PERANCANGAN FASILITAS PERLENGKAPAN
KHUSUS SEPEDA MOTOR PEMADAM KEBAKARAN
LAPORAN PENELITIAN
KETUA :
WAWAN YUDIANTYO, ST., MT. ( 230205 )
ANGGOTA/TEKNISI :
ELFRIDA ANASTASIA WIJAYA ( 1223043 )
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI – FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
iii ABSTRAK
Bencana kebakaran dapat terjadi dimana saja dalam lingkungan kehidupan manusia. Dampak dari bencana kebakaran sangatlah besar, apalagi kebakaran tersebut terjadi dalam lingkungan pemukiman penduduk yang padat, yang mana banyak dijumpai di kota-kota besar. Akses pemadam kebakaran menuju ke tempat kebakaran seringkali terhambat dan terlambat. Kepadatan arus lalulintas dan lokasi kebakaran yang terlalu dalam masuk ke permukinan padat sering kali menjadi sebab utama kebakaran sulit dipadamkan. Gang-gang di dalam pemukiman padat tidak dapat dilalui oleh mobil pemadam kebakaran yang disediakan oleh pemerintah.
Salah satu solusi untuk masalah di atas ialah menciptakan suatu perlengkapan pemadam kebakaran yang memadai, yang bisa diangkut dengan sepeda motor. Dimana, sepeda motor dapat lebih leluasa melalui jalur padat lalulintas, juga lebih leluasa untuk masuk dalam gang-gang sempit di pemukiman padat. Sehingga bila terjadi kebakaran moda motor pemadam kebakaran ini dapat lebih cepat menuju tempat kebakaran.
Ada dua jenis pemadam kebakaran yang telah dirancang selain pemadam kebakaran yang umum dipunyai kota. Yang pertama bernama
Pawang Geni, yang dibuat oleh mantan walikota Solo, Bapak Jokowi Widodo. Yang kedua bernama Fire-motor, yang dibuat oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Bapak Fauji Wibowo. Pawanggeni dioperasikan secara manual, artinya di dorong oleh orang untuk menuju ke tempat kebakaran dan penyemprotan air dilakukan secara manual juga. Hal ini tentunya terlalu berat dirasakan oleh orang yang mendorongnya, mengingat yang didorong ialah sebuah gerobak yang berisi tangki air. Untuk rancangan Fire-motor, dioperasikan di atas sebuah sepeda motor, tapi dimensinya masih terlalu besar untuk masuk ke gang-gang sempit. Selain itu, perlengkapan yang menyatu dengan sepeda motor akan mengakibatkan sepeda motor pengangkut harus ikut dirawat. Dan sepeda motornya rusak, maka firemotor ini tidak bisa berfungsi.
Pada penelitian ini, dirancang sebuah fasilitas untuk penyimpanan perlengkapan pemadaman kebakaran yang dapat dibawa oleh sebuah sepeda motor. Perlengkapan ini dapat ditempatkan di motor apa saja, bisa dilepas dan dipasang secara manual dan mudah. Tentunya tidak sulit mencari motor yang dapat dipakai untuk membawa perlengkapan ini. Hampir tiap rumah memiliki motor. Karena yang dirancang ialah fasilitas perlengkapan pemadam kebakaran saja, maka harganyapun relative lebih murah.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ...x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1-1
1.1. Latar Belakang ... 1-1
1.2. Identifikasi Masalah ... 1-3
1.3. Batasan dan Asumsi ... 1-4
1.4. Perumusan Masalah ... 1-4
1.5. Tujuan Penelitian ... 1-5
1.6. Sistematika Penulisan ... 1-5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 2-1
2.1. Ergonomi ... 2-1
2.2. Antropometri ... 2-1
2.3. Concept Selection dan ConceptScoring ... 2-8
2.4. Dimensi Kualitas Produk ... 2-9
2.5. Kebakaran ... 2-10
2.6. APAR (Alat Pemadam Api Ringan) ... 2-12
2.7. Pompa Air ... 2-14
2.9. Penyambung Selang (Hose Fitting) ... 2-17
2.10. Penyemprot (Nozzle) ... 2-19
2.11. By Pass Eductor ... 2-19
2.12. Kapak Pemadam Kebakaran ... 2-21
2.13. Pakaian Pelindung Pemadam (Fire Man Suit) ... 2-21
2.14. Sepeda Motor ... 2-23
2.15. K3 ... 2-24
2.15.1.PPE (Personal Protective Equipment) ... 2-25
2.16. Perancangan Produk ... 2-26
2.17. Persentil ... 2-28
2.18. Momen Gaya ... 2-28
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 3-1
3.1. Flowchart Penelitian ... 3-1
3.2. Keterangan Flowchart Penelitian ... 3-3
BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... 4-1
4.1. Sejarah Perusahaan ... 4-1
4.2. Pawang Geni ... 4-1
4.3. Fire Motor ... 4-7
4.4. Sepeda Motor ... 4-14
4.5. Pompa ... 4-18
4.6. Suction Hose ... 4-18
4.7. Discharge Hose ... 4-19
4.8. Coupling ... 4-20
4.10. APAR ... 4-21
4.11. Kapak Pemadam Kebakaran ... 4-22
4.12. Jerigen dan Solar ... 4-22
4.13. Fire Man Suit ... 4-23
4.14. Fire Helmet ... 4-23
4.15. Waterproof Head Light ... 4-24
4.16. Megaphone dan Sirine ... 4-25
4.17. By Pass Eductor ... 4-26
4.18. Foam Concentrate ... 4-26
4.19. Data Antropometri ... 4-28
BAB 5 ANALISIS ... 5-1
5.1. Kelebihan dan Keterbatasan Pawang Geni ... 5-1
5.1.1.Harga ... 5-1
5.1.2.Cara Pengoperasian ... 5-2
5.1.3.Mobilitas ... 5-3
5.1.4.Daya Semprot ... 5-4
5.1.5.Media Pemadaman Api ... 5-4
5.1.6.Pelatihan dan Perawatan ... 5-5
5.1.7.Masalah-masalah yang Muncul ... 5-5
5.2. Kelebihan dan Keterbatasan Fire Motor ... 5-6
5.2.1.Harga ... 5-6
5.2.2.Cara Pengoperasian ... 5-9
5.2.3.Mobilitas ... 5-10
5.2.5.Media Pemadaman Api ... 5-11
5.2.6.Pelatihan dan Perawatan ... 5-12
5.2.7.Masalah-masalah yang Muncul ... 5-12
5.3. Perbandingan antara Pawang Geni dan Fire Motor ... 5-13
5.4. Peralatan Pemadam Kebakaran yang Lebih Baik ... 5-18
5.4.1.Pompa ... 5-18
5.4.2.Suction Hose ... 5-19
5.4.3.Discharge Hose ... 5-19
5.4.4.Coupling ... 5-19
5.4.5.Nozzle ... 5-20
5.4.6.APAR ... 5-20
5.4.7.Kapak Pemadam Kebakaran ... 5-20
5.4.8.Jerigen dan Solar ... 5-20
5.4.9.Fire Man Suit ... 5-21
5.4.10.Fire Helmet ... 5-22
5.4.11.Waterproof Head Light ... 5-22
5.4.12.Megaphone dan Sirine ... 5-23
5.4.13.By Pass Eductor ... 5-23
5.4.14.Foam Concentrate ... 5-24
5.5. Pemilihan Peralatan Pemadam Kebakaran ... 5-24
BAB 6 PERANCANGAN ... 6-1
6.1. Data Antropometri Produk Usulan ... 6-1
6.2. Alternatif Perancagan Container Rangka Besi ... 6-2
6.2.2.Alternatif 2 ... 6-8
6.2.3.Alternatif 3 ... 6-12
6.2.4.Alternatif 4 ... 6-16
6.2.5.Alternatif 5 ... 6-20
6.2.6.Alternatif 6 ... 6-24
6.2.7.Alternatif 7 ... 6-28
6.2.8.Alternatif 8 ... 6-32
6.3. Concept ScoringContainer rangka besi Pemadam Kebakaran ... 6-35
6.3.1.Kerampingan ... 6-37
6.3.2.Waktu Persiapan Alat Pemadam Kebakaran ... 6-37
6.3.3.Kepraktisan Mengambil Alat Pemadam Kebakaran ... 6-38
6.3.4.Keseimbangan Beban ... 6-39
6.3.5.Keefesienan Penggunaan Foam Concentrate ... 6-44
6.3.6.Kemudahan Penggunaan Uliran Samping ... 6-44
6.3.7.Kekuatan dari Perancangan ... 6-45
6.4. Perancangan Container Rangka Besi Pemadam Kebakaran ... 6-46
6.5. Stand Penyangga Container rangka besi Pemadam Kebakaran ... 6-47
6.6. Perbandingan Alat Pemadam Kebakaran Usulan dan Aktual ... 6-50
6.7. Standard Operational Procedure (SOP) ... 6-55
