• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWAPADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWAPADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI

PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN DI KELAS V

(Penelitian Eksperimen di SDN Pari dan SDN Cimuncang Kecamatan Surian Kabupaten Sumedang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Oleh Herayani

0902780

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

KAMPUS SUMEDANG

(2)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAAN KARYA

“Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh Pendekatan Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada

Materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan di Kelas V (Penelitian Eksperimen di SDN Pari dan SDN Cimuncang Kecamatan Surian Kabupaten Sumedang)” ini

beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.”

Sumedang, Juni 2013 Yang membuat pernyataan

Herayani

(3)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap hari siswa melakukan kegiatan berpikir baik di sekolah maupun di rumah untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. Di sekolah siswa

berpikir untuk menyelesaikan masalah-masalah yang di berikan guru pada setiap pelajaran, khususnya pada pelajaran matematika. Karena konsepnya yang abstrak

dan ditampilkan dengan simbol-simbol sehingga siswa sulit untuk memahami dan menyelesaikan masalah yang diberikan. Dalam menyelesaikan setiap masalah yang diberikan siswa harus berpikir secara sistematis dan logis untuk mendapatkan sebuah kesimpulan atau keputusan yang tepat. Kegiatan berpikir semacam ini disebut dengan kegiatan berpikir kritis. Oleh karena itu agar siswa dapat menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya dengan tepat, maka kemampuan berpikir kritis siswa perlu ditingkatkan.

Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika yang tercantum dalam Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI (2006) yaitu agar siswa:

1. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika yang tercantum dalam Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) SD/MI (2006) yaitu agar siswa Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

(4)

2

menjelaskan gagasan dan pernyataan yang secara tersirat mengharapkan siswa SD memiliki kemampuan berpikir kritis.

Sebagai pengembang kurikulum, guru atau calon guru harus berusaha agar tujuan yang tercantum dalam kurikulum khususnya kemampuan berpikir kritis

dapat tercapai secara optimal. Namun pada kenyataannya kemampuan berpikir kritis siswa masih kurang, khususnya pada pembelajaran pecahan. Hal ini

dikarenakan guru kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir secara mandiri dan menganggap siswa sebagai bejana kosong yang harus diisi, sehingga siswa hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan guru. Selain itu soal-soal yang diberikan guru kurang merangsang siswa untuk berpikir kritis, misalnya 1/2 + 1/2 = 1, 1 – 1/2 = 1/2, dan 1 lebih besar nilainya dari 1/2. Padahal tidak selamanya 1 lebih besar nilainya dari 1/2. Benar 1 lebih besar nilainya dari 1/2 jika pada objek yang sama, dan 1/2 bisa lebih besar nilainya dari 1 jika 1/2 merupakan bagian dari suatu objek yang lebih besar. Mengingat hal itu, peneliti tertarik untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan cara menerapkan pendekatan problem based learning (PBL) pada pembelajaran matematika di kelas V sekolah

dasar.

Pendekatan problem based learning (PBL) merupakan pendekatan pembelajaran yang berangkat dari sebuah masalah yang memiliki alternatif

jawabannya banyak (open ended problem) dan menuntut siswa untuk berpikir secara mandiri sehingga sangat bagus untuk mengembangkan kemampuan

berpikir tingkat tinggi.

Dengan demikian sangat serasi jika pendekatan problem based learning diterapkan pada pelajaran matematika khususnya pada meteri pecahan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

B. Rumusan Masalah

(5)

3

“Bagaimana pengaruh pendekatan problem based learning (PBL) terhadap

peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa?”

Dari rumusan masalah di atas, secara lebih rinci dapat dinyatakan sebagai berikut ini.

1. Apakah pendekatan problem based learning (PBL) berpengaruh baik terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran materi

penjumlahan dan pengurangan pecahan?

