• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI NGO LUN DALAM AGAMA KONGHUCU. (Studi Terhadap Litang Harmoni Kehidupan Depok Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLEMENTASI NGO LUN DALAM AGAMA KONGHUCU. (Studi Terhadap Litang Harmoni Kehidupan Depok Jawa Barat)"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI NGO LUN DALAM AGAMA KONGHUCU (Studi Terhadap Litang Harmoni Kehidupan Depok Jawa Barat)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Fiqri Ramadhan 11150321000027

PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2021M

(2)

i

(3)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

IMPLEMEMTASI NGO LUN DALAM AGAMA KONGHUCU (Studi Terhadap Litang Harmoni Kehidupan Depok Jawa Barat)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Fiqri Ramadhan 11150321000027

Dibawah bimbingan:

Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si.

NIP: 196511291994031002

PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2021M

(4)

iii

(5)

iv ABSTRAK

Peran sentral agama dalam menata masyarakat yang bermoral dan beretika memiliki kedudukan yang sangat penting. Suatu agama akan mengarahkan umatnya untuk melakukan apa yang diajarkan oleh agama melalui teks-teks keagamaan. Dalam agama Khonghucu, terkait pembahasannya dengan etika dan moral mengenal istilah Ngo Lun/ Wu Lun yaitu lima norma kesopanan, norma- norma yang tentunya harus ada dalam setiap sendi kehidupan umat Khonghucu, baik hubungan antara umat Khonghucu atau antar umat beragama lainnya.

Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami apa yang dimaksud Ngo Lun dalam agama Khonghucu dan bagaimana penerapannya di Litang Harmoni Kehidupan Depok Jawa Barat. Penelitian ini akan dilakukan saat adanya jadwal pertemuan antara penulis dan pihak Litang. Penulis akan melakukan penelitian di Litang Harmoni Kehidupan Depok Jawa Barat. Penelitiannya akan ditujukan pada Pengurus Litang Harmoni Kehidupan Depok Jawa Barat. Dalam hal ini mengapa harus ada penerapan dalam Ngo Lun. Untuk mencapai penelitian tersebut, penulis menggunakan pendekatan sosiologis yang fokus perhatiannya pada interaksi antara agama dan masyarakat yang berada di Litang Harmoni Kehidupan. Maka dari itu, sebagai sebuah penelitian yang bersifat lapangan, metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi yang kemudian hasil dari penelitiannya akan di deskripsikan.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Ngo Lun dalam agama Khonghucu sangat berpengaruh dalam membangun kontruksi sosial yang beretika dan bermoral di Litang Harmoni Kehidupan. Begitupun interaksi sosial yang dibangun antara umat Khonghucu dan umat yang lainnya berjalan dengan baik.

Sehingga hubungan yang terjalin antar sesama umat Khonghucu dan masyarakat sekitar menimbulkan sikap kerukunan antar umat beragama dan dapat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, semangat gotong royong dan solidaritas yang tinggi.

Karena untuk membangun perdamaian dunia harus berjalan beriringan.

Kata Kunci: Implementasi, Ngo Lun, Masyarakat, Khonghucu

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur sudah sepantasnya bagi Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya. Dengan kasih sayangnyalah semua nikmat bisa diperoleh, termasuk menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam bagi Nabi Muhammad SAW, rasul yang telah mengajarkan pentingnya menjadi orang yang beriman dan berilmu sehingga bisa berada dalam kemuliaan akhlak. Tidak lupa saya ingin berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah berjasa dalam proses studi dan penulisan skripsi ini:

1. Kedua orang tua, Ayahanda H. Ismail dan Ibunda Hj. Nursiti yang telah memberikan kesempata kepada saya untuk mengenyam pendidikan di bangku kulaih dan memilih Studi Agama-agama. Keduanya telah memberikan banyak hal dalam proses penulisan skripsi ini, mulai dari motivasi, finansial yang diberikan kepada saya. Selain itu, berkat doa dan keridhoan merekalah saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Maka saya persembahkan karya ini untuk keduanya.

2. Bapak Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si. yang berperan sangat baik sebagai dosen pembimbing. Beliau banyak memberikan masukan mengenai kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Selain itu, beliau juga menjadi teman diskusi yang membuka wawasan baru mengenai suatu isu.

Serta kesabarannya dalam menghadapi kesalahan saya dalam proses mengerjakan skripsi ini.

(7)

vi

3. Bapak Prof. Dr. H. Kautsar Azhari Noer yang menjadi dosen pembimbing akademik. Dengan dukungannyalah saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Dosen-dosen Studi Agama-agama terutama kepada Bapak Prof. Dr. Media Zainul Bahri, M. A., Dr. Abdul Moqsith Ghazali, Prof. Dr. Sri Mulyati, M.

A. yang banyak menginspirasi penulis dan seluruh Dosen SAA di bidangnya masing-masing yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.

5. Kepada seluruh keluarga besar Litang Harmoni Kehidupan Cimanggis Depok yang sudah membuka pintu selebar-lebarnya untuk penulis melakukan penelitian, khususnya kepada Bapak Ws. Mulyadi Liang yang sangat ramah dan baik hati, banyak kontribusi yang beliau berikan baik dari segi arahan maupun masukan yang diberikan kepada penulis. Umunya kepada seluruh jajaran anggota, para Wenshi, di MAKIN Cimanggis Depok, semoga setiap kebaikan selalu mebawa keberkahan dalam hidup kita.

6. Kepada kedua kaka saya, Nurlinda Ismalia dan Ripki Roechiat yang telah menjadi salah satu faktor saya bersungguh-sungguh.

7. Keluarga besar Ittihadu Marhalatina (IHNA) Darussunnah International Institut for Hadits Sciences angkatan 2015 yang menjadi tempat dimana jiwa saya berlabuh mencari kehausan akan ilmu dan keimanan.

8. Keluarga besar Studi Agama-Agama angkatan 2015 yang menemani saya selama kuliah di SAA.

9. Keluarga besar KKN Mahabbata yang menjadi tempat saya berproses selama KKN di Desa Sukadiri, Tangerang.

(8)

vii

10. Keluarga besar Ikatan Keluarga Ma’had Assaadah (IKMA) yang menjadi pelabuhan pertama saya ketika sampai di tanah Ciputat. Di tempat ini penulis merasa aman dan nyaman karena pernah berada di lingkungan yang sama.

Ciputat, 22 Maret 2021

Fiqri Ramadhan

(9)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ...Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ...iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Tinjauan Pustaka ... 8

E. Metodologi Penelitian ... 10

F. Sistematika Pembahasan ... 14

BAB II ... 16

GAMBARAN UMUM LITANG HARMONI KEHIDUPAN CIMANGGIS DEPOK JAWA BARAT ... 16

A. Pengertian dan Sejarah Litang ... 16

B. Letak Geografis ... 18

C. Sejarah Brdirinya Litang Harmoni Kehidupan ... 20

D. Tujuan didirikan Litang Harmoni Kehidupan ... 22

E. Perkembangan Litang Harmoni Kehidupan ... 23

F. Sistem Keorganisasian ... 25

G. Aktivitas Litang Harmoni Kehidupan ... 29

1. Aktivitas Peribadatan ... 29

2. Aktivitas Non Peribadatan ... 30

BAB III ... 34

WU LUN DALAM AGAMA KHONGHUCU ... 34

(10)

ix

A. Khonghucu dan Ajarannya... 34

1. Sejarah Agama Khonghucu ... 34

2. Kitab Suci Agama Khonghucu... 40

3. Pokok-Pokok Ajaran Agama Khonghucu ... 44

B. Ajaran Wu lun/Ngo Lun dalam Agama Khonghucu ... 48

1. Konsep Ajaran Wu lun/Ngo Lun Dalam Agama Khonghucu ... 48

BAB IV ... 58

IMPLEMENTASI NGO LUN DALAM AGAMA KHONGHUCU ... 58

A. Hubungan antara Pimpinan dan Bawahan ... 58

B. Hubungan antara Suami dan Ibu ... 61

C. Hubungan antara Orang tua dan Anak ... 62

D. Hubungan antara Kaka dan Adik ... 75

E. Hubungan antara Kawan dan Sahabat ... 77

F. Refleksi: Hubungan Umat Khonghucu Litang Harmoni dan Masyarakat Sekitar Error! Bookmark not defined. BAB V ... 81

PENUTUP ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran-saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... x

LAMPIRAN ... xvii

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peranan agama Khonghucu dalam menghadapi gencarnya kemajuan zaman memerlukan interpretasi terhadap ajaran moralitas keagamaan, agar bisa diterapkan dan disesuaikan dengan kondisi saat ini.

