Tabel 4.7.
Nilai, Deskripsi dan Indikator Karakter untuk jenjang
SMU………
Kisi-kisi Penelitian ………
Daftar Tugas Pokok dan Tambahan Guru ...
Data Sarana dan Prasarana ...
Struktur Kurikulum MA Persis Pameungpeuk ………..
Isi Bai’at Santri MA Persis Pameungpeuk ………
Kandungan kitab Bahr Al-Adab ………
Perbandingan indikator jujur menurut Pendidikan karakter dan
kitab Bahr Al-Adab ………...
Proses Pembelajaran Kitab Bahr Al-Adab ... 27
93
101
103
104
109
170
175
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keputusan Pembimbing Tesis
Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 4. Format Wawancara
Lampiran 5. Data Hasil Wawancara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Salah satu problem terbesar dan utama yang dihadapi bangsa Indonesia
saat ini adalah rapuhnya akhlak dan karakter bangsa. Dahulu bangsa kita dianggap
sebagai bangsa yang ramah, sopan santun dan patuh kepada adab-adab kesopanan.
Namun kini sebaliknya, bangsa kita dianggap bangsa yang kasar, intoleran dan
tidak menghargai perbedaan. Kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga,
tawuran antarpelajar dan mahasiswa, korupsi, pornografi dan pornoaksi, serta
kekerasan antarpemeluk agama semakin menghiasi headline media massa kita,
dan semakin menegaskan pendapat tersebut.
Kondisi ini sangat mirip dengan apa yang digambarkan tentang sepuluh
tanda jaman yang harus diwaspadai. Menurut Thomas Lickona dalam Megawangi
(2004: 7) mengemukakan sepuluh tanda yang harus diwaspadai sebagai bagian
dari kehancuran bangsa. Tanda tersebut ialah: 1) Meningkatkatnya kekerasan di
kalangan remaja, 2) Penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk, 3) Pengaruh
peer group yang kuat dalam tindak kekerasan, 4) Meningkatnya perilaku merusak
diri seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, 5) Semakin kaburnya
pedoman moral baik dan buruk, 6) Menurunnya etos kerja, 7) Semakin rendahnya
individu dan warga negara, 9) Membudayanya ketidakjujuran, dan 10) Adanya
rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama.
Lebih mengkhawatirkan lagi, menurut Zubaedi (2011: 1) krisis akhlak atau
karakter ini sudah mengancam milik kita yang paling berharga, yaitu anak-anak
dan remaja. Krisis yang paling terasa nyata adalah krisis kejujuran. Megawangi
(2004: 10) dalam penelitiannya di lima SMK di Bogor, memaparkan bahwa 81%
siswa sering membohongi orang tua, 30,6% pernah memalsukan tanda tangan,
13% sering mencuri dan 11% sering memalak. Bahkan sejumlah guru-guru di SD
Negeri Bekasi memberikan jawaban soal kepada murid-muridnya ketika
berlangsung ujian nasional, karena menginginkan sekolahnya mendapat peringkat
yang bagus dalam pencapaian rata-rata NEM. Beberapa waktu yang lalu kita juga
menyaksikan di beberapa media masa laporan tentang plagiarisme yang dilakukan
oleh beberapa dosen dan peneliti di beberapa perguruan tinggi.
Menurut Megawangi sebagaimana dikutip oleh Zubaedi (2011: 2) problem
tersebut lahir karena dunia pendidikan sebagai produsen manusia-manusia
bermoral dan berkarakter telah gagal, karena seluruh pengetahuan agama dan
moral yang didapatkan di sekolah ternyata tidak berdampak terhadap perubahan
perilaku. Menurut Husaini (2011: 38) alih-alih menghasilkan lulusan yang
diharapkan, dunia pendidikan malah menjadi institusi paling bertanggungjawab
terhadap problem tersebut. Sejalan dengan pendapat tersebut, Muhyi (Nata, 2003:
8) menyatakan bahwa salah satu dari penyebab krisis akhlak adalah karena
pembinaan moral yang dilakukan orang tua, sekolah dan masyarakat kurang
Menurut Sudarminta sebagaimana dikutip Zubaedi (2011: 3) praktik
pendidikan yang semestinya memperkuat aspek karakter atau nilai-nilai kebaikan
sejauh ini hanya mampu menghasilkan berbagai sikap dan perilaku manusia yang
nyata-nyata malah bertolak belakang dengan apa yang diajarkan. Dicontohkan
bagaimana Pendidikan Moral Pancasila dan agama pada masa lalu merupakan dua
jenis mata pelajaran tata nilai, yang ternyata tidak berhasil menanamkan sejumlah
nilai moral dan kemanusiaan ke dalam pusat kesadaran siswa. Merujuk penelitian
Afiyah (2003), materi yang diajarkan oleh pendidikan agama termasuk di
dalamnya bahan ajar akhlak, cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan
(kognitif), sedangkan pembentukan sikap (afektif), dan pembiasaan
(psikomotorik) sangat minim. Pembelajaran pendidikan agama lebih didominasi
oleh transfer ilmu pengetahuan agama dan lebih banyak bersifat hafalan tekstual,
sehingga kurang menyentuh aspek sosial mengenai ajaran hidup yang toleran
dalam bermasyarakat dan berbangsa.
Akar masalahnya menurut Elmubarok (2009: 30) adalah bahwa selama ini
pendidikan cenderung mengorbankan keutuhan, kurang seimbang antara belajar
yang berfikir (kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (afektif). Unsur integrasi
cenderung semakin hilang, yang terjadi adalah disintegrasi. Padahal belajar tidak
hanya berpikir. Sebab ketika orang sedang belajar, maka ia melakukan berbagai
macam kegiatan, seperti mengamati, membandingkan, meragukan, menyukai dan
lain sebagainya. Senada dengannya, Koesoema sebagaimana dikutip Zubaedi
pendidikan dan pembentukan karakter selama ini merupakan titik lemah kebijakan
pendidikan nasional.
Situasi bangsa Indonesia yang memprihatinkan ini, mendorong pemerintah
untuk mengambil inisiatif untuk memprioritaskan pendidikan karakter
(Winataputra, 2011; 12). Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, sebagaimana
dikutip oleh Aunillah, menyatakan ada lima hal dasar yang menjadi tujuan dari
perlunya menyelenggarakan pendidikan karakter, yaitu: 1) Membentuk manusia
Indonesia yang bermoral, 2) Membentuk manusia Indonesia yang cerdas dan
rasional, 3) Membentuk manusia Indonesia yang inovatif dan suka bekerja keras,
4) Membentuk manusia Indonesia yang optimis dan percaya diri, dan 5)
Membentuk manusia Indonesia yang berjiwa patriot. Dengan pernyataan Presiden
tersebut, pembangunan karakter dijadikan arus utama (mainstream) pembangunan
nasional. Hal itu mengandung arti bahwa setiap upaya pembangunan harus selalu
diarahkan untuk memberi dampak positif terhadap pembangunan karakter.