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 7-1
7.1. Kesimpulan ... 7-1
7.2. Saran ... 7-3
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1 Komponen Pompa Jenis 1 2-15
2.2 Komponen Pompa Jenis 2 2-16
2.3 Kapak Pemadam Kebakaran 2-21
2.4 Fire Man Suit 2-23
4.1 Gerobak Pawang Geni 4-2
4.2 Drum Air 200 Liter 4-3
4.3 Pompa Tekan Manual 4-3
4.4 Selang 10 Meter dan Nozzle 4-4
4.5 Pawang Geni 4-5
4.6 Pengoperasian Pawang Geni 4-5
4.7 Gambar Teknik Pawang Geni 4-6
4.8 Sepeda Motor Roda Tiga Viar 4-8
4.9 Pompa Tohatsu VC82ASE 4-8
4.10 Hose Reel 4-9
4.11 Selang Penghisap 4-9
4.12 Nozzle 2,5 Inci Jenis Jet 4-9
4.13 Foam Induktor 4-10
4.14 Fauzi Bowo Mengendarai Fire Motor 4-12
4.15 Fire Motor Tampak Samping 4-12
4.16 Gambar Teknik Fire Motor 4-13
4.17 Grafik Penjualan Motor Bebek dan Matic bulan Januari-Oktober
2014 4-14
4.18 Sepeda Motor dan Keterangan Dimensinya 4-15
4.19 Jok Sepeda Motor dan Keterangan Dimensinya 4-15
4.20 APAR 4-21
4.21 Foam Concentrate 4-27
5.2 Pompa KASA 5-18
5.3 Suction Hose Voko 5-19
5.4 Discharge Hose Ovesu 5-19
5.5 Kapak Kuningan 5-20
5.6 Jerigen 5 Liter 5-21
5.7 Fire Man Suit U-Protec 5-22
5.8 Fire Helmet Glodok Safety 5-22
5.9 Head Light OEM 5-23
5.10 Megaphone dan Sirine Merek Toa 5-23
5.11 By Pass Eductor Minshan 5-24
5.12 Foam Concentrate 5-24
6.1 Gambaran Kasar Perancangan Usulan Dua Dimensi 6-1
6.2 Gambaran Kasar Perancangan Usulan Tiga Dimensi 6-2
6.3 Rancangan Kaki Lebar 6-3
6.4 Layout Alternatif 1 6-4
6.5 Bagian-bagian dari Perancangan Usulan Alternatif 1 6-5
6.6 Cara Membuka Bagian 1 dan 2 pada Alternatif 1 6-6
6.7 Layout Alternatif 2 6-8
6.8 Bagian-bagian dari Perancangan Usulan Alternatif 2 6-9
6.9 Cara Membuka Bagian 1 dan 2 pada Alternatif 2 6-10
6.10 Layout Alternatif 3 6-12
6.11 Bagian-bagian dari Perancangan Usulan Alternatif 3 6-13
6.12 Cara Membuka Bagian 1, 2, dan 3 pada Alternatif 3 6-14
6.13 Layout Alternatif 4 6-16
6.14 Bagian-bagian dari Perancangan Usulan Alternatif 4 6-17
6.15 Cara Membuka Bagian 1 dan 2 pada Alternatif 4 6-18
6.16 Layout Alternatif 5 6-20
6.17 Bagian-bagian dari Perancangan Usulan Alternatif 5 6-21
6.18 Cara Membuka Bagian 1, 2, dan 3 pada Alternatif 5 6-22
6.20 Bagian-bagian dari Perancangan Usulan Alternatif 6 6-25
6.21 Cara Membuka Bagian 1, 2, dan 3 pada Alternatif 6 6-26
6.22 Layout Alternatif 7 6-28
6.23 Bagian-bagian dari Perancangan Usulan Alternatif 7 6-29
6.24 Cara Membuka Bagian 1 dan 2 pada Alternatif 7 6-30
6.25 Layout Alternatif 8 6-32
6.26 Bagian-bagian dari Perancangan Usulan Alternatif 8 6-33
6.27 Cara Membuka Bagian 1 dan 2 pada Alternatif 7 6-34
6.28 Lengan-lengan Gaya Alternatif 1 6-39
6.29 Lengan-lengan Gaya Alternatif 2 6-40
6.30 Lengan-lengan Gaya Alternatif 3 6-40
6.31 Lengan-lengan Gaya Alternatif 4 6-41
6.32 Lengan-lengan Gaya Alternatif 5 6-41
6.33 Lengan-lengan Gaya Alternatif 6 6-42
6.34 Lengan-lengan Gaya Alternatif 7 6-42
6.35 Lengan-lengan Gaya Alternatif 8 6-43
6.36 Tiga Dimensi Perancangan Usulan 6-46
6.37 Tiga Dimensi Container Rangka Besi Lengkap dengan
Penutup 6-47
6.38 Stand Penyangga Container Rangka Besi 6-48
6.39 Dongkrak Ulir Krisbow 6-49
6.40 Bapak Agung Membandingkan Perancangan Usulan dengan
Pawang Geni dan Fire Motor 6-53
6.41 Penyimpanan Awal MoPA 6-56
6.42 Memasang MoPA 6-57
6.43 Mengikat MoPA di Atas Motor 6-59
6.44 Persiapan Alat Pemadam 6-61
6.45 Menggunakan Alat Pemadam 6-63
6.46 Pull the Pin 6-64
6.48 Squeeze the Handle 6-65
6.49 Sweep Side to Side 6-65
6.50 Merapikan Alat Pemadam 6-66
6.51 Mengembalikan MoPA 6-68
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
2.1 Antropometri Masyarakat Indonesia 2-3
2.2 Antropometri telapak Tangan Masyarakat Indonesia 2-4
2.3 Perbedaan Motor Matic dan Motor Bebek 2-24
4.1 Peralatan dan Perlengkapan Pawang Geni 4-2
4.2 Peralatan dan Perlengkapan Fire Motor 4-7
4.3 Penjualan Sepeda Motor Bebek dan Matic bulan Januari-Oktober
2014 4-14
4.4 Dimensi-dimensi Sepeda Motor 4-16
4.5 Beban Tanggungan Sepeda Motor Menurut Load Index pada
Beban 4-17
4.6 Spesifikasi dan Harga Pompa 4-18
4.7 Alternatif Suction Hose 4-19
4.8 Alternatif Discharge Hose 4-19
4.9 Alternatif Coupling 4-20
4.10 Alternatif Nozzle 4-20
4.11 Spesifikasi dan Harga APAR 4-21
4.12 Spesifikasi dan Harga Kapak 4-22
4.13 Alternatif Ukuran Jerigen 4-23
4.14 Alternatif Fire Man Suit 4-23
4.15 Alternatif Fire Helmet 4-24
4.16 Alternatif Waterproof Head Light 4-25
4.17 Alternatif Megaphone danSirine 4-25
4.18 Alternatif By Pass Eductor 4-26
4.19 Berbagai Macam Ukuran Foam Concentrate 4-27
4.20 Data Antropometri 4-28
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
5.2 Peralatan Pemadam Kebakaran 5-25
6.1 Concept ScoringContainer rangka besiPemadam Kebakaran 6-36
6.2 Perhitungan Torsi (τ) dari Semua Alternatif 6-43
6.3 Tabel Perbandingan Alat Pemadam Kebakaran 6-50
6.4 Concept Scoring Alat Pemadam Aktual dan Usulan 6-54
6.5 Kelebihan dan Kelemahan Perancangan Usulan 6-55
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1 Lampiran Spesifikasi Motor Matic L1-1
2 Lampiran Spesifikasi Motor Bebek L2-1
3 Surat Keterangan Ahli L3-1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kebakaran merupakan kejadian yang bisa terjadi dimana saja. Baik di
perkotaan, pedesaan, pemukinan penduduk, maupun industri. Dalam upaya
penanggulangan kebakaran, waktu dan kecepatan menjadi sangat penting. Sejalan
dengan waktu, bila mana belum dilakukan upaya pemadaman, api akan semakin
lama semakin besar. Tingkat kerugianpun, baik jiwa maupun materiil akan
semakin besar.
Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, maka semakin
besar resiko terjadinya kebakaran. Teknologi yang semakin tinggi, bukan berarti
resiko kecelakaan semakin rendah, bahkan sebaliknya semakin tinggi.
Sebagai contoh ialah penggantian minyak tanah menjadi gas LPG untuk
aktivitas memasak di rumah. Bila pada saat pemakaian kompor minyak tanah,
resiko yang terjadi bilamana sekonyong-konyong apinya padam hanyalah tidak
matangnya makanan yang dimasak. Akan tetapi, bila api tiba-tiba mati pada
pemakaian kompor gas ( yang mungkin diakibatkan karena sumbatan saluran dst
), resiko yang terjadi ialah gas LPG akan terus keluar. Hal ini sangat rentan terjadi
kebakaran.
Contoh lainnya ialah pemakaian listrik yang semakin hari semakin banyak.
Perubahan yang signifikan peralatan yang dulunya tidak memakai listrik berubah
menjadi memakai tenaga listrik, ditambah dengan meningkatkan peralatan listrik
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Instalasi listrik yang tidak baik menjadi
sebab utama terjadinya kebakaran.