Usaha ini memerlukan kearifan dalam memberi makna atas ajaran-ajaran Nabi Kongzi yang termuat dalam kitab suci. Sehingga pemberian interpretasi atas ayat-ayat tidak menyimpang dari dasar dan nilai religiositas. Ini memerlukan usaha keras dalam upaya memberikan nilai- nilai agama kedalam kehidupan modern.1 Agama Khonghucu yang bisa dikatakan sebaga agama yang sangat menjunjung tinggi nilai etika dan moral, hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya sarjana timur yang mengatakan bahwa ajaran Khonghucu yang tertuang dalam kitab-kitabnya, segabian besar memuat ajaran etika dan moral. Para sarjana Timur tersebut diantaranya adalah Fung Yu Lan, Lin Yu Tang, dan Leo Suryadinata.2

1 Agung Prabowo, “Wu Lun Lima Hubungan Masyarakat”, tersedia di https://www.spocjournal.com/budaya/488-wu-lun-lima-hubungan-masyarakat.html, diakses pada 15 Desember 2020.

2 M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, (Jakarta:

Pelita Kebajikan, 2005), hal. 60.

(12)

2

Sejak dulu hingga sekarang banyak sudah para sarjana yang mempelajari agama menurut disiplin ilmu masing-masing. Dari segi kajian antropologi, para sarjana telah mencoba mengkaji agama dari berbagai aspek. Misalnya, tentang asal mula manusia beragama di samping mengkaji bentuk-bentuk kepercayaan manusia yang ada di muka bumi ini serta mengkaji bentuk upacara keagamaannya (ritual).3 Adalah Taylor yang pertama mengkaji dan mendefinisikan agama, Taylor kemudian mengusulkan definisinya sendiri, yang menurutnya, lebih tepat untuk memulai tugas ini, yaitu agama sebagai “keyakinan terhadap sesuatu yang spiritual”.4 Dalam definisi lain tentang agama, yaitu menurut Durkheim sebuah agama adalah sistem kepercayaan dan praktik yang dipersatukan relatif terhadap hal-hal suci, artinya, hal-hal yang dipisahkan dan dilarang - keyakinan dan praktik yang menyatukan ke dalam satu komunitas moral tunggal yang disebut gereja, semua orang yang menganutnya.5

Kemudian agama juga merupakan entitas yang mengandung, mengutip perkataan para ahli sosiologi agama, pandangan-pandangan dasar dimana suatu kelompok atau masyarakat manusia mengorganisir kehidupan mereka (the grounds of meaning). Yakni, memuat orientasi- orientasi dasar terhadap kehidupan kemanusiaan, kemasyarakatan, konsep- konsep mengenai waktu dan makna mati, serta konsep-konsep kosmologi

3 Ibrahim Gultom, Agama Malim di Tanah Batak, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal 14.

4 Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, Tujuh Teori Agama Paling Berpengaruh, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2018), hal 45.

5 Emile Durkheim, The Elementary Forms of Religious Life, (United State Of America:

The Free Pres, 1995), hal 34.

(13)

3

dasar dalam hubungan dengan eksistensi manusia. Agama merupakan tuntunan hidup yang diturunkan Tuhan kepada umat manusia. Agama memuat ajaran yang universal dan nondiskriminatif, yaitu tidak membedakan manusia berdasarkan latar belakang etnis, ras, ideologi, atau budaya.6

Manusia adalah makhluk sosial, ia tidak dapat hidup sendirian saja dan ia membutuhkan bantuan orang lain juga untuk bisa hidup. Misalnya, petani menanam padi di sawah dan mereka menghasilkan padi yang menjadi beras. Beras dibutuhkan sebagai salah satu bahan makanan pokok manusia. Pernahkan kamu mebayangkan bagaimana bila tidak ada petani yang menanam padi di sawah? Bagaimana kebutuhan kita yang membutuhkan bahan makanan? Kita tidak bisa memenuhi semua kebutuhan hidup kita sendiri, oleh karena itu kita membutuhkan bantuan orang lain.7 Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial—termasuk perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah- kadiah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok, serta lapisan-

6 M. Ridwan Lubis, Agama dalam Diskursus Intelektual dan Pergumulan Kehidupan Beragama di Indonesia, (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB), 2015), hal. 3.

7 Mulyadi Liang, Mengenal Agama Khonghucu (Sidoarjo: SPOC (study park of confusius), 2015), hal. 82.

(14)

4

lapisan sosial. Sedangkan proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama. 8

Hubungan antara manusia dan sesamanya harus dibina dengan baik, sehingga tercipta keharmonisan dan ketentraman dalam kehidupan masyarakata dan negara. Ada lima Jalan Suci yang harus ditempuh yang disebut dengan lima hubungan kemasyarakatan (Ngo Lun). Kelima hubungan tersebut dapat dilaksanakan dengan prinsip zhong he, yakni zhong berati tengah harmonis; hubungan tersebut harus dilakukan dengan tepat, benar, dan sebagaimana mestinya. Sedangkan he berarti harmonis tidak menimbulkan kekacauan.9

Apabila dilihat dari ajaran-ajaran Khonghucu yang terdapat dalam kitab-kitab sucinya, terutama Su Si dan Hau King, tampaknya Khonghucu sangat menekankan nilai-nilai etika, baik itu dalam kehidupan rumah tangga di masyarakat dan di pemerintahan. Menurut Khonghucu etika itu penting untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Untuk mencapai tujuan yang lebih besar itu, Khonghucu menganjurkan agar dimulai dari yang lebih kecil. Dengan kata lain, apabila kita hendak mewujudkan perdamaian dunia, hendaklah dimulai dari kehidupan rumah tangga. Hal ini dapata dilihat dari perkataan Khonghucu dalam kitab Thai Hak 1: 4-5, sebagai berikut:

8 J. Dwi Naryoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta:

Kencana, 2006), Hal. 4.

9 Mulyadi Liang, Mengenal Agama Khonghucu, hal 93-94.

(15)

5

“Maka orang zaman dahulu yang hendak menggemilangkan kebajikan yang bercahaya pada tiap umat di dunia, ia terlebih dahulu berusaha mengatur negrinya; untuk mengatur negrinya, ia terlebih dahulu membereskan rumah tangganya; untuk membereskan rumah tangganya, ia lebih dahulu membina dirinya; untuk membina dirinya, ia terlebih dahulu meluruskan hatinya; untuk meluruskan hatinya ia terlebih dahulu mengimankan tekadnya; untuk mengimankan tekadnya, ia terlebih dahulu mencukupkan pengetahuannya; dan untuk mencukupkan pengetahuannya, ia meneliti hakikat tiap perkara.” (ayat 4) “Dengan meneliti hakikat setiap perkara, dapat cukuplah pengetahuannya; dengan cukup pengetahuannya, akan dapatlah mengimankan tekadnya; dengan tekadnya yang beriman, akan dapatlah meluruskah hatinya; dengan hati yang lurus, akan dapatlah membina dirinya; dengan diri yang terbina, akan dapatlah membereskan rumah tangganya; dengan rumah tangga yang beres, akan dapatlah mengatur negrinya; dan dengan negri yang teratur, akan dapat dicapai damai dunia.” (ayat5)10

Untuk menata kehidupan masyarakat yang damai dan teratur, maka perlu adanya pembagian tugas dan tangungjawab yang jelas. Setiap orang memiliki peran masing-masing dalam kehidupan ini, oleh karena itu setiap orang wajib menepati tugas dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya hingga kehidupan ini dapat berjalan dengan damai dan harmonis.

Berikut ini adalah Lima Hubungan Kemasyarakatan (Ngo lun) sebagai tatanan sosial dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang teratur dan damai, yaitu:

1. Pemimpin dan yang dipimpin atau atasan dan bawahan (jun chen) 2. Orang tua dan anak (fu zi)

3. Suami dan ibu (fu fu) 4. Kakak dan adik (xiong di) 5. Kawan dan sahabat (peng you)

10 Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat, hal. 61-62.

