• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Fasilitas Perlengkapan Khusus Sepeda Motor Pemadam Kebakaran.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Fasilitas Perlengkapan Khusus Sepeda Motor Pemadam Kebakaran."

Copied!
215
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN FASILITAS PERLENGKAPAN

KHUSUS SEPEDA MOTOR PEMADAM KEBAKARAN

LAPORAN PENELITIAN

KETUA :

WAWAN YUDIANTYO, ST., MT. ( 230205 )

ANGGOTA/TEKNISI :

ELFRIDA ANASTASIA WIJAYA ( 1223043 )

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI – FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

(2)
(3)

iii ABSTRAK

Bencana kebakaran dapat terjadi dimana saja dalam lingkungan kehidupan manusia. Dampak dari bencana kebakaran sangatlah besar, apalagi kebakaran tersebut terjadi dalam lingkungan pemukiman penduduk yang padat, yang mana banyak dijumpai di kota-kota besar. Akses pemadam kebakaran menuju ke tempat kebakaran seringkali terhambat dan terlambat. Kepadatan arus lalulintas dan lokasi kebakaran yang terlalu dalam masuk ke permukinan padat sering kali menjadi sebab utama kebakaran sulit dipadamkan. Gang-gang di dalam pemukiman padat tidak dapat dilalui oleh mobil pemadam kebakaran yang disediakan oleh pemerintah.

Salah satu solusi untuk masalah di atas ialah menciptakan suatu perlengkapan pemadam kebakaran yang memadai, yang bisa diangkut dengan sepeda motor. Dimana, sepeda motor dapat lebih leluasa melalui jalur padat lalulintas, juga lebih leluasa untuk masuk dalam gang-gang sempit di pemukiman padat. Sehingga bila terjadi kebakaran moda motor pemadam kebakaran ini dapat lebih cepat menuju tempat kebakaran.

Ada dua jenis pemadam kebakaran yang telah dirancang selain pemadam kebakaran yang umum dipunyai kota. Yang pertama bernama

Pawang Geni, yang dibuat oleh mantan walikota Solo, Bapak Jokowi Widodo. Yang kedua bernama Fire-motor, yang dibuat oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Bapak Fauji Wibowo. Pawanggeni dioperasikan secara manual, artinya di dorong oleh orang untuk menuju ke tempat kebakaran dan penyemprotan air dilakukan secara manual juga. Hal ini tentunya terlalu berat dirasakan oleh orang yang mendorongnya, mengingat yang didorong ialah sebuah gerobak yang berisi tangki air. Untuk rancangan Fire-motor, dioperasikan di atas sebuah sepeda motor, tapi dimensinya masih terlalu besar untuk masuk ke gang-gang sempit. Selain itu, perlengkapan yang menyatu dengan sepeda motor akan mengakibatkan sepeda motor pengangkut harus ikut dirawat. Dan sepeda motornya rusak, maka firemotor ini tidak bisa berfungsi.

Pada penelitian ini, dirancang sebuah fasilitas untuk penyimpanan perlengkapan pemadaman kebakaran yang dapat dibawa oleh sebuah sepeda motor. Perlengkapan ini dapat ditempatkan di motor apa saja, bisa dilepas dan dipasang secara manual dan mudah. Tentunya tidak sulit mencari motor yang dapat dipakai untuk membawa perlengkapan ini. Hampir tiap rumah memiliki motor. Karena yang dirancang ialah fasilitas perlengkapan pemadam kebakaran saja, maka harganyapun relative lebih murah.

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1-1

1.1. Latar Belakang ... 1-1

1.2. Identifikasi Masalah ... 1-3

1.3. Batasan dan Asumsi ... 1-4

1.4. Perumusan Masalah ... 1-4

1.5. Tujuan Penelitian ... 1-5

1.6. Sistematika Penulisan ... 1-5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 2-1

2.1. Ergonomi ... 2-1

2.2. Antropometri ... 2-1

2.3. Concept Selection dan ConceptScoring ... 2-8

2.4. Dimensi Kualitas Produk ... 2-9

2.5. Kebakaran ... 2-10

2.6. APAR (Alat Pemadam Api Ringan) ... 2-12

2.7. Pompa Air ... 2-14

(5)

2.9. Penyambung Selang (Hose Fitting) ... 2-17

2.10. Penyemprot (Nozzle) ... 2-19

2.11. By Pass Eductor ... 2-19

2.12. Kapak Pemadam Kebakaran ... 2-21

2.13. Pakaian Pelindung Pemadam (Fire Man Suit) ... 2-21

2.14. Sepeda Motor ... 2-23

2.15. K3 ... 2-24

2.15.1.PPE (Personal Protective Equipment) ... 2-25

2.16. Perancangan Produk ... 2-26

2.17. Persentil ... 2-28

2.18. Momen Gaya ... 2-28

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 3-1

3.1. Flowchart Penelitian ... 3-1

3.2. Keterangan Flowchart Penelitian ... 3-3

BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... 4-1

4.1. Sejarah Perusahaan ... 4-1

4.2. Pawang Geni ... 4-1

4.3. Fire Motor ... 4-7

4.4. Sepeda Motor ... 4-14

4.5. Pompa ... 4-18

4.6. Suction Hose ... 4-18

4.7. Discharge Hose ... 4-19

4.8. Coupling ... 4-20

(6)

4.10. APAR ... 4-21

4.11. Kapak Pemadam Kebakaran ... 4-22

4.12. Jerigen dan Solar ... 4-22

4.13. Fire Man Suit ... 4-23

4.14. Fire Helmet ... 4-23

4.15. Waterproof Head Light ... 4-24

4.16. Megaphone dan Sirine ... 4-25

4.17. By Pass Eductor ... 4-26

4.18. Foam Concentrate ... 4-26

4.19. Data Antropometri ... 4-28

BAB 5 ANALISIS ... 5-1

5.1. Kelebihan dan Keterbatasan Pawang Geni ... 5-1

5.1.1.Harga ... 5-1

5.1.2.Cara Pengoperasian ... 5-2

5.1.3.Mobilitas ... 5-3

5.1.4.Daya Semprot ... 5-4

5.1.5.Media Pemadaman Api ... 5-4

5.1.6.Pelatihan dan Perawatan ... 5-5

5.1.7.Masalah-masalah yang Muncul ... 5-5

5.2. Kelebihan dan Keterbatasan Fire Motor ... 5-6

5.2.1.Harga ... 5-6

5.2.2.Cara Pengoperasian ... 5-9

5.2.3.Mobilitas ... 5-10

(7)

5.2.5.Media Pemadaman Api ... 5-11

5.2.6.Pelatihan dan Perawatan ... 5-12

5.2.7.Masalah-masalah yang Muncul ... 5-12

5.3. Perbandingan antara Pawang Geni dan Fire Motor ... 5-13

5.4. Peralatan Pemadam Kebakaran yang Lebih Baik ... 5-18

5.4.1.Pompa ... 5-18

5.4.2.Suction Hose ... 5-19

5.4.3.Discharge Hose ... 5-19

5.4.4.Coupling ... 5-19

5.4.5.Nozzle ... 5-20

5.4.6.APAR ... 5-20

5.4.7.Kapak Pemadam Kebakaran ... 5-20

5.4.8.Jerigen dan Solar ... 5-20

5.4.9.Fire Man Suit ... 5-21

5.4.10.Fire Helmet ... 5-22

5.4.11.Waterproof Head Light ... 5-22

5.4.12.Megaphone dan Sirine ... 5-23

5.4.13.By Pass Eductor ... 5-23

5.4.14.Foam Concentrate ... 5-24

5.5. Pemilihan Peralatan Pemadam Kebakaran ... 5-24

BAB 6 PERANCANGAN ... 6-1

6.1. Data Antropometri Produk Usulan ... 6-1

6.2. Alternatif Perancagan Container Rangka Besi ... 6-2

(8)

6.2.2.Alternatif 2 ... 6-8

6.2.3.Alternatif 3 ... 6-12

6.2.4.Alternatif 4 ... 6-16

6.2.5.Alternatif 5 ... 6-20

6.2.6.Alternatif 6 ... 6-24

6.2.7.Alternatif 7 ... 6-28

6.2.8.Alternatif 8 ... 6-32

6.3. Concept ScoringContainer rangka besi Pemadam Kebakaran ... 6-35

6.3.1.Kerampingan ... 6-37

6.3.2.Waktu Persiapan Alat Pemadam Kebakaran ... 6-37

6.3.3.Kepraktisan Mengambil Alat Pemadam Kebakaran ... 6-38

6.3.4.Keseimbangan Beban ... 6-39

6.3.5.Keefesienan Penggunaan Foam Concentrate ... 6-44

6.3.6.Kemudahan Penggunaan Uliran Samping ... 6-44

6.3.7.Kekuatan dari Perancangan ... 6-45

6.4. Perancangan Container Rangka Besi Pemadam Kebakaran ... 6-46

6.5. Stand Penyangga Container rangka besi Pemadam Kebakaran ... 6-47

6.6. Perbandingan Alat Pemadam Kebakaran Usulan dan Aktual ... 6-50

6.7. Standard Operational Procedure (SOP) ... 6-55

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 7-1

7.1. Kesimpulan ... 7-1

7.2. Saran ... 7-3

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Komponen Pompa Jenis 1 2-15

2.2 Komponen Pompa Jenis 2 2-16

2.3 Kapak Pemadam Kebakaran 2-21

2.4 Fire Man Suit 2-23

4.1 Gerobak Pawang Geni 4-2

4.2 Drum Air 200 Liter 4-3

4.3 Pompa Tekan Manual 4-3

4.4 Selang 10 Meter dan Nozzle 4-4

4.5 Pawang Geni 4-5

4.6 Pengoperasian Pawang Geni 4-5

4.7 Gambar Teknik Pawang Geni 4-6

4.8 Sepeda Motor Roda Tiga Viar 4-8

4.9 Pompa Tohatsu VC82ASE 4-8

4.10 Hose Reel 4-9

4.11 Selang Penghisap 4-9

4.12 Nozzle 2,5 Inci Jenis Jet 4-9

4.13 Foam Induktor 4-10

4.14 Fauzi Bowo Mengendarai Fire Motor 4-12

4.15 Fire Motor Tampak Samping 4-12

4.16 Gambar Teknik Fire Motor 4-13

4.17 Grafik Penjualan Motor Bebek dan Matic bulan Januari-Oktober

2014 4-14

4.18 Sepeda Motor dan Keterangan Dimensinya 4-15

4.19 Jok Sepeda Motor dan Keterangan Dimensinya 4-15

4.20 APAR 4-21

4.21 Foam Concentrate 4-27

(10)

5.2 Pompa KASA 5-18

5.3 Suction Hose Voko 5-19

5.4 Discharge Hose Ovesu 5-19

5.5 Kapak Kuningan 5-20

5.6 Jerigen 5 Liter 5-21

5.7 Fire Man Suit U-Protec 5-22

5.8 Fire Helmet Glodok Safety 5-22

5.9 Head Light OEM 5-23

5.10 Megaphone dan Sirine Merek Toa 5-23

5.11 By Pass Eductor Minshan 5-24

5.12 Foam Concentrate 5-24

6.1 Gambaran Kasar Perancangan Usulan Dua Dimensi 6-1

6.2 Gambaran Kasar Perancangan Usulan Tiga Dimensi 6-2

6.3 Rancangan Kaki Lebar 6-3

6.4 Layout Alternatif 1 6-4

6.5 Bagian-bagian dari Perancangan Usulan Alternatif 1 6-5

6.6 Cara Membuka Bagian 1 dan 2 pada Alternatif 1 6-6

6.7 Layout Alternatif 2 6-8

6.8 Bagian-bagian dari Perancangan Usulan Alternatif 2 6-9

6.9 Cara Membuka Bagian 1 dan 2 pada Alternatif 2 6-10

6.10 Layout Alternatif 3 6-12

6.11 Bagian-bagian dari Perancangan Usulan Alternatif 3 6-13

6.12 Cara Membuka Bagian 1, 2, dan 3 pada Alternatif 3 6-14

6.13 Layout Alternatif 4 6-16

6.14 Bagian-bagian dari Perancangan Usulan Alternatif 4 6-17

6.15 Cara Membuka Bagian 1 dan 2 pada Alternatif 4 6-18

6.16 Layout Alternatif 5 6-20

6.17 Bagian-bagian dari Perancangan Usulan Alternatif 5 6-21

6.18 Cara Membuka Bagian 1, 2, dan 3 pada Alternatif 5 6-22

(11)

6.20 Bagian-bagian dari Perancangan Usulan Alternatif 6 6-25

6.21 Cara Membuka Bagian 1, 2, dan 3 pada Alternatif 6 6-26

6.22 Layout Alternatif 7 6-28

6.23 Bagian-bagian dari Perancangan Usulan Alternatif 7 6-29

6.24 Cara Membuka Bagian 1 dan 2 pada Alternatif 7 6-30

6.25 Layout Alternatif 8 6-32

6.26 Bagian-bagian dari Perancangan Usulan Alternatif 8 6-33

6.27 Cara Membuka Bagian 1 dan 2 pada Alternatif 7 6-34

6.28 Lengan-lengan Gaya Alternatif 1 6-39

6.29 Lengan-lengan Gaya Alternatif 2 6-40

6.30 Lengan-lengan Gaya Alternatif 3 6-40

6.31 Lengan-lengan Gaya Alternatif 4 6-41

6.32 Lengan-lengan Gaya Alternatif 5 6-41

6.33 Lengan-lengan Gaya Alternatif 6 6-42

6.34 Lengan-lengan Gaya Alternatif 7 6-42

6.35 Lengan-lengan Gaya Alternatif 8 6-43

6.36 Tiga Dimensi Perancangan Usulan 6-46

6.37 Tiga Dimensi Container Rangka Besi Lengkap dengan

Penutup 6-47

6.38 Stand Penyangga Container Rangka Besi 6-48

6.39 Dongkrak Ulir Krisbow 6-49

6.40 Bapak Agung Membandingkan Perancangan Usulan dengan

Pawang Geni dan Fire Motor 6-53

6.41 Penyimpanan Awal MoPA 6-56

6.42 Memasang MoPA 6-57

6.43 Mengikat MoPA di Atas Motor 6-59

6.44 Persiapan Alat Pemadam 6-61

6.45 Menggunakan Alat Pemadam 6-63

6.46 Pull the Pin 6-64

(12)

6.48 Squeeze the Handle 6-65

6.49 Sweep Side to Side 6-65

6.50 Merapikan Alat Pemadam 6-66

6.51 Mengembalikan MoPA 6-68

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1 Antropometri Masyarakat Indonesia 2-3

2.2 Antropometri telapak Tangan Masyarakat Indonesia 2-4

2.3 Perbedaan Motor Matic dan Motor Bebek 2-24

4.1 Peralatan dan Perlengkapan Pawang Geni 4-2

4.2 Peralatan dan Perlengkapan Fire Motor 4-7

4.3 Penjualan Sepeda Motor Bebek dan Matic bulan Januari-Oktober

2014 4-14

4.4 Dimensi-dimensi Sepeda Motor 4-16

4.5 Beban Tanggungan Sepeda Motor Menurut Load Index pada

Beban 4-17

4.6 Spesifikasi dan Harga Pompa 4-18

4.7 Alternatif Suction Hose 4-19

4.8 Alternatif Discharge Hose 4-19

4.9 Alternatif Coupling 4-20

4.10 Alternatif Nozzle 4-20

4.11 Spesifikasi dan Harga APAR 4-21

4.12 Spesifikasi dan Harga Kapak 4-22

4.13 Alternatif Ukuran Jerigen 4-23

4.14 Alternatif Fire Man Suit 4-23

4.15 Alternatif Fire Helmet 4-24

4.16 Alternatif Waterproof Head Light 4-25

4.17 Alternatif Megaphone danSirine 4-25

4.18 Alternatif By Pass Eductor 4-26

4.19 Berbagai Macam Ukuran Foam Concentrate 4-27

4.20 Data Antropometri 4-28

(14)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

5.2 Peralatan Pemadam Kebakaran 5-25

6.1 Concept ScoringContainer rangka besiPemadam Kebakaran 6-36

6.2 Perhitungan Torsi (τ) dari Semua Alternatif 6-43

6.3 Tabel Perbandingan Alat Pemadam Kebakaran 6-50

6.4 Concept Scoring Alat Pemadam Aktual dan Usulan 6-54

6.5 Kelebihan dan Kelemahan Perancangan Usulan 6-55

(15)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Lampiran Spesifikasi Motor Matic L1-1

2 Lampiran Spesifikasi Motor Bebek L2-1

3 Surat Keterangan Ahli L3-1

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kebakaran merupakan kejadian yang bisa terjadi dimana saja. Baik di

perkotaan, pedesaan, pemukinan penduduk, maupun industri. Dalam upaya

penanggulangan kebakaran, waktu dan kecepatan menjadi sangat penting. Sejalan

dengan waktu, bila mana belum dilakukan upaya pemadaman, api akan semakin

lama semakin besar. Tingkat kerugianpun, baik jiwa maupun materiil akan

semakin besar.

Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, maka semakin

besar resiko terjadinya kebakaran. Teknologi yang semakin tinggi, bukan berarti

resiko kecelakaan semakin rendah, bahkan sebaliknya semakin tinggi.

Sebagai contoh ialah penggantian minyak tanah menjadi gas LPG untuk

aktivitas memasak di rumah. Bila pada saat pemakaian kompor minyak tanah,

resiko yang terjadi bilamana sekonyong-konyong apinya padam hanyalah tidak

matangnya makanan yang dimasak. Akan tetapi, bila api tiba-tiba mati pada

pemakaian kompor gas ( yang mungkin diakibatkan karena sumbatan saluran dst

), resiko yang terjadi ialah gas LPG akan terus keluar. Hal ini sangat rentan terjadi

kebakaran.

Contoh lainnya ialah pemakaian listrik yang semakin hari semakin banyak.

Perubahan yang signifikan peralatan yang dulunya tidak memakai listrik berubah

menjadi memakai tenaga listrik, ditambah dengan meningkatkan peralatan listrik

untuk memenuhi kebutuhan manusia. Instalasi listrik yang tidak baik menjadi

sebab utama terjadinya kebakaran.

Menurut Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi

DKI Jakarta, terdapat 1260 kasus kebakaran di ibukota sepanjang tahun 2014

dengan total kerugian 1,3 triliun rupiah. Ini artinya rata-rata terjadi 3-4 kebakaran

tiap harinya. Tak dapat dibayangkan jumlah total kasus kebakaran serta kerugian

yg terjadi diseluruh Indonesia. Tentunya akan melampaui jauh dari jumlah

(17)

1-2

Universitas Kristen Maranatha

tersebut. Dewasa ini kasus kebakaran di Indonesia ditangani dengan mobil

pemadam kebakaran. Mobil pemadam kebakaran yang berukuran 2,5 meter x 7

meter dengan berat 44 ton ini tidak dapat sembarangan diparkirkan. Harus ada

landasan yang kokoh untuk bisa menopang mobil dan penyangganya. Sejarah

telah mencatat, ribuan kasus kebakaran di perkotaan tidak dapat ditangani karena

mobil pemadam yang tak dapat diparkirkan lebih dekat dari lokasi kebakaran.

Belum lagi bila lokasi kebakaran berada dipermukiman padat penduduk, yang

memiliki gang sempit sebagai satu-satunya akses. Tentunya mobil pemadam

kebakaran tak dapat menjangkau titik api. Dapat dibayangkan bagaimana

parahnya penanganan kebakaran di daerah tersebut. Selama ini, petugas pemadam

kebakaran mengandalkan selang yang hanya sepanjang 100 m untuk menjangkau

titik api.Yang menjadi fokus latar belakang penelitian ini ialah masih banyaknya

penduduk kota yang masih tinggal di permukiman padat. Yang mana bila terjadi

kebakaran, branwire atau mobil pemadam kebakaran tidak akan pernah bisa

sampai ke lokasi titik api. Jalan yang harus dilalui begitu sempit karena berupa

gang-gang yang panjang dan berkelok-kelok. Belum lagi bila dipertimbangkan

pertambahan volume kendaraan yang semakin tahun semakin meningkat, yang

mana mengakibatkan jalan macet. Hal ini akan mengakibatkan branwire atau

mobil pemadam kebakaran sulit menerebos jalan menuju loaksi kebakaran.

Dari pertimbangan inilah, peneliti ingin merancang ulang sepeda motor

yang dimodifikasi menjadi motor pemadam kebakaran. Kelincahan dan dimensi

motor yang kecil dibandingkan dengan mobil akan memudahkan motor tersebut

sampai ke lokasi kebakaran. Dimensi motor yang ramping akan memudahkan

motor tersebut memasuki gang-gang yang berkelok-kelok, yang tidak mungkin

dilalui mobil pemadam kebakaran.

Dengan cepatnya motor pemadam kebakaran sampai kepada lokasi,

tentunya akan semakin memperkecil kemungkinan api sudah membesar. Apalagi

bilamana setiap kelurahan atau kecamatan memiliki motor pemadam kebakaran

ini.

Memang pada kenyataannya, motor hanya bisa membawa peralatan yang

(18)

itu, motor tersebut akan dirancang untuk membawa peralatan pemadam yang

memang benar-benar diperlukan, untuk kejadian ”mula kebakaran”. Karena motor

pemadam kebakaran bisa cepat menuju lokasi kebakaran, maka api belum begitu

besar. Sehingga sanggup dipadamkan dengan peralatan yang lebih sederhana.

Untuk menghadapi hal ini, beberapa pejabat pemerintah ikut turun tangan.

Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta periode 2007-2012 mengusung FireMotor

dengan harga 260 juta rupiah. Dengan uang sebanyak itu, sebenarnya pemerintah

dapat membeli satu unit mobil toyota Innova. FireMotor ini dinilai sangat mahal,

mengingat alat pemadam kebakaran untuk pertolongan pertama perlu disediakan

dibanyak tempat, khususnya permukiman padat penduduk. Selain itu, FireMotor

ini menggunakan sepeda motor roda tiga, yang dinilai tidak cukup ramping untuk

melewati gang-gang yang sempit. Gubernur DKI Jakarta selanjutnya, Joko

Widodo juga memperkenalkan alat pemadam kebakaran portable, Pawang Geni

dengan harga 10,3 juta rupiah. Yang meskipun murah, namun tetap kurang cepat,

mengingat Pawang Geni diletakkan di atas gerobak. Kecepatan gerobak untuk

mencapai titik api hanyalah secepat manusia dapat mendorongnya. Oleh karena

itu dibutuhkan, alat pemadam kebakaran untuk pertolongan pertama yang cepat

sekaligus murah.

1.2.Identifikasi Masalah

Sesuai dengan gejala fenomena dan data yang telah diuraikan dalam latar

belakang masalah di atas, berikut ini akan diidentifikasikan permasalahan yang

muncul dari fenomena dan fakta tersebut yang jika tidak diselesaikan dan

dicarikan solusinya dapat mengganggu kehidupan manusia, baik secara langsung

maupun tidak langsung, yaitu sebagai berikut.

1) Belum adanya rancangan sepeda motor yang dapat menyediakan peralatan

kebakaran yang lengkap dan lebih baik dari dua produk aktual yaitu

Pawang Geni dan Fire Motor.

2) Belum adanya kendaraan pemadam kebakaran yang dapat masuk ke gang-

(19)

1-4

Universitas Kristen Maranatha

3) Belum adanya alat pemadam kebakaran dan fasilitasnya yang dapat

dipasang di hampir semua sepeda motor.

1.3.Batasan dan Asumsi

Karena adanya keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga maka peneliti

membatasi masalah pada penelitian ini, diantaranya.

1) Pengukuran data antropometri dalam proses perancangan dan pembuatan

additional emergency equipment berdasarkan data antropometri orang

Indonesia yang diambil dari buku “Ergonomi, Konsep Dasar dan

Aplikasinya” karangan Ir. Eko Nurmianto, M.Eng.Sc.

2) Pengertian dari panjang adalah dimensi yang pengukurannya dilakukan

secara horizontal dan sejajar dengan dada, sesuai dengan posisi

penggunaan produk.

3) Pengertian dari lebar adalah dimensi yang pengukurannya dilakukan

secara horizontal dan tegak lurus dengan dada, sesuai dengan posisi

penggunaan produk.

4) Pengertian dari tinggi adalah dimensi yang pengukurannya dilakukan

secara vertikal, sesuai dengan posisi penggunaan produk.

5) Perancangan produk hanya digunakan pada motor jenis bebek dan matic.

6) Gambar 3D hanya diberikan pada perancangan alternatif terpilih.

Sedangkan asumsi yang digunakan antara lain:

1) Data antropometri orang Indonesia yang telah disediakan dalam buku yang

berjudul “Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya” karangan Ir. Eko

Nurmianto, M.Eng.Sc., mewakili data antropometri yang dibutuhkan

dalam perancangan.

1.4. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dijabarkan di atas, berikut ini

akan dirumuskan pokok-pokok persoalan yang akan dianalisis dalam penelitian,

(20)

1) Bagaimana kelebihan dan kekurangan alat pemadam kebakaran selain

mobil pemadam kebakaran saat ini (Pawang Geni dan Fire Motor)?

2) Peralatan apa yang harus ada pada sarana penunjang penanggulangan

kebakaran menggunakan motor?

3) Bagaimana rancangan dari sarana penunjang penanggulangan kebakaran

menggunakan motor?

4) Bagaimana pemilihan bahan yang berkualitas untuk membuat sarana

penunjang penanggulangan kebakaran menggunakan motor?

5) Apakah perancangan usulan sudah lebih baik daripada produk aktual?

1.5. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok-pokok permasalahan yang telah dirumuskan dalam

rumusan masalah di atas, berikut ini akan dijabarkan garis-garis besar hasil pokok

yang ingin diperoleh setelah permasalahan dibahas yang dapat terkategori sebagai

luaran penelitian yaitu sebagai berikut:

1) Untuk menjabarkan kelebihan dan kekurangan alat pemadam kebakaran

selain mobil pemadam kebakaran(Pawang Geni dan Fire Motor).

2) Untuk mempelajari peralatan yang dibutuhkan untuk sarana penunjang

penanggulangan kebakaran menggunakan motor.

3) Untuk merancang dan membahasrancangan yang dapat dipasang di sepeda

motor, serta yang paling terhandalkan dan memiliki tingkat efektifitas

yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk sebelumnya.

4) Untuk mempelajari, menimbang, dan memilih bahan-bahan yang

berkualitas untuk sarana penunjang penanggulangan kebakaran

menggunakan motor.

5) Untuk membuktikan perancangan usulan lebih baik daripada produk

aktual.

1.6. Sistematika Penulisan

Laporan Penelitian ini disusun dalam tujuh bab yang mengikuti

(21)

1-6

Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, batasan dan asumsi, dan sistematika penelitian.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi dasar-dasar teori yang relevan dengan topik penelitian ini. Teori-

teori tersebut digunakan untuk memecahkan masalah yang diangkat dalam

penelitian ini.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tahap-tahap yang dilakukan peneliti mulai dari awal hingga akhir

penelitian. Tahapan tersebut disusun dalam bentuk flowchart dan dilengkapi

dengan keterangan.

BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini menyajikan data-data yang peneliti kumpulkan. Data tersebut didapatkan

melalui sumber-sumber ilmiah, dan internet. Bab ini juga menyajikan pengolahan

data yang dikumpulkan dari bab sebelumnya.

BAB 5 ANALISIS

Bab ini berisi analisis kelemahan dan kelebihan dari alat pemadam kebakaran

yang telah ada sebelumnya. Kemudian peneliti menganalisis setiap alternatif alat

pemadam kebakaran yang sebelumnya telah dikumpulkan, dan memilih satu

alternatif terbaik untuk perancangan.

BAB 6 PERANCANGAN

Bab ini berisiperancangan alat pemadam kebakaran pada kawasan padat

penduduk. Selanjutnya disajikan pula pembuktian usulan lebih baik dari pada

kondisi aktual berdasarkan tujuh dimensi kualitas produk.

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang dirangkum dari keseluruhan penelitian,

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Ergonomi

Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin, yaitu ergon yang berarti kerja

dan nomos yang berarti hukum alam(Manuaba, 2004). Jadi ergonomi adalah studi

tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara

anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan perancangan.

Penerapan faktor ergonomi lainnya yang tak kalah penting adalah untuk desain

dan evaluasi produk. Produk-produk ini haruslah dapat dengan mudah diterapkan

(dimengerti dan digunakan) pada sejumlah populasi masyarakat tertentu tanpa

mengakibatkan adanya bahaya/resiko dalam penggunaannya. (Nurmianto, 2004)

2.2.Antropometri

Perancangan harus dapat memberikan kepuasan bagi pengguna maupun

pemberi jasa produksi (Min-yangwang, 1999). Kepuasan yang dimaksudkan disini

adalah kenyamanan. Kesehatan yang ditinjau dari ilmu anatomi, fisiologi,

psikologi, kesehatan dan keselamatan kerja, serta manajemen. Untuk dapat

berhasil memberikan kepuasan, perancangan harus didasarkan pada dimensi tubuh

manusia baik secara statis maupun dinamis. Faktor-faktor utama yang

membedakan dimensi tubuh manusia antar suatu populasi adalah:(Nurmianto,

2004)

1. Keacakan data yang diambil

2. Jenis kelamin

Terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin pria

maupun wanita.

3. Suku bangsa

Setiap suku bangsa memiliki karakter dimensi yang berbeda, yang

tentunya akan membedakan dimensi tubuh manusia. Karena hal ini

dimensi tubuh orang Indonesia tidak dapat disamakan begitu saja

(23)

2-2

Universitas Kristen Maranatha

dengan dimensi orang bersuku bangsa lain. Sebagai contoh

dimensi tinggi badan pilot Amerika Serikat berbeda dengan pilot

Jepang dan Vietnam. Oleh karenanya diperlukan adanya

perancangan khusus untuk cockpit.

4. Usia

Usia jelas akan sangat membedakan dimensi tubuh manusia. Anak-

anak akan memiliki dimensi tubuh yang jauh lebih kecil dari pada

orang dewasa, namun mereka terus bertumbuh, hingga saatnya

dimensi tubuh mereka akan cenderung knstan dari waktu ke waktu.

Tak menutup kemungkinan mengalami menurunan karena

berkurangnya elastisitas tulang belakang.

5. Cacat tubuh secara fisik

Orang-orang yang memiliki cacat tubuh secara fisik memiliki

berbagai macam keterbatasan yang tidak dimiliki oleh orang

normal lainnya. Misalnya jarak jangkauan tangan maupun ruang

kaki (knee space).

Antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan

dengan karakteristik fisik tubuh manusia seperti ukuran, bentuk, dan kekuatan

serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. (Stevenson,

1989). Berikut tabel data antropometri masyarakat Indonesia yang didapatkan dari

(24)

Tabel 2.1

Antropometri Masyarakat Indonesia

Dimensi Tubuh Pria Wanita

5% X 95% SD 5% X 95% SD Tinggi Tubuh Posisi Berdiri Tegak 1532 1632 1732 61 1464 1563 1662 60 Tinggi Mata 1425 1520 1615 58 1350 1446 1542 58 Tinggi Bahu 1247 1338 1429 55 1184 1272 1361 54 Tinggi Siku 932 1003 1074 43 886 957 1028 43 Tinggi Genggaman Tangan

(Knuckle ) pada Posisi Relaks ke Bawah

655 718 782 39 646 708 771 38 Tinggi Badan pada Posisi Duduk 809 864 919 33 775 834 893 36 Tinggi Mata pada Posisi Duduk 694 749 804 33 666 721 776 33 Tinggi Bahu pada Posisi Duduk 523 572 621 30 501 550 599 30 Tinggi Siku pada Posisi Duduk 181 231 282 31 175 229 283 33 Tebal Paha 117 140 163 14 115 140 165 15 Jarak dari Pantat ke Lutut 500 545 590 27 488 537 586 30 Jarak dari Lipat Lutut (popliteal) ke

Pantat 405 450 495 27 488 537 586 30 Tinggi Lutut 448 496 544 29 428 472 516 27 Tinggi Lipat Lutut (popliteal) 361 403 445 26 337 382 428 28 Lebar Bahu (bideltoid) 382 424 466 26 342 385 428 26 Lebar Panggul 291 330 371 24 298 345 392 29 Tebal Dada 174 212 250 23 178 228 278 30 Tebal Perut (abdominal) 174 228 282 33 175 231 287 34 Jarak dari Siku ke Ujung Jari 405 439 473 21 374 409 287 34 Lebar Kepala 140 150 160 6 135 146 157 7 Panjang Tangan 161 176 191 9 153 168 183 9

Lebar Tangan 71 79 87 5 64 71 78 4

Jarak bentang dari Ujung Jari Tangan

Kanan ke Kiri 1520 1663 1806 87 1400 1523 1646 75 Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada

Posisi Tangan Vertikal ke Atas & Berdiri Tegak

1795 1923 2051 78 1713 1841 1969 79 Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada

Posisi Tangan Vertikal ke Atas & Duduk

1065 1169 1273 63 945 1030 1115 52 Jarak Genggaman Tangan (grip) ke

Punggung pada Posisi Tangan ke Depan (horisontal)

649 708 767 37 610 661 712 31 Sumber data: (Pheasant, 1986), (Suma'mur, 1989), (Nurmianto, Desain Stasiun Kerja Industri:

(25)

2-4

Universitas Kristen Maranatha

Tabel 2.2

Antropometri telapak Tangan Masyarakat Indonesia

Dimensi Pria Wanita

5% X 95% SD 5% X 95% SD

Panjang Tangan 163 176 189 8 155 168 181 8

Panjang Telapak Tangan 92 100 108 5 87 94 101 4

Panjang Ibu Jari 45 48 51 2 42 45 48 2

Panjang Jari Telunjuk 62 67 72 3 60 65 70 3

Panjang Jari Tengah 70 77 84 4 69 74 79 3

Panjang Jari Manis 62 67 72 3 59 64 69 3

Panjang Jari Kelingking 48 51 54 2 45 48 51 2

Lebar Ibu Jari (IPJ) 19 21 23 1 16 18 20 1

Tebal Ibu Jari (IPJ) 19 21 23 1 15 17 19 1

Lebar Jari Telunjuk (PIPJ) 18 20 22 1 15 17 19 1

Tebal Jari Telunjuk (PIPJ) 16 18 20 1 13 156 17 1

Lebar Telapak Tangan (Metacarpal) 74 81 88 4 68 73 78 3

Lebar Telapak Tangan (sampai Ibu

Jari) 88 98 108 6 82 89 96 4

Lebar Telapak Tangan (minimum) 68 75 82 4 64 59 74 3

Tebal Telapak Tangan (Metakarpal) 28 31 34 2 25 27 29 1

Tebal Telapak Tangan (sampai Ibu

Jari) 41 48 47 2 41 44 47 2

Diameter Genggam (Maksimum) 45 48 51 2 43 46 49 2

Lebar Maksimum (Ibu Jari ke Jari

Kelingking) 177 192 206 9 169 184 199 9

Lebar Fungsional Maksimum (Ibu

Jari ke Jari Lain) 122 132 142 6 113 123 134 6

Segi Empat Minimum yang dapat

dilewati Telapak Tangan 57 62 67 3 51 56 61 3

Sumber data: (Pheasant, 1986), (Suma'mur, 1989), (Nurmianto, Desain Stasiun Kerja Industri: Tinjauan Ergonomi dalam Industri, 1991)

• Pengukuran Dimensi Tubuh dengan posisi berdiri: (Verdisutanto, 2015) - Tinggi Siku Berdiri (TSB)

Subyek berdiri tegak dengan kedua tangan tergantung secara wajar.

Ukur jarak vertikal dari lantai ke titik pertemuan antara lengan atas

dengan lengan bawah.

- Panjang Lengan Bawah (PLB)

Subyek berdiri tegak, tangan di samping. Ukur jarak dari siku sampai

(26)

- Tinggi Mata Berdiri (TMB)

Subyek berdiri tegak dan mata memandang lurus ke depan. Ukur jarak

vertikal dari lantai sampai ujung mata bagian dalam (dekat pangkal

hidung).

- Tinggi Badan Tegak (TBT)

Subyek berdiri tegak dengan mata memandang lurus ke depan. Ukur

jarak vertikal telapak kaki sampai ujung kepala yang paling atas.

- Tinggi Bahu Berdiri (TBB)

Subyek berdiri tegak. Ukur jarak vertikal dari lantai sampai bahu yang

menonjol.

- Tebal Badan (TB)

Subyek berdiri tegak. Ukur jarak horisontal dari dada (bagian ulu hati)

sampai punggung.

- Panjang Lengan Bawah (PLB)

Subyek berdiri tegak dengan tangan disamping, ukur jarak dari siku

sampai pergelangan tangan.

- Jangkauan Tegak (JKT)

Subyek berdiri tegak dengan salah satu tangan ditegakkan ke atas

(vertikal), ukur tinggi dari lantai sampai dengan telapak tangan yang

terjangkau harus keatas (vertikal).

• Pengukuran Dimensi Tubuh dengan posisi duduk menyamping - Tinggi Duduk Tegak (TDT)

Subyek duduk tegak, mata melihat lurus ke depan, lutut membentuk

sudut siku-siku. Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai

ke ujung alas kepala.

- Tinggi Mata Duduk (TMD)

Subyek duduk tegak dan memandang lurus ke depan. Ukur jarak

vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung mata bagian dalam.

- Tinggi Bahu Duduk (TBD)

Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung tulang

(27)

2-6

Universitas Kristen Maranatha

- Lebar Bahu (LB)

Subyek duduk tegak dengan lengan atas merapat ke badan dan lengan

bawah direntangkan ke depan. Ukur jarak horisontal antara kedua

lengan atas.

- Tebal Badan (TB)

Subyek duduk tegak, ukur jarak horisontal dari dada (bagian ulu ati)

sampai dengan punggung.

- Tinggi Siku Duduk (TSD)

Subyek duduk tegak dengan lengan alas vertikal di sisi badan dan

lengan bawah membentuk sudut siku-siku dengan lengan atas.

- Tebal Paha (TP)

Subyek duduk tegak, ukur jarak dari permukaan alas duduk sampai ke

permukaan alas paha.

- Tinggi Popliteal (TPO)

Ukur jarak vertikal dari lantai sampai bagian bawah paha.

- Pantat Popliteal (PPO)

Subyek duduk tegak, paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut

siku-siku. Ukur jarak horisontal dari bagian terluar sampai lekukan

lutut bagian dalam (popliteal).

- Pantat ke Lutut (PKL)

Subyek duduk tegak, paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut

siku-siku. Ukur jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai

dengan lutut.

- Lebar Pinggul (LP)

Subyek duduk tegak, ukur jarak horizontal dari bagian terluar pinggul

sisi kiri sampai bagian terkuar pinggul sisi kanan.

- Lebar Perut (L.Perut)

Subyek duduk tegak, ukur jarak horizontal dari bagian terluar perut

(28)

- Lebar Sandaran (LS)

Jarak horisontal antara tulang belikat kanan yang menonjol dengan

tulang belikat kiri yang menonjol.

- Panjang Sandaran (PS)

Jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai pertengahan antara

tulang belikat kanan dan kiri.

- Jangkauan Tinggi Duduk (JTD)

Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti JKT

tetapi dalam posisi duduk.

• Pengukuran Dimensi Tubuh dengan posisi berdiri dan tangan lurus ke depan

- Jangkauan Tangan (JT)

Subyek berdiri tegak dengan betis, pantat, dan punggung merapat ke

dinding, tangan direntangkan horisontal ke depan. Ukur jarak

horisontal dari punggung sampai ujung jari tengah.

- Tinggi Kepalan Tangan Tegak (TKTT)

Tinggi kepalan tangan yang terlujur lepas dalam posisi berdiri tegak.

• Pengukuran Dimensi Tubuh dengan posisi berdiri dan kedua tangan direntangkan

- Retangan Tangan (RT)

Subyek berdiri tegak dan kedua tangan direntangkan horisontal ke

samping sejauh mungkin. Ukur jarak horisontal dari ujung jari

terpanjang tangan kiri sampai ujung jari terpanjang tangan kanan.

• Pengukuran Dimensi Tangan

- Panjang jari 1,2,3,4,5 (PJ) Jari-jari subjek merentang lurus dan sejajar.

Ukur masing-masing panjang jari dan masing-masing pangkal ruas jari

sampai ujung jari.

- Pangkal ke Tangan (PKT)Lengan bawah sampai telapak tangan subyek

lurus. Ukur dari pangkal pergelangan tangan sampai dengan pangkal

(29)

2-8

Universitas Kristen Maranatha

- Lebar Jari (LJ)Jari-jari subyek lurus dan merapat satu dengan yang

lainnya. Ukur dari sisi luar jari telunjuk sampai sisi luar jari

kelingking.

- Lebar Telapak Tangan sampai ibu jari (LT)Ukur dari sisi luar ibu jari

sampai dengan sisi luar jari kelingking. • Pengukuran Dimensi Kepala

- Panjang Kepala (PK)Ukur jarak horisontal dari dahi sampai bagian

terluar kepala bagian belakang dengan subyek menghadap lurus ke

depan.

- Lebar Kepala (LK)Ukur lebar horisontal antar pelipis dengan subyek

menghadap lurus ke depan.

- Dagu ke Puncak Kepala (DPK)Ukur jarak vertikal dari dagu bagian

bawah sampai puncak kepala atas (ubun-ubun).

- Telinga ke Puncak Kepala (TPK)Ukur jarak vertikal dari telinga

bagian tulang tragus ke puncak kepala.

- Antara Dua Telinga (AT) Ukur jarak horisontal antar telinga (helix)

2.3.Concept Selection dan ConceptScoring

Berdasarkan pendapat(Becker, B. E., Huselid, M. A., and Ulrich, D.,

2001), concept selection adalah proses mengevaluasi konsep sesuai dengan

kebutuhan konsumen dan kriteria lainnya, membandingkan kekuatan dan

kelemahan tiap konsep dan memilih satu konsep yang dapat dilanjutkan ke tahap

pengembangan.

Dalam concept scoring, peneliti harus menetapkan kriteria seleksi terlebih

dahulu. Kriteria seleksi adalah parameter yang akan dinilai dari masing-masing

konsep atau faktor-faktor yang akan dinilai untuk menentukan konsep mana yang

terbaik. Rating diberikan dengan cara prioritas, yaitu merangking konsep mana

yang terbaik untuk semua kriteria. Penentuan rating didapatkan dari survei

terhadap konsumen, atau berdasarkan penilaian yang dilakukan sendiri. Terdapat

dua cara untuk memberikan prioritas rating, prioritas maksimum dan prioritas

(30)

total nilai terbesar. Sedangkan pada prioritas minimum konsep yang terbaik

adalah konsep dengan total nilai terkecil.

2.4.mensi Kualitas Produk

Dalam pembuatan suatu produk, maka perlu diperhatikan performansi

efektivitas dan ergonominya. Oleh karena itu dalam penelitian ini menerapkan 8

dimensi produk, antara lain:

1) Kinerja (Performance), yaitu karakteristik operasi atau fungsi pokok dari

produk inti (core product) yang dibeli (Garvin, 1987). Variabel yang masuk

ke dimensi performance adalah:

- Kemampuan memompa air

- Kemampuan dischargehose untuk mencapai titik api

- Kemampuan suctionhose untuk mencapai sumber air

2) Fitur atau ciri-ciri tambahan (Feature), yaitu karakteristik sekunder atau

pelengkap (Garvin, 1987). Variabel yang masuk ke dimensi feature, adalah

sebagai berikut:

- Ketersediaan media pemadam berupa foam

- Ketersediaan media pemadam berupa APAR

- Kerampingan alat pemadam kebakaran

- Ketersediaan PPE

- Kemampuan membelok pada jalan kecil

- Ketersediaan alat penerang bagi pemadam kebakaran

- Berat alat pemadam

3) Penampilan dan keindahan (Aesthetics), yaitu daya tarik terhadap panca

indera dan tampilan dari produk yang berpengaruh terhadap keinginan

konsumen (Garvin, 1987).

4) Kesesuaian dengan spesifikasi (Conformance), yaitu sejauh mana

karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah

ditetapkan sebelumnya(Garvin, 1987). Variabel yang masuk ke dalam

dimensi conformance adalah:

(31)

2-10

Universitas Kristen Maranatha

- Kemudahan penggunaan alat pemadam kebakaran

5) Ketahanan (Realibility), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan

atau gagal pakai (Garvin, 1987). Variabel yang termasuk dimensi realibility

adalah:

- Ketahanan pompa saat digunakan terus-menerus

- Ketahanan selang pemadam terhadap kerusakan (sobek)

6) Daya tahan (Durability), yaitu berkaitan dengan berapa lama produk tersebut

dapat terus digunakan, dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur

ekonomis penggunaan produk (Garvin, 1987). Variabel yang termasuk dalam

durability adalah:

- Ketahanlamaan bahan bakar sebelum harus diisi ulang

7) Serviceability, yaitu berhubungan dengan layanan yang diberikan tidak

terbatas hanya sebelum penjualan saja tetapi juga selama proses penjualan

hingga purna jual yang mencakup layanan servis (reparasi) dan ketersediaan

komponen yang dibutuhkan(Garvin, 1987). Variabel yang termasuk ke dalam

dimensi service ability adalah:

- Ketersediaan garansi

- Ketersediaan jasa reparasi

8) Perceived quality, yaitu berhubungan dengan citra dan reputasi produk serta

tanggung jawab perusahaan (Garvin, 1987).Variabel yang termasuk ke dalam

dimensi perceived quality adalah:

- Kesesuaian harga dengan kualitas dan kelengkapan

2.5.Kebakaran

Kebakaran adalah suatu rekasi oksidasi eksotermis yang berlangsung

dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api. Adapun

tiga unsur penting dalam kebakaran antara lain:

1) Bahan bakar dalam jumlah yang cukup (bahan bakar dengan bahan padat,

cair, atau gas).

2) Zat pengoksidasi atau oksigen dalam jumlah yang cukup.

(32)

Hal-hal yang perlu diketahui untuk mencagah kebakaran adalah sebagai

berikut:

1) sifat-sifat dan bahan-bahan yang dapat terbakar dan meledak.

2) proses terjadinya kebakaran dan peledakan.

3) tata cara penanganan dalam upaya mengurangi kemungkinan terjadinya

bahaya kebakaran dan peledakan.

Dalam perkembangannya, kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi

beberapa bagian1. Klasifikasi ini bertujuan agar dapat dipilih dengan cepat media

pemadam yang tepat yang dipakai untuk memadamkan kebakaran. Berikut adalah

klasifikasi kebakaran:

1) Kelas A

Kebakaran jenis A adalah kebakaran yang bahan kebakarannya padat bukan

logam, seperti kayu, kertas, dan lain-lain.

2) Kelas B

Kebakaran kelas B adalah kebakaran yang bahan terbakarnya cair dan gas,

seperti: bensin, kerosene, LPG, LNG, dan lain-lain.

3) Kelas C

Kebakaran ini disebabkan oleh listrik bertegangan. Listrik bertegangan yang

dimaksud, misalnya: motor listrik.

4) Kelas D

Kebakaran kelas D disebabkan oleh terbakarnya logam kebakaran logam

seperti: Al, Mg, Mn, dan lain-lain.

5) Kelas E

Kebakaran kelas E merupakan jenis kebakaran yang tergolong baru

ditemukan. Kebakaran jenis ini adalah kebakaran yang disebabkan oleh

terbakarnya bahan-bahan radioaktif (belum diketahui secara spesifik).

6) Kelas K

Kebakaran kelas K juga termasuk jenis kebakaran yang tergolong baru

ditemukan. Kebakaran ini disebabkan oleh lemak, cairan kimia, dan CO2.

1

(33)

2-12

Universitas Kristen Maranatha

2.6.(Alat Pemadam Api Ringan)

Alat Pemadam Api Ringan atau yang lebih dikenal APAR adalah peralatan

ringan yang berisi tepung, cairan, atau gas yang disemprotkan bertekanan untuk

tujuan pemadam kebakaran. Dalam penggunaannya, ditemukan keterbatasan dari

APAR, yakni: kapasitas terbatas, jarak semprot terbatas, dan lama semprot

(duration) yang terbatas. Selain itu adapun keunggulan dari APAR adalah: APAR

disebarkan secara merata dan siap pakai dan kebakaran yang ditemukan masih

kecil dapat dipadamkan dengan APAR. APAR dapat dibedakan menjadi beberapa

jenis (Bakti, 2014):

1) APAR air

APAR jenis air biasanya untuk pemadaman kebakaran kelas A, yaitu

untuk benda padat selain logam, seperti kayu, kertas, kain atau karet. APAR

jenis air berfungsi untuk memutuskan sumber panas atau api.

2) APAR powder

Powder banyak digunakan di kantor-kantor atau fasilitas umum seperti

mall. APAR jenis powder berfungsi untuk memutuskan oksigen. Berdasarkan

kelas kebakaran, ada 3 tipe APAR jenis powder yaitu reguler, multi purpose

dan special dry powder. Semua jenis powder ini berhubungan erat dengan

lingkungan pekerjaan di kantor atau mall tersebut.

1. APAR Powder Reguler, tepung kimia yang efektif untuk memadamkan

kebakaran kelas B dan C. APAR powder reguler antara lain: sodium

bikarbonat, potasium bikarbonat, potasium karbonat, potasium klorida.

2. APAR Powder Multi Purpose, tepung kimia untuk memadamkan

kebakaran kelas A, B dan C. Powder multi purpose antara lain mono

amonium fosfat.

3. APAR Special Dry Powder, tepung kimia yg efektif utk pemadaman

kebakaran kelas D. Special dry powder adalah campuran kalium klorida,

magnesium klorida, natrium klorida dan kalsium klorida.

3) APAR busa

APAR jenis foam (busa) cocok untuk kebakaran kelas A dan B. APAR

(34)

pemadaman. Foam (busa) membentuk segel di sekitar bidang yang terbakar

dan mencegah pengapian ulang.

4) APAR halon

Hanya efektif untuk kebakaran klas B dan C, untuk kebakaran klas A

diperlukan kapasitas yang besar. Sekarang halon sudah tidak digunakan lagi

karena dapat merusakkan lapisan OZON. Untuk menggantikannya, terdapat

APAR jenis Energen, AF11, dan FM 200.

5) APAR CO2

APAR jenis CO2 sangat cocok untuk peralatan berlistrik dan api kelas B.

Kemudian kemampuan tingginya yang tidak merusak serta efektif dan bersih

yang sangat dikenal luas. CO2 memiliki sifat non-konduktif dan anti statis.

Karena gas ini tidak berbahaya untuk peralatan dan bahan yang halus, sangat

ideal untuk lingkungan kantor yang modern, dimana minyak, solvent dan lilin

sering digunakan.

Kinerja yang tidak merusak dan sangat efektif serta bersih sangatlah

penting. Kedua model memiliki corong yang tidak ber-penghantar dan anti

statis, cocok untuk situasi yang melibatkan cairan yang mudah terbakar dan

bahaya listrik.

Gas (yang dihasilkan) tidak (bersifat) merusak peralatan dan bahan yang

halus. Ideal untuk lingkungan kantor modern, dengan semua risiko

elektronik-nya, dan dimana minyak, bahan pelarut dan lilin sering digunakan.

Peringkat Api menyediakan cara untuk mengukur efektivitas dari suatu

alat pemadam dalam hal ukuran maksimum api yang bisa dipadamkan.Kelas

B ini terkait dengan kebakaran luas permukaan dengan angka rating untuk

jumlah cairan yang mudah terbakar dalam rasio air 1/3, 2/3 bahan bakar yang

dapat dpadamkan dalam 1 area melingkar.

APAR didesain untuk dapat dilakukan oleh satu orang. Beberapa metode yang

menjadi penduan penggunaan APAR, yakni:(Rosidi, 2011) ; (Yudiantyo)

1) Pull the pin

(35)

2-14

Universitas Kristen Maranatha

2) Aim at the base of the fire

Mengarahkan nozzle atau ujung hose yang kita pegang ke arah pusat api.

3) Squeeze the handle

Menekan handle atau pegangan untuk mengeluarkan/menyemprotkan isi

tabung.

4) Sweep side to side

Menyapukan atau mengerakan nozzle yang kita pegang ke arah kiri dan

kanan api seperti saat menyapu, agar media yang disemprotkan merata

mengenai api yang sedang terbakar.

2.7.mpa Air

Pompa adalah suatu alat yang berfungsi untuk memindahkan fluida seperti

air, gas, atau lumpur(Onny, 2015). Setiap sistem pompa selalu terdiri atas pompa,

pipa, dan valve. Namun juga dapat ditambahkan alat lain seperti strainer, pressure

gauge, flow meter, dan sensor temperatur. Berikut adalah istilah mengenai pompa:

1) Head

Adalah suatu besaran spesifik dari tekanan air di atas titik referensi tertentu

(datum) yang ditunjukkan berupa ketinggian permukaan air (dalam satuan

panjang) (Onny, 2015). Mungkin membingungkan apabila dalam

mempelajari pompa kita hanya fokus pada satu istilah ini, karena akan lebih

mudah apabila kita lihat pengertian dari istilah head yang lain.

2) Static SuctionHead

Adalah ketinggian vertikal dari liquid yang turun karena gravitasi menuju

(36)

3) Static DischargeHead

[image:36.612.135.512.101.570.2]

Sumber: (Onny, 2015) Gambar 2.1 Komponen Pompa Jenis 1

Adalah ketinggian vertikal dari titik pusat pompa ke titik tujuan yang

tertinggi (Onny, 2015).

4) Static Suction Lift

Adalah ketinggian vertikal dari permukaan air yang harus dipompa ke atas

(37)

2-16

Universitas Kristen Maranatha

[image:37.612.135.512.102.619.2]

Sumber: (Onny, 2015) Gambar 2.2 Komponen Pompa Jenis 2

5) Total Static Head

Adalah ketinggian vertikal total dari permukaan air inlet terhadap permukaan

air outlet pompa (Onny, 2015).

6) Net Positive SuctionHead

Pengertian sederhana dari Net Positive SuctionHead (NPSH) adalah besar

total dari suctionhead untuk mencegah timbulnya vapourasi di titik tekanan

terendah pada pompa (Onny, 2015).

7) Kavitasi

Fenomena kavitasi pada pompa erat hubungannya dengan NPSH. Kavitasi

adalah sebuah kondisi dimana terbentuknya rongga kosong (gelembung) pada

fluida yang dipompa di titik tekanan terendah pada pompa(Onny, 2015).

Kavitasi ini sangat dihindari terjadi pada pompa yang sedang beroperasi,

karena sifatnya yang dapat merusak komponen-komponen pompa.

2.8.Selang Pemadam (Firehose)

Selang pemadam adalah suatu selang yang digunakan untuk mengalirkan

(38)

ke arah kebakaran (Arso, 2014). Jenis-Jenis Fire Hose Berdasarkan fungsinya

selang pemadam dapat dibagi 2 yaitu:

1) Selang Isap (SuctionHose)

Selang isap adalah suatu selang yang digunakan mulai dari sumber air sampai

bagian isapan pompa, karena digunakan pada bagian isapan pompa maka

diperlukan selang yang mempunyai konstruksi yang kokoh, kuat dan lentur

(fleksibel) namun ringan (Arso, 2014).

2) Selang Tekan (DischargeHose)

Selang tekan adalah selang yang digunakan mulai dari discharge pompa

sampai ke ujung penyemprot (nozzle) (Arso, 2014). Adapun beberapa jenis

dari dischargehose, sebagai berikut:

1. Selang karet (rubber hose)

2. Selang rembes (percolated hose)

3. Selang tak rembes (non percolated hose)

2.9.enyambung Selang (Hose Fitting)

Penyambung selang atau yang lebih dikenal dengan sebutan hose fitting

adalah alat untuk menyambungkan antar selang atau dengan peralatan lain (Arso,

2014).Secara garis besar, hose fitting dibagi menjadi 3, yaitu:

1) Coupling

Coupling adalah alat yang digunakan untuk menyambungkan dua buah

selang yang mempunyai diameter yang sama. Coupling biasanya terbuat dari

logam campuran, antara kuningan, alumunium, dan magnesium. Adapun 3

jenis coupling, antara lain:

1. Machino Coupling

Machino Coupling merupakan alat konektor selang, yang terdiri dari dua

bagian yaitu:machino male yang biasa dipasang pada ujung selang (Fire Hose)

dan berfungsi sebagai konektor ke nozzle machine. Sedangkan machino

female, terpasang pada pangkal selang (fire hose), yang berfungsi sebagai

(39)

2-18

Universitas Kristen Maranatha

2. StorzCoupling

Fire hose storz coupling merupakan salah satu fire hosecoupling

(penghubung selang pemadam kebakaran) yang digunakan tim pemadam

kebakaran (fire brigade) di seluruh manca negara. Hosecoupling ini dibuat

dengan mengacu standar NFPA (National Fire Protection Assosiation) untuk

memenuhi permintaan pelanggan dalam peralatan pemadam kebakaran.

Firehose storz coupling selain digunakan untuk oleh fire brigade untuk

mengalirkan air dari sistem fire hydrant untuk memadam kebakaran tetapi

terkadang juga digunakan sebagai kopling selang industri.

Fire hose storz coupling memiliki 2 jenis coupling. Dua coupling ini

disebut male coupling (penghubung selang laki-laki) dan female coupling

(penghubung selang wanita), kedua coupling ini tidak bisa berjalan sendiri-

sendiri harus digunakan bersama-sama untuk menyambungkan fire hose. Cara

menggunakan fire hose storz coupling ini kedua coupling pada female coupling

dan male coupling ditekan dimasukkan ke dalam slot pada masing-masing

coupling.

Kemudian keduanya diputar dalam arah yang berlawanan sampai

keduanya terkait atau terkunci rapat, sehingga hal ini menciptakan koneksi air.

Untuk melepaskan fire hose storz coupling, kait dilepaskan dan konektor

diputar kearah berlawanan dari kopling, dan kemudian di lepas ketika kait dan

slot selaras.

3. Vander HeydCoupling

Coupling vander heyd ini terbuat dari bahan kuningan seluruhnya,

digunakan pada selang pemadam kebakaran yang nantinya digunakan sebagai

alat pemadam kebakaran.

Coupling jenis ini pun terdiri dari beberapa ukuran seperti 1,5″ dan 2,5″

yang banyak digunakan oleh instansi pemerintah atau oleh dinas pemadam

kebakaran di Indonesia.

2) Adaptor

Adaptor merupakan alat yang digunakan untuk menyambung antara dua

(40)

suatu adaptor didasarkan pada tata letak coupling dan bahwa selang pemadam

selalu digelar mulai dari sumber air ke arah api.

3) Cabang (Breeching)

Pada sistim operasi pemadaman alat ini berfungsi untuk membuat

percabangan baik pada isapan pompa maupun discharge pompa. Ditinjau dari

kegunaannya cabang dibagi 2 yaitu:

1.Cabang pembagi (Deviding Breeching)

2.Cabang pengumpul (Collecting Breeching)

2.10. Penyemprot (Nozzle)

Alat ini digunakan untuk mempercepat aliran air yang keluar dari ujung

selang serta untuk membentuk pancaran aliran air. Berdasarkan kapasitas

alirannya maka nozzle dibagi 2 yaitu (Arso, 2014):

1) Hand Line Nozzle

Nozzle ini mempunyai kapasitas aliran maksimal 250 GPM. Hand line

nozzle terdiri dari:solid stream, spraynozzle, adjustable nozzle,

combination nozzle, danfoam master.

2) Monitor Nozzle

Monitor nozzle berkapasitas aliran besar yaitu diatas 250 GPM. Monitor

nozzle terdiri dari:portable monitor, trailer monitor, dan fixed monitor.

2.11. By Pass Eductor

Foam Eductor dapat beroperasi menggunakan prinsip venturi. Inleteductor

memiliki diameter yang lebih besar dibandingkan dengan diameter yang ada di

pusat venturi. Hasilnya adalah bahwa semua air yang masuk ke eductor akan

dipaksa melalui venturi yang diameter pusatnya kecil. Agar hal ini dapat terjadi,

kecepatan air harus ditingkatkan saat masuk ke pipa diameter kecil. Peningkatan

kecepatan mengurangi tekanan di daerah venturi, yang memungkinkan konsentrat

busa untuk memasuki aliran air pada tekanan atmosfer. Prinsip yang digunakan

(41)

2-20

Universitas Kristen Maranatha Eductor harus digunakan dalam penempatan yang tepat. Eductor memiliki

berbagai ragam ukuran, mulai dari 60 gpm hingga 250 gpm. Mereka juga dapat

ditempatkan di antara dua bagian selang di garis debit. Pergerakan eductor bawah

garis selang mungkin diperlukan jika garis panjang dipompakan, karena ada

pembatasan banyaknya selang pada eductor. Pembatasan ini berkisar 150-300

kaki tergantung pada eductor tersebut. Eductor juga perlu pindah dari debit jika

pipa pembuangan menghasilkan turbulensi saat memasuki eductor tersebut.

Turbulensi tersebut dapat mengganggu pengoperasian venturi.

Tekanan by pass eductor biasanya berkisar 200-psi. Hal ini akan

menyebabkan hilangnya gesekan yang tinggi, sekitar 30 persen, melalui daerah

venturi kecil. Tabung pick-up dapat ditempatkan dalam ember busa atau melekat

pasokan tangki busa.

Untuk operasi Kelas B, pasokan besar konsentrat akan dibutuhkan karena

persentase yang tinggi. Persentase ini dapat disesuaikan dengan 0,5, 1,0, 3,0 atau

6,0 persen; beberapa model memiliki pengaturan 0,25 persen. Setiap pengaturan

hanya ukuran lubang tertentu yang memungkinkan jumlah yang benar

berkonsentrasi untuk memasuki aliran air.

Mengenai arus foameductor, arus tersebut harus dijaga konstan pada nilai

(galon/menit). Fakta ini yang membuat sebagai penggunaan eductor bermasalah.

Untuk Kelas A pemadam kebakaran busa di mana garis yang terus-menerus

dibuka dan ditutup. Eductors bekerja jauh lebih baik dalam operasi Kelas B di

mana busa sedang mengalir terus-menerus pada kebakaran atau tumpahan untuk

jangka waktu yang lama.

By pass eductor harus dioperasikan dengan harga yang lebih murah

terhadap parameter yang benar dan operasi secara efektif. Misalnya, aliran melalui

eductor harus sesuai rating. Variasi drastis dan/atau aliran yang salah akan

mempengaruhi penurunan tekanan melalui venturi. Eductor juga harus

disesuaikan dengan nozzle yang telah diatur dengan benar, dan debit aliran harus

konstan. Ada beberapa faktor lain yang akan mengganggu pengoperasian eductor

ini. Faktor-faktornya antara lain: meningkatnya nozzle sebanyak 10 kaki, sehingga

(42)

sehingga dapat meningkatkan gesekan. Faktor-faktor lainnya, seperti kesalahan

yang terjadi pada nozzle akibat buka full atau sebagian (Khasanah, 2015).

2.12. Kapak Pemadam Kebakaran

Kapak pemadam kebakaran terkadang diabaikan atau terlupakan bahkan

kadang kala penyedian peralatan itu terkesan sembarangan (Triviteknik, 2012).

Kapak pemadam kebakaran terbuat dari baja murni, kuningan dan tembaga tempa

sehingga sangat kuat digunakan untuk mendobrak pintu atau mengungkit, terdiri

dari dua mata kapak yaitu pipih sebagai pemotong dan lancip sebagai pengungkit.

Handel terbuat dari kayu, fiberglass yang cukup kuat sehingga nyaman saat di

pegang dan digunakan.Ukuran pegangan panjang bervariasi, antara 25 cm-90 cm.

[image:42.612.134.509.188.561.2]

Sumber: (Triviteknik, 2012) Gambar 2.3

Kapak Pemadam Kebakaran

2.13. Pakaian Pelindung Pemadam (Fire Man Suit)

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 24 TAHUN

2005 tentang Pemberlakuan SNI 03-7067-2005 Mengenai Teknis Fasilitas PKP-

PK Pakaian pelindung keselamatan kerja personil PKP-PK terdiri dari helm

dengan pelindung kaca depan, baju pelindung yang berupa jaket dan celana atau

kombinasi keduanya, masker, sepatu bot dan sarung tangan.

1) Helm harus memenuhi syarat-syarat:

- Tahan benturan.

- Tidak tembus air.

- Tidak menghantar listrik.

(43)

2-22

Universitas Kristen Maranatha - Kaca pelindung depan movable tahan terhadap guresan, benturan,

panas radiasi dan sudut pandang lebar.

- Helm mampu melindungi bagian leher.

- Tidak diisolasi rapat sehingga dapat meneruskan suara.

2) Baju pelindung dibedakan menjadi 2 jenis yaitu baju tahan panas hanya

untuk mendekat pada daerah api dan baju tahan api untuk masuk ke daerah

api.

3) Baju tahan panas untuk mendekati pada daerah api harus memenuhi

syarat:

- Tidak tembus panas, tahan terhadap panas radiasi, tahan terhadap

perubahan cuaca dan tidak tembus air.

- Mudah dipakai dengan cepat.

- Mudah dibersihkan tanpa mengurangi kualitas ketahanan.

4) Baju tahan api untuk masuk ke daerah api harus memenuhi syarat-syarat:

- Tahan terhadap nyala api.

- Tahan radiasi panas 3 W/cm2 untuk selama 2 menit.

- Tahan radiasi panas 8 W/cm2 untuk selama 1 menit.

- Tahan benturan, Tahan air, Tidak menghantar listrik.

5) Sepatu bot harus memenuhi syarat-syarat:

- Terbuat dari bahan tahan panas.

- Lentur, anti slip.

- Tahan terhadap oli, bahan bakar pesawat, asam.

6) Sarung tangan harus memenuhi syarat-syarat:

(44)

Sumber: (Protec, 2015) Gambar 2.4 Fire Man Suit

2.14. Sepeda Motor

Sepeda motor adalah kendaraan beroda duayang digerakkan oleh sebuah

mesin(L. de Rome, 2011). Letak kedua roda sebaris lurus dan pada kecepatan

tinggi sepeda motor tetap stabil disebabkan oleh gaya giroskopik. Sedangkan pada

kecepatan rendah, kestabilan atau keseimbangan sepeda motor bergantung kepada

pengaturan setang oleh pengendara. Penggunaan sepeda motor di Indonesia sangat

populer karena harganya yang relatif murah, terjangkau untuk sebagian besar

kalangan dan penggunaan bahan bakarnya serta serta biaya operasionalnya cukup

(45)

2-24

Universitas Kristen Maranatha

Secara umum sepeda motor dapat dibedakan menjadi 2, yakni:

1) Motor matic

2) Motor bebek

[image:45.612.136.501.173.560.2]

(Spesifikasi motor matic dan motor bebek terlampir dalam lampiran).

Tabel 2.3

Perbedaan Motor Matic dan Motor Bebek

Aspek Motor Bebek Motor matik

Bodi Standar Lebih ringan

Tangki bensin Di bawah jok Di bawah jok

Harga Rp12-17 juta Rp13-30 juta ke atas

Transmisi Manual Otomatis

Kopling manual Ada Tidak ada

Rem mesin Ada Tidak ada

Konsumsi BBM Lebih hemat Lebih boros

Biaya perawatan Lebih murah Lebih mahal

2.15. K3

K3 merupakan salah satu upaya menjamin kualitas barang dan jasa serta

dapat memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat

sekitarnya dari bahaya penyakit dan kecelakaan akibat kerja (Atmanto, 2011).

Perlindungan terhadap tenaga kerja dari ancaman kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja merupakan hak asasi pekerja yang wajib dipenuhi oleh perusahaan

yang mempekerjakan (DepKes, 2005).

Tujuan dilaksanakannya K3 dalam sebuah perusahaan adalah: (Hardono, Setyo,

Nazib Faisal, dan Rulli Ranastra Irawan, 2009);(Sedarmayanti, 2011)

• Untuk menjaminkesejahteraan dan kesehatan para karyawan sehingga dalam bekerja karyawan terhindar daribahaya penyakit akibat kerja yang

mungkin timbul ketika seorang bekerja.

• Memberikan jaminankeselamatan kepada karyawan sehingga terhindar dari bahaya kecelakaan yang mungkin terjadidan memberikan

(46)

adanyahasil pembuangan limbah serta bahaya kimia yang dihasilkan suatu

perusahaan dalam prosesindustri. Dengan adanya K3 ini, diharapkan akan

tercipta suasana kerja yang nyaman dan amansehingga kesejahteraan dan

produktivitas meningkat.

2.15.1.PPE (Personal Protective Equipment)

PPE adalah peralatan yang harus digunakan seorang pada saat

melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kebutuhan sehingga terhindar dari bahaya

kecelakaan yang dapat membahayakan karyawan. Penggunaan PPE ini merupakan

salah satu cara untuk menghindari dari bahaya kecelakaan. Ada beberapa macam

APD yang digunakan seorang karyawan pada saat bekerja(Kusuma, 2010;

Rijanto, 2010):

• Helm, berfungsi untuk melindungi kepala dari bahaya seperti kejatuhan benda-benda, terbentur benda keras yang dapat membahayakan kepala

seorang karyawan pada saat bekerja.

Safety shoes, berfungsi untuk melindungi kaki dari bahaya seperti tertimpa benda-benda berat, terinjak benda-benda tajam, tertumpah bahan-bahan

kimia yang dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan.

• Sarung tangan, berfungsi untuk melindungi tangan dari bahaya pada saat bekerja sehingga terhindar dari cedera tangan seperti teriris, tergores

ataupun terkena bahan-bahan kimia.

• Kacamata pengaman, berfungsi untuk melindungi mata dari bahaya yang dapat mengganggu mata seperti masuknya debu, radiasi, percikan bahan

kimia yang dapat berakibat fatal seperti kebutaan.

• Penutup telinga, berfungsi untuk melindungi telinga dari bahaya seperti kebisingan pada saat bekerja.

• Masker, berfungsi untuk menyaring udara yang akan dihirup karyawan pada saat bekerja sehingga tidak membahayakan pernapasan.

(47)

2-26

Universitas Kristen Maranatha

2.16. Perancangan Produk

Produk adalah sebuah “artefak” -- sesuatu yang merupakan kreativitas

budi-daya manusia (man-made object) yang dapat dilihat, didengar, dirasakan

serta diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan fungsional tertentu -- yang

dihasilkan melalui sebuah proses panjang( Ulrich, Karl T. and Eppinger, Steven

D., 2000). Produk ini bisa berupa benda fisik maupun non-fisik (jasa), bisa dalam

bentuk yang kompleks seperti mesin maupun fasilitas kerja yang lain, dan bisa

pula merupakan barang-barang konsumtif sederhana untuk keperluan sehari-hari.

Untuk bisa menghasilkan produk -- khususnya produk industri -- yang memiliki

nilai komersial tinggi, maka diperlukan serangkaian kegiatan berupa perencanaan,

perancangan dan pengembangan produk yaitu mulai dari tahap menggali ide atau

gagasan tentang fungsi-fungsi yang dibutuhkan; dilanjutkan dengan tahapan

pengembangan konsep, perancangan sistem dan detail, pembuatan prototipe,

evaluasi dan pengujian (baik uji kelayakan teknis maupun kelayakan komersial),

dan berakhir dengan tahap pendistribusiannya ( Ulrich, Karl T. and Eppinger,

Steven D., 2000). Didalam proses perancangan maupun pengembangannya,

pengertian tentang produk tidaklah bisa dipandang hanya dari karakteristik fisik,

<

Gambar

Gambar 2.1 Komponen Pompa Jenis 1
Gambar 2.2 Komponen Pompa Jenis 2
Gambar 2.3 Kapak Pemadam Kebakaran
Tabel 2.3 Perbedaan Motor Matic dan Motor Bebek
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk perancangan ukuran sepeda motor yang ergonomis hampir semuanya menggunakan P5, hal ini disebabkan sepeda motor yang dirancang yaitu jenis bebek yang bila ditinjau dari

Maka dari itu, dirancang suatu peralatan instrumentasi berupa alat pendeteksi kadar gas buang sepeda motor menggunakan sensor MQ-7 berbasis arduino uno. Sensor

Maka dari itu, dirancang suatu peralatan instrumentasi berupa alat pendeteksi kadar gas buang sepeda motor menggunakan sensor MQ-7 berbasis arduino uno.. Sensor

Pada penelitian tugas akhir ini, penulis membuat sebuah aplikasi pencarian rute untuk mobil pemadam kebakaran berbasis android dengan menggunakan algoritma Floyd-Warshall..