Menurut Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi
DKI Jakarta, terdapat 1260 kasus kebakaran di ibukota sepanjang tahun 2014
dengan total kerugian 1,3 triliun rupiah. Ini artinya rata-rata terjadi 3-4 kebakaran
tiap harinya. Tak dapat dibayangkan jumlah total kasus kebakaran serta kerugian
yg terjadi diseluruh Indonesia. Tentunya akan melampaui jauh dari jumlah
1-2
Universitas Kristen Maranatha
tersebut. Dewasa ini kasus kebakaran di Indonesia ditangani dengan mobil
pemadam kebakaran. Mobil pemadam kebakaran yang berukuran 2,5 meter x 7
meter dengan berat 44 ton ini tidak dapat sembarangan diparkirkan. Harus ada
landasan yang kokoh untuk bisa menopang mobil dan penyangganya. Sejarah
telah mencatat, ribuan kasus kebakaran di perkotaan tidak dapat ditangani karena
mobil pemadam yang tak dapat diparkirkan lebih dekat dari lokasi kebakaran.
Belum lagi bila lokasi kebakaran berada dipermukiman padat penduduk, yang
memiliki gang sempit sebagai satu-satunya akses. Tentunya mobil pemadam
kebakaran tak dapat menjangkau titik api. Dapat dibayangkan bagaimana
parahnya penanganan kebakaran di daerah tersebut. Selama ini, petugas pemadam
kebakaran mengandalkan selang yang hanya sepanjang 100 m untuk menjangkau
titik api.Yang menjadi fokus latar belakang penelitian ini ialah masih banyaknya
penduduk kota yang masih tinggal di permukiman padat. Yang mana bila terjadi
kebakaran, branwire atau mobil pemadam kebakaran tidak akan pernah bisa
sampai ke lokasi titik api. Jalan yang harus dilalui begitu sempit karena berupa
gang-gang yang panjang dan berkelok-kelok. Belum lagi bila dipertimbangkan
pertambahan volume kendaraan yang semakin tahun semakin meningkat, yang
mana mengakibatkan jalan macet. Hal ini akan mengakibatkan branwire atau
mobil pemadam kebakaran sulit menerebos jalan menuju loaksi kebakaran.
Dari pertimbangan inilah, peneliti ingin merancang ulang sepeda motor
yang dimodifikasi menjadi motor pemadam kebakaran. Kelincahan dan dimensi
motor yang kecil dibandingkan dengan mobil akan memudahkan motor tersebut
sampai ke lokasi kebakaran. Dimensi motor yang ramping akan memudahkan
motor tersebut memasuki gang-gang yang berkelok-kelok, yang tidak mungkin
dilalui mobil pemadam kebakaran.
Dengan cepatnya motor pemadam kebakaran sampai kepada lokasi,
tentunya akan semakin memperkecil kemungkinan api sudah membesar. Apalagi
bilamana setiap kelurahan atau kecamatan memiliki motor pemadam kebakaran
ini.
Memang pada kenyataannya, motor hanya bisa membawa peralatan yang
itu, motor tersebut akan dirancang untuk membawa peralatan pemadam yang
memang benar-benar diperlukan, untuk kejadian ”mula kebakaran”. Karena motor
pemadam kebakaran bisa cepat menuju lokasi kebakaran, maka api belum begitu
besar. Sehingga sanggup dipadamkan dengan peralatan yang lebih sederhana.
Untuk menghadapi hal ini, beberapa pejabat pemerintah ikut turun tangan.
Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta periode 2007-2012 mengusung FireMotor
dengan harga 260 juta rupiah. Dengan uang sebanyak itu, sebenarnya pemerintah
dapat membeli satu unit mobil toyota Innova. FireMotor ini dinilai sangat mahal,
mengingat alat pemadam kebakaran untuk pertolongan pertama perlu disediakan
dibanyak tempat, khususnya permukiman padat penduduk. Selain itu, FireMotor
ini menggunakan sepeda motor roda tiga, yang dinilai tidak cukup ramping untuk
melewati gang-gang yang sempit. Gubernur DKI Jakarta selanjutnya, Joko
Widodo juga memperkenalkan alat pemadam kebakaran portable, Pawang Geni
dengan harga 10,3 juta rupiah. Yang meskipun murah, namun tetap kurang cepat,
mengingat Pawang Geni diletakkan di atas gerobak. Kecepatan gerobak untuk
mencapai titik api hanyalah secepat manusia dapat mendorongnya. Oleh karena
itu dibutuhkan, alat pemadam kebakaran untuk pertolongan pertama yang cepat
sekaligus murah.
1.2.Identifikasi Masalah
Sesuai dengan gejala fenomena dan data yang telah diuraikan dalam latar
belakang masalah di atas, berikut ini akan diidentifikasikan permasalahan yang
muncul dari fenomena dan fakta tersebut yang jika tidak diselesaikan dan
dicarikan solusinya dapat mengganggu kehidupan manusia, baik secara langsung
maupun tidak langsung, yaitu sebagai berikut.
1) Belum adanya rancangan sepeda motor yang dapat menyediakan peralatan
kebakaran yang lengkap dan lebih baik dari dua produk aktual yaitu
Pawang Geni dan Fire Motor.
2) Belum adanya kendaraan pemadam kebakaran yang dapat masuk ke gang-
1-4
Universitas Kristen Maranatha
3) Belum adanya alat pemadam kebakaran dan fasilitasnya yang dapat
dipasang di hampir semua sepeda motor.
1.3.Batasan dan Asumsi
Karena adanya keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga maka peneliti
membatasi masalah pada penelitian ini, diantaranya.
1) Pengukuran data antropometri dalam proses perancangan dan pembuatan
additional emergency equipment berdasarkan data antropometri orang
Indonesia yang diambil dari buku “Ergonomi, Konsep Dasar dan
Aplikasinya” karangan Ir. Eko Nurmianto, M.Eng.Sc.
2) Pengertian dari panjang adalah dimensi yang pengukurannya dilakukan
secara horizontal dan sejajar dengan dada, sesuai dengan posisi
penggunaan produk.
3) Pengertian dari lebar adalah dimensi yang pengukurannya dilakukan
secara horizontal dan tegak lurus dengan dada, sesuai dengan posisi
penggunaan produk.
4) Pengertian dari tinggi adalah dimensi yang pengukurannya dilakukan
secara vertikal, sesuai dengan posisi penggunaan produk.
5) Perancangan produk hanya digunakan pada motor jenis bebek dan matic.
6) Gambar 3D hanya diberikan pada perancangan alternatif terpilih.
Sedangkan asumsi yang digunakan antara lain:
1) Data antropometri orang Indonesia yang telah disediakan dalam buku yang
berjudul “Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya” karangan Ir. Eko
Nurmianto, M.Eng.Sc., mewakili data antropometri yang dibutuhkan
dalam perancangan.
1.4. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dijabarkan di atas, berikut ini
akan dirumuskan pokok-pokok persoalan yang akan dianalisis dalam penelitian,
1) Bagaimana kelebihan dan kekurangan alat pemadam kebakaran selain
mobil pemadam kebakaran saat ini (Pawang Geni dan Fire Motor)?
2) Peralatan apa yang harus ada pada sarana penunjang penanggulangan
kebakaran menggunakan motor?
3) Bagaimana rancangan dari sarana penunjang penanggulangan kebakaran
menggunakan motor?
4) Bagaimana pemilihan bahan yang berkualitas untuk membuat sarana
penunjang penanggulangan kebakaran menggunakan motor?
5) Apakah perancangan usulan sudah lebih baik daripada produk aktual?
1.5. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok-pokok permasalahan yang telah dirumuskan dalam
rumusan masalah di atas, berikut ini akan dijabarkan garis-garis besar hasil pokok
yang ingin diperoleh setelah permasalahan dibahas yang dapat terkategori sebagai
luaran penelitian yaitu sebagai berikut:
1) Untuk menjabarkan kelebihan dan kekurangan alat pemadam kebakaran
selain mobil pemadam kebakaran(Pawang Geni dan Fire Motor).
2) Untuk mempelajari peralatan yang dibutuhkan untuk sarana penunjang
penanggulangan kebakaran menggunakan motor.
3) Untuk merancang dan membahasrancangan yang dapat dipasang di sepeda
motor, serta yang paling terhandalkan dan memiliki tingkat efektifitas
yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk sebelumnya.
4) Untuk mempelajari, menimbang, dan memilih bahan-bahan yang
berkualitas untuk sarana penunjang penanggulangan kebakaran
menggunakan motor.
5) Untuk membuktikan perancangan usulan lebih baik daripada produk
aktual.
1.6. Sistematika Penulisan
Laporan Penelitian ini disusun dalam tujuh bab yang mengikuti
1-6
Universitas Kristen Maranatha
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan dan asumsi, dan sistematika penelitian.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi dasar-dasar teori yang relevan dengan topik penelitian ini. Teori-
teori tersebut digunakan untuk memecahkan masalah yang diangkat dalam
penelitian ini.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tahap-tahap yang dilakukan peneliti mulai dari awal hingga akhir
penelitian. Tahapan tersebut disusun dalam bentuk flowchart dan dilengkapi
dengan keterangan.
BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini menyajikan data-data yang peneliti kumpulkan. Data tersebut didapatkan
melalui sumber-sumber ilmiah, dan internet. Bab ini juga menyajikan pengolahan
data yang dikumpulkan dari bab sebelumnya.
BAB 5 ANALISIS
Bab ini berisi analisis kelemahan dan kelebihan dari alat pemadam kebakaran
yang telah ada sebelumnya. Kemudian peneliti menganalisis setiap alternatif alat
pemadam kebakaran yang sebelumnya telah dikumpulkan, dan memilih satu
alternatif terbaik untuk perancangan.
BAB 6 PERANCANGAN
Bab ini berisiperancangan alat pemadam kebakaran pada kawasan padat
penduduk. Selanjutnya disajikan pula pembuktian usulan lebih baik dari pada
kondisi aktual berdasarkan tujuh dimensi kualitas produk.
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang dirangkum dari keseluruhan penelitian,
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin, yaitu ergon yang berarti kerja
dan nomos yang berarti hukum alam(Manuaba, 2004). Jadi ergonomi adalah studi
tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara
anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan perancangan.
Penerapan faktor ergonomi lainnya yang tak kalah penting adalah untuk desain
dan evaluasi produk. Produk-produk ini haruslah dapat dengan mudah diterapkan
(dimengerti dan digunakan) pada sejumlah populasi masyarakat tertentu tanpa
mengakibatkan adanya bahaya/resiko dalam penggunaannya. (Nurmianto, 2004)
2.2.Antropometri
Perancangan harus dapat memberikan kepuasan bagi pengguna maupun
pemberi jasa produksi (Min-yangwang, 1999). Kepuasan yang dimaksudkan disini
adalah kenyamanan. Kesehatan yang ditinjau dari ilmu anatomi, fisiologi,
psikologi, kesehatan dan keselamatan kerja, serta manajemen. Untuk dapat
berhasil memberikan kepuasan, perancangan harus didasarkan pada dimensi tubuh
manusia baik secara statis maupun dinamis. Faktor-faktor utama yang
membedakan dimensi tubuh manusia antar suatu populasi adalah:(Nurmianto,
2004)
1. Keacakan data yang diambil
2. Jenis kelamin
Terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin pria
maupun wanita.
3. Suku bangsa
Setiap suku bangsa memiliki karakter dimensi yang berbeda, yang
tentunya akan membedakan dimensi tubuh manusia. Karena hal ini
dimensi tubuh orang Indonesia tidak dapat disamakan begitu saja
2-2
Universitas Kristen Maranatha
dengan dimensi orang bersuku bangsa lain. Sebagai contoh
dimensi tinggi badan pilot Amerika Serikat berbeda dengan pilot
Jepang dan Vietnam. Oleh karenanya diperlukan adanya
perancangan khusus untuk cockpit.
4. Usia
Usia jelas akan sangat membedakan dimensi tubuh manusia. Anak-
anak akan memiliki dimensi tubuh yang jauh lebih kecil dari pada
orang dewasa, namun mereka terus bertumbuh, hingga saatnya
dimensi tubuh mereka akan cenderung knstan dari waktu ke waktu.
Tak menutup kemungkinan mengalami menurunan karena
berkurangnya elastisitas tulang belakang.
5. Cacat tubuh secara fisik
Orang-orang yang memiliki cacat tubuh secara fisik memiliki
berbagai macam keterbatasan yang tidak dimiliki oleh orang
normal lainnya. Misalnya jarak jangkauan tangan maupun ruang
kaki (knee space).
Antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan
dengan karakteristik fisik tubuh manusia seperti ukuran, bentuk, dan kekuatan
serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. (Stevenson,
1989). Berikut tabel data antropometri masyarakat Indonesia yang didapatkan dari
Tabel 2.1
Antropometri Masyarakat Indonesia
Dimensi Tubuh Pria Wanita
5% X 95% SD 5% X 95% SD Tinggi Tubuh Posisi Berdiri Tegak 1532 1632 1732 61 1464 1563 1662 60 Tinggi Mata 1425 1520 1615 58 1350 1446 1542 58 Tinggi Bahu 1247 1338 1429 55 1184 1272 1361 54 Tinggi Siku 932 1003 1074 43 886 957 1028 43 Tinggi Genggaman Tangan
(Knuckle ) pada Posisi Relaks ke Bawah
655 718 782 39 646 708 771 38 Tinggi Badan pada Posisi Duduk 809 864 919 33 775 834 893 36 Tinggi Mata pada Posisi Duduk 694 749 804 33 666 721 776 33 Tinggi Bahu pada Posisi Duduk 523 572 621 30 501 550 599 30 Tinggi Siku pada Posisi Duduk 181 231 282 31 175 229 283 33 Tebal Paha 117 140 163 14 115 140 165 15 Jarak dari Pantat ke Lutut 500 545 590 27 488 537 586 30 Jarak dari Lipat Lutut (popliteal) ke
Pantat 405 450 495 27 488 537 586 30 Tinggi Lutut 448 496 544 29 428 472 516 27 Tinggi Lipat Lutut (popliteal) 361 403 445 26 337 382 428 28 Lebar Bahu (bideltoid) 382 424 466 26 342 385 428 26 Lebar Panggul 291 330 371 24 298 345 392 29 Tebal Dada 174 212 250 23 178 228 278 30 Tebal Perut (abdominal) 174 228 282 33 175 231 287 34 Jarak dari Siku ke Ujung Jari 405 439 473 21 374 409 287 34 Lebar Kepala 140 150 160 6 135 146 157 7 Panjang Tangan 161 176 191 9 153 168 183 9
Lebar Tangan 71 79 87 5 64 71 78 4
Jarak bentang dari Ujung Jari Tangan
Kanan ke Kiri 1520 1663 1806 87 1400 1523 1646 75 Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada
Posisi Tangan Vertikal ke Atas & Berdiri Tegak
1795 1923 2051 78 1713 1841 1969 79 Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada
Posisi Tangan Vertikal ke Atas & Duduk
1065 1169 1273 63 945 1030 1115 52 Jarak Genggaman Tangan (grip) ke
Punggung pada Posisi Tangan ke Depan (horisontal)
649 708 767 37 610 661 712 31 Sumber data: (Pheasant, 1986), (Suma'mur, 1989), (Nurmianto, Desain Stasiun Kerja Industri:
2-4
Universitas Kristen Maranatha
Tabel 2.2
Antropometri telapak Tangan Masyarakat Indonesia
Dimensi Pria Wanita
5% X 95% SD 5% X 95% SD
Panjang Tangan 163 176 189 8 155 168 181 8
Panjang Telapak Tangan 92 100 108 5 87 94 101 4
Panjang Ibu Jari 45 48 51 2 42 45 48 2
Panjang Jari Telunjuk 62 67 72 3 60 65 70 3
Panjang Jari Tengah 70 77 84 4 69 74 79 3
Panjang Jari Manis 62 67 72 3 59 64 69 3
Panjang Jari Kelingking 48 51 54 2 45 48 51 2
Lebar Ibu Jari (IPJ) 19 21 23 1 16 18 20 1
Tebal Ibu Jari (IPJ) 19 21 23 1 15 17 19 1
Lebar Jari Telunjuk (PIPJ) 18 20 22 1 15 17 19 1
Tebal Jari Telunjuk (PIPJ) 16 18 20 1 13 156 17 1
Lebar Telapak Tangan (Metacarpal) 74 81 88 4 68 73 78 3
Lebar Telapak Tangan (sampai Ibu
Jari) 88 98 108 6 82 89 96 4
Lebar Telapak Tangan (minimum) 68 75 82 4 64 59 74 3
Tebal Telapak Tangan (Metakarpal) 28 31 34 2 25 27 29 1
Tebal Telapak Tangan (sampai Ibu
Jari) 41 48 47 2 41 44 47 2
Diameter Genggam (Maksimum) 45 48 51 2 43 46 49 2
Lebar Maksimum (Ibu Jari ke Jari
Kelingking) 177 192 206 9 169 184 199 9
Lebar Fungsional Maksimum (Ibu
Jari ke Jari Lain) 122 132 142 6 113 123 134 6
Segi Empat Minimum yang dapat
dilewati Telapak Tangan 57 62 67 3 51 56 61 3
Sumber data: (Pheasant, 1986), (Suma'mur, 1989), (Nurmianto, Desain Stasiun Kerja Industri: Tinjauan Ergonomi dalam Industri, 1991)
• Pengukuran Dimensi Tubuh dengan posisi berdiri: (Verdisutanto, 2015) - Tinggi Siku Berdiri (TSB)
Subyek berdiri tegak dengan kedua tangan tergantung secara wajar.
Ukur jarak vertikal dari lantai ke titik pertemuan antara lengan atas
dengan lengan bawah.
- Panjang Lengan Bawah (PLB)
Subyek berdiri tegak, tangan di samping. Ukur jarak dari siku sampai
- Tinggi Mata Berdiri (TMB)
Subyek berdiri tegak dan mata memandang lurus ke depan. Ukur jarak
vertikal dari lantai sampai ujung mata bagian dalam (dekat pangkal
hidung).
- Tinggi Badan Tegak (TBT)
Subyek berdiri tegak dengan mata memandang lurus ke depan. Ukur
jarak vertikal telapak kaki sampai ujung kepala yang paling atas.
- Tinggi Bahu Berdiri (TBB)
Subyek berdiri tegak. Ukur jarak vertikal dari lantai sampai bahu yang
menonjol.
- Tebal Badan (TB)
Subyek berdiri tegak. Ukur jarak horisontal dari dada (bagian ulu hati)
sampai punggung.
- Panjang Lengan Bawah (PLB)
Subyek berdiri tegak dengan tangan disamping, ukur jarak dari siku
sampai pergelangan tangan.
- Jangkauan Tegak (JKT)
Subyek berdiri tegak dengan salah satu tangan ditegakkan ke atas
(vertikal), ukur tinggi dari lantai sampai dengan telapak tangan yang
terjangkau harus keatas (vertikal).
• Pengukuran Dimensi Tubuh dengan posisi duduk menyamping - Tinggi Duduk Tegak (TDT)
Subyek duduk tegak, mata melihat lurus ke depan, lutut membentuk
sudut siku-siku. Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai
ke ujung alas kepala.
- Tinggi Mata Duduk (TMD)
Subyek duduk tegak dan memandang lurus ke depan. Ukur jarak
vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung mata bagian dalam.
- Tinggi Bahu Duduk (TBD)
Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung tulang
2-6
Universitas Kristen Maranatha
- Lebar Bahu (LB)
Subyek duduk tegak dengan lengan atas merapat ke badan dan lengan
bawah direntangkan ke depan. Ukur jarak horisontal antara kedua
lengan atas.
- Tebal Badan (TB)
Subyek duduk tegak, ukur jarak horisontal dari dada (bagian ulu ati)
sampai dengan punggung.
- Tinggi Siku Duduk (TSD)
Subyek duduk tegak dengan lengan alas vertikal di sisi badan dan
lengan bawah membentuk sudut siku-siku dengan lengan atas.
- Tebal Paha (TP)
Subyek duduk tegak, ukur jarak dari permukaan alas duduk sampai ke
permukaan alas paha.
- Tinggi Popliteal (TPO)
Ukur jarak vertikal dari lantai sampai bagian bawah paha.
- Pantat Popliteal (PPO)
Subyek duduk tegak, paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut
siku-siku. Ukur jarak horisontal dari bagian terluar sampai lekukan
lutut bagian dalam (popliteal).
- Pantat ke Lutut (PKL)
Subyek duduk tegak, paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut
siku-siku. Ukur jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai
dengan lutut.
- Lebar Pinggul (LP)
Subyek duduk tegak, ukur jarak horizontal dari bagian terluar pinggul
sisi kiri sampai bagian terkuar pinggul sisi kanan.
- Lebar Perut (L.Perut)
Subyek duduk tegak, ukur jarak horizontal dari bagian terluar perut
- Lebar Sandaran (LS)
Jarak horisontal antara tulang belikat kanan yang menonjol dengan
tulang belikat kiri yang menonjol.
- Panjang Sandaran (PS)
Jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai pertengahan antara
tulang belikat kanan dan kiri.
- Jangkauan Tinggi Duduk (JTD)
Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti JKT
tetapi dalam posisi duduk.
• Pengukuran Dimensi Tubuh dengan posisi berdiri dan tangan lurus ke depan
- Jangkauan Tangan (JT)
Subyek berdiri tegak dengan betis, pantat, dan punggung merapat ke
dinding, tangan direntangkan horisontal ke depan. Ukur jarak
horisontal dari punggung sampai ujung jari tengah.
- Tinggi Kepalan Tangan Tegak (TKTT)
Tinggi kepalan tangan yang terlujur lepas dalam posisi berdiri tegak.
• Pengukuran Dimensi Tubuh dengan posisi berdiri dan kedua tangan direntangkan
- Retangan Tangan (RT)
Subyek berdiri tegak dan kedua tangan direntangkan horisontal ke
samping sejauh mungkin. Ukur jarak horisontal dari ujung jari
terpanjang tangan kiri sampai ujung jari terpanjang tangan kanan.
• Pengukuran Dimensi Tangan
- Panjang jari 1,2,3,4,5 (PJ) Jari-jari subjek merentang lurus dan sejajar.
Ukur masing-masing panjang jari dan masing-masing pangkal ruas jari
sampai ujung jari.
- Pangkal ke Tangan (PKT)Lengan bawah sampai telapak tangan subyek
lurus. Ukur dari pangkal pergelangan tangan sampai dengan pangkal
2-8
Universitas Kristen Maranatha
- Lebar Jari (LJ)Jari-jari subyek lurus dan merapat satu dengan yang
lainnya. Ukur dari sisi luar jari telunjuk sampai sisi luar jari
kelingking.
- Lebar Telapak Tangan sampai ibu jari (LT)Ukur dari sisi luar ibu jari
sampai dengan sisi luar jari kelingking. • Pengukuran Dimensi Kepala
- Panjang Kepala (PK)Ukur jarak horisontal dari dahi sampai bagian
terluar kepala bagian belakang dengan subyek menghadap lurus ke
depan.
- Lebar Kepala (LK)Ukur lebar horisontal antar pelipis dengan subyek
menghadap lurus ke depan.
- Dagu ke Puncak Kepala (DPK)Ukur jarak vertikal dari dagu bagian
bawah sampai puncak kepala atas (ubun-ubun).
- Telinga ke Puncak Kepala (TPK)Ukur jarak vertikal dari telinga
bagian tulang tragus ke puncak kepala.
- Antara Dua Telinga (AT) Ukur jarak horisontal antar telinga (helix)
2.3.Concept Selection dan ConceptScoring
Berdasarkan pendapat(Becker, B. E., Huselid, M. A., and Ulrich, D.,
2001), concept selection adalah proses mengevaluasi konsep sesuai dengan
kebutuhan konsumen dan kriteria lainnya, membandingkan kekuatan dan
kelemahan tiap konsep dan memilih satu konsep yang dapat dilanjutkan ke tahap
pengembangan.
Dalam concept scoring, peneliti harus menetapkan kriteria seleksi terlebih
dahulu. Kriteria seleksi adalah parameter yang akan dinilai dari masing-masing
konsep atau faktor-faktor yang akan dinilai untuk menentukan konsep mana yang
terbaik. Rating diberikan dengan cara prioritas, yaitu merangking konsep mana
yang terbaik untuk semua kriteria. Penentuan rating didapatkan dari survei
terhadap konsumen, atau berdasarkan penilaian yang dilakukan sendiri. Terdapat
dua cara untuk memberikan prioritas rating, prioritas maksimum dan prioritas
total nilai terbesar. Sedangkan pada prioritas minimum konsep yang terbaik
adalah konsep dengan total nilai terkecil.
2.4.mensi Kualitas Produk
Dalam pembuatan suatu produk, maka perlu diperhatikan performansi
efektivitas dan ergonominya. Oleh karena itu dalam penelitian ini menerapkan 8
dimensi produk, antara lain:
1) Kinerja (Performance), yaitu karakteristik operasi atau fungsi pokok dari
produk inti (core product) yang dibeli (Garvin, 1987). Variabel yang masuk
ke dimensi performance adalah:
- Kemampuan memompa air
- Kemampuan dischargehose untuk mencapai titik api
- Kemampuan suctionhose untuk mencapai sumber air
2) Fitur atau ciri-ciri tambahan (Feature), yaitu karakteristik sekunder atau
pelengkap (Garvin, 1987). Variabel yang masuk ke dimensi feature, adalah
sebagai berikut:
- Ketersediaan media pemadam berupa foam
- Ketersediaan media pemadam berupa APAR
- Kerampingan alat pemadam kebakaran
- Ketersediaan PPE
- Kemampuan membelok pada jalan kecil
- Ketersediaan alat penerang bagi pemadam kebakaran
- Berat alat pemadam
3) Penampilan dan keindahan (Aesthetics), yaitu daya tarik terhadap panca
indera dan tampilan dari produk yang berpengaruh terhadap keinginan
konsumen (Garvin, 1987).
4) Kesesuaian dengan spesifikasi (Conformance), yaitu sejauh mana
karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah
ditetapkan sebelumnya(Garvin, 1987). Variabel yang masuk ke dalam
dimensi conformance adalah:
2-10
Universitas Kristen Maranatha
- Kemudahan penggunaan alat pemadam kebakaran
5) Ketahanan (Realibility), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan
atau gagal pakai (Garvin, 1987). Variabel yang termasuk dimensi realibility
adalah:
- Ketahanan pompa saat digunakan terus-menerus
- Ketahanan selang pemadam terhadap kerusakan (sobek)
6) Daya tahan (Durability), yaitu berkaitan dengan berapa lama produk tersebut
dapat terus digunakan, dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur
ekonomis penggunaan produk (Garvin, 1987). Variabel yang termasuk dalam
durability adalah:
- Ketahanlamaan bahan bakar sebelum harus diisi ulang
7) Serviceability, yaitu berhubungan dengan layanan yang diberikan tidak
terbatas hanya sebelum penjualan saja tetapi juga selama proses penjualan
hingga purna jual yang mencakup layanan servis (reparasi) dan ketersediaan
komponen yang dibutuhkan(Garvin, 1987). Variabel yang termasuk ke dalam
dimensi service ability adalah:
- Ketersediaan garansi
- Ketersediaan jasa reparasi
8) Perceived quality, yaitu berhubungan dengan citra dan reputasi produk serta
tanggung jawab perusahaan (Garvin, 1987).Variabel yang termasuk ke dalam
dimensi perceived quality adalah:
- Kesesuaian harga dengan kualitas dan kelengkapan
2.5.Kebakaran
Kebakaran adalah suatu rekasi oksidasi eksotermis yang berlangsung
dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api. Adapun
tiga unsur penting dalam kebakaran antara lain:
1) Bahan bakar dalam jumlah yang cukup (bahan bakar dengan bahan padat,
cair, atau gas).
2) Zat pengoksidasi atau oksigen dalam jumlah yang cukup.
Hal-hal yang perlu diketahui untuk mencagah kebakaran adalah sebagai
berikut:
1) sifat-sifat dan bahan-bahan yang dapat terbakar dan meledak.
2) proses terjadinya kebakaran dan peledakan.
3) tata cara penanganan dalam upaya mengurangi kemungkinan terjadinya
bahaya kebakaran dan peledakan.
Dalam perkembangannya, kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa bagian1. Klasifikasi ini bertujuan agar dapat dipilih dengan cepat media
pemadam yang tepat yang dipakai untuk memadamkan kebakaran. Berikut adalah
klasifikasi kebakaran:
1) Kelas A
Kebakaran jenis A adalah kebakaran yang bahan kebakarannya padat bukan
logam, seperti kayu, kertas, dan lain-lain.
2) Kelas B
Kebakaran kelas B adalah kebakaran yang bahan terbakarnya cair dan gas,
seperti: bensin, kerosene, LPG, LNG, dan lain-lain.
3) Kelas C
Kebakaran ini disebabkan oleh listrik bertegangan. Listrik bertegangan yang
dimaksud, misalnya: motor listrik.
4) Kelas D
Kebakaran kelas D disebabkan oleh terbakarnya logam kebakaran logam
seperti: Al, Mg, Mn, dan lain-lain.
5) Kelas E
Kebakaran kelas E merupakan jenis kebakaran yang tergolong baru
ditemukan. Kebakaran jenis ini adalah kebakaran yang disebabkan oleh
terbakarnya bahan-bahan radioaktif (belum diketahui secara spesifik).
6) Kelas K
Kebakaran kelas K juga termasuk jenis kebakaran yang tergolong baru
ditemukan. Kebakaran ini disebabkan oleh lemak, cairan kimia, dan CO2.
1
2-12
Universitas Kristen Maranatha
2.6.(Alat Pemadam Api Ringan)
Alat Pemadam Api Ringan atau yang lebih dikenal APAR adalah peralatan
ringan yang berisi tepung, cairan, atau gas yang disemprotkan bertekanan untuk
tujuan pemadam kebakaran. Dalam penggunaannya, ditemukan keterbatasan dari
APAR, yakni: kapasitas terbatas, jarak semprot terbatas, dan lama semprot
(duration) yang terbatas. Selain itu adapun keunggulan dari APAR adalah: APAR
disebarkan secara merata dan siap pakai dan kebakaran yang ditemukan masih
kecil dapat dipadamkan dengan APAR. APAR dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis (Bakti, 2014):
1) APAR air
APAR jenis air biasanya untuk pemadaman kebakaran kelas A, yaitu
untuk benda padat selain logam, seperti kayu, kertas, kain atau karet. APAR
jenis air berfungsi untuk memutuskan sumber panas atau api.
2) APAR powder
Powder banyak digunakan di kantor-kantor atau fasilitas umum seperti
mall. APAR jenis powder berfungsi untuk memutuskan oksigen. Berdasarkan
kelas kebakaran, ada 3 tipe APAR jenis powder yaitu reguler, multi purpose
dan special dry powder. Semua jenis powder ini berhubungan erat dengan
lingkungan pekerjaan di kantor atau mall tersebut.
1. APAR Powder Reguler, tepung kimia yang efektif untuk memadamkan
kebakaran kelas B dan C. APAR powder reguler antara lain: sodium
bikarbonat, potasium bikarbonat, potasium karbonat, potasium klorida.
2. APAR Powder Multi Purpose, tepung kimia untuk memadamkan
kebakaran kelas A, B dan C. Powder multi purpose antara lain mono
amonium fosfat.
3. APAR Special Dry Powder, tepung kimia yg efektif utk pemadaman
kebakaran kelas D. Special dry powder adalah campuran kalium klorida,
magnesium klorida, natrium klorida dan kalsium klorida.
3) APAR busa
APAR jenis foam (busa) cocok untuk kebakaran kelas A dan B. APAR
pemadaman. Foam (busa) membentuk segel di sekitar bidang yang terbakar
dan mencegah pengapian ulang.
4) APAR halon
Hanya efektif untuk kebakaran klas B dan C, untuk kebakaran klas A
diperlukan kapasitas yang besar. Sekarang halon sudah tidak digunakan lagi
karena dapat merusakkan lapisan OZON. Untuk menggantikannya, terdapat
APAR jenis Energen, AF11, dan FM 200.
5) APAR CO2
APAR jenis CO2 sangat cocok untuk peralatan berlistrik dan api kelas B.
Kemudian kemampuan tingginya yang tidak merusak serta efektif dan bersih
yang sangat dikenal luas. CO2 memiliki sifat non-konduktif dan anti statis.
Karena gas ini tidak berbahaya untuk peralatan dan bahan yang halus, sangat
ideal untuk lingkungan kantor yang modern, dimana minyak, solvent dan lilin
sering digunakan.
Kinerja yang tidak merusak dan sangat efektif serta bersih sangatlah
penting. Kedua model memiliki corong yang tidak ber-penghantar dan anti
statis, cocok untuk situasi yang melibatkan cairan yang mudah terbakar dan
bahaya listrik.
Gas (yang dihasilkan) tidak (bersifat) merusak peralatan dan bahan yang
halus. Ideal untuk lingkungan kantor modern, dengan semua risiko
elektronik-nya, dan dimana minyak, bahan pelarut dan lilin sering digunakan.
Peringkat Api menyediakan cara untuk mengukur efektivitas dari suatu
alat pemadam dalam hal ukuran maksimum api yang bisa dipadamkan.Kelas
B ini terkait dengan kebakaran luas permukaan dengan angka rating untuk
jumlah cairan yang mudah terbakar dalam rasio air 1/3, 2/3 bahan bakar yang
dapat dpadamkan dalam 1 area melingkar.
APAR didesain untuk dapat dilakukan oleh satu orang. Beberapa metode yang
menjadi penduan penggunaan APAR, yakni:(Rosidi, 2011) ; (Yudiantyo)
1) Pull the pin
2-14
Universitas Kristen Maranatha
2) Aim at the base of the fire
Mengarahkan nozzle atau ujung hose yang kita pegang ke arah pusat api.
3) Squeeze the handle
Menekan handle atau pegangan untuk mengeluarkan/menyemprotkan isi
tabung.
4) Sweep side to side
Menyapukan atau mengerakan nozzle yang kita pegang ke arah kiri dan
kanan api seperti saat menyapu, agar media yang disemprotkan merata
mengenai api yang sedang terbakar.
2.7.mpa Air
Pompa adalah suatu alat yang berfungsi untuk memindahkan fluida seperti
air, gas, atau lumpur(Onny, 2015). Setiap sistem pompa selalu terdiri atas pompa,
pipa, dan valve. Namun juga dapat ditambahkan alat lain seperti strainer, pressure
gauge, flow meter, dan sensor temperatur. Berikut adalah istilah mengenai pompa:
1) Head
Adalah suatu besaran spesifik dari tekanan air di atas titik referensi tertentu
(datum) yang ditunjukkan berupa ketinggian permukaan air (dalam satuan
panjang) (Onny, 2015). Mungkin membingungkan apabila dalam
mempelajari pompa kita hanya fokus pada satu istilah ini, karena akan lebih
mudah apabila kita lihat pengertian dari istilah head yang lain.
2) Static SuctionHead
Adalah ketinggian vertikal dari liquid yang turun karena gravitasi menuju
3) Static DischargeHead
[image:36.612.135.512.101.570.2]Sumber: (Onny, 2015) Gambar 2.1 Komponen Pompa Jenis 1
Adalah ketinggian vertikal dari titik pusat pompa ke titik tujuan yang
tertinggi (Onny, 2015).
4) Static Suction Lift
Adalah ketinggian vertikal dari permukaan air yang harus dipompa ke atas
2-16
Universitas Kristen Maranatha
[image:37.612.135.512.102.619.2]Sumber: (Onny, 2015) Gambar 2.2 Komponen Pompa Jenis 2
5) Total Static Head
Adalah ketinggian vertikal total dari permukaan air inlet terhadap permukaan
air outlet pompa (Onny, 2015).
6) Net Positive SuctionHead
Pengertian sederhana dari Net Positive SuctionHead (NPSH) adalah besar
total dari suctionhead untuk mencegah timbulnya vapourasi di titik tekanan
terendah pada pompa (Onny, 2015).
7) Kavitasi
Fenomena kavitasi pada pompa erat hubungannya dengan NPSH. Kavitasi
adalah sebuah kondisi dimana terbentuknya rongga kosong (gelembung) pada
fluida yang dipompa di titik tekanan terendah pada pompa(Onny, 2015).
Kavitasi ini sangat dihindari terjadi pada pompa yang sedang beroperasi,
karena sifatnya yang dapat merusak komponen-komponen pompa.
2.8.Selang Pemadam (Firehose)
Selang pemadam adalah suatu selang yang digunakan untuk mengalirkan
ke arah kebakaran (Arso, 2014). Jenis-Jenis Fire Hose Berdasarkan fungsinya
selang pemadam dapat dibagi 2 yaitu:
1) Selang Isap (SuctionHose)
Selang isap adalah suatu selang yang digunakan mulai dari sumber air sampai
bagian isapan pompa, karena digunakan pada bagian isapan pompa maka
diperlukan selang yang mempunyai konstruksi yang kokoh, kuat dan lentur
(fleksibel) namun ringan (Arso, 2014).
2) Selang Tekan (DischargeHose)
Selang tekan adalah selang yang digunakan mulai dari discharge pompa
sampai ke ujung penyemprot (nozzle) (Arso, 2014). Adapun beberapa jenis
dari dischargehose, sebagai berikut:
1. Selang karet (rubber hose)
2. Selang rembes (percolated hose)
3. Selang tak rembes (non percolated hose)
2.9.enyambung Selang (Hose Fitting)
Penyambung selang atau yang lebih dikenal dengan sebutan hose fitting
adalah alat untuk menyambungkan antar selang atau dengan peralatan lain (Arso,
2014).Secara garis besar, hose fitting dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Coupling
Coupling adalah alat yang digunakan untuk menyambungkan dua buah
selang yang mempunyai diameter yang sama. Coupling biasanya terbuat dari
logam campuran, antara kuningan, alumunium, dan magnesium. Adapun 3
jenis coupling, antara lain:
1. Machino Coupling
Machino Coupling merupakan alat konektor selang, yang terdiri dari dua
bagian yaitu:machino male yang biasa dipasang pada ujung selang (Fire Hose)
dan berfungsi sebagai konektor ke nozzle machine. Sedangkan machino
female, terpasang pada pangkal selang (fire hose), yang berfungsi sebagai
2-18
Universitas Kristen Maranatha
2. StorzCoupling
Fire hose storz coupling merupakan salah satu fire hosecoupling
(penghubung selang pemadam kebakaran) yang digunakan tim pemadam
kebakaran (fire brigade) di seluruh manca negara. Hosecoupling ini dibuat
dengan mengacu standar NFPA (National Fire Protection Assosiation) untuk
memenuhi permintaan pelanggan dalam peralatan pemadam kebakaran.
Firehose storz coupling selain digunakan untuk oleh fire brigade untuk
mengalirkan air dari sistem fire hydrant untuk memadam kebakaran tetapi
terkadang juga digunakan sebagai kopling selang industri.
Fire hose storz coupling memiliki 2 jenis coupling. Dua coupling ini
disebut male coupling (penghubung selang laki-laki) dan female coupling
(penghubung selang wanita), kedua coupling ini tidak bisa berjalan sendiri-
sendiri harus digunakan bersama-sama untuk menyambungkan fire hose. Cara
menggunakan fire hose storz coupling ini kedua coupling pada female coupling
dan male coupling ditekan dimasukkan ke dalam slot pada masing-masing
coupling.
Kemudian keduanya diputar dalam arah yang berlawanan sampai
keduanya terkait atau terkunci rapat, sehingga hal ini menciptakan koneksi air.
Untuk melepaskan fire hose storz coupling, kait dilepaskan dan konektor
diputar kearah berlawanan dari kopling, dan kemudian di lepas ketika kait dan
slot selaras.
3. Vander HeydCoupling
Coupling vander heyd ini terbuat dari bahan kuningan seluruhnya,
digunakan pada selang pemadam kebakaran yang nantinya digunakan sebagai
alat pemadam kebakaran.
Coupling jenis ini pun terdiri dari beberapa ukuran seperti 1,5″ dan 2,5″
yang banyak digunakan oleh instansi pemerintah atau oleh dinas pemadam
kebakaran di Indonesia.
2) Adaptor
Adaptor merupakan alat yang digunakan untuk menyambung antara dua
suatu adaptor didasarkan pada tata letak coupling dan bahwa selang pemadam
selalu digelar mulai dari sumber air ke arah api.
3) Cabang (Breeching)
Pada sistim operasi pemadaman alat ini berfungsi untuk membuat
percabangan baik pada isapan pompa maupun discharge pompa. Ditinjau dari
kegunaannya cabang dibagi 2 yaitu:
1.Cabang pembagi (Deviding Breeching)
2.Cabang pengumpul (Collecting Breeching)
2.10. Penyemprot (Nozzle)
Alat ini digunakan untuk mempercepat aliran air yang keluar dari ujung
selang serta untuk membentuk pancaran aliran air. Berdasarkan kapasitas
alirannya maka nozzle dibagi 2 yaitu (Arso, 2014):
1) Hand Line Nozzle
Nozzle ini mempunyai kapasitas aliran maksimal 250 GPM. Hand line
nozzle terdiri dari:solid stream, spraynozzle, adjustable nozzle,
combination nozzle, danfoam master.
2) Monitor Nozzle
Monitor nozzle berkapasitas aliran besar yaitu diatas 250 GPM. Monitor
nozzle terdiri dari:portable monitor, trailer monitor, dan fixed monitor.
2.11. By Pass Eductor
Foam Eductor dapat beroperasi menggunakan prinsip venturi. Inleteductor
memiliki diameter yang lebih besar dibandingkan dengan diameter yang ada di
pusat venturi. Hasilnya adalah bahwa semua air yang masuk ke eductor akan
dipaksa melalui venturi yang diameter pusatnya kecil. Agar hal ini dapat terjadi,
kecepatan air harus ditingkatkan saat masuk ke pipa diameter kecil. Peningkatan
kecepatan mengurangi tekanan di daerah venturi, yang memungkinkan konsentrat
busa untuk memasuki aliran air pada tekanan atmosfer. Prinsip yang digunakan
2-20
Universitas Kristen Maranatha Eductor harus digunakan dalam penempatan yang tepat. Eductor memiliki
berbagai ragam ukuran, mulai dari 60 gpm hingga 250 gpm. Mereka juga dapat
ditempatkan di antara dua bagian selang di garis debit. Pergerakan eductor bawah
garis selang mungkin diperlukan jika garis panjang dipompakan, karena ada
pembatasan banyaknya selang pada eductor. Pembatasan ini berkisar 150-300
kaki tergantung pada eductor tersebut. Eductor juga perlu pindah dari debit jika
pipa pembuangan menghasilkan turbulensi saat memasuki eductor tersebut.
Turbulensi tersebut dapat mengganggu pengoperasian venturi.
Tekanan by pass eductor biasanya berkisar 200-psi. Hal ini akan
menyebabkan hilangnya gesekan yang tinggi, sekitar 30 persen, melalui daerah
venturi kecil. Tabung pick-up dapat ditempatkan dalam ember busa atau melekat
pasokan tangki busa.
Untuk operasi Kelas B, pasokan besar konsentrat akan dibutuhkan karena
persentase yang tinggi. Persentase ini dapat disesuaikan dengan 0,5, 1,0, 3,0 atau
6,0 persen; beberapa model memiliki pengaturan 0,25 persen. Setiap pengaturan
hanya ukuran lubang tertentu yang memungkinkan jumlah yang benar
berkonsentrasi untuk memasuki aliran air.
Mengenai arus foameductor, arus tersebut harus dijaga konstan pada nilai
(galon/menit). Fakta ini yang membuat sebagai penggunaan eductor bermasalah.
Untuk Kelas A pemadam kebakaran busa di mana garis yang terus-menerus
dibuka dan ditutup. Eductors bekerja jauh lebih baik dalam operasi Kelas B di
mana busa sedang mengalir terus-menerus pada kebakaran atau tumpahan untuk
jangka waktu yang lama.
By pass eductor harus dioperasikan dengan harga yang lebih murah
terhadap parameter yang benar dan operasi secara efektif. Misalnya, aliran melalui
eductor harus sesuai rating. Variasi drastis dan/atau aliran yang salah akan
mempengaruhi penurunan tekanan melalui venturi. Eductor juga harus
disesuaikan dengan nozzle yang telah diatur dengan benar, dan debit aliran harus
konstan. Ada beberapa faktor lain yang akan mengganggu pengoperasian eductor
ini. Faktor-faktornya antara lain: meningkatnya nozzle sebanyak 10 kaki, sehingga
sehingga dapat meningkatkan gesekan. Faktor-faktor lainnya, seperti kesalahan
yang terjadi pada nozzle akibat buka full atau sebagian (Khasanah, 2015).
2.12. Kapak Pemadam Kebakaran
Kapak pemadam kebakaran terkadang diabaikan atau terlupakan bahkan
kadang kala penyedian peralatan itu terkesan sembarangan (Triviteknik, 2012).
Kapak pemadam kebakaran terbuat dari baja murni, kuningan dan tembaga tempa
sehingga sangat kuat digunakan untuk mendobrak pintu atau mengungkit, terdiri
dari dua mata kapak yaitu pipih sebagai pemotong dan lancip sebagai pengungkit.
Handel terbuat dari kayu, fiberglass yang cukup kuat sehingga nyaman saat di
pegang dan digunakan.Ukuran pegangan panjang bervariasi, antara 25 cm-90 cm.
[image:42.612.134.509.188.561.2]Sumber: (Triviteknik, 2012) Gambar 2.3
Kapak Pemadam Kebakaran
2.13. Pakaian Pelindung Pemadam (Fire Man Suit)
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 24 TAHUN
2005 tentang Pemberlakuan SNI 03-7067-2005 Mengenai Teknis Fasilitas PKP-
PK Pakaian pelindung keselamatan kerja personil PKP-PK terdiri dari helm
dengan pelindung kaca depan, baju pelindung yang berupa jaket dan celana atau
kombinasi keduanya, masker, sepatu bot dan sarung tangan.
1) Helm harus memenuhi syarat-syarat:
- Tahan benturan.
- Tidak tembus air.
- Tidak menghantar listrik.
2-22
Universitas Kristen Maranatha - Kaca pelindung depan movable tahan terhadap guresan, benturan,
panas radiasi dan sudut pandang lebar.
- Helm mampu melindungi bagian leher.
- Tidak diisolasi rapat sehingga dapat meneruskan suara.
2) Baju pelindung dibedakan menjadi 2 jenis yaitu baju tahan panas hanya
untuk mendekat pada daerah api dan baju tahan api untuk masuk ke daerah
api.
3) Baju tahan panas untuk mendekati pada daerah api harus memenuhi
syarat:
- Tidak tembus panas, tahan terhadap panas radiasi, tahan terhadap
perubahan cuaca dan tidak tembus air.
- Mudah dipakai dengan cepat.
- Mudah dibersihkan tanpa mengurangi kualitas ketahanan.
4) Baju tahan api untuk masuk ke daerah api harus memenuhi syarat-syarat:
- Tahan terhadap nyala api.
- Tahan radiasi panas 3 W/cm2 untuk selama 2 menit.
- Tahan radiasi panas 8 W/cm2 untuk selama 1 menit.
- Tahan benturan, Tahan air, Tidak menghantar listrik.
5) Sepatu bot harus memenuhi syarat-syarat:
- Terbuat dari bahan tahan panas.
- Lentur, anti slip.
- Tahan terhadap oli, bahan bakar pesawat, asam.
6) Sarung tangan harus memenuhi syarat-syarat:
Sumber: (Protec, 2015) Gambar 2.4 Fire Man Suit
2.14. Sepeda Motor
Sepeda motor adalah kendaraan beroda duayang digerakkan oleh sebuah
mesin(L. de Rome, 2011). Letak kedua roda sebaris lurus dan pada kecepatan
tinggi sepeda motor tetap stabil disebabkan oleh gaya giroskopik. Sedangkan pada
kecepatan rendah, kestabilan atau keseimbangan sepeda motor bergantung kepada
pengaturan setang oleh pengendara. Penggunaan sepeda motor di Indonesia sangat
populer karena harganya yang relatif murah, terjangkau untuk sebagian besar
kalangan dan penggunaan bahan bakarnya serta serta biaya operasionalnya cukup
2-24
Universitas Kristen Maranatha
Secara umum sepeda motor dapat dibedakan menjadi 2, yakni:
1) Motor matic
2) Motor bebek
[image:45.612.136.501.173.560.2](Spesifikasi motor matic dan motor bebek terlampir dalam lampiran).
Tabel 2.3
Perbedaan Motor Matic dan Motor Bebek
Aspek Motor Bebek Motor matik
Bodi Standar Lebih ringan
Tangki bensin Di bawah jok Di bawah jok
Harga Rp12-17 juta Rp13-30 juta ke atas
Transmisi Manual Otomatis
Kopling manual Ada Tidak ada
Rem mesin Ada Tidak ada
Konsumsi BBM Lebih hemat Lebih boros
Biaya perawatan Lebih murah Lebih mahal
2.15. K3
K3 merupakan salah satu upaya menjamin kualitas barang dan jasa serta
dapat memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat
sekitarnya dari bahaya penyakit dan kecelakaan akibat kerja (Atmanto, 2011).
Perlindungan terhadap tenaga kerja dari ancaman kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja merupakan hak asasi pekerja yang wajib dipenuhi oleh perusahaan
yang mempekerjakan (DepKes, 2005).
Tujuan dilaksanakannya K3 dalam sebuah perusahaan adalah: (Hardono, Setyo,
Nazib Faisal, dan Rulli Ranastra Irawan, 2009);(Sedarmayanti, 2011)
• Untuk menjaminkesejahteraan dan kesehatan para karyawan sehingga dalam bekerja karyawan terhindar daribahaya penyakit akibat kerja yang
mungkin timbul ketika seorang bekerja.
• Memberikan jaminankeselamatan kepada karyawan sehingga terhindar dari bahaya kecelakaan yang mungkin terjadidan memberikan
adanyahasil pembuangan limbah serta bahaya kimia yang dihasilkan suatu
perusahaan dalam prosesindustri. Dengan adanya K3 ini, diharapkan akan
tercipta suasana kerja yang nyaman dan amansehingga kesejahteraan dan
produktivitas meningkat.
2.15.1.PPE (Personal Protective Equipment)
PPE adalah peralatan yang harus digunakan seorang pada saat
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kebutuhan sehingga terhindar dari bahaya
kecelakaan yang dapat membahayakan karyawan. Penggunaan PPE ini merupakan
salah satu cara untuk menghindari dari bahaya kecelakaan. Ada beberapa macam
APD yang digunakan seorang karyawan pada saat bekerja(Kusuma, 2010;
Rijanto, 2010):
• Helm, berfungsi untuk melindungi kepala dari bahaya seperti kejatuhan benda-benda, terbentur benda keras yang dapat membahayakan kepala
seorang karyawan pada saat bekerja.
• Safety shoes, berfungsi untuk melindungi kaki dari bahaya seperti tertimpa benda-benda berat, terinjak benda-benda tajam, tertumpah bahan-bahan
kimia yang dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan.
• Sarung tangan, berfungsi untuk melindungi tangan dari bahaya pada saat bekerja sehingga terhindar dari cedera tangan seperti teriris, tergores
ataupun terkena bahan-bahan kimia.
• Kacamata pengaman, berfungsi untuk melindungi mata dari bahaya yang dapat mengganggu mata seperti masuknya debu, radiasi, percikan bahan
kimia yang dapat berakibat fatal seperti kebutaan.
• Penutup telinga, berfungsi untuk melindungi telinga dari bahaya seperti kebisingan pada saat bekerja.
• Masker, berfungsi untuk menyaring udara yang akan dihirup karyawan pada saat bekerja sehingga tidak membahayakan pernapasan.
2-26
Universitas Kristen Maranatha
2.16. Perancangan Produk
Produk adalah sebuah “artefak” -- sesuatu yang merupakan kreativitas
budi-daya manusia (man-made object) yang dapat dilihat, didengar, dirasakan
serta diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan fungsional tertentu -- yang
dihasilkan melalui sebuah proses panjang( Ulrich, Karl T. and Eppinger, Steven
D., 2000). Produk ini bisa berupa benda fisik maupun non-fisik (jasa), bisa dalam
bentuk yang kompleks seperti mesin maupun fasilitas kerja yang lain, dan bisa
pula merupakan barang-barang konsumtif sederhana untuk keperluan sehari-hari.
Untuk bisa menghasilkan produk -- khususnya produk industri -- yang memiliki
nilai komersial tinggi, maka diperlukan serangkaian kegiatan berupa perencanaan,
perancangan dan pengembangan produk yaitu mulai dari tahap menggali ide atau
gagasan tentang fungsi-fungsi yang dibutuhkan; dilanjutkan dengan tahapan
pengembangan konsep, perancangan sistem dan detail, pembuatan prototipe,
evaluasi dan pengujian (baik uji kelayakan teknis maupun kelayakan komersial),
dan berakhir dengan tahap pendistribusiannya ( Ulrich, Karl T. and Eppinger,
Steven D., 2000). Didalam proses perancangan maupun pengembangannya,
pengertian tentang produk tidaklah bisa dipandang hanya dari karakteristik fisik,
<