(16)

6

Kelima hubungan tersebut diatas bukan dimaksudkan sebagai hubungan antara penguasa dan bawahan yang bersifat otoriter, melainkan hubungan yang bersifat timbal balik dan saling membutuhkan satu sama lain.11 Supaya manusia tetap dapat berlaku tengah dan tepat, maka wajib dilaksanakan dengan semangat satya dan tepasalira (zhong shu), yakni

“apa yang sendiri tiada inginkan, janganlan dilakukan kepada orang lain”

(Lunyu/Sabda Suci XV:24).12

Ngo Lun adalah Lima hubungan utama kemanusiaan dalam agama Khonghucu memegang peranan penting untuk menciptakan hubungan- relasi dalam masyarakat yang tertata rapi berdasarkan Li, (kesusilaan, sopan santun, tata krama) untuk menciptakan keharmonisan. Kondisi sekarang ilmu pengetahuan dan tehnologi maju pesat, kehidupan moderen semakin menumbuhkan sikap individual yang kuat, pendidikan saat ini lebih menitik- beratkan pada penguasaan ilmu pengetahuan yang meningkatkan rasionalitas dan mengabaikan pendidikan hati yakni moralitas dan budi pekerti.13 Akhirnya dengan memilih judul

“Implementasi Ngo Lun Dalam Agama Khonghucu” menjadi daya tarik utama penulis untuk mengetahui seberapa jauh peran agama Khonghucu

11 Mulyadi Liang, Mengenal Agama Khonghucu, hal 82-83.

12 Mulyadi Liang, Mengenal Agama Khonghucu, hal 94.

13 Agung Prabowo, “Wu Lun Lima Hubungan Masyarakat”, tersedia di https://www.spocjournal.com/budaya/488-wu-lun-lima-hubungan-masyarakat.html, diakses pada 15 Desember 2020.

(17)

7

dalam membentuk tatanan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan budi pekerti.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapatlah penulis merumuskan beberapa permasalahan;

1. Apa yang dimaksud dengan Ngo Lun dalam agama Khonghucu?

2. Bagaimana implementasi Ngo Lun di Litang Harmoni Kehidupan Cimanggis Depok Jawa Barat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk memenuhi persyaratan memeroleh gelar Sarjana Agama pada Fakultas Ushuluddin jurusan Studi Agama-agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Untuk mengetahui implementasi Ngo Lun di Litang Harmoni Kehidupan Cimanggis Depok Jawa Barat.

2. Manfaat Penelitian:

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan pengetahuan empiris mengenai agama Khonghucu dan aspek-aspek yang terkait dengannya.

(18)

8

b. Dapat memberikan sumbangan bagi khazanah ilmiah tentang agama-agama sebagai realitas sosial yang memberikan ciri khas dan pemahaman beragama.

D. Tinjauan Pustaka

Pembahasan mengenai agama Khonghucu tentang konsep norma- norma kesopanan (Ngo Lun/ Wu Lun) secara umum memang sudah ada yang mengkaji diantaranya ialah:

Dalam buku Prof. Dr. M. Ihsan Tanggok Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia.14 Isi buku ini membahas tentang ajaran agama Khonghucu secara umum yang mencakup di dalamnya ajaran Ngo Lun (lima norma kesopanan dalam masyarakat) kemudian membahas tentang sejarah agama Khonghucu di Indonesia, tata cara perkawinana, upacara penguburan jenazah, tatacara sembahyang, hari-hari besar dan pro kontra tetang agama Khonghucu di Indonesia.

Dalam skripsi Nina Asmara yang berjudul Humanisme Dalam Agama Khonghucu (Studi Terhadapa Interasksi Sosial di Kelenteng Tjen Ling Kiong Yogyakarta)15 dalam skripsi ini penulis juga membahas sedikit tentang ajarang Ngo Lun, bahwa dalam proses humanisme terdapat satu ajaran yang menyokong tumbuh suburnya humanisme dalam agama

14 Ihsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat, hal. iii.

15 Nina Asmara, Humanisme Dalam Agama Khonghucu (Studi Terhadap Interaksi Sosial di Kelenteng Tjen Liong King Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008. Hal. i

(19)

9

Khonghcu yaitu ajaran Ngo Lun. Dan juga dampak atau impliksinya terhadap umat agama Khonghucu terutama di Kelenteng Tjen Lin Kiong di Yogyajarta.

Dalam skripsi Muhammad Taufik yang berjudul Ajaran Persaudaraan Dalam Agama Khonghucu Dan Implementasinya Di Kota Makassar16 dapat menunjukkan dan memberikan gambaran kepada orang non Agama Khonghucu bahwa dalam agama Khonghucu juga terdapata ajaran persaudaraan salah satunya adalah ajaran tentang Ngo Lun (lima norma kesopanan dalam masyarakat) dengan menyebutkan beberapa dasar ayat dalam kitab suci agama Khonghucu dan gambaran-gambaran tentang implementasinya lewat perilaku sehari-hari yang dilakukan oleh orang- orang yang beragama Khonghucu khususnya di kota Makassar.

Dalam skripsi saudari Viviana dengan judul Konsep Humanisme Agama Khonghucu Dalam Membentuk Manusia Sempurna (Studi Terhadap Sikap Kemanusiaan Umat Khonghucu di Lithang Bakti Pondok Cabe)17 disebutkan bahwa untuk membentuk manusia sempurna maka umat agama Khonghucu harus mengamalkan ajaran Ngo Lun (lima norma kesopanan dalam masyarakat).

16 Muhammad Taufik, Ajaran Persaudaraan Dalam Agama Khonghucu Dan Implememntasinya Di Kota Makassar, skripsi Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik Universitas Islam Negri Alauddin Makassar, 2017. Hal. i

17 Viviana, Konsep Humanisme Agama Khonghucu Dalam Membentuk Manusia Sempurna (Studi Terhadap Sikap Kemanusiaan Umat Khonghucu di Lithang Bakti Pondok Cabe), Skripsi Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. Hal i

(20)

10

Dalam skripsi Novita Dian Anggraini yang berjudul Perkembangan Agama Khonghucu Di Surakarta (Studi Deskriptif Kualitatif Sosialisasi pada Keluarga Khonghucu di Surakata)18 bahwa dalam proses perkembangannya agama Khonghucu sendiri berangkat dari salah satu wahyu yang diterima oleh Raja Suci Sun (2255-2205 SM) yaitu tentang bagaimana keharmonisan diciptakan melalui ajaran Ngo Lun.

Yang nantinya dalam skirpi ini akan berimbas pada implikasi sosial pada keluarga yang menganut agama Khonghucu khusunya di Surakarta.

E. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian ialah metodologi ilmiah yang digunakan untuk memahami suatu fenomena/masalah dengan menggunakan fakta- fakta (data sampel atau data populasi) dan analisis secara ilmiah, baik analisa kualitatif maupun analisa kuantitatif untuk suatu tujuan tertentu.19

Satu hal lain yang dalam dunia keilmuan segera dilekatkan pada masalah sistem adalah metode. Dalam arti kata yang sesungguhnya, maka metode (Yunani: methodos) adalah cara atau jalan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja; yaitu cara

18 Novita Dian Anggraini, Perkembangan Agama Khonghucu Di Surakarta (Studi Deskriptif Kualitatif Sosialisasi pada Keluarga Khonghucu di Surakata), Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010. Hal. i.

19 Ali Idris Soentoro, Cara Mudah Belajar Metodologi Penelitian Dengan Aplikasi Statistik, (Jakarta: PT Taramedia Bakti Persada, 2015), hal. i

(21)

11

kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.20

Adapun dalam metodologi penelitian ini, penulis akan menggunakan metodologi penelitian:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field reseach) yang bersifat kualitatif. Pengertian penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti. (Taylor dan Bogdan, 1984:5).21 Kemudian data yang didapatkan dari lapangan akan dicocokan kedalam data yang terdapat di literatur. Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan penelitian di Litang Harmoni Kehidupan Cimanggis Depok.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini bersifat penelitian deskriptif (descriptive research), yang bisasa disebut juga penelitian taksonomik (taxsonomic research), seperti telah disebutkan sebelumnya, dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan

20 Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 1980), hal. 7.

21 Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2005), hal. 166.

(22)

12

sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.22

3. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan keterangan diatas, maka penulis akan melakukan pengumpulan data dengan cara:

a. Observasi adalah alat pengumpulan datanya disebut panduan observasi. Metode ini menggunakan pengamatan atau penginderaan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses, atau perilaku.23 Dalam hal ini Penulis akan melakukan observasi di Litang Harmoni Kehidupan yang diresmikan pada tahun 2008. Litang adalah rumah ibadah khusus Agama Khonghucu di Indonesia. Secara geografis Litang ini masuk kedalam daerah Cimanggis Kota Depok. Litang ini, bukan hanya didirikan rumah ibadah, tapi juga secara bersamaan didirikan lembaga penidikan seperti Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar Bright Kiddie sekolah khusus untuk umat Khonghucu. Jika peradaban di mulai dari pendidikan, maka ketertarikan awal penulis memilih Litang ini karena bukan hanya menidirkan rumah ibadah, tapi lembaga penidikan juga.

22 Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 20.

23 Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, hal. 52-53.