Pendidikan karakter menurut David Ellkind dan Freddy Sweet, Ph.D.
sebagaimana dikutip Aunillah (2011: 21) adalah segala sesuatu yang dilakukan
oleh guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Dalam hal ini, guru
membantu membentuk watak peserta didik agar senantiasa positif. Menurut
Asmani (2011: 13) bantuan guru tersebut dilakukan dengan cara memberikan
keteladanan, cara berbicara atau menyampaikan materi yang baik, toleransi, dan
Winataputra (2011: 37) serta Majid dan Andriyani (2011: 40) menguraikan
bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, pendidikan karakter dapat diintegrasikan
dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang
berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu
dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran
kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam
kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Selain dalam pembelajaran, dalam prakteknya, pendidikan karakter di
sekolah sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan
yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan,
dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah
secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu
ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga
kependidikan, dan komponen terkait lainnya. Dengan demikian, manajemen
sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di
sekolah.
Di Indonesia, model pendidikan karakter yang telah diintegrasikan dalam
setiap pelajaran serta didukung oleh kebijakan sekolah dengan diawasi
pelaksanaannya dalam kehidupan para siswa selama 24 jam telah dilaksanakan
sejak dulu di lembaga pesantren. Menurut Mastuhu (1994: 56) pesantren adalah
lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan dan mengembangkan
berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmat kepada masyarakat
dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi
Muhammad saw (mengikuti sunah Nabi saw), mampu berdiri sendiri, bebas dan
teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan
kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat (izzul Islam wal Muslimin), dan
mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia.
Dalam penelitian tesisnya, Yulianingsih (2008) menyimpulkan bahwa
pesantren melakukan pembinaan nilai melalui proses pendidikan, pengalaman dan
keteladanan lingkungannya, sehingga nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian dari
perilaku kehidupannya. Proses pembinaan nilainya melalui pedoman berperilaku
yang diterapkan di lingkungan pesantren. Semua pihak terlibat dalam proses
pembinaan nilai di lingkungan pesantren mulai dari pimpinan pesantren (kyai),
pembina kegiatan ekstra, pengajar, serta penjaga pesantren/satpam, bahkan santri
sendiri melalui wadah organisasi intra dan ekstra.
Pengaruh pembinaan nilai pada santri diantaranya tampak dalam hal-hal
sebagai berikut: 1) bertambahnya santri memilih pesantren. 2) prilaku keseharian
santri selama di pesantren. 3) kebiasaan berpakaian santri sehari-hari. 4) kebiasaan
mengucapkan salam. 5) kebiasaan membaca Al-Qur’an. 6) kebiasaan membuat
dan melaksanakan jadwal kegiatan. 7) kebiasaan dalam mengikuti shalat
berjamaah dan tahajud. 8) kebiasaan meminjam buku ke perpustakaan. 9)
kebiasaan meninggalkan merokok. 10) ketertiban dalam kegiatan kebersihan,
Dari keseluruhan proses pendidikan karekter di pesantren, salah satu
metode yang masih dipertahankan di pesantren adalah pengajian kitab melalui
metode pengajaran sorogan dan wetonan. Istilah yang pertama merujuk kepada
teknik pengajaran secara individual, sedangkan yang kedua secara masal
(Syihabudin, 2011: 275). Tradisi ini cukup efektif dalam membina karakter santri,
karena menuntut kedisiplinan, ketekunan, kesabaran, dan kepatuhan. Model yang
merujuk pada satu sumber buku dikembangkan pula dalam General Education di
Barat. Robert Newton (2000: 196) menyebutnya Great Books Model.
Dari sekian banyak kitab yang dikaji di pesantren, salah satu kitab yang
menjadi rujukan dalam pembelajaran akhlak adalah kitab Bahr Al-Adab (Lautan
Kesantunan). Berbeda dengan kitab-kitab akhlak lain yang cenderung teoritis dan
formal, kitab ini memuat kisah-kisah pendek yang memuat nilai-nilai akhlak yang
baik. Pembahasan dan penelitian berkaitan dengan kitab akhlak dan tasawuf,
seperti Ihya ‘Ulum al-Dien Imam Al-Ghazali dan Tahdzib Al-Akhlak Ibn
Miskawaih memang telah banyak dilakukan. Namun, merujuk kepada isi Bahr
Al-Adab yang bergenre sastra, penelitian tersebut belum banyak dilakukan. Padahal
menurut Danandjaja sebagaimana dikutip oleh Wiyatmi (2011: 255) salah satu
metode pendidikan karakter yang efektif adalah melalui cerita. Dan penelitian ini
mencoba menjembatani rumpang yang belum banyak dilakukan para peneliti
pendidikan akhlak di pesantren tersebut.
Kitab kecil ini termasuk kitab yang tidak umum, dalam arti
penggunaannya terbatas di beberapa pesantren saja, khususnya Pesantren
pesantren Persis, namun dalam perkembangannya saat ini hanya beberapa
pesantren saja yang masih mengajarkannya. Salah satunya adalah Pesantren Persis
Pameungpeuk Kabupaten Bandung di tingkat Madrasah Aliyah dalam pelajaran
Muthola’ah (penelaahan).
Karena hal itulah penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih mendalam
lagi berkaitan dengan pendidikan karakter di pesantren yang dilaksanakan dalam
pembelajaran kitab Bahr Al-Adab dikaitkan dengan problem krisis kejujuran. Oleh
karena itu penelitian ini diberi judul Pembelajaran Karakter Religius Berbasis
Kitab Bahr Al-Adab Bagi Pembinaan Sikap Jujur Siswa (Studi Deskriptif
Analisis di Madrasah Aliyah Pesantren Persatuan Islam Pameungpeuk
Kabupaten Bandung)
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Krisis kejujuran telah menjadi masalah utama di Indonesia. Pemerintah
telah mencanangkan pendidikan karakter sebagai solusi dari krisis tersebut.
Pendidikan karakter dilaksanakan dengan mengintegrasikan nilai-nilai ke dalam
seluruh mata pelajaran. Namun, hal tersebut hanya akan berhasil apabila didukung
oleh pengelolaan sekolah yang baik, dalam aspek perencanaan, dukungan
pendidik dan masyarakat, evaluasi serta pengawasan yang total terhadap peserta
didik. Hingga saat ini, lembaga pendidikan pesantren dan lembaga lain dalam
naungannya telah berhasil melaksanakannya. Hal inilah yang membuat penulis
penelitian pada pembelajaran akhlak atau karakter religius berbasis kitab Bahr
Al-Adab.
