• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL MODEL MENTAL SISWA TERKAIT MATERI KIMIA KELAS X BERDASARKAN KTSP 2006.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL MODEL MENTAL SISWA TERKAIT MATERI KIMIA KELAS X BERDASARKAN KTSP 2006."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh :

Dewi Soliha Oktianti

0901987

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Oleh

Dewi Soliha Oktianti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Dewi Soliha Oktianti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

PROFIL MODEL MENTAL SISWA

TERKAIT MATERI KIMIA KELAS X BERDASARKAN KTSP 2006

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I,

H. Wiji, M. Si.

NIP. 1972 0430 2001 12 1001

Pembimbing II,

Galuh Yuliani, Ph. D. NIP. 1980 0725 2001 12 2001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Profil Model Mental Siswa Terkait Materi Kimia Kelas X Berdasarkan KTSP 2006”. Subjek pada penelitian ini adalah enam orang siswa kelas X di salah satu SMA Negeri Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil model mental siswa pada materi model atom Bohr, ikatan kimia, serta larutan non elektrolit dan elektrolit. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan instrumen utama pedoman Wawancara Berbasis Model (WBM). Hasil penelitian menunjukkan pada ketiga materi tidak ada siswa yang memiliki model mental tipe 1 (siswa menjawab salah), namun didominasi oleh model mental tipe 2, yaitu menjawab benar dengan bantuan model. Pada materi ikatan kimia serta larutan non elektrolit dan elektrolit ada beberapa siswa yang memiliki model mental tipe 3 (siswa menjawab benar tanpa bantuan model). Pada penelitian ini juga ditemukan beberapa pola jawaban siswa yang berbeda yaitu, enam pola untuk model atom Bohr dan ikatan kovalen, lima pola untuk ikatan ion dan tiga pola untuk larutan non elektrolit dan elektrolit.

Kata kunci : Profil, Model Mental, WBM

ABSTRACT

The title of this research is “Profile of Students’ Mental Model on Chemistry in X Grade Base on KTSP 2006”. Subjects of this research were six students of X grade in senior high school Bandung. Purpose of this research is to find profile of students’ mental models on Bohr’s atomic theory, chemical bonding, non electrolyte and electrolyte solutions. This research used descriptive method with interview guide base on models (WBM) as instrument. The results showed that no students have mental model like type 1 (students answer incorrectly) in all of concept in this research, but dominated by type 2 (students answered correctly with model). On the concept of chemical bonding and non electrolyte and electrolyte solution, there are several students who have mental model like type 3 (students answered correctly without model). In this research also found six different patternts in Bohr’s atomic theory and chemical bonding, five different patternts in ionic bonding, and three different patternts in non electrolyte and electrolyte.

(5)

ABSTRAK………... i

KATA PENGANTAR………... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI………... iv

DAFTAR TABEL………... v

DAFTAR GAMBAR………... vi

DAFTAR LAMPIRAN………... vii

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Struktur Organisasi Skripsi... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

A. Tinjauan Umum Model Mental... 7

B. Cara Menggali Model Mental... 11

C. Deskripsi Materi yang Digunakan untuk Menggali Model Mental... 13

1. Model Atom Bohr... 13

2. Pembentukan Ikatan Ion... 15

3. Pembentukan Ikatan Kovalen... 17

4. Larutan Non Elektrolit dan Elektrolit... 20

BAB III METODE PENELITIAN... 22

A. Metode Penelitian... 22

B. Desain Penelitian... 22

C. Lokasi dan Subjek Penelitian... 26

D. Definisi Operasional... 26

E. Instrumen Penelitian... 26

F. Proses Pengembangan Instrumen... 34

G. Teknik Pengumpulan Data... 35

H. Analisis Data... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 40

A. Profil Model Mental Siswa Pada Materi Teori Atom Bohr... 40

B. Profil Model Mental Siswa Pada Materi Pembentukan Ikatan Ion... 50

C. Profil Model Mental Siswa Pada Materi Pembentukan Ikatan Kovalen... 58

D. Profil Model Mental Siswa Pada Materi Larutan Non Elektrolit dan Elektrolit... 66 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 75

A. Kesimpulan... 75

B. Saran... 76

DAFTAR PUSTAKA... 77

(6)
(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Siswa sering menganggap bahwa kimia merupakan ilmu yang abstrak,

dikemas dalam bahasa yang kompleks dan tidak menarik untuk dipelajari (Gilbert,

2004), sehingga siswa sulit untuk mempelajari kimia. Pembelajaran kimia

dianggap kompleks karena dalam mempelajari kimia harus mencakup tiga level

representasi, yaitu makroskopik, submikroskopik dan simbolik (Wang, 2007).

Kimia merupakan ilmu yang abstrak ketika kimia harus dijelaskan dalam level

submikroskopik. Kimia menjadi ilmu yang tidak mudah untuk dipelajari karena

kebanyakan siswa gagal dalam mempertautkan ketiga level representasi tersebut.

Bradley & Merek (Sirhan, 2007) mengemukakan bahwa kebanyakan siswa gagal

menghubungkan level makroskopik dan submikroskopik menggunakan

simbol-simbol kimia, persamaan kimia dan persamaan matematika (Jansoon et al., 2009).

Siswa menganggap bahwa simbol-simbol yang digunakan tidak bermakna dan

tidak dapat menjelaskan apa yang mereka lihat. Siswa sulit menjelaskan

bagaimana molekul-molekul saling berinteraksi sehingga menyebabkan suatu

fenomena terjadi. Oleh karena itu, Wang (2007), menyarankan bahwa dalam

mempelajari ilmu kimia diperlukan suatu pendekatan yang mempertautkan tiga

level representasi yaitu makroskopik, submikroskopik dan simbolik.

Pembelajaran yang baik dapat terlihat dari hasil evaluasi yang baik pula.

Namun terkadang cara guru mengevaluasi pembelajaran kurang sesuai untuk

dapat mengukur secara keseluruhan pengetahuan yang dimiliki siswa. Pada tes

pilihan berganda terdapat kemungkinan miskonsepsi yang dimiliki siswa (Dhindsa

& Treagust, 2009) meskipun siswa menjawab benar. Saat digunakan tes pilihan

ganda, peneliti tidak dapat mengetahui alasan siswa memilih pilihan tersebut.

Siswa bisa saja hanya menebak tanpa mengetahui konsep sebenarnya atau siswa

merasa benar karena siswa tersebut memiliki pemahaman konsep yang salah.

Evaluasi dengan tes tertulis juga memiliki kelemahan untuk siswa yang sulit

(8)

pengetahuan yang baik, tetapi kesulitan menyusun kata-kata sehingga

pengetahuannya tidak diungkapkan seluruhnya ketika evaluasi. Pengetahuan yang

dimiliki siswa tersebut dapat berupa penggalan-penggalan pengetahuan yang

keterikatannya sulit untuk dijelaskan melalui tulisan. Evaluasi dengan

menggunakan wawancara dapat mengurangi kelemahan-kelemahan tersebut.

Ketika wawancara, siswa dapat mengungkapkan pengetahuan yang dimilikinya

dengan bahasa sehari-hari. Selain itu, guru dapat menanyakan pertanyaan

menyelidik jika dirasa jawaban siswa kurang lengkap mengenai konsep tertentu.

Siswa juga lebih mudah dalam menghubungkan penggalan pengetahuan yang

telah ia miliki. Evaluasi dengan wawancara kurang sesuai untuk kelas skala besar.

Namun, evaluasi ini sangat baik jika digunakan untuk mengetahui profil model

mental siswa. Dengan profil model mental beberapa siswa, terlihat pola tertentu

yang dapat dijadikan acuan dalam perbaikan proses pembelajaran.

Perlunya pemahaman mengenai model mental siswa didukung oleh

penelitian terbaru yang dilakukan oleh Bodner & Domin (2000), Briggs & Bodner

(2005), Ferk, Vrtacnik, Blejec & Grill (2003), Stieff, Bateman & Uttal (2005)

yang menunjukkan bahwa kemampuan untuk membangun dan menggunakan

model mental dapat mempengaruhi konseptualisasi siswa tentang konsep-konsep

kimia (Wang, 2007). Selain itu, Fensham & Kass (1988), Harrison & Treagust

(1996), Raghavan & Glaser (1995), Stephens, McRobbie & Lucas (1999)

menyatakan bahwa kemampuan siswa dalam memahami materi dan model mental

siswa sangat mempengaruhi hasil belajar mengajar siswa (Coll & Taylor, 2002).

Model mental awal siswa sangat penting diketahui oleh guru, namun terkadang

hal tersebut sering terlupakan, sehingga pembelajaran menjadi kurang optimal.

Salah satu cara untuk mengungkap model mental adalah dengan

Wawancara Berbasis Model (WBM). Menurut Wang (2007), WBM dapat

dilaksanakan dengan cara meminta siswa untuk memilih model yang menurut

mereka paling sesuai. Kemudian, siswa diminta menjelaskan alasan pemilihan

model tersebut. Dari penjelasan itulah, model mental siswa dapat terlihat. Pada

penelitian ini, siswa tidak diminta untuk memilih model. Siswa hanya diminta

(9)

dapat mempermudah siswa dalam mengungkapkan pengetahuannya. Siswa

diminta untuk menjelaskan konsep kimia tersebut dengan mempertautkan ketiga

level representasi. Dari penjelasan itulah, dapat terlihat dengan jelas pemahaman

siswa pada konsep kimia.

WBM dipilih untuk menggali model mental pada penelitian ini karena

kimia didominasi oleh penggunaan model dan pemodelan. Menurut Gilbert &

Rutherford (1998a, b), model dalam kimia dapat digunakan untuk menjelaskan

data, memprediksi kejadian, dan membantu memahami reaktivitas kimia,

sehingga dengan ditampilkannya model diharapkan siswa dapat menjelaskan

konsep kimia dengan baik (Coll & Taylor, 2002).

Beberapa materi kimia yang dipilih untuk evaluasi dengan WBM ini, yaitu

model atom Bohr, ikatan kimia berupa ikatan ion dan ikatan kovalen, serta larutan

non elektrolit dan elektrolit. Model atom adalah materi kimia yang sangat abstrak.

Siswa akan sulit membayangkan suatu atom tanpa suatu model tertentu, sehingga

profil model mental siswa pada materi model atom Bohr sangat cocok jika digali

menggunakan WBM. Menurut Fensham (Coll & Taylor, 2002) materi ikatan

kimia didominasi oleh pemodelan, sehingga profil model mental siswa pada

materi ikatan kimia juga sesuai jika digali dengan WBM. Pada materi larutan non

elektrolit dan elektrolit, interkoneksi antara tiga representasi sangat terlihat. Level

makroskopik terlihat dari fenomena yaitu ada tidaknya arus listrik yang

dihasilkan. Ada tidaknya arus listrik dapat terlihat dari fenomena berupa nyala

lampu pada suatu rangkaian listrik tertentu. Siswa dapat menentukan suatu larutan

termasuk non elektrolit atau elektrolit dari fenomena tersebut. Tapi, siswa

kesulitan menjelaskan mengapa fenomena tersebut terjadi jika hanya diperlihatkan

fenomena nyata saja tanpa model zat terlarut dalam larutannya. Siswa harus

menganalisis model zat terlarut yang ada di setiap larutannya untuk dapat

menjelaskan fenomena yang terjadi. Interkoneksi itulah yang menjadi alasan

mengapa profil model mental siswa pada materi larutan non elektrolit dan

(10)

Dari beberapa alasan yang telah diungkapkan di atas, penelitian untuk

menggali profil model mental siswa sangat baik untuk dilaksanakan. Untuk itu

penelitian ini dikembangkan dengan judul penelitian Profil Model Mental Siswa

Terkait Materi Kimia Kelas X Berdasarkan KTSP 2006.

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

Kimia adalah ilmu yang sulit jika dalam pembelajarannya tidak

mempertautkan tiga level representasi, yaitu makroskopik, submikroskopik dan

simbolik. Keberhasilan pembelajaran kimia terlihat dari hasil evaluasi yang baik

pula. Evaluasi harus dapat mengukur kemampuan siswa yang sesungguhnya.

Evaluasi yang baik harus dapat membedakan siswa yang memiliki konsep yang

utuh dan tidak. Keutuhan pengetahuan yang dimiliki siswa tergambar pada model

mental yang dimilikinya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur

model mental adalah dengan menggunakan WBM.

Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini secara

umum “Bagaimana profil model mental siswa terkait materi kimia kelas X berdasarkan KTSP 2006?”. Lebih rinci, rumusan masalah dalam penelitian ini diungkapkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana profil model mental siswa pada materi teori atom Bohr?

2. Bagaimana profil model mental siswa pada materi pembentukan ikatan ion?

3. Bagaimana profil model mental siswa pada materi pembentukan ikatan

kovalen?

4. Bagaimana profil model mental siswa pada materi larutan non elektrolit dan

elektrolit?

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mendapatkan profil model mental yang dimiliki siswa pada

(11)

Lebih rinci, tujuan penelitian terdiri dari :

1. Mengetahui profil model mental siswa pada materi teori atom Bohr.

2. Mengetahui profil model mental siswa pada materi pembentukan ikatan ion.

3. Mengetahui profil model mental siswa pada materi pembentukan ikatan

kovalen.

4. Mengetahui profil model mental siswa pada materi larutan non elektrolit dan

elektrolit.

D.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan kepada guru, khususnya guru bidang studi kimia

supaya dalam melakukan pembelajaran materi kimia memperhatikan model

mental awal siswa, sehingga pembelajaran kimia bertahan lama dalam ingatan

siswa.

2. Sebagai bahan masukan kepada guru, khususnya guru bidang studi kimia

supaya dalam melakukan pembelajaran materi kimia memperhatikan kajian

ketiga level representasi kimia yaitu makroskopik, submikroskopik dan

simbolik sehingga dapat membantu siswa dalam membangun model

mentalnya.

3. Sebagai acuan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai strategi

pembelajaran yang dapat mencakup ketiga level representasi.

4. Sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih jauh mengenai model mental

siswa.

5. Sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh

WBM pada peningkatan pemahaman siswa.

E.Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu pendahuluan, kajian pustaka, metode

penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, serta kesimpulan dan saran. Bab

pendahuluan memaparkan alasan serta manfaat dilakukannya penelitian ini. Bab

(12)

relevan dengan penelitian yang dilakukan. Bab metode penelitian memaparkan

penyusunan dan penggunaan instrumen penelitian, serta cara mengolah dan

menganalisis data yang diperoleh. Bab hasil penelitian dan pembahasan

memaparkan data yang diperoleh serta kesimpulan profil model mental dari setiap

siswa pada materi kimia tertentu. Bab kesimpulan dan saran memaparkan

kesimpulan akhir model mental siswa pada setiap materi yang diteliti serta saran

untuk mengembangkan penelitian yang dilakukan.

Setiap bab terdiri dari bagian-bagian. Bab I pendahuluan, terdiri dari lima

bagian, yaitu : latar belakang, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi. Bab II kajian

pustaka, terdiri dari tiga bagian, yaitu : tinjauan umum model mental, cara

menggali model mental, serta deskripsi materi yang digunakan untuk menggali

model mental. Bab III metode penelitian, terdiri dari delapan bagian, yaitu :

metode penelitian, desain penelitian, lokasi dan subjek penelitian, definisi

operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik

pengumpulan data, serta analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan,

terdiri dari empat bagian, yaitu : profil model mental siswa pada materi teori atom

bohr, profil model mental siswa pada materi pembentukan ikatan ion, profil model

mental siswa pada materi pembentukan ikatan kovalen, serta profil model mental

siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Bab V Kesimpulan dan

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis

tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu variabel,

gejala atau keadaan (Arikunto, 2003). Penelitian deskriptif (descriptive research)

ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa

adanya (Sukmadinata, 2005). Penelitian deskriptif tidak berhenti pada

pengumpulan data, pengorganisasian, analisis dan penarikan interpretasi serta

penyimpulan, tetapi dilanjutkan dengan pembandingan, mencari

kasamaan-perbedaan dan hubungan kausal dalam berbagai hal (Sukmadinata, 2005).

B.Desain Penelitian

Desain penelitian pada penelitian ini dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu

tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Berikut ini akan dijelaskan

lebih jelas setiap tahapannya.

1. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan, dilakukan studi kepustakaan mengenai karakteristik

kimia dan model mental. Hal ini dilakukan agar memperkaya pengetahuan

peneliti. Selanjutnya dilakukan analisis pada standar isi kelas X KTSP 2006 untuk

mendapatkan materi yang sesuai dalam penelitian. Selain itu, analisis pada standar

isi kelas X KTSP 2006 dilakukan untuk menentukan keluasan dan kedalaman

materi yang akan digunakan dalam penelitian. Berdasarkan analisis mengenai

standar isi tersebut, disusunlah indikator untuk instrumen penelitian. Berbekal

pengetahuan mengenai karakteristik kimia, model mental, serta indikator

instrumen yang telah disusun, maka dibuatlah suatu instrumen penelitian berupa

(14)

Instrumen tersebut kemudian divalidasi oleh tiga orang dosen kimia. Jika

instrumen tersebut tidak valid, maka instrumen tersebut mengalami revisi

kemudian di uji cobakan. Jika instrumen tersebut sudah valid, maka instrumen

langsung diuji cobakan. Dari hasil uji coba tersebut akan diperoleh suatu pola

pengelompokkan tertentu yang nantinya akan digunakan sebagai dasar

pengelompokkan data yang diperoleh.