(23)

13

Secara tidak langsung, dengan adanya lembaga pendidikan literasi-literasi keagamaan Khonghucu juga terus berkembang.

b. Wawancara mendalam (deep interview) untuk memperoleh keterangan, pendirian, pendapat secara lisan dari seorang (responden) dengan berbicara langsung (face to face) dengan orang tersebut. Dengan demikian, wawancara berbeda dengan ngobrol, bercakap-cakap, dan beramah-tamah. Wawancara juga sering disebut sebagai suatu proses komunikasi dan interaksi. Sebagai suatu proses komunikasi karena antara pewawancara dan responden mensyaratkan adanya penggunaan symbol-simbol tertentu (semisal bahasa) yang saling dapat dimengeri kedua belah pihak (pewawancara dan responden), disadari atau tidak, terjadi proses saling memengaruhi.24 Dalam hal ini, peneliti akan melakukan wawancara kepada tokoh agama MAKIN Cimanggis Bapak Ws. Mulyadi Liang, ketua Litang Harmoni Kehidupan Bapak Chandra Limi dan umat Khonghucu yang ada di Litang Harmoni Kehidupan.

c. Dokumentasi. Untuk metode dokumentasi, alat pengumpulan datanya adalah disebut form pencatatan dokumen, dan sumber datanya berupa catatan atau dokumen yang tersedia.25 Metode ini bertujuan untuk membantu akurasi data dalam proses

24 Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial, hal. 69-70.

25 Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, hal. 53.

(24)

14

penelitian baik yang berbentuk foto atau dokumentasi- dokumentasi penting yang berkaitan dengan penelitian.

4. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang akan digunaka oleh penulis adalah pendekatan sosiologis. Pendekatan sosiologis dibedakan dari pendekatan studi agama lainnya karena fokus perhatiannya pada interaksi antara agama dan masyarakat. Praanggapan dasar perspektif sosiologis adalah concern-nya pada struktur sosial, konstruksi pengalaman manusia, dan kebudayaan termasuk agama. Objek-objek, pengetahuan, praktik-praktik, dan institusi-institusi dalam dunia sosial, oleh pada sosiolog dipandang sebagai produksi interaksi manusia dan konstruksi sosial.26

F. Sistematika Pembahasan

Untuk memberi arah pada penelitian ini, perlu dilakukan pemetaan dan sistematika pembahasan kedalam beberapa bagian berikut.

Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan sebagai pokok gambaran tentang skripsi ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

26 Peter Connolly (ed), Aneka Pendekatan Studi Agama, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2002), hal. 271.

(25)

15

Bab kedua, membahas gambaran umum Litang Harmoni Kehidupan Cimanggis Depok Jawa Barat. Yang meliputi letak geografis, sejarah dan perkembangan Litang, tujuan didirikannya Litang, struktur organisasi/kepengurusan, kemudian aktivitas yang dilakukan di Litang yang meliputi aktivitas peribadatan maupun non peribadatan.

Bab ketiga, membahas gambaran umum Agama Khonghucu seperti sejarah, kitab suci, pokok-pokok ajaran Agama Khonghucu, dan pembahasan tentang Ngo Lun dalam agama Khonghucu yang berisi tentang hubungan raja dengan mentri atau atasan dengan bawahan, hubungan orangtua dengan anak, hubungan suami dengan istri, hubungan saudara dengan saudara dan hubungan teman dengan teman.

Bab keempat, pada bab ini dipaparkan tentang implementasi ajaran Ngo Lun dalam agama khonghucu di Litang Harmoni Kehidupan meliputi interaksi antara raja dengan mentri atau atasan dengan bawahan, hubungan orangtua dengan anak, hubungan suami dengan istri, hubungan saudara dengan saudara dan hubungan teman dengan teman. Serta dampak dari interaksi tersebut.

Bab kelima, adalah bab terakhir yang berisi kesimpulan peneliti, setelah melakukan penelitian terhadap Implementasi Ngo Lun Dalam Agama Khonghucu (Studi Terhadap umat Khonghucu di Litang Harmoni Kehidupan) dan saran-saran penulis.

(26)

16 BAB II

GAMBARAN UMUM LITANG HARMONI KEHIDUPAN CIMANGGIS DEPOK JAWA BARAT

A. Pengertian dan Sejarah Litang

Secara bahasa, Li dilukiskan sebagai gabungan antara tingkah laku, ibadah, adat kebiasaan, tatakrama dan sopan santun.27 Li ada juga yang mengartikan peribadahan, tata susila, atau upacara, sedangkan Tang artinya gedung, ruangan, atau aula. Secara definisi Litang adalah ruangan atau aula tempat Ibadah, belajar, dan mempelajari agama Khonghucu di Indonesia.28 Litang awalnya hanya bagian dari Miao/Kelenteng yang digunakan sebagai tempat berkumpul untuk berdiskusi. Namun sejak orde baru dimulai keberadaan Miao/Kelenteng yang dilarang membuat Khonghucu yang ingin beribadah menjadi kesulitan sehingga untuk menyiasatinya didirikanlah rumah ibadah tersendiri yang disebut Litang.29

Secara khusus, Litang adalah tempat ibadah ciri khas umat Khonghucu di Indonesia, hal itu terjadi karena situasi politik yang berbeda dengan daerah dimana agama ini berasal. Sebelum adanya Litang umat

27 Wahyu Murtiningsih, Para Filsuf Dari Plato Sampai Ibnu Bajjah, (Jogjakarta:

IRCiSoD, 2014), hlm. 28.

28 Wawancara dengan Bapak Ws Mulyadi Liang, Rohaniawan MAKIN Cimanggis, pada tanggal 19 Oktober 2020.

29 Dewi Fatiah, “Daftar Alamat dan Jadwal Kebaktian Litang di Indonesia”, tersedia di https://dewiiifatiah.wordpress.com/, diakses pada tanggal 20 Oktober 2020.

(27)

17

Khonghucu di Indonesia hanya datang ke Klenteng untuk melakukan sembahyang tanpa memiliki dasar dan tanpa tahu dari kitab suci apa ajaran ini berasal. Dengan adanya Litang semua kegiatan sembahyang atas ajaran dan Kitab Suci Agama Khonghucu, banyak orang mengenal Khonghucu tapi tidak tahu ajarannya. Dan ajaran Agama Khonghucu ini hanya diajarkan secara turun temurun di dalam rumah tangga melalui ayah, ibu dan seterusnya tapi tidak pernah dijabarkan secara husus seperti halnya yang ada di dalam Islam diajarkan memlaui pengajian dan lain sebagainya. Setelah itu dibentuklah lembaga seperti Majlis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN). Majlis Agama Konghucu Indonesia (MAKIN) Rohaniawanlah yang berperan untuk mengajarkan ajaran Agama Khonghucu melalui khotbah-khotbahnya.30

Sejarahnya mengapa terjadi penamaan khusus untuk rumah ibadah Khonghucu di Indonesia adalah ketika masa orde baru terdapat Intruksi Presiden Republik Indonesia nomor 14 tahun 1967 tentang Agama Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina yang berisi: bahwa agama, kepercayaan dan adat istiadat Cina di Indonesia yang berpusat pada negeri leluhurnya, yang dalam manifestasinya dapat menimbulkan pengaruh phychologis, mental dan moril yang kurang wajar terhadap warganegara Indonesia

30 Wawancara dengan Bapak Ws Mulyadi Liang, Rohaniawan MAKIN Cimanggis, pada tanggal 19 Oktober 2020.

(28)

18

sehingga merupakan hambatan terhadap proses asimilasi, perlu diatur serta ditempatakn fungsinya pada proporsi yang wajar.31

Dengan adanya Intruksi Presiden nomor 14 tahun 1967, umat Khonghucu Indonesia sulit untuk mendirikan rumah Ibadah, kemudian untuk tetap mempertahankan eksistensi rumah ibadah tersebut akhinya banyak Kelenteng yang berganti nama menjadi Wihara adapun Wihara dan Kelenteng itu sangat berdeda dari segi bangunan dan strukturnya dengan Kelenteng. Wihara adalah tempat Ibadah agama Budha. Sedangkan rumah ibadah agama Khonghucu adala Kelenteng, pada akhirnya karena banyak yang berganti nama, rumah ibadah agama Khonghucu tersingkirkan karena pergantian nama tersebut.32

B. Letak Geografis

Litang Harmoni Kehidupan terletak di jalan Flamboyan Blok Anggrek No. 2 kelurahan Cisalak Pasar kecamatan Cimanggis kota Depok Jawa Barat. Litang ini lokasinya sangat strategis dan mudah dijangkau karena berada di pusat kota Depok di sebelah barat pasar Cisalak. Sehingga memudahkan umatnya untuk datang ke Litang. Disana bukan hanya terdapat Litang saja namun berdiri juga lembaga pendidikan dari Taman Kanak-

31 Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, “Agama Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina”, tersedia di https://m.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt51cbd78fd5428/instruksi- presiden-nomor-14-tahun-1967/document, diakses pada 17 November 2020.