2. Apakah pembelajaran konvensional berpengaruh baik terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan?

3. Apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran materi penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan pendekatan problem based learning (PBL) lebih baik daripada siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendekatan problem based learning (PBL) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

Dari tujuan tersebut, secara lebih rinci dapat dinyatakan sebagai berikut ini:

1. Untuk mengetahui pengaruh pendekatan problem based learning (PBL) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran materi

penjumlahan dan pengurangan pecahan.

2. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan.

(6)

4

D. Pentingnya Penelitian

Pentingnya penelitian ini dilakukan agar guru atau pembaca dapat memperoleh informasi tentang pembelajaran metematika dengan menggunakan pendekatan problem based learning (PBL) sebagai salah satu upaya untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

E. Penjelasan Istilah

Penjelasan istilah-istilah yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu:

1. Pendekatan (Approach) pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa.(Maulana, 2008)

2. Problem based learning (PBL) merupakan pendekatan yang efektif untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (Ratumanan dalam Trianto, 2010).

3. Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan.(Ennis dalam Fisher, 2008)

4. Indikator kemampuan berpikir kritis yang akan diukur yaitu bertanya dan menjawab pertanyaan, mempertimbangkan kebenaran suatu pernyataan, menyimpulkan, memberikan alasan, bekerjasama dengan teman.

5. Pecahan adalah nilai bilangan antara dua bilangan cacah yang ditulis

dengan a dan b bilangan cacah dan bersyarat b 0, dalam hal ini a disebut

pembilang dan b disebut penyebut. (Maulana, 2010)

6. Penjumlahan adalah salah satu operasi dalam matematika yang dapat menjumlahkan suatu bentuk pecahan dengan bentuk pecahan lainnya sehingga menghasilkan nilai tertentu.

(7)

5

8. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa digunakan yaitu pembelajaran dengan metode ceramah.

(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Maulana (2009: 25-26), Populasi merupakan: 1. keseluruhan subjek atau objek penelitian,

2. wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya,

3. seluruh data yang menjadi perhatian dalam lingkup dan waktu tertentu, 4. semua anggota kelompok orang, kejadian, atau objek lain yang telah

dirumuskan secara jelas.

Gay (Maulana, 2009) menentukan ukuran sampel untuk penelitian eksperimen yakni minimum 30 subjek per kelompok.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SD yang ada di kecamatan Surian yang terdiri dari 11 SD. Dari 11 SD ini akan dipilih 2 SD secara acak, satu SD akan dijadikan kelas eksperimen yaitu SD Negeri Pari dengan jumlah siswa 33 dan satu SD lagi dijadikan kelas kontrol yaitu SD Negeri Pasirwareng dengan jumlah siswa 31. Pada kelas eksperimen dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PBL, sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran biasa atau pembelajaran konvensional yang menggunakan metode ceramah.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah eksperimen murni dengan desain penelitian kelompok kontrol pretes-postes. Dalam penelitan ini terdiri atas kelas

(9)

25

diberi perlakuan, akan diadakan tes akhir (postes) untuk melihat peningkatan berpikir kritis siswa.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian seperti di bawah ini: A O X O

A O O Keterangan:

A = pemilihan kelompok secara acak.

O = pretes atau postes berupa tes kemampuan berpikir kritis siswa.

X = perlakuan berupa pembelejaran dengan menggunakan pendekatan PBL (Maulana, 2009b: 24).

C. Variabel Penelitian

Varibel merupakan objek atau titik perhatian dari suatu penelitian. Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah pembelajaran matematika dalam materi penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan menggunakan pendekatan PBL sebagai variabel bebas dan kemampuan berpikir kritis siswa sebagai variabel terikatnya.