Merujuk kepada identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apa saja nilai karakter yang terkandung dalam kitab Bahr Al-Adab?
2. Bagaimana proses pembelajaran nilai karakter melalui kitab Bahr
Al-Adab di Madrasah Aliyah Persatuan Islam Pameungpeuk Kabupaten
Bandung?
3. Bagaimanakah hasil pembelajaran nilai karakter jujur melalui kitab
Bahr Al-Adab di Madrasah Aliyah Persatuan Islam Pameungpeuk
Kabupaten Bandung?
4. Apa faktor yang mendukung dan menghambat pembelajaran karakter
jujur melalui kitab Bahr Al-Adab di Madrasah Aliyah Persatuan Islam
Pameungpeuk Kabupaten Bandung?
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Nilai karakter yang terkandung kitab Bahr Al-Adab.
2. Proses pembelajaran nilai karakter jujur melalui kitab Bahr Al-Adab di
3. Hasil pembelajaran nilai karakter jujur melalui kitab Bahr Al-Adab di
Madrasah Aliyah Persatuan Islam Pameungpeuk kabupaten Bandung.
4. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pembelajaran nilai
karakter jujur melalui kitab Bahr Al-Adab di Madrasah Aliyah
Persatuan Islam Pameungpeuk kabupaten Bandung.
Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Secara khusus dapat memberikan gambaran tentang pembelajaran
karakter religius berbasis kitab Bahr al-Adab bagi pembinaan sikap
jujur siswa.
2. Secara teori dapat dijadikan sebagai wahana ilmu pengetahuan untuk
memperkaya metode pendidikan karakter.
3. Memberikan kontribusi bagi pengembangan dunia pendidikan pada
umumnya.
4. Memberikan kontribusi bagi peningkatan lembaga pendidikan tempat
penelitian ini dilaksanakan yaitu Madrasah Aliyah Persatuan Islam
Pameungpeuk Kabupaten Bandung tentang peran pembelajaran kitab
Bahr al-Adab dan tidak menutup kemungkinan di lembaga pendidikan
lain yang melaksanakan pembelajaran yang sama.
D. Penjelasan Istilah
Pembelajaran atau pengajaran atau proses pengajaran adalah proses yang
diatur sedemikian rupa menurut langkah tertentu agar mencapai tujuan
yang diharapkan dan tertuang dalam rencana pengajaran. (Sauri, 2008: 57)
2.Karakter Religius
Karakter religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
(Zubaedi, 2011: 74)
3.Kitab Bahr Al-Adab
Kitab Bahr Al-Adab adalah kitab yang ditulis oleh para pengajar di Mesir,
mengandung 115 kisah yang singkat dan penuh dengan nilai keteladanan.
4.Pembinaan
Pembinaan artinya usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara
efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. (Kamus Besar
Bahasa Indonesia)
5.Jujur
Jujur artinya adalah lurus hati, tidak berbohong; tidak curang; serta tulus
dan ikhlas.
Siswa adalah seluruh santri yang belajar di Madrasah Aliyah Pesantren
Persatuan Islam Pameungpeuk kabupaten Bandung.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang akan dilakukan oleh penulis adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pertanyaan
penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional, serta asumsi
penelitian.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bab ini mencakup permasalahan yang diteliti berdasarkan referensi-referensi
ilmiah yang berhubungan dengan penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas tentang metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian,
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, serta analisa data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menerangkan tentang seluruh temuan penelitian dan analisa peneliti yang
diformulasikan dalam bentuk teori.
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Bab ini memaparkan hasil temuan peneliti sebagai jawaban dari pertanyaan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis mengambil tempat di Madrasah Aliyah
Pesantren Persatuan Islam No. 3 Pameungpeuk Kabupaten Bandung, Jalan Raya
Banjaran Bandung. Terletak di antara kecamatan Baleendah sebelah utara dan
timur, kecamatan Banjaran sebelah selatan, dan Katapang di sebelah Barat.
Terletak di tengah kota kecamatan Pameungpeuk dan berjarak kira-kira 700 meter
dari kantor kecamatan, pesantren ini telah menjadi bagian penting dari penduduk
kecamatan ini, mengingat di kecamatan ini tidak ada SMU milik pemerintah.
Pesantren ini merupakan salah satu pesantren milik organisasi Persatuan
Islam. Menilik terhadap penomoran yang diberikan oleh Pimpinan Pusat
Persatuan Islam, pesantren ini termasuk dalam pesantren yang telah berdiri sejak
lama, di mana pesantren no 1 dan 2 terletak di kota Bandung dan menjadi pusat
pendidikan bagi para anggota organisasi Persis sejak zaman A. Hasan dan KHE.
Abdurrahman dulu. Di antara pelajaran yang diberikan kepada santri-santrinya
adalah pelajaran kitab Bahr al-Adab, yang saat ini sudah mulai tidak diajarkan di
pesantren-pesantren Persis yang lainnya.
Dengan kondisi objektif seperti yang digambarkan di atas, maka penulis
al-Adab telah diajarkan sejak lama dan tetap dijaga hingga saat ini, sehingga
diharapkan penelitian ini dapat menggambarkan peran pembelajaran kitab Bahr
al-Adab dalam membina sikap jujur siswa-siswa atau santri-santrinya.
B. Metode Dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus di lokasi penelitian dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah mengamati
orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha
memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Nasuti|on, 1988:
5).
Karena bersifat kualitatif, maka sifat penelitannya bersifat natural setting.
Peneliti di sini bertindak sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil
penelitian lebih menekankan kepada makna daripada generalisasi (Sugiyono,
2009: 1-2).
Peneliti di sini menggambarkan secara sistematis fakta yang diteliti
kemudian menganalisanya sesuai teori yang didapatkan dari hasil kajian
kepustakaan. Ketika mengkaji Madrasah Aliyah Persatuan Islam Pameungpeuk
Kabupaten Bandung, penulis menggunakan cara self-report research, yaitu
informasi dikumpulkan oleh peneliti sendiri.
Untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan permasalahan dan
tujuan penelitian, penelitian dilakukan melalui teknik observasi langsung, yaitu
meneliti langsung Madrasah Aliyah Persatuan Islam Pameungpeuk Kabupaten
C. Definisi Operasional
1. Pembelajaran
Pembelajaran atau pengajaran atau proses pengajaran adalah proses yang
diatur sedemikian rupa menurut langkah tertentu agar mencapai tujuan
yang diharapkan dan tertuang dalam rencana pengajaran. (Suherman
dalam Sauri, 2008: 57)
2. Karakter Religius
Karakter religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
(Zubaedi, 2011: 74)
3. Kitab Bahr Al-Adab
Kitab Bahr Al-Adab adalah kitab yang ditulis oleh para pengajar di Mesir,
mengandung 114 kisah yang singkat dan penuh dengan nilai keteladanan.
4. Pembinaan
Pembinaan artinya usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara
efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
5. Jujur
Jujur artinya adalah lurus hati, tidak berbohong; tidak curang; serta tulus
6. Siswa
Siswa yang dimaksud adalah seluruh santri yang belajar di Madrasah
Aliyah Pesantren Persatuan Islam Pameungpeuk kabupaten Bandung.
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian deskriptif-kualitatif peneliti merupakan instrumen utama
yang terjun langsung ke lapangan serta berusaha mengumpulkan data dan
informasi melalui pengamatan langsung (observasi), wawancara, maupun
penelaahan dokumen. Instrumen penelitian yang dimaksud adalah bahwa peneliti
langsung menjadi pengamat dan pembaca situasi serta kondisi pendidikan yang
berlangsung di MA Persis Pameungpeuk kabupaten Bandung, serta bagaimana
proses pembelajaran karakter religius berbasis kitab Bahr Al-Adab dalam
membina sikap jujur siswa. Yang dimaksud peneliti sebaai pengamat adalah
peneliti tidak sekadar melihat peristiwa dalam situasi pendidikan, melainkan
memberikan interpretasi terhadap situasi tersebut. Sedangkan peneliti sebagai
pembaca situasi adalah peneliti melakukan analisa terhadap berbagai peristiwa
yang terjadi dalam situasi tersebut, dan selanjutnya menyimpulkan sehingga dapat
digali maknanya.
Penelitian ini selain menempatkan peneliti sebagai instrumen, juga
melibatkan beberapa pihak sebagai subjek penelitian meliputi guru, Kepala
Madrasah Aliyah (Mudir Mu’alimien), Pimpinan Pesantren (Mudir ‘Am), Tata
Usaha (TU), peserta didik serta Komite Sekolah dan masyarakat dengan harapan
memperoleh data yang lengkap dan akurat dari berbagai sudut pandang dan
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diambil berasal dari kitab Bahr Al-Adab serta seluruh kegiatan
pembelajarannya di Madrasah Aliyah Persatuan Islam Pameungpeuk Kabupaten
Bandung. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif, yaitu penelitian yang bersifat
perspektif emic, yaitu bahwa data yang diambil oleh peneliti bukan data yang
―sebagaimana seharusnya‖, tetapi data apa adanya yang terjadi di lapangan.
Agar data yang didapatkan lebih kuat, peneliti pun akan melakukan
wawancara kepada para pakar Pendidikan, Pendidikan Agama Islam, Pendidikan
Kewarganegaraan, dan Pendidikan Karakter. Karena penelitian ini menggunakan
metode kualitatif, maka data yang dikumpulkan menggunakan teknik pengamatan
dan pengalaman langsung. Adapun untuk teknik pengumpulan data, peneliti
menggunakan beberapa cara, yaitu:
1. Analisis Isi Buku
Analisis isi adalah metode yang memusatkan perhatian pada
aspek-aspek isi teks yang bisa diperhitungkan dengan jelas dan langsung.
(Titscher, 2009: 97)
Analisis isi dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai karakter yang
terkandung dalam kitab Bahr Al-Adab.
2. Observasi
Observasi penelitian adalah pengamatan sistematis dan terencana yang
diniati untuk perolehan data yang dikontrol validitas dan reliabilitasnya
Observasi dilakukan untuk mengetahui pembelajaran kitab Bahr
Al-Adab di Madrasah Aliyah Persatuan Islam Pameungpeuk Kabupaten
Bandung. Untuk mendapatkan data sebaik mungkin, ketika melakukan
observasi, Peneliti berpartisipasi dalam kegiatan responden namun
tidak sepenuhnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan
antara kedudukan peneliti sebagai orang luar (pengamat) dan sebagai
orang yang ikut berpartisipasi dalam lingkungan responden. Selain
sambil berpartisipasi, observasipun dilakukan secara terbuka, artinya
diketahui oleh responden karena sebelumnya telah mengadakan survey
terhadap responden.
Apa yang dilakukan peneliti di atas, relevan dengan yang diungkapkan
Moleong (2007: 163) bahwa ciri has penelitian kualitatif tidak bisa
dipisahkan dari pengamatan berperan serta, namun peran penelitilah
yang menentukan keseluruh sekenarionya. Agar hasil observasi dapat
membantu menjawab tujuan penelitian yang sudah digariskan, maka
dalam penelitian ini peneliti memperhatikan apa yang diungkapkan
oleh Alwasilah (2009: 215-216), yakni dalam observasi harus ada lima
unsur penting sebagai berikut: 1). Latar (setting); 2). Pelibat
(participant); 3). Kegiatan dan interkasi (activity and interaction); 4).
Frekuensi dan durasi (frequency and duration); dan 5). Faktor substil
(subtle factors).
Komunikasi yang baik adalah interaksi yang terencana, dan interviu
dilakukan untuk mendapat informasi atau data yang diperlukan sesuai
dengan tujuan peneliti (Alwasilah, 2009: 191).
Dengan wawancara, maka segala bentuk pembinaan, KBM, gagasan,
ide, dan visi tentang pembinaan karakter jujur siswa bisa didapatkan.
Untuk mendapatkan data sebaik mungkin, wawancara yang dilakukan
bisa bersifat terstruktur, semiterstruktur, dan tidak berstruktur
(Sugiyono, 2009: 73-75).
Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada instrument yang telah
disusun (pedoman wawancara), berupa rangkaian pertanyaan yang
tidak berstruktur yang dapat dikembangkan terus, baik terhadap guru
maupun terhadap siswanya. Sehinggan memperoleh data atau
informasi yang valid dan akurat. Selain lembar pertanyaan sebagai
pedoman wawancara, peneliti juga menggunakan tape recorder serta
kamera sebagai alat bantu.
4. Dokumentasi
Selain mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara, penulis
juga akan mengumpulkan dokumen-dokumen berkaitan dengan
pembelajaran karakter religius, sikap jujur serta pembelajaran kitab
Bahr Al-Adab, seperti kurikulum, tata tertib pesantren dan lain-lain.
Menurut Guba dan Lincoln dalam Alwasilah (2009: 156) menyatakan
bahwa:
Dokumen merupakan bukti yang dapat dijadikan dasar untuk mempertahankan diri terhadap tuduhan dan kekeliruan interpretasi.
Dokumen itu merupakan sumber data yang relatif mudah dan murah dan terkadang dapat diperoleh dengan cuma-Cuma.
Dokumen merupakan sumber data yang non reaktif dan alami.
Dokumen berperan sebagai sumber pelengkap dan memperkaya bagi informasi yang diperoleh lewat intervieu
atau observasi‖.
F. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif terhadap isi kitab Bahr al-Adab,
serta hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada saat pembelajaran di
kelas, serta penilaian kinerja guru dan siswa. Langkah-langkah analisis data yang
diperoleh dalam penelitian ini dilakukan menurut Meleong (2007: 14) sebagai
berikut:
1. Mengorganisasi informasi
2. Membaca keseluruhan informasi dan memberikan kode pada data yang
terkumpul serta mengklasifikasikannya.
3. Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteks yang
menyertainya.
4. Peneliti menetapkan pola dan mencari hubungan antara berbagai
5. Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi dan mengembangkan
generalisasi natural dari kasus, baik untuk peneliti maupun untuk
penerapannya pada kasus lain.
6. Menyajikan hasil penelitian secara naratif.
G. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian meliputi tiga tahap, yaitu: pertama, kegiatan pra
lapangan; kedua, kegiatan lapangan; dan ketiga, kegiatan analisis intensif.
1. Tahap Pra Lapangan
Pada tahap ini penulis melakukan persiapan-persiapan yang meliputi:
memilih masalah, studi pendahuluan, merumuskan fokus masalah, memilih
pendekatan, menentukan sistem pola yang diamati dan sumber data. Sebagaimana
layaknya suatu penelitian ilmiah, maka pada tahap ini peneliti menyusun desain
penelitian untuk kemudian dikonsultasikan dengan pihak penyelenggara
pendidikan di pesantren.
2. Tahap Lapangan
Pada tahap ini penulis mengumpulkan sekaligus menyeleksi data-data
yang diperlukan sesuai dengan fokus penelitian dan akhirnya meratifikasi atau
menyimpulkan data tersebut secara deskriptif. Dalam konteks penelitian kualitatif,
beberapa aspek kegiatan dalam pelaksanaan dikerjakan sebelum dan selama
penelitian berlangsung. Misalnya pembuatan instrumen baik berupa pedoman
peneliti itu sendiri, sedangkan pedoman observasi dan wawancara hanya memuat
pertanyaan kunci untuk membuka masalah penelitian. Demikian juga halnya
dengan kegiatan pengumpulan dan analisis data serta pembuatan kesimpulan
dilakukan sepanjang penelitian berlangsung. Secara singkat kegiatan pada tahap
ini meliputi:
a. Mengumpulkan catatan lapangan dan hasil observasi secara
keseluruhan
b. Menyusun dan mengelompokkan data sejenis sesuai dengan fokus
masalah.
c. Menganalisa hubungan antara data yang satu dengan data yang lain.
d. Memberikan komentar dan tafsiran terhadap data secara kontekstual.
e. Menyimpulkan data tersebut menjadi suatu pernyataan umum
sekaligus menyusun temuan penelitian.
3. Tahap Analisis Intensif.
Tahap ini merupakan puncak kegiatan yang dilakukan setelah penelitian
lapangan berakhir. Pengorganisasian penulisan laporan penelitian dituangkan
dalam satu karya ilmiah yang terbagi kepada lima bab, yaitu pendahuluan,
tinjauan teoritis, metode penelitian, hasil penelitian dan kesimpulan.
Kegiatan pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan
a. Mengumpulkan catatan-catatan lapangan yang berasal dari wawancara.
b. Mengelompokkan data penelitian dari para responden ke dalam data
sejenis.
c. Menyusun data sesuai dengan fokus permasalahan dan tujuan
penelitian.
d. Menganalisis hubungan antara yang satu dengan yang lain.
e. Memberikan komentar berupa tanggapan, kritikan yang konstruktif
dan tafsiran terhadap data secara kontekstual.
f. Menyusun temuan-temuan monumental dan gagasan-gagasan inovasi.
g. Menyimpulkan hasil penelitian secara umum.
4. Tahap Pelaporan
Data yang sudah dianalisa kemudian dipadukan dengan teori-teori yang
relevan dengan konsepsi penulis tentang permasalahan yang menjadi fokus
penelitian. Proses pemaduan konsepsi penelitian dituangkan dalam laporan
penelitian yang sistematikanya mengacu pada pedoman penulisan karya tulis
ilmiah dari Universitas Pendidikan Indonesia edisi 2011.
Selain itu, dalam rangka menyempurnakan laporan penelitian dilakukan
proses bimbingan secara berkelanjutan dengan dosen pembimbing, baik
H. Validitas dan Reliabilitas Data
Agar nilai kebenaran secara ilmiahnya dapat teruji serta memiliki nilai
keajegan, maka dalam penelitian ini dilakukan uji validitas dan reliabilitas atas
data yang ditemukan di lapangan.
1. Validisasi Data
Alwasilah (2009: 169) menyatakan bahwa ―validitas adalah kebenaran dan
kejujuran sebuah deskripsi, kesimpulan, penjelasan, tafsiran dan segala jenis
laporan‖. Dalam menguji validitas ini, dapat dilakukan dengan beberapa teknik
yaitu,
1) Pendekatan Modus Operandi (MO); 2) Mencari bukti yang menyimpang dan kasus negatif; 3) Triangulasi; 4) Masukan, asupan atau
feedback; 5) Mengecek ulang atau member checks; 6) ―Rich data‖ atau
data yang melimpah; 7) Quasi-statistics; 8) Perbandingan; 9) Audit; 10) Observasi jangka panjang (long-term observation); 11) Metode partisipatori (participatory mode of research); 12) Bias penelitian; 13) Jurnal reflektif (reflective Journal); dan 14) Catatan pengambilan keputusan.
Dari keempat belas teknik tersebut, dalam penelitian ini hanya
menggunakan 5 (lima) teknik yang dianggap dapat mewakili teknik-teknik
tersebut yakni: triangulasi, member checks, metode partisipatori, jurnal reflektif
dan catatan pengambilan keputusan.
a. Triangulasi
Menurut Alwasilah (2009: 175) menyebutkan bahwa ―Triangulasi
merupakan teknik yang merujuk pada informasi atau data dari
individu dan latar dengan menggunakan berbagai metode.‖ Sejalan
dengan hal itu Moleong (2007: 330) mengungkapkan bahwa
memanfaatkan sesuatu yang lain‖. Selain itu Patton dalam Moleong
(2007: 330) menyatakan bahwa triangulasi dapat dicapai dengan jalan
sebagai berikut:
(1) membandingkan data pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang di depan umum dengan apa yang dikatakan orang secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitiaan dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dengan persfektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menengah dan tinggi, orang berada, orang pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
b. Member Cheeks atau Mengecek Ulang
Member checks yaitu ―masukan yang diberikan individu yang
menjadi responden kita‖ (Alwasilah, 2009: 178). Sedangkan Moleong
(2007: 335) menjelaskan bahwa ―pengecekan dilakukan dengan
anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data sangat penting
dalam pemeriksaan derajat kepercayaan, yang dicek meliputi data,
kategori analisis, penafsiran dan kesimpulan‖.
Member checks tersebut digunakan untuk menghindari salah
tafsir terhadap jawaban responden sewaktu diintervieu, kemudian
untuk menghindari salah tafsir terhadap prilaku responden sewaktu
diobservasi, serta untuk mengkonfirmasi perspektif emik responden
terhadap suatu proses yang sedang berlangsung.
c. Metode Partisipatori
Menurut Alwasilah (2009: 182) menyebutkan bahwa dalam
dini melibatkan partisipan peneliti dalam segala fase penelitian dari
konseptualisasi penelitian sampai dengan penulisan pelaporan‖.
Artinya bahwa peneliti berpartisipasi langsung sekaligus melibatkan
partisipan-partisipan lain yang mendukung dalam setiap fase-fase
penelitian.
Dalam hal ini peneliti terjun langsung ke lapangan, larut dan
berbaur dengan lingkungan penelitian yaitu Madrasah Aliyah
Persatuan Islam kabupaten Bandung, serta meminta beberapa
partisipan seperti guru-guru pengajar kitab Bahr Al-Adab, siswa-siswa,
Kepala Madrasah dan Wakil Kepala Madrasah atau partisipan lain
yang dianggap mendukung terhadap penelitian untuk melibatkan diri
dan larut dalam setiap fase-fase penelitian agar hasil dan laporan
penelitian mempunyai validitas yang tinggi.
d. Jurnal Reflektif
Jurnal reflektif adalah jurnal yang disiapkan peneliti dan diisi
setiap saat selama melakukan penelitian. Ini merupakan rekaman
pengalaman peneliti yang merupakan bukti otentik bagi yang
penasaran dengan hasil-hasil yang dikemukakan peneliti. (Alwasilah,
2009: 183)
Artinya bahwa peneliti harus membuat jurnal yang diasiapkan
untuk penelitian dan diisi setiap saat selama melaksanakan penelitian
dilapangan. Jurnal refleksi ini sebagai bukti otentik penelitian, hal ini
merupakan rekaman pengalaman peneliti yang merupakan bukti
otentik bagi yang penasaran dengan hasil-hasil yang dikemukakan
peneliti‖. Peneliti merekam semua pengalamannya dalam sebuah
jurnal sebagai bukti fisik yang otentik dan ini merupakan bukti bahwa
penelitian tersebut benar-benar dilakukan.
e. Catatan pengambilan keputusan
Alwasilah (2009: 184) mengungkapkan bahwa ―paradigma
kualitatif tidak mengenal keputusan a priori, melainkan membiarkan
keputusan-keputusan itu mencuat dengan sendirinya dari data secara
alami. Namun demikian peneliti boleh memulai penelitian dengan
keputusan-keputusan pendahuluan‖. Dalam hal ini peneliti membuat
keputusan-keputusan dalam tahapan-tahapan dan langkah-langkah
penelitian dan hal itu dicatat dengan tertib dan rapi dalam sebuah
catatan pengambilan keputusan (Decision Trail).
Ada tiga alasan dalam pengambilan keputusan ini,
sebagaimana yang dikemukakan Alwasilah (2009: 184) sebagai
berikut:
revitalisasi kesadaran saya sebagai peneliti. Ketiga, faktor eksternal seperti jangka beasiswa dan keterbatasan dana membatasi saya untuk melakukan penelitian yang –sebenarnya bisa—lebih ekstensif.
2. Realibilitas Data
Suatu alat dikatakan reliable, bila alat itu dalam mengukur
suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukan hasil
yang sama (Nasution, 1996: 77). Adapun ―konsep reliabilitas
(reliability) mempunyai pengertian sejauh mana temuan-temuan
penelitian dapat direplikasi‖ (Alwasilah, 2009: 186).
Guba dan Lincoln (Alwasilah, 2009: 187) mengungkapkan
―tidak perlu untuk mengeksplisitkan persyaratan reliabilitas. Namun
menyarankan penggunaan istilah consistenscy, atau keterhandalan‖.
Selanjutnya pada penelitian kualitatif reliabilitas ini sulit
dipenuhi karena perilaku manusia senantiasa berubah-ubah. Berbeda
dengan penelitian kuantitatif yang berasumsi bahwa reliabilitas
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi dan analisis terhadap pembelajaran karakter religius
berbasis kitab Bahr Al-Adab dalam membina sikap jujur siswa di Madrasah
Aliyah Pesantren Persis 3 Pameungpeuk kabupaten Bandung, maka berikut ini
beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah dalam
penelitian ini.
Pertama, Nilai-nilai yang terkandung dalam kitab Bahr Al-Adab, merujuk
kepada pilar karakter yang dinyatakan oleh Ratna Megawangi, di antaranya adalah
1) Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya (love Allah, trust, reverence, loyalty), 2)
Kemandirian dan Tanggung jawab, (responsibility, excellence, self reliance,
discipline, orderliness), 3) Kejujuran/Amanah, Bijaksana (trustworthiness,
reliability, honesty), 4) Hormat dan santun (respect, courtessy, obedience), 5)
Dermawan, Suka Menolong dan Gotong royong (love compassion, caring,
empathy, generousity, moderation, cooperation). 6) Percaya diri, Kreatif, dan
Pekerja Keras (Confidence, assertiveness, creativity, resourcefulness, courage,
determination, and enthusiasm), 7) Kepemimpinan dan Keadilan (justice,
fairness, mercy, leadership), 8) Baik dan Rendah hati (kindness, friendliness,
humility, modesty), 9) Toleransi dan Kedamaian dan Kesatuan (tolerance,
Kedua, Dalam proses pembelajaran kitab Bahr Al-Adab metode yang
digunakan adalah metode ceramah, diskusi dan sosiodrama. Selain itu, digunakan
pula metode inquiri berkaitan dengan aspek kebahasaannya. Adapun
langkah-langkahnya mengikuti metode bandongan yaitu, pertama-tama guru membaca
teks dari kitab tersebut, lalu menerjemahkan. Setelah itu baru dijelaskan isi cerita
dengan lebih gamblang dan dikaitkan dengan teks Al-Quran atau hadis. Di akhir
guru menanyakan kepada para siswa tentang nilai karakter yang terkandung dalam
kisah tersebut atau secara langsung menyimpukan kandungannya. Di samping
langkah-langkah tersebut, disisipkan kajian aspek kebahasaan, seperti gramatikal
(nahwu), semantik (ma’ani) dan unsur-unsur gaya bahasa (uslub balaghah).
Sayangnya guru tidak melakukan proses persiapan pembelajaran secara tertulis.
Dalam proses KBM guru jarang sekali menggunakan media pembelajaran dan
kurang melibatkan siswa. Materi yang disampaikan bersumber kepada kitab Bahr
Al-Adab dengan tambahan teks Al-Quran, hadis, mutiara hikmah, peribahasa dan
lain-lain Sedangkan bentuk evaluasi yang dilaksanakan melalui beberapa tahapan,
yaitu: talaran perjudul jika dianggap perlu, ulangan harian, ulangan tengah
semester dan ulangan akhir semester. Di samping bentuk evaluasi yang bersifat
kognitif, evaluasi yang sifatnya afektif pun dilakukan. Yaitu dengan melihat
perubahan sikap yang terjadi setelah proses belajar mengajar selesai. Dari proses
pembelajaran tersebut, tanggapan siswa sangat baik. Mereka mengatakan bahwa
pengajaran kitab Bahr Al-Adab sangat menarik sebab isinya merupakan
Ketiga, Hasil pembelajaran kitab Bahr Al-Adab, para santri mampu
menghayati cerita dalam kitab Bahr Al-Adab dan mampu mengamalkannya dalam
kehidupan. Para santri sudah mampu berbuat jujur kepada dirinya, misalnya pada
saat tidak membawa kitab Bahr Al-Adab saat pembelajaran. Mereka juga mampu
berbuat jujur kepada guru dan teman-temannya di sekolah, terbukti dengan
berjalan baiknya warung jam’iyah. Dan mereka pun mampu berbuat jujur kepada
masyarakat, seperti pada saat mereka membeli makanan kepada para pedagang di
lingkungan sekolah.
Keempat, Faktor yang mendukung pembelajaran Bahr Al-Adab dalam
membina sikap jujur siswa adalah a) visi, misi dan tujuan pesantren yang secara
tegas menyatakan tentang pembinaan akhlak, b) teladan kyai, asatidz dan staf
pesantren, c) Struktur kurikulum yang memuat pelajaran-pelajaran pembinaan
akhlak, d) kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di pesantren baik kegiatan
pembiasaan atau pun ekstrakurikuler dan lain-lain, e) pelibatan-pelibatan dalam
kegiatan di masyarakat, seperti majlis ta’lim dan lain-lain. Sedangkan
faktor-faktor yang menghambat secara umum terbagi dua, a) faktor-faktor internal seperti
aturan sekolah yang belum terlalu ketat, dan masih ada santri-santri yang kesulitan
dalam memahami mufrodat/kosakata pada kitab Bahr Al-Adab. b) faktor eksternal
seperti pengaruh pergaulan, teknologi, dan nilai-nilai moral yang mulai luntur di
masyarakat sekitar sekolah.
B. Saran
Setelah peneliti melaksanakan penelitian di Madrasah Aliyah Pesantren
studi pustaka, maka sudah semestinya penulis selaku peneliti untuk mengajukan
saran-saran kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam masalah ini
diantaranya:
Pertama, kepada pihak Madrasah Aliyah Persis Pameungpeuk, untuk
mencapai visi, misi dan tujuan sekolah dalam menciptakan dan mengembangkan
siswa yang TAQWA (tafaquh fiddien, Qur’ani dan berwawasan), maka seluruh
unsur sekolah harus turut bertanggung jawab, sehingga, suasana sekolah yang
kondusif dalam menciptakan generasi yang berakhlakul karimah dapat
diwujudkan.
Kedua, kepada para guru, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal hendaknya melakukan ikhtiar maksimal, dimulai dari proses persiapan
yang sesuai dengan tertib administrasi guru, dilanjutkan dengan proses
pembelajaran yang memenuhi kriteria PAIKEM GEMBROT (Pembelajaran aktif,
inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira dan berbobot), dan diakhiri
dengan evaluasi yang menyeluruh meliputi evaluasi kognitif dan afektif yang
maksimal. Dan yang paling utama adalah guru selalu menampilkan uswah
hasanah (teladan yang baik) sehingga para siswa tidak kehilangan teladan untuk
diikuti.
Ketiga, kepada pihak pemerintah, hendaknya memfasilitasi
kegiatan-kegiatan yang bersifat meningkatkan keterampilan tenaga pendidikan terutama
penguasaan model-model pembelajaran nilai yang dirasa sangat kurang. Selain itu
upaya peningkatan fasilitas belajar mengajar sebagai sarana pendukung harus
Keempat, kepada peneliti lain, sehubungan dengan keterbatasan dalam menggali permasalahan penelitian, maka diharapkan hasil dari penelitian ini
menjadi bahan kajian dan pijakan bagi yang berminat, sehingga memungkinkan
Abdullah, Yatimin. (2006). Pengantar Studi Etika. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Al-Asfahani, Al-Raghib. (tt). Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur’an. Beirut: Dar Al-Ma’rifah
Al-Hufi, Ahmad Muhamad. (tt). Akhlak Nabi Muhamad SAW. Keluhuran dan
kemuliaannya. Jakarta: penerbit Bulan Bintang.
Aliyah, Miftahul. (2008). Studi tentang Nilai-niliai Filosofis Edukatif Kisah Nabi Musa
Belajar kepada Khidir (Penelitian terhadap Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Kahfi ayat 60-82). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (tesis)
Al-Jurjani. (1988). Kitab Al-Ta’rifat. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah
Al-Qur’an dan Terjemahnya (1985/1986), Depag RI: Jakarta
Alwasilah, A. Chaedar. (2006). Pokoknya Kualitatif, Dasar-dasar Merancang dan
Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung. Pustaka Jaya.
Anees, Bambang Q. Dan Hambali, Adang. (2009). Pendidikan Karakter Berbasis
Al-Quran. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Aswandi, (2010). Membangun Bangsa melalui Pendidikan Karakter. Tersedia: http: //inspirasitabloid. wordpress.com /2010/08/10/ membangun–bangsa-melalui- pendidikan-karakter/
Asmani, Jamal Ma’mur. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di
Sekolah. Jogjakarta: Diva Press.
Aunillah, Nuria Isna. (2011). Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Laksana
Bakry, H. Oemar. (1993). Akhlak Muslim. Bandung: Angkasa.
Budimansyah, Dasim. (2012). Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter. Bandung: Widya Aksara Press.
Budimansyah, Dasim. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.
Budimansyah, Dasim dan Komalasari, Kokom (Eds). (2011). Pendidikan Karakter: Nilai
Drijarkara, N. SJ. (1989). Percikan Filsafat. Jakarta: PT. Pembangunan Jakarta.
Dhofier, Zamakhsyari. (1990). Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta: Penerbit LP3ES.
Elmubarok, Zaim. (2009). Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.
Federspiel, Howard M. (2004). Ideologi Muslim: Pencarian dan Pergulatan PERSIS di
Era Kemunculan Negara Indonesia. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta
Ganeswara, Ganjar Muhammad. (2009). Aktualisasi Pendidikan Umum di Universitas
Pendidikan Indonesia dalam Upaya Mengembangkan Lulusannya sebagai Warganegara yang Baik (Studi Deskriptif tentang Visi, Misi dan Aksi Pendidikan Kewarganegaraan). Disertasi Doktor pada S.Ps. Universitas Pendidikan
Indonesia: tidak diterbitkan
Ghazali. (1981). Ajaran-ajaran Akhlak Imam Al-Ghazali, Surabaya: penerbit Al-Ikhlas Surabaya
Hakam, Kama Abdul. (2000). Pendidikan Nilai. Bandung. MKDU Press.
Hakam, Kama Abdul. (2007). Bunga Rampai Pendidikan Nilai. Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung
Hamka. (1982). Pribadi. Jakarta: NV. Bulan Bintang.
Henry, Nelson B. (1952). The Fifty First Yearbook of the National Society for The Study
of Education, Part I General Education. Chicago: The University of Chicago
Press.
Herdiansyah, Haris. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit Salemba.
Husaini, A. (2010). Pendidikan Islam Membentuk Manusia Berakarakter dan Beradab. Jakarta: Cakrawala Publishing.
Izutsu, Toshihiko. (2003). Konsep-konsep Etika Religius dalam Qur’an. Yogya: Tiara Wacana.
Kalidjernih, Freddy K. (2010). Penulisan Akademik. Bandung: Widya Aksara Press
Karakter Di Sekolah Menegah Pertama. Jakarta. Kemendiknas.
Koesoema A, Doni. (2007). Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak Di Zaman
Global. Jakarta. Grasindo
Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character. Newyork: Bantam Book.
Lickona, Thomas. (2004). Character Matters. Newyork: Touchsone.
Lukenbill, Jeffrey D. (1978). General Education in A Changing Society. Iowa: Kendall/Hunt Publishing Company.
Majid, Abdul dan Andayani, Dian. (2011). Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Makiyah, Mia. (2008), Pembinaan Akhlak Mulia Siswa melalui Proses Pembelajaran
PAI (Studi Deskriptif pada Siswa SMK Al-Huriyah Rengasdengklok Karawang).
Tesis Magister pada S.Ps Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.
Mastuhu. (1994). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian tentang Unsur
dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS
Mayhew, Lewis B. (1960). General Education: An Account and Appraisal. Newyork: Harper and Brothers Publishers.
Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter. Jakarta: Migas & Energi
Miskawaih, Ibn. (1994). Menuju Kesempurnaan Akhlak (terj). Bandung: Penerbit Mizan.
Moleong, Lexy. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosda Karya.
Muhyi, Mumuh Abdul. (2008). Pendidikan Akhlak Keluarga Santri Karya (Studi
Deskriptif Analitik terhadap Keluarga Santri Karya Pesantren Daarut Tauhiid).
Tesis Magister pada S.Ps Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan
Mulyana, R. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta
Musfiroh, Tadzkirotun. (2011). Karakter sebagai Saripati Tumbuh Kembang Anak Usia
Dini. Jogjakarta: Inti Media
Moral yang Efektif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Nurwadjah, Ahmad. (2007). Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. Bandung: Penerbit Marja.
Peterson, Christopher dan Selligman, Martin EP. (2004). Character Strength and Virtues:
A Handbook and Classification. Newyork: Oxford Unversity Press.
Phenix, Philip. (1961). Realms of Meaning. Mc Graw-Hill Book Company: New York.
Qomar, Mujamil. (2002). Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju
Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.
Ramayulis. (2011). Sejarah Pendidikan Islam: Pembaharuan, Konsep, Filsafat, dan
Metodologis dari Era Nabi sampai Ulama Nusantara. Jakarta: Kalam Mulia.
Rosyidin, Dedeng. (2009). Konsep Pendidikan Formal dalam Islam. Bandung: Pustaka Nadwah.
Saiyidain, KG. (1954). Percikan Filsafat Iqbal mengenai Pendidikan. Bandung: CV. Diponegoro.
Sauri, S., Firmansyah, H., dan Rizal, A.S. (2010). Filsafat Ilmu Pendidikan Agama. Bandung: Arvino Raya
Sauri, Sofyan dan Firmansyah, Herlan. (2010). Meretas Pendidikan Nilai. Bandung: Arfino Raya.
Sauri, Sofyan. (1996). Komunikasi Orang Tua Anak dalam Membina Nilai-Nilai Agama
pada Keluarga. Bandung: PPs IKIP Bandung
Sauri, Sofyan. (2006). Membangun Komunikasi Dalam Keluarga. Bandung: PT Genesindo
Sauri, Sofyan. (2006). Pendidikan Berbahasa Santun. Bandung: PT Genesindo
Sauri, Sofyan. (2009). Membangun Propesionalisme Guru Berbasis Bahasa Santun bagi
Pembinaan Keperibadian Bangsa yang Bijak. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Sidi, Indra Djati. (2001). Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta: Paramadina dan PT Logos Wacana Ilmu.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Cet. 11. Bandung: Alfabeta.
Syihabuddin. (2011). Pendidikan dan Bahasa dalam Perspektif Islam. Bandung: Rizqi Press.
Wan Daud, MN. (2003). Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib al-Attas, Bandung: Mizan.
Wan Daud, MN. dkk. (2010). Membangun Peradaban dengan Ilmu. Depok: Kalam.
Ya’qub, Hamzah. (1988). Etika Islam, Pembinaan Akhlaqul Karimah. Bandung: CV.
Diponegoro.
Yudkin, M. eds. (1971). Genereal Education. Baltimore: Penguin Books
Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter: Konsep dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Zurqoni. (2012). Menakar Akhlak Siswa, konsep dan Strategi Penilaian akhlak Mulia