32 Wawancara dengan Bapapk Ws Mulyadi Liang, Rohaniawan MAKIN Cimanggis, pada tanggal 19 Oktober 2020.

(29)

19

Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) sampai jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang yang di inisasi oleh bapak Mulyadi Liang sebagai pendiri sekaligus menjabat sebagai kepala sekolah.33

Bangunan yang tadinya hanya terdiri dari satu lantai ini menghadap arah timur dan berbentuk persegi panjang, kemudian pada tahun 2008 selesai renovasi dan ditambah bangunan menjadi dua lantai yang diresmikan pada tanggal 25 Mei 2008 oleh Xs. Tjhie Tjay Ing sebagai Ketua Dewan Rohaniawan dan Ws. Budi S. Tanuwibowo sebagai Ketua Umum Matakin (Majlis Tinggi Agama Khonghucu). Bagian muka lantai satu terdiri dari dua pintu, pintu utama berada ditengan bangunan dan pintu kedua berada di sebelah kiri pintu utama. Pintu samping adalah akses untuk menuju ruangan penerimaan tamu jika ada yang ingin kunjungan. Pintu utama lantai bawah adalah akses menuju aula yang digunakan untuk keperluan perkumpulan, perayaan keagamaan, dan hal lain yang bersifat pendidikan.34

Sedangkan aula lantai dua digunakan untuk keperluan peribadahan, bagian muka yang menghadap ke timur terdapat pintu keluar untuk menuju altar yang digunakan untuk bersembahyang kepada Thian (Tuhan Yang Maha Esa). Dan yang terdapat pada bagian persembahyangan utama terdapat patung Nabi Khong Zi, lengkap dengan lilin yang berada si sebelah kiri dan kanan, tempat pembakaran dupa, tempat untuk menancapkan lidi

33 Wawancara dengan Bapak Ws Mulyadi Liang, Rohaniawan MAKIN Cimanggis, pada tanggal 19 Oktober 2020.

34 Wawancara dengan Bapak Ws Mulyadi Liang, Rohaniawan MAKIN Cimanggis, pada tanggal 19 Oktober 2020.

(30)

20

hio dan atribut-atribut lain yang mendukung peribadahan. Pada bagian kanan terdapat mimbar untuk keperluan khutbah ketika peribadahan sedang berlangsung. Pada bagian sebelah kiri terdapat bedug.35

Adapun gambaran wilayah sekitar Litang Harmoni Kehidupan yang terletak di jalan Flamboyan Blok Anggrek No. 2 kelurahan Cisalak Pasar kecamatan Cimanggis kota Depok Jawa Barat tidak berada pada komplek khusus umat Khonghucu akan tetapi berada ditengah-tengah masyarkat Muslim sekitarnya. Pada bagian barat, bagian belakang Litang terdapat Mushalla tempat beribadah umas Muslim. Pada bagian utara persis berada di sebelah Litang kediaman Umat Muslim Pak Haji Heri. Semuanya berjalan damai dan penuh toleransi.36

C. Sejarah Berdirinya Litang Harmoni Kehidupan

Bersamaan dengan adanya kebaktian di Sidakmukti dan Cimanggis, kemudian berlanjut ke daerah Cisalak yang dipelopori pada waktu itu oleh Bapak Setiandi Tirtayasa, Ibu Lindasari, Bapak Tan Hok Liang dengan dukungan dari almarhum Bapak lauw Kim Soei, almarhum Bapak Sim Sioe San, almarhum Lauw Kim Hay, almarhum Bapak Atong Widodo, almarhum Bapak Lie Tin Tjung dan lainnya. Kebaktian pertama yang diadakan di Cisalak bertempat di pelataran samping rumah almarhum Bapak Lauw kim

35 Wawancara dengan Bapak Ws Mulyadi Liang, Rohaniawan MAKIN Cimanggis, pada tanggal 19 Oktober 2020.

36 Wawancara dengan Bapak Ws Mulyadi Liang, Rohaniawan MAKIN Cimanggis, pada tanggal 19 Oktober 2020.

(31)

21

Soei, yaitu sekitar tahun 1963. Kebaktian pada waktu itu belum seperti sekrang ini, saat itu kebaktian baru berbentuk forum diskusi meskipun sudah ada altar sembahyang, tata cara menaikan dupa dan do’a. Kebaktian di Cisalak ini pernah beberapa kali mengalami perpindahan tempat, yaitu di rumah almarhum Bapak Lauw Kim Hay yang pada waktu itu dikenal dengan rumah loteng oleh warga sekitar.37

Dikarenakan umat yang hadir semakin bertambah dan belum adanya tempat yang tetap untuk kebaktian di Cisalak, kemudian almarhum Bapak Sim Sioe San menawarkan tempat disamping rumah beliau yang cukup luas.

Disitulah mulai ada pengkhotbah yang menyampaikan pelajaran agama, walaupun disampaikan secara sederhana. Almarhum Tianlo Liam Joe Tjiang atau Mulyadi Hardjo adalah salah seorang pengkhotbah yang penuh semangat memberikan pembinaan meskipun usianya telah lanjut pada saat itu, kemudian kebaktian beralih lagi ke rumah Bapak Lauw Kim Hay, yaitu antara tahun 1963-1968.38

Cikal bakal berdirinya Litang Surya Chandra Cisalak berawal dari almarhum Bapak Tan Wie Cin yang menyerahkan sebagian tanahnya pada tahun 1964 untuk keperluan kebaktian dengan restu dari ayahnya almarhum Bapak Tan Seng Hian. Sedangkan untuk pembangunannya baru dapat dilaksanakan pada tahun 1968 oleh pengurus MAKIN Cimanggis pada saat

37 Mulyadi Liang, Buku Kenangan Peresmian Litang Harmoni Kehidupan MAKIN Cimanggis, (Depok: MAKIN Cimanggis Depok 2008).

38 Mulyadi Liang, Buku Kenangan, 2008.

(32)

22

itu dan sekaligus didirikan sekolah TK SEGAR (Semangat Genta Rohani) yang bersifat sosial. Karena makin bertambahnya jamaah dan tempat ibadah yang berada di Litang Surya Candra sudah melebihi kapasitas akhirnya pada tahun 2008 atas inisiatif umat Khonghucu di Cimanggis Depok Jawa Barat didirikanlah Litang Harmoni Kehidupan yang memiliki dua lantai yang berdiri kokoh dan tegak sampai saat ini.39

D. Tujuan didirikan Litang Harmoni Kehidupan

Tujuan didirikannnya Litang Harmoni Kehidupan adalah sebagai sarana rumah ibadah bagi umat Khonghucu. Dengan didirikannya Litang Harmoni Kehidupan umat Khonghucu yang berada di sekitar Rumah Ibadah lebih mengenal iman dan dapat berjalan pada jalan yang benar. Adanya Rumah Ibadah juga sebagai sumbu umat Khonghucu di Litang Harmoni Kehidupan untuk berbuat baik kepada sesama penganut agama lainnya.40

Di samping itu, selain berfugsi sebagai rumah ibadah untuk melakukan sembahyang kepada TIAN, Litang ini juga berfungsi sebagai tempat berkumpulnya umat Khonghucu baik untuk melakukan peribadatan ataupun non peribadatan. Umat Khonghucu akan berkumpul di Litang ini ketika akan melaksanakan hari-hari besar seperti Imlek, memperingati kelahiran Nabi Kong Zi dan lain sebagainya. Maka dari itu tujuan

39 Mulyadi Liang, Buku Kenangan, 2008.

40 Wawancara dengan Bapak Chandra Limi, Ketua Litang Harmoni Kehidupan, pada tanggal 18 November 2020.

(33)

23

didirikannya rumah ibadah tak lain untuk memfasilitasi umat beribadah.

Litang Harmoni hadir untuk memenuhi kebutuhan umat dalam bribadah.41

E. Perkembangan Litang Harmoni Kehidupan

Perkembangan MAKIN Cimanggis/Sukmajaya sampai saat ini boleh dibilang cukup bagus sejak dimulainya kebaktian di Litang “Surya Chandra”. Mengingat daya tampung tempat ibadah yang saat itu digunakan sudah tidak memadai lagi, terutama pada saat perayaan hari-hari besar keagamaan, maka pengurus dan umat telah sepakat untuk membeli sebidang tanah seluar 630 m2 yang terletak di Jalan Flamboyan No. 2 Cisalak Pasar yang dipelopori oleh Bapak. Atjim Godjali (alm), dan Bapak. Tan Seng Lim (alm), Bapak. Effendi Gunawan (alm), Bapak. Tan Hok Liang (Handi Tanda) dan tokoh lainnya. Pembelian tanah tersebut dilakukan pada tahun 1994 atas nama Bapak. Tan Hok Liang (Handi Tandan) dan Bapak. Effendi Gunawan (alm).42

Proses pembanguna Litang itu sendiri sempet mengalami kevakuman kurang lebih selama 3 tahun karena tidak adanya penggerak, tidak adanya kejelasan apakah tanah tersebut akan dibangun atau tidak, sedangan kebutuhan akan sarana tempat ibadah yang lebih memadai semakin terasa, karena Litang yang ada saat itu tidak bisa menampung jumlah umat yang beribadah terutama pada hari-hari raya keagamaan. Akhirnya Badan

41 Wawancara dengan Bapak Chandra, Limi Ketua Litang Harmoni Kehidupan, pada tanggal 18 November 2020.

42 Mulyadi Liang, Buku Kenangan, 2008).

(34)

24

Pengurus MAKIN Cimanggis/Sukmajaya mengambil inisiatif untuk segera membentuk Panitia Pembangunan Litang tahap pertama meskipun pada saat itu belum mempunyai dana sama sekali, namun oleh semangat dan cita-cita mulia bersama seluruh pengurus dan umat maka terbentuklah Panitia Pembangunan Litang tahap pertama yang diketuai oleh Bapak. Chendra Wijaya (Ong Tjeng Ong), Wakil Ketua Bapak. Sucipto Hermawan, Sekertaris – Ks. Mulyadi, Bendahara Kurnadi Rahardja beserta yang lainnya.43

Selanjutnya diadakanlah rapat pertama dengan cara mengumpulkan beberapa orang tokoh dan para donator untuk mendapatkan modal awal pembangunan. Berkan dorongan dan bantuan dari Bapak. Tan Hok Liang, Bapak. Effendi Gunawan (alm) dan bantuan dari semua pihak, maka dimulailah proses pembangunan Litang tersebut. Dimulai dengan pembuatan gambar dan konstruksi banguna oleh putra Bapak. Tan Hok Liang dan Bapak. Sucipto Hermawan (Liem Tiong Giok) maka dimulailah proses pembangunan tersebut. Pada hari Rabu, 16 April 1997, pada pukul 09.00 WIB dimulailah upacara sembahyang kehadirat Tian yang dipimpin oleh Bapak. Tan Tjui Bok(alm) dan Bapak. Tjiam Tjeng Tay, kemudian dilanjutkan dengan peletakan batu pertama pembangunan Litang “Harmoni Kehidupan” oleh Bapak. Tjoe Peng Liong (Bogor) selaku sesepuh, kemudian dilanjtukan oleh Bapak. Chendra Wijaya (Ong Tjeng Ong) selaku ketua Panitia Pembangunan dan Ks. Mulyadi, Bsc, selaku sekertaris

43 Mulyadi Liang, Buku Kenangan, 2008.

(35)

25

pembangunan. Pada kesmpatan tersebut hadir pula Ibu Ks. Lindasari Wihardja, SH., Ibu Yanti Widago, Ibu Rosita dan Bapak. Sucipto Hermawan (Liem Tien Giok) selaku ketua Pelaksana Pembangunan dan juga umat lainnya.44

Pada hari rabu, 16 April 1997, pada pukul 09.00 WIB dimulailah upacara sembahyang kehadirat Tian yang dipimpin oleh Bapak. Ws.

Setianda. Tirtayasa, didampingi oleh Bapak. Tan Tjui Bok (alm) dan Bapak.

Tjiam Tjeng Tay, kemudian dilanjutkan dengan peletakan batu pertama bangunan Litang “Harmoni Kehidupan” oleh Bapak. Tjoe Peng Liong (Bogor) selaku sesepuh, kemudian dilanjutkan oleh Bapak. Chendra Wijaya (Ong Tjeng Ong) selaku ketua Panitia Pembangunan dan Ks. Mulyadi, BSC selaku Sekertaris Pembangunan. Pada kesempatan tersebut hadir pula Ibu.

Ks. Lindasari Wihardja, SH., Ibu Yanti Widago, Ibu Rosita dan Bapak.

Sucipto Hermawan (Liem Tiong Giok) sekalu Ketua Pelaksanaan Pembangunan dan juga umat lainnya.45

F. Sistem Keorganisasian

Litang Harmoni Kehidupan yang berdiri di Kota Depok Jawa Barat merupakan suatu bentuk perkumpulan umat Khonghucu yang memiliki tujuan untuk melaksanakan ibadah bersama, untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan maka dibutuhkan sistem yang nantinya bakal mengatur

44 Mulyadi Liang, Buku Kenangan, 2008.

45 Mulyadi Liang, Buku Kenangan, 2008.

(36)

26

jalannya suatu perkumpulan dan kemudian diharapkan bisa mengorganisir dan bertanggungjawab atas jalannya perkumpulan ini. Maka penulis akan mengemukaan sistem organisasi yang ada di Litang Harmoni Kehidupan ini, secara wilayah Litang Harmoni Kehidupan ini berada dibawah MAKIN Cimangis Kota Depok. Adapun struktur ke organisasian masa bakti 2018- 2022 adalah sebagai brikut:

Penasihat Pusat : Ws. Sucipto Hermawan Suwito Munandar

Js. Rachmat Hidayat (Liem Kong Tjun)

Js. Hardi Yuniar Js. Bintang Suwardi Siauw Liang Tjin

Ketua : Chandra Limi

Wakil Ketua I : Ws. Okie, A.Md

Wakil Ketua II : Saputra Jaya, B.Sc.

Sekertaris : Eri Munandar

Wakil Sekertaris : Melly, S.Psi.

Bendahara : Setiawan Widiharja

Wakil Bendahara : Roni Agus

Ketua Wakin : Herna Herawati

Ketua Pakin : Aldi Destian Satya, S.Kom.

Seksi Kerohanian Ketua : Js. Gunawan, S.Kom.

(37)

27

Seksi Pendidikan Anggota : Js. Kurnadi Rahardja Js. Aceng Supriyadi

Js. Sugiandi Surya Atmaja, S.Kom., M.Ag.

Js. Tatang Khaerudin Js. Jecki Surya

Js. Stefanus Goutama, S.Kom.

Seksi Litbang dan Hukum : Js. Yugi Yunardi, S. Pt., M.Ag.

Novit Sari, S.Pd.

Kepin Septiawan, S.E.

Seksi Seni, Sosial dan Budaya : Js. Chandra Wijaya Maki Tanda, S.H.

Seksi Pelayanan Umum/ : Js. Rusmita Ket. Koordinasi Wilayah Kasih Hananda Seksi Rumah Tangga : Sim Tjun Le

Ondi Jayadi

Seksi Peribadahan dan : Js. Betty Novianti (Lauw Beng Nio)

Pengasuh Kebaktian Inawati Munandar Seksi Dana dan Usaha : Afandi

Seksi Anjangsana : Iwan Setiawan Herman

Seksi Dana Sosial Abadi : Yuyun Setiawan

(38)

28

Aryanah

Koordinator Wilayah :

1. Ciracas dan Poncol : Lauw Yen Moy 2. Cisalak Pasar : Umiyati Munandar

3. Cibubur/Auri : Bambang Hermanto

4. Cisalak Koja : Yulanasari

5. Lanbow : Wulan Kartono

6. Cimanggis/Simpangan Depok : Js. Rusmita

7. Bojong Lio : Theng Siang Wie

8. Jati Jajar/Banjaran Pucung : Thiao Tjeng Sun 9. Sidamukti/Villa Pertiwi : Alin

10. Cilangkap : Aryanah

11. Pal : Tan Eng Moy

12. Pasar Rebo : Henny Laila

Demikian struktur organisasi MAKIN Cimanggis Kota Depok yang bertempat dirumah ibadah Litang Harmoni Kehidupan Cimanggis Kota Depok.46

46 Pengukuhan Pengurus Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) Cimanggis, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat, Masa Bakti 12 Agustus 2018 s.d 11 Agustus 2022, Surat Keputusan Dewan Pengurus Matakin No. 161/MATAKIN/SK/0818.

(39)

29 G. Aktivitas Litang Harmoni Kehidupan

1. Aktivitas Peribadatan

Tanggal Nama Perayaan

1 bulan I Imlek CHUN JIE

TAHUN BARU KONG ZI LI/ IMLEK

4 bulan I Imlek

ZHENG YUE CHU SHI

Sembahyang Menyambut Malaikat

Dapur 8/9 bulan I

Imlek

JING TIANG GONG

Sembahyang Besar Kepada TUHAN YME 15 bulan I

Imlek

YUAN XIAO JIE

Sembahyang Purnama Raya (CAP GO MEH) 18 bulan II

Imlek

ZHI SHENG JI CHEN

Hari Wafat Nabi KONG ZI

4/5 April QING MING JIE

Sembahyang Hari Sadranan (Meng Beng) 5 bulan V

Imlek

DUAN YANG JIE

Sembahyang Twan Yang (Pecun)

15 bulan VII Imlek

ZHONG YUAN JIE

Sembahyang Arwah Leluhur 29 Bulan VIII

Imlek

JING HE PING

Sembahyang Arwah Umum

(40)

30 15 Bulan VIII

Imlek

ZHONG QIU JIE

Sembahyang Tiong Chiu Pia (Kue Bulan) 27 bulan VIII

Imlek

ZHI SHENG DAN

Hari Lahir Nabi KONG ZI

15 bulan X Imlek

XIA YUAN JIE

Sembahyang Kepada Malaikat Bumi 21/22

Desember

DONG ZI

Hari Genta Rohani/Tang Ce/Wafat Mengzi 24 bulan XII

Imlek

ER SHI SHENG AN

Hari Persaudaraan/Ji Si Sang Ang SONG ZAOJUN

SHANG TIAN

Malaikat Dapur Naik menghdap Tian.

Sumber: Dewan Rohaniawan MATAKIN

2. Aktivitas Non Peribadatan

Tahun Baru Imlek merupakan sebuah rangkaian peribadahan kepada Tuhan, kepada Alam dan kepada Leluhur. Perayaannya sudah di mulai sejak seminggu sebelum Imlek yang dikenal dengan Dji Si Siang Ang/Er Si Sheng An atau Hari Persaudaraan. Er Si menunjukkan tanggal 24 bulan 12, Sheng berarti naik/menaikan, dan An berarti aman/selamat. Er Si Sheng An berarti saat menaikan/memanjatkan rasa syukur Kehadiran Tian karena sudah selamat melewati waktu satu tahun. Tanggal 24 bulan 12 Imlek juga dikenal dengan Hari Persaudaraan, saat dimana masyarakat Khonghucu secara

(41)

31

umum berbagi kepada saudara-saudaranya yang kurang mampu. Semangat berbagi kepada saudara-saudara yang kurang mampu ini merupakan wujud rasa syukur kepada Tuhan atas berkah yang sudah diterimanya selama satu tahun.47

Pada kesempatan Jing He Ping atau Jing Hao Peng umat Khonghucu mewakili keluarga yang telah mendahulu, menyisihkan sebagian berkahnya kepada sesama yang membutuhkan agar para arwah teman dan sahabat diringankan bebannya, 'terpuaskan', 'bahagia', dan arwahnya tidak mengembara di dunia tapi dapat pulang ke dalam kemuliaan kebajikan Tian. Karena sembahyang Jing Hao Peng adalah sembahyang kekerabatan dan persahabatan yang bersifat sosial, persembahyangan ini dilaksanakan oleh masyarakat, di rumah-rumah ibadat Khonghucu, bukan perorangan di rumah. Umat Khonghucu yang kaya maupun miskin, laki-laki-perempuan, tua-muda, berkesempatan menyumbangkan sebagian berkah rezekinya secara sukarela dalam jumlah besar atau kecil melalui pengurus lembaga agama atau rumah ibadat. Setelah persembahyangan dilaksanakan antara tanggal 15-29 bulan tujuh, sumbangan sukarela tersebut diberikan pada orang yang membutuhkan/fakir miskin dalam masyarakat umum yang layak menerima dan tidak diambil secuil pun oleh umat Khonghucu yang menyumbang.

47 C. Suhaidi, “Makna Imlek dan Dinamikanya di Suku Tiong Hoa dari Waktu ke Waktu,” tersedia di https://www.tribunnews.com/tribunners/2020/01/23/makna-imlek-dan- dinamikanya-di-suku-tiong-hoa-dari-waktu-ke-waktu, diakses pada 25 Februari 2021.

(42)

32

Jadi, pada momen Jing Hao Peng ini, umat Khonghucu melaksanakan kewajiban sosial pada sesamanya bahkan yang berbeda keyakinan. Pada momen peribadahan ini, kita diingatkan secara moral - spiritual bahwa kita bukan sekedar makhluk individu, tapi makhluk sosial yang hidup bermasyarakat sehingga wajib peduli pada dan harmonis dengan lingkungan masyarakat tempat kita hidup. Spirit peribadahan pada orang tua dan leluhur serta para sahabat seperti juga sikap spiritual umat Khonghucu dalam menjalankan kehidupannya, pada dasarnya adalah tentang 'memberi karena telah banyak menerima'. Di momen Jing Hao Peng ini, umat Khonghucu semakin diingatkan kembali agar 'eling' tentang spirit ini.48

Kegiatan lainnya adalah ketika ada salah satu umat yang sedang sakit maka umat Litang yang lain akan menjenguk umat yang sakit tersebut untuk didoakan dan sedikit memberikan bantuan berupa finansial. Kemudian ada juga kegiatan olahraga seperti Wushu Genta Suci yang diperuntukan untuk anak-anak hingga dewasa. Jadwa latihannya setiap hari rabu dan jum’at pukul 7 malam di sasana khusus Wushu Genta Suci. Wushu Genta Suci juga bagian dari Pengurus Besar Wushu Indonesia (PBWI) yang juga anggota

48 Uung Sendana, “King Hoo Ping (Jing Hao Peng, Jing He Ping)”, tersedia di https://www.uungsendana.com/2019/08/king-hoo-ping-jing-hao-peng.html, diakses pada 25 Februari 2021.

(43)

33

Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Federasi Olahraga Beladiri Indonesia (FOBI) Kabupaten Bogor dan Depok.49

Lantas kegiatan lainnya dibidang seni budaya seperti Kong Jiao Ci Long Hui yaitu perkumpulan Liong Barongsasi agama Khonghucu. Khusu untuk Wushu dan Barongsai MAKIN Cimanggis adalah pengurus cabang yang mendapat bantuan dari KONI. Selebihnya kegiatan yang dilakukan oleh Litang Harmoni Kehidupan adalah menghadiri undangan-undangan dari Pemerintah dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) baik tingkat Daerah maupun tingkat Nasional. Saat ini MAKIN Cimanggis menjabat sebagai ketua FKUB Kota Depok. 50

49 Wawancara dengan Bapak Ws. Sucipto, Rohaniawan Makin Cimanggis, pada tanggal 24 Desember 2020.

50 Wawancara dengan Bapak Ws. Sucipto, Rohaniawan Makin Cimanggis, pada tanggal 24 Desember 2020.

(44)

34 BAB III

WU LUN DALAM AGAMA KHONGHUCU

A. Khonghucu dan Ajarannya

1. Sejarah Agama Khonghucu

Agama Kongfutzu, atau biasa juga dibunyikan di Indonesia dengan agama Kong Hu Cu, memperoleh nama menurut nama pembangunnya, yaitu Kung Fu Tze (551-479 sM).51 Agama Khonghucu dikenal pula sebagai Ji Kauw (dialek Hokkian) atau Ru Jiao (Huayu), yang berarti agama yang mengajarkan kelembutan atau agama bagi kaum terpelajar. Agama ini sudah dikenal sejak 5.000 tahun lalu, lebih awal 2.500 tahun dibanding usia Kongzi sendiri. Kongzi (Huayu) atau Khongcu (dialek Hokkian) atau Confucius (Latin) adalah nama nabi terakhir dalam agama Khonghucu. Beliau lahir tanggal 27, bulan 8, tahun 0001 Imlek atau 551 sM. Kongzi adalah nabi terbesar dalam agama Khonghucu dan oleh sebab itu banyak orang yang kemudian

51 Joesoef Sou’yub, Agama-agama Besar di Dunia, (Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1996), hlm. 167.

(45)

35

menamai Ru Jiao sebagai Confucianism, yang kemudian di Indonesia dikenal sebagai Agama Khonghucu.52

Konghucu (Confusius) lahir di kota Tsou, di negeri Lu.

Leluhurnya adalah K’ung Fashu (yang merupakan generasi kesembilan dari raja muda negeri Sung dan generasi keempat sebelum Khonghucu). Fang-shu adalah ayah Pohsia, dan Pohsia adalah ayah Siok-Liang Hut. Hut adalah ayah Khonghucu, ibunya berasal dari seorang wanita dari keluarga Yen. Murid-muridnya (Murid Khonghucu) pada masa itu menyebut Khongcu atau Khonghucu yang berarti “Guru Khong”.53

Istilah aslinya disebut Rujiao’ atau agama Ru. Rujiao pada mulanya muncul dan berkembang di negeri Tiongkok (Zhonggua), oleh karena itu sejarah perkembangan Rujiao tidak dapat dipisahkan dari negeri Tiongkok, Rujiao diartikan sebagai agama dari orang-orang yang lembut hati, yang terbimbing dan menjadikan orang terpelajar. Dalam sejarahnya, kaum Ru ini banyak yang menjadi pejabat pemerintah atau penasehat kerajaan pada zaman itu di negeri Tiongkok, karena selain menguasai pengetahuan tentang kitab-kitab klasik, mereka juga memahami berbagai macam tatacara upacara dan peribadahan. Mereka adalah

52 MATAKIN, “Pokok Ajaran Agama Khonghucu”, tersedi di http://www.matakin.or.id/page/pokok-ajaran-agama-khonghucu, diakses pada tanggal 25 November 2020.

53 Ihsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat, hlm. 12-13.

(46)

36

orang-orang yang tekun dalam belajar, ramah-tamah, rendah hati, membina dirinya serta mengabdikan diri untuk kesejahteraan rakyat. Tujuan hidupnya adalah mengabdikan dirinya sebagai seorang junzi, yaitu manusia sejati atau orang yang saleh, bijaksana dan hidup sesuai dengan Dao (Jalan Suci) serta menjadi teladan dalam segala sikap dan perilakunya.54

Nabi pertama yang tercatat dalam sejarah Ru Jiao adalah Fu Xi, hidup pada 30 abad sM, yang mendapat wahyu dan menuliskan Kitab Yi Jing atau Kitab Perubahan. Fu Xi beribukan Nabi Nu Wa, yang menciptakan Hukum Perkawinan. Sejak saat itu anak bukan lagi dianggap anak ibu saja, melainkan juga anak ayah. Selain Nu Wa, di dalam Ru Jiao dikenal nabi perempuan lain, yaitu Lei Zu, Jiang Yuan dan Tai Ren. Nabi lain yang masih dikenal antara lain Huang Di, Yao, Shun, Xia Yu, Wen, Zhou Gong atau Ji Dan dan terakhir Kongzi. Kitab Yi Jing yang kita kenal sekarang tidak ditulis oleh Fu Xi belaka, namun ditulis dan disempurnakan oleh 5 (lima) nabi yang mendapat wahyu dalam tempo berlainan, yaitu:

Fu Xi, Xia Yu, Wen, Zhou Gong dan Kongzi.55

Jika ada tokoh yang erat kaitannya dengan kebudayaan Cina, nama tersebut adalah Konfusius, Kung Fu Tzu, atau Kung

54 Mulyadi Liang, Mengenal Agama Khonghucu, hlm. 11-12.

55 MATAKIN, “Pokok Ajaran Agama Khonghucu”, tersedia di http://www.matakin.or.id/page/pokok-ajaran-agama-khonghucu, diakses pada tanggal 25 November 2020.

(47)

37

sang Guru. Orang Cina dengan penuh hormat menyebut beliau sebagai Guru Pertama, bukannya tidak ada guru sebelum beliau, melainkan karena martabat beliau lebih tinggi dari semua guru yang lain. Tidak seorangpun yang berpendapat bahwa hanya beliaulah yang membangun kebudayaan Cina. Belau sendiri secara terbuka memperkecil arti pembaharuan-pembaharuan yang telah beliau lakukan terhadap kebudayaan Cina tersebut, dan lebih suka menyebut dirinya “pencinta barang antic.” Pemberian nama itu tidak sepadan dengan sumbangan beliau, namun hal itu merupakan suatu contoh yang amat baik tentang kerendahan hati serta mawas diri yang beliau ajarkan. Karena walaupun beliau bukan mengubah kebudayaan Cina, beliau tetap merupakan penyuntingnya yang paling utama. Dengan memilah-milah yang sudah lewat, menggarisbawahi disini, mengurangi dan membuang disana, sambil menata dan membuat catatan terus-menerus, beliau menjernihkan konsep-konsep kebudayaan bangsanya, yang dengan amat mengesankan tetap jelas selama 25 abad.56

Pada zaman Nabi Kongzi, di Tiongkok terjadi perpecahan yang menjadikan negeri Tiongkok kacau balau. Para kepala daerah ingin menjadi raja, mereka saling berperang berebut wilayah.

Zaman itu disebut zaman Chun Qiu atau Musim Semi dan Musim

56 Huston Smith, Agama-agama Manusia, Terj, Saafroedin Bahar, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001), hlm. 188.

(48)

38

Gugur, nama ini diambil dari judul buku yang ditulis oleh Nabi Kongzi. Nabi Kongzi mendirikan sekolah yang menampung murid sebanyak 3000 orang. Setelah para murid itu pandai banyak yang mendirikan sekolah meneruskan ajaran Nabi Kongzi. Namun, ada juga murid yang mendirikan sekolah dengan aliran lain. Pada waktu itu muncul aliran yang bermacam-macam di Tiongkok.

Bahkan, ada aliran yang bertentangan dengan ajaran Nabi Kongzi, antara lain aliran Mohist atau Mo Jia yang didirikan oleh Mo Zi.57

Dua tokoh besar yang meneruskan ajaran Rujiao yaitu Meng Zi atau Mencius (371-289 SM) dan Xun Zi atau Hsun Tse (326-233 SM). Kedua tokoh ini memang mengajarkan ajaran Rujiao dari Nabi Kongzi. Namun, mereka mempunyai perbedaan pendapat dalam beberapa hal karena mereka hidup dalam situasi negara Tiongkok yang berbeda. Meng Zi hidup pada saat awal kekacauan muncul, sedangkan Xun Zi lahir pada saat kekacauan itu sudah memuncak. Usia mereka berbeda empat puluh tahun, wajar apabila ada perbedaan antara generasi tua dan generasi muda.58

57 MATAKIN, “Sejarah Agama Khonghucu”, tersedia di http://www.matakin.or.id/page/sejarah-agama-khonghucu, diakes pada tanggal 19 November 2020.

58 MATAKIN, “Sejarah Agama Khonghucu”, tersedia di http://www.matakin.or.id/page/sejarah-agama-khonghucu, diakes pada tanggal 19 November 2020.

(49)

39

Meng Zi mengajarkan agama Khonghucu, dia menegaskan bahwa manusia akan hidup bahagia apabila negara makmur dan sejahtera, untuk itu menusia harus melaksanakan Perintah Tuhan atau Tian Ming, yaitu menjalani hidup lurus, jujur, dan tidak serakah. Kekacauan terjadi dalam masyarakat karena banyak orang tidak menjalankan hidup sesuai Perintah Tuhan. Ajaran Meng Zi lebih mengarah kepada ajaran agama, kekuatan iman sangat diperhatikan. Meng Zi menyakini bahwa watak dasar manusia itu baik, apabila kondisi sosial ekonomi sudah baik semua orang cenderung menjadi baik.59

Lebih lanjut Bleeker menulis, bahwa berkat pekerjaan Konfusius dan para pengikutnya yang sejiwa, seperti Mencius (l.k.

372-288 S.M) dan Sjuun-tze (l.k. 300-235 S.M), maka di permulaan tarikh Masehi paham Konfusianisme dijadikan etika dan kultus negara. Disusunlah buku-buku klasik Cina, dan yang terpenting diantaranya adalah: (1) Yii-sjing, buku tentang perubahan-perubahan, yang menurut intinya merupakan buku nujum. Buku ini berisi penjelasan tentang apa yang disebut dengan heksagram, yaitu pigura-pigura dari enam tanda, yang seluruhnya berjumlah 64. Unsur-unsur dasarnya adalah garis lurus dan garis patah. Tanda ini secara berturu-turut melambangkan Yang, unsur

59 MATAKIN, “Sejarah Agama Khonghucu”, tersedia di http://www.matakin.or.id/page/sejarah-agama-khonghucu, diakes pada tanggal 19 November 2020.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari pembuatan storytelling map yang berjudul “ Tracing Europe through Heritage Buildings in Kotabaru, Yogyakarta ” ini diharapkan dapat berkontribusi pada

Pengelolaan sanitasi khususnya dalam pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Bengkayang pada saat ini belum tersedia sarana instalasi pengolahan air limbah

Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif yang berupa analsisis overlay, dengan melakukan uji korelasi dari perkembangan fisik kawasan selama 5 tahun terakhir dengan

petani dalam upaya mencegah konversi lahan. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Kecamatan Mlati merupakan wilayah zobidekot

Anda akan dinilai untuk menentukan apakah Anda telah mencapai kompetensi sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam Kriteria Unjuk Kerja.. Pada pelatihan berdasarkan

Alhamdulillahi rabbil’alamin , Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subbahanahu Wata’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

Selanjutnya berdasarkan pengalaman penulis dalam mengajar matematika di kelas XI pada siswa SMAN CMBBS dari tahun 2007 kebanyakan siswa yang nilainya di atas KKM (Kriteria

Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu.. berkonsentrasi dalam waktu yang relative lama.Daya serap anak