D. Instrumen Penelitian dan Pengambangannya

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instruman tes

dan nontes. Instrumen tes yaitu tes kemampuan berpikir kritis siswa sedangkan instrumen nontes yaitu pedoman observasi dan jurnal. Penjelasan

instrumen-instrumen yang akan digunakan adalah sebagai berikut: 1. Tes (tes kemampuan berpikir kritis siswa)

(10)

Instrumen penelitian yang baik, bisa didapatkan dengan memperhatikan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi, diantaranya valaditas, reliabilitas, daya beda, dan indeks kesukaran soal. Untuk mangetahui kriteria-krieria ini, di bawah ini dipaparkan penjelasannya, yaitu:

a. Validitas

Gronlund dan Linn (Suryanto, 2008) mengungkapkan bahwa validitas

adalah ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil pengukuran atau evaluasi. Cara untuk mencari tingkat validitas soal ialah dengan cara menghitung koefisien korelasinya. Koefisien korelasi ini dihitung dengan menggunakan rumus product-moment dengan angka kasar dari Pearson (Suherman dan Sukjaya, 1990: 154) dengan formula sebagai berikut ini.

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi suatu butir/item

N = jumlah subyek X = skor suatu butir/item Y = skor total.

Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien korelasi (koefisien validitas) menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 147) yaitu sebagai berikut ini.

Tabel 3.1

Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80 < ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi (sangat baik) 0,60 < ≤ 0,80 Validitas tinggi (baik)

0,40 < ≤ 0,60 Validitas sedang (cukup)

0,20 < ≤ 0,40 Validitas rendah (kurang) 0,00 < ≤ 0,20 Validitas sangat rendah

(11)

27

Di bawah ini validitas soal tes kemampuan berpikir kritis hasil uji coba di SDN Pasirbiru dan SDN Pasirwareng dengan menggunakan program Anates.

Table 3.2

Validitas Tiap Butir Soal

No. soal Koefisien Korelasi Signifikansi Interpretasi

1 0,81 Sangat signifikan Validitas sangat tinggi

2 0,87 Sangat signifikan Validitas sangat tinggi

3 0,86 Sangat signifikan Validitas sangat tinggi

4 0,89 Sangat signifikan Validitas sangat tinggi

5 0,89 Sangat signifikan Validitas sangat tinggi 6 0,90 Sangat signifikan Validitas sangat tinggi

7 0,92 Sangat signifikan Validitas sangat tinggi

8 0,90 Sangat signifikan Validitas sangat tinggi

9 0,91 Sangat signifikan Validitas sangat tinggi

10 0,90 Sangat signifikan Validitas sangat tinggi

b. Reliabilitas

Menurut Maulana (2009b: 45) “Reliabilitas merupakan kekonsistenan

skor yang diperoleh, seberapa konsisten skor tersebut untuk setiap individu dari suatu daftar instrumen terhadap yang lainnya”. Untuk mengukur reliabilitas suatu instrumen yang akan diujikan yaitu digunakan rumus Cronbach Alpha (Suherman dan Sukjaya, 1990: 194) yaitu sebagai berikut ini.

Keterangan:

= reliabilitas

= banyak butir soal

(12)

= varians skor total

Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 177) yaitu sebagai berikut ini.

Tabel 3.3

Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80 < ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

0,60 < ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi

0,40 < ≤ 0,60 Reliabilitas sedang

0,20 < ≤ 0,40 Reliabilitas rendah

≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

Berdasarkan hasil perhitungan, koefisien korelasi tiap butir soal tes kemampuan berpikir kritis yaitu 0,98 sehingga reliabilitas sangat tinggi.

c. Daya Beda

Suryanto (2008) mengungkapkan bahwa daya beda butir soal memiliki pengertian seberapa jauh butir soal tersebut dapat membedakan kemampuan individu tes. Butir soal yang didukung daya beda yang baik, akan mampu membedakan peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi (pandai) dengan peserta didik yang memiliki kemampuan rendah (kurang pandai).

(13)

29 Keterangan:

= daya pembeda

= jumlah benar untuk kelompok atas

= jumlah benar untuk kelompok bawah

= jumlah siswa kelompok atas

Selanjutnya daya pembeda yang diperoleh diinterpretasikan dengan

menggunakan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut (Suherman dan Sukjaya,

1990: 202).

Tabel 3.4

Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Interpretasi

DP ≤ 0,00 Sangat Jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

(14)

Tabel 3.5

Daya Pembeda Tiap Butir Soal

No. soal Daya Pembeda Interpretasi

1 0,55 Baik

2 0,59 Baik

3 0,51 Baik

4 0,60 Baik

5 0,62 Baik

6 0,55 Baik

7 0,55 Baik

8 0,68 Baik

9 0,44 Baik

10 0,37 cukup

d. Tingkat kesukaran

Suryanto (2008) mengungkapkan bahwa tingkat kesukaran merupakan salah satu karakteristik yang dapat menujukkan kualitas butir soal tersebut apakah termasuk mudah, sedang atau sukar. Suatu butir soal dikatakan mudah jika sebagian besar siswa dapat menjawab dengan benar dan dikatakan sukar jika sebagian besar siswa tidak dapat menjawab degan benar. Besarnya tingkat kesukaran butir soal, dapat dihitung dengan memperhatikan proporsi peserta tes yang menjawab benar terhadap setiap butir soal.

(15)

31

digunakan rumus yaitu sebagai berikut ini (Suherman dan Sukjaya, 1990: 267).

Keterangan:

= tingkat kesukaran

= jumlah benar untuk kelompok atas

= jumlah benar untuk kelompok bawah

= jumlah siswa kelompok atas

Indeks kesukaran yang diperoleh dari hasil penghitungan dengan menggunakan formula di atas, selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria berikut pada Tabel 3.4 (Suherman dan Sukjaya, 1990: 213).

Tabel 3.6

Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Interpretasi

IK = 0,00 Terlalu Sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang

0,70 < IK < 1,00 Mudah

IK = 1,00 Terlalu Mudah

(16)

Tabel 3.7

Tingkat Kesukaran Tiap Butir Soal

No Soal Indeks Kesukaran Interpretasi

1 0,68 Sedang

2 0,70 Mudah

3 0,66 Sedang

4 0,50 Sedang

5 0,51 Sedang

6 0,44 Sedang

7 0,50 Sedang

8 0,58 Sedang

9 0,38 Sedang

10 0,29 Sukar

2. Nontes

Instrumen nontes yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi format wawancara dan jurnal. Penjelasan instrumen nontes ini adalah:

a. Lembar Observasi

Maulana (2009a: 35) mengungkapkan bahwa: “Observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman,

pendengaran, perabaan, dan jika perlu pengecapan. Maka dari itu observasi adalah proses pengamatan langsung dengan menggunakan pancaindra untuk

mencatat sebuah kejadian untuk mencapai tujuan tertentu.

(17)

33

berpikir kritis yang tidak dapat diukur oleh soal tes yaitu kerjasama dengan kelompok dan bertanya atau menjawab pertanyaan sedangkan kedisiplinan untuk mengukur aspek apektif siswa. Penggunaan lembar observasi guru bertujuan untuk mengetahui kinerja guru pada pembelajaran di kelas

eksperimen atau pun di kelas kontrol. Dimana kinerja guru harus optimal pada saat mengajar di kelas eksperimen atau pun di kelas kontrol sehingga

tidak ada yang dikambing hitamkan. b. Jurnal

Menurut Maulana (2012: 5) “Jurnal adalah karangan yang dibuat oleh siswa pada setiap akhir pembelajaran”. Instrumen dengan cara jurnal ini digunakan dengan alasan untuk mengetahui respon dan pendapat siswa mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan. Selain itu jurnal ini lebih bersifat terbuka karena semua pendapat-pendapat siswa mengenai pembelajaran dapat dikemukakan secara bebas dan tanpa nama sehingga siswa lebih merasa nyaman untuk mengungkapkan semua yang mereka rasakan, tanpa merasa takut ditandai oleh guru jika mengungkapkan hal yang kurang diharapkan oleh guru.

E. Bahan Ajar dan Pengembangannya

Bahan ajar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah LKS (Lembar

Kerja Siswa) untuk kelas eksperimen, dan untuk kelas kontrol menggunakan buku paket dan soal latihan.

Materi pokok yang akan diajarkan adalah penjumlahan dan pengurangan pecahan, desimal dan persen. Secara lengkap standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok disajikan dalam Tabel 3.8 berikut ini.

Table 3.8 Materi Pokok Standar Kompetensi Kompetensi

Dasar

Indikator Materi Pokok

(18)

pemecahan kualitatif, sehingga pengolahan datanya sebagai berikut:

1. Data Kuantitatif

Instrumen tes digunakan untuk memperoleh data kuantitatif. Data kuantitatif berupa hasil tes diolah dengan cara sebaga berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang didapat

berdistribusi normal atau tidak. Normalitas data diperlukan untuk menentukan pengujian beda dua rerata yang akan diselidiki. Untuk melakukan uji normalitas, digunakan uji Saphiro-Wilk dengan taraf signifikansi 5%. Jika kedua data berasal dari distribusi yang normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Jika salah satu atau kedua data yang dianalisis tidak berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas sedangkan untuk pengujian hipotesis dilakukan uji statistik non parametrik.

Menguji normalitas data dari masing-masing kelas dengan menggunakan Chi Kuadrat ( ) Menurut Sudjana (2005), adapun langkah-langkah mencari

( ), adalah sebagai berikut:

1) Menentukan rentang skor (r), dengan mencari selisih antara skor terbesar

dengan skor terkecil, dapat dihitung dengan persamaan dasarnya ditunjukan pada rumus :

r = skor tertinggi – skor terendah

(19)

35 k = 1 + 3,3 log n

Keterangan :

K = Banyaknya kelas interval

1 = Bilangan tetap 3,3 = Bilangan tetap

log = Logaritma

N = Jumlah siswa ujicoba

3) Menentukan panjang kelas interval, dapat dihitung dengan persamaan dasarnya ditunjukan pada rumus :

Keterangan:

P = Panjang kelas r = Rentang skor

k = Banyaknya kelas

4) Memasukan data skor ke dalam tabel distribusi frekuensi, seperti pada contoh di Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi

Keterangan :

= Frekuensi

= Tanda kelas

(20)

Keterangan :

= Rata-rata nilai yang diperoleh siswa

= Total frekuensi

= Skor yang diperoleh siswa ujicoba

6) Menghitung simpangan baku, dengan persamaan dasarnya ditunjukan pada formula sebagai berikut.

Keterangan :

n = Jumlah siswa ujicoba

s = Simpangan baku

= Total frekuensi

= Skor yang diperoleh siswa ujicoba

1 = Bilangan tetap

7) Membuat daftar distribusi frekuensi observasi dan frekuensi yang diharapkan seperti pada contoh Tabel 3.10.

Tabel 3.10

Distribusi Frekuensi Observasi dan Frekuensi Ekspektasi

Keterangan :

Oi = Frekuensi yang diobservasi Bk = Batas kelas

Z = Skor baku L = Luas daerah z

(21)

37

8) Menghitung , dapat dihitung dengan persamaan dasarnya ditunjukkan pada formula sebagai berikut.

Keterangan :

= Chi kuadrat

Oi = Frekuensi yang diobservasi Ei = Frekuensi ekspektasi

9) Menentukan derajat kebebasan (dk), dapat dihitung dengan persamaan dasarnya ditunjukan pada formula sebagai berikut.

dk = k – 3

11) Membandingkan harga hitung dengan tabel

Untuk menentukan kriteria uji normalitas ( ) menggunakan ketentuan, sebagai berikut.

a) Jika , maka data tersebut berdistribusi normal.

b) Jika maka data tersebut tidak berdistribusi

normal.

Untuk menentukan kriteria uji normalitas ( ) menggunakan ketentuan

sebagai berikut :

a) Jika , maka data tersebut berdistribusi normal

b) Jika , maka data tersebut tidak berdistribusi normal

(22)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan melihat homogenitas atau kesamaan beberapa bagian sampel atau seragam tidaknya variansi sampel-sampel yaitu apakah mereka berasal dari populasi yang sama.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian homogenitas sebagai berikut.

Merumuskan hipotesis

dengan,

= Hipotesis nol

= Hipotesis kerja

= Varians kelas eksperimen = Varians kelas kontrol

Menentukan tingkat keberartian dengan mengambil α sebesar 0,05

Menentukan kriteria pengujian dengan aturan jika menerima

apabila nilai signifinaksi yang diperoleh lebih dari atau sama dengan 0,05

dan menolak apabila nilai signifikansi yang diperoleh kurang dari 0,05. Jika ternyata kedua variansi homogen, maka dilanjutkan untuk uji perbedaan

rata-rata (uji-t). untuk mempermudah proses perhitungan akan digunakan program SPSS 16.0.

c. Uji Beda Dua Rerata

(23)

39

mengetahui perbedaan rata-rata, maka pasangan hipotesis yang akan dibuktikan yaitu dengan uji-t dengan rumus sebagai berikut (Maulana, 2009b).

Keterangan :

= Rata-rata kelompok eksperimen

= Rata-rata kelompok kontrol

= Jumlah siswa ujicoba di kelas eksperimen = Jumlah siswa ujicoba di kelas kontrol

= Variansi kelas eksperimen = Variansi kelas kontrol

1 = Bilangan tetap

Jika uji normalitas dan uji homogenitas telah dilakukan, maka selanjutnya dilakukan uji perbedaan dua rata-rata atau uji-t. Menurut Maulana (2009b),

untuk menguji dan gunakan uji dua arah dengan kriteria uji: terima = untuk

2. Data Kualitatif

Pengolahan data kualiatif yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan akan dijadikan data pendukung dalam

(24)

b. Jurnal

Data yang terkumpul dari jurnal siswa, selanjutnya ditulis dan diringkas berdasarkan masalah yang akan dijawab dalam penelitian.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini terrdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) tahap

persiapan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap analisis data, (4) tahap pembuatan kesimpulan. Penjelasan dari keempat tahap tersebut adalah sebagai berikut ini: 1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, akan dilaksanakan beberapa kegiatan yaitu: mengurus perijinan penelitian, pengembangan alat pembelajaran (lembar kerja siswa), penyusunan dan uji coba instrumen, revisi perangkat pembelajaran dan instrumen, pemilihan secara acak SD di kecamatan Surian sebanyak dua SD untuk dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, kegiatan awal yang djlakukan adalah memberikan pretes kemempuan berpikir kritis untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hal ini dilakukan untuk mengukur kemampuan awal siswa kedua kelas tersebut. Selanjutnya melakukan pembelajaran sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

Pada saat pebelajaran, aktifitas pembelajaran akan diobservasi oleh observer.

Pada pertemuan ketiga akan dilaksanakan tes kemampuan berpikir kritis untuk kedua kelas sampel. Untuk mendapatkan komentar dan pendapat siswa tentang

pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan PBL, di akhir pembelajaran dilakukan pengisian jurnal oleh siswa.

3. Tahap Analisis Data

Analisis data yang akan dilakukan yaitu: pengumpulan data kuantitatif dan data kualitatif. Pengolahan dan analisis data kuantitatif berupa pretes dan postes kemampuan berpikir kritis dari kedua kelas sampel, kemudian pengolahan data kualitatif berupa hasil jurnal dan lembar observasi.

(25)

41

(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan, kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil perhitungan dengan uji beda dua

rerata dengan taraf kepercayaan = 0,05 diperoleh signifikansi 0,000

sehingga ditolak yang berarti pendekatan PBL meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa kelas eksperimen pada pembelajaran materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Selain itu berdasarkan hasil observasi pendekatan PBL baik untuk menumbuhkan partisipasi dan kerjasama siswa. Hal itu membuktikan bahwa pendekatan PBL baik digunakan untuk meningkatkan berpikir kritis siswa.

2. Berdasarkan hasil perhitungan dengan uji beda dua

rerata, didapat signifikansi 0,000 dengan 0,05. Dengan demikian ditolak

yang berarti pembelajaran konvensional berpengaruh baik terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol pada pembelajaran materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Hal itu menerangkan bahwa pembelajaran konvensional (menggunakan metode ceramah) yang selama ini diragukan keberhasilannya tidak terbukti.

3. Dengan menggunakan uji Independent samples test dengan taraf signifikansi two tailed 0,161 dengan = 0,05. Kondisi demikian menunjukkan bahwa H0

diterima karena 0,161 > 0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan

(27)

86

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Guru dapat menggunakan pendekatan PBL pada materi yang berbeda atau

mata pelajaran lain sebagai salah satu alternatif pendekatan yang dapat digunakan di kelas atau sekolah tempatnya mengajar.

2. Guru atau peneliti dapat menggunakan pendekatan PBL untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang lainnya misalnya kemampuan komunikasi, reflektif, berpikir kreatif dan lain-lain.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Bobrow, Jerry (2010). Matematika Dasar dan Pra-Aljabar. Bandung: Pakar Raya.

Fisher, Alec (2007). Berpiki rkritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Karso, dkk.(2007). Pendidikan Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Maulana (2008). Dasar-dasar Keilmuan Matematika. Subang: Royyan Press.

Maulana (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar: Panduan Sederhana bagi Mahasiswa dan Guru Calon Peneliti. Bandung: Learn2Live n Live2Learn.

Maulana (2008). PendidikanMatematika 1. Bandung: tidak dipublikasikan.

Maulana(2010). Dasar-dasar Keilmuan dan Pembelajaran Matematika Sequel 2. Bandung: tidak dipublikasikan.

Ruseffendi (1990). Pendidikan matematika 3. Jakarta: Depdikbud.

Rusmono (2012). Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu

Perlu Untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sanjaya, Wina (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Sudjana(2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyanto (2010). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma

Pustaka.

(29)

88

Suwangsih, Erna danTiurlina.(2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung : UPI Press.

Trianto (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Kencana.

Gambar

Tabel 3.1 Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas
Table 3.2 Validitas Tiap Butir Soal
Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda
+6

Referensi

Dokumen terkait

If this is a revision of a previous submission and you have a Change Request Number, then check here: Enter the CR number here:. Enter the Revsion Number that you are

Belanja Modal Pengadaan alat-alat angkutan darat bermotor... Belanja Modal Pengadaan Antena Parabola /

Sub-direktori bin merupakan direktori yang menyimpan semua program database MySQL, sedangkan sub-direktori data digunakan untuk menyimpan data dan file-file yang dibutuhkan

Pada akhir tahun 2010 telah terimplementasikan sistem informasi manajemen terpadu yang mensinergikan sistem informasi akademik (SIKADU), kepegawaian

Kerangka konseptual yang dipinjam dari ilmu-ilmu sosial dapat digunakan oleh penulis dalam melakukan analisis terhadap suatu proses berlangsungnya suatu kondisi dari berbagai

Dengan melihat permasalahan yang ada maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat Surakarta terhadap mobil Esemka yang selama ini hangat

Menentukan modus dari data yang disajikan dalam bentuk diagram, tabel, atau data acak. Modus dari data di atas

vonis yang berat terhadap pelaku kejahatan seksual tersebut sebagaimana yang. termaktub dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang