• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN PROGRAM VIRTUAL LABORATORIES ELECTRICITY PADA MATERI RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN PROGRAM VIRTUAL LABORATORIES ELECTRICITY PADA MATERI RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI SISWA SMA."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Definisi Operasional ... 7

E. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 13

B. Program Virtual Laboratories Electricity ... 22

C. Kemampuan Kognitif ... 28

D. Keterampilan Berkomunikasi ... 31

E. Deskripsi Materi Rangkaian Listrik Arus Searah ... 37

F. Keterkaitan Karakteristik Rangkaian Listrik Arus Searah, Model Kooperatif Tipe STAD, Program Virtual Laboratories Electricity, Kemampuan Kognitif, Keterampilan Kerjasama dan Keterampilan Berkomunikasi ... 47

G. Penelitian yang Relevan ... 55

BAB III METODE PENELITIAN ... 62

A. Metode dan Desain Penelitian ... 62

B. Populasi dan Sampel. ... 63

(2)

D. Prosedur Penelitian ... 76

E. Teknik Analisis Data ... 79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 85

A. Hasil Penelitian ... 85

1. Kemampuan Kognitif Rangkaian Listrik Arus Searah ... 85

2. Keterampilan Berkomunikasi pada Rangkaian Listrik Arus Searah ... 90

3. Deskripsi Aktivitas Siswa dan Guru Selama Pembelajaran .. 95

B. Pembahasan ... 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 112

A. Kesimpulan ... 112

B. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 114

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

2.1 Poin Kemajuan... 16

2.2 Tingkat Penghargaan Kelompok ... 17

2.3 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 18

2.4 Perbandingan Penggunaan Eksperimen Virtual dan Eksperimen Nyata ... 20

2.5 Tahapan Presentasi Kelas dan Kelompok pada Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan eksperimen Nyata- Virtual ... 21

2.6 Tahapan Presentasi Kelas dan Kelompok pada Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan eksperimen Virtual- Nyata ... 22

2.7 Enam Kategori Pada Dimensi Proses Kognitif dan Proses-Proses Kognitif Terkait ... 29

2.8 Hubungan Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif STAD, Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Berkomunikasi Siswa ... 52

2.9 Aktivitas Guru dan Siswa yang Berpotensi Melatihkan Kemampuan Kognitif Siswa ... 56

2.10 Aktivitas Guru dan Siswa yang Berpotensi Melatihkan Keterampilan Berkomunikasi Siswa... 57

3.1 Desain Penelitian ... 63

3.2 Komposisi Soal Tes Kemampuan Kognitif ... 65

3.3 Komposisi Soal Tes Keterampilan Berkomunikasi ... 66

3.4 Distribusi Soal Tes Hasil Belajar Kognitif dan Keterampilan Berkomunikasi ... 73

3.5 Rekapitulasi Hasil Ujicoba Tes Kemampuan Kognitif ... 74

3.6 Rekapitulasi Hasil Ujicoba Tes Keterampilan Berkomunikasi ... 75

3.7 Interpretasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 82

(4)

4.2 Rata-rata Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Kombinasi Eksperimen Nyata-Virtual Berbantuan Program Virtual

Laboratories Electricity pada Setiap Pertemuan ... 96 4.3 Rata-rata Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Kombinasi Eksperimen Nyata-Virtual Berbantuan Program Virtual

Laboratories Electricity pada Setiap Pertemuan ... 97 4.4 Rata-rata hasil Pengamatan Aktivitas Guru dalam Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Kombinasi Eksperimen Virtual-Nyata Berbantuan Program Virtual

Laboratories Electricity pada Setiap Pertemuan ... 99 4.4 Rata-rata hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Kombinasi Eksperimen Virtual-Nyata Berbantuan Program Virtual

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

2.1 Posisi Media dalam Sistem Pembelajaran ... 23

2.2 Fungsi Media dalam Sistem Pembelajaran ... 24

2.3 Visualisasi Program Virtual Laboratories Electricity ... 27

2.4 Gerakan Muatan Listrik melalui Sebuah Luasan A ... 38

2.5 Analogi Redupnya Lampu Akibat Tegangan Baterai Rendah ... 41

2.6 Analogi Terangnya Lampu Akibat Tegangan Baterai Tinggi ... 42

2.7 Grafik Hubungan Kuat Arus Listrik (I) terhadap Beda Potensial Listrik (V)... 44

2.8 (a) Rangkaian Hambatan Seri yang Dilalui Arus Listrik Sama serta Memiliki Nilai Beda Potensial tiap Hambatan; (b) Hambatan Penganti untuk Rangkaian Seri ... 45

2.9 (a) Rangkaian Hambatan Pararel yang Dilalui Arus Listrik dengan Arus Listrik Terbagi Pada Tiap Hambatan serta Memiliki Nilai Beda Potensial yang Sama pada tiap Hambatan; (b) Hambatan Penganti untuk Rangkaian Pararel ... 46

2.10 Kerangka Konseptual dalam Penelitian ... 51

3.1 Proses Penentuan Sampel ... 64

3.2 Alur Penelitian ... 84

4.1 Perbandingan Rerata Skor Pretest, Posttest, dan N-gain Kemampuan Kognitif Siswa ... 86

4.2 Perbandingan Rerata Skor Gain yang Dinormalisasi (N-gain) untuk Setiap Kategori Kognitif ... 89

4.3 Perbandingan Rerata Skor Pretest, Posttest, dan N-gain Keterampilan Berkomunikasi Siswa... 91

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1.1 Nilai UTS Populasi Penelitian ... 119

3.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Bahan Ajar Kelas ERV ... 120

3.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Bahan Ajar Kelas EVR ... 149

3.3 Soal Kuis ... 178

3.4 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Kognitif... 183

3.5 Kisi-kisi Instrumen Tes Keterampilan Berkomunikasi ... 201

3.6 Lembar Observasi Keterlaksaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan Kombinasi Eksperimen Nyata- Vitual ... 239

3.7 Lembar Observasi Keterlaksaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan Kombinasi Eksperimen Vitual- Nyata ... 241

3.8 Hasil Judgment Tes Kemampuan Kognitif dan Tes Keterampilan Berkomunikasi oleh Dosen Ahli ... 243

3.9 Instrumen Penelitian setelah di-Judgment oleh Dosen Ahli ... 248

3.10 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen hasil di-Judgment oleh Dosen Ahli ... 268

3.11 Rekapitulasi Pengolahan Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian .. 270

3.12 Rekapitulasi Pengolahan Daya Pembeda Instrumen Penelitian ... 273

3.13 Instrumen yang Digunakan dalam Penelitian ... 275

3.14 Perhitungan Reliabilitas Instrumen Penelitian... 282

4.1 Distribusi Hasil Pretest tiap Kelas Penelitian ... 286

4.2 Distribusi Hasil Posttest tiap Kelas Penelitian ... 290

4.3 Data Hasil Pengolahan N-gain Kemampuan Kognitif... 294

4.4 Hasil Uji Homogenitas, Normalitas, dan Hipotesis Skor Pretest, posttest dan N-gain Kemampuan kognitif dengan SPSS ... 295

(7)

4.7 Data Hasil Pengolahan N-gain Keterampilan Berkomunikasi ... 306

4.8 Hasil Uji Homogenitas, Normalitas, dan Hipotesis Skor Pretest,

posttest dan N-gain Keterampilan Berkomunikasi dengan SPSS ... 307 4.9 Hasil Uji Hipotesis Keterampilan Berkomunikasi dengan SPSS ... 310

4.10 Skor Pretest, Posttest, dan N-Gain tiap Indikator Keterampilan

Berkomunikasi ... 312

4.11 Hasil Pengolahan Pengamatan Keterlaksanaan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Kombinasi Eksperimen Nyata-Virtual Berbantuan Program Virtual Laboratories Electricity pada setiap Pertemuan ... 316

4.12 Data Hasil Pengolahan Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Kombinasi Eksperimen Virtual- Nyata Berbantuan Program Virtual Laboratories Electricity pada

setiap Pertemuan ... 318

4.13 Surat izin Melakukan Penelitian ... 320

4.14 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Tempat

Penelitian ... 321

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas, 2006).

Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah tidak hanya mementingkan

penguasaan fisika terhadap fakta konsep dan teori IPA (sebagai produk) tetapi

yang lebih penting adalah siswa mengerti proses bagaimana fakta dan teori-teori

tersebut ditemukan. Dengan kata lain siswa harus mendapat pengalaman langsung

dan menemukan sendiri proses tersebut (BSNP, 2006 : 107).

Fisika merupakan salah satu cabang IPA memiliki tujuan agar peserta

didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Depdiknas, 2006).

1. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

2. Mengembangkan sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain.

3. Mengembangkan pengalaman melalui percobaan agar dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan secara lisan dan tertulis.

4. Mengembangkan kemampuan penalaran induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip untuk mendeskripsikan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. 5. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan

(9)

Salah satu keterampilan yang ada pada butir 3 merupakan keterampilan

berkomunikasi. Keterampilan berkomunikasi yang dimaksud merupakan salah

satu bagian dari Keterampilan Proses Sain (KPS). Hal ini menunjukkan bahwa

kemampuan yang harus dilatihkan dalam pembelajaran fisika adalah keterampilan

mengkomunikasikan hasil percobaan. Selain keterampilan berkomunikasi, sesuai

dengan poin 5, tujuan mata pelajaran fisika di SMA adalah agar peserta didik

menguasai konsep fisika. Penguasaan konsep fisika ini umumnya ditinjau dari

kemampuan kognitif. Mengingat pentingnya kemampuan kognitif dan

keterampilan berkomunikasi ini diajarkan di sekolah, sudah semestinya

pelaksanaan pembelajaran fisika di sekolah harus mampu memfasilitasi

tercapainya kemampuan kognitif fisika siswa dan mampu mengembangkan

keterampilan berkomunikasi siswa.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa ternyata kemampuan kognitif,

dan keterampilan komunikasi siswa masih rendah. Hal ini diketahui berdasarkan

hasil studi pendahuluan di salah satu SMA di Ciamis.

 Nilai rata-rata hasil Ujian Tengah Semester (UTS) kelas X untuk materi fisika

kurang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Hal ini ditinjau dari

rata-rata hasil UTS 4 kelas X yang berada pada rata-rata 53-71 (Lihat Lampiran

1.1) dan nilai KKM yang ditetapkan oleh sekolah adalah 76. Masalah ini

diperkuat dari hasil observasi proses pelaksanaan pembelajaran yang

menunjukkan kegiatan pembelajaran fisika lebih ditekankan pada

pengembangan kategori kognitif mengaplikasikan dari pada pengembangan

(10)

 Hasil wawancara dengan guru fisika menyimpulkan bahwa siswa mengalami

kesulitan dalam menjelaskan hasil praktikumnya dan siswa juga mengalami

kesulitan dalam mengambarkan data hasil praktikum dalam grafik, bagan, atau

tabel. Masalah ini diperkuat dari hasil observasi proses pelaksanaan

pembelajaran yang menunjukkan bahwa pelaksanaan praktikum fisika kurang

maksimal dan pelaksanaan kegiatan mengkomunikasikan hasil praktikum

kurang maksimal.

Salah satu model pembelajaran yang mampu memfasilitasi tercapainya

kemampuan kognitif dan keterampilan berkomunikasi siswa adalah model

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD)

dengan metode eksperimen. Model pembelajaran ini merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif paling sederhana dari segi tahapannya dimana para siswa

tidak dibebani dengan tugas tertentu (Slavin, 2005:13). Sedangkan, metode

eksperimen merupakan metode pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman

langsung kepada siswa untuk memperkenalkan, membiasakan, dan melatihkan

siswa untuk melaksanakan langkah-langkah ilmiah dan pengetahuan prosedural

(Rustaman, 2005: 108). Sehingga, pelaksanaan metode eksperimen ini dapat

meningkatkan kemampuan kognitif. Jika model pembelajaran tersebut

menggunakan metode eksperimen, maka para siswa dapat berkerja bersama-sama

melakukan serta mengerjakan tugas-tugas praktikum dalam kelompok kecil tanpa

memberatkan salah satu siswa dengan tugas tertentu. Siswa dapat

mengkomunikasikan data yang didapat dari pelaksanaan eksperimen tersebut

(11)

Lembar Kerja Siswa (LKS). Sehingga secara tidak langsung, proses

pengkomunikasian data hasil praktikum yang dilakukan oleh para siswa tersebut

meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Penelitian yang terkait dengan model pembelajaran kooperatif yaitu

dengan memasukkan siswa pandai dengan siswa kurang pandai dalam satu

kelompok (Abdullah & Shariff, 2008). Alasannya adalah jika anak saling

berinteraksi dengan teman sebanyanya dimana terdapat perbedaan kecil pada level

kognitif maka pertumbuhan kognitif keduanya akan meningkat. Hal ini sesuai

dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena anggota kelompok

tersusun dari siswa berkemampuan atas dan bawah. Sedangkan penelitian terbaru

yang terkait dengan kegiatan eksperimen adalah dengan mengkombinasikan

kegiatan eksperimen nyata dan eksperimen virtual (Zacharia, 2006; Jaakkola &

Nurmi (2007); dan Zacharia & Olympiou, 2008;). Alasan mengkombinasikan

kedua eksperimen tersebut yakni: (1) Menutupi kelemahan masing-masing

eksperimen sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang utuh dari

kedua kegiatan tersebut; dan (2) terjadi pengulangan kegiatan pembelajaran

sehingga siswa dapat menguasai konsep atau informasi secara utuh.

Pada kasus lain, rangkaian listrik arus searah merupakan salah satu materi

fisika yang tergolong sulit dipahami karena materi tersebut sering memunculkan

miskonsepsi (Sencar et al., 2001; Küçüközer & Kocakülah, 2007; Akarsu, 2010).

Miskonsepsi ini bersumber dari pemikiran siswa yang tidak sesuai dengan konsep

ilmiah tentang beberapa fenomena. Para siswa menggunakan konsep-konsep yang

(12)

pembelajaran sain dimana pembelajaran tersebut mendorong siswa untuk

membangun pemahamannya secara konsisten dengan teori sain yang telah

dipelajari (Driver & Easley, 1978; Zietsman & Hewson, 1986 dalam Sencar et al.,

2001). Hasil penelitian Zacharia (2006) menyimpulkan bahwa kombinasi

eksperimen nyata diikuti eksperimen virtual memanfaatkan program virtual

laboratories electricity (Riverdeep Interactive Learning, 2003) dapat mengurangi

miskonsepsi siswa dan meningkatkan pemahaman konsep siswa pada konsep

rangkaian listrik arus searah.

Hasil penelitian lain yang berkaitan dengan kombinasi ekperimen adalah

mengkombinasikan eksperimen virtual diikuti eksperimen nyata pada konsep

rangkaian listrik arus searah (Jaakkola & Nurmi (2007). Dalam penelitian ini,

kombinasi eksperimen virtual diikuti ekperimen nyata dibandingkan dengan

eksperimen nyata saja dan virtual saja. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa

kombinasi eksperimen virtual diikuti eksperimen nyata lebih meningkatkan

pemahaman siswa dari pada eksperimen nyata saja atau eksperimen virtual saja.

Kombinasi ekperimen ini memfasilitasi pengulangan dalam pembelajaran

sehingga membantu siswa untuk berlatih dan mengembangkan keterampilan

berfikir siswa serta menjebatani pemahaman antara teori dan kenyataan.

Berdasarkan studi pendahuluan di atas, masalah penelitian ini difokuskan pada

peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan berkomunikasi siswa kelas X

(13)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD berbantuan program virtual laboratories electricity dengan

eksperimen nyata-virtual dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

berbantuan program virtual laboratories electricity dengan eksperimen

virtual-nyata terhadap kemampuan kognitif serta keterampilan berkomunikasi siswa

SMA pada materi rangkaian listrik arus searah?”

Rumusan masalah di atas dapat diuraikan lagi ke dalam beberapa bentuk

pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana peningkatan kemampuan kognitif siswa yang mendapatkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan program virtual laboratories

electricity dengan eksperimen nyata-virtual dibandingkan dengan siswa yang

mendapatkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan program

virtual laboratories electricity dengan eksperimen virtual-nyata pada materi

rangkaian listrik arus searah?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan berkomunikasi siswa yang mendapatkan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan program virtual

laboratories electricity dengan eksperimen nyata-virtual dibandingkan dengan

siswa yang mendapatkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

berbantuan program virtual laboratories electricity dengan eksperimen

(14)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang potensi

model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan program virtual

laboratories electricity dengan eksperimen nyata-virtual dan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD berbantuan program virtual laboratories electricity dengan

eksperimen virtual-nyata dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan

keterampilan berkomunikasi siswa SMA pada materi rangkaian listrik arus searah.

D. Definisi Operasional

1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan kombinasi eksperimen

nyata-virtual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

yang memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain

untuk memahami materi pelajaran serta keterampilan yang diajarkan guru

melalui kegiatan eksperimen yang sebenarnya dengan menggunakan benda dan

peralatan nyata (misalnya, KIT listrik), kemudian diikuti dengan melakukan

kegiatan eksperimen menggunakan media virtual yang bisa mensimulasikan

fenomena fisika (misalnya kelistrikan) secara digital. Model pembelajaran

kooperatif tipe STAD yang dimaksud dalam penelitian mengacu pada model

pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (dalam Sharan, 2009:

3-25) yang meliputi lima tahapan yaitu: 1) presentasi kelas, 2) kelompok, 3) kuis,

4) skor kemajuan individual, dan 5) penilaian kelompok. Metode kombinasi

eksperimen nyata-virtual dilaksanakan pada tahap kedua dan dipandu dengan

(15)

dilaksanakan berpendekatan inkuiri terbimbing, sehingga LKS tersusun dalam

bentuk pertanyaan-pertanyaan. Jenis pertanyaan yang digunakan adalah

pertanyaan metode (untuk menggiring siswa menentukan jenis data dan tabel

pengamatan), dan pertanyaan analisis (untuk menggiring siswa menentukan

analisis data) karena yang ditingkatkan adalah kemampuan berkomunikasi.

Selain itu, dalam LKS juga ditambahkan beberapa pertanyaan yang berkaitan

dengan pendalaman materi yang sedang dipelajari. Data keterlaksanaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD diamati melalui lembar observasi.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan kombinasi eksperimen

virtual-nyata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

yang memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain

untuk memahami materi pelajaran serta keterampilan yang diajarkan guru

melalui kegiatan eksperimen menggunakan media virtual yang bisa

mensimulasikan fenomena fisika (misalnya kelistrikan) secara digital

kemudian diikuti dengan melakukan kegiatan eksperimen yang sebenarnya

dengan menggunakan benda dan peralatan nyata (misalnya, KIT listrik). Model

pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimaksud dalam penelitian mengacu

pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (dalam

Sharan, 2009: 3-25) yang meliputi lima tahapan yaitu: 1) presentasi kelas, 2)

kelompok, 3) kuis, 4) skor kemajuan individual, dan 5) penilaian kelompok.

Metode kombinasi eksperimen virtual-nyata dilaksanakan pada tahap kedua

dan dipandu dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Metode

(16)

LKS tersusun dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Jenis pertanyaan yang

digunakan adalah pertanyaan metode (untuk menggiring siswa menentukan

jenis data dan tabel pengamatan), dan pertanyaan analisis (untuk menggiring

siswa menentukan analisis data) karena yang ditingkatkan adalah kemampuan

berkomunikasi. Selain itu, dalam LKS juga ditambahkan beberapa pertanyaan

yang berkaitan dengan pendalaman materi yang sedang dipelajari. Data

keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diamati melalui

lembar observasi.

3. Kemampuan kognitif merupakan hasil belajar bermakna dimana didalam hasil

belajar ini menghadirkan pengetahuan dan proses-proses kognitif untuk

menyelesaikan masalah (Anderson & Krathwool , 2010: 97).Kategori-kategori

dalam proses kognitif ini terdiri dari enam kategori yaitu mengingat,

memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.

Tetapi dalam penelitian ini, kemampuan kognitif yang diukur hanya meliputi 4

kategori yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan dan menganalisis. Data

kemampuan kognitif siswa diperoleh dari tes objektif yang diberikan pada saat

pretest dan posttest.

4. Keterampilan berkomunikasi merupakan kecakapan menyampaikan informasi

pada orang lain melalui bahasa lisan atau simbol-simbol tertulis, charta, peta

atau alat demonstrasi lainnya. Dalam penelitian indikator keterampilan

berkomunikasi yang akan diteliti yaitu : (1) Mengubah bentuk penyajian; (2)

Memerikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan

(17)

diagram; dan (4) Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian. Data

keterampilan berkomunikasi siswa diperoleh dari tes objektif yang diberikan

pada saat pretest dan posttest.

E. Asumsi dan Hipotesisi Penelitian

Asumsi

Asumsi yang menjadi landasan dalam menentukan hipotesis ini adalah:

Hasil penelitian Zacharia (2006) yang menyatakan bahwa kombinasi eksperimen

nyata-virtual dapat memfasilitasi pemahaman konsep siswa pada materi rangkaian

listrik arus searah karena sesuai dengan tahapan berpikir anak yang lebih bisa

menerima pengetahuan jika dimulai dari yang konkret menuju abstrak.

Hipotesis Penelitian

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan program

virtual laboratories electricity dengan eksperimen nyata-virtual secara

signifikan dapat lebih meningkatkan kemampuan kognitif siswa dibandingkan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan program

virtual laboratories electricity dengan eksperimen virtual-nyata pada materi

rangkaian listrik arus searah.

HA1 : <g>1 > <g>2

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan program

virtual laboratories electricity dengan eksperimen nyata-virtual secara

signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan komunikasi siswa

(18)

program virtual laboratories electricity dengan eksperimen virtual-nyata pada

materi rangkaian listrik arus searah.

HA2 : <g>3 > <g>4

Keterangan:

<g>1 = Rata-rata skor gain yang dinormalisasi kemampuan kognitif pada

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan kombinasi

eksperimen nyata-virtual berbantuan program virtual laboratories

electricity.

<g>2 = Rata-rata skor gain yang dinormalisasi kemampuan kognitif pada

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan kombinasi

eksperimen virtual-nyata berbantuan program virtual laboratories

electricity.

<g>3 = Rata-rata skor gain yang dinormalisasi keterampilan berkomunikasi

pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan kombinasi

eksperimen nyata-virtual berbantuan program virtual laboratories

electricity.

<g>4 = Rata-rata skor gain yang dinormalisasi keterampilan berkomunikasi

pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan kombinasi

eksperimen virtual-nyata berbantuan program virtual laboratories

(19)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bukti empiris

tentang potensi penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

berbantuan program virtual laboratories electricity dengan eksperimen

nyata-virtual dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan program nyata-virtual

laboratories electricity dengan eksperimen virtual-nyata dalam meningkatkan

kemampuan kognitif dan keterampilan berkomunikasi siswa SMA pada materi

rangkaian listrik arus searah. Selain itu, memperkaya hasil-hasil penelitian dalam

bidang kajian sejenis yang nantinya dapat digunakan oleh berbagai pihak yang

terkait atau yang berkepentingan dengan hasil-hasil penelitian ini, seperti: guru,

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan berupa penelitian kuasi eksperimen

(Quasi experimental) (Sukmadinata, 2007:207) dengan desain “Static group

pretest-posttest design” (Fraenkel & Wallen, 1993:266). Penelitian ini termasuk

penelitian kuasi eksperimen karena tidak semua variabel penelitian dapat

dikontrol kecuali variabel-variabel utama dan dilakukan penyamaan (matching)

karakteristik dari rata-rata hasil belajar siswa pada salah satu mata pelajaran.

Sedangkan, desain yang digunakan merupakan desain yang tediri dari dua

kelompok penelitian yang dipilih secara cermat. Kedua kelompok diberi

perlakukan berbeda dan diamati perbedaan antara keadaan sebelum dan sesudah

perlakuan. Perbedaan ini diasumsikan sebagai efek dari perlakukan.

Rata-rata hasil belajar siswa yang digunakan adalah rata-rata nilai ujian

tengah semester siswa pada mata pelajaran fisika. Dua perlakuan berbeda dan

termasuk variabel bebas yang dimaksud yaitu: (1) Model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dengan metode kombinasi eksperimen nyata-virtual berbantuan

program virtual laboratories electricity; dan (2) Model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dengan metode kombinasi eksperimen virtual-nyata berbantuan

program virtual laboratories electricity. Efek dari perlakuan dan termasuk vaiabel

terikat yang diukur dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif dan

(21)

secara garis besar dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut. Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), bahan ajar dan kuis tiap kelas penelitian dapat dilihat pada

Lampiran 3.1, 3.2, dan 3.3.

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelas ERV T1 X1 T2

Kelas EVR T1 X2 T2

Keterangan : T1 = Pretes;

T2 = Posttes;

X1 = Kegiatan eksperimen secara nyata kemudian virtual dengan program virtual laboratories electricity;

X2 = Kegiatan eksperimen secara virtual kemudian nyata dengan program virtual laboratories electricity;

ERV = kelas eksperimen 1 EVR = kelas eksperimen 2

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Sekolah Menengah Atas

(SMA) yang ada di Kota Ciamis. Tetapi mengingat jumlah SMA-SMA yang ada

di Kota Ciamis sangat banyak sekali, tidak mungkin semuanya dijadikan sebagai

tempat penelitian, hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga

peneliti, serta untuk memudahkan komunikasi dengan peneliti. Oleh karena itu,

dari sekian banyaknya SMA yang ada di Kota Ciamis dipilihlah satu sekolah yang

berada pada peringkat atas dengan pertimbangan bahwa pada sekolah dengan

peringkat atas kemampuan siswanya lebih heterogen, yaitu terdiri dari siswa

berkemampuan atas, sedang, dan bawah, dibandingkan dengan sekolah peringkat

sedang atau peringkat rendah. Disisi lain, sekolah peringkat atas memiliki fasilitas

laboratorium IPA dan multimedia yang mendukung sehingga dapat

memaksimalkan proses pembelajaran yang menekankan praktikum secara

(22)

Sampel adalah sebagian dari populasi. Dengan kata lain, sampel itu harus

representatif dalam arti segala karakteristik populasi hendaknya tercerminkan pula

dalam sampel yang diambil. Penentuan sampel ini menggunakan teknik cluster

random sampling yaitu teknik penetuan sampel dengan cara mengelompokkan.

Hal ini dilakukan karena penelitian dilakukan di sekolah yang tidak mungkin bagi

seorang peneliti memilih siswa-siswa tertentu untuk dikelompokkan dalam kelas

khusus sebagai sampel.

SMAN “A” Ciamis merupakan salah satu SMA berada pada peringkat atas

di Ciamis. Kelas X pada SMAN “A” berjumlah 4 kelas. Nilai rata-rata Ujian

Tengah Semester (UTS) siswa pada mata pelajaran fisika dihitung dan dipilih dua

nilai rata-rata yang paling kecil serta memiliki nilai rata-rata yang hampir sama.

Dua nilai rata-rata dari dua kelas tersebut dijadikan sampel penelitian (perhatikan

Gambar 3.1). Nilai UTS fisika keempat kelas di SMA “A” dapat dilihat pada

Lampiran 1.1.

Gambar 3.1 Proses Penentuan Sampel Kelas

“A” Kelas

“B”

Kelas

“C” Kelas

“D”

Rata-rata UTS fisika Kelas “A” Kelas “B”

Populasi:

Kelas X SMAN “A” Ciamis

Sampel:

Kelas “A” dan Kelas “B”

(23)

C. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dikembangkan instrumen

penelitian yang terdiri dalam dua jenis, yaitu tes dan non tes. Instrumen jenis tes

merupakan tes kemampuan kognitif dan keterampilan komunikasi yang terkait

langsung dengan bahan ajar, sedangkan instrumen non tes terdiri Observasi

kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru dan siswa.

1. Diskripsi Instrumen

a. Tes Kemampuan Kognitif

Instrumen kemampuan kognitif digunakan untuk mengetahui tingkatan

proses kognitif siswa mengenai konsep rangakaian listrik arus searah, yang

meliputi Arus Listrik dan Hukum I Kirchoff; Beda Potensial Listrik dan Hukum II

Kirchoff; serta Hukum Ohm dan Rangkaian Hambatan listrik. Instrumen

kemampuan kognitif meliputi tiga puluh pertanyaan berbentuk pilihan ganda (tes

objektif). Indikator kemampuan kognitif pada penelitian ini dibatasi pada kategori

kognitif mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), dan menganalisis

(C4). Komposisi soal tes kemampuan kognitif dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut

dan kisi-kisi tes kemampuan kognitif awal dapat dilihat pada Lampiran 3.4.

Tabel 3.2. Komposisi Soal Tes Kemampuan Kognitif

Sub Materi Aspek Kognitif (Soal) Jumlah

(Soal)

C1 C2 C3 C4

Arus Listrik dan Hukum I

Kirchoff 4 2 3 1 10

Beda Potensial Listrik dan

Hukum II Kirchoff 2 2 3 1 8

Hukum Ohm dan Rangkaian

(24)

Sub Materi Aspek Kognitif (Soal) Jumlah (Soal)

C1 C2 C3 C4

Jumlah 8 6 9 4 27

b. Tes Keterampilan Berkomunikasi

Instrumen keterampilan berkomunikasi digunakan untuk mengetahui

penguasaan keterampilan berkomunikasi siswa. Soal keterampilan berkomunikasi

ini terdiri dari dua belas pertanyaan yang berbentuk pilihan ganda (tes objektif).

Komposisi soal tes keterampilan berkomunikasi dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan

kisi-kisi tes keterampilan berkomunikasi awal dapat dilihat pada Lampiran 3.5.

Tabel 3.3 Komposisi Soal Tes Keterampilan Berkomunikasi

Sub Materi

Butir Soal Keterampilan Berkomunikasi (Soak)

Jumlah (Soal) Mengubah bentuk penyajian Memerikan/menggambar

kan data empiris hasil

percobaan atau

pengamatan dengan

grafik atau tabel atau

diagram Membaca grafik atau tabel atau diagram Menjelask an hasil percobaan

Arus Listrik dan

Hukum I Kirchoff

2 - 6 - 8

Beda Potensial

Listrik dan

Hukum II

Kirchoff

2 - 6 - 8

Hukum Ohm dan

Rangkaian

Hambatan Listrik

1 1 3 - 5

(25)

c. Lembar Observasi

Lembar observasi ini bertujuan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru

selama kegiatan belajar mengajar dan mengamati keterlaksanaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan kombinasi eksperimen

nyata-virtual dan kombinasi eksperimen virtual-nyata sesuai dengan sintaks model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Format lembar observasi untuk melihat

keterlaksaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan

kombinasi eksperimen nyata-vitual dan virtual-nyata dapat dilihat pada Lampiran

3.6 dan 3.7.

2. Pengembangan Instrumen Penelitian Bentuk Tes

Pengembangan instrumen kemampuan kognitif dan keterampilan

berkomunikasi dilakukan dengan tahap-tahap: a. menyusun kisi-kisi soal, b.

meminta pertimbangan dosen ahli, c. melakukan uji coba instrumen, dan d.

melakukan analisis butir soal. Analisis butir soal dilakukan dengan cara uji coba

instrumen untuk menguji tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan

reliabilitas soal. Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan dan dihitung dengan

menggunakan program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) versi

17, sedangkan pengujian tingkat kesukaran dan daya pembeda dilakukan dan

dihitung dengan menggunakan program Microsoft Office Excel 2007.

a. Validitas tes

Validitas tes ada tiga jenis, yaitu validitas isi (content validity), validitas

(26)

yang dilakukan peneliti untuk membuat instrumen yang valid dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1) Validitas isi

Validitas isi adalah pengujian validitas yang dilakukan pada isinya untuk

memastikan apakah butir tes mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur

(Purwanto, 2010:120). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode item review dengan membuat kisi-kisi instrumen dan meminta

pertimbangan ahli (expert) yaitu dosen pembimbing dan dosen ahli (penjugmen)

untuk mengkaji kesesuaian antara kisi-kisi dengan butir item yang dibuat.

2) Validitas konstruk

Validitas konstruksi adalah pengujian validitas yang dilakukan dengan

melihat kesesuaian konstruksi butir yang ditulis dengan kisi-kisinya (Purwanto,

2010:128). Metode validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah telaah

butir. Metode ini dilakukan dengan mencermati kesesuaian penempatan

butir-butir dalam faktornya dari sisi konstruksinya sesuai dengan kisi-kisi instrumen

yang telah dibuat. Terbentuknya validitas ini diupayakan melalui konsultasi

dengan dosen penjugmen/dosen ahli selama proses penjugmaen berlangsung.

3) Validitas kriteria

Validitas kriteria adalah pengujian validitas yang dilakukan dengan

membandingkan tes hasil belajar dengan kriteria tertentu diluar tes hasil belajar,

seperti hasil tes ulangan harian (Purwanto, 2010:125). Di dalam penelitian ini,

validitas kriteria diabaikan dengan asumsi bahwa jika tes telah valid secara konten

(27)

b. Reliabilitas tes

Reliabilitas berkenaan dengan keajegan atau ketetapan hasil pengukuran

(Sukmadinata, 2008:229). Suatu tes dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang

tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung dengan

koefisien reliabilitas. Pengujian reliabilitas dapat dilakukan dengan tiga tehnik

yaitu: tehnik tes and retest; tehnik bentuk ekuivalen dan tehnik konsistensi

internal. Pada penelitian ini digunakan tehnik tes and retest.

Tidak ada ketentuan khusus tentang besarnya korelasi yang menjadi

kategori bahwa tes yang dibuat telah reliabel. Oleh karena itu, terkadang

ditemukan perbedaan-perbedaan dalam menentukan harga koefisien reliabilitas

yang bisa ditoleransi. Misalkan saja Ruseffendi (2005: 178) menyampaikan

bahwa apabila nilai r (koefisien reliabilitas) > 0,70 maka instrumen tersebut

reliabilitasnya cukup baik. Sedangkan menurut Aiken (Purwanto, 2006: 185), jika

skor digunakan untuk menentukan apakah kedua kelas berbeda signifikan maka

koefisien reliabilitas 0,65 sudah memberikan konstribusi dalam keputusan. Akan

tetapi jika skor digunakan untuk membandingkan penampilan individu yang

berbeda, maka koefisien reliabilitas yang harus dipenuhi paling tidak 0,85.

Di dalam penelitian ini, koefisien reliabilitas yang ditoleransi mengacu

pada pendapat Aiken, karena koefisien yang dihasilkan digunakan untuk

membandingkan dua kelompok. Oleh karena itu, koefisien reliabilitas yang

(28)

c. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Besar tingkat kesukaran butir soal dihitung dengan memperhatikan

proporsi peserta tes yang menjawab benar terhadap setiap butir soal (Nasootion, et

al., 2007:5.20). Tingkat kesukaran dihitung dengan rumus sebagai berikut.

� = �

� (3.2)

Keterangan:

P = Indeks tingkat kesukaran Butir soal B = Jumlah Peserta tes yang menjawab benar N = Jumlah seluruh peserta tes.

Menurut Fernandes (dalam Nasootion, et al., 2007:5.20) kategori tingkat

kesukaran butir soal adalah sebagai berikut.

P ≥ 0,76 : mudah (MD)

0,25 ≤ P ≤ 0,75 : sedang (SD)

P ≤ 0,24 : sukar (SK)

Dalam penelitian ini, uji tingkat kesukaran menggunakan program

komputer Microsoft Excel. Hasil perhitungan tingkat kesukaran dari tes

kemampuan kognitif dan tes keterampilan berkomunikasi rata-rata berada pada

taraf kesukaran sedang. Menurut Nasootion, et al. (2007:5.21) butir soal yang

dianggap sangat bermanfaat (useful) adalah butir soal yang mempunyai tingkat

kesukaran dalam kategori sedang.

d. Daya Pembeda Butir Soal

Daya pembeda butir soal memiliki pengertian bahwa butir soal tersebut

dapat membedakan kemampuan individu peserta tes. Butir soal yang didukung

oleh potensi daya beda yang baik akan mampu membedakan peserta didik yang

(29)

kemampuan rendah (kurang pandai) (Nasootion, et al, 2007:5.21). Daya beda

butir soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus.

D = PA - PB (3.3)

Keterangan:

D = indeks daya beda butir soal

PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Menurut Fernandes (dalam Nasootion, et al., 2007:5.22) kategori tingkat

kesukaran butir soal adalah sebagai berikut.

D ≥ 0,40 : sangat baik (SB) 0,30 ≤ P ≤ 0,39 : baik (B)

0,20 ≤ P ≤ 0,29 : cukup baik (CB) P ≤ 0,19 : tidak baik (TB)

Untuk menentukan berapa persen yang masuk kelompok atas dan kelompok

bawah, dapat digunakan rambu-rambu sebagai berikut (Nitko & Hanna, dalam

Nasootion, et al., 2007:5.22).

1) Jika jumlah siswa ≤ 20 maka jumlah kelompok atas dan kelompok bawah

masing-masing 50 %,

2) Jika jumlah siswa 21 – 40 maka jumlah kelompok atas dan kelompok bawah

masing-masing 33,3 %, dan

3) Jika jumlah siswa ≥ 41 maka jumlah kelompok atas dan kelompok bawah

masing-masing 27 %.

Dalam penelitian ini, jumlah siswa yang mengikuti tes adalah 27 orang,

maka dengan menggunakan aturan (b) di dapat jumlah kelompok atas dan

kelompok bawah adalah 9 orang. Uji daya beda menggunakan program komputer

(30)

2.1. Hasil Pengembangan Instrumen Penelitian Bentuk Tes

a. Uji Validitas

Pengujian validitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah validitas isi

dan validitas konstruk. Uji validitas dilakukan dengan mengkonsultasikan

instrumen kepada ahli melalui proses judgment. Judgment dilakukan untuk

mengetahui apakan soal yang disusun sudah sesuai dengan indikator

pembelajaran, indikator keterampilan yang diteliti, serta dengan konsep rangkaian

listrik arus searah.

Dari 48 soal yang terdiri dari 27 soal kemampuan kognitif dan 21 soal

keterampilan berkomunikasi, soal kemampuan kognitif sebagian soal sudah sesuai

dengan indikator sementara ada beberapa masih ada yang kurang sesuai sehingga

harus direvisi. Sedangkan, soal keterampilan berkomunikasi hampir seluruhnya

tidak sesuai dengan indikator keterampilan berkomunikasi karena soal identik

dengan soal kemampuan kognitif. Peneliti membuat ulang soal keterampilan

berkomunikasi kemudian dikonsultasikan kembali dengan penjugmen dan

hasilnya cukup baik. Data lengkap hasil judgment oleh ahli terdapat pada

Lampiran 3.8 dan instrumen yang digunakan setelah konsultasi dengan dosen ahli

dapat dilihat pada Lampiran 3.9. Tabel 3.4 menyajikan distribusi soal tes

kemampuan kognitif serta keterampilan berkomunikasi berdasarkan hasil

(31)
[image:31.595.113.515.118.589.2]

Tabel 3.4. Distribusi Soal Tes Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Berkomunikasi

Tes Indikator/ aspek

Nomor dan Jumlah soal pada label konsep Arus listrik dan hukum I Kirchoff Beda potensial listrik dan hukum II Kirchoff Hukum Ohm dan rangkaian hambatan listrik Kem ampu an k ogn itif

Pengetahuan (C1) 1, 2 11, 12(rev), 21(rev), 22, 26

Pemahaman (C2)

3, 4(rev), 5, 8 (rev) 13(rev), 14(rev), 15(rev), 16(rev) 23(rev), 24, 25(rev)

Penerapan (C3) 6(rev), 7 17, 18 27, 28

Analisis (C4) 9(rev),

10(rev)

19(rev), 20(rev)

29(rev), 30(rev)

Jumlah soal 10 10 10

Ket er a m p il an B er k omu n ik asi Memerikan/menggambark an data empiris hasil percobaan atau

pengamatan dengan tabel atau grafik atau diagram

31(rev) 35(rev) 39, 40(rev)

Menjelaskan hasil percobaan

32(rev) 36(rev) 41(rev)

Membaca grafik atau tabel atau diagram

33(rev) 37(rev) 42(rev)

Mengubah bentuk penyajian

34 38 -

Jumlah soal 4 4 4

Keterangan: rev = revisi

b. Uji tingkat kesukaran dan daya pembeda tes

Setelah melalui proses judgment, instrumen tidak langsung digunakan,

namun harus dilakukan uji coba terlebih dahulu. Uji coba dilakukan untuk

mengetahui tingkat kesukaran dan daya pembeda dari tiap butir soal, serta

(32)

kelas XI di sekolah dimana penelitian akan dilakukan. Data lengkap rekapitulasi

hasi uji coba hasil instrumen, pengolahan tingkat kesukaran serta daya pembeda

terdapat pada Lampiran 3.10, 3.11 dan 3.12. Tabel 3.5 dan Tabel 3.6 berikut

menyajikan rekapitulasi data hasil uji coba tes kemampuan kognitif dan tes

[image:32.595.114.528.291.680.2]

keterampilan berkomunikasi yang telah dilakukan.

Tabel 3.5. Rekapitulasi Hasil Ujicoba Tes Kemampuan Kognitif

Nomor Soal

Tingkat Kesukaran (P) Daya Pembeda (D)

Keterangan

Nilai P Kriteria Nilai P Kriteria

1 0,63 Sedang 0,28 Sangat Baik Dipakai

2 0,63 Sedang 0,28 Sangat Baik Dipakai

3 0,67 Sedang 0,28 Sangat Baik Dipakai

4 0,59 Sedang 0,39 Baik Dipakai

5 0,7 Sedang 0,33 Baik Dipakai

6 0,59 Sedang 0,39 Baik Dipakai

7 0,67 Sedang 0,33 Baik Dipakai

8 0,67 Sedang 0,33 Baik Dipakai

9 0,67 Sedang 0,39 Baik Dipakai

10 0,56 Sedang 0,22 Sangat Baik Dipakai

11 0,52 Sedang 0,39 Baik Dipakai

12 0,67 Sedang 0,28 Sangat Baik Dipakai

13 0,59 Sedang 0,33 Baik Dipakai

14 0,59 Sedang 0,39 Baik Dipakai

15 0,52 Sedang 0,33 Baik Dipakai

16 0,26 Sukar -0,1 Tidak Baik Tidak Dipakai

17 0,63 Sedang 0,28 Sangat Baik Dipakai

18 0,11 Sukar 0,06 Tidak Baik Tidak Dipakai

19 0,22 Sukar 0,17 Tidak Baik Tidak Dipakai

20 0,63 Sedang 0,44 Sangat Baik Dipakai

21 0,67 Sedang 0,33 Baik Dipakai

22 0,59 Sedang 0,11 Tidak Baik Tidak Dipakai

23 0,44 Sedang -0,1 Tidak Baik Tidak Dipakai

24 0,44 Sedang 0,06 Tidak Baik Tidak Dipakai

25 0,52 Sedang 0,44 Sangat Baik Dipakai

26 0,67 Sedang 0,22 Sangat Baik Dipakai

27 0,56 Sedang 0,28 Sangat Baik Dipakai

28 0,56 Sedang 0,33 Baik Dipakai

29 0,04 Sukar 0 Tidak Baik Tidak Dipakai

(33)
[image:33.595.112.521.153.324.2]

Tabel 3.6. Rekapitulasi Hasil Ujicoba Tes Keterampilan Berkomunikasi

Nomor Soal

Tingkat Kesukaran (P) Daya Pembeda (D)

Keterangan

Nilai P Kriteria Nilai P Kriteria

31 0,63 Sedang 0,39 Baik Dipakai

32 0,59 Sedang 0,28 Cukup Baik Dipakai

33 0,67 Sedang 0,28 Cukup Baik Dipakai

34 0,59 Sedang 0,33 Baik Dipakai

35 0,26 Sukar -0,2 Tidak Baik Tidak Dipakai

36 0,56 Sedang 0,33 Baik Dipakai

37 0,59 Sedang 0,39 Baik Dipakai

38 0,67 Sedang 0,33 Baik Dipakai

39 0,63 Sedang 0,28 Cukup Baik Dipakai

40 0,74 Sedang 0,39 Baik Dipakai

41 0,22 Sukar -0,1 Tidak Baik Tidak Dipakai

42 0,22 Sukar 0,11 Tidak Baik Tidak Dipakai

Dari 42 soal yang diujicobakan, 7 soal tidak digunakan dari tes

kemampuan kognitif dan 3 soal tidak digunakan dati tes keterampilan

berkomunikasi. Sejumlah 32 soal yang digunakan setelah uji coba ini, 2 soal yaitu

nomor soal 6 dan nomor soal 32 dihilangkan karena memiliki kesamaan dalam

mengukur ranah kognitif dan indiaktor keterampilan berkomunikasi yaitu nomor

soal 17 dan nomor soal nomor soal 36 sehingga soal menjadi 30 buah butir soal.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Lampiran 3.13.

c. Uji reliabilita tes

Instrumen yang telah diujicobakan tersebut, diujicobakan ulang dengan

siswa yang sama untuk menentukan reliabilitas tes. Uji reliabilitas yang

digunakan adalah tehnik test and retest). Berdasarkan hasil perhitungan, tes yang

disusun memiliki nilai korelasi sebesar 0,95 dan lebih besar dari nilai reliabilitas

yang menjadi acuan yaitu 0,65. Sehingga instrumen yang digunakan dapat

dikatakan reliabel. Perhitungan lengkap tentang reliabilitas terdapat pada

(34)

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan mengikuti alur yang dapat dilihat pada

diagram alur penelitian. Berdasarkan diagram pada dasarnya penelitian ini

dilakukan melalui lima tahap yaitu tahap persiapan, tahap penelitian, tahap

analisis dan pembahasan, tahap pembuatan kesimpulan dan tahap penyusunan

laporan. Penelitian ini dilakukan dalam lima tahap sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

a. Studi pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran, hasil

belajar siswa, dan kendala yang dihadapi guru dan siswa di sekolah. Studi

pendahuluan ini dilaksanakan dengan cara mengamati pembelajaran, sarana

dan sarana pendukung pembelajaran, mewawancarai guru fisika, dan hasil

belajar siswa kelas X setelah materi fisika diajarkan dan hasil belajar materi

rangkaian listrik arus searah pada tahun sebelumnya.

b. Studi literatur

Studi literatur dilakukan untuk mencari teori-teori yang berkaitan dengan

kombinasi eksperimen nyata-virtual, kemampuan kognitif dan keterampilan

berkomunikasi. Studi ini juga dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan

penelitian sebelumnya. Selain itu juga mengkaji standar kompetensi,

kompetensi dasar, dan indikator-indikator pembelajaran untuk kemudian

dipergunakan dalam penyusunan rencana pembelajaran.

c. Pengajuan dan perbaikan proposal penelitian pada seminar proposal

(35)

d. Perancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen tes

untuk materi Rangkaian Listrik Arus Searah. Pembuatan RPP ini mengacu

pada Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar yang telah dikeluarkan oleh

BSNP.

e. Pertimbangan (Judgment) dosen pembimbing dan dosen ahli terhadap

instrumen tes kemampuan kognitif dan keterampilan berkomunikasi yang

dibuat berdasarkan kisi-kisi kriteria dan indikator yang terpilih. Proses

judgment dilakukan untuk mengetahui validitas instrumen yang disusun atau

kelayakan dan kesesuaian instrumen dalam mengukur indikator yang ingin

dicapai.

f. Uji coba instrumen tes kemampuan kognitif dan keterampilan berkomunikasi

yang dilakukan pada subyek yang pernah mempelajari materi Rangkaian

Lisrik Arus Searah. Hasil uji coba tes dianalisis untuk melihat kualitas

instreumen tes yang meliputi tingkat kemudahan dan daya pembeda butir soal

dalam tes.

g. Penentuan instrumen dan perbaikan instrumen yang akan digunakan sebagai

instrument tes penelitian berdasarkan hasil uji coba. Berdasarkan hasil uji

coba.

h. Melakukan uji coba instrumen yang sudah dianalisis pada poin “g” pada

subyek yang pernah mempelajari materi Rangkaian Lisrik Arus Searah

sebanyak dua kali dengan selang 1 hari. Mengkorelasikan hasil uji coba

(36)

2. Tahap penelitian

a. Penjaringan data pretest pada awal penelitian yang meliputi tes kemampuan

kognitif dan keterampilan berkomunikasi pada materi rangkaian listrik arus

searah.

b. Pemberian perlakuan kepada dua kelompok yakni pembelajaran kooperatif

tipe STAD dengan kegiatan eksperimen secara nyata kemudian virtual

(Eksperimen Real-Virtual, ERV) menggunakan program virtual laboratories

electricity dan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan kegiatan

eksperimen secara virtual kemudian nyata (Eksperimen Virtual-Real, EVR)

menggunakan program simulasi virtual laboratories electricity. Pengambilan

data keterlaksanaan pembelajaran dilaksanakan pada saat perlakukan

dilakukan.

c. Setelah dilakukan pemberian perlakuan pada kedua kelas penelitian

selanjutnya dilakukan penjaringan data posttest untuk tes kemampuan

kognitif dan keterampilan berkomunikasi.

d. Setelah mendapatkan skor posttes khususnya skor posttes keterampilan

berkomunikasi, hasil skor tersebut dikorelasikan dengan kemampuan

berkomunikasi siswa secara lisan melalui wawancara tidak terstruktur.

Sampel yang digunakan adalah para siswa yang memiliki nilai terbaik ditiap

kelas penelitian.

3. Tahap Analisis dan Pembahasan

a. Analisis homogenitas dan normalitas untuk setiap data baik kemampuan

(37)

b. Analisis perbandingan dua rerata untuk skor N-gain (gain yang

ternormalisasi) pada kemampuan kognitif dan keterampilan berkomunikasi,

serta analisi keterlaksanaan pembelajaran.

c. Pembahasan temuan atau hasil penelitian dengan mengkorelasikan temuan

dilapangan dengan proses pembelajaran yang telah dilakukan.

4. Tahap Pembuatan Kesimpulan

Kesimpulan disusun dan dibuat berdasarkan hasil pengujian statistik.

5. Tahap Penyusunan Laporan

Penyusunan laporan berdasarkan hasil, analisis, pembahasan, dan

kesimpulan. Penyusunan laporan ini dibuat dalam bentuk tesis.

Gambar 3.2 tentan alur penelitian agar mempermudah memahami alur penelitian

yang akan dilaksanakan.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Analisa Data Kemampuan kognitif dan Keterampilan Berkomunikasi Siswa

Data yang diperoleh melalui tes kemampuan kognitif dan tes keterampilan

berkomunikasi, kemudian dianalisis dan diberikan tafsiran-tafsiran. Analisis data

kuantitatif dilakukan untuk masing-masing pasangan kelompok data sesuai

dengan permasalahannya. Pengolahan data kuantitatif dilakukan melalui

(38)

a. Pemberian Skor

Skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode Rights Only,

yaitu jawaban benar di beri skor satu dan jawaban salah atau butir soal yang tidak

dijawab diberi skor nol. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah

jawaban yang benar. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan rumus :

S = ∑ R (3.1)

dengan : S = Skor siswa, R = Jawaban siswa yang benar

b. Perhitungan skor Gain yang Dinormalisasi

N-gain digunakan untuk melihat peningkatan yang cukup berarti setelah

diadakan pembelajaran. N-gain dihitung dengan menggunakan persamaan yang

dikembangkan oleh Hake (1998), yaitu

g = SmaksSpost−S preSpre (3.2)

Keterangan: Spost = skor posttest

Spre = skor pretest

Smaks = skor maksimum

Nilai <g> (rata-rata N-gain) yang diperoleh diinterpretasikan berdasarkan

kriteria berikut:

c. Analisis Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Data observasi aktivitas siswa dan guru digunakan untuk mengetahui

keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan. Data

observasi aktivitas siswa diolah untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa

dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD.

(39)

Untuk menghitung persentase aktivitas siswa yang dinilai dengan

menggunakan rumus:

% � � = � ℎ � �� � � � � � �

� � � � × 100% (3.3)

Sedangkan data aktivitas guru diolah untuk mengetahui keterlaksanaannya model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Untuk menghitung persentase aktivitas guru

yang dinilai dengan menggunakan rumus :

% � � = � ℎ � �� � � � � � �

� � � � × 100% (3.4)

Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan model pembelajaran yang

[image:39.595.198.425.402.504.2]

dilakukan oleh siswa dan guru, dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.7:

Tabel 3.7. Interpretasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Persentase (%) Interpretasi

100 Seluruhnya terlaksana

79-99 Pada umumnya terlaksana

51-75 Sebagian besar terlaksana

50 Setengahnya terlaksana

26-49 Hampir setengahnya terlaksana

1-25 Sebagian kecil terlaksana

0 Tidak ada yang terlaksana

(Koentjaraningrat,1986:257)

d. Pengujian hipotesis

1) Uji Prasarat

Pengujian hipotesis diawali dengan uji statistik berupa uji normalitas

distribusi data dan uji homogenitas. Uji normalitas distribusi data dengan

menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test (uji K-S) dari SPSS for

Windows. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kumpulan data yang

diperoleh terdistribusi normal atau tidak. Menurut Purwanta (Sudarmanto,

(40)

menuntut suatu asumsi bahwa populasi harus terdistribusi dengan normal.

Penentuan normalitas data dalam penelitian ini akan menggunakan uji K-S

dengan bantuan SPSS versi 17. Ketentuannya adalah apabila harga atau nilai

Asymp.Sig. (2-tailed) > dari 0.05 maka dinyatakan bahwa data berasal dari

populasi data yang berdistribusi normal.

Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data sampel

diperoleh dari populasi yang bervarians homogen atau tidak. Untuk melakukan uji

homogenitas varians data dengan Levene Test dari SPSS for Windows. Jika harga

significancy yang dihasilkan lebih besar dari taraf signifikansi (α) yang ditentukan

yaitu 0.05, maka data tersebut berasal dari populasi yang bervarian homogen.

(Alhusin, 2003:235)

2) Uji Perbandingan

Uji perbandingan merupakan suatu analisis untuk membandingkan

rata-rata dari dua populasi atau lebih (Alhusin, 2003:97). Berikut adalah penjabaran

tahapan analisis.

Analisis perbandingan satu arah secara parametrik dilakukan dengan

Independent sampel T test (uji T) yang terdapat dalam program SPSSTM 17.0. Uji

ini digunakan untuk menguji rata-rata dari dua sampel yang independen (tidak

terkait). Syarat uji ini dilakukan setelah data dinyatakan berdistribusi normal dan

memiliki varians yang homogen. Diperoleh keputusan bahwa skor pretest,

(41)

sebaliknya jika nilai signifikan lebih kecil dari nilai α maka diantara kelas kontrol

dan eksperimen terdapat perbedaan yang signifikan.

Analisis perbandingan satu arah non parametrik dilakukan dengan uji

Mann-Whitney (uji U). Analisis ini dilakukan jika salah satu atau kedua uji

prasyarat tidak dapat dipenuhi (uji normalitas dan uji homogenitas). Interpretasi

(42)
[image:42.595.81.545.108.719.2]

Gambar 3.2. Alur Penelitian

Studi Pendahuluan

Rumusan Masalah

Studi Literatur: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD, Program Virtual Laboratories Electricity, Eksperimen Nyata dan Virtual;

Kemampuan kognitif dan Keterampilan Berkomunikasi Penyusunan Rancana Pembelajaran Tes Awal Proses Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Kombinasi Eksperimen Nyata-Virtual Berbantuan Program The Virtual

Laboratories Electricity (ERV) Observasi Tes Akhir Pengolahan dan Analisa Data Temuan Kesimpulan Observasi Proses Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Kombinasi Eksperimen Virtual-Nyata Berbantuan Program The Virtual

Laboratories Electricity (EVR) Penyusunan Instrumen Penelitian Jugment Ahli Revisi Instrumen

Uji Coba Instrumen

Analisis dan Revisi

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan program virtual laboratories

electricity pada materi rangkaian listrik arus searah untuk meningkatkan

kemampuan kognitif dan keterampilan berkomunikasi siswa SMA dapat

disimpulkan bahwa:

1. Peningkatan kemampuan kognitif siswa pada materi rangkaian listrik arus

searah setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

berbantuan program virtual laboratories electricity dengan eksperimen

nyata-virtual dan eksperimen nyata-virtual-nyata tidak berbeda secara signifikan.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan program

virtual laboratories electricity dengan eksperimen nyata-virtual secara

signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa dari

pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan

program virtual laboratories electricity dengan eksperimen virtual-nyata pada

materi rangkaian listrik arus searah.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model

(44)

electricity pada materi rangkaian listrik arus searah untuk meningkatkan

kemampuan kognitif dan keterampilan berkomunikasi siswa SMA, peneliti

menyarankan hal-hal sebagai berikut.

1. Perlu dikembangkan instrumen keterampilan berkomunikasi berupa wawacara

dan observasi dengan kriteria tertentu agar mampu membedakan keterampilan

berkomunikasi siswa.

2. Gunakan bentuk soal isian untuk mengukur keterampilan berkomunikasi non

lisan agar guru dapat membedakan keterampilan berkomunikasi siswa ditinjau

dari bahasa tulisan.

3. Pada proses pembuatan instrumen berkomunikasi, upayakan tidak

menguntungkan salah satu kelas penelitian.

4. Indikator keterampilan komunikasi tentang keterampilan membaca grafik atau

tabel atau diagram perlu lebih dilatihkan kepada siswa selama pembelajaran

dengan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang meminta siswa “membaca”

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S & Adilah, S. (2008). The Effects of Inquiry-Based Computer Simulation with Cooperative Learning on Scientific Thinking and Conceptual Understanding of Gas Laws. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education. 4(4): 387-398.

Ahmad, A. & Mahmood, N. (2010). Effects of Cooperative Learning vs. Traditional Instruction on Prospective Teachers’ Learning Experience and Achievement. Ankara University, Journal of Faculty of Educational Sciences, year: 2010, vol: 43, no: 1, 151-164.

Akarsu, B. (2010). Qualitative Study on High School Students’ Conceptual Understandings of Electricity and Magnetism. Asian Journal of Applied

Sciences. 29 Yıl: 2010/2 (117-125 s.).

Alhusin, S. (2003). Aplikasi Statistik Praktis dengan SPSS.10 for Windows. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anderson, L.W., Krathwohl, D.R., dan Bloom, B.S.(2001). A Taxonomy for Learning, Teaching and Assesing. alih bahasa: Agung Prihantoro. (2010). kerangka landasan untuk pembelajaran, pengajaran dan asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ango, M.L.(2002). Mastery of Science Procces Skill and Their Effective Use in the Teaching of Science : An Educology of Science Education in the Nigerian Context. International journal Of Educology.16 (1) : 11-30.

Astra, I. M, & Setiawan, H. (2007). Fisika untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Piranti Darma kalokatama.

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan KTSP. Jakarta: Depdiknas.

Barsalou, L. W. (2008). Grounded Cognition. [online]. Tersedia: http://www.cogsci.ucsd.edu/~ajyu/Teaching/Cogs202_sp12/Readings/bars alou08_grounded.pdf. [12 juni 2012].

Criticos, C. (1996). Media selection. Plomp, T., & Ely, D. P. (Eds.): International Encyclopedia of Educational Technology, 2nd edition. New York: Elsevier Science, Inc.

(46)

Fraenkel, R.J, & Wallen, N.C. (1993). How To Design and Evaluate Research in Education. London: Mc Graw Hill, Inc.

Hake, R. R. (1998). Interactive-Engagement Versus Tradisional Methods : A Six-Thousand-Student Survey of Mechanics Tes Data For Introductory Physics Course, American Journal of Physics. 66 (1) 64-74.

Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S.E. (2002). Instructional media and technology for learning, 7th edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Ho. F.F., & Boo, H.K. (2007). Cooperative learning: Exploring its effectiveness in the Physics classroom. Asia-Pacific Forum on Science Learning and

Teaching, Volume 8, Issue 2, Article 7, p.1 (Dec., 2007).

Ibrahim, H. (1997). Media pembelajaran: Arti, fungsi, landasan pengunaan, klasifikasi, pemilihan, karakteristik oht, opaque, filmstrip, slide, film, video, Tv, dan penulisan naskah slide. Bahan sajian program pendidikan akta mengajar III-IV.FIP-IKIP Malang.

Ibrahim, H., Sihkabuden, Suprijanta, & Kustiawan, U. (2001). Media pembelajaran: Bahan sajian program pendidikan akta mengajar. FIP. UM.

Jaakkola, T., & Nurmi, S. (2007). Fostering elementary school students’ understanding of simple electricity by combining simulation and laboratory activities. Journal of Computer Assisted Learning (2008), 24, 271–283.

Koentjaraningrat. (1986). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Küçüközer, H., & Kocakülah, S. (2007). Secondary School Students’ Misconceptions about Simple Electric Circuits. Journal of Turkish Science Education Volume 4, Issue 1, May 2007.

Maknun, J. Media Pembelajaran Fisika Berbasis ICT/ TIK. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Matlin, M.W. (2003). Cognition 4th Edition. United States of America:Wiley.

McDermott L.C. & The Physics Education Group. (1996). Physics by Inquiry vol. II. NewYork: Wiley.

(47)

Through physical education and It's Effect on Social Skills Development Among Middle School Students' In Baghdad, Iraq. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 5(10): 980-989, 2011.

Nasootion, N., Suryanto, A., dan Supriyanti, Y. (2007). Evaluasi Pembelajaran Fisika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Oral, I., Bozkurt, E., & Guzel, H. (2009). The Effect of Combining Real Experimentation With Virtual Experimentation on Students’ Success. World Academy of Science, Engineering and Technology 54 2009.

Ormrod, J.E. (2008). Educational Psychology Developing Learners. alih bahasa: Indriani, W., Septiana, E., Saleh, A. Y., Lestari, P. (2009). Psikologi pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: Erlangga.

Padilla, M. J. (1990). The Science Process Skills. [online]. Tersedia: http://www.narst.org/publications/research/skill.cfm. [17 Oktober 2011].

Purwanto (2010). Istrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan, Pengembangan dan Pemanfaatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Riverdeep Interactive Learning. (2003) Virtual Laboratories Electricity. Tersedia: http://www.riverdeep.net/product/ virtual_labs/index.jhtml [5 September 2011].

Rustaman, Nuryani. (2005). Pengembangan Butir Soal keterampilan Proses sains (Assesment Keterampilan Proses). Makalah. Tidak Diterbitkan.

Rustaman, Nuryani, dkk. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Santiayasa, I. W. (2008). Landasan Konseptual Media Pembelajaran. Makalah. Tidak Diterbitkan.

Saepuzaman, D. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Kombinasi Eksperimen Nyata-Virtual Pada Materi Rangkaian Listrik Arus Searah Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sencar, S., Yilmaz, E. E., Eryilmaz, A. (2001). High School Students' Misconceptions about Simple Electric Circuits. Journal of education. 21 : 113-120 [200l].

(48)

Serway, R.A dan Jewett. (2004). Physics for Scientists and Engineers with Modern Physicss. alih bahasa: Chriswan Singkono. (2010). Fisika untuk Sains dan Tehnik. Jakarta: Salemba Tehnika.

Setiawan, A. (2009). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran Sains. Workshop dalam Kegiatan Pengabdian Masyarakat SPs UPI. UPI 29 Juli 2009.

Sharan, S. (1999). Handbook of Cooperative Learning Metho

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Gambar 3.1). Nilai UTS fisika keempat kelas di SMA “A” dapat dilihat pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dengan berlakunya Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah maka Peraturan Daerah Kabupaten Nunukan Nomor 7 Tahun 2001

Hasil interpretasi citra satelit Landsat 8 kemudian digabungkan dengan hasil pengamatan geologi lapangan, terlihat bahwa di daerah penelitian merupakan morfologi pegunungan,

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan konseptual berpengaruh signifikan terhadap kualitas sistem, hasil ini dapat dilihat dengan nilai t-statistik sebesar

Berdasarkan dari beberapa pengujian-pengujian yang dilakukan terhadap hipotesis dan masalah yang ada, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Metode ANP digunakan

Peneliti telah melaksanakan analisis untuk mengetahui tingkat kesulitan, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh butir soal pilihan ganda Ulangan Akhir Semester UAS genap tahun

Tabel 4.1 Hasil Validasi LKPD 1 No Aspek yang dinilai FORMAT 1 Petunjuk dinyatakan dengan jelas 2 Memiliki daya tarik 3 Sistem penomoran jelas 4 Jenis dan ukuran huruf sesuai ISI

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan keahlian.. selaku dosen pembimbing-1

Dalam penelitian ini Indonesia (Bukittinggi) memilih Malaysia (Perbandaran Seremban) dengan beberapa faktor yang menjadi pertimbangan yakni, pertama dilihat dari lamanya