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, dilakukan pengambilan data pada siswa SMA

kelas X di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Pengambilan data

dilaksanakan dengan cara wawancara ke setiap siswa. Siswa diminta menjawab

semua pertanyaan yang diajukan, baik pertanyaan secara umum tentang

pengetahuan yang telah mereka dapat sebelumnya ataupun pertanyaan menyelidik

sesuai dengan gambar atau model yang disajikan.

Siswa melaksanakan WBM ini secara bergantian. Siswa lain tidak boleh

mendengarkan percakapan temannya sehingga siswa tersebut tidak terpengaruh

jawaban temannya. Sebelum WBM ini dilaksanakan, peneliti melakukan

pendekatan terlebih dahulu dengan cara membicarakan hal lain di luar kimia.

Tujuannya, untuk membuat siswa merasa nyaman. Diharapkan dengan

kenyamanan tersebut siswa akan lebih mudah mengingat materi yang telah

diajarkan dan dapat menjawab semua pertanyaan dengan baik.

Percakapan hasil WBM tersebut ditranskripsikan atau ditulis ulang dengan

menggunakan bahasa yang baku tanpa menghilangkan makna dari jawaban asli

siswa. Setelah didapatkan transkripsi jawaban siswa, jawaban tersebut diubah

dalam bentuk yang sederhana. Hal ini bertujuan untuk memudahkan peneliti

dalam menganalisis setiap jawaban siswa. Selain itu, memudahkan peneliti dalam

(15)

3. Tahap akhir

Setelah mendapatkan data hasil penelitian, peneliti menganalisis satu per

satu jawaban siswa. Setiap siswa dianalisis per soal, apakah siswa tersebut dapat

menjawab dengan baik atau tidak. Peneliti tidak menarik kesimpulan dari jawaban

akhir siswa, melainkan dari prosesnya. Siswa dikelompokkan berdasarkan setiap

jawaban yang mereka berikan, bukan jawaban akhir siswa ketika penyimpulan.

Analisis tersebut kemudian menghasilkan suatu pola tertentu dan pola itu

akan menggambarkan model mental setiap siswa yang dianalisis. Model mental

pada satu materi akan berbeda dengan materi yang lainnya.

Tahapan yang telah dijelaskan di atas dapat tergambar melalui alur

penelitian pada Gambar 3.1. Alur penelitian bertujuan untuk mengarahkan

(16)

Analisis Data

Profil Model Mental Siswa Terkait Materi Kimia Kelas X Berdasarkan

KTSP 2006

Tahap Akhir

Validasi Instrumen

Valid Revisi Instrumen

Uji Coba Instrumen Tidak

Ya

Tahap Persiapan

Studi kepustakaan mengenai karakteristik kimia dan model mental

Analisis Standar Isi kelas X (KTSP 2006)

Penentuan materi yang sesuai untuk wawancara berbasis model

Pengembangan indikator instrumen

Pembuatan instrumen Wawancara Berbasis Model (WBM)

Penyederhanaan Hasil Wawancara

Tahap Pelaksanaan

Siswa 2 Siswa 3 Siswa 4 Siswa 5 Siswa 6 Siswa 1

Pengambilan Data

(17)

C.Lokasi dan Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa SMA kelas X di SMA Negeri Kota

Bandung yang telah mempelajari semua materi yang akan diuji cobakan. Subjek

penelitian ini berjumlah 6 orang siswa. Siswa yang dipilih adalah siswa yang

memiliki nilai baik, sedang dan rendah pada nilai ulangan harian kimia.

D.Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap definisi yang digunakan

dalam penelitain ini, maka berikut ini definisi beberapa istilah.

1. Profil adalah ikhtisar yang memberikan fakta-fakta tentang hal-hal khusus

(KBBI, 2005).

2. Model mental yang tercipta merupakan representasi dari suatu benda, ide, atau

proses yang dihasilkan dari proses pembelajaran (Buckley & Boulter, 2000;

Harrison & Treagust, 2000).

E.Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian ini berupa pedoman WBM. Pedoman WBM ini

menuntun peneliti untuk melaksanakan penelitian sesuai langkah-langkah yang

sistematis. Pada bagian pertama pedoman WBM terdapat langkah yang harus

dilakukan sebelum memulai wawancara. Pada bagian itu disebutkan bahwa

peneliti harus membuat siswa rileks sebelum menjawab materi. Hal yang dapat

dilakukan peneliti adalah melakukan pendekatan personal pada siswa.

Setelah itu, terdapat pertanyaan umum mengenai materi model atom Bohr. Pertanyaan umum tersebut berbunyi “Pada tahun 1913, Niels Bohr memberikan penjelasan teoritis untuk spektrum pancar atom Hidrogen. Dari spektrum tersebut,

Niels Bohr dapat menggambarkan model atom Hidrogen dan menarik tiga

kesimpulan yang dapat tergambar dari model atom pada Gambar 3.2. Jelaskan

ketiga kesimpulan yang diperoleh Niels Bohr dengan menggunakan model atom

pada Gambar 3.2!”. Pertanyaan umum tersebut dilengkapi dengan jawaban

(18)

Gambar 3.2. Model Atom Hidrogen menurut Bohr

Selain pertanyaan umum, pada pedoman WBM juga terdapat pertanyaan

khusus. Pentanyaan khusus adalah pertanyaan bantuan agar siswa dapat

menjelaskan pertanyaan umum dengan baik dan lengkap. Pertanyaan khusus

untuk materi teori atom Bohr terlihat pada Tabel 3.1. Pada pedoman WBM,

(19)

Tabel 3.1. Pertanyaan Khusus untuk Materi Teori Atom Bohr

Pertanyaan Khusus

1.a. Di dalam Gambar 3.1 terdapat keterangan n = 1, n = 2 dan n = 3,

menunjukkan apakah keterangan tersebut? apakah energi pada n = 1, n = 2 dan n

= 3 sama? Jika tidak, bagaimana urutan energinya?

1.b. Lalu untuk keterangan yang diberi nomor 1, apakah kamu dapat memberikan

penjelasan?

1.c. Jika elektron berpindah dari kulit ke dua ke kulit ke tiga bisa tidak?

1.d. Kalau begitu apa kesimpulannya?

1.e. Lalu bagaimana penjelasan untuk keterangan gambar yang diberi nomor 2?

1.f. Dari penjelasan yang telah diungkapkan, coba simpulkan ketiga postulat Bohr

yang tergambar dalam model (Gambar 3.1)!

Selanjutnya, pedoman WBM berisi pertanyaan umum kedua. Pertanyaan umum kedua berbunyi “Atom-atom cenderung menginginkan kestabilan seperti gas mulia. Untuk mencapai kastabilan tersebut, atom-atom berikatan dengan

atom-atom yang lain. Salah satu ikatan yang dapat terbentuk adalah ikatan ion.

Coba jelaskan pembentukan ikatan ion berdasarkan model berikut (Gambar 3.3,

Gambar 3.4, dan Gambar 3.5)!”. Pertanyaan umum tersebut dilengkapi dengan

(20)
(21)

-Gambar 3.4. Pembentukan NaCl

(22)

Pada pedoman WBM, setelah pertanyaan umum kedua, terdapat

pertanyaan khusus mengenai pembentukan ikatan ion. Jumlah pertanyaan khusus

untuk materi pembentukan ikatan ion adalah tujuh. Setiap pertanyaan khusus

memiliki jawaban konsepsi target. Uraian pertanyaan khusus untuk materi

pembentukan ikatan ion terlihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Pertanyaan Khusus Untuk Materi Pembentukan Ikatan Ion

Pertanyaan Khusus

2.a. Dari gambar pertama bagian a (gambar 3.3), apa yang dapat kamu amati?

2.b. Dari gambar pertama bagian b (gambar 3.3), proses apa yang terjadi?

2.c. Kemudian apa yang terjadi? (pada gambar pertama bagian c) (gambar 3.4)

2.d. Dari gambar yang kedua, proses apa yang terjadi? (gambar 3.5)

2.e. Coba amati partikel yang ada di setiap larutannya. Coba jelaskan bagaimana

terjadinya endapan tersebut?

2.f. Ion apa sajakah yang berinteraksi membentuk endapan? Ikatan apakah yang

terbentuk?

2.g. Dari penjelasan yang telah diungkapkan, coba simpulkan, jadi bagaimanakah

pembentukan ikatan ion?

Selanjutnya, pedoman WBM berisi pertanyaan umum ketiga. Pertanyaan umum ketiga berbunyi “Atom-atom cenderung menginginkan kestabilan seperti gas mulia. Untuk mencapai kastabilan tersebut, atom-atom berikatan dengan

atom-atom yang lain. Salah satu ikatan yang dapat terbentuk adalah ikatan

kovalen. Coba jelaskan pembentukan ikatan kovalen berdasarkan model berikut

(23)

Gambar 3.6. Proses Pembentukan Ikatan Kovalen Pada Senyawa Cl2

Pada pedoman WBM, setelah pertanyaan umum ketiga, terdapat

pertanyaan khusus mengenai pembentukan ikatan kovalen. Jumlah pertanyaan

khusus untuk materi pembentukan ikatana kovalen adalah tujuh. Setiap

pertanyaan khusus memiliki jawaban konsepsi target. Uraian pertanyaan khusus

untuk materi pembentukan ikatan kovalen terlihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Pertanyaan Khusus Untuk Materi Pembentukan Ikatan Kovalen

Pertanyaan Khusus

3.a. Pada gambar a, apa yang dapat kamu amati? (Gambar 3.6)

3.b. Pada gambar b, apa yang dapat kamu amati? (Gambar 3.6)

3.c. Jika atomnya berbeda, bisa tidak terbentuk ikatan kovalen?

3.d. Selain elektron valensinya yang harus seperti gas mulia, kira-kira adakah hal

lain yang menjadi syarat terbentuknya ikatan kovalen?

3.e. Coba amati kembali gambar b, berasal dari manakah elektron untuk berikatan

kovalen? (Gambar 3.6)

3.f. Ketika telah berikatan, milik siapakah elektron itu? Apakah masih milik

masing-masing atom?

(24)

Selanjutnya, pedoman WBM berisi pertanyaan umum keempat. Pertanyaan umum keempat berbunyi “Beberapa senyawa tidak dapat menghantarkan listrik ketika dilarutkan di dalam air. Beberapa senyawa dapat

menghantarkan listrik ketika dilarutkan di dalam air, namun ada yang hantaran

listriknya kuat ada juga yang lemah. Apakah yang menyebabkan hal ini terjadi?

Jelaskan berdasarkan model berikut (Gambar 3.7)!”. Pertanyaan tersebut

dilengkapi dengan jawaban konsepsi target.

(25)

Pada pedoman WBM, setelah pertanyaan umum keempat, terdapat

pertanyaan khusus mengenai larutan non elektrolit dan elektrolit. Jumlah

pertanyaan khusus untuk materi larutan non elektrolit dan elektrolit adalah enam.

Setiap pertanyaan khusus memiliki konsepsi target. Uraian pertanyaan khusus

untuk materi larutan non elektrolit dan elektrolit terlihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Pertanyaan Khusus Untuk Materi Larutan Non Elektrolit dan Elektrolit

Pertanyaan Khusus

4.a. Pada gambar pertama (Gambar 3.7), lampu tidak menyala, coba amati ada

partikel zat terlarut apa sajakah yang terdapat pada larutan tersebut?

4.b. Pada gambar kedua (Gambar 3.7), lampu menyala redup, coba amati ada

partikel zat terlarut apa sajakah yang terdapat pada larutan tersebut?

4.c. Pada gambar ketiga (Gambar 3.7), lampu menyala terang, coba amati ada

partikel zat terlarut apa sajakah yang terdapat pada larutan tersebut?

4.d. Coba bandingkan jumlah dan jenis partikel zat terlarut di ketiga larutan itu!

Apakah perbedaan ketiganya?

4.e. Coba hubungkan jumlah dan jenis partikel zat terlarut yang ada dalam larutan

dengan daya hantar listriknya!

4.f. Coba simpulkan, bagaimana pengaruh partikel zat terlarut yang ada dalam

larutan terhadap daya hantar listriknya!

Pada pedoman WBM, terdapat pula langkah yang harus dilakukan peneliti

saat melakukan wawancara. Jika siswa dapat menjawab pertanyaan umum dengan

benar dan lengkap, siswa tidak perlu menjawab pertanyaan khusus. Siswa dapat

langsung menjawab pertanyaan umum untuk materi selanjutnya.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Sebelum instrumen penelitian disusun, dilakukan analisis pada standar isi

kelas X KTSP 2006 terlebih dahulu untuk menentukan materi apa saja yang sesuai

pada penelitian ini serta kedalaman dan keluasan materi tersebut. Setelah

(26)

tersebut dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan instrumen penelitian berupa

pedoman WBM.

Instrumen penelitian berupa pedoman WBM divalidasi oleh tiga orang

dosen kimia. Pedoman WBM yang disusun pertama kali divalidasi oleh dua dosen

kimia. Dari kedua dosen tersebut instrumen dinyatakan valid dan dilakukan

beberapa perbaikan. Setelah diperbaiki, instrumen divalidasi kembali oleh dosen

kimia yang ketiga. Instrumen tersebut dinyatakan valid dengan beberapa revisi.

Instrumen tersebut kemudian diujicobakan pada beberapa orang siswa. Dari hasil

uji coba tersebut muncul beberapa tipe model mental yang dimiliki siswa. Tipe

tersebut kemudian dijadikan acuan untuk data penelitian.

G.Teknik Pengumpulan Data

WBM dilaksanakan pada siswa yang telah terpilih, sesuai dengan subjek

penelitian. Namun, WBM ini tidak dilakukan secara runut dari siswa yang

memiliki nilai tinggi atau sebaliknya, melainkan dilakukan secara acak. Sebelum

siswa diwawancara mengenai materi kimia, dilakukan pendekatan personal

terlebih dahulu. Siswa diminta untuk menceritakan pengalamannya saat belajar

kimia. Nilai-nilai yang ia peroleh dan kesan-kesan saat pembelajaran. Setelah

siswa merasa rileks, barulah siswa diminta untuk menjelaskan materi kimia dari

model yang telah disusun.

Sebelum diperlihatkan model, siswa diminta untuk menjelaskan

pertanyaan umum tanpa bantuan apapun. Tujuannya untuk mengetahui

pemahaman awal siswa tentang materi tersebut. Setelah itu, barulah siswa diminta

menjelaskan model yang diperlihatkan. Jika jawaban siswa tidak sesuai dengan

konsepsi target, maka siswa diminta untuk menjawab pertanyaan khusus yang

akan mengarahkan siswa pada kesimpulan jawaban yang tepat. Pertanyaan khusus

tersebut juga menuntut siswa memperhatikan model yang diberikan.

H.Analisis Data

Data yang diperoleh berupa percakapan siswa dan peneliti. Percakapan

(27)

terlebih dahulu sebelum dapat dianalisis. Pengolahan data yang diperoleh

dilakukan dalam empat tahap. Tahap pertama adalah mentranskripsikan data.

Percakapan yang masih menggunakan bahasa sehari-hari diubah ke dalam bahasa

yang baku. Hasil transkripsi masih berupa percakapan antara siswa dan peneliti,

namun bahasanya menjadi baku. Tahap kedua dalam pengolahan data adalah

penyederhanaan. Jawaban siswa dari keseluruhan percakapan dirangkum menjadi

satu jawaban yang singkat dan padat tanpa menghilangkan makna dari jawaban

siswa tersebut. Selain itu, pada tahap penyederhanaan ini siswa dikelompokkan

berdasarkan jawaban pada materi tertentu. Tahap ketiga adalah pengubahan

jawaban siswa ke dalam pola-pola tertentu. Dari warna pada pola tersebut dapat

tergambar kesulitan siswa dalam menjawab materi tertentu. Tahap keempat adalah

pengelompokan data tersebut ke dalam kelompok-kelompok tertentu.

Pengelompokkan ini didasarkan pada kecocokan jawaban siswa dengan jawaban

konsepsi target. Jawaban siswa dicocokkan satu per satu dengan jawaban konsepsi

target. Jawaban yang dicocokkan bukan hanya jawaban akhir, tapi keseluruhan

jawaban siswa.

Dari literatur yang diperoleh, pengelompokkan model mental siswa

didasarkan hanya dari jawaban akhir siswa saja, tanpa melihat proses yang dilalui

siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Pengelompokkan ini kurang

sesuai untuk penelitian yang dilakukan. Peneliti harus melihat keseluruhan

jawaban siswa untuk mengelompokkan siswa tersebut. Artinya, diperlukan

pengelompokkan baru yang melihat proses siswa saat menjawab pertanyaan,

bukan hanya jawaban akhir siswa. Sebelum peneliti melakukan penelitian, peneliti

melakukan uji coba terlebih dahulu pada beberapa siswa. Hasil dari uji coba

tersebut menghasilkan data yang baik. Siswa memiliki pola tertentu dalam

menjawab soal yang diberikan, sehingga hasil uji coba itu digunakan untuk

menarik kesimpulan pengelompokan siswa berdasarkan proses dalam menjawab

pertanyaan. Dari data hasil uji coba tersebut, didapat tiga tipe umun, yaitu :

1. Tipe 1 : memberikan jawaban yang salah.

2. Tipe 2 : memberikan jawaban yang benar dengan bantuan model.

(28)

Ketiga tipe umum di atas dapat dijabarkan menjadi tipe yang lebih khusus,

terlihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Tipe Model Mental Siswa Berdasarkan Proses Siswa dalam Menjawab

Pertanyaan

Tipe Model Mental Keterangan

Tipe 1 Siswa memberikan jawaban salah setelah menganalisis

model.

Tipe 2 a. Siswa memberikan jawaban benar sebagian setelah

menganalisis model.

b. Siswa memberikan jawaban benar seluruhnya setelah

menganalisis model.

Tipe 3 Siswa memberikan jawaban benar seluruhnya tanpa

menganalisis model.

Tahap ketiga dan keempat saling berhubungan. Pada tahap ketiga inilah

tahap empat tergambar. Dari kesulitan siswa yang tergambar pada warna pola,

maka akan tergambar tipe model mental siswa yang ada pada Tabel 3.5. Jika baik

sisi maupun dalam lingkaran berwarna merah, maka termasuk model mental tipe

1. Jika hanya ada satu atau beberapa yang warna dalam lingkarannya merah, maka

termasuk model mental tipe 2.a. Jika ada satu atau beberapa yang warna sisi

lingkarannya merah, maka termasuk model mental tipe 2.b. Jika baik sisi maupun

dalam lingkarannya berwarna hijau, maka termasuk model mental tipe 3.

Jawaban yang dikatakan benar adalah jawaban yang bermakna sama

dengan hasil validasi dari tiga dosen ahli. Untuk materi model atom Hidrogen menurut Bohr, jawaban konsepsi target adalah ketiga postulat Bohr, yaitu “Setiap kulit punya tingkat energi yang berbeda. Elektron dapat berpindah ke tingkat yang

lebih tinggi dengan menyerap energi. Elektron dapat berpindah ke tingkat yang

lebih rendah dengan memancarkan energi. Elektron pada kulit pertama memiliki

(29)

menyimpulkan tiga Postulat Bohr sesuai dengan tiga kalimat pertama pada

jawaban tersebut. Kalimat terakhir tidak perlu ada dalam penyimpulan, namun

dapat terlihat dari pertanyaan khusus yang diajukan ketika siswa diminta untuk

mengurutkan energi setiap kulit.

Jawaban untuk materi pembentukan ikatan ion adalah “Ikatan ion terbentuk dari interaksi antara ion positif dan ion negatif. Ion-ion tersebut dapat

berasal dari atom-atomnya atau dari proses pelarutan”. Jawaban dikatakan benar

seluruhnya ketika siswa menyimpulkan bahwa ikatan ion terjadi karena adanya

interaksi ion positif dan ion negatif. Hal ini karena pada pembentukan ikatan ion

interaksi tersebutlah yang sangat penting. Interaksi itu pula yang membuat

pembentukan ikatan ion berbeda dengan ikatan kovalen. Kalimat kedua dalam

jawaban dapat terlihat dari pertanyaan khusus yang diajukan.

Jawaban untuk materi pembentukan ikatan kovalen adalah “Atom-atom baik yang sejenis ataupun tidak yang merupakan atom non logam bergabung

untuk membentuk senyawa baru yang elektron valensinya sama dengan elektron

valensi pada gas mulia”. Jawaban siswa dikatakan benar seluruhnya ketika siswa

dapat menjelaskan bahwa ikatan kovalen terjadi ketika adanya pemakaian

bersama pasangan elektron yang berasal dari kedua atomnya. Atom tersebut dapat

sejenis ataupun berbeda jenis.

Jawaban untuk materi larutan non elektrolit dan larutan elektrolit adalah “Jika komponen zat terlarut hanya molekul, baik senyawa atau unsur, maka larutan termasuk larutan non elektrolit dan tidak dapat menghantarkan listrik. Jika

komponen zat terlarut berupa ion dan molekul, maka larutan yang dihasilkan

merupakan larutan elektrolit lemah dan daya hantar listriknya lemah. Jika

komponen zat terlarut hanya mengandung ion, maka larutan termasuk larutan

elektrolit kuat dan daya hantar listriknyapun kuat. Dengan kata lain, jika zat

terlarut tidak terionisasi, maka termasuk non elektrolit. Jika zat terlarut terionisasi

sebagian, maka termasuk elektrolit lemah. Jika zat terlarut terionisasi seluruhnya, maka termasuk elektrolit kuat”. Jawaban dikatakan benar seluruhnya ketika siswa menghubungkan jenis dan jumlah partikel zat terlarut dengan fenomena yang

(30)

terlarut tersebut. Namun, jika hanya menghubungkannya dengan jenis dan jumlah

zat terlarut yang ada dalam larutan, siswa tersebut sudah dianggap benar

seluruhnya.

Setelah dikelompokkan, jawaban setiap siswa kemudian dibahas satu per

satu. Penyebab kesalahan siswa dalam menjawab dianalisis. Dari

pengelompokkan dan analisis tersebut ditarik suatu kesimpulan yang menyatakan

model mental siswa pada suatu materi kimia tertentu. Mungkin saja model mental

pada satu meteri berbeda dengan materi yang lainnya. Hal ini tergantung dari

pemahaman siswa pada materi tersebut. Setelah didapatkan tipe model mental

setiap siswa, dilihat kecenderungan tipe model mental pada suatu materi tertentu.

Kecenderungan tersebut kemudian dijelaskan.

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap data

penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Profil model mental siswa pada materi teori atom Bohr menunjukkan bahwa

semua siswa memiliki model mental benar dengan bantuan model. Jumlah

siswa yang memiliki model mental benar sebagian dengan bantuan model dan

benar seluruhnya dengan bantuan model berjumlah sama yaitu tiga orang.

Kebanyakan siswa memiliki kesulitan saat menjelaskan dinamika elektron dan

energi kulit.

2. Profil model mental siswa pada materi pembentukan ikatan ion menunjukkan

bahwa siswa memiliki model mental benar dengan bantuan model dan benar

tanpa bantuan model. Terdapat empat orang siswa yang memiliki model mental

benar sebagian dengan bantuan model, satu orang siswa yang memiliki model

mental benar seluruhnya dengan bantuan model dan satu orang siswa yang

memiliki model mental benar seluruhnya tanpa bantuan model. Kebanyakan

siswa kesulitan saat menjelaskan gaya elektrostatik antar ion serta saat

menjelaskan penbentukan ikatan ion yang berasal dari pelarutan garam.

3. Profil model mental siswa pada materi pembentukan ikatan kovalen

menunjukkan bahwa siswa memiliki model mental benar dengan bantuan

model dan benar tanpa bantuan model. Terdapat satu orang siswa yang

memiliki model mental benar sebagian dengan bantuan model, empat orang

siswa yang memiliki model mental benar seluruhnya dengan bantuan model

dan satu orang siswa yang memiliki model mental benar seluruhnya tanpa

bantuan model. Kebanyakan siswa kesulitan saat menjelaskan perbedaan ikatan

kovalen polar dan non polar serta saat menghubungkan elektron valensi pada

(32)

4. Profil model mental siswa pada materi larutan non elektrolit dan elektrolit

menunjukkan bahwa siswa memiliki model mental benar dengan bantuan

model dan benar tanpa bantuan model. Terdapat dua orang siswa yang

memiliki model mental benar sebagian dengan bantuan model, tiga orang siswa

yang memiliki model mental benar seluruhnya dengan bantuan model dan satu

orang siswa yang memiliki model mental benar seluruhnya tanpa bantuan

model. Kebanyakan siswa kesulitan saat menghubungkan ionisasi senyawa

dengan ikatan kimia zat terlarut.

B.Saran

Beberapa saran yang diajukan peneliti berdasarkan kesimpulan di atas

adalah :

1. Profil model mental yang terungkap dapat dijadikan acuan dalam

pengembangan model dan metode pembelajaran yang lebih baik.

2. Penelitian selanjutnya akan lebih baik jika dapat menggali faktor penyebab

kesulitan siswa pada suatu materi tertentu.

3. Pada materi model atom Bohr alangkah lebih baik jika digali pengetahuan

siswa mengenai kedinamisan elektron sehingga pengetahuan siswa tidak akan

tertukar dengan konfigurasi elektron.

4. Penelitian selanjutnya dapat difokuskan pada peran WBM pada peningkatan

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Chang, Raymond. (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Chittleborough. (2004). Models and Modeling in Science Education Multiple Representation in Chemical Education. Thesis Doctor Curtin University Australia : tidak diterbitkan.

Coll, Richard K. & Taylor, Neil. (2002). “Mental Models in Chemistry : Senior Chemistry Students’ Mental Models of Chemical Bonding”. Chemistry Education : Research and Practice in Europe 2002, Vol.3, No. 2, pp. 175-184.

Gilbert, John K. (2004). “Models and Modelling: Routes to More Authentic Science Education”. International Journal of Science and Mathematics Education (2004) 2: 115-130.

Henrickson, Charles. (2005). CliffsStudySolverTM Chemistry. Canada : Wiley Publishing.

Jansoon, N., Coll, R. K. Dan Somsook, E. (2009). “Understanding Mental Models of Dilution in Thai Students”. International Journal of Environmental & Science Education. 4, (2), 147-168.

McMurry. (2003). Chemistry Fourth Edition. Amerika : Prentice hall, inc.

Rahardjo, Sentot Budi. (2008). Kimia Berbasis Eksperimen 1. Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

(34)

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Treagust, David F dan Dhindsa, Harkirat S. (2009). “Conceptual Understanding of Bruneian Tertiary Students : Chemical Bonding and Structure”. Brunei Int.J. of Sci. & Math. Edu., 2009, vol. 1(1), 33-51.

Wang, Chia Yu. (2007). The Role of Mental-Modeling Ability, Content

Knowledge, And Mental Models In general Chemistry Students’

Understanding About Molecular Polarity. Disertasi : University of Missouri.

Gambar

Gambar 3.1. Alur Penelitian
Gambar 3.2. Model Atom Hidrogen menurut Bohr
Gambar 3.4, dan Gambar 3.5)!”. Pertanyaan umum tersebut dilengkapi dengan
Gambar 3.3. Proses Pembentukan Ion Na+ dan Cl-
+7

Referensi

Dokumen terkait

operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden dan melakukan investasi baru

عﻓديل ،ةعو تم ةلئسأ يوت لعج نأ رابتخاا ءاطعإ ي ثحابلا نم ىجري.

Laba Dan Arus Kas Dengan Nilai Pasar Saham Berbasis Pada Siklus..

L ALU / APAKAH ADA UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN OLEH PIHAK - PIHAK YANG SEHARUSNYA BERTANGGUNGJAWAB TERHADAP KASUS - KASUS TERSEBUT / AKANKAH KITA BIARKAN KITA DAN KELUARGA

BAGAIMANA BANGSA-BANGSA DI DUNIA/ MELIHAT APA YANG TERJADI DI SANA DAN MEMBIARKANNYA SELAMA ITU?// SEDANGKAN ISRAEL JUSTRU TELAH MENJADI NEGARA ILEGAL YANG KAYA/ DENGAN

Puji syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “PERANCANGAN DAN ANALISA

Hal ini menunjukan bahwa pengaruh variabel independen (pengeluaran pemerintah, pendidikan, investasi) terhadap variabel dependen (penyerapan tenaga kerja di Jawa

Tabel-tabel tersebut terdiri dari : tabel data variabel, tabel nilai himpunan dan tabel aturan pengendalian ketinggian pintu air, secara rinci DFD